PEMBELAJARAN
“Siapapun yang berhenti belajar berarti sudah tua, entah pada usia dua puluh atau delapan puluh tahun. Siapapun yang tetap belajar akan senantiasa muda. Hal terbesar dalam hidup adalah membuat pikiran awet muda.” (Henry Ford)
• Organisasi pada masa kini dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar. • Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku, kognisi/pemikiran, atau afeksi/emosi yang terjadi sebagai akibat interaksi seseorang dengan lingkungannya. • Beberapa aspek yang sangat penting dalam belajar antara lain: • Fokus belajar adalah perubahan. • Perubahan itu berlangsung lama. • Fokus belajar bisa berupa perilaku, kognisi, afeksi, gerak, atau kombinasi dua atau ketiganya. • Belajar merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Teori-teori Belajar Sensory Stimulation Theory • Teori sensory stimulation memiliki dasar bahwa belajar yang efektif adalah dengan menstimulasi/ merangsang indera. • Menurut Laird (1985), 75% dari pengetahuan orang dewasa dipelajari dengan melihat, 13% dengan mendengar, dan 12% dengan indera lain (sentuhan, penciuman, dan rasa). Stimulasi indera dapat dilakukan melalui aneka warna, tingkat volume, pernyataan yang kuat, fakta yang disajikan secara visual, serta penggunaan aneka teknik dan media.
Reinforcement Theory
• Seseorang akan mengulangi atau memperbaiki perilakunya jika diberikan penguatan positif, penguatan negatif atau bahkan hukuman. • Penguatan positif, memuji atau memberikan penghargaan. • Penguatan negatif adalah pembebasan dari situasisituasi yang tidak menyenangkan. • Hukuman diberikan untuk menghilangkan atau tidak mengulangi suatu perilaku yang tidak dikehendaki oleh organisasi.
Social / Observational Learning Theory • Menekankan bahwa orang belajar dengan mengamati orang lain yang mereka yakini bisa dipercaya dan memiliki pengetahuan. • Empat proses utama antara lain: menaruh perhatian, menyimpan informasi atau kesan, menghasilkan perilaku, dan termotivasi untuk mengulagi perilaku tersebut. Teori Pemrosesan Informasi • Memberikan penekanan yang lebih besar pada proses internal yang terjadi ketika isi pelatihan dipelajari dan disimpan. • Pemrosesan informasi dimulai ketika sebuah pesan atau rangsangan dari lingkungan diterima oleh reseptor. • Teori ini juga memperhatikan adanya peristiwa-peristiwa eksternal yang berpengaruh dalam pembelajaran.
Experiential Learning Proses belajar didapat melalui empat tahap yang dapat dimulai dari tahap mana saja dan berkelanjutan, antara lain: • Melalui pengalaman konkret. Belajar melalui pengalaman langsung dan menekankan hubungan interpersonal. • Melalui observasi dan refleksi. Belajar dengan menyaksikan dan memeriksa sudut pandang yang berbeda untuk mencapai pemahaman. • Melalui konseptualisasi abstrak. Belajar dengan memikirkan dan menganalisis istilah-istilah yang ingin diketahui dengan berkonsultasi ataupun membuat sebuah kerangka berpikir. • Melalui eksperimentasi aktif. Mempelajari sesuatu dengan melakukannya dan menilai hasil praktisnya.
Action Learning • Proses dan program yang handal yang melibatkan sekelompok kecil orang dalam memecahkan masalahmasalah nyata dan pada saat yang sama berfokus pada apa yang sedang mereka pelajari dan bagaimana pembelajaran mereka memberikan manfaat bagi setiap anggota kelompok dan organisasi secara keseluruhan. • Nilai terbesar action learning adalah kapasitasnya dalam membekali individu, tim, dan organisasi agar dapat merespon perubahan dengan lebih efektif. • Kekuatan dan kesuksesan action learning tergantung pada interaksi yang efektif antara individu, kelompok, dan fasilitator dengan masalah yang akan dipecahkan.
Facilitation Theory / Humanist Approach • Instruktur atau pengajar berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai stimulator ataupun pengendali proses belajar. • Pembelajar atau peserta didik didorong untuk mengambil resiko belajar sendiri, menyediakan lebih banyak input untuk pembelajaran yang terjadi melalui wawasan dan pengalamannya. • Didorong untuk mempertimbangkan bahwa evaluasi yang paling berharga adalah evaluasi oleh diri sendiri.
