Orasi ilmiah disampaikan pada Wisuda sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Akademi Manajemen Informatika Lembah Dempo Pagar Alam Pagar Alam 15 Maret 2014 *Zakaria Wahab
Yang terhormat, Bapak Ketua Pengurus Yayasan Milinium Bapak Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Akademi Manajemen dan Informatika Lembah Dempo Pagar Alam, Bapak Drs. H. Effendi Sangkim, M.Si beserta jajarannya. Ibu Walikota Pagar Alam atau yang mewakili Ibu Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah II atau yang mewakili Para Sivitas Akademika STIE dan AMIK Lembah Dempo Pagar Alam baik dosen tetap maupun dosen luar biasa Para tamu undangan, orang tua atau wali mahasiswa, serta keluarga para wisudawan/wisudawati yang turut hadir Wisudawan/wisudawati yang kami banggakan Para undangan dan hadirin sekalian yang berbahagia Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Pertama-tama saya ingin mengajak hadirin sekalian yang saya hormati untuk bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Allah Swt, atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga beserta para sahabat yang setia mengamalkan ajaran beliau hingga akhir zaman. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaatnya diakhirat kelak, amin ya rabbal alamin. Dengan seizin Allah SWT hari ini, saya mendapatkan amanah untuk menyampaikan orasi ilmiah, dalam rangka rangkaian pelaksanaan wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Akademi Manajemen dan Informatika Lembah Dempo Pagar Alam. Saya pada kesempatan ini menyampaikan ucapan selamat kepada segenap wisudawan dan wisudawati dan orang tua atau wali mahasiswa. Saya percaya momen wisuda ini akan menjadi catatan tersediri dalam kehidupan para wisudawan/wisudawati dan juga keluarga, karena capaian akademik yang didambakan ini akan menjadi awal bagi kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Para undangan, wisudawan/wisudawati, orang tua dan wali mahasiswa yang berbahagia, Orasi ilmiah ini saya beri judul : “Pentingnya Kepemimpinan Perguruan Tinggi yang Transformational dan Implementatif untuk menghasilkan lulusan yang unggul”. Perguruan Tinggi sebagaimana yang kita pahami bersama mempunyai tugas pokok, disatu pihak dituntut untuk mendidik putra-putri bangsa agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dilain pihak dalam konteks daerah maupun nasional, juga memiliki kewajiban sosial yang tidak kalah pentingnya, yakni menjadi penggerak pembangunan daerah maupun nasional; termasuk mempersiapkan para peserta didik kita menjadi caloncalon pemimpin daerah maupun bangsa yang bukan saja memiliki kompetensi akan tetapi juga berkarakter. Kedua tugas pokok tersebut oleh sebuah Perguruan Tinggi dilaksanakan melalui pelaksanaan apa yang dikenal dengan Tridharma Perguruan Tinggi, yang meliputi kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Bagi sebuah Perguruan Tinggi dalam pelaksanaan ketiga dharma tersebut tidak ada pilihan lain kecuali melaksanakannya dengan sebaikbaiknya dengan penuh komitmen. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan dan saling pengaruh mempengaruhi. Kualitas dharma pertama pendidikan dan pengajaran, akan mempengaruhi mutu penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Demikian pula pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat akan menentukan kualitas pendidikan dan pengajaran. Selanjutnya ketiga dharma tersebut akan mempengaruhi kualitas lulusan secara keseluruhan. Untuk melaksanakan ketiga dharma tadi bagi sebuah Perguruan Tinggi bukanlah merupakan sebuah pekerjaan yang sederhana; berbagai kendala membentang yang tidak serta merta mudah untuk dipecahkan. Tantangan itu antara lain adalah aspek pembiayaan yang jumlahnya tidak sedikit manakala kita berkomimen menghasilkan lulusan yang berkualitas dan unggul. Hal ini terlebih jika dikaitkan dengan tanggung jawab sosial berupa penyediaan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi bagi masyarakat luas dengan biaya yang relatif terjangkau sehingga dapat meningkatkan angka partisipasi. Sebagaimana kita ketahui angka partisipasi kasar PT pada tahun 2013 adalah sebesar 18,7 % ( Dirjen Dikti Kemdiknas, 2013); sedangkan target angka partisipasi kasar Perguruan Tinggi tahun 2014 dan 2015 ditetapkan pemerintah berturut-turut sebesar 33 % dan 35 %; serta tantangan nasional dan global yang erat kaitannya dengan peningkatan daya saing bangsa melalui sumber daya manusia. Sudah barang tentu hal ini menuntut mutu lulusan yang unggul sehingga memiliki daya saing, bukan semata-mata meningkatkan angka partisipasi. Kesemua ini mengisyaratkan pengelolaan Perguruan Tingggi seyogyanya dilaksanakan sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. Tantangan lain yang juga perlu diantisipasi adalah munculnya berbagai Perguruan Tinggi Swasta baru yang memiliki sumber daya yang lebih baik sehingga tidak dapat dipungkiri menciptakan suatu persaingan. Pada kesempatan yang singkat ini, saya ingin menyoroti pengelolaan Perguruan Tinggi terutama Perguruan Tinggi Swsasta dari perspektif kepemimpinan, untuk dapat menemukan langkah-langkah strategik guna menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan mutu lulusan yang unggul. Untuk itu pembahasan pada orasi ini akan saya bagi dalam empat bagian. Pada bagian pertama saya akan memfokoskan uraian pada tantangan penyediaan dana dalam rangka menghasilkan lulusan yang unggul. Pada bagian kedua, uraian akan difokuskan pada tantangan mutu lulusan yang dapat bersaing dipasar kerja; pada bagian ketiga akan saya uraikan tentang globalisasi serta
tantangan bagi Perguruan Tinggi. Selanjutnya pada bagian keempat saya akan menguraikan perspektif kepemimpinan sebagai suatu aspek penting untuk menjawab tantangan yang dihadapi. Para wisudawan/wisudawati, orang tua wali yang berbahagia, Tantangan Penyediaan Dana. Dalam menghasilkan lulusan yang unggul, diperlukan dukungan dana yang tidak sedikit, yang ditujukan untuk membiayai berbagai kegiatan seperti proses belajar-mengajar dan penelitian, penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar dan lain-lain; dari aspek jumlahnya setidaktidaknya perlu disesuaikan dengan ketentuan standar (nasional) pendidikan. Mengingat dana merupakan sesuatu yang mahal untuk pengelolaan suatu Peruruan Tinggi maka pengelolaannya juga membutuhkan manajemen yang kredibel, transparan dan accountable sehingga pemanfaatan dana atau keuangan yang ada dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Pengelolaan dana yang efektif dan efisien bermakna bahwa dana-dana yang mampu dihimpun dari berbagai sumber itu, seyogyanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang secara nyata berhubungan langsung dengan pencapaian visi, misi serta tujuan yang sudah disepakati bersama. Dengan kata lain sebuah Perguruan Tinggi seyogyanya dikelola dengan baik dan benar atau mengacu kepada prinsip-prinsip good governance; dengan demikian Perguruan Tinggi akan dapat mencapai tujuannya dan pada saat yang sama akan terhindar dari mal fungsi dan mal praktik yang akan merugikan Perguruan Tinggi itu sendiri. Pembiayaan pendidikan pada Perguruan Tinggi secara umum dapat dikelompokkan atas dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi satuan pendidikan dimaksud diatas meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia dan modal kerja tetap. Sedangkan biaya operasional satuan pendidikan meliputi :
Gaji tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan lainnya Bahan dan peralatan pendidikan habis pakai Biaya operasi tak langsung seperti: listrik, air, telepon, pemeliharaan sarana dan prasarana, biaya transportasi dan lain sebagainya.
