Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
ORIENTASI PEDAGOGIK DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP KEMAJUAN ILMU PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI Rijal Pirdaos (Dosen PAI FTK IAIN Raden Intan Lampung) (Email:
[email protected]) Abstrak Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah banyak mengubah budaya dan peradaban bangsa Indonesia dengan segala dampak positif dan negatifnya. Sebagai suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun dewasa ini, masih ada beberapa kelemahan pendidikan di Indonesia, di antaranya meliputi; pertama, rendahnya akses pendidikan, kedua, peningkatan tata kelola. ketiga, peningkatan kualitas kelembagaan dan out put pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui orientasi Pedagogik dan perubahan sosial budaya terhadap kemajuan ilmu pendidikan dan Teknologi yang meliputi atas peran pendidikan di era globalisasi, model sekolah masa depan, pengembangan pendidikan berbasis gender, sertakesetaraan gender dalam pendidikan. Kata Kunci : Pedagogik, Sosial budaya, Ilmu Pendidikan dan Teknologi
119
secara
A. Pendahuluan Proses modernisasi yang kita rasakan saat ini, tanpa sadar telah memberikan dampak
positif
dan
negatif
terhadap
perkembangan peradaban dunia. Kedua dampak tersebut masing-masing menjadi preferensi
menarik
bagi
mereka
yang
memanfaatkannya secara pragmatis. Istilah modern menurut Pius A. Partanto (2001),
berurutan,
didukung
oleh
melonjaknya kecanggihan teknologi yang melesat instan. Bergerak begitu bebas, menembus tanpa batas. Globalisasi secara kasat mata tak bisa terbendung dengan berbagai dalih modernisasi. Bahkan, cara baru kejahatan yang secara kasat mata melanggar hukum
pun, telah menjadi
produk dari modernisasi.
adalah sebagai cara baru; model baru; bentuk baru; atau mutakhir. Sementara modernitas merupakan bentuk sifat yang
B. Pembahasan 1. Peran Pendidikan Di Era Globalisasi Sebagai suatu entitas yang terkait
berarti keadaan modern.
dalam budaya dan peradaban manusia, Hal ihwal modernisasi, sesungguhnya tidak terlepas dari sumbangan ilmu pengetahuan sebagai metode sistematis yang terorganisir. Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan telah merangsang timbulnya gejala beragam bagi kemajuan dunia, yang secara baik telah membantu dalam setiap kebutuhan kelayakan hidup manusia. Laju moderinisasi kompentensi
yang
seimbang
dengan
sumber daya manusianya,
pendidikan di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya, kemajuan tersebut juga beriringan dengan kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam
era
globalisasi
sekarang
ini.
Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik.
mulanya di desain untuk menciptakan keramahan
sikap,
kebijakan
Dalam dinamika globalisasi, anak-
berpikir,
keadialan bertindak, serta tindak tanduk positif yang mendukung pada kesejahteraan
anak
sekolah belakang
kepentingan sesama.
Negara Namun sebaliknya, tingkat modernitas yang melaju cepat, seakan tak berdaya menahan
laju
tingginya
bangsa
kriminalitas.
Fenomena maraknya kriminalitas yang ada,
tercecer
yang
dalam
beragam
sosioekonomi belum
mampu
berbagai
menurut yang
latar
berbeda.
memberikan
kesempatan yang adil bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum tampak adanya pembenahan yang signifikan dan
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
terpadu
untuk
mutu
technopreneurship dapat memberikan solusi
tingkat
atas permasalahan jumlah pengangguran
pendidikan dasar sampai dengan tingkat
intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga
pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar:
bisa menjadi arena untuk meningkatkan
Ke mana arah pendidikan di Indonesia?
kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK,
pendidikan
di
meningkatkan Indonesia,
dari
sebagai
sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga
mempersiapkan anak-anak bangsa untuk
handal ditengah kompetisi global. mulailah
menghadapi masa depan dan menjadikan
dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna
bangsa ini bermartabat di antara bangsa-
menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik
bangsa lain di dunia. Masa depan yang
dan berkualitas, karena ini akan menyangkut
selalu berkembang menuntut pendidikan
masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa
untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi
Indonesia.
Pendidikan
dimaksudkan
lokomotif dari proses demokratisasi dan
Kemajuan Teknologi Informasi dan
pembangunan bangsa.
