ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI SUMATRA SELATAN
AKMAL EFFENDI
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja Perusahaan pada Industri Kecil dan Menengah Di Sumatra Selatan ABSTRACT
The purposes of this research are to look out the level of entrepreneurial orientation, relationship between entrepreneurial orientation and corporate performance, also to look out environment uncertainty influences between both. From the sample from 106 Small Medium Enterprises at South Sumatra, the result of the level of entrepreneurial orientation is still in medium scale; in level 4 from 7 of scale. The influences between entrepreneurial orientation and corporate performance is significant and positive especially innovativeness. The addition of environment uncertainty factors can strengthen the influence, as the level of significant 1 %. The influence of environment uncertainty to the relationship between entrepreneurial orientation and company’s performance is 10.2%, whereas the influence of environment uncertainty and entrepreneurial orientation to company’s performace is 34%. Keywords: entrepreneurial orientation, corporate performance, environmental uncertainty PENDAHULUAN Industri kecil dan Menengah (IKM) yang ada di berbagai negara memiliki peran yang penting dalam pembangunan perekonomian. Dari berbagai kajian diketahui bahwa banyak IKM yang mengalami kesuksesan. Namun demikian banyak pula yang tidak berhasil untuk berpartisipasi pada perdagangan dan industri dalam suatu perekonomian negara. Beberapa faktor kegagalan di antaranya: (1) disebabkan karena lemahnya IKM dalam menentukan karangka strategis untuk mengharmoniskan strategi yang diterapkan oleh usahawan dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja (Hashim, 2000, 2002); (2) terbatasnya pengetahuan dan tidak efektifnya dalam penerapan strategi yang dijalankan oleh usahawan (Abdullah, 1997; Chee, 1986; Hashim, 2000, 2002; Shari & Endut, 1989). Peran IKM di negara yang sedang berkembang jauh lebih penting dibandingkan dengan negara maju, terutama dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan penciptaan pendapatan. Industri kecil dan menengah turut berperan dalam hal penyerapan tenaga kerja, penciptaan pendapatan, dan sebagai penggerak ekonomi masyarakat, (Zahra, 1991; Kotey & Meredith, 1997; Tambunan, 2000). Kontribusi IKM di Indonesia dari sudut perekonomian dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 30 persen, dan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 70 persen dari jumlah angkatan kerja yang ada pada sektor industri (Mangara Tambunan, 2002). Apabila dilihat dari perspektif pentingnya IKM, maka ianya memberikan peluang kesempatan kerja, memproduksi sejumlah barang, dan menyediakan berbagai jasa (Hasyim dan Wafa, 2002). Seiring dengan pendapat dari Bennice Kotey dan Meredith (1997) yang menyatakan bahwa pada beberapa sektor industri, IKM ternyata lebih efektif dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan perusahaan yang besar. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997, banyak perusahaan besar yang mengalami kebangkrutan yang berdampak pada bertambahnya jumlah orang yang tidak mempunyai pekerjaan. Pada masa itu industri kecil dan menengah mampu bertahan dan bahkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam perekonomian, (Mangara Tambunan, 2002). Beberapa temuan penelitian terdahulu mendapatkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi oleh IKM adalah terbatasnya kewirausahawanan para usahawanan untuk mengelola perusahaannya, terutama untuk memperingkatkan serta mengembangkan penggunaan teknologi dan memperbaiki operasinya, selain itu terbatasnya bantuan pendanaan bagi industri kecil dan menengah. Salah satu kajian yang dibuat oleh Boocock dan Wahab pada tahun 1997 mendapatkan bahwa secara umum perusahaan di Malaysia menghadapi terbatasnya bantuan keuangan bagi industri kecil dan menengah. Kondisi yang serupa pula dihadapi oleh industri kecil dan menengah di Indonesia. Menyadari arti pentingnya IKM bagi pembangunan perekonomian yang merupakan tulang punggung pembangunan ekonomi di Indonesia, maka pemerintah telah membuat beberapa kebijakan yang khusus dibuat bagi pengembangan IKM, antaranya ialah memberikan bantuan baik berupa keuangan maupun bantuan yang bersifat non materi, misalnya bantuan bimbingan dan pelatihan. Namun demikian, keefektifan kebijakan dan bantuan program usaha yang diberikan oleh pemerintah kepada IKM sangat tergantung kepada pemahaman daripada owner/manager dan bagaimana operasionalisasi terhadap dana/batuan, dan bagaimana menjalankan usahanya. Berdasarkan dari pengamatan sementara, banyak IKM yang tidak berkembang sesuai dengan yang diharapkan, dan banyak juga yang mengalami kemacetan usaha setelah diberikan dana bantuan, maupun setelah diberikan pembinaan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan bertumpu pada orientasi keusahawan serta hubungannya dengan kinerja perusahaan IKM di Sumatera Selatan. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji bagaimana ketidakpastian lingkungan mempengaruhi perhubungan antara keduanya. Tujuan dari kajian ini adalah menganalisis orientasi keusahawan dan kinerja perusahaan IKM di Sumatera Selatan, Indonesia. Tujuan khusus kajian ini adalah: 1. Mengkaji orientasi kewirausahaan pada IKM di Sumatera Selatan, Indonesia. 