Besarnya kebutuhan dana tersebut baik untuk investasi maupun operasional sebuah Pendidikan Tinggi sebagaimana yang dikemukakan tadi, kuranglah memadai jikalau sumber pemenuhannya semata-mata mengandalkan sumber yang berasal dari mahasiswa. Ambil contoh untuk pengembangan tenaga akademik (dosen), untuk menghasilkan sumber daya dosen dengan kualifikasi magister saja dibutuhkan dana yang cukup besar, terlebih menghasilkan seorang dosen dengan kualifikasi doktor. Sebagaimana kita fahami bersama bahwa pada saat ini peraturan pemerintah terbaru sudah mensyaratkan bahwa untuk menjadi seorang dosen pada strata satu (S1) saja diperlukan syarat kualifikasi minimal strata 2 atau magister. Selanjutnya kualifikasi strata 2 atau magister saja belumlah cukup akan tetapi harus pula memiliki syarat tambahan berupa jenjang kepangkatan akademik yang memadai, sebagaimana tertera dalam aturan yang paling baru, yaitu pada Permen Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi RI No.46 tahun 2013. Untuk mengasilkan tenaga akademik dosen dengan jabatan fungsional akademik yang memiliki kewenangan melakukan pendidikan dan pengajaran secara mandiri selain membutuhkan waktu yang tidak singkat juga dana, terutama dana penelitian yang seyogyanya disediakan oleh sebuah Perguruan Tinggi yang bersangkutan agar dosen tersebut dapat memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.
Dari gambaran diatas tidaklah mengherankan sesungguhnya sumber dana yang berasal dari mahasiswa dalam bentuk apapun baik yang dipungut pada setiap semester dalam bentuk SPP atau sumbangan lainnya, umumnya hanya dapat menutupi sebagian biaya operasional sebuah Perguruan Tinggi. Dalam konteks itulah beberapa Perguruan Tinggi tertentu membuat kebijakan menyangkut sumber keuangan dengan menetapkan biaya yang berbeda untuk setiap mahasiswa sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing mahasiswa. Akan tetapi kebijakan seperti ini tidak dapat dilaksanakan oleh semua Perguruan Tinggi terutama Perguruan Tinggi di daerah yang mayoritas mahasiswanya terdiri dari masyarakat menengah bawah. Mengingat begitu besarnya kebutuhan dana dalam proses pendidikan sebuah Perguruan Tinggi guna menghasilkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing maka sebuah Perguruan Tinggi harus mampu menggali dan mengembangkan sumber-sumber dana diluar dana yang berasal dari mahasiswa. Usaha-usaha untuk menggali sumber-sumber dana yang berasal dari luar mahasiswa harus terus diupayakan. Sumber-sumber dana tersebut misalnya pemanfaatan aset yang ada di lingkungan Perguruan Tinggi tersebut, pemerintah pusat dan daerah, kerjasama penelitian dengan berbagai pihak yang meliputi pemda setempat, BUMN/BUMD, swasta atau alumni, jasa-jasa yang dapat dilaksanakan oleh para sivitas akademika dan usaha-usaha lainnya yang sah termasuk menciptakan produk/jasa yang dibutuhkan masyarakat/stakeholders. Sumber dana yang tidak kalah pentingnya juga adalah hibah atau bantuan dari pemerintah baik pemerintah pusat melalui Dikti terlebih pemerintah daerah, mengingat sebuah Perguruan Tinggi adalah aset daerah. Oleh sebab itu pimpinan Perguruan Tinggi seyogyanya dapat menjalin kerjasama dan sinergi yang saling membutuhkan dengan pimpinan daerah, dengan landasan kesadaran bersama bahwa tanggungjawab pengembangan sumberdaya manusia adalah tanggungjawab bersama antara masyarakat dan pemerintah. Singkat kata pimpinan Perguruan Tinggi pada saat ini dan dimasa datang dituntut untuk memiliki visi kewirausahaan sosial. Tantangan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Pendapat yang beranggapan bahwa melanjutkan pendidikan pada tingkat Perguruan Tinggi semata-mata untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, perlahan-lahan tetapi pasti berangsur-angsur mulai ditinggalkan. Berdasarkan pengamatan saat ini masyarakat sudah semakin realistis, sehingga mereka menyadari bahwa kuliah bukan semata-mata untuk mendapat gelar kesarjanaan. Lebih penting daripada itu adalah mau kemana setelah menamatkan kuliah ini nantinya ?. Hal ini mencerminkan betapa masyarakat sudah tidak lagi semata-mata memikirkan tentang diperolehnya gelar pada akhir sebuah proses pendidikan. Dengan kata lain, kini gelar bukan lagi merupakan suatu prestise. Dalam kaitan itu perubahan pola pikir masyarakat dewasa ini seyogyanya di respons secara tepat. Bagi kita sebagai insan-insan yang terlibat langsung dalam dunia Pendidikan Tinggi; yang ikut berkontribusi langsung dalam menentukan mutu pendidikan harus dapat menemukan jawaban yang tepat atas fenomena diatas. Perubahan paradigma dalam pengelolaan Perguruan Tinggi yang merupakan suatu karakter dunia modern kiranya perlu kita lakukan. Meskipun dari segi kognitif pendidikan tetap mendapatkan prioritas yang tinggi, namun proses integrasi hasil belajar dengan kehidupan nyata dan dengan masa depan semakin meminta penekanan-penekanan baru. Kurikulum pendidikan seyogyanya dirancang untuk memberikan pengalaman-pengalaman yang merangsang peningkatan kreativitas, intelektualitas, dan daya analisis yang memadai sesuai dengan strata pendidikannya. Disamping itu, kurikulum harus mampu menyajikan hal-hal yang praktis dan disesuaikan dengan latar belakang
kehidupan mahasiswa yang bervariasi, tujuan hidup yang berbeda, serta daya pemahaman terhadap persoalan yang berbeda pula. Pendidikan harus dapat menyajikan kesempatan-kesempatan untuk berbuat dan bertindak berdasarkan apa yang dipahami seseorang maupun kesempatan berteori tentang solusi yang ideal dari berbagai masalah. Kurikulum juga harus dapat memperkenalkan kepada peserta didik dengan berbagai cara belajar. Pada gilirannya hal ini akan mampu mempersiapkan peserta didik untuk merencanakan masa depannya dan berperan aktif dalam merealisasikannya sehingga pada gilirannya dapat berperan aktif dan positif dalam masyarakat. Dalam konteks itu pula, kurikulum juga perlu didukung dengan tersedianya sarana pendidikan yang memadai bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keilmuan, seperti ketersediaan laboratorium, fasilitas internet, perpustakaan yang memadai dan lainnya. Pengembangan kurikulum harus diikuti dengan pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat. Penyajian kurikulum di dalam kelas dalam bentuk proses perkuliahan, ditujukan untuk membekali kemampuan intelektual mahasiswa yang lebih dikenal dengan hard skill. Selanjutnya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh para dosen agar diupayakan sedapat mungkin melibatkan mahasiswa sehingga mahasiswa memiliki pengalaman langsung baik dalam melakukan penelitian maupun mengaplikasikan ilmunya berupa pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian akan semakin terasah kemampuan hard skills yang sudah mereka miliki. Selain kemampuan hard skills mahasiswa hendaknya juga dibekali dengan kemampuan softskill. Hasil penelitian terbaru menunjukkan bukti betapa pentingnya peranan soft skills melengkapi hard skills dalam kesuksesan seseorang dilingkungan kerja; “manajemen perusahaan menemukan korelasi positif antara kemampuan soft skills seorang pekerja dengan kinerja dan kenaikan gaji yang diperolehnya “(Klaus: 12). Klaus (2012) selanjutnya menjelaskan bahwa soft skills mencakup keterampilan pribadi, sosial, komunikasi dan perilaku manajemen diri; softskill memungkin seseorang untuk lebih efektif menggunakan kemampuan teknis dan kemampuan faktual yang dimilikinya. Oleh sebab itu, banyak perusahaan mulai memberikan perhatian pada manfaat soft skills ini. Harian Kompas (19-2-2010) misalnya menurunkan berita dengan judul “ Dua Juta Diploma dan Sarjana Menganggur. Keterampilan Nonakademis Faktor Penentu”; menyoroti pentingnya softskills ini. Menurutnya “Keterampilan atau keahlian nonakademis yang dimaksud itu antara lain adalah keterampilan presentasi, manajemen konflik, berbicara di depan publik dan kerjasama dalam satu tim”. Bahkan secara ekstrim mereka berpendapat Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi tidak akan berarti apa-apa tanpa soft skills yang memadai. Keterampilan berupa softsikll ini selain dapat diintegrasikan melalui kegiatan proses belajar mengajar, secara khusus dapat diupayakan melalui pengembangan kegiatan kemahasiswaan melalui kegiatan ko- ekstra dan ekstra kurikuler. Dengan demikian akan tercipta kualitas manusia atau lulusan yang unggul yang berarti bukan saja memiliki kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) yang memadai sesuai dengan jenjang pendidikannya akan tetapi memiliki karakter (Erie Sudewo: 2013). Selanjutnya Erie Sudewo membagi karakter kedalam dua bagian yang meliputi karakter pokok dan karakter pilihan. Karakter pokok terdiri dari karakter dasar, karakter unggul dan karakter pemimpin. Karakter dasar misalnya saja tidak egois, jujur dan disiplin. Dalam pendidikan kita aspek soft skills atau karakter ini yang sering kali terabaikan dan penekanan lebih dominan kepada aspek kompetensi yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan.