Komunikasi
dewasa
ini
telah
banyak
Dalam menghadapi era globalisasi,
mengubah budaya dan peradaban bangsa
persaingan akan semakin ketat, sehingga
Indonesia dengan segala dampak positif dan
sangat dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan
negatifnya. Kalo kita perhatikan pada tahun
aktivitas-aktivitas secara langsung yang
1991:
dapat meningkatkan daya saing UKMT di
a. Masih banyak gedung bioskop baik di
kemudian hari. Kesulitan dan hambatan
kota maupun dipelosok desa dan
pada
dalam
banyak peminatnya, serta banyak
mengembangkan usahanya adalah lemahnya
orang hajatan yang memanfaatkan
jalur pemasaran, dukungan teknologi dan
hiburan baik layar tancap maupun
terbatasnya permodalan. Terlebih lagi, bagi
video,
UKMT
di
Indonesia
pengusaha pemula, masalah ini akan terlihat
b. Wartel masih sangat laku dimana-
lebih besar dan menjadi kendala cukup
mana sampai banyak sekali orang
besar dalam mengembangkan usahanya.
yang
Menatap mempersiapkan
masa generasi
depan muda
berminat
buka
wartel
dan
berebut yang membuat telkom jadi
berarti
bingung
yang
serta
membuat
suatu
memiliki kecintaan terhadap pembelajaran
peraturan yang dijadikan syarat untuk
dan merupakan terapi kesehatan jiwa bagi
mendirikan wartel,
anak bangsa, semoga munculnya generasi 120
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
c. Telepon kabel/rumah banyak sekali
b. Apakah Guru sudah kompeten dalam
peminatnya dan telkom kerepotan
menyelenggarakan pendidikan
untuk melayani masyarakat
Bagaimana kalau tidak siap?
d. Di kantor-kantor jarang ada komputer, karena
komputer
masih
Globalisasi seperti gelombang yang
menjadi
akan menerjang, tidak ada kompromi, kalo
barang yang mahal
kita tidak siap maka kita akan diterjang,
e. Di Perguruan Tinggi dan sekolah,
kalo kita tidak mampu maka kita akan
belajar dengan menggunakan OHP
menjadi orang tak berguna dan kita hanya
sudah dianggap kere
akan jadi penonton saja. Apa yang akan terjadi?
2. Model Sekolah Masa Depan? Kalau
kita
globalisasi
yang
bagaimana
diri
perhatikan
di
dibutuhkan kita
dapat
a. Desakan dari orang tua yang
era
menuntut sekolah menyelenggarakan
adalah
pendidikan bertaraf internasional
diterima
b. Desakan dari siswa untuk bisa ikut
keberadaannya di belahan dunia manapun,
ujian sertifikasi internasional
dengan bekal sertifikat Nasional apakah cukup
Bagaimana jika sekolah tidak mampu
tentunya untuk menghadapi era
memenuhi harapan itu?
globalisasi kita membutuhkan sertifikasi atas
sekolah akan ditinggalkan oleh siswa, dan
internasional,
tidak ada lagi yang mau sekolah di sekolah
sehingga kita dapat berselancar ke negara
konvensional. Seiring dengan hal itu, maka
manapun dengan sertifikat internasional
akan bermunculan:
internasional eksistensi
sebagai
kita
di
pengakuan
level
yang kita miliki. Mungkin ke depan, peserta
a. Home schooling, yang melayani
didik lebih memilih Ujian Internasional
siswa memenuhi harapan siswa dan
yang Ijazahnya dapat dibanggakan dan dapat
orang tua karena tuntutan global. b. Virtual School dan Virtual
digunakan untuk melanjutkan studi ke luar
University
negerti dan mendapat pengakuan secara internasional.
Persoalan
yang
Bagaimana
muncul
mempertahankan
eksistensi
sekolah?
adalah: a. Apakah
sekolah
menyelenggarakan bertaraf
agar sekolah tetap eksis, maka sekolah
siap
harus:
pendidikan
Internasional
untuk
mendapat Ijazah Internasional 121
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
a. Meningkatkan mutu SDM terutama
ada apa-apanya tetapi dikelola dengan
Guru dalam penguasaan Bahasa
sebaik-baiknya. Pengelolaan madrasah yang
Inggris dan Bahasa Asing lainnya
baik tentu akan menjadi bagian dari
b. Peningkatan Mutu Guru dalam
peningkatan kualitas SDM. Hingga hari ini,
penguasaan teknologi Informasi dan
masih kuat pandangan yang menyatakan
Komunikasi
bahwa pendidikan merupakan instrumen
c. Peningkatan Mutu Managemen
penting dalam peningkatan human capital.
sekolah
Banyak orang yang sekarang menduduki
d. Peningkatan Mutu sarana dan
jabatan
Prasarana
penting
sekolahnya
e. Sertifikasi Internasional untuk guru
di
dulu
negeri
di
ini,
yang
madrasah.
