[97] Muslim Dikungkung Ketidakadilan Sunday, 03 February 2013 13:30
Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.
Tidak pernah ada cerita orang Kristen disebut teroris, meski tindakannya sama persis dengan teroris. Perlu bukti? Pernahkah Anda mendengar anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah membunuh aparat keamanan dan warga sipil disebut teroris?
Pada Rabu (28/11) malam, rombongan Kapolda Papua diserang oleh sekelompok orang bersenjata di wilayah Kabupaten Jawa Wijaya. Wakapolda Papua Brigjen Paulus Waterpauw menyebut, "Mereka itu (kelompok) kriminal bersenjata", tambah Paulus Waterpauw.
Bandingkan dengan serangan yang sama terhadap polisi di Poso yang menewaskan empat anggota polisi, Mabes Polri langsung menyebut para penyerang sebagai kelompok teroris. Padahal, keduanya jelas sama obyeknya.
Menurut juru bicara JAT Son Hadi, sehingga sekarang makin banyak umat yang tahu terhadap upaya besar BNPT dan Densus 88 sesungguhnya, yaitu memerangi kaum Muslimin. Ia menyatakan, kedua lembaga tersebut ditunggangi gerakan anti Islam.
Kenyataan ketidakadilan ini pula yang terjadi di Poso. Ketua Forum Perjuangan Umat Islam Poso Adnan Arsal mengungkap betapa tidak adilnya negara terhadap kaum Muslim di Poso. Kaum Muslim di Poso yang membela hak-haknya justru dibilang sebagai teroris. Sementara pihak Kristen yang jelas-jelas membunuh kaum Muslim dengan sadis tak pernah disebut sebagai teroris. Bahkan tokoh-tokoh utama tak disentuh oleh hukum sama sekali.
1/5
[97] Muslim Dikungkung Ketidakadilan Sunday, 03 February 2013 13:30
“Caranya Kristen dulu membunuh itu, jauh lebih sadis dari orang yang dituduh polisi sebagai teroris. Kalau kami menuntut hak kami, kami dibilang teroris. Saya bilang Muslim Poso itu sudah dibikin babak belur oleh Kristen pada waktu itu. Tapi Kristen tidak dibilang teroris,” katanya.
Di tengah masyarakat membela haknya tersebut, aparat keamanan diturunkan ke Poso. Kehadiran aparat keamanan ini membuat kaum Muslim kian tertindas karena tak bisa beraktivitas. Cap teroris disematkan kepada kaum Muslim yang taat terhadap agamanya. “Mas a , orang-orang Poso yang mengikuti majlis taklim disebut ada gejala-gejala teroris? Shalat berjamaah disebut gejala teroris? Ini namanya membonsai ajaran Islam,” kata Adnan.
Di pihak lain, lanjutnya, negara membiarkan aktor-aktor penting dalam pembantaian ratusan kaum Muslim Poso 1998 berkeliaran hingga sekarang. Tibo cs yang kemudian dihukum mati, di pengadilan mengungkapkan secara gamblang bahwa ia hanyalah pelaksana di lapangan. Sementara perancangnya ada 16 orang yang terdiri atas pejabat birokrasi dan juga aktivis gereja/pendeta. Hal yang sama dikemukakan oleh saksi-saksi di depan pengadilan. Tapi semua itu tak digubris oleh negara. Kenyataan ini pula yang membuat kaum Muslim tak bisa menerima.
“Umat Islam terus ditekan, ditekan, ditekan dituduh teroris. Sedangkan Kristen dibiarkan, tidak disebut teroris. Itu bentuk ketidakadilan. Negara macam apa kok mengambil kebijakan semacam ini?” tanya Adnan seraya menambahkan negara sedang mengikuti arahan Amerika dalam perang melawan terorisme.
Di lain pihak, kaum Muslim juga dihadang untuk tidak menuntut penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah. Para pejuangnya sudah mulai diidentikkan dengan teroris karena BNPT selalu membeberkan dengan penjelasan yang ngawur tentang ciri-ciri teroris yakni ingin menegakkan syariah dan khilafah.
Padahal, tuntutan kaum Muslim ini sebenarnya sangat wajar. Bagaimana tidak, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Secara hitung-hitungan dalam demokrasi, seharusnya merekalah yang berhak menentukan arah negeri ini sebagai mayoritas. Tapi kenyataan berbicara sebaliknya.
