OPTIMASI SIMPANG JL. NGUMBAN SURBAKTI – TANJUNG SARI DAN ALTERNATIF APLIKASI TEORI FUZZY DALAM PERHITUNGAN KINERJA PERSIMPANGAN
Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil
FUZI SYAHPUTRA 03 0404 042
BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam
ABSTRAK
Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dengan tingkat kegiatan yang tinggi, tapi prasarana transportasi yang mendukung dan sikap berlalu lintas pengguna jalan masih kurang, salah satu masalah yang dihadapi adalah kemacetan terutama di persimpangan. Untuk mengantisipasi hal itu, dibutuhkan pengaturan sinyal yang optimal dan lebih efektif, salah satunya dengan memanfaatkan sistem Logika Fuzzy. Pemanfaatan sistem Logika Fuzzy yang didasarkan pada himpunan tidak tegas dapat digunakan untuk memperoleh nilai waktu traffic light dengan pengaturan fully actuated signal dan memberikan hasil kinerja simpang yang lebih baik dibandingkan dengan metode MKJI 1997, hal ini dapat dilihat dari parameter simpang yakni nilai tundaan yang lebih kecil. Dari hasil tersebut, tundaan lebih kecil pada simpang yang dihasilkan waktu sinyal metode Fuzzy akan berdampak baik pada lalulintas di kota-kota besar. Sehingga ini dapat dijadikan salah satu solusi yang harus dipertimbangkan untuk mengatasi kemacetan di kota-kota besar seperti Medan.
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga terselesaikan tugas akhir ini dengan judul “Penggunaan Logika Fuzzy untuk Menentukan Efektifitas Waktu Traffis Light”, dengan mengambil lokasi penelitian di dua simpang yakni Simpang I (Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti) dan Simpang II (Jl. Brigjen Katamso – Jl. Ir. H. Juanda). Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana Teknik Sipil bidang studi Transportasi pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Medan. Dengan kerendahan hati, saya juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Medis S. Surbakti, ST. MT, selaku dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ir.Zulkarnain A. Muis, M.Eng, Sc, sebagai Koordinator Bidang Studi Transportasi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
5. Bapak dan Ibu Dosen / Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 6. Khususnya untuk Kedua Orang tua saya, Fauzi Antartika dan Nurdiana Nasution yang tercinta yang telah mendidik, membimbing, membesarkan, dan memberikan dukungan dan doa kepada saya. 7. Buat Kakak, Abang saya Kelana dan Eva, Fazar dan Irna, Fifi Heriani dan Paniruan Nasution serta adik saya Mala yang telah memberikan dukungan dan doanya kepada saya. 8. Terima kasih buat Fatma dan keluarga yang selalu menyayangi dan memberikan motivasi yang sangat besar serta doanya kepada saya. 9. Terima kasih buat sahabat saya Mhd. Ramadhan, Syauri, Hendra, Idan, Rida, Husna, Ahmad, Ika, Reno, Yuna, Wahyudin, Faisal, Donni dan bang Romi yang sudah memberikan dorongan, bantuan serta waktu untuk membantu kelengkapan Tugas Akhir saya ini. 10. Terima kasih juga buat Bapak / Ibu staf pegawai, tenaga ahli, dan teman-teman satu pekerjaan di PT. Emesi Consultant yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doanya untuk kelancaran tugas akhir ini. 11. Terima kasih juga buat teman-teman saya anak-anak Sophie, anak-anak Kost, anak-anak Lab Beton dan teman-teman angkatan 2003 lainnya yang tidak dapat disebut satu per satu atas bantuan dan dukungannya. 12. Terima kasih buat abang-abang dan adik-adik stambuk atas bantuan dan dukungannya. Saya menyadari bahwa isi dari tugas akhir
ini masih banyak
kekurangannya. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
referensi yang saya miliki. Untuk penyempurnaan di masa yang akan datang, saran dan kritik dari Bapak dan Ibu dosen serta rekan mahasiswa yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi kita semua dan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang transportasi.
Medan,
Fuzi Syahputra 03 0404 042
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman Abstrak .....................................................................................................
i
Kata Pengantar ..........................................................................................
ii
Daftar Isi ...................................................................................................
v
Daftar Tabel ..............................................................................................
ix
Daftar Gambar ..........................................................................................
xiii
Bab I
Pendahuluan ...............................................................................
1
1.1 Umum ........................................................................................
1
1.2 Latar Belakang ...........................................................................
2
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................
4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................
4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................
4
1.6 Sasaran Penelitian .......................................................................
5
1.7 Batasan Penelitian ......................................................................
6
1.8 Metodologi .................................................................................
7
Bab II
Tinjauan Pustaka ........................................................................
9
2.1 Umum ........................................................................................
9
2.2 Kondisi dan Karakteristik Lalu Lintas ........................................
10
2.3 Gerakan Lalu Lintas pada Persimpangan ....................................
13
2.4 Simpang Bersinyal .....................................................................
17
2.5 Pengaturan Lalu Lintas pada Persimpangan ................................
19
2.5.1 Simpang Tanpa Prioritas (Non Priority Junction) .............
20
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman 2.5.2 Simpang dengan Prioritas (Priority Junction) ...................
21
2.5.3 Simpang dengan Lampu Lalulintas (Signalized Junction) .
22
2.5.4 Karakteristik Traffic Light ................................................
26
2.5.5 Pengaturan Fase ...............................................................
28
2.6 Kapasitas Tingkat Pelayanan ......................................................
33
2.7 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) ..................................
37
2.8 Himpunan dan Logika Kabur ......................................................
51
2.8.1 Teori Himpunan Fuzzy .....................................................
52
2.8.2 Inferensi Fuzzy .................................................................
56
2.8.2.1 Prosedur Inferensi Fuzzy GMP (Generallized Modus Ponens) ..............................
57
2.8.2.2 Inferensi Fuzzy berdasarkan ilmu pengetahuan ....
57
2.8.2.3 Sistem Inferensi Fuzzy .........................................
58
2.9 Matlab Toolbox untuk Perhitungan Logika Fuzzy .......................
62
2.10 Studi Pendahuluan (Pilot Study) .................................................
64
2.11 Keaslian Penelitian .....................................................................
69
Bab III Metodologi .................................................................................
70
3.1 Tahapan Persiapan ......................................................................
71
3.2 Tahapan Kerja Penelitian ............................................................
71
3.3 Metode Survei ............................................................................
73
3.3.1 Pengumpulan Data ...........................................................
74
3.3.1.1 Penentuan Lokasi ................................................
74
3.3.1.2 Periode Survei .....................................................
78
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman 3.4 Perancangan dan Analisis Simpang dengan Logika Fuzzy ...........
79
3.4.1 Deskripsi Logika Fuzzy untuk Perancangan Penentuan Waktu Fully Actuated Signal pada Traffic Light ...............
79
3.4.2 Prosedur Kegiatan Penentuan Waktu Sinyal Tidak Tetap ..
81
3.4.3 Pengelolaan Kendali Fuzzy Menggunakan Software Matlab v7.0 (simulink) ......................................................
87
3.5 Analisa Persimpangan dengan MKJI ..........................................
94
3.6 Perancangan Survei Lalu Lintas ..................................................
95
3.6.1 Survei untuk Prosedur Perhitungan MKJI 1997 ................
95
3.6.1.1 Waktu Pelaksanaan ..............................................
95
3.6.1.2 Prosedur Pelaksanaan ..........................................
96
3.6.1.3 Tenaga dan Peralatan ...........................................
98
3.6.1.4 Penempatan Surveyor ..........................................
100
3.6.2 Survei untuk Prosedur Perhitungan Fuzzy .........................
110
3.6.2.1 Waktu Pelaksanaan ..............................................
110
3.6.2.2 Prosedur Pelaksanaan ..........................................
111
3.6.2.3 Penempatan Surveyor/Sensor untuk Perolehan Data Fuzzy ...........................................................
112
3.6.2.4 Peralatan .............................................................
114
3.6.3 Parameter Kinerja .............................................................
115
3.7 Kesimpulan dan Saran ................................................................
116
Bab IV Analisa Data dan Perhitungan .....................................................
117
4.1 Data Geometrik Simpang ............................................................
117
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman 4.2 Tata Guna Lahan ........................................................................
120
4.3 Data Lalu Lintas .........................................................................
121
4.4 Perhitungan Panjang Antrian dengan Metode MKJI 1997 ...........
132
4.5 Perhitungan Waktu Sinyal Traffic Light dengan Logika Fuzzy ....
139
4.5.1 Perhitungan Waktu Sinyal Traffic Light dengan Logika Fuzzy untuk Simpang I ..........................................
140
4.5.1.1 Waktu Sinyal Metode Fuzzy ................................
148
4.5.2 Perhitungan Waktu Sinyal Traffic Light dengan Logika Fuzzy untuk Simpang II ........................................
155
4.5.2.1 Waktu Sinyal Metode Fuzzy ................................
161
4.5.3 Perhitungan Kinerja Lengan Simpang Berdasarkan Nilai Waktu Hijau yang Diperoleh dari Perhitungan Fuzzy ........
166
4.6 Analisis Simpang dengan Menggunakan MKJI 1997 ..................
171
4.7 Perbandingan Kinerja Simpang berdasarkan Perbedaan Perolehan Waktu Traffic Light antara Metode Fuzzy dan MKJI 1997 ..........
177
Kesimpulan dan Saran ................................................................
180
5.1 Kesimpulan ................................................................................
180
5.2 Saran ..........................................................................................
181
Daftar Pustaka ..........................................................................................
xix
Bab V
Lampiran
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Nilai Normal Waktu Antar Hijau ....................................
30
Tabel 2.2
Kriteria Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Bersinyal
34
Tabel 2.3
Tipe Kendaraan ..............................................................
38
Tabel 2.4
Nilai Konversi Satuan Mobil Penumpang pada Simpang .
38
Tabel 2.5
Faktor Penyesuaian ukuran kota Fcs ...............................
40
Tabel 2.6
Faktor Penyesuaian Untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor ( Fsf) .....................
41
Tabel 2.7
Waktu Siklus yang Layak Untuk Simpang .....................
45
Tabel 3.1
Pembagian Tugas Surveyor Untuk Pengamatan Simpang dengan Metode MKJI .....................................................
Tabel 3.2
105
Pembagian Tugas Surveyor Untuk Pengamatan Simpang dengan Metode MKJI Untuk Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen Katamso) .........................
Tabel 4.1
Kondisi Geometrik Simpang I (Setiabudi–Ngumban Surbakti) ......................................
Tabel 4.2
109
118
Kondisi Geometrik Simpang II (Ir. H. Juanda –Brig. Katamso) .......................................
119
Tabel 4.3
Perhitungan Volume Lalulintas Per Jam Simpang I .........