Jadi,
madrasah telah memberikan sumbangan penting di dalam peningkatan SDM atau menjadi intrumen human capital.
3. Pengembangan Pendidikan Berbasis
Ketiga, adalah peningkatan kualitas
Gender Dalam konstruksi Barat, bahwa ada
kelembagaan dan out put pendidikan.
beberapa masalah yang terkait dengan
Melalui tata kelola yang baik, maka akan
gender, yaitu gender differention, gender
berdampak positif bagi institusi pendidikan
equaliaty dan gender oppression. Dalam
tersebut. Misalnya yang perlu dikedepankan
hitungan orang Barat, bahwa di dunia ini
adalah bagaimana agar lembaga pendidikan
masih ada perbedaan jender, ketidaksamaan
bisa
jender dan kekerasan jender. Ketiga hal
lembaga
inilah yang harus diperhatikan ke depan
terakreditasi, maka menjadi kewajibannya
terkait dengan pemberdayaan pendidikan,
untuk menularkan ilmunya tersebut agar
khususnya madrasah.
lembaga pendidikan lainnya juga bisa
terakreditasi.
Makanya,
pendidikan
yang
jika
ada sudah
Dewasa ini, sebagaimana diketahui
terakreditasi. Islam mengajarkan agar selalu
bahwa masih ada beberapa kelemahan
melakukan tolong menolong di dalam
pendidikan di Indonesia, yaitu pertama,
kebaikan.
rendahnya akses pendidikan. Kedua, adalah
4. Kesetaraan Gender dalam Pendidikan
peningkatan tata kelola. Jangan sampai ada
Banyak
pernyataan: karena madrasah tidak ada apa-
laki-laki
mengatakan,
sungguh tidak mudah menjadi laki-laki
apanya, maka juga dikelola apa adanya.
karena masyarakat memiliki ekspektasi yang
Yang semestinya menjadi penting adalah
berlebihan terhadapnya. Mereka haruslah
bagaimana mengelola madrasah yang tidak 122
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
sosok kuat, tidak cengeng, dan perkasa. Ketika
anak
laki-laki
gender
ini
tidak
hanya
diejek,
berlangsung dan disosialisasikan melalui
dipukul, dan dilecehkan oleh kawannya
proses serta sistem pembelajaran di sekolah,
yang lebih besar, ia biasanya tidak ingin
tetapi
menunjukkan bahwa ia sebenarnya sedih
lingkungan
dan malu. Sebaliknya, ia ingin tampak
pembantu rumah tangga (perempuan) yang
percaya diri, gagah, dan tidak memperlihat-
selalu mengerjakan tugas-tugas domestik
kan kekhawatiran dan ketidak berdaya-
seperti memasak, mencuci, dan menyapu,
annya.
maka akan tertanam di benak anak-anak
bagi
seorang
Bias
juga
melalui
pendidikan
keluarga.
Jika
dalam
ibu
atau
Ini menjadi beban yang sangat berat
bahwa pekerjaan domestik memang menjadi
anak
pekerjaan perempuan.
bersembunyi
laki-laki di
yang
balik
senantiasa
topeng
masku-
Pendidikan
di
sekolah
dengan
linitasnya. Kenyataannya juga menunjuk-
komponen pembelajaran seperti media,
kan, menjadi perempuan pun tidaklah
metode, serta buku ajar yang menjadi
mudah. Stereotip perempuan yang pasif,
pegangan
emosional, dan tidak mandiri telah menjadi
ditunjukkan oleh Muthalib dalam Bias
citra baku yang sulit diubah. Karenanya, jika
Gender dalam Pendidikan ternyata sarat
seorang
dengan bias gender. Dalam buku ajar
perempuan
mengekspresikan
para
siswa
keinginan atau kebutuhannya maka ia akan
misalnya,
dianggap egois, tidak rasional dan agresif.