2. Mengkaji hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja IKM. 3. Mengkaji apakah hubungan antara orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan di pengaruhi oleh ketidakpastian lingkungan. Kajian ini diharapkan akan mempunyai kontribusi baik teori mahupun amalan dalam bidang kewirausahaan, utamanya dalam IKM. KAJIAN PUSTAKA Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurial Orientation – EO) Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses penciptaan sesuatu kepada yang lebih bernilai (value added creation) yang merupakan pemanfaatan peluang dan sumber yang tersedia (Stevenson, et al., 1989). Proses tersebut terdiri atas berbagai aktivitas yang secara terintegrasi dan berjalan secara selaras agar tujuan perusahaan dapat dicapai. Dari beberapa kajian terdahulu dapat disimpulkan bahawa Entrepreneurial Orientation (EO) merupakan suatu filosofi dalam sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Konsep kewirausahaan telah didapatkan definisinya sekitar 250 tahun yang lalu ketika David Cantillon (1755) menyatakan secara teoritis bahwa kewirausahaan adalah suatu proses spekulasi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan, dimana pengusaha tidak dapat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 mengelak dari adanya suatu resiko. Menjelang abad keduapuluh Joseph Schumpeter (1934) menegaskan kembali dengan konsep kreatifnya yang unik, iaitu dengan adanya ketidakseimbangan dan keberagaman sumber pada suatu pasar tertentu, sehingga dapat mencetuskan kreatif seseorang untuk mengatasinya. Fenomena demikian menghasilkan suatu pembaharuan ( innovation ) yang menjadi salah satu kreteria kewirausahaan seseorang (Jenning, 1994). Secara tradisional kewirausahaan meliputi kemampuan individu untuk menjabarkan suatu visi ke dalam suksesnya suatu bisnis (Collins, et al, 1964). Pada masa kini konsep mengenai kewirausahaan adalah merupakan suatu proses yang dapat berlaku pada seluruh ukuran dan type organisasi. tetapi hal tersebut pula masih tergantung kepada karakteristik dan kemampuan individu (Burgelman, 1983; Miller, 1983; Wortman, 1987). Kebanyakan tumbuhnya sifat kewirausahaan berasal dari sifat internal kejiwaan dari pengusaha itu sendiri dengan cara mempunyai kecenderungan menuju pengambilan resiko (Begley & Boydd, 1978), ingin berkinerja yang tinggi (McClelland, 1976), atau dengan cara internal locus of control (Brockhaus & Horwitz, 1986). Semua itu menjadi petunjuk suatu pembaharuan atau bersifat perubahan yang dicetuskan oleh seseorang untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Berger, 1991) EO merupakan suatu orientasi strategis dari owners dan manajemen puncak untuk merefleksikan keinginan dari perusahaan untuk menerapkan dimensi berusaha yang meliputi innovativeness, proactiveness, risk-taking, competitive aggressiveness dan autonomy (Lumpkin & Dess, 1996). Penjelasaan kelima dimensi tersebut adalah sebagai berikut: (1) Innovativeness adalah kecenderungan suatu perusahaan untuk menerapkan ide-ide terbaru. Melakukan percobaan kegiatan riset dan pengembangan dengan cara meluncurkan barang dan jasa, proses manufaktur dan menemukan pasaran baru (Lumpkin & Dess, 1996); (2) Proactiveness adalah reaksi perusahaan pada peluang pasar melalui usaha untuk meraih pasar, dan akan menjadi unggul pada pasar tertentu (Lumpkin & Dess, 1996); (3) Risk-taking adalah perusahaan siap untuk menghadapi resiko yang besar dengan tanggung jawab terhadap hasil yang belum pasti dan memasuki pasar yang belum dikenal (Brockhaus, 1980; Lumpkin & Dess, 1996; Miller, 1983); (4) Competitive aggressiveness adalah reaksi perusahaan mempunyai kecenderungan untuk berkompetisi dalam mendapati permintaan yang tersedia pada suatu pasar (lumpkin & Dess, 1997); dan (5) Autonomy adalah kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh individu dan atau kelompok dalam memberikan pendidikan berkelanjutan dan beberapa ide bisnis atau visi dan cara mencapainya melalui suatu penyelesaian (Lumpkin & Dess, 1996). Kinerja Perusahaan (Corporate Performance – CP) Berbagai kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada perusahaan dan di negara yang berbeda bahwa ukuran kinerja yang disarankan untuk mengukur IKM ialah ukuran secara finansial dan non finansial (Pelham and Wilson, 1996; Rapert, Babakus, and Olson 1997; Barrett, Balloun, and Weinstein 2000; Kotey and Meredith, 1997); Adu-Appiah 1998). Ukuran secara keuangan (financial) terdiri atas Return on Investment (ROI), pertumbuhan penjualan (Growth in sales), sedangkan ukuran yang non keuangan adalah tingkat pertumbuhan jumlah tenaga kerja (Employment Growth). Kajian yang lain dilakukan oleh Petraf (1987) mengukur kinerja perusahaan seperti return on investment, return on assets, dan profit margin, kinerja produktivitas, peningkatan penghasilan, peningkatan teknologi, kreativitas kerja dan pengabdian kepada masyarakat. Nash (1987) menyatakan bahwa profitability adalah indikator terbaik untuk mengidentifikasi apakah organisasi mengerjakan segala sesuatunya lebih baik dan karena itu profitability dapat digunakan sebagai ukuran utama dalam menilai suksesnya suatu organisasi. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Selanjutnya Doyle (1994) menekankan profitability merupakan ukuran yang paling umum terhadap kinerja perusahaan–perusahaan di dunia Barat. Profit margin, return on assests, return on equity, return on sales menjadi pertimbangan yang umum untuk mengukur profitability (Robinson 1982; Gilbraith and Schendel 1983). Kassim et.al., (1989) penjualan yang dilakukan, net profit dan gross profit adalah beberapa ukuran keuangan yang dapat diacu bagi perusahaan manufaktur di Malaysia. Berdasarkan pada kajian tersebut di atas, maka kajian ini akan berfokus pada pengukuran kinerja perusahaan yang terdiri atas pengukuran keuangan dan non keuangan seperti yang disarankan oleh Pelham and Wilson (1996). Rapert, Babakus dan Olson (1997), Barrett, Balloun, dan Weinstein (2000), Kotey dan Meredith, (1997). Ketidakpastian Lingkungan (Environmental Uncertainty – EU) Berbagai kajian tentang kewirausahaan menunjukkan bahwa, ketidakpastian lingkungan (EU) memberikan pengaruh, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan (Covin & Slevin, 1989; Miller, 1983; Lumpkin & Dess, 1996). Pada kajian ini akan digunakan ketidakpastian lingkungan yang sesuai dengan Indonesia. utamanya Sumatera Selatan yang diadopsi dari ketidakpastian lingkungan yang dikembangkan oleh Miller (1993). Dalam kajian ini terdiri atas enam dimensi. yaitu: pemerintahan dan kebijakan (government and policies); kondisi ekonomi (economy); sumber asas dan tenaga kerja serta fasilitas umum yang tersedia (resources and services); pasaran produk dan permintaan (product, market and demand); persaingan (competition); dan teknologi dalam industri yang sejenis (technology in your industry), (Miller, 1993). Kerangka Kajian dan Hipotesis Sejalan dengan kajian yang dijalankan serta berdasarkan pada teori yang digunakan dan tinjauan pustaka terhadap kajian terdahulu, maka karangka konsep dalam kajian ini dapat dibuat seperti pada Gambar 1. Environmental Uncertainty (EU)
Entrepreneurial Orientation (EO)
Corporate Performance (CP)
Gambar 1. Kerangka Kajian
Untuk variabel EO tediri atas lima dimensi, yaitu: (1) Autonomy, (2) Innovativeness, (3) Risk Taking, (4) Proactiveness, dan (5) Competitive Agresiveness, (Lumpkin & Dess, 1996). Variabel EU terdiri atas enam dimensi, yaitu: (1) Government and policies, (2) Economy, (3) Resources and services used by your organization, (4) Products, markets and demand, (5) Competition, dan (6) Technology in your industry, (Miller, 1983). Variabel CP tediri atas tiga dimensi, yaitu: (1) Return on Investment (ROI), (2) Growth in sales, dan (3) Employment growth, (Pelham and Wilson, 1996; Rapert, Babakus, and Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Olson, 1997; Barrett, Balloun, and Weinstein, 2000; Kotey and Meredith, 1997; dan AduAppiah, 1998). Berdasarkan kerangka kajian yang digambarkan di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam kajian ini adalah: 1. Ada hubungan yang positip antara kewirausahaan dengan kinerja perusahaan. a. Autonomy secara positif berhubungan dengan CP. b. Innovativeness secara positif berhubungan dengan CP. c. Risk Taking seaca positif berhubungan dengan CP. d. Proactiveness secara positif berhubungan dengan CP. e. Competitive Agresiveness secara positif berhubungan dengan CP. 2. Hubungan antara kewirausahaan dengan kinerja perusahaan dipengaruhi oleh ketidakpastian lingkungan. a. Ada pengaruh pemerintahan dan kebijakan terhadap hubungan antara EO dan CP. b. Ada pengaruh kondisi ekonomi terhadap hubungan antara EO dan CP. c. Sumber daya dan jasa yang dipergunakan oleh perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antara EO dan CP. d. Keluaran, pasaran dan permintaan berpengaruh terhadap hubungan antara EO dan CP. e. Persaingan berpengaruh terhadap hubungan antara EO dan CP. f. Teknologi dalam industri yang sejenis berpengaruh terhadap hubungan antara EO dan CP. METODOLOGI KAJIAN Kajian ini menggunakan kaidah tinjauan. Pada kajian ini lima dimensi dari variabel EO terdiri atas 30 item pertanyaan yang diukur dengan mempergunakan skala Likert tujuh poin yang berawal dari “sangat tidak setuju” kepada “sangat setuju” seperti dengan pengukuran yang dilakukan oleh Lumpkin dan Dess (1996). Enam dimensi pada variabel EU terdiri atas 35 item pertanyaan yang diukur dengan mempergunakan tujuh poin skala Likert dengan melihat tingkat kemudahan, dari “sangat mudah diprediksi” hingga “sangat sukar diprediksi”, seperti yang telah dilakukan oleh Miller (1993). Sedangkan variabel CP terdiri atas 3 item pertanyaan yang diukur dengan mempergunakan skala Likert tujuh poin serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh Pelham and Wilson, 1996; Rapert, Babakus, and Olson 1997; Barrett, Balloun, and Weinstein 2000; Kotey and Meredith, 1997. Jumlah sampel dalam kajian ini berjumlah 106 IKM yang ada di Sumatera Selatan. Jumlah sampel ini telah memenuhi jumlah sampel minimal yang harus terambil sejumlah 101 sampel, (Cochran, 1963). Teknik pengambilan sampel dalam kajian ini adalah simple random sampling. Hal ini dilakukan karena karakteristik populasi IKM di Sumatera Selatan relatif homogen. Analisis statistik digunakan untuk menguji hipotesis yang ada pada kajian ini meliputi analisis faktor (factor analysis), analisis korelasi (correlation analysis) dan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). HASIL KAJIAN Data dalam kajian ini diproses dan di analisis dengan menggunakan bantuan paket program statistik SPSS 11.5 for windows. Hasil kajian adalah sebagai berikut:
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Reliability Reliability instrumen dalam kajian ini ditunjukkan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Reliability Alpha untuk Instrumen Kajian. Variabel
Jumlah Item
Cronbach Alpha
EO EU CP
30 35 3
0.8866 0.9002 0.9170 0.9234
Total
Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat realibility instrumen (kuesioner) adalah memuaskan dari segi kekonsistenan, yaitu sebesar 92.34% untuk keseluruhan instrumen. sebesar 88.66% untuk variabel EO. sebesar 90.02% untuk variabel EU dan sebesar 91.70% untuk variabel CP. Analisis Faktor Untuk menguji kesahan dari semua item yang ada pada instrumen dilakukan analisis faktor. Analisis faktor yang digunakan dalam kajian ini menggunakan analisis PrincipalComponen dan diikuti dengan putaran Varimax with Kaiser Normalization.