122
Tabel 4.4
Perhitungan Volume Lalulintas Per Jam Simpang II .......
124
Tabel 4.5
Faktor Arus Lalu Lintas .................................................
126
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Tabel 4.6
Volume dan PHF Maksimum Simpang I ........................
Tabel 4.7
Arus Lalu Lintas Simpang I pada Kondisi PHF Tertinggi (kend/jam) ..............................................
Tabel 4.8
Tabel 4.9
127
127
Arus Lalu Lintas Simpang I pada Kondisi PHF Tertinggi (smp/jam) ...............................................
128
Volume dan PHF Maksimum Simpang II .......................
129
Tabel 4.10 Arus Lalu Lintas Simpang II pada Kondisi PHF Tertinggi (kend/jam) ..............................................
129
Tabel 4.11 Arus Lalu Lintas Simpang II pada Kondisi PHF Tertinggi (smp/jam) ...............................................
130
Tabel 4.12 Data Traffic Light Simpang I ..........................................
131
Tabel 4.13 Data Traffic Light Simpang II .........................................
131
Tabel 4.14 Penentuan Panjang Antrian Masing-Masing Lengan Pada Simpang I ..............................................................
136
Tabel 4.15 Penentuan Panjang Antrian Masing-Masing Lengan Pada Simpang II .............................................................
138
Tabel 4.16 Perhitungan Kapasitas Simpang I ...................................
141
Tabel 4.16a Perhitungan Kapasitas untuk Pemodelan Fuzzy Simpang I
141
Tabel 4.17 Fuzzy Associative Memory (FAM) .................................
145
Tabel 4.18 Ouput Fuzzy Simpang I ..................................................
151
Tabel 4.19 Nilai Input dan Output Simpang I dengan Metode Fuzzy (Manual dan Pemodelan) .........................
154
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Tabel 4.20 Perhitungan Kapasitas Dasar Simpang II .......................
155
Tabel 4.20a Perhitungan Kapasitas Dasar untuk Pemodela Fuzzy Simpang II .....................................................................
156
Tabel 4.21 Fuzzy Associative Memory (FAM) Simpang II ...............
158
Tabel 4.22 Output Fuzzy ..................................................................
163
Tabel 4.23 Nilai Input dan Output Simpang II dengan Metode Fuzzy (Manual dan Pemodelan) ................................................
165
Tabel 4.24 Perhitungan Waktu Hijau Simpang I dengan Metode Fuzzy
166
Tabel 4.25 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Simpang I
166
Tabel 4.26 Perhitungan Jumlah Antrian Simpang I ..........................
167
Tabel 4.27 Perhitungan Panjang Antrian Simpang I .........................
167
Tabel 4.28 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah Kendaraan Terhenti pada Simpang I ................................................
167
Tabel 4.29 Perhitungan Tundaan pada Simpang I ............................
168
Tabel 4.30 Perhitungan Waktu Hijau Simpang II dengan Metode Fuzzy
168
Tabel 4.31 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Simpang II
168
Tabel 4.32 Perhitungan Jumlah Antrian Simpang II .........................
169
Tabel 4.33 Perhitungan Panjang Antrian Simpang II ........................
169
Tabel 4.34 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah Kendaraan Terhenti pada Simpang II ...............................................
169
Tabel 4.35 Perhitungan Tundaan pada Simpang II ...........................
170
Tabel 4.36 SIG I Simpang I .............................................................
171
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Tabel 4.37 Formulir SIG IV Simpang I ............................................
172
Tabel 4.38 Formulir SIG V untuk Simpang I pada PHF tertinggi .....
173
Tabel 4.39 SIG I Simpang II ............................................................
174
Tabel 4.40 Formulir SIG IV Simpang II ..........................................
175
Tabel 4.41 Formulir SIG V Simpang II ............................................
176
Tabel 4.42 Perbandingan Kinerja Simpang I (Metode Fuzzy dan MKJI)
178
Tabel 4.43 Perbandingan Kinerja Simpang II (Metode Fuzzy dan MKJI) 179
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian ...............
8
Gambar 2.1
Tipe Dasar Gerakan Diverging .................................
13
Gambar 2.2
Tipe Dasar Gerakan Merging ...................................
14
Gambar 2.3
Tipe Dasar Gerakan Weaving ...................................
14
Gambar 2.4
Tipe Dasar Gerakan Crossing ..................................
15
Gambar 2.5
Konflik Lalu lintas pada persimpangan sebidang tak bersinyal ............................................................
16
Gambar 2.6
Konflik Lalu lintas pada persimpangan sebidang bersinyal 18
Gambar 2.7
Persimpangan tanpa Prioritas ...................................
20
Gambar 2.8
Persimpangan dengan Prioritas ................................
22
Gambar 2.9
Rambu Lalu Lintas untuk Simpang dengan Prioritas
22
Gambar 2.10 Persimpangan dengan Traffic Light ..........................
23
Gambar 2.11a Pengaturan Simpang dengan Dua Fase .....................
31
Gambar 2.11b Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Late Cut-Off.
31
Gambar 2.11c Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Early-Start ..
32
Gambar 2.11d Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Pemisahan Belok Kanan .........................................
32
Gambar 2.11e Pengaturan Simpang Empat Fase dengan Pemisahan Belok Kanan .........................................
32
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Gambar 2.11f Pengaturan Simpang Empat Fase dengan Arus Berangkat dari Satu per satu Pendekat pada Saatnya Masing-masing
33
Gambar 2.12 Lebar efektif ruas jalan (We) ....................................
41
Gambar 2.13 Faktor koreksi untuk kemiringan jalan (Fg) ..............
42
Gambar 2.14 Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir (Fp) .......
42
Gambar 2.15 Faktor penyesuaian untuk kendaraan belok kanan (Frt)
43
Gambar 2.16 Faktor penyesuaian untuk kendaraan belok kiri (Flt) .
43
Gambar 2.17 Peluang Untuk Pembebanan Lebih (POL) ..................
48
Gambar 2.18 Bagan Prosedur Perhitungan dengan MKJI ..............
50
Gambar 2.19 Himpunan Fuzzy ......................................................
53
Gambar 2.20 Fungsi Keanggotaan S .............................................
54
Gambar 2.21 Fungsi Keanggotaan Bel ..........................................
55
Gambar 2.22 Fungsi Keanggotaan Segitiga ...................................
56
Gambar 2.23 Beberapa Metode Memperoleh Nilai Tegas pada Komposisi Aturan Mamdani ............................
62
Gambar 2.24 Beberapa Metode Memperoleh Nilai Tegas ..............
63
Gambar 2.25 Lay out Simpang Jl. Ngumban Surbakti (Ring road) dan Jl. Setiabudi .......................................................
65
Gambar 2.26 Lay out Simpang Jl. Ir. H. Juanda dan Jl. Brigjen Katamso
67
Gambar 2.27 Urutan Fase Simpang Setiabudi – Ngumban Surbakti
69
Gambar 2.28 Urutan Fase Simpang Jl. Brig. Katamso – Jl. Ir. H. Juanda
69
Gambar 3.1
70
Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian ...............
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Gambar 3.2
Peta Lokasi Survei Simpang I (Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti) .....................
Gambar 3.3
Peta Lokasi Survei Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen Katamso) ...................
Gambar 3.4
76
77
Diagram Alir Lengkap Proses Pengaturan dengan Logika Fuzzy ............................................................
79
Gambar 3.5
Diagram Alir untuk Tahap Mekanisme Penalaran ....
81
Gambar 3.6
Flowchart Prosedur Penentuan Waktu Sinyal Tidak Tetap
86
Gambar 3.7
Tampilan Jendela FIS Editor ....................................
87
Gambar 3.8
Tampilan Jendela Membership Function Editor .......
88
Gambar 3.9
Tampilan Jendela Rule Editor ..................................
90
Gambar 3.10 Tampilan Jendela Rule Viewer (belum ada input) .....
92
Gambar 3.11 Tampilan Jendela Surface Viewer (belum ada data) .
93
Gambar 3.12 Formulir MKJI untuk perhitungan persimpangan .....
94
Gambar 3.13 Geometrik Simpang I, Arah Pergerakan Lalu Lintas Dan Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI
102
Gambar 3.14 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase I) Simpang I ...................................................
103
Gambar 3.15 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase II) Simpang I ..................................................
103
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Gambar 3.16 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase III) Simpang I .................................................
104
Gambar 3.17 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase IV) Simpang I .................................................
104
Gambar 3.18 Geometrik Simpang II, Arah Pergerakan Lalu Lintas Dan Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI
106
Gambar 3.19 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase I) Simpang II ..................................................
107
Gambar 3.20 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase II) Simpang II .................................................
107
Gambar 3.21 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase III) Simpang II ................................................
108
Gambar 3.22 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase IV) Simpang II ...............................................
108
Gambar 3.24 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data Fuzzy Simpang I ..............................................
113
Gambar 3.25 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data Fuzzy Simpang II ............................................. Gambar 4.1
113
Kondisi Geomaetrik Simpang I (Simpang Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti) ......
118
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Gambar 4.2
Kondisi Geomaetrik Simpang II (Simpang Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brig. Katamso) ........
119
Gambar 4.3
Siklus traffic light Simpang I ...................................
131
Gambar 4.4
Siklus traffic light Simpang II ..................................
131
Gambar 4.5
Sistem Inferensi Fuzzy (FIS) Editor ..........................
139
Gambar 4.6
Fungsi Segitiga untuk Hubungan Siklus dan Derajat Keanggotaan .........................................
142
Gambar 4.7
Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan simpang I
143
Gambar 4.8
Fungsi Keanggotaan Masukan Empat Lengan simpang I
144
Gambar 4.9
Rule Editor pada Program FIS Editor .......................
145
Gambar 4. 10 Arus Jenuh (smp/hijau) simpang I ............................
147
Gambar 4.11 Fungsi Keanggotaan Keluaran Hijau Simpang I .......
147
Gambar 4.12 Rule Viewer Untuk Simpang I ..................................
148
Gambar 4.13 Waktu Sinyal Metode Fuzzy Simpang I ...................
149
Gambar 4.14 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan Simpang I
150
Gambar 4.15 Fungsi Keangotaan Masukan Empat Lengan Simpang I
151
Gambar 4.16 Fungsi Keanggotaan Keluaran Simpang I .................
152
Gambar 4.17 Fungsi Segitiga Hubungan Siklus dan Derajat Keanggotaan Simpang II .............................
157
Gambar 4.18 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan Simpang II
157
Gambar 4.19 Fungsi Keanggotaan Masukan Empat Lengan Simpang II
158
Gambar 4.20 Rule Editor pada Program FIS Editor Simpang II ....
159
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
Halaman
Gambar 4.21 Arus Jenuh (smp/hijau) Simpang II ..........................