maupun
Hal ini menjadi beban tersendiri pula bagi
mencerminkan kesetaraan gender. Sebut
perempuan.
saja gambar seorang pilot selalu laki-laki
Keadaan
kalimat
gambar
yang
tidak
karena pekerjaan sebagai pilot memerlukan
adanya ketimpangan atau bias gender yang
kecakapan dan kekuatan yang "hanya"
sesungguhnya merugikan baik bagi laki-laki
dimiliki oleh laki-laki.
maupun perempuan. Membicarakan gender
Dalam
berarti
atas
rumusan
ditemukan
menunjukkan
tidak
di
banyak
sebagaimana
membicarakan
kalimat
pun
yang
demikian. Kalimat seperti "Ini ibu Budi"
Gender
dan bukan "ini ibu Suci", "Ayah membaca
sifat,
Koran dan ibu memasak di dapur" dan
peran, kedudukan, dan tugas laki-laki dan
bukan sebaliknya "Ayah memasak di dapur
perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat
dan ibu membaca koran", masih sering
berdasarkan norma, adat kebiasaan, dan
ditemukan dalam banyak buku ajar atau
kepercayaan masyarakat.
bahkan contoh rumusan kalimat yang
menyangkut
perempuan
dimaksudkan
sebagai
hal
rumusan
saja.
pembagian
123
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
disampaikan guru di dalam kelas. Rumusan
perempuan dan laki-laki. Jika perempuan
kalimat
sifat
tidak dapat memenuhinya ia akan disebut
feminim dan kerja domestik bagi perempuan
tidak tahu adat dan kasar. Demikian pula
serta sifat maskulin dan kerja publik bagi
jika laki-laki tidak dapat memenuhinya ia
laki-laki.
akan disebut banci, penakut atau bukan laki-
tersebut
mencerminkan
Demikian pula dalam perlakuan guru
laki sejati.
terhadap siswa, yang berlangsung di dalam 5. Pendidikan Multikultural
atau di luar kelas. Misalnya ketika seorang
Pendidikan
guru melihat murid laki-lakinya menangis,
multikultural
(Tilaar,
laki-laki
2009) berarti pengakuan akan adanya
menangis. Laki-laki nggak boleh cengeng".
berjenis-jenis budaya yang hidup dalam
Sebaliknya
murid
masyarakat. Masyarakat Indonesia adalah
perempuannya naik ke atas meja misalnya,
masyarakat yang multibudaya, oleh sebab
ia akan mengatakan "anak perempuan kok
itu pendidikan multikultural merupakan hal
tidak
yang mutlak di dalam pendidikan nasional.
ia
akan
mengatakan
ketika
tahu
memberikan bahwa
sopan
"Masak
melihat
santun".
pemahaman
hanya
perempuan
Hal
ini
kepada
siswa
yang
boleh
Pendidikan
multikultural
bukanlah
merupakan suatu mata pelajaran yang
menangis dan hanya laki-laki yang boleh
khusus
kasar dan kurang sopan santunnya.
pendidikan nasional. Adalah lebih tepat
Dalam upacara bendera di sekolah
di
apabila
dalam
dikatakan
kurukulum
bahwa
sistem
pendidikan
selalu bisa dipastikan bahwa pembawa
multikultural merupakan bagian dari budaya
bendera adalah siswa perempuan. Siswa
pendidikan
perempuan itu dikawal oleh dua siswa laki-
pendidikan multikultural merupakan bagian
laki. Hal demikian tidak hanya terjadi di
dari budaya sekolah maka berarti dia
tingkat sekolah, tetapi bahkan di tingkat
merupakan bagian dari budaya seluruh
nasional. Paskibraka yang setiap tanggal 17
komponen
Agustus bertugas di istana negara, selalu
pendidikan nasional. Tentunya komponen
menempatkan
sebagai
pendidikan multikultural secara spesifik
pembawa bendera pusaka dan duplikatnya.
dapat diangkat dalam mata-mata pelajaran
Belum pernah terjadi dalam sejarah: laki-
khusus
laki yang membawa bendera pusaka itu.
kewarganegaraan,
Singkatnya, ada aturan-aturan tertentu yang
pekerti, mata pelajaran geografi, mata
dituntut
oleh
dua
perempuan
masyarakat
terhadap 124
(school
kurikulum
seperti
dalam mata
cultur).