Orientasi Kewirausahaan (EO) Untuk mengukur kewirausahaan perusahaan dalam kajian ini digunakan 30 item pertanyaan seperti yang dikembangkan oleh Lumpkin & Dess (1996). Hasil analisis faktor yang dilakukan terhadap 30 item pertanyaan pada variabel EO diperoleh nilai Kaiser-MayerOlkin (KMO) sebesar 0.813. Hasil uji Bartlett’s diperoleh nilai Approx. Chi-Square sebesar 1717.175 dengan p-value sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa antara item-item yang digunakan memiliki hubungan yang sangat kuat sehingga analisis komponen utama dapat digunakan. Terdapat 7 faktor yang mempunyai nilai eigen > 1.00. Ketujuh faktor ini dapat menjelaskan 66.58 persen daripada varians tersebut. Ketujuh faktor tersebut berkelompok mengikuti lima dimensi yang ada pada variabel EO. Dari hasil analisis faktor manunjukkan bahwa masih terdapat muatan faktor yang rendah (<0.5) dan juga masih banyak item yang mempunyai muatan faktor silang < 0.3. Oleh karena itu, dilakukan analisis faktor tahap kedua (second order) dengan menghilangkan item yang mempunyai muatan faktor rendah dan mempunyai muatan silang lebih dari 0.3. Hasil analisis faktor tahap kedua diperoleh 5 faktor yang sesuai dengan dimensi dari variabel EO. Jumlah varians yang dapat dijelaskan oleh kelima faktor yang terbentuk sebesar 67.69 persen. Ketidakpastian Lingkungan (EU) Untuk mengukur ketidakpastian lingkungan dalam kajian ini digunakan 35 item pertanyaan seperti yang dikembangkan oleh Miller (1983). Hasil analisis faktor yang dilakukan terhadap 35 item pertanyaan pada variabel EU diperoleh nilai Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) sebesar 0.811. Hasil uji Bartlett’s diperoleh nilai Approx. Chi-Square sebesar 3142.758 dengan p-value sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa antara item-item yang digunakan memiliki hubungan yang sangat kuat sehingga analisis komponen utama dapat digunakan. Hasil ekstraksi diperoleh 8 faktor yang mempunyai nilai eigen lebih daripada 1.00. Kedelapan faktor ini dapat menjelaskan 76.14 persen daripada varians tersebut. Kedelapan faktor tersebut berkelompok mengikuti enam dimensi yang ada pada variabel EU. Dari hasil Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 analisis faktor terhadap ke-35 item pertanyaan manunjukkan bahwa masih terdapat item yang memiliki muatan faktor yang rendah (<0.5) dan juga masih banyak item yang mempunyai muatan faktor silang < 0.3. Oleh karena itu, dilakukan analisis faktor tahap kedua setelah item yang mempunyai muatan rendah faktor dan mempunyai muatan silang dihilangkan. Hasil analisis faktor tahap kedua diperoleh 7 faktor yang sesuai dengan dimensi dari variabel EU. Jumlah varians yang dapat dijelaskan oleh ketujuh faktor yang terbentuk sebesar 79.34 persen. Berdasarkan pembahasan diperoleh dimensi baru pada variabel EU, dari enam dimensi yang dilakukan oleh Miller (1993) menjadi tujuh dimensi. Dimensi yang baru merupakan pecahan dari dimensi Government and Polices menjadi dua subdimensi, yaitu dimensi pemerintah dan dimensi kebijakan. Sedangkan dimensi lainnya tidak mengalami perubahan. Kinerja Perusahaan (CP) Ukuran kinerja perusahaan dalam kajian ini berdasarkan kepada data objektif, sehingga analisis faktor tidak perlu dilakukan. Ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan kinerja perusahaan IKM ialah ukuran secara finansial dan non finansial (Pelham and Wilson, 1996; Rapert, Babakus, and Olson 1997; Barrett, Balloun, and Weinstein 2000; Kotey and Meredith, 1997; Adu-Appiah 1998). Ukuran secara keuangan (financial) terdiri atas Return on Investment (ROI), pertumbuhan penjualan (Growth in sales), sedangkan ukuran yang non keuangan adalah tingkat pertumbuhan bilangan tenaga kerja (Employment Growth). Nilai ROI diukur dengan melihat tingkat pertumbuhan keuntungan. Tingkat pertumbuhan keuntungan, pertumbuhan penjualan, dan pertumbuhan tenaga kerja diukur dengan menggunakan skala tujuh dari turun lebih dari 20% sampai naik 20%. Analisis Korelasi Untuk melihat hubungan variabel-variabel dalam kajian ini dilakukan dengan analisis korelasi seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Matrik Korelasi untuk Variabel-variabel Kajian Mean
SD
CP
Risk
Proa
Inno
Auto
Com pa
Gove
Econ
Reso
Prod
Comp
Tech
CP
4.44
1.59
1.00
Risk
4.69
0.79
.26**
1.00
Proa
4.13
1.04
.29**
.06
Inno
3.95
0.84
.43**
.27**
.37**
Auto
3.93
1.01
-.01
.04
-.24**
-.07
1.00
Compa
4.35
0.84
.26**
.09
.10
.31**
-.13
1.00
Gove
4.89
1.18
.13
.36**
.20*
.26**
-.16
.11
1.00
Econ
4.54
0.99
.07
.32**
.11
.14
-.23**
.14
.38**
1.00
Reso
2.34
1.27
-.05
.10
-.20*
-.23**
.18*
-.15
-.08
-.01
1.00
Prod
2.46
1.52
-.27**
-.22*
-.13
-.29**
.23**
-.09
-.32**
-.15
.32**
1.00
Comp
4.18
1.51
.11
.56**
.25**
.42**
-.01
.25**
.39**
.30**
.02
-.03
1.00
Tech
3.09
1.50
-.06
.27**
.23**
.06
.20*
.04
.08
.03
.23**
.37**
.42**
1.00
Poli
3.84
0.78
.06
.35**
.05
.28**
-.12
.13
.38**
.30**
.03
-.11
.28**
.08
1.00 1.00