160
Gambar 4.22 Fungsi Keanggotaan Keluaran Hijau Simpang II ......
160
Gambar 4.23 Rule Viewer Untuk Simpang II .................................
161
Gambar 4.24 Waktu Sinyal Metode Fuzzy Simpang II ..................
161
Gambar 4.25 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan simpang II
162
Gambar 4.26 Fungsi Keanggotaan Masukan Empat Lengan simpang II
163
Gambar 4.27 Fungsi Keanggotaan Keluaran Simpang II ...............
164
Fuzi Syahputra : Optimasi Simpang JL. Ngumban Surbakti – Tanjung Sari Dan Alternatif Aplikasi Teori Fuzzy Dalam Perhitungan Kinerja Persimpangan, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum Transportasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam menunjang kehidupan manusia, khususnya dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari hampir seluruh manusia akan melakukan kegiatan transportasi, baik berjalan kaki maupun menggunakan sarana transportasi, sebab kebutuhan yang akan dipenuhi tidak terdapat hanya pada satu tempat saja. Transportasi dapat didefinisikan sebagai perpindahan manusia/ barang dari satu tempat (origin) ke tempat lain (destination) untuk memenuhi tujuan tertentu. Transportasi telah memberikan sumbangan yang besar dalam membentuk peradaban manusia yang semakin berkembang dan menfasilitasi adanya hubungan antar manusia. Bertambahnya kebutuhan manusia tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan akan perpindahan, dengan kondisi ini sarana transportasi (demand) akan meningkat pula. Selanjutnya, permasalahan yang akan timbul adalah ketika pertambahan demand ini tidak diikuti supply prasarana yang mendukung transportasi. Kondisi seperti ini pada umumnya terjadi di daerah perkotaan menjadikannya permasalahan utama saat ini. Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia yang menjadi Pusat Kegiatan Nasional (Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997), menjadikannya kota dengan tingkat kegiatan yang tinggi, tapi prasarana 1
transportasi yang mendukung dan sikap berlalu lintas pengguna jalan masih kurang. Permasalahan kemacetan seperti di kota lain masih menjadi masalah di Kota Medan. Lokasi kemacetan di Kota Medan lebih kurang sebanyak 60 ruas jalan dengan 30 titik persimpangan berdasarkan asumsi dua ruas jalan yang macet per simpang, masing-masing ruas jalan mempunyai volume lalu lintas rata-rata 2500 smp/ jam pada waktu sibuk (Dr. Ir. Richard Napitupulu, MT dan Ir. Filiyanti T.A. Bangun, Grad. Dipl. P. M. M., Eng., 2004). Keterbatasan sumber daya seperti disebutkan sebelumnya diangkat menjadi kendala utama penyediaan prasarana transportasi. Berdasarkan pada keterbatasan sumber daya tersebut, selain meningkatkan ketersediaan (supply) prasarana, dibutuhkan upaya optimalisasi dan peningkatan kinerja prasarana dan fasilitas yang sudah ada. Sistem dari prasarana yang sudah ada harus dioptimalkan dan bila memungkinkan sistem yang sudah ada dapat ditingkatkan dengan pengembangan sistem untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik.
1.2 Latar Belakang Simpang bersinyal merupakan suatu elemen yang cukup penting dalam sistem transportasi di kota besar. Pengaturan sinyal harus dilakukan seoptimal mungkin agar dapat membantu kelancaran laju kendaraan yang melalui persimpangan. Namun, faktanya menjadi penyebab kemacetan dengan kinerja yang belum optimal. Sumbangannya pada kemacetan Kota Medan cukup besar, karena masih mempunyai tundaan yang lama dan antrian yang panjang. Hal ini berdampak pada kinerja jaringan jalan secara keseluruhan.
2
Hal yang perlu ditinjau adalah besar arus kendaraan yang masuk ke simpang memiliki fluktuasi yang cukup tinggi, membuat pengaturan simpang bersinyal dengan traffic light yang memiliki kontroler tetap dirasa kurang optimal untuk kinerja persimpangan karena masih belum dapat menyesuaikan dengan fluktuasi arus yang tidak menentu, karena hanya berdasarkan pada arus puncak setiap lengan. Kendali simpang berdasarkan fluktuasi arus (fully actuated signals) yang masuk simpang dari semua lengan, atau dari simpang lain yang berpengaruh perlu dikembangkan. Diharapkan pengembangan ini dapat mengurangi waktu tundaan serta antrian, sehingga dapat meningkatkan kinerja persimpangan. Pengembangan kendali simpang berdasarkan fluktuasi arus (fully actuated signals) dapat dilakukan dengan memanfaatkan teori Logika Fuzzy. Logika Fuzzy adalah pengembangan dari teori himpunan fuzzy yang diprakarsai oleh Prof. Lofti Zadeh dari University of California tahun 1965. Logika Fuzzy hampir mirip dengan sistem penalaran manusia dengan menggunakan konsep sifat kesamaran nilai atau data, berbeda dengan logika biasa yang memiliki keluaran tegas atau hanya memiliki dua keadaan semisal 0 atau 1 , sedangkan Logika Fuzzy mampu memberikan nilai secara kontinu antara 0 sampai 1. Pengaruh manfaat dari penggunaan Logika Fuzzy turut dirasakan oleh para pakar ilmuwan untuk menciptakan suatu sistem pengendali dalam konsep logaritma-logaritma yang dapat dinyatakan. Seperti pada aplikasi pengendali sistem transportasi seperti pengendalian lampu lalu lintas, pengelolaan perparkiran, dan di bidang lain seperti sistem kerja alat-alat elektronik, pengendali kerja robot, bahkan untuk pengembangan kinerja alat-alat kedokteran dalam mendiagnosa suatu jenis penyakit, dan masih banyak lagi yang lainnya. Logika ini
3
sangat tepat diperuntukkan bagi sistem-sistem yang sulit dipahami atau diwakilkan dengan suatu metode matematik yang teliti. Lampu lalulintas (traffic light) memegang peranan penting dalam pengaturan kelancaran lalulintas. Sistem pengendalian lampu lalulintas yang baik akan secara otomatis menyesuaikan diri dengan kepadatan arus lalulintas pada jalur yang diatur. Dengan penerapan Logika Fuzzy hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang dan studi pendahuluan di atas, maka dapat ditarik suatu perumusan masalah yaitu bagaimana menentukan waktu traffic light yang dipengaruhi oleh fluktuasi arus yang tidak menentu (fully actuated signal).
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan waktu optimal traffic light pada setiap lengan simpang bersinyal dengan fluktuasi arus yang berbeda dengan menggunakan Logika Fuzzy.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat di bidang teoritis. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai khasanah pengembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik lalu lintas, terutama terkait dengan
4
masalah pengaturan simpang bersinyal bagi peneliti pada khususnya dan pihak-pihak terkait pada umumnya. 2. Manfaat di bidang praktik. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan kepada pihakpihak pengelola mengenai pengembangan teknik pengaturan simpang bersinyal dan dapat diterapkan di lapangan sehingga diperoleh sistem pengaturan waktu traffic light yang lebih efektif.
1.6 Sasaran Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian di atas maka perlu ditetapkan sasaran penelitian sebagai berikut : 1. Pemetaan keadaan persimpangan bersinyal. 2. Mengidentifikasi waktu traffic light di setiap lengan persimpangan bersinyal. 3. Menentukan waktu traffic light optimal dengan memanfaatkan metode Logika Fuzzy. 4. Memanfaatkan penggunaan Matlab Toolbox (simulink) untuk pengolahan waktu traffic light dengan Logika Fuzzy untuk diajukan sebagai bahan pertimbangan guna perbaikan kinerja persimpangan bersinyal di masa yang akan datang.
5
1.7 Batasan Penelitian Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian ini dapat tercapai secara efektif sehingga dapat mencapai tujuan dari penelitian. Adapun batasan-batasan yang digunakan antara lain: 1. Lokasi yang ditinjau merupakan persimpangan bersinyal (signalized intersection) dengan menggunakan waktu yang tetap (fixed time signal). 2. Penelitian hanya dilakukan pada persimpangan bersinyal pada pertemuan Jalan Ngumban Surbakti dan Jalan Setia Budi (simpang I) dan pada persimpangan pertemuan Jalan Ir. H. Juanda dan Jalan Brigjen Katamso (simpang II), berupa simpang empat lengan sederhana dengan tiga lajur. 3. Parameter-parameter dalam penentuan waktu sinyal didasarkan parameter yang ada di lapangan antara lain kondisi geometrik simpang, arus lalu lintas yang dibutuhkan untuk menganalisa kapasitas, tundaan serta faktorfaktor koreksi untuk kondisi ruas jalan tersebut. 4. Hambatan samping yang diakibatkan oleh pedagang kaki lima, penyeberang jalan, dan parkir kendaraan di badan jalan tidak termasuk dalam penelitian ini. 5. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Logika Fuzzy dan dibandingkan dengan metode konvensional (perhitungan MKJI) untuk meninjau kinerja simpang. 6. Penelitian ini tidak mencakup implementasi hasil di lapangan.
6
1.8 Metodologi Untuk parameter yang diukur secara langsung di lapangan adalah keadaan lalu lintas seperti arus jenuh dan volume lalu lintas. Sebelum melakukan survey lalu lintas pada persimpangan yang telah ditentukan maka pertama sekali dilakukan adalah survey kondisi persimpangan yang meliputi geometrik persimpangan, waktu hijau, panjang siklus sinyal serta data pendukung lainnya. Dalam melaksanakan penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan meliputi: 1. Tahapan Persiapan Di dalam tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan meliputi studi pustaka untuk menelaah sejumlah teori yang terkait dengan penelitian, pemantapan metodologi yakni dengan merencanakan secara lebih detail tahap-tahap yang akan dilaksanakan sehingga tujuan dapat dicapai dengan tepat, dan penentuan data simpang baik data artificial dan data sekunder. 2. Tahap Perhitungan dan Analisis Pada tahap ini hal yang akan dilakukan adalah perhitungan dan analisis simpang dengan menggunakan Logika Fuzzy memanfaatkan program Matlab Toolbox (simulink) dan analisis simpang dengan menggunakan MKJI. 3. Penilaian Kinerja Persimpangan dengan Parameter Kinerja Tahap ini dilakukan untuk menilai kinerja persimpangan yang dilihat berdasarkan parameter-parameter yang ada seperti derajat kejenuhan, antrian, number of stop dan tundaan.
7
Studi Pendahuluan Melakukan Pengamatan Langsung di Lapangan
Identifikasi Masalah
Penetapan Tujuan Penelitian
Rujukan studi terdahulu
Studi Literatur
Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Logika Fuzzy, MKJI, literatur terkait
- Pembatasan Masalah - Identifikasi Kebutuhan Data - Teknik Pengumpulan Data
Survey Karakteristik Lalu Lintas 1. 2. 3. 4.