Apabila
dalam
mata
sistem
pelajaran
pelajaran
budi
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
pelajaran civic, mata pelajaran sejarah
manusia. Pedagogik kritis yang menopang
nasional dan sebagainya.
pendidikan multikultural menuntut adanya pedagogic
Inti dari pendidikan multikultural
kesetaraan,
yaitu
kesetaraan
ialah membangun semangat toleransi pada
antarpribadi, kesetaraan antarbudaya, dan
peserta didik. Semangat toleransi tersebut
mengakui akan kesamaan derajat manusia,
akan
mengikat
kesetaraan martabat peserta didik. Dengan
kesatuan bangsa. Kesatuan bangsa yanglahir
demikian, pedagogic kritis mengharamkan
dari sikap toleransi tersebut merupakan
berbagai jenis diskriminasi rasial yang
menjadi
kohesi
yang
modal sosial dan modal kultural dari suatu
Pendidikan multikultural (multikul-
bangsa. Sebagai modal sosial, nilai-nalai
tural education) sesungguhnya bukanlah
Pancasila akan mempersatuakan bangsa
pendidikan khas
Indonesia yang Bhinneka itu di dalam
multikultural merupakan pendidikan khas
menghadapi
nasional.
Barat. Kanada, Amerika, Jerman, dan
Sebagai modal kultural, Pancasila dapat
Inggris adalah beberapa contoh negara yang
dijadikan acuan untuk mengembangkan rasa
mempraktikkan pendidikan multikultural.
persatuan,
Ada beberapa nama dan istilah lain yang
suku
maslah-maslah
mengembangkan
bangsa,
dan
kebudayaan
mengembangkan
digunakan
kebudayaan nasional.
Indonesia.
untuk
multikultural.
Pendidikan
menunjuk pendidikan
Beberapa
istilah
tersebut
adalah: intercultural education, interetnic
Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan sebgai negara yang
education,
mayoritas penduduknya Islam terbesar di
multietnic education, dan cross-cultural
dunia, maka pendidikan multikultural di
education (L.H. Ekstrand dalam Lawrence J.
Indonesia
Saha, 1997: 345-6).
merupakan
suatu
contoh
multikultural baru sebatas wacana. Sejak
Pendidikan multikultural mengakui hak
asasi
manusia
tahun 2002 hingga sekarang ini wacana
untuk
pendidikan
mempunyai, memelihara dan hidup dengan
mewacanakan
Oleh sebab itu pemaksaan suatu kebudayaan dalam
proses
berhembus
di
seminar, dan simposium cukup gencar
tidak mungkin terjadi proses pendidikan.
di
multikultural
Indonesia. Beberapa tulisan di media,
kebudayaannya sendiri. Tanpa kebudayaan
tertentu
education,
Untuk konteks Indonesia, pendidikan
keberhasilan demokrasi.
adanya
transcultural
pendidikan
merupakan pemerkosaan terhadap hak asasi
pentingnya
multikultural
di
Indonesia.
internasional
di
Universitas
pendidikan Simposium Udayana,
Denpasar, Bali, pada tanggal 16-19 Juli 125
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
2002 adalah salah satu contoh simposium
tempat publik, di rumah, di tempat-tempat
yang mewacanakan pentingnya pendidikan
kerja, dan di lembaga-lembaga pendidikan,
multikultural di Indonesia. Seminar kali ini
yang dilakukan oleh kelompok mayoritas
juga memiliki concern yang sama, bahwa
terhadap kelompok minoritas.
wacana
pendidikan
perlu
Alasan lain yang melatarbelakangi
terus-menerus dihembuskan, bahkan perlu
adanya pendidikan multikultural adalah
diujicobakan.
keberadaan masyarakat dengan individu-
Untuk
membahas
pendekatan pendekatan
multikultural
yang
topik
digunakan
pedagogik.
ini,
individu yang beragam latar belakang
adalah
bahasa dan kebangsaan (nationality), suku
ini
(race or etnicity), agama (religion), gender,
digunakan untuk membahas bagaimana
dan kelas sosial (social class). Keragaman
mengasuh, membesarkan, dan mendidik
latar belakang individu dalam masyarakat
peserta
pendidikan
tersebut berimplikasi pada keragaman latar
multikultural. Dalam kaitan ini, ada dua hal
belakang peserta didik dalam suatu lembaga
penting
yaitu
pendidikan (James A. Bank, 1989: 14).