Keterangan: **) Nyata pada taraf 1%, *) Nyata pada taraf 5%, Mean=Rata-rata Skor; SD=Standart Deviation; CP=Corporate Performance; Proa=Proactiveness; Auto=Autonomi; Inno= Innovativeness; Risk=Risk Taking; Compa=Competitive Agresiveness; Gove= Government; Comp=Competition; Tech=Technology in your industry; Prod=Product, market, and deman; Reso=Resources and services; Econ= Economy; Poli=Polices. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk variabel EO ada empat faktor yang memiliki hubungan nyata dengan variabel CP, yaitu Innovativeness, Proactiveness, Risk Taking dan Competitive Agresiveness. Sedangkan pada variabel EU hanya ada satu dimensi/faktor yang memiliki hubungan nyata dengan variabel CP, yaitu Product, market and demand. Akan tetapi jika dilihat hubungan antar dimensi, iaitu dimensi dari variabel EO dengan variabel EU menunjukkan adanya hubungan yang nyata antar kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel EU dengan variabel EO memiliki hubungan yang signifikan. Analisis Regresi Berganda Untuk melakukan pengujian hipotesis terhadap ada tidaknya pengaruh ketidakpastian lingkungan (EU) terhadap hubungan orientasi kewirausahaan (EO) dengan kinerja perusahaan (CP) pada IKS di Sumatera Selatan, dilakukan dengan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis - MRA). Hasil MRA pada variabel dalam kajian ini secara ringkas dapat dilihat seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Berganda terhadap Kinerja Perusahaan (CP) Model (1) Model (2) Variabel Nilai t Nilai t β β -2.581 -1.545 -1.814 -1.345 Constant 2.673*** 0.612 1.701* 0.308 Risk 2.523** 0.392 1.774* 0.263 Proa 3.173*** 0.653 2.852*** 0.546 Inno 0.949 0.142 0.682 0.097 Auto 2.185** 0.376 1.575 0.273 Compa 0.119 0.017 Gove -0.049 -0.310 Econ 1.409 0.167 Reso -0.076 -0.663 Prod -0.235 -1.807* Comp -0.162 -1.376 Tech -0.214 -1.069 Poli Ketepatan 6.591*** 6.591*** Model 0.340 0.248 Nilai F R2 0.254 0.210 2 R -Adjusted 0.102 Perubahan R2 Ket.: ***) Nyata pada taraf 1%, **) Nyata pada taraf 5%, *) Nyata pada taraf 10% Dependent Variable: CP, Independent Variables: Proa=Proactiveness; Auto=Autonomi; Inno=Innovativeness; Risk=Risk Taking; Compa=Competitive Agresiveness; Gove= Government; Comp=Competition; Tech=Technology in your industry; Prod=Product, market, and deman; Reso=Resources and services; Econ= Economy; Poli=Polices.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa model (1) adalah model yang dibentuk untuk melihat hubungan dan pengaruh variabel EO terhadap variabel CP. Sedangkan model (2) adalah model yang dibentuk untuk melihat pengaruh variabel EU terhadap hubungan antara variabel EO dengan CP. Secara simultan model (1) dan model (2) menunjukkan sangat signifikan pada taraf 1%. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang nyata antara EO terhadap CP, dan ada pengaruh signifikan antara EU terhadap hubungan anatar EO dengan CP. Dari model (1) tersebut terlihat bahwa faktor-faktor EO yang berpengaruh sangat nyata terhadap kinerja perusahaan pada taraf 1% hanyalah Innovativeness dan ada dua faktor yang berpengaruh nyata pada taraf 10%, yaitu Risk taking dan Proactiveness. Model (2) adalah model yang terbentuk dengan memasukkan faktor-faktor variabel EU terhadap model (1) yang sudah terbentuk. Dari model (2) di atas terlihat bahwa dengan masuknya faktor-faktor variable EU menyebabkan banyak faktor dari variabel EO yang berpengaruh nyata terhadap kinerja perusahaan. Dengan adanya faktor-faktor dari ketidakpastian lingkungan ternyata berpengaruh nyata terhadap hubungan antara EO dengan CP. Faktor yang berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% adalah Innovativeness dan Risk Taking, dan faktor yang berpengaruh nyata pada taraf 5% adalah Proactiveness dan Compatitive Agresiveness. Sedangkan faktor dari ketidakpastian lingkungan yang berpengaruh nyata terhadap kinerja perusahaan secara langsung pada taraf 10% hanyalah faktor Competition. Berdasarkan nilai koefesien determinasi (R2) menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pengaruh EO terhadap kinerja perusahaan akan lebih tinggi jika variabel EU masuk dalam model dengan perubahan sebesar 10,2%. DISKUSI Dilihat dari nilai rata-rata (mean) pada variabel CP dan masing-masing dimensi menunjukkan bahwa tingkatannya berada pada level sedang/menengah. Hal ini ditandai dengan nilai pada skor sekitar 4 dari skala 7. Tingkatan orientasi kewirausahaan dan kinerja perusahaan pada IKM seperti ini menunjukkan bahwa peranan dari berbagai faktor masih dapat dimungkinkan untuk dapat memacu dan meningkatkan jiwa kewirausahan dan kinerja perusahaan IKM. Dari hasil perolehan kajian di atas menunjukkan bahwa hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan adalah positif dan signifikan pada taraf 1% untuk faktor Innovativeness, Risk Taking, Proactiveness dan Competitive Agresiveness. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai-nilai Inovativeness, Risk Taking, Proactiveness ataupun Competitive Agresiveness pada jiwa kewirausahaan ditingkatkan, maka kinerja perusahaan yang dipimpinnya akan meningkat. Sedangkan satu dimensi dari orientasi kewirausahaan, yaitu Autonomy memiliki nilai hubungan negatif dan tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi pada faktor autonomi pada jiwa pemimpin perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini selari dengan kajian lepas yang dijalankan oleh Kreiser, Marino & Weaper (2002). Hasil analisis korelasi hubungan antara faktor-faktor orientasi kewirausahaan dengan ketidakpastian lingkungan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, baik hubungan positif maupun hubungan negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan dan terdapat hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan ketidakpastian lingkungan. Dari hasil analisis regresi berganda diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan. Faktor orientasi kewirausahaan yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan adalah Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Innovativeness, Risk Taking, dan Proactiveness. Dimana faktor Innovativeness berpengaruh sangat signifikan (1%) sedangkan Risk Taking, dan Proactiveness berpengaruh signifikan pada taraf 10%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Innovativeness pada jiwa kewirausahaan dapat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja perusahaan. Pada model (2) adalah model dengan memasukkan faktor-faktor ketidakpastian lingkungan terhadap model (1). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masuknya faktor ketidakpastian lingkungan menyebabkan pengaruh yang signifikan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan. Dengan adanya faktor-faktor ketidakpastian lingkungan menyebabkan pengaruh positif dan signifikan dari faktor Innovativeness, Risk Taking, Proactiveness dan Compatitive Agresiveness terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan faktor ketidakpastian lingkungan, iaitu dimensi Competition menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pretasi perusahaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis dan perbincangan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat orientasi kewirausahaan pada IKM di Sumatera Selatan, Indonesia masih relatif sedang. Hal ini ditandai dengan rata-rata tingkat kinerja dan masing-masing dimensi pada orientasi kewirausahaan berada pada level 4 dari skala 7. 2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara orientasi kewirausahaan (Innovativeness, Risk Taking, Proactiveness dan Compatitive Agresiveness) dengan kinerja perusahaan pada IKS di Sumatera Selatan, Indonesia. 3. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara orientasi kewirausahaan terutama Innovativeness terhadap kinerja perusahaan pada IKM di Sumatera Selatan, Indonesia. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara ketidakpastian lingkungan terhadap hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan pada IKM di Sumatera Selatan, Indonesia. Pengaruh tersebut tercermin dari orientasi kewirausahaan 5. Besarnya pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap hubungan antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja perusahaan sebesar 10.2%, sedangkan total pengaruh ketidakpastian lingkungan dan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja perusahaan pada IKM di Sumatera Selatan, Indonesia sebesar 34%. Saran-Saran 1. Agar kinerja perusahaan dapat lebih meningkat diperlukan memperkuat dimensi orientasi kewirausahaan secara tepat terutama penekanan pada dimensi innovativeness, risk-taking dan proactiveness. 2. Disarankan agar pengusaha perlu menyikapi ketidakpastian lingkungan yang sangat sulit diramalkan dengan lebih baik lagi, sehingga orientasi kewirausahaan dapat meningkat. 3. Besarnya pengaruh faktor lain yang tidak diamati dalam kajian ini terhadap kinerja perusahaan diharapkan dapat dilakukan kajian yang sama dengan menambah faktor atau pembolehuabh yang lain. 4. Karena dalam kajian ini variabel yang digunakan adalah variabel laten, maka untuk kajian yang akan datang disarankan untuk menggunakan Structure Equation Models (SEM) dengan LISREL. 5. Kajian ini mungkin dapat dijalankan daerah lainnya yang mempunyai ciri budaya dan karakteristik yang hampir serupa dengan Sumatera Selatan, Indonesia. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 REFERENCE . Andreas, Michael and Sabine (2000). Cultural Differences in Planning/Success Relationships: Comparison of Small Enterprises in Ireland, West Germany, and East Germany, Journal of small business management, p 28 Benidicta Prihatin Dwi Riyanti(2003).Kewirausahaan dari sudut pandang Psikologi Kepribadian.Grasindo Bernice Kotey & G. G. Meredith. Relationship among the owner/manager Personal Values, Business Strategies, and Enterprises Performance. Journal of small business Management, 37-61 Badan Pusat Statistik (BPS), (2002), Directory Manufacturing Company Tahun 2001, Jakarta, Indonesia: BPS Cochran, W.G. (1996) Sampling Techniques. New York: Wiley and Sons, Inc. Covin,J.G. & Slevin,D.P (1991), A Conceptual model of entrepreneurship as firm behavior. Entrepreneurship Theory & Practice, 16, 7-25 Cuningham, J. B., & Lischeron, J. (1991). Defining entrepreneurship. Journal of Small Business Management, January, 45-61 Dess, G.G., Lumpkin, G.T., & Covin, J.G(1997), Entrepreneurial Strategy making and firm performance:Test of contingency and configurational models. Strategic Management Journal,18 (9): 677-695. Departemen Koperasi dan UKM. (2001), Dalam Tambunan, T. (2001, Jun). Performance, Problems and prospect of SMEs in Indonesia. Kertas kerja pada seminar, pengembangan usaha kecil di Indonesia: harapan dan