Tantangan Globalisasi. Globalisasi menunjuk pada integrasi ekonomi secara global, negara yang sebelumnya ekonomi nasional, dengan kata lain menjadi satu kesatuan ekonomi global . Dengan penyatuan ini maka konsep dunia menjadi berubah yang tadinya terkotak-kotak terdiri dari berbagai wilayah kini sudah menjadi sebuah desa kecil yang didalamnya hidup berbagai suku bangsa termasuk dalam bidang ekonomi. Itu sebabnya Indrjit Eko & Cokropranoto R, mengatakan bahwa globalisasi menunjuk pada integrasi ekonomi secara global, dari ekonomi negara-negara menjadi satu ekonomi global. Mengingat globalisasi tidak hanya menyangkut dan berdampak pada bidang ekonomi saja tetapi pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia, maka globaliasipun juga akan berdampak pada pendidikan tinggi dan perguruan tinggi. Terkait pendidikan tinggi, saat ini dan kedepan diperkirakan akan menghadapi tantangantantangan yang tidak ringan, mengingat antara lain adanya kesepakatan perdagangan bebas baik regional maupun global. Pada tingkat regional misalnya seperti kita ketahui tahun 2015, yang sebentar lagi akan kita lalui adalah batas waktu akan diberlakukannya AFTA, berarti ketika itu kita akan berada di era pasar bebas ASEAN, dimana mungkin saja termasuk di bidang pendidikan. Ini berarti cepat atau lambat pada waktunya nanti Perguruan Tinggi Asing (PTA) akan dapat beroperasi secara mandiri di negara kita. Walaupun saat ini belum dijumpai Perguruan Tinggi Asing yang beroperasi, tetapi ancaman itu sangat mudah difahami. Oleh sebab itu sejak dini para pengelola Perguruan Tinggi kita harus sudah mengantisipasi hal tersebut dengan membuat berbagai langkah-langkah nyata, jika tidak maka bersiap lah sebuah Perguruan Tinggi ditinggalkan mahasiswa. Selain merupakan ancaman fenomena ini dapat dianggap sebagai peluang bagi Perguruan Tinggi. Dengan terbukanya pasar Asean misalnya, maka lalu lintas tenaga kerja antar negara akan menjadi mobile. Dalam kaitan itu maka Perguruan Tinggi kita seyogyanya mempersiapkan peserta didik dengan berbagai keterampilan yang diperlukan; yang berbasis lintas kultural. Sungguh ini sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan secara baik agar lulusan kita dapat berperan aktif secara memadai di era globalisasi ini. Perspektif kepemimpinan sebagai suatu aspek penting untuk menjawab berbagai tantangan. Para wisudawan/wisudawati, orang tua dan wali mahasiswa yang berbahagia, Sebelum saya memulai uraian tentang tipe-tipe kepemimpinan, berikut ini sekilas akan saya uraikan apa yang dimaksud dengan kepemimpinan. Maxwell seorang pakar di bidang kepemimpinan (1995) secara singkat mengatakan bahwa “ kepemimpinan adalah pengaruh”. Sementara itu Robbin (2006) menyatakan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi sub-ordinat atau pengikut, yang berbeda dengan manajemen, kepemimpinan tidak memaksa dengan menggunakan kekuasaan, ganjaran dan penghukuman untuk memaksakan pengaruh pada pengikut. Selanjutnya Zaleznik seorang pakar ilmu kepemimpinan memberikan perbedaan keduanya. Menurut Zeleznik terdapat berbedaan pokok antara manajer dan pemimpin, keduanya berbeda dalam motivasi, sejarah pribadi dan cara berpikir serta bertindak. Zaleznik selanjutnya menjelaskan bahwa manajer cenderung mengambil sikap impersonal jika tidak pasif terhadap tujuan, sedangkan pemimpin mengambil sikap pribadi dan aktif terhadap tujuan. Manajer cenderung memandang kerja sebagai suatu proses yang memungkinkan, mencakup suatu kombinasi dari orang dan gagasan yang berinteraksi untuk menetapkan strategi dan mengambil keputusan. Sedangkan pemimpin dalam aktivitasnya berfokus pada gagasan, berhubungan dengan orang-orang dengan cara yang lebih
intuitif dan empati. Sementara itu Bennis dan Nanus seperti yang dikutip Yukl (2001), berpendapat bahwa “manajer adalah orang yang melakukan segala sesuatunya dengan baik dan pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar.” John Kotter dari Harvard sejawat Zaleznik, juga berpendapat bahwa kepemimpinan berbeda dari manajemen. Manajemen menurut beliau menyangkut mengatasi kerumitan; manajemen yang baik akan menghasilkan tatatertib kerja dan konsistensi dengan menyusun rencana-rencana kerja yang formal, merancang struktur organisasi yang ketat dan memantau hasil dengan pembandingan terhadap rencana. Kepemimpinan sebaliknya, menyangkut mengatasi perubahan dan tantangan. Kepemimpinan menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan . Kemudian mereka menyatukan orang dengan mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan-rintangan. Perkembangan Teori Pepemimpinan. Teori Kepemimpinan orang besar dan teori sifat Diatas tadi dikemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain. Persoalannya dari manakah kemampuan itu berasal. Teori yang paling kuno tentang kepemimpinan adalah teori orang besar (the greatman theory). Dalam teori ini dijelaskan bahwa kepemimpinan itu dibawa seseorang sejak lahir, artinya seseorang memang ditakdirkan menjadi pemimpin. Teori ini mencontohkan sejumlah pemimpin dunia yang seolah-olah mereka terlahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejumlah tokoh dunia yang mereka contohkan seperti, Mahatma Ghandi, Abraham Lincoln, Soekarno dan tokoh lainnya yang namanya dikenal hingga saat ini. Tetapi teori ini tidak mungkin untuk dikembangkan karena keterbatasannya. Kita tidak tau siapa yang dilahirkan yang memiliki kemampuan kepemimpinan itu, lagi pula, bagaimana jika seseorang yang tidak terlahirkan menjadi pemimpin tetapi berkeinginan untuk menjadi pemimpin. Lalu para ahli berpikir untuk menemukan kepemimpinan ini dengan mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh para tokoh tadi, maka lahirlah teori sifat. Ketika Margaret Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris, dia selalu dipilih karena kepemimpinannya. Ia digambarkan sebagai orang yang percaya diri, bertekad baja, penuh tekad dan tegas. Istilah-istilah ini dikenal dengan karakter (sifat). Kemudian para pakar mengidentifikasi beberapa individu seperti Margaret Thatcher, Ronald Reagan, Nelson Mandela, Ted Tunner, Collin Powel sebagai tokoh-tokoh pemilik kepemimpinan yang kokoh, yang oleh para pengikutnya dikelompokkan ke dalam teori karakter. Jadi menurut teori ini seseorang yang memiliki kemampuan mengarahkan orang lain dalam arti kepemimpinan karena memiliki sejumlah karakter tertentu. Sumbangan teori karakter dalam ilmu pengetahuan adalah telah memberikan jalan kepada kita bagaimana leadership itu dapat kita tumbuhkan dalam diri kita masing-masing dengan meniru sifat-sifat-sifat positif yang dimiliki oleh para pemimpin yang berhasil. Beberapa kelemahan dari teori ini adalah bahwa dalam praktik dijumpai, dalam kasuskasus tertentu teori ini tidaklah berlaku umum. Teori Perilaku Hasil penelitian dari Ohio University, menemukan dua kecendrungan dalam diri individu. Yaitu kecendrungan berorientasi pada hubungan antar manusia yang disebutnya dengan pertimbangan dan kecendrung berorientasi pada tugas yang disebutnya dengan struktur prakarsa. Kedua kecendrungan ini