-
Geometri Simpang Arus Lalu Lintas Panjang antrian kendaraan Waktu siklus traffic light
Pengolahan Data Penilaian Kinerja Persimpangan dengan MKJI
- Perancangan prosedur penentuan waktu siklus traffic light dengan Logika Fuzzy
Parameter Kinerja - Derajat Kejenuhan - Antrian - Number of Stop - Tundaan
Analisa dan Evaluasi Penentuan waktu siklus traffic light dan analisis kinerja dengan Logika Fuzzy dan MKJI
Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 1.1 Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum Persimpangan jalan dapat diartikan sebagai dua jalur atau lebih ruas jalan yang berpotongan, dan termasuk didalamnya fasilitas jalur jalan dan tepi jalan. Sedangkan setiap jalan yang memencar dan merupakan bagian dari persimpangan tersebut dikatakan dengan lengan persimpangan. Persimpangan jalan merupakan suatu hal yang penting untuk dianalisa karena sangat berpengaruh terhadap aliran dan keselamatan berlalu lintas. Persimpangan dapat dikatakan sebagai bagian yang penting dari jalan perkotaan sebab sebagian besar dari efisiensi, kapasitas lalu lintas, kecepatan, biaya operasi, waktu perjalanan, kenyamanan dan keamanan akan tergantung pada perencanaan suatu persimpangan. Untuk peningkatan hal-hal diatas maka perencanaan suatu persimpangan dan pengaturan lalu lintas pada suatu persimpangan merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan, karena persimpangan tidak hanya digunakan oleh kendaraan bermotor akan tetapi juga oleh para pejalan kaki. Kompleksitas arus kendaraan pada persimpangan akan menimbulkan konflik. Pada persimpangan dengan arus lalu lintas yang besar perlu diadakan perencanaan, perancangan dan pengaturan lalu lintas diantaranya dalam bentuk penggunaan traffic light. Untuk melintasi suatu persimpangan, masing-masing aliran kendaraan harus saling bergantian sehingga terjadi tundaan, perhentian dan 9
antrian. Waktu tundaan, jumlah antrian dan panjang antrian akan bertambah besar. Pengaturan dengan traffic light ini diharapkan dapat mengurangi antrian yang dialami oleh kendaraan, dan juga kemungkinan terjadinya kecelakaan di persimpangan akan dapat dikurangi dibandingkan jika tidak menggunakan traffic light. Beberapa hasil studi dan identifikasi menunjukkan bahwa lokasi kemacetan secara umum terjadi pada persimpangan atau titik-titik tertentu yang terletak di sepanjang ruas jalan. Sebab-sebab terjadinya kemacetan di persimpangan antara lain adanya permasalahan dari konflik akibat pergerakanpergerakan
kendaraan
yang
membelok
dan
adanya
masalah
pada
pengendaliannya. Sedangkan permasalahan yang timbul pada ruas jalan karena adanya gangguan terhadap kelancaran arus lalu lintas yang ditimbulkan dari berbagai akses jalan yang berkumpul pada suatu ruas jalan, bercampurnya segala jenis kendaraan atau dari tingkah laku para pengemudi kendaraan itu sendiri. Karena ruas jalan pada suatu persimpangan digunakan secara bersama-sama maka kondisi suatu persimpangan harus dapat direncanakan sebaik mungkin.
2.2 Kondisi dan Karakteristik Lalu Lintas 1.
Ekivalen mobil penumpang adalah variabel berbagai tipe kendaraan sehubungan dengan keperluan waktu hijau untuk keluar masuk antrian apabila dibandingkan dengan sebuah kendaraan ringan (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang sasisnya sama, emp = 1,0).
10
2.
Satuan mobil penumpang adalah satuan arus lalu lintas dari berbagai tipe kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan variabel emp.
3.
Arus berangkat terlawan adalah keberangkatan dengan konflik antara gerak belok kanan dengan gerak lurus/belok kiri dari bagian pendekat dengan lampu hijau pada fase yang sama.
4.
Arus berangkat terlindung adalah keberangkatan tanpa konflik antara gerakan lalu lintas belok kanan dan lurus.
5.
Belok kiri adalah indeks untuk lalu lintas belok kiri.
6.
Belok kiri langsung adalah indeks untuk lalu lintas belok kiri yang diijinkan lewat pada saat sinyal merah.
7.
Lurus adalah indeks untuk lalu lintas lurus.
8.
Belok kanan adalah indeks untuk lalu lintas yang belok ke kanan.
9.
Rasio belok kanan adalah rasio untuk lalu lintas yang belok kanan dengan keseluruhan total.
10. Arus lalu lintas adalah jumlah 11ariab lalu lintas yang melalui titik yang tak terganggu di hulu. 11. Arus melawan adalah arus lalu lintas dalam pendekat yang berlawanan, yang berangkat dari fase hijau yang sama. 12. Arus belok kanan yang terlawan adalah arus lalu lintas belok kanan dari pendekat yang berlawanan. 13. Arus jenuh adalah besarnya keberangkatan antrian di dalam suatu pendekat selama kondisi yang ditentukan.
11
14. Arus jenuh dasar besarnya keberangkatan antrian di dalam pendekat selama kondisi yang ideal. 15. Derajat kejenuhan adalah rasio dari arus lalu lintas terhadap kapasitas untuk suatu pendekat. 16. Rasio arus adalah rasio arus terhadap arus jenuh (Q/S) dari suatu pendekat. 17. Rasio arus simpang adalah jumlah dari rasio arus kritis (=tertinggi) untuk semua fase sinyal yang berurutan dalam suatu siklus. 18. Rasio fase adalah rasio arus kritis dibagi dengan rasio arus simpang. 19. Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan. 20. Faktor penyesuaian adalah variabel koreksi untuk penyesuaian dari nilai ideal ke nilai sebenarnya dari suatu variabel. 21. Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. 22. Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. 23. Tundaan geometri adalah disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan yang membelok di simpangan atau yang terhenti oleh lampu merah. 24. Panjang antrian adalah panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat. 25. Antrian adalah jumlah kemdaraan yang antri dalam suatu pendekat. 26. Angka henti adalah jumlah rata-rata berhenti per kendaraan (termasuk berhenti berulang-ulang dalam antrian).
12
27. Rasio kendaraan terhenti adalah rasio dari arus lalu lintas yang terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal.
2.3
Gerakan Lalu Lintas pada Persimpangan Terdapat empat
bentuk tipe dasar pergerakan lalu lintas pada
persimpangan yang dilihat dari sifat dan tujuan gerakan, yaitu: a. Diverging (gerakan memisah) Peristiwa berpencarnya kendaraan yang melewati suatu ruas jalan ketika kendaraan tersebut sampai pada titik persimpangan. Konflik ini dapat terjadi pada saat kendaraan melakukan gerakan membelok atau berganti jalur.
Gambar 2.1 Tipe Dasar Gerakan Diverging (Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1999)
b. Merging (gerakan bergabung) Peristiwa bergabungnya kendaraan yang bergerak dari beberapa ruas jalan ketika bergabung pada suatu titik persimpangan, dan juga pada saat kendaraan melakukan pergerakan membelok dan bergabung. 13
Gambar 2.2 Tipe Dasar Gerakan Merging (Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1999)
c. Weaving (bersilangan) Peristiwa terjadinya perpindahan jalur atau jalinan arus kendaraan menuju pendekat lain. Gerakan ini merupakan perpaduan dari gerakan diverging dan merging.
Gambar 2.3 Tipe Dasar Gerakan Weaving (Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1999)
14
d. Crossing (berpotongan) Peristiwa perpotongan antara arus kendaraan dari satu jalur ke jalur lain pada persimpangan, biasanya keadaan demikian akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan. Tipe dasar gerakan crossing dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4 Tipe Dasar Gerakan Crossing (Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1999)
Keberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan ditujukan agar kendaraan bermotor, para pejalan kaki, dan kendaraan tidak bermotor dapat bergerak dalam arah yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang menjadi karakteristik yang unik dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari dasar pergerakan tersebut. Berdasakan sifatnya konflik terbagi dua, yaitu : 1. Konflik primer (primary conflict) adalah konflik antara arus lalu lintas yang bergerak lurus dari ruas jalan yang saling berpotongan dan termasuk konflik dengan pejalan kaki, sedangkan; 15
2. Konflik sekunder (secondary conflict) adalah konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan dengan arus lalu lintas arah lainnya (opposing straight-throught traffic) dan atau lalu lintas belok kiri dengan para pejalan kaki (crossing pedestrians). Konflik dapat dibedakan atas dua jenis berdasarkan ada tidaknya alat pengatur simpang yaitu konflik yang terjadi pada persimpangan sebidang tidak bersinyal dan konflik yang terjadi pada simpang sebidang bersinyal. Pada persimpangan dibandingkan
sebidang
tidak
bersinyal
terdapat
lebih
banyak
konflik
pada persimpangan bersinyal. Konflik lalu lintas pada
persimpangan sebidang empat lengan tidak bersinyal memiliki 16 titik crossing conflicts, 8 diverging conflicts, dan 8 merging conflicts dapat dilihat pada Gambar 2.5, sedangkan untuk persimpangan bersinyal akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. `
16 crossing conflicts 8 merging conflicts 8 diverging conflicts
Gambar 2.5 Konflik Lalu lintas pada persimpangan sebidang tak bersinyal (Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)
16
2.4
Simpang Bersinyal Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa
lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: a. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas kendaraan dari masing-masing lengan. b. Memberi kesempatan kepada kendaraan/dan pejalan kaki yang berasal dari jalan kecil untuk memotong ke jalan utama. c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan dari arah yang bertentangan. Kinerja suatu persimpangan dapat dilihat dari beberapa parameter pada persimpangan. Salah satu parameter ini adalah waktu tundaan per mobil yang dialami oleh arus yang melalui simpang. Tundaan terdiri atas tundaan geometri (geometric delay) dan tundaan lalu lintas (traffic delay). Parameter persimpangan yang lain adalah angka henti dan rasio kendaraan terhenti pada suatu sinyal. Nilai angka henti merupakan jumlah berhenti kendaraan rata-rata akibat adanya hambatan simpang, juga termasuk kendaraan berhenti berulang-ulang dalam suatu antrian. Sedangkan rasio kendaraan yang terhenti menggambarkan rasio dari arus lalu lintas yang terpaksa terhenti sebelum mencapai garis henti. Kendaraan yang berhenti ini akibat adanya pengendalian sinyal. Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian adalah besarnya panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat. Parameter-parameter ini yang mampu menggambarkan hambatan-hambatan yang terjadi pada suatu persimpangan.