kenyataan, Jakarta. Hair, J. F., Anderson, R. E., Tatham. R. L., & Black, W. C. (1998), Multivariate Data Analysis. New Jersey, Prentice-Hall. Hashim, M. K. & Abdullah, M. S. (2000), A proposed framework for redefining SMEs in Malaysia: One industry one definition. Asian Academy of Management Journal. Jan., 65-79. Hasyim, M. K. (2000), Strategi perniagaan, lingkungan, keupayaan distingtif dan kinerja perniagaan kecil dan sederhana di sector pembuatan di Malaysia. School of Management, USM, Malaysia: Tesis Phd. Hasyim, M. K. (2002). A review of the role of SMEs in the manufacturing sector in Malaysia. Dalam M. K. Hasyim (Eds.) (2002), Small and medium-sized enterprise: Role and issues (pp. 33-48). Sintok, Malaysia: Universiti Utara Malaysia Press. Hebert,R. F, and Link, A. N.,The Entrpreneur: Mainstream View and Radical Critiques(2nd ed).,Praeger.New York,1988 Krisnamurti, B(2003).,Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:Ekonomo Rakyat dengan cara Berekonomi Mereka Sendiri. Makalah pada Kongres XV ISEI, Malang, Jawa Timur Lumpkin, G. T & Dess, G. G (1996), Clarifying the entrepreneurial construct and linking it to performance. Academy of Management Review, 21 (1), 135-172. Lumpkin, G. T & Dess, G. G (2001), Lingking two dimension of entrepreneurial orientation to firm performance. Journal of business Venturing, 16(5), 429-451 Lumpkin, G.T., (2000), If Not Entrepreneurship, Can Psyhchological Characteristic Predict Entrepreneurial Orientation? – A Pilot Study. Meredith, G.G., and Kotey, B. (April, 1997), Relationships among Owner/Manager Personal Values, Business Strategies, and Enterprise Performance. Journal of Small Business Management, 37-64. Miller, D. and Friesen, P. H (1983), Innovation in Conservative and entrepreneurial firm: two model of strategic momentum, Strategic Management Journal, pp 1- 25. Noer Soetrisno(2003). Kewirausahaan Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ke-XV, Malang Jawa Timur. Nunnaly, J.C., (1967), Psychometric Theory, New York: McGraw-Hill. Pelham, Alfred M. (1997) Market orientation and performance: the moderating effects of product and customer differentiation. Journal Of Business & Industrial Marketing, Vol. 12. pp. 276-296. Pelham, Alfred M, and Wilson, David T. (1996), A Longitudinal Study of the Impact of Market Structure, Firm Structure, and Market Orientation Culture on Dimensions of Small-Firm Performance. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 24, No. 1, pp. 27-43. Pelham, Alfred M. (2000), Market Orientation and Other Potential Influences on Performance in Small and Medium-sized Manufacturing Firms. Journal of Small Business Management, Volume 38 Issue 1, p48. Rokeach, M. (1973), The Nature of Human Values. London: The Free Press, Collier MacMillan Publishes. Ryan, T.P. (1997) Modern Regression Methods, John Wiley & Sons, Inc, New York.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Sharma, S. (1996) Applied Multivariate Techniques, John Wiley & Sons, Inc. New York Suhardono, E,. (2001), Refleksi Metodologi Riset: Panorama Survey, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tulus Tambunan (2003), Prospek Usaha Kecil dan Menengha Indonesia di dalam Era Perdagangan Bebas dan Globalisasi Ekonomi Dunia, Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia-XV,Batu Malang Zahra, S.A, & Covin, J.G (1995), Contextual influence on the corporate entrepreneurship-performance relationship: A Longitudinal analysis. Journal of businessVenturing, 10, 43-58.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
CURRICULUM VITAE 1. Nama Lengkap 2. Tempat/tgl. Lahir 3. Agama 4. Alamat 5. Pangkat/Gol.NIP 6. Jabatan Pokok 7. Perguruan Tinggi 8. Alamat Kantor 9. Tingkat Pendidikan
: Drs. H. Akmal Effendy, MM : Meranjat/ 27 – 7 – 1948 : Islam : Sekip Jln. Bali No.2294 Rt.36 Palembang 30127 : Pembina Tk. I/ IV.b/ 130 905 413 : Dosen Tetap FE. Unsri : Universitas Sriwijaya : Fakultas Ekonomi Jln. Raya Prabumulih : Km.32 OKI Sumatera Selatan : 1. S1 Sarjana Ekonomi Unsri 1980 : 2. S2 Magister Manajemen Unsri 1996 3. Phd Program pada Universiti Sains Malaysia, 2005
10. Kasus dan Pelatihan : 1. Metode Penelitian Survai di Universitas Gajah Mada 1983 2. Kursus singkat Manajemen Produksi dan Operasi dan UGM 1988 3. PelatIhan Studi Kelayakan di Universitas Indonesia 1991 4. Pelatihan Studi Kelayakan di Universitas Indonesia 1992 5. Workshop penulisan Studi Kasus Manajemen Perusahaan di Universitas Jambi, HEDS Proyek, tahun 1998 6. Pelatihan pengembangan motivasi berprestasi (AMT) angkatan V di Universitas Sriwijaya, 1988. 7. Sensitinity analysis, study Kelayakan Universitas Indonesia, 2001 8. PelatihanValiditas dan Reabilitas Intrument Penelitian, Universitas Indonesia, 2001 9. Pelatihan Program SPSS, 2005 11. Riwayat Pekerjaan : 1. Sekretaris Program Penelitian Pembangunan Pusat Penelitian Pembangunan 1982-1985 2. Ketua Program Penelitian Pembangunan Pusat Penelitian Unsri 1986-1994. 3. Sekretaris (P3EM) Fakultas Ekonomi Unsri 1994-1995 4. Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi Unsri 1998 sampai sekarang 12. Pengalaman Dalam Penelitian : 1. Penelitian pola pemasaran semen PT. Semen Baturaja 1979 2. Penelitian pola pemakaian Semen di Sum-Sel dan Jabar 1980 3. Penelitian tata niaga hasil-hasil pertanian di Daerah Transmigrasi Propinsi Sumatera Selatan 1981. 