masalah didaktik dan metodik. Masalah
Dalam konteks Indonesia, peserta didik di
didaktik perlu mendapat tekanan dalam
berbagai lembaga pendidikan diasumsikan
tulisan ini dengan alasan bahwa didaktik
juga terdiri dari peserta didik yang memiliki
merupakan bagian dari ilmu pendidikan
beragam
yang membahas tentang cara membuat
bahasa, dan budaya. Asumsi ini dibangun
persiapan pembelajaran dan mengorganisir
berdasarkan pada data bahwa di Indonesia
bahan pembelajaran.
terdapat 250 kelompok suku, 250 lebih
didik
yang
Pendekatan
melalui
perlu
ditekankan,
latar belakang agama, etnik,
bahasa lokal (lingua francka), 13.000 pulau, 6. Latar Belakang Pendidikan Multik-
dan 5 agama resmi (Leo Suryadinata, dkk.,
ultural Sebagai
2003: 30, 71, 104, dan 179). Paling tidak sebuah
ide,
pendidikan
keragaman latar belakang siswa di lembaga-
multikultural dibahas dan diwacanakan
lembaga pendidikan di Indonesia terdapat
pertama kali di Amerika dan negara-negara
pada paham keagamaan, afiliasi politik,
Eropa Barat pada tahun 1960-an oleh
tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, jenis
gerakan yang menuntut diperhatikannya
kelamin, dan asal daerahnya (perkotaan atau
hak-hak sipil (civil right movement). Tujuan
pedesaan).
utama dari gerakan ini adalah untuk
Lebih
mengurangi praktik driskriminasi di tempat-
Cardinas 126
jauh,
(1975:
menurut 131),
Jose
A.
pentingnya
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
pendidikan multikultural ini didasarkan
a. Kurikulum Pendidikan Multikultural
pada lima pertimbangan: (1) incompatibility
Dari
aspek
didaktik,
kurikulum
(ketidakmampuan hidup secara harmoni),
merupakan salah satu aspek penting dalam
(2) other languages acquisition (tuntutan
pendidikan multikultural. Namun sebelum
bahasa
dibahas
lain),
(3)
cultural
pluralism
tentang
masalah
kurikulum
(keragaman kebudayaan), (4) development
pendidikan multikultural, bagian ini akan
of positive self-image (pengembangan citra
mengawali pembahasannya pada definisi
diri yang positif), dan (5) equility of
dan
educational
Pembahasan tentang definisi dan tujuan ini
opportunity
(kesetaraan
memperoleh kesempatan pendidikan).
tujuan
pendidikan
multikultural.
penting untuk dilakukan, dengan alasan
Di pihak lain, Donna M. Gollnick
bahwa pemahaman terhadap definisi dan
(1983: 29) menyebutkan bahwa pentingnya
tujuan pendidikan multikultural ini dapat
pendidikan multikultural dilatarbelakangi
dijadikan sebagai dasar untuk menentukan
oleh beberapa asumsi: (1) bahwa setiap
kurikulum pendidikan multikultural.
budaya dapat berinteraksi dengan budaya
Tentang
definisi
pendidikan
lain yang berbeda, dan bahkan dapat saling
multikultural ada baiknya dikutip pendapat
memberikan
keragaman
Lawrence J. Saha. Menurutnya, pendidikan
budaya dan interaksinya merupakan inti dari
multikultural dapat dipahami sebagai proses
masyarakat
(3)
atau strategi pendidikan yang melibatkan
keadilan sosial dan kesempatan yang setara
lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan
bagi semua orang merupakan hak bagi
melalui kebangsaan, bahasa, etnik, atau
semua
distribusi
kriteria rasial. Pendidikan multikultural
kekuasaan dapat dibagi secara sama kepada
dapat berlangsung dalam setting pendidikan
semua
formal atau informal, langsung atau tidak
kontribusi;
Amerika
warga
dewasa
negara;
kelompok
pendidikan
(2)
etnik;
memberikan
(4)
ini;
(5)
sistem
fungsi
kritis
langsung.