17
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna pada traffic light (merah, kuning, hijau) dilakukan untuk dapat memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu yang terjadi bersamaan. Konflik-konflik gerakan lalu lintas di persimpangan bersinyal dapat dibagi menjadi dua, yaitu konflik-konflik utama dan konflik-konflik kedua, yang dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini.
Gambar 2.6 Konflik Lalu lintas pada persimpangan sebidang bersinyal (Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)
Pada
dasarnya
jumlah potensial terjadinya
titik-titik
konflik
di
persimpangan tergantung pada beberapa faktor, seperti jumlah kaki persimpangan yang ada, jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan, jumlah pergerakan yang ada dan sistem pengaturan yang ada.
18
2.5
Pengaturan Lalu Lintas pada Persimpangan Masalah-masalah yang ada di persimpangan dapat diatasi dengan cara
meningkatkan kapasitas simpang dan mengurangi volume lalu lintas. Untuk meningkatkan kapasitas dapat dilakukan dengan cara melakukan perubahan rancang simpang, serta pelebaran cabang simpang, pengalihan arus lalu lintas ke rute-rute lain. Akan tetapi kedua cara tersebut kurang efektif, karena akan mengarah pada peningkatan jarak tempuh suatu perjalanan. Pemecahan masalah terbatasnya kapasitas simpang maupun masalah ruas jalan dapat diantisipasi dengan cara dilakukan pelebaran jalan akan tetapi hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit serta tidak selamanya mampu memecahkan permasalahan yang terjadi. Pemecahan manajemen lalu lintas semacam itu sering kali menyebabkan permasalahan lalu lintas semakin buruk. Alternatif pemecahan lain adalah dengan metode sistem pengendalian simpang yang bergantung kepada besarnya volume lalu lintas. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu sistem pengendalian simpang yang akan digunakan yaitu volume lalu lintas dan jumlah kendaraan yang belok, tipe kendaraan yang tersedia, kecepatan kendaraan, akses kendaraan pada ruas jalan, pertumbuhan lalu lintas dan distribusinya, strategi manajemen lalu lintas, biaya pemasangan dan pemeliharaan. Dari kriteria diatas dapat ditentukan jenis-jenis sistem pengendalian simpang yang digunakan antara lain:
19
2.5.1 Simpang Tanpa Prioritas (Non Priority Junction) Simpang tanpa prioritas ini umumnya digunakan pada daerah volume lalu lintas yang kecil pada masing-masing cabang simpang. Apabila pada simpang itu terjadi konflik lalu lintas maka salah satu pihak memperoleh hak utama untuk berjalan berdasarkan pada kebiasaan (peraturan pemerintah yang berlaku) sementara pihak lain akan memperlambat gerakannya atau berhenti. Meningkatnya volume lalu lintas pada salah satu cabang simpang mempertinggi tingkat konflik antara cabang simpang dengan arus yang rendah dengan arus yang tinggi pada simpang tersebut. Untuk mengatasi konflik lalu lintas ini maka diberikan hak utama tertentu pada suatu simpang yang biasa dengan prioritas. Contoh simpang tanpa prioritas dapat dilihat pada Gambar 2.7 dibawah.
Gambar 2.7 Persimpangan tanpa Prioritas (Sumber : Highway Traffic Analysis and Design, R.J Salter)
20
2.5.2 Simpang dengan Prioritas (Priority Junction) Simpang pengendalian semacam ini cocok untuk simpang dimana lalu lintas pada jalan yang lebih kecil (minor road) tidak terlalu besar. Dengan meningkatnya arus pada jalan yang lebih kecil maka semakin banyak kendaraan yang memotong arus jalan yang lebih besar (major road). Arus kendaraan di jalan yang lebih kecil dikendalikan oleh rambu lalu lintas, misalnya tanda stop atau tanda untuk mengalah (giveway sign). Fungsi rambu atau marka ini adalah untuk memberikan hak utama untuk bergerak pada jalan yang fungsinya lebih tinggi. Pada simpang dengan prioritas, diasumsikan tidak ada tundaan yang terjadi pada arus lalu lintas utama. Aspek yang paling penting adalah tingkat pengaruh dari arus lalu lintas pada jalan yang lebih kecil. Kendaraan dari jalan yang lebih kecil akan datang menuju rambu sebelum memasuki simpang dengan prioritas, kemudian menunggu suatu jarak kendaraan yang member waktu aman pada ruas jalan yang lebih besar. Tundaan kendaraan pada jalan yang lebih kecil
tergantung dari
ukuran waktu antara kendaraan pada jalan yang lebih besar. Ukuran waktu antara kendaraan yang terjadi tergantung pada volume lalu lintas pada jalan utama. Jika volume lalu lintas pada jalan utama bertambah maka lama tundaan kendaraan pada jalan yang lebih kecil akan semakin besar. Dengan terus meningkatnya arus lalu lintas maka simpang prioritas akan mengalami banyak kesulitan.
21
Gambar 2.8 Persimpangan dengan Prioritas (Sumber : Highway Traffic Analysis and Design, R.J Salter)
Rambu lalu lintas berupa
STOP Prioritas Bagi Lalu Lintas dari Muka
Rambu Berhenti
Gambar 2.9 Rambu Lalu Lintas untuk Simpang dengan Prioritas (Sumber : PP. No. 43 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas)
2.5.3 Simpang dengan Lampu Lalu Lintas (Signalized Junction) Sistem pengendalian simpang yang berikutnya adalah dengan pemasangan lampu lalu lintas (traffic light). Pengendalian persimpangan seperti ini memberikan hak berjalan pertama kepada fase tertentu kemudian
22
kepada fase lainnya. Masing-masing pergerakan mendapatkan kesempatan melintasi persimpangan dalam suatu jangka waktu tertentu dan pada saat yang berbeda-beda, serta dipengaruhi oleh susunan fisik persimpangan, jenis pengontrolan, volume lalu lintas, pola dan arah lalu lintas. Lampu lalu lintas (traffic light) adalah suatu alat kendali dengan menggunakan lampu yang terpasang pada persimpangan dengan tujuan untuk mengatur arus lalu lintas. Pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan pada dasarnya dimaksudkan untuk bagaimana pergerakan kendaran pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan (vehicle group movements) dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar arus yang ada. Ada berbagai jenis kendali dengan menggunakan lampu lalu lintas dimana pertimbangan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi persimpangan yang ada seperti volume, geometrik simpang dan sebagainya. Sketsa persimpangan ini dapat dilihat pada Gambar 2.10 dibawah.
Gambar 2.10 Persimpangan dengan Traffic Light (Sumber : Highway Traffic Analysis and Design, R.J Salter) 23
Berdasarkan cakupannya, jenis kendali dengan lampu lalu lintas (traffic light) pada persimpangan dibedakan antara lain: a.
Lampu
lalu
lintas
terpisah
(isolated
traffic
signal):
yaitu
pengoperasian lampu lalu lintas dimana dalam perancangannya hanya didasarkan pertimbangan pada satu tempat persimpangan saja tanpa mempertimbangkan simpang lain yang terdekat. b.
Lampu lalu lintas terkoordinasi (coordinated traffic signal): yaitu pengoperasian
lampu
lalu
lintas
dimana
perancangannya
mempertimbangkan, mencakup beberapa simpang yang terdapat pada suatu jalur/ arah tertentu; c.
Lampu lalu lintas jaringan (networking traffic signal): yaitu pengoperasian lampu lalu lintas dimana dalam perancangannya memperimbangkan mencakup beberapa simpang yang terdapat dalam suatu jaringan jalan dalam suatu kawasan. Berdasarkan pengoperasiannya, jenis kendali traffic light pada
persimpangan dibagi atas tiga bagian, yaitu: a.
Fixed time traffic signals: yaitu pengoperasian traffic light dimana pengaturan waktunya (setting time) tidak mengalami perubahan (tetap). Pada tipe ini panjang siklus fase, waktu hijau, waktu kuning, waktu merah dan perubahan interval telah diatur menurut selang waktu tertentu. Tipe ini merupakan bentuk pengendalian traffic light yang paling umum digunakan di Indonesia. Dalam situasi-situasi tertentu tipe ini memiliki efisiensi yang lebih kecil daripada sistem
24
lainnya karena tidak memiliki respon terhadap perubahan arus kendaraan yang terjadi. Beberapa keuntungan traffic light dengan bentuk waktu sinyal tetap ini antara lain: waktu start dan lama interval tetap sehingga memudahkan koordinasi dengan traffic light yang berdekatan, tidak dipengaruhi oleh kondisi pergerakan pada suatu waktu tertentu misalnya ada kendaraan yang berhenti, adanya pembangunan disekitar ruas jalan dan sebagainya, dengan sistem ini lebih sesuai bagi daerah yang volume pejalan kaki tetap dan besar, pengemudi dapat memperkirakan lamanya fase. b.
Semi actuated traffic signals: pada tipe ini digunakan peralatan deteksi yang diletakkan hanya pada jalan minor. Traffic light telah diatur sedemikian rupa, sehingga jalan mayor selalu mendapat indikasi warna hijau selama tidak diterima isyarat dari jalan minor. Apabila diterima adanya suatu isyarat dari jalan minor maka waktu hijau diterima untuk jalan minor adalah waktu yang paling lama sebesar waktu maksimum yang telah ditentukan. Ketika nyala indikasi warna hijau diterima kembali dan jalan minor oleh jalan mayor maka nyala hijau akan tetap pada jalan mayor sampai diterima kembali isyarat hijau dari jalan minor. Pada umumnya tipe traffic light ini dipakai pada persimpangan-persimpangan dimana jalan minor memiliki arus yang kecil.
c.
Fully Actuated traffic signals: yaitu pengoperasian traffic light dimana pengaturan waktunya (setting time) mengalami perubahan dari waktu
25
ke waktu sesuai dengan kedatangan kendaraan (demand) dari berbagai pendekat/ kaki simpang (approaches). Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, penggunaan traffic light bertujuan untuk memenuhi satu atau lebih fungsi-fungsi sebagai berikut : 1.
Untuk menghindari hambatan (blockage) akibat adanya konflik arus lalu lintas dari berbagai arah pergerakan kendaraan. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kapasitas simpang terutama pada jam puncak.
2.
Untuk memfasilitasi persilangan antara jalan utama dengan untuk kendaraan dan pejalan kaki dengan jalan sekunder sehingga kelancaran pada jalan utama dapat lebih terjamin.
3.
Untuk mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tubrukan (collisions) antara kendaraan pada arah yang terdapat konflik.