Proses Pembelajaran •
•
• • • • •
Menurut Noe (2002), proses pembelajaran meliputi: Expectancy (harapan): keadaan mental pembelajar pada proses pembelajaran, seperti: motivasi belajar, kemampuan dasar, pemahaman terhadap tujuan pelatihan dan manfaat yang diperoleh dari pembelajaran serta menggunakan kapabilitas yang dipelajari pada pekerjaan. Perception (persepsi): mengacu pada kemampuan mengorganisasi pesan dari lingkungan sehingga dapat diproses dan ditindaklanjuti. Working memory (memori kerja): jumlah materi yang dapat diproses pada suatu waktu. Semantic encoding (penyandian semantik): proses penyandian yang sebenarnya terhadap pesan-pesan yang masuk. Retrieval: proses mengidentifikasi bahan yang telah dipelajari dalam ingatan jangka panjang dan menggunakannya untuk mempengaruhi kinerja. Generalizing: bukan hanya dapat mereproduksi secara persis apa yang telah dipelajari, tetapi juga mampu mengadaptasi pembelajaran itu untuk digunakan dalam situasi yang mirip, meskipun tidak identik. Gratification: umpan balik yang diterima pembelajar sebagai hasil menggunakan materi pembelajaran.
Hambatan Pembelajaran Hambatan Internal 1. Kurangnya motivasi karena mereka tidak/belum melihat manfaat dari pembelajaran dan imbalan apa yang dapat mereka peroleh setelah melalui proses belajar. Motivasi adalah dorongan yang membuat karyawan mau belajar. 2. Kurangnya komitmen. Komitmen adalah dorongan agar tetap bersedia belajar. Mempertahankan pola perilaku khususnya belajar, membutuhkan pelatihan, kesempatan untuk berbuat keliru, dan umpan balik yang membantu. 3. Penolakan. Seseorang menolak belajar bisa disebabkan oleh adanya rasa puas diri sehingga merasa sudah hebat dan tidak perlu ada perbaikan, tidak adanya keinginan untuk berubah, serta menolak karena adanya rasa tidak peduli atau tidak ingin tahu. 4. Kemampuan mental. Setiap orang memiliki keterbatasan kemampuan mental. Hambatan itu bisa berasal dari alam bawah sadar yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman kegagalan di masa lalu.
Hambatan Eksternal 1. Dinamika kelompok merupakan sesuatu yang kompleks dan sulit untuk dipahami oleh orang luar anggota kelompok. 2. Perilaku Manajer atau Pimpinan. Manajer atau pimpinan terkadang dapat menjadi pendorong bagi karyawannya untuk belajar. Namun tak jarang perilaku manajer atau pimpinan juga bisa membunuh motivasi untuk belajar dan berkembang.
Gaya Belajar Menurut Peter Honey dan Alan Mumford (dalam Rampersad, 2006) terdapat empat gaya belajar, antara lain: 1. Pribadi Aktif. Menyukai pengalaman baru, dan berpikiran luas serta antusias dalam hal baru, cenderung bertindak dahulu baru memikirkan konsekuensinya. Begitu semangat awal suatu kegiatan hilang, ia akan langsung mencari hal baru berikutnya sambil terus memastikan bahwa dirinya tetap menjadi pusat kegiatan.
2. Pemikir. Seringkali mengamati dari sudut yang berbeda, mengumpulkan data dari pengalamannya dan hal-hal yang sudah terjadi, dengan teliti memikirkannya, dan seringkali menunda menarik kesimpulan yang tegas serta mempertimbangkan semua sudut dan implikasi yang ada sebelum bertindak.
3. Penteori. Penteori menyesuaikan pengamatannya dan menggabungkannya ke dalam teori logis. Suka menganalisis dan memuja prinsip, teori, model, dan pemikiran sistematis. Memecahkan masalah selangkah demi selangkah dengan logika yang konsisten. 4. Pragmatis. Pribadi pragmatis selalu ingin mencoba gagasan, teori, dan teknik untuk melihat kepraktisannya. Praktis, logis, dan suka membuat keputusan serta memecahkan masalah. Seorang pragmatis kebanyakan belajar dari kegiatan yang mempunyai manfaat praktis dan sedikit teori. Pembahasan yang tak kunjung usai membuatnya gelisah dan mereka pribadi yang amat rasional.