2/5
[97] Muslim Dikungkung Ketidakadilan Sunday, 03 February 2013 13:30
Kaum Muslim dimarjinalkan di negerinya sendiri. Dalam rasio pemerintahan pun terlihat bahwa dominasi orang-orang kafir selalu lebih besar dari yang semestinya. Banyak perundang-undangan justru diambil bulat-bulat dari Barat. Sementara jika kaum Muslim mengajukan perundang-undangan atau peraturan yang berbau syariah, langsung dicap sebagai fundamentalis, tidak toleran, dan radikal. Bahkan aturan yang khusus teruntuk bagi kaum Muslim sendiri dalam mengatur kehidupan pribadi pun yang tertuang dalam peraturan daerah diserang habis-habisan dengan dalih sektarian.
Upaya menghadang kebangkitan Islam ini memang bukan kebijakan lokal. Ada grand design gl obal yang dipimpin oleh Amerika untuk mencegah terbangunnya kembali kekhilafahan Islam di muka bumi. Program global war on terrorism (GWOT) menjadi alat untuk melakukan hal itu. Tujuannya satu, memerangi Islam dan orang-orang yang ingin memperjuangkan kembali tegaknya negara Islam.
Program ini dilaksanakan secara sistematis melalui tangan negara baik bersifat hard power berupa tindakan represif dan soft power melalui program deradikalisasi. Dan pelaksanaan program tersebut dalam pantauan Amerika. Ini bisa terjadi karena Amerika melakukan tekanan politik dan memberi bantuan dana bagi program tersebut.
Program deislamisasi ini juga didukung oleh kekuatan media, baik global maupun lokal. Bagaimana pun media massa yang ada merupakan kepanjangan tangan para kapitalis yang mendukung pemerintahan yang ada. [] emje
Boks
Keadilan Islam
Kaum Muslim wajar tertindas karena mereka hidup dalam ‘habitat’ yang tidak islami yakni demokrasi. Para pemilik habitat itu (baca: Barat) pasti tidak merelakan rumah/sistem mereka diambil alih oleh kaum Muslim, apalagi diubahnya.
3/5
[97] Muslim Dikungkung Ketidakadilan Sunday, 03 February 2013 13:30
Dari situlah bisa dimengerti, mustahil kaum Muslimin bisa mengubah kondisinya selama mereka berada dalam sistem kufur kapitalisme-demokrasi-sekuler. Sudah banyak pelajaran dari berbagai belahan dunia Islam, sistem itu mengikat orang-orang di dalamnya (baca: partai politik) agar tetap mempertahankan sistem tersebut. Itulah mengapa Mohamad Mursi yang pada awal kampanye berjanji untuk menerapkan syariat Islam akhirnya setelah berkuasa sebagai Presiden Mesir memble dan malah menjadi penjaga dari konstitusi yang dibangun sebelumnya oleh rezim Husni Mubarak.
Walhasil, kaum Muslimin akan mendapatkan keadilan yang sebenar-benarnya bila mereka berada dalam habitatnya sendiri yakni sistem Islam. Sistem ini dibangun berlandaskan aturan Yang Maha Adil dan Benar yakni Allah SWT. Dalam sistem inilah, kaum Muslimin akan mendapatkan kedudukan tertinggi sebagai khairu ummah, umat terbaik.
Islam dan kaum Muslim akan menjadi cahaya bagi peradaban dunia kembali sebagaimana dulu pernah diterapkan selama 13 abad lamanya. Dan Allah akan mengubah kondisi ketakutan, kemiskinan, ketertindasan, dan keterbelakangan kaum Muslimin menjadi kesejahteraan, keadilan, aman sentosa sebagaimana dijanjikan Allah dalam Alquran surat An Nur: 55.
Dan perlu diingat, keadilan Islam juga akan dirasakan oleh orang kafir yang mau tunduk kepada sistem Islam. Mereka akan diperlakukan sama seperti kaum Muslim dalam layanan negara. Namun Islam tidak akan menoleransi tindakan orang kafir menyakiti dan menindas kaum Muslimin seperti yang terjadi pada saat ini. Sebaliknya nanti orang-orang kafir akan berbondong-bondong masuk Islam karena mereka melihat keadilan Islam.
Karena itulah, keadilan Islam hanya akan terwujud jika khilafah Islamiyah tegak kembali. Insya Allah dalam waktu tak lama lagi. [] emje
4/5
[97] Muslim Dikungkung Ketidakadilan Sunday, 03 February 2013 13:30
5/5