2.5.4
Karakteristik Traffic Light Kondisi geometrik dan lalu lintas (demand) akan berpengaruh
terhadap kapasitas dan kinerja lalu lintas pada persimpangan. Oleh karena itu, perencana harus dapat merancang sedemikian rupa sehingga mampu mendistribusikan waktu kepada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan secara proporsional sehingga memberikan kinerja yang sebaikbaiknya. Menurut Webster dan Cobbe (1956) optimasi lampu berdasarkan tundaan yang minimum.
26
Sistem perlampuan lalu lintas menggunakan jenis lampu sebagai berikut: a. Lampu hijau (green): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus bergerak maju. b. Lampu kuning (amber): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus melakukan antisipasi, apabila memungkinkan harus mengambil keputusan untuk berlakunya lampu yang berikutnya (apakah hijau atau merah). c. Lampu merah (red): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus berhenti pada sebelum garis henti (stop line). Perlu diketahui dengan adanya peraturan lalu lintas yang baru (PP 42 dan PP 43 Tahun 1993) untuk kendaraan yang belok kiri selama tidak diatur secara khusus maka kendaraan boleh belok kiri jalan terus. Perlampuan dengan berbagai nyala lampu tersebut diterapkan untuk memisahkan pergerakan lalu lintas berdasarkan waktu. Pemisahan ini diperlukan dengan khususnya untuk jenis konflik primer, namun dalam hal tertentu dapat juga diterapkan pada kondisi konflik primer. Dalam pengaturan sinyal traffic light, terdapat beberapa parameter, yaitu: 1. Fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu-lintas (i = indeks untuk nomor fase).
27
2. Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dengan indikasi sinyal. 3. Waktu hijau adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat. 4. Rasio hijau adalah perbandingan antara waktu hijau dan waktu siklus dalam suatu pendekat. 5. Waktu merah semua (all red) adalah waktu dengan merah menyala bersamaan dalam pendekat-pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan. 6. Waktu kuning adalah waktu dengan lampu kuning dinyalakan setelah hijau dalam suatu pendekat. 7. Antar hijau adalah periode kuning+merah semua antar dua fase sinyal yang berurutan. 8. Waktu hilang adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap. Waktu hilang dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau dalam semua fase yang berurutan. 9. Sinyal diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam satu dimensi waktu.
2.5.5
Pengaturan Fase Pemisahan berdasarkan waktu untuk menghindari/ mengurangi
adanya konflik baik primer maupun sekunder dikenal dengan istilah pengaturan fase. Pengaturan fase harus dilakukan analisis terhadap kelompok pergerakan kendaraan dari seluruh yang ada sehingga terwujud:
28
•
pengurangan konflik baik primer maupun sekunder;
•
urutan yang optimum dalam pergantina fase;
•
mempertimbangkan waktu pengosongan (clearance time) pada daerah persimpangan. Jika hanya untuk memisahkan konflik primer yang terjadi maka
pengaturan fase dapat dilakukan dengan dua fase. Hal ini dilakukan dengan masing-masing fase untuk masing-masing jalur jalan yang saling bersilangan, yaitu kaki simpang yang saling lurus menjadi dalam satu fase. Pengaturan dua fase ini juga dapat diterapkan untuk kondisi yang ada larangan belok kanan. Pengaturan antar fase diatur dengan jarak waktu penyela/waktu jeda supaya terjadi kelancaran ketika pergantian antar fase. Istilah ini disebut dengan waktu antar hijau (intergreen) yang berfungsi sebagai waktu pengosongan (clearance time). Waktu antar hijau terdiri dari waktu kuning dan waktu merah semua (all red). Waktu antar hijau bertujuan untuk: a. Waktu kuning: peringatan bahwa kendaraan akan berangkat maupun berhenti. Besaran waktu kuning ditetapkan berdasarkan kemampuan seorang pengemudi untuk dapat melihat secara jelas namun singkat sehingga dapat sebagai informasi untuk ditindaklanjuti dalam pergerakannya. Penentuan ini biasanya ditetapkan sebesar tiga detik dengan anggapan bahwa waktu
29
tersebut sudah dapat mengakomodasi ketika terjadi kedipan mata. b. Waktu semua merah: untuk memberikan waktu pengosongan (clearance time) sehingga resiko kecelakaan dapat dikurangi. Hal ini dimaksudkan supaya akhir rombongan kendaraan pada fase sebelumnya tidak berbenturan dengan awal rombongan kendaraan fase berikutnya. Besaran waktu semua merah sangat tergantung pada kondisi geometrik simpang sehingga benarbenar cukup untuk sebagai clearance time. Pertimbangan yang harus diperhitungkan adalah waktu percepatan dan jarak pada daerah clearance time pada simpang.
Tabel 2.1 Nilai Normal Waktu Antar Hijau Ukuran Simpang Kecil
Lebar jalan rata-rata (m) 6–9
Nilai Lost Time (LT) (detik/fase) 4
Sedang
10 – 14
5
Besar
>15
>6
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997)
Jika diinginkan tingkat keselamatan yang tinggi pada gerakan belok kanan maka pengaturan fase dapat ditambah jumlahnya lebih dari dua fase. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada penurunan kapasitas dan perpanjangan waktu siklus. Dengan demikian apabila tidak ada pergerakan kendaraan lain yang menghalangi dengan melakukan gerakan yang
30
berlawanan dengan menyilang (crossing) maka disebut dengan istilah Protected (P) dan sebaliknya disebut dengan istilah Opposite (O). Berdasarkan buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, berbagai contoh kasus pengaturan fase adalah sebagai berikut: a. pengaturan dua fase: pengaturan ini hanya diperlukan untuk konflik primer yang terpisah
Fase A
Fase B
Gambar 2.11a Pengaturan Simpang dengan Dua Fase (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, hal. 2-4)
b. pengaturan tiga fase: pengaturan ini digunakan untuk kondisi penyisaan akhir (late cut-off) untuk meningkatkan kapasitas arus belok kanan
Fase A
Fase B
Fase C
Gambar 2.11b Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Late Cut-Off (Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, hal. 2-5) 31
c. pengaturan tiga fase: dilakukan dengan cara memulai lebih awal (early start) untuk meningkatkan kapasitas belok kanan.
Gambar 2.11c Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Early-Start (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, hal. 2-5)
d. pengaturan tiga fase: dengan memisahkan belok kanan dalam satu jalan.
Gambar 2.11d Pengaturan Simpang Tiga Fase dengan Pemisahan Belok Kanan (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, hal. 2-5)
e. pengaturan empat fase; dengan belok kanan terpisah pada kedua jalan
Gambar 2.11e Pengaturan Simpang Empat Fase dengan Pemisahan Belok Kanan (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, hal. 2-5) 32
f. Pengaturan empat fase; dengan arus berangkat dari satu persatu pendekat pada saatnya masing-masing.
Gambar 2.11f Pengaturan Simpang Empat Fase dengan Arus Berangkat dari Satu per satu Pendekat pada Saatnya Masing-masing (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, hal. 2-5)
Perhitungan untuk menentukan waktu hijau, kapasitas, derajat kejenuhan, dan tundaan pada simpang bersinyal digunakan acuan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) yang dituangkan dalam formulir-formulir isian SIG.
2.6 Kapasitas Tingkat Pelayanan Secara umum dalam penganalisaan kapasitas ada suatu prinsip dasar yang objektif yaitu perhitungan jumlah maksimum lalu lintas yang dapat ditampung oleh fasilitas yang ada serta bagaimana kualitas operasional fasilitas tersebut di dalam pemeliharaan serta peningkatan peningkatan fasilitas itu sendiri yang tentunya sangat berguna dikemudian hari. Dalam merencanakan suatu fasilitas jalan kita jumpai suatu perencanaan agar fasilitas itu dapat mendekati kapasitasnya. Pada umumnya operasi atau pemakaian terhadap fasilitas yang tersedia jarang sekali dimanfaatkan pada tingkat kapasitas penuh. Kapasitas dari suatu fasilitas akan menurun fungsinya jika dipergunakan saat atau mendekati 33
kapasitasnya. Oleh karena itu analisa kapasitas lebih merupakan sebuah penilaian terhadap jumlah maksimum lalu-lintas yang dapat disalurkan pada tingkat atau kualitas operasional yang telah ditentukan dan selama masih dapat dipertahankan. Kriteria dan operasional dan suatu fasilitas diwujudkan dengan istilah tingkat pelayanan (level of service). Setiap tipe fasilitas telah ditentukan suatu interval dan kondisi operasional, yang dihubungkan dengan jumlah lalu-lintas yang mampu ditampung disetiap tingkat.
Tabel 2.2 Kriteria Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan Bersinyal
Tingkat Pelayanan
Tundaan Henti Tiap Kendaraan (detik)
A
≤5,0
B
5,1 – 15,0
C
15,1 – 25,0
D
25,1 – 40,0
E
40,1 – 60,0
F
≥60,0
(Sumber : Highway Capacity Manual 1985)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pelayanan pada persimpangan bersinyal terbagi atas enam tingakatan yaitu : A, B, C, D, E dan F. Pada kondisi operasional yang paling baik dan suatu fasilitas dinyatakan dengan tingkat pelayanan A, sedangkan untuk kondisi yang paling jelek dinyatakan dengan tingkat pelayanan F. 34
Kapasitas yang didefinisikan oleh Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 adalah jumlah maksimum arus lalu lintas yang dapat dipertahankan tetap yang melewati suatu titik atau bahagian jalan dalam kondisi tertentu. Kondisi arus lalu lintas maksimum yaitu kondisi lalu lintas yang meliputi volume setiap kendaraan, distribusi kendaraan berdasarkan pergerakannya (belok kiri, terus dan belok kanan), lokasi dan pemakaian bus stop di dalam wilayah persimpangan, arus penyeberang jalan dan pergerakan parkir di dalam wilayah persimpangan. Selain itu juga meliputi keadaan geometrik persimpangan yang meliputi jumlah lajur, kemiringan jalan dan alokasi tata guna lahan. Dalam penganalisaan digunakan periode waktu 15 menit dengan mempertimbangkan waktu tersebut sebagai interval terpendek selama arus yang ada stabil pada perhitungan kapasitas harus ditetapkan bahwa kondisi yang ada seperti kondisi jalan, kondisi lalu lintas dan pengendalian tetap. Hal-hal yang terjadi yang membuat suatu perubahan dan kondisi yang ada mengakibatkan terjadinya perubahan kapasitas pada fasilitas tersebut. Sangat dianjurkan dalam penentuan kapasitas dilakukan pada cuaca yang baik (cerah). Dalam penentuan kapasitas ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan antara lain: 1. Kondisi Jalan (road condition) Kondisi ini berkaitan dengan karakteristik geometrik suatu ruas jalan antara lain: tipe fasilitas, lingkungan sekitar jalan, bahu jalan, lebar lajur, kebebasan lateral, kecepatan rencana, alinyemen horizontal dan vertikal.