berhubungan erat dengan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain sehingga berdampak positif kepada effektivitas pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh pusat riset dan survei, Universitas Michigan juga sampai pada dua dimensi perilaku kepemimpinan yang juga dikaitkan kepada efektivitas kinerja. Perilaku kepemimpinan yang mereka sebut dengan berorientasi kepada karyawan dan berorientasi pada produksi. Sebetulnya kedua kecendrungan ini secara umum ada dalam diri masing-masing individu. Persoalannya mana yang dominan dalam diri masing-masing individu, berorientasi kepada karyawan atau berorientasi pada produksi. Kedua dimensi ini akan mempengaruhi kemampuan pemimpin dalam menggerakkan bawahannya untuk merealisasikan tujuan organisasi. Pemimpin yang berorientasi pada karyawan dideskripsikan sebagai menekankan pada hubungan pribadi, ramah dan menyamakan dirinya setingkat bawahan. Sebaliknya pimpinan yang berorientasi pada produksi menekankan pada aspek teknis tugas dari pekerjaan. Perhatian utama mereka adalah pada penyelesaian tugas dan pengawasan yang ketat. Selanjutnya kedua model inilah yang memberi inspirasi kepada para ahli lain dalam mengembangkan teori kepemimpinan yang lain khususnya teori perilaku. Teori perilaku menuntut penerapan gaya kepemimpinan tertentu untuk memimpin bawahan yang memiliki karakteristik tertentu. Dari berbagai teori perilaku yang kita kenal, kelemahan dari teori ini adalah adanya kesulitan untuk menyesuaikan antara gaya kepemimpinan masing-masing individu terhadap karakteristik bawahannya. Artinya gaya atau perilaku kepemimpinan yang mana yang cocok untuk satu kondisi bawahan tertentu; hal yang demikian ini relatif sulit dilakukan, apalagi dikaitkan dengan kondisi yang berubah serba cepat.
Kepemimpinan Kharismatik Sampai saat ini, para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pimpinan memiliki karisma. Tipe kepemimpinan seperti ini mempunyai daya tarik yang besar. Kebanyakan pengikut menjelaskan alasan mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini karena kurang pemimpin yang kharismatik. Sering dikatakan bahwa pemimpin seperti ini memiliki kekuatan supernatural, kekayaan, umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya yang tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe kepemimpinan kharismatik. Kelemahan utama dari kepemimpinan kharismatik ini adalah dalam hal konsep ilmu. Kepemimpinan tidak hanya cukup memiliki kemampuan mempengaruhi para pengikut, sehingga mau menuruti kehendak pemimpin, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah sisi yang akan dipengaruhi itu, meliputi tujuan yang akan dicapai, visi dan misi, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pencapaian tujuan sehingga mencapai efektivitas organisasi. Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Kita mulai uraian ini dengan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional adalah konsep kepemimpinan dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar-menawar antara keduanya. Karakteristik kepemipinan ini adalah contingent reward dan management by exception. Contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah dilaksanakan, yaitu berupa bonus atau bertambahnya fasilitas. Hal ini dimasudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian kepada bawahan atas upaya-upayanya. Pimpinan bertransaksi dengan bawahan, dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan oleh bawahan. Selain itu tipe
kepemimpinan transaksional ini menekan tugas pada fungsi control. Pimpinan melakukan intervensi kepada bawahan apabila standar tidak terpenuhi. Bentuk kepemimpinan transaksional dipandang lemah untuk menjawab persoalan organisasi dalam menghadapi perubahan yang demikian cepat, karena itu dibutuhkan kepemimpinan dengan pendekatan baru, salah satunya tipe kepemimpinan transformasional. Tipe kepemimpinan transformasional didifiniskan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi (Locke: 1997). Burns (1978) sebagaimana dikutip Khaerul Umam menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah tipe kepemimpinan yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki bawahan secara inovatif, memberdayakan staf dengan perubahan cara berpikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman tentang tujuan organisasi, serta membawa organisasi menuju perubahan yang kontinu melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat, keahlian, kemampuan, ide dan pengalaman, sehingga setiap pegawai merasa terlibat dan bertanggungjawab dalam penyelesaian pekerjaannya. Sedangkan menurut Cox, kepemimpinan transformasional merupakan kesimpulan dari tipe kepemimpian sebelumnya, yaitu tipe kepemimpinan berdasarkan sifat, kepemimpinan perilaku, kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan transaksional. Wacana kepemimpinan transformasional semakin dirasakan penting untuk diterapkan pada saat ini karena tipe kepemimpinan ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam beberapa hal : 1. Memberikan stimulan kepada bawahan maupun kolega untuk memandang pekerjaan dari perspektif baru; 2. Menumbuhkan kepedulian terhadap visi dan misi organisasi 3. Memotivasi kolega dan bawahan untuk melakukan suatu hal secara berbeda dari biasanya 4. Memberikan harapan yang lebih menantang 5. Mendorong pencapaian kinerja organisasi yang lebih tinggi. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang masa depan suatu organisasi yang terus bertumbuh dan meningkat hingga saat ini ( Robbin : 28). Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, begitu bertenaga sehingga bisa mengakibatkan terjadinya loncatan awal kemasa depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat serta sumberdaya untuk bisa diwujudkan. Suatu kajian terhadap berbagai definisi menemukan bahwa sebuah visi itu berbeda dari bentuk-bentuk lain, seperti penetapan arah dalam beberapa hal. Sebuah visi memiliki gambaran yang jelas dan mendorong serta menawarkan suatu cara yang inovatif untuk memperbaiki dan berdasarkan tradisi serta terkait dengan tindakantindakan yang dapat diambil orang untuk melakukan perubahan. Visi menyalurkan emosi dan energi orang. Bila diatrtikakulasikan secara tepat sebuah visi akan menciptakan kegairahan sebagaimana yang dimiliki orang pada peristiwa-peristiwa olahraga, yang membawa energi komitmen ditempat kerja. Tipe Kepemimpinan untuk Perguruan Tinggi Karakteristik Pergruan Tinggi berbeda dengan organisasi bisnis, atau perusahaan yang berorientasi pada laba, maupun perusahaan pemberi jasa lainnya. Perbedaan itu antara lain terletak pada penyampaian jasa dimana antara pemberi jasa (dosen) dengan penerima jasa (mahasiswa) bertemu secara langsung;
setidaknya yang kita alami saat ini. Dalam jasa yang memiliki karakter yang oleh Lovelock (2001) di katagorikan sebagai people mind processing, maka pengguna jasa (mahasiswa) sebenarnya tidak selamanya perlu hadir secara langsung untuk mendapatkan jasa ini sebagaimana yang kini kita alami. Kemajuan teknologi informasi yang ada saat ini sangat memungkin hal itu terjadi di masa depan. Dalam kaitan itu pimpinan Perguruan Tinggi sepatutnya mengantisipasi kecendrungan semacam ini dan karenanya dibutuhkan pemimpin yang visioner. Para pengguna jasa Peruruan Tinggi utamanya adalah para mahasiswa yang sedang belajar dan para stakeholders lainnya, mereka adalah para pengguna jasa Perguruan Tinggi, sedangkan jasa yang mereka beli adalah ilmu pengetahun, artinya dengan membeli jasa Perguruan Tinggi seseorang akan semakin berkualitas yaitu: memperoleh keterampilan dan pengetahuan baru dan karakter yang cocok sebagaimana tujuan yang ingin dicapai oleh penyelenggaraan pendidikan. Secara struktur pimpinan Perguruan Tinggi atau Universitas membawahi para dekan dan para dekan dibantu oleh para pembantu dekan yang membawahi ketua-ketua jurusan, dimana ketua-ketua jurusan membawahi prodi-prodi. Selanjutnya prodi-prodi mengelola para dosen. Demikian pula Institut atau Sekolah Tinggi yang membawahi para pembantu ketua dan ketua prodi-prodi. Hubungan yang demikian itu adalah bersifat kolega dan peer group. ( Kelly, 2002) Pada sisi lain, proses penyelenggaraan pendidikan melibatkan para guru besar, lektor, dan asisten; mereka ini adalah orang-orang pilihan yang ahli dibidangnya masing-masing, disamping juga berperan pula tenaga-tenaga kependidikan dimana umumnya mereka ini adalah tenaga-tenaga terampil. Dalam situasi demikian ini kepemimpinan yang berlandaskan kekuasaan akan kurang efektif, dibandingkan dengan tipe kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan antar manusia. Demikian pula kepemimpinan yang berorientasi pada otoritas. Gaya kepempinan yang lain adalah gaya kepemimpinan kepakaran (expertice) dan perilaku (behavioural). Mengingat tantangan yang dihadapi Peruruan Tinggi yang demikian kompleks, meliputi tantangan keterbatasan dana, tantangan untuk meningkatkan mutu, dan tantangan globalisasi serta tantangan lainnya, maka menurut saya penggunaan gaya kepemimpinan yang berfokus pada satu bentuk gaya kepemimpinan saja dalam memimpin sebuah Perguruan Tinggi diperkirakan tidak akan efektif. Dalam pada itu sebagaimana yang telah saya uraikan tadi, gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mungkin perlu dipertimbangkan, terutama dengan ciri khusus yang ditawarkannya tadi. Meskipun demikian perlu juga diwacanakan untuk mensinergikan tipe kepemimpinan transformasional ini dengan tipe kepemimpinan visioner. Dimana karakteristik utama sebuah visi adalah memiliki gambaran yang jelas dan mendorong suatu cara yang inovatif untuk melakukan perubahan. Dengan adanya kalobarasi antara dua tipe kepemimpinan ini, akan diperoleh kepemimpinan Perguruan Tinggi yang visioner dan implementatif untuk menghasilkan lulusan yang unggul. Lulusan yang unggul yang dimaksud adalah memiliki pengetahuan, keterampilan dan karakter yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. Selanjutnya perlu juga mendapat tekanan khusus disini bahwa bagaimana pun baiknya strategi yang telah disusun; yang merupakan cara untuk mencapai visi organisasi tidak akan ada berarti banyak tanpa pelaksanaan atau eksekusi (Bossidy & Charan: 2004). Fakta memperlihatkan dalam banyak hal bukanlah strategi yang salah akan tetapi kegagalan organisasi dalam mengeksekusi strategi kedalam kegiatan operasional. Dalam kaitan itu dibutuhkan kepemimpinan yang mampu menghubungkan antara strategi dengan operasi-operasi dan orang-orang yang akan
mengimplementasikan strategi tersebut dan karena itu perlu menghubungkan imbalan dengan hasil-hasil yang dicapai; dengan kata lain bukan hanya pemimpin yang mampu menciptakan visi yang menantang tetapi juga pemimpin yang mampu mengimplementasikan strategi ke dalam langkah-langkah nyata atau action oriented sungguh diperlukan. Sebagai kesimpulan, kepemimpinan yang cocok adalah tipe kepemimpinan yang transformasional dan implementatif. Hadirin yang terhormat, para wisudawan/wisudawati, orang tua atau wali yang berbahagia, Demikianlah orasi singkat yang dapat saya sampaikan, atas segala kekurangnya saya mohon maaf yang sebesarnya. Sebelum menutup orasi ini, izinkan saya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Yth. Bapak Drs. H. Effendy Sangkim, M.Si dan jajarannya yang dengan penuh komitmen membangun dan mengembangkan Pendidikan Tinggi dibawah naungan yayasan Milinium ini; sehingga memberikan kesempatan kepada terutama putra daerah menimba ilmu disini. Saya menyaksikan perubahan nyata apa yang telah dilakukan sebagai bentuk komitmen itu. Sesungguhnya “sebaik-baik manusia adalah manusia yang banyak manfaatnya bagi orang lain.”Selain itu, izinkan juga saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kepercayaan dan waktu yang diberikan. Terima kasih khusus juga saya sampaikan kepada Bapak Drs. Kosasih M.Zen yang telah membantu dan teman berdiskusi dalam menyiapkan orasi singkat ini. Akhir kata, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNYA kepada kita semua; sehingga kita memperoleh kebahagian di dunia maupun di akhirat kelak, Amin.