Pendidikan
multikultural
terhadap kebutuhan kerangka sikap dan nilai
diarahkan untuk mewujudkan kesadaran,
demi kelangsungan masyarakat demokratis;
toleransi, pemahaman, dan pengetahuan
serta (6) para guru dan para praktisi
yang
pendidikan dapat mengasumsikan sebuah
kultural, dan juga perbedaan dan persamaan
peran kepemimpinan dalam mewujudkan
antar
lingkungan yang mendukung pendidikan
pandangan dunia, konsep, nilai, keyakinan,
multikultural.
dan sikap (Lawrence J. Saha, 1997: 348).
127
mempertimbangkan
budaya
dan
perbedaan
kaitannya
dengan
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
Lebih
jauh
kurikulum
Gollnick & Philip C. Chinn (1983: 299-300)
pendidikan multikultural ini, Mark K. Smith
mencatat adanya 6 (enam) macam bias
(2002: 3) memposisikan kurikulum pada 4
dalam buku teks yang digunakan dalam
(empat) pendekatan, yaitu: (a) kurikulum
pembelajaran. Keenam macam bias tersebut
sebagai silabus (curriculum as a body of
adalah: (a) bias yang tidak kelihatan
knowledge to be transmitted), (b) kurikulum
(invisibility),
sebagai produk (curriculum as product), (c)
(stereotyping),
kurikulum sebagai proses (curriculum as
ketidakseimbangan
process), dan (d) kurikulum sebagai praksis
inbalance), (d) tidak mengacu realitas
(curriculum as praxis). Dalam tulisan ini,
(unreality), (e) pembagian dan isolasi
fokus akan diarahkan pada dua pendekatan,
(fragmentation and isolation), dan (f)
yaitu:
bahasa (language).
kurikulum
tentang
sebagai
silabus
dan
kurikulum sebagai proses. dalam
pernyataan
atau
pemberian
(c)
label
selektivitas (selectivity
dan and
Untuk mengurangi kecenderungan
Kurikulum sebagai silabus dapat dipahami
(b)
pengertian daftar
bias
“sejumlah
tersebut,
kurikulum
berbasis
multikultural perlu memasukkan materi dan
pokok-pokok
bahan
ajar
yang
berorientasi
pada
bahasan, bahan ajar, dan sejumlah mata
penghargaan kepada orang lain. Dalam
pelajaran yang akan dijadikan sebagai bahan
hubungan ini, James Lynch (1986: 86-7)
dalam proses pembelajaran” (Smith, 2002:
merekomendasikan agar sekolah atau guru
3). Atas dasar ini, kurikulum dimaknai
menyampaikan
sebagai
yang
multikultural, dengan berorientasi pada 2
berbentuk mata pelajaran. Pendidikan yang
(dua) tujuan, yaitu: (a) penghargaan kepada
menjadikan dengan
kumpulan
kurikulum
demikian,
penyampaian
pengetahuan
bahasan
sebagai
silabus,
orang lain (respect for others), dan (b)
merupakan
proses
penghargaan kepada diri sendiri (respect for
sejumlah
mata
pelajaran
self).
kepada siswa dengan metode tertentu. Untuk
pokok-pokok
memberikan
Kedua
bentuk
penghargaan
ini,
mencakup 3 (tiga) ranah pembelajaran
pendidikan
(domain
of
learning).
Ketiga
ranah
multikultural, sekolah atau guru perlu
pembelajaran tersebut adalah: pengetahuan
menelaah secara kritis tentang materi dan
(cognitive),
bahan ajar yang akan disampaikan dalam
dan sikap (affective). Rekomendasi Lynch di
proses pembelajaran, agar tidak terjadi
atas mempertimbangkan hubungan yang
berbagai macam bias. Dalam kaitan ini,
kompleks antara dimensi intelektual dan
Sadker sebagaimana dikutip Donna M.
emosional dalam perilaku siswa. 128
keterampilan
(psychomotor),
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
DAFTAR PUSTAKA
Jamaris, Martini., Orientasi baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Yayasan Panamas Murni, 2010 Prawiradilaga, Dewi Salma, dkk., Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007 Sajogyo, Pudjiwati, Sosiologi Pembangunan, Jakarta: FP IKIP Jakaarta & BKKBN, 1985 Soedijarto, andasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: Kompas, 2008 Tilaar, Kredo Pendidikan (My Pedagogikal Credo), Jakarta: LM UNJ, 2009 Tirtarahardja, Umar, dkk., Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rinneka Cipta 2005
129