35
Perancangan
geometrik
dengan
karakteristik
geometrik
persimpangan yang merupakan titik pertemuan antara dua atau lebih jalan, dalam artian perancangan fasilitas jalan dan suatu kaki persimpangan tidak dapat terlepas dari perancangan fasilitas jalan pada lengan persimpangan lainnya. Konflik yang timbul akibat pertemuan jalan-jalan yang berpotongan baik antara kendaraan dengan kendaraan ataupun antara kendaraan dengan pejalan kaki harus dikendalikan melalui perancangan yang baik sehingga dapat dihindari kemungkinan konflik yang berakibat timbulnya kecelakaan. Perencanaan geometrik yang baik secara keseluruhan akan menghasilkan kondisi medan persimpangan yang dapat dikenal dengan baik oleh pengguna jalan, sehingga para pengguna jalan tersebut dapat bergerak melakukan manuver-manuver dengan baik. 2. Kondisi lalu-lintas (traffic condition) Kondisi lalu-lintas bergantung pada karakteristik lalu-lintas yang menggunakan fasilitas lalu-lintas tersebut yaitu: pendistribusian tipe kendaraan, jumlah kendaraan dan pembagian jalur yang ada serta srah distribusi lalu-lintas. 3. Pengendalian (control condition) Kondisi ini tergantung pada tipe dan rencana khusus dan alat pengendalian yang terpenting yaitu peraturan yang ada (peraturan lokal yang ada). Hal yang sangat mempengaruhi ini adalah lokasi, jenis dan waktu sinyal lalu-lintas disamping tanda-tanda stop dan yield dari lajur yang digunakan.
36
2.7
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) adalah suatu metode yang
dirancang untuk memudahkan dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan kapasitas jalan di Indonesia, termasuk untuk masalah persimpangan bersinyal. Sistem perhitungan persimpangan yang disediakan berupa formulir isian SIG I sampai dengan SIG V. Adapun isi dari tiap-tiap SIG tersebut adalah sebagai berikut : 1. SIG I, menetapkan jenis fase dan penentuan geometrik jalan dengan nilai Wmasuk dan Wkeluar. 2. SIG II, menghitung data arus lalu lintas. 3. SIG III, untuk mendapatkan waktu merah dan waktu hilang tiap fase. 4. SIG IV, dari hasil data-data pada SIG sebelumnya, kita dapat memperoleh nilai Kapasitas (C), Waktu Hijau (g), dan Derajat Kejenuhan (DS). 5. SIG V, mengetahui besarnya antrian, number of stop, dan tundaan.
Teori simpang bersinyal didasarkan pada prinsip-prinsip utama sebagai berikut : 1. Geometri Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap pendekat. Satu lengan simpang dapat terdiri lebih dari satu pendekat, yaitu dipisahkan menjadi dua atau lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika arus belok kanan dan belok kiri
37
mendapat sinyal waktu hijau yang berbeda fase dengan arus lurus, atau jika dipisahkan secara fisik oleh pulau-pulau lalu lintas dalam pendekat. 2. Arus Lalu Lintas Perhitungan dilakukan per satuan jam untuk satu atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas rencana jam puncak pagi, siang dan sore. Tabel 2.3 Tipe Kendaraan No.
Tipe Kendaraan
Definisi
1
Kendaraan bermotor (UM)
Sepeda, becak
2
Sepeda bermotor (MC)
Sepeda motor, sekuter
3
Kendaraan ringan (LV)
Colt, Pick up, Taksi
4
Kendaraan berat (HV)
Bus kecil, Bus besar, Truk
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Tabel 2.4 Nilai Konversi Satuan Mobil Penumpang pada Simpang Jenis Kendaraan
Nilai emp untuk tiap pendekat Terlindung (P)
Terlawan (O)
HV
1,0
1,0
LV
1,3
1,3
MC
0,2
0,4
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
38
Arus jenuh yang terjadi di persimpangan merupakan suatu hal yang harus menjadi perhatian karena dipengaruhi oleh lebar jalur, kemiringan permukaan, dan sebagainya. Tingkat kepadatan lalu lintas (Saturation Flow) atau tingkat arus jenuh adalah arus kendaraan per jam yang dapat diakomodasi oleh kelompok lajur tersebut dengan anggapan bahwa fase hijau selalu tersedia untuk jalan, yakni perbandingan g/c adalah 1,00. Perhitungan dimulai dengan memilih suatu tingkat arus jenuh yang ideal biasanya 1800 mobil penumpang per jam dan waktu hijau tiap lajur, dan penyesuaian nilai ini untuk berbagai kondisi yang ada bukan merupakan kondisi yang ideal. Arus jenuh (saturation flow) pada suatu persimpangan dapat dihitung dengan rumus: S = So.Fcs.Fsf.Fg.Fp.Frt.Flt dimana :
………………… (2.1)
S = Arus jenuh, besarnya keberangkatan antrian di dalam suatu pendekatan selama kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau). So = Arus jenuh dasar, besarnya keberangkatan antrian di dalam pendekat selama kondisi ideal (smp/jam). Fcs = Faktor koreksi untuk ukuran kota (jumlah penduduk kota) dapat dilihat pada tabel 2.5 Fsf = Faktor koreksi untuk hambatan samping dan lingkungan jalan dan kendaraan bermotor, ditunjukkan dalam tabel 2.6 39
Fg = Faktor koreksi untuk kemiringan jalan, diberikan dalam gambar 2.13 Fp = Faktor koreksi untuk parkir kendaraan disepanjang jalan pada areal persimpangan, dalam gambar 2.14 Frt = Faktor koreksi untuk kendaraan belok kanan, diberikan dalam gambar 2.15 Flt = Faktor koreksi untuk kendaraan belok kiri dalam kelompok lajur, diberikan dalam gambar 2.16 Akan tetapi untuk pendekat terlindung arus jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi dan lebar efektif pendekat (We): So = 600.We …………………….( 2.2 ) Untuk perhitungan arus jenuh (S) maka diperlukan beberapa tabel yang berisikan faktor-faktor koreksi yaitu Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian ukuran kota Fcs Penduduk Kota (Juta jiwa)
Faktor Penyesuaian Ukuran kota ( Fcs )
>3,0
1,05
1,0 – 3,0
1,00
0,5 – 1,0
0,94
0,1 – 0,5
0,83
<0,1
0,82
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-53
40
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Untuk tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor ( Fsf) Lingkungan Jalan
Komersial (Com)
Hambatan Samping Tinggi Sedang Rendah Tinggi
Pemukiman (Res)
Sedang Rendah
Akses Terbatas (RA)
Tinggi/ Sedang/ Rendah
Tipe fase Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung Terlawan Terlindung
0.00 0.93 0.93 0.94 0.94 0.95 0.95 0.96 0.96 0.97 0.97 0.98 0.98 1.00 1.00
Rasio Kendaraan Tak Bermotor 0.05 0.10 0.15 0.20 0.88 0.94 0.79 0.74 0.91 0.88 0.87 0.85 0.89 0.85 0.80 0.75 0.92 0.89 0.88 0.86 0.90 0.86 0.81 0.76 0.93 0.90 0.89 0.87 0.91 0.86 0.81 0.78 0.94 0.92 0.89 0.86 0.92 0.87 0.82 0.79 0.95 0.93 0.90 0.87 0.93 0.88 0.83 0.80 0.96 0.94 0.91 0.88 0.95 0.90 0.85 0.80 0.98 0.95 0.93 0.80
≥0.25 0.70 0.80 0.70 0.82 0.70 0.80 0.72 0.80 0.70 0.85 0.70 0.80 0.75 0.80
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-53
Gambar 2.12 Lebar efektif ruas jalan ( We ) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-49) 41
Gambar 2.13 Faktor koreksi untuk kemiringan jalan ( Fg ) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-54)
Gambar 2.14 Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir ( Fp ) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-54)
42
Gambar 2.15 Faktor penyesuaian untuk kendaraan belok kanan ( Frt ) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-55)
Gambar 2.16 Faktor penyesuaian untuk kendaraan belok kiri ( Flt ) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-55
43
3. Model Dasar Tujuan yang penting dari analisis kapasitas yaitu penilaian jumlah maksimum lalu-lintas yang dapat disalurkan oleh fasilitas yang tersedia. Pada umumnya operasi atau pemakaian terhadap fasilitas yang tersedia jarang sekali dimanfaatkan pada tingkat kapasitas penuh. Oleh karena itu penilaian terhadap jumlah maksimum lalu lintas yang dapat disalurkan pada tingkat yang telah ditentukan dan selama masih dapat dipertahankan desain dan kriteria operasional yang dinyatakan dalam tingkat pelayanan. Defenisi kapasitas (C) yaitu jumlah arus lalu lintas yang maksimum yang dapat melalui suatu lengan persimpangan dalam kondisi yang tersedia yang dapat dipertahankan. Kondisi lalu lintas yang dimaksud yaitu volume setiap kedatangan kendaraan, distribusi kendaraan berdasarkan pergerakannya (belok kiri, terus, dan belok kanan), pergerakan parkir di sekitar lengan yang ditinjau. Kapasitas pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut: C=
………………………………………. (2.3)
dimana : C = kapasitas (smp/jam) S = arus jenuh (smp/jam hijau) g = waktu hijau (det) c = waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang lengkap. Oleh karena itu perlu diketahui atau ditentukan waktu sinyal agar dapat menghitung kapasitas dan ukuran perilaku lalu lintas lainnya.
44
Tabel 2.7 Waktu Siklus yang Layak Untuk Simpang Tipe Pengaturan
Waktu Siklus (detik)
2 fase
40 - 80
3 fase
50 - 100
4 fase
60 - 130
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
4.
Penentuan Waktu Sinyal Penentuan waktu sinyal untuk keadaan dengan kendali waktu tetap dilakukan berdasarkan metode Webster (1996) untuk meminimumkan tundaan total pada suatu simpang.
c optimum =
………………………….. (2.4)
dimana : coptimum
= waktu siklus optimum (detik)
LTI
= Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
FR
= Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S)
FRcrit
=
Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal.
∑FRcrit
= Jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus tersebut (rasio arus simpan).
Jika siklus tersebut lebih kecil dari nilai ini maka ada resiko serius akan terjadinya lewat jenuh pada persimpangan tersebut.
45
Waktu hijau (green time) untuk masing-masing fase menggunakan rumus: gi
= (cua – LTI) x PRi ……………………………. (2.5)
gi
= waktu hijau dalam fase-I (detik)
LTI = total waktu hilang per siklus (detik) cua = waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik) PRi = perbandingan fase FRcrit/∑(FRcrit)
Waktu hijau yang telah disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau yang diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dihitung dengan rumus: c
= ∑g + LTI ……………………………………… (2.6)
c
= waktu hijau (detik)
LTI = total waktu hilang per siklus (detik) ∑g = total waktu hijau (detik)
5.
Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Kapasitas pendekat diperoleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau (g/c) pada masing-masing pendekat. Derajat kejenuhan diperoleh sebagai : DS =
………… (2.7)
46
6.
Perilaku Lalu Lintas
a.
Panjang antrian Jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah smp yang datang pada waktu merah (NQ2). NQ = NQ1 + NQ2 ………………………………. (2.8) Dengan :
NQ1 = 0,25 x C x
Jika DS>0.5;selain itu NQ1 = 0 NQ2 = c x
dimana : NQ1
=
jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
NQ2
=
jumlah smp yang datang selama fase merah
DS
=
derajat kejenuhan
GR
=
rasio hijau
c
=
waktu siklus
C
=
kapasitas (smp/jam)
Q
=
arus lalu lintas pada pendekat tersebut (smp/jam)
Panjang antrian (QL) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: QL = NQmax x 20/Wmasuk ……………………………. (2.9)
47
Keterangan: QL
= panjang antrian
NQmax
= jumlah antrian
Wmasuk = lebar masuk Nilai NQmax diperoleh dari Gambar E-2:2 MKJI hal 2-66 yang terlihat pada Gambar 2.17 dibawah dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5% untuk kegiatan perancangan.
Gambar 2.17 Peluang Untuk Pembebanan Lebih (P OL) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, hal. 2-55
b.
Angka Henti Angka henti (Number of Stop), yaitu jumlah rata-rata berhenti per kendaraan (termasuk terhenti berulang dalam antrian sebelum melewati persimpangan). 48
NS = 0.9 x
………………….. (2.7)
dimana c adalah waktu siklus (detik) dan Q arus lalu lintas (smp/jam) dari pendekat yang ditinjau. c. Tundaan Suatu ukuran daya guna yang kritis pada fasilitas arus terganggu adalah tundaan (delay). Tundaan adalah suatu ukuran yang umum yang dapat diiterpretasikan dengan jumlah rata-rata. Waktu tunda henti ratarata (average stopped time delay) adalah ukuran keefektifan yang prinsipil yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat pelayanan pada persimpangan bersinyal (signalized intersection). Waktu tundaan henti (stopped time delay) adalah waktu yang dihabiskan oleh sebuah kendaraan untuk berhenti dalam suatu antrian saat menunggu untuk memasuki suatu persimpangan. Rata-rata waktu tunda henti (average stopped time delay) adalah total waktu tunda henti yang dialami semua kendaraan pada suatu jalan atau kelompok lajur selama suatu periode waktu yang ditentukan, dibagi dengan volume total kendaraan yang memasuki persimpangan pada jalan atau kelompok lajur selama periode waktu yang sama, dinyatakan dalam detik per kendaraan. Tundaan lalu lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
49
DT = c x
…………………….. (2.8)
dimana : DTj = Tundaan lalu-lintas pada pendekat j (det/smp) GR = Rasio hijau (g/c) DS = Derajat kejenuhan C
= Kapasitas (smp/jam)
NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
Berikut digambarkan bagan prosedur perhitungan simpang bersinyal dengan menggunakan MKJI :
DATA MASUKAN Geometrik, penyaluran lalu lintas dan kondisi lingkungan, kondisi arus lalu lintas
PENGGUNAAN SIGNAL Fase awal Waktu antar hijau dan waktu hilang
PENANGANAN Ubah Penentuan fase sinyal, lebar pendekat, aturan membelok dsb
PENENTUAN WAKTU SIGNAL Tipe pendekat Lebar pendekat efektif Arus Jenuh Dasar Factor-faktor penyesuaian Rasio arus jenuh Waktu siklus dan waktu hijau
KAPASITAS Kapasitas Keperluan untuk perubahan
PERILAKU LALU LINTAS Persiapan Panjang antrian Kendaraan terhenti Tundaan
Gambar 2.18 Bagan Prosedur Perhitungan dengan MKJI
50
2.8
Himpunan dan Logika Kabur Konsep matematika tradisional dibentuk berdasarkan logika dwinilai yang
hanya mengenal nilai benar atau salah saja. Tetapi dalam kenyataannya terdapat banyak hal dalam kehidupan kita dan dunia real yang tidak dapat dinilai hanya dengan “benar” atau “salah” saja. Misalnya, kepandaian seseorang atau kepadatan penduduk atau kecepatan sebuah kendaraan. Konsep-konsep tersebut secara linguistik-semantik bernuansa kabur dan oleh karenanya berada di luar jangkauan matematika dwinilai yang tidak memiliki perangkat untuk menyusun model bagi konsep-konsep tersebut. Sudah sejak lama orang berusaha mencari terobosan guna menemukan cara untuk menangani konsep-konsep kabur semacam itu. Penggunaan teknik Logika Fuzzy telah cukup meluas pada berbagai aplikasi mulai dari consumer electronic, sistem robot, dan pengendalian kegiatan industri, dan lain-lain. Teknik Logika Fuzzy sangat cocok digunakan untuk sistem yang dalam pemprosesannya banyak melibatkan aturan (ruled based). Sistem Logika Fuzzy biasanya memiliki sifat toleransi seperti layaknya pikiran manusia dan mampu mengakomodasi ketidakpresisian dalam proses akuisis data. Implementasi kendali Fuzzy biasanya dilakukan multi-porpuse mikroporsesor dan membutuhkan alat atau software yang membantu untuk mengembangkan aplikasi Fuzzy mulai dari tahap perancangan, evaluasi, implementasi, dan penalaan. Teori himpunan Fuzzy diprakarsai oleh Prof . Lofti Zadeh dari University of California, pada tahun 1965. Logika Fuzzy meniru cara berpikir manusia dengan menggunakan konsep sifat kesamaran suatu nilai. Logika Fuzzy dapat memberikan suatu nilai dari nol secara kontinu sampai nilai satu.
51
Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan Logika Fuzzy (Kusumadewi, Sri, 2002), yaitu: 1. Konsep Logika Fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran Fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti; 2. Logika Fuzzy sangat fleksibel; 3. Logika Fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat ; 4. Logika Fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non linear yang sangat kompleks; 5. Logika Fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalamanpengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan ; 6. Logika Fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional; 7. Logika Fuzzy didasarkan pada bahasa alami.
2.8.1
Teori Himpunan Fuzzy Himpunan Fuzzy atau biasa disebut himpunan kabur merupakan
suatu teori himpunan yang digunakan untuk menyatakan derajat kemenduaan (ambiguity/fuzzy) dari arti kata atau konsep. Teori himpunan Fuzzy didasarkan pada Logika Fuzzy yang mempunyai tingkat logika antara 0 sampai 1 yang menyatakan kemenduaan. Tiap kelompok Fuzzy merupakan himpunan bagian dari suatu himpunan semesta Fuzzy. Hubungan tiap himpunan bagian terhadap himpunan semesta dinyatakan dengan suatu fungsi keanggotaan yang 52
menyatakan derajat keanggotaan himpunan bagian tersebut dan merupakan bilangan nyata yang berada dalam selang (0,1). Misalkan U merupakan kumpulan objek yang dinotasikan dengan {u}. U disebut semesta dan u menyatakan elemen generik dari U. Suatu himpunan Fuzzy F di dalam semesta wacana U dikarakteristikkan dengan fungsi keanggotaan µF yang bernilai dalam interval [0,1].
Himpunan Fuzzy
Semesta Wacana
Gambar 2.19 Himpunan Fuzzy (Sumber : Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, 2004)
Dengan teori himpunan Fuzzy suatu peubah bahasa dapat diwakili dengan sebuah daerah yang mempunyai jangkauan tertentu yang menunjukkan derajat keanggotaannya. Derajat keanggotaan tersebut mempunyai nilai yang bergradasi sehingga dapat mengurangi lonjakan pada sistem. Ada dua cara mendefinisikan keanggotaan suatu himpunan Fuzzy, yaitu sebagai berikut: 53
1.
Secara numerik Menyatakan derajat fungsi keanggotaan suatu himpunan Fuzzy sebagai vektor bilangan yang dimensinya tergantung pada level diskretisasi (cacah elemen diskret di dalam semesta).
2.
Secara fungsional Menyatakan fungsi keanggotaan suatu himpunan Fuzzy dalam ekspresi analitis yang memungkinkan derajat keanggotaan setiap elemen dapat dihitung di dalam semesta wacana yang didefinisikan.
Fungsi keanggotaan yang sering digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut: 1. Fungsi S. Fungsi ini berbentuk huruf S (Gambar 2.20) dan ditentukan oleh parameter a, b, dan c. Fungsi S didefinisikan sebagai berikut : untuk u < a untuk a ≤ u ≤ b
S (u; a,b,c)
untuk b ≤ u ≤ c
untuk u > c
Titik persilangan 0,5 terjadi pada b = (a + c) / 2
µ 1
0,5
a
a
b
b
c
c
ų
Gambar 2.20 Fungsi Keanggotaan S
54
2. Fungsi π Fungsi ini berbentuk bel dan memiliki dua variabel yaitu b dan c (Gambar 2.21). Parameter c menentukan titik tengah dan parameter b menentukan lebar pada titik persilangan. Titik persilangan terdapat pada u = c ± b/2. Definisi fungsi tersebut adalah sebagai berikut : untuk u ≤ c
π (u;b,c)
untuk u ≥ c µ 1
h 0,5
c-h
c – h/2
c
c + h/2
c+h
ų
Gambar 2.21 Fungsi Keanggotaan Bel (Sumber : Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, 2004)
3. Fungsi Segitiga (Triangular) Fungsi ini berbentuk segitiga (Gambar 2.22) dengan parameter a, b, dan c. Fungsi segitiga didefinisikan sebagai berikut : untuk u < a untuk a ≤ u ≤ b
T (u; a,b,c)
untuk b ≤ u ≤ c untuk u > c
55
µ 1
0,5
a
b
c
ų
Gambar 2.22 Fungsi Keanggotaan Segitiga (Sumber : Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan, 2004)
2.8.2 Inferensi Fuzzy Inferensi yang terdapat pada Logika Fuzzy hampir mirip dengan sistem penalaran manusia, yakni terdiri dari : 1. Ilmu Pengetahuan (knowledge) Melibatkan penalaran Fuzzy yang dinyatakan sebagai aturan berikut : IF (jika) x is A, THEN (maka) y is B, Dengan x dan y adalah variabel Fuzzy, dan A, B adalah nilai Fuzzy. Pernyataan pada bagian premis (konsekuensi) dari aturan dapat melibatkan penghubung (connective) logika seperti AND or NO. IF x is A AND y is B THEN z is C 2. Fakta. Merupakan masukan Fuzzy yang harus dicari inferensi (konklusinya) dengan menggunakan aturan Fuzzy, masukan