Wabillahit Taufiq Wal Hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pagar Alam, 15 Maret 2014
Dr. Zakaria Wahab, MBA
Referensi : Erie Sudewo. 2011. Character Building. Menuju Indonesia lebih baik. Repulika. Jakarta Indrajit Eko, R & Djokopranoto R, Manajemen Perguruan Tinggi Modern, Penerbit Andi. Yogyakarta. Goleman, Daniel. 1997. Emotional Inteligence.Alih Bahasa T.Hermaya. Gramedia. Jakarta Larry Bossidy & Ram Charan. 2004. Pelaksanaan ( Execution). Alih bahasa oleh Lindon Saputra. Interaksa. Batam Klaus, Peggy. 2007. Soft Skills. Libri PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta Lovelock, Christopher & Wirtz, Jochen. 2007. Service Marketing. Pearson International Edition Locke.,Edwin A. 1997. Esensi Kepemimpinan. Alih bahasa Aris Ananda. Spektrum. Jakarta Maxwell.,John.C.1995. Mengembangkan Kepemimpinan di dalam diri Anda. Alih bahasa oleh Anton Adiwiyoto. Binarupa Aksara. Jakarta Robin, P. Stephen, Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. PT Prenhallindo. Jakarta Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang , Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan nasional. Umam, Kh 2010. Perilaku Organisasi, Pustaka Setia, Bandung. Indonesia. Yukl, Gary. 2001. Leadership in Organization, Fifth Edition. Printice-Hall, Inc, USA Kompas. 2010. Dua Juta Diploma dan Sarjana Menganggur. Keterampilan Nonakademis Faktor Penentu.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Zakaria Wahab
Tanggal Lahir
: 14 Juli 1957
Tempat Lahir
: Tanjung Kemala, Baturaja
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin, 4 (empat) anak
Pekerjaan
: Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Unsri Dosen Program Magister Manajemen FE- Unsri. : Dosen Pascasarjana FE-Unsri
Jabatan Struktural
: Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Unsri
Jabatan Fungsional
: Lektor Kepala
Nama Istri
: Dra. Malayati
Pekerjaan
: Guru SMA Negeri 10 Palembang
Alamat Rumah
: Jln.Kancil Putih I No.09 Rt.36 Rw.10 Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang
Pengalaman Jabatan
: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Dekan Fakultas Ekonomi Univ.IBA tahun 1988-1989. Ketua Lembaga Bahasa Yayasan IBA, 1990. Ketua Penyelenggara Pendidikan Komputer IBA, 1990. Pembantu Rektor III, Bidang Kemahasiswaan, Univ.IBA, 1990-1991. Pembantu Rektor I, Bidang Akademik, Univ.IBA 19901997. Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Univ.IBA, 1990-1999. Asisten Direksi Bidang Perencanaan dan Pemasaran PT. Rambang Kramajaya, 1992-1997. Sekretaris Program Manajemen, LPM Unsri 1999- 2001. Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Manajemen LP3EM Fakultas Ekonomi Unsri, 1996-1999. Pengelola Bidang Administrasi dan Keuangan Program Magister Manajemen Unsri (2008- 2012)
Mata Kuliah yang diasuh
:
Manajemen Pemasaran, Manajemen Strategi, Strategi Pemasaran, Kewirausahaan, Riset Pemasaran, Perilaku Konsumen, Manajemen Penjualan & Periklanan, Komunikasi Bisnis dan Seminar Manajemen Pemasaran.
Pendidikan Formal
:
1.
Doktor Ilmu Ekonomi Unpad, 2008 .
2.
Master of Business Administration ( MBA ), Wright State Univ. Dayton, Ohio, USA, 1987.
3.
Sarjana Ekonomi, Unsri, 1983.
Pelatihan dan Seminar
: 1. Kursus Bahasa Inggris, Unsri, 1984. 2. Penataran Metodologi Pengabdian Kepada Masyarakat, Unsri, 1984. 3. Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Dasar Universitas Sriwijaya, 1984. 4. Penataran Metodologi Pengajaran, Unsri, 1984. 5. Seminar “Tujuan dan Metode Mengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, 1988. 6. Seminar “Suatu Studi tentang mortalitas balita dalam kaitannya dengan kondisi social ekonomi di perdesaan dan survei pendapatan dan pola konsumsi di tiga Desa Kec. Perwakilan Rambutan Kabupaten Musi Banyuasin, 1998. 7. Seminar Nasional tentang Sejarah Ekonomi Indonesia, 1989. 8. Peserta Lokakarya Pengembangan Kurikulum Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, Palembang, 1989. 9. Peserta “Seminar Nasional Sehari Pengukuran dan Analisa Produktifitas”, Palembang, 1989. 10. Peserta Seminar Nasional “Studi Kehidupan Penjualan Jamu Gendong di Kotamdya Palembang”, 1989. 11. Peserta Seminar “Pengembangan Perkoperasian di Sumatera Selatan”, FE Unsri, 1989. 12. Penataran Peningkatan cara belajar-mengajar dosen di Lingkungan Universitas Sriwijaya, 1990. 13. Penataran Manajemen Penelitian untuk Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta, Puncak, 1990 14. Panitia “Peranan BUMN dalam Membina Usaha Kecil”, Universitas Sriwijaya Palembang, 1991. 15. Panitia Seminar Nasional “Pengembangan Pers Daerah dalam Sistem Pers Nasional”, Universitas IBA Palembang 1991. 16. Penataran Penerjemahan Buku Ajar Ilmu Ekonomi, Unila, 1991.
17. Peserta Seminar Partisipasi Perguruan Tinggi Swasta Dalam Menunjang Pembangunan Daerah Sumatera Selatan, Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah II, 1991. 18. Penataran Peningkatan Wawasan Penelitian bagi Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta, Bogor, 1991. 19. Peserta Seminar Nasional “Bank Muamalat Indonesia dalam Usaha Pembinaan Karir dan Penyaluran Alumni Universitas Sriwijaya ke Sektor Dunia Usaha”, Kamar Dagang dan Industri Daerah Sumatera Selatan, 1992. 20. Lokakarya penyusunan soalan tes hasil belajar angkatan VII, Unsri, 1992. 21. Peserta Seminar Nasional “Peranan Perbankan dalam Upaya Pengetasan Kemiskinan di Daerah Sumatera Selatan”, Panitia Pelaksana Seminar Nasional Perbankan, 1993. 22. Peserta Seminar Nasional “Otonomi Daerah Tk. II dan Pendapatan Asli Daerah”, Kerjasama Universitas IBA dan Ikatan Sarjana Ekonomi Cabang Palembang, 1993. 23. Seminar Managing Time & The Value Chain, The Australian Centre Management Accounting Development, Sydney, Australia, 1993. 24. Short Course dalam bidang Perilaku Konsumen Teori Pemasaran, Univ. New South Wales, Sidney, Australia, 1993. 25. Penataran Analisis Studi Kasus dalam Bidang Manajemen Pemasaran, Banda Aceh, 1994. 26. Penataran Penulisan Studi Kasus dalam Bidang Manajemen Pemasaran, Pekanbaru, 1994. 27. Panitia Seminar Nasional “Cara Pembinaan Pengusaha Kecil yang dapat Mencapai Hasil Baik”, Universitas Sriwijaya bekerjasama dengan PT. Pupuk Sriwidjaja, 1995. 28. Peserta Seminar Nasional “Pengelolaan Resiko Harga”, Kantor Wilayah Departement Perdagangan Propinsi Sumatera Selatan bekerjasama dengan Badan Pelaksana Bursa Komoditi, 1995. 29. Peserta Lokakarya Nasional Peranan Pasar Lelang Local sebagai kelembagaan dalam menghadapi era perdagangan bebas, 1995. 30. Pembicara pada Seminar Manajemen Seni Pertunjukan, Palembang 1996. 31. Peserta Seminar Nasional “Dengan Teknologi Komputer Kita Jadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Sumber Informasi”, Lembaga Pendidikan Komputer IBA, 1996. 32. Pemandu Wirausaha Program TKPM-PT, Kayu Tanam, Sumatera Barat, 1996. 33. Panitia Seminar Nasional “Koperasi dan Pemgusaha Kecil dalam Menyongsong Era Globalisasi”, Pusat Pengkajian, Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, 1997. 34. Pelatihan Manajemen Ekspor Sucofindo, Bandung, 1998. 35. Pelatihan dan Bidang Periklanan Kreatif, UI, 2000.
36. Pemakalah pada Seminar Nasional Pengembangan Budaya Kewirausahaan di Perguruan Tinggi tahun 1998/1999, Depnaker Trans, Jakarta, 2000. 37. Workshop “Efective and Persuasive Advertising Plan, FE UI, 2000. 38. Pelatihan Simulasi dan Games. Metoda Pengajaran dalam Marketing Manajemen, UI, 2001. 39. Seminar Nasional: Effective and Persuasive Advertising Plan, Laboratorium Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000. 40. Seminar Nasional: Metode Stimulasi dan Games dalam Pengajaran Manajemen Pemasaran , Laboratorium Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000. 41. Seminar Nasional; Reformasi Sistim Pendidikan Tinggi Sebagai Antisipasi Ancaman Skenario Global, Bandung, 2002. 42. Peserta Seminar Nasional “Kajian BLBI : Aspek Ekonomi dan Hukum”, Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran bekerjasama dengan Bank Indonesia, 2002. 43. Peserta Seminar Nasional “Reinventing Kaidah-kaidah Manajemen Strategik Koperasi”, Universitas Padjajaran, 2002. 44. Peserta Seminar Nasional “Resolusi Amandemen UUD 1945: Indonesia di Masa Depan”, Kerjasama Universitas Padjajaran dengan LEMHANNAS RI, 2002. 45. Peserta Seminar Nasional “Optimalisasi Intermediasi Bank, Lembaga Keuangan Syariah dan Pemerintah (Kementrian KUKM) dalam pemberdayaan UMKM)”, Persaudaraan Mahasiswa Islam Fakultas Eknomi Universitas Padjajaran, 2006. 46. Peserta Workshop Kurikulum MM Unsri, Kerjasama Program Studi Magister Manajemen dengan TUV NORD Internasional Certification, 2007. 47. Peserta Seminar Nasional “Reorientasi Kebijakan Sektor Perbankan untuk Mendorong Pengembangan Sektor Riil”, Kerjasama FE UNSRI dan BANK INDONESIA, 2008. 48. Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa,Magister Management Universitas Sriwijaya, Palembang, 2008. 49. Seminar “Strategi Entrepreneurship & Menjadi Power House Indonesia”, Smart FM, Palembang, 2008. 50. Simposium dan Seminar Nasional, Management : UP 2 Date, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, 2008. 51. Festival Seminar, Sales and Making Conference 2008, Inti Pesan, Jakarta, 2008. 52. One Day Training Super Memory Asma’ul Husna, Program Studi Magister Manajemen Unsri, Palembang, 2008. 53. Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Keahlian Pengadaan barang/jasa pemerintah, 2009.
54. Seminar Nasional “ Persaingan Bisnis dengan system Informasi Manajemen dalam Menghadapi Pasar Global”, Program Studi Magister Manajemen Universitas Riau, 2009. 55. Kuliah umum Ekonomi “ Prospek Ekonomi Indonesia Tahun 2009”, Palembang, 2009. 56. Finding The Enterpreneur in you, Aula MM Unsri, 2009. 57. The U.S. Governmental System, di Aula MM Unsri, 2009. 58. Pelatihan “Case Teaching Method” MM Unsri, Kerjasama MM Unsri dengan Sekolah Tinggi PPM Jakarta, Palembang, 2009. 59. Seminar Nasional ”Pendidikan Tinggi Beretika dan Berbudaya Mewujudkan Perubahan Hakiki”, Samarinda 2009. 60. Bimbingan Teknis, Strategi Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi Berbasis Kinerja untuk Mewujudkan Keunggulan Daya Saing dan Good Govermance, PT. Sinergi Visi Utama Consultant, Yogyakarta, 2009 61. Seminar Nasional “Persaingan Bisnis dengan Sistim Informasi Manajemen dalam Menghadapi Pasar Global”, Program Magister Manajemen Unri, Pekan Baru, 2009. 62. Seminar dan Lokakarya Nasional : Peranan Quality Improvement dan Quality Assurance dalam pendidikan Pascasarjana Bisnis dan Manajemen untuk mendukung Daya Saing global, Manado, 2010. 63. Workshop Modul Wirausaha Mandiri, Jakarta, 2010. 64. Peserta “Publik Training Nasional: oleh Qisthi Management, 2010. 65. Peserta “Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah”, Bandung, 2010. 66. Seminar Tantangan dan Peluang menghadapi Perdagangan Bebas di Era Globalisasi, 2010. 67. Training Nasional: Kekuatan Spirit Tanpa Batas, Palembang, Maret 2010 68. Seminar Diseminasi Publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia, Palembang, Maret 2010 69. Bimbingan Teknis Nasional tentang “Peningkatan Kompetensi Bendahara dan PPK Instansi Pemerintah di Bidang Perpajakan”; Bandung, April 2010 70. Training of Trainers Modul Kewirausahaan, PT.Bank Mandiri, Palembang, Mei 2010 71. Pelatihan dan Inkubator Wirausaha Mandiri (Perwira Mandiri ), PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., 2010. 72. Lokakarya “Case Analysis dan Case Writing, Program Magister Manajemen Unsri kerjasama PPM Jakarta, Juni 2010 73. Program Pengembangan Eksekutif Sertifikasi Ahli Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta, 2010. 74. Executive Coach Training diselenggarakan oleh Bank Mandiri dan PT. Formula Bisnis Indonesia, Puncak, 2010. 75. Certified Hypnotherapist (CHt), Palembang, 2011.
76. Moderator pada “ Seminar Nasional Kewirausahaan”, APPMI Wilayah Barat, Palembang 2011. 77. Executive Coach Training, Formula Bisnis Indonesia, Jakarta, 2011. 78. Certified Business Coach, Formula Bisnis Indonesia, Jakarta, 2011. 79. Panitia Internasional Seminar and Exhibition “Exploring Research Pottentials”, Palembang, 2011. 80. Reviewer makalah pada Seminar Internasional Accounting dan Management, Palembang 2011 81. Peserta pada Sosialisasi “Sukuk Goes to Campus”, Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Pengelolaan Utang dan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, Palembang, 2011. 82. Peserta pada Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif, Magister Manajemen Universitas Sriwijaya, 2011. 83. Peserta pada Konferensi Marketing Strategy, Jakarta, 2012. 84. Peserta Seminar “Personal Power”, Jakarta, 2012. 85. Peserta pada Focus Group Discussion mengenai “Prediksi Asumsi Ekonomi Makro dan Dana Transfer ke Daerah dalam RAPBN TA 2013 Menuju Kemakmuran Daerah yang Akuntable”, Palembang, 2013. 86. Reviewer Makalah pada Seminar Nasional Manajemen kerjasama dengan Sekolah Tinggi PPM Jakarta, 2013
Penelitian dan Publikasi
: 1. Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Distribusi Fungsional. 2. Studi Kasus Kopi di Sumatera Selatan, 1988. 3. Studi Pengembangan Sektor Pariwisata di Sumatera Selatan, 1989. 4. Strategi Pengembangan Koperasi di Sumatera Selatan,1990. 5. Sistim Distribusi Songket di Desa Tanjung Pinang, 1995. 6. Persepsi Mahasiswa terhadap Universitas IBA, 1996. 7. Studi Kelayakan Bank Perkreditan Rakyat Mesuji, 1993. 8. Analisis Pengaruh Produk dan Harga terhadap Keputusan Konsumen untuk Menggunakan Kartu Prabayar IM3 Pada PT. INDOSAT Palembang, 2007. 9. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Mahasiswa dalam memilih Perguruan Tinggi di Palembang
atau Indralaya dengan Metode Chaid ( Studi pada Fakultas Ekonomi Unsri); 2008 10. Pengaruh Iklan Pond’s di Televisi terhadap Keputusan Pembelian Konsumen ( Kasus Mahasiswa FE Ekstension Unsri, Palembang), Jurnal Jembatan; Tahun V No.2 Oktober 2008. 11. Pengaruh Faktor Internal Konsumen dan Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Consumen Berbelanja pada JM Group Palembang, Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 2009. 12. Pengaruh Strategi Pelayanan Terhadap Kinerja Perusahaan (Survei terhadap Manajer Umum Pada Hotel Berbintang di Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat); Jurnal Jembatan; Tahun VI No.1 April 2009. 13. Analisis Pengaruh Faktor Nilai, Citra, Kepuasan yang dirasakan, Layanan Konsumen, Jaminan terhadap Loyalitas Konsumen Kecap ABC di Kota Palembang. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya; Tahun 7 No.13 Juni 2009. 14. Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Hotel Berbintang. Studi Kasus: Hotel Berbintang di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol.8, No.15 Juni 2010 15. Pengaruh Satisfaction, Trust and Confidence, Benefit Terhadap Customer Commitment pada Produk Taplus BNI (Studi Kasus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Musi Palembang, 2011.