4. Survai Sosial Ekonomi dalam rangka studi kelayakan proyek perkebunan inti rakyat PTP XI 1981. 5. Penelitian potensi pemasaran komoditi non-tradisional Propinsi Sumatera Selatan 1982 6. Penelitian Kelistrikan desa Sumatera Selatan 1983 7. Penelitian Pra Kelayakan Kawasan Industri Palembang 1984 8. Penelitian dan perancangan pembangunan regional sektor perhubungan di Sumatera Selatan 1984 9. Penelitian TataNiaga Nenas di Sumatera Selatan 1985. 10. Penelitian penyusunan Manual E dan P Unit Telang II 1985 11. Penelitian Pra Feasibility Studi perkebunan coklat 1985. 12. Perencanaan dan perancangan pembangunan regional sektor perhubungan 1985. 13. Penelitian tingkat perkembangan/keberhasilan minimal unit pemukiman transmigrasi Batu Marta 1985.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
13
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Penelitian perencanaan dan perancangan pembangunan regional sektor perhubungan 1986 Penelitian Repelita IV di Kotamadya Palembang 1986 Penelitian perencanaan dan perancangan pembangunan regional sektor perhubungan 1987 Inventarisasi masalah transmigrasi di Sumatera Selatan dan implikasinya bagi alternatif strategi pengembangan daerah 1987 Penelitian kelistrikan desa di Sumatera Selatan 1988 Penyusunan Naskah Repelita V Sumatera Selatan 1988 Penelitian industri minyak goreng di Jawa Timur, Riau, dan Sumatera Utara 1988. Survai Asal-Tujuan Transportasi Nasional 1988 Studi tentang pengembangan pariwisata di Sumatera Selatan 1989 Studi pengembangan usaha KUD Mandiri di Sum-Sel 1989 Penelitian kebijaksanaan tarif perhubungan udara di Ujung Pandang, Manado 1989. Penelitian Water Management Type “H” Lahat 1990. Penelitian Desa Binaan Unsri 1990/1991 Survai pelanggan listrik pedesaan di Sumbagsel 1991 Penyusunan Bina Lembaga Perkoperasian (BLP) sesuai dengan potensi sosial budaya 1991 Penelitian Pengembangan Kelembagaan Perkreditan Pedesaan 1992 Penyusunan Profil Wilayah Koperasi /KUD pada Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) Regional Sumsel 1992. Penelitian Pengembangan Kelembagaan Perkreditan Pedesaan 1992 Penelitian Weter Management Type “H” Muba 1992 Pelaksanaan Uji Coba Pengembangan Pusat Informasi Perkoperasian Daerah Sumsel 1992/1993 Penelitian Weter management Type “H” Tg. Raja OKI 1993 Penelitian weter Management Type “A” Lahat 1994 Analisa infrastruktur di Propinsi Sumatera Selatan 1997 Penyusunan konsep dan strategi pembinaan usaha kecil di Sumatera Selatan 1997 Penelitian Operasi Pasar Khusus Beras, di Sumatera Selatan tahun 1999 Restrukturisasi BUMD Milik Pemerintah Propinsi Daerah TK I Sumatera Selatan, 1999 Orientasi Kewirausahawanan dan Kinerja Perusahaan pada Industri Kecil dan Menengah (SME’s) di Sumatera Selatan, 2004
13. Seminar Yang Telah Di ikuti: 1. Seminar perencanaan regional sektor perhubungan di Jakarta 1986. 2. Seminar Nasional hasil-hasil penelitian penelitian di cisarua, bogor tahun 1990. 3. Seminar pada Raker Dekan FE PTN BKS Sewilayah Barat 1990 4. Seminar Nasional Globalisasi, Industrialisasi dan peluang Bisnis, dalam rangka Dies Natalis Unsri XXXI 1991 5. Seminar dan Sanggar Kerja Peranan BUMN dalam membina Usaha Kecil, Dies Natalis Unsri XXXI 1991 6. Pemakalah pada ulang tahun koperasi ke 44 1991 7. Lokakarya metode AA dan penyusunan soalan test di Unsri 1991 8. Seminar pengembangan pasar modal dalam mendukung sektor riel, 1991 9. Temu Ilmiah Widyaiswara Depkop dan PPK Se Sumbagsel 1993 10. Workshop Proposal Penelitian di ITB 1994 11. Seminar Kiat Sukses berpromosi dan membangun citra 1995 12. Simposium Nasional dalam lustrum IX Pendidikan Tinggi Ekonomi di Sumatera Selatan dengan tema Reformasi menuju pemberdayaan Ekonomi Rakyat Ekonomi Daerah dan Pendidikan, 1998 13. Seminar “ Platform Untuk Masa Depan Ekonomi Indonesia, 1999 14. Sosialisasi Tarif Dasar Listrik (TDL), 2001
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
14
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 15. Lokakarya Kebijakan untuk Pembangunan Ekonomi Daerah Dalam Era Desentralisasi, 2002 16. Regional University Consertium Conference : Regional Economic Development in A Decentralizing Indonesia Jakarta, 2002 17. Conference of Federation of Asian Economic Association ( FAEA) Asean’s “Copetitiveness “ Batam 2003 18. Sosialisasi Program Riset Unggulan Kemasyarakatan dan Kemanusiaan (RUKK) , kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi, Palembang April 2004 19. Workshop Internal Audit ISO ( 9001 : 2000 ) Perguruan Tinggi Mei 2004 FE UI 20. Kolokium (Seminar) Siawazah PPPJJ, USM Juni 2005 Pulau Penang Malaysia 21. The International Conference on the Redevelopment of Post-Disarter Areas in Indonesia, with specific emphasis on Aceh and North Sumatera, 21 Maret 2005 22. Sidang Pleno ke XI ISEI : Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja Baru, Maret 2005 23. Pertemuan Forum Dekanat se-Indonesia di Samarinda Kaltim, Mei 2005 24. Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Akuntansi dan Lembaga Keuangan Syariah Perspektif Ulama, Akademisi dan Praktisi, Palembang Juli 2005
Palembang, 12 Agustus 2005
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
15