Pengalaman Organisasi
: 1. Pengurus Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Palembang; Bidang Riset dan Pengembangan, 1988-1994. 2. Pengurus Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Unsri, 19982001. 3. Ketua Komisi IV Dewan Ketenagakerjaan Daerah Sumatera Selatan, 1999-2002. 4. Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Palembang (sampai sekarang) 5. Dewan Pakar Asosiasi Manajemen Indonesia, Palembang, 2011- 2014 6. Panitia Pelaksana Pembentukan Program Master Bisnis Administrasi pada FE UNSRI, 1992.
7. Panitia Adhoc Pembentukan Program Magister Manajemen, Universitas Sriwijaya, 1993. 8. Anggota Senat FE UNSRI, 1994-1997; 2010-2015
Pengalaman Kegiatan Organisasi : 1. Anggota Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsri, 1978-1980. 2. Wakil Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsri, 1980-1982. Lain-lain
: 1. Instruktur Pelatihan di Bidang Manajemen dan Pengambilan Keputusan bagi staf dan pimpinan di PT. Semen Baturaja, PDAM Tirta Musi, Diklat Pemda Tk. I Sumsel, Dispenda Tk. I Sumsel, PT. PUSRI. 2. Instruktur Pelatihan dibidang pemasaran bagi Pengusaha Kecil dan Koperasi binaan PT.Pusri, binaan Sucofindo, binaan Deprindag Sumsel, binaan Depnaker Sumsel, binaan Kanwil Koperasi Sumsel. 3. Konsultan Pembinaan Pengusaha Kecil dan Koperasi binaan Sucofindo se-Sumatera, Konsultan Klinik Konsultasi Bisnis kerjasama dengan Kanwilkop Sumsel, Konsultan TKPMPPT kerjasama dengan Kanwil Depnaker Sumsel, Konsultan Teknis P3T kerjasama Unsri Kanwil Depnaker dan lain-lain. 4. Pelaksana Seminar Sejarah Perekonomian Indonesia (Ketua), 1990; 5. Seminar Pengembangan Koperasi Sumsel (Sekretaris), 1991; 6. Seminar Pengusaha Kecil yang Berhasil (Sekretaris), 1995 7. Ketua Pelaksana Kuliah Kewirausahaan bagi mahasiswa Unsri, 1998. 8. Ketua Pelaksana Proyek P3T Sumsel kerjasama LPM Unsri dengan Kanwil Depnaker Sumsel, 1998. 9. Narasumber (Penulis) Materi Pelatihan TKPMP – PT se Indonesia, 1998 10. Konsultan PDMDKE Kota Palembang, 1999. 11. Ketua Pelaksana Pelatihan Pengembangan Budaya Kewirausahaan bagi dosen di lingkungan Unsri, 1999. 12. Penulis Prosiding Seminar Pembinaan Usaha Kecil (Anggota Tim), Penulis Utama Rencana Usaha dan Kewirausahaan – Pedoman bagi peserta Proyek P3T Sumatera Selatan, (1999). 13. Enterprice Facilitator ( Pemandu ) Wirausaha TKPMP-PT kerjasama UNSRI dengan Kanwil Depnaker Sumsel, 1996 – 2001.
14. Seminar Prospek Otonomi Daerah (Sekretaris), Pembinaan Pengembangan Usaha Kecil dan Good Corporate Governance (Sekretaris), Palembang, 2001. 15. Instruktur pada Pelatihan Manajemen Perusahaan di Kabupaten Ogan Ilir, Pemda OI, Inderalaya, 2010. 16. Pembicara Seminar Nasional tentang “Mengembangkan Kewirausahaan di Lingkungan Pramuka” pada Pertemuan Pramuka Mahasiswa se-Indonesia, Palembang, 2010. 17. Narasumber pada Kegiatan Business Coaching Kewirausahaan Mahasiswa bagi Pembantu Dekan III, Universitas Sriwijaya, 2010. 18. Narasumber pada wawancara mengenai “Keunggulan Kompetitif Pendidikan” di Smart FM Palembang, 2010. 19. Nara sumber pada Workshop Pendamping Kewirausahaan Mahasiswa (bagi dosen Unsri), Universitas Sriwijaya, 2011. 20. Moderator pada Seminar Nasional Kewirausahaan yang diadakan oleh APPMI Wilayah Barat di Palembang, 2011. 21. Narasumber pada diskusi publik “Restrukturisasi Holding PT. Pusri (Persero)” di Sriwijaya TV Palembang, 2011. 22. Instruktur “General Management Course” pada PT. Semen Baturaja, 2011. 23. Narasumber pada Dialog mengenai “Pengaruh Iklan terhadap Masyarakat” di TVRI Palembang, 2011. 24. Pendamping pada Kegiatan Pendampingan Bisnis Program Perwira Mandiri, Kanwail Bank Mandiri, Palembang, 2011. 25. Pembicara, kuliah umum tentang Kewirausahaan dan Tujuan setelah Wisuda pada penerimaan mahasiswa baru DIII Fakultas Ekonomi, Universitas Sriwijaya, 2012. 26. Pembicara tentang “Pendekatan Marketing Sosial dalam Penyuluhan Hukum” pada Bimbingan Teknis Tenaga Penyuluhan Hukum, Kanwil Kemenkumham, di Palembang, 2012. 27. Juri pada Kompetisi Marketing Plan Mahasiswa PTS seKOPERTIS Wilayah II, 2013. 28. Instruktur Pelatihan Karyawan Baru Bank SUMSELBABEL, 2010 dan 2013. 29. Pembicara tentang “Merek sebagai Sarana Bersaing” pada Seminar Kewirausahaan bagi Pengusaha Kecil se-Kota Palembang, diselenggarakan oleh LPM Unsri, 2013. 30. Key note speaker pada Pelatihan Manajemen Organisasi Pelajar SMA Negeri 15 Palembang kerjasama dengan Ikamma FE Unsri, Maret 2014 Palembang, Januari 2014 Dibuat oleh,
Dr. Zakaria Wahab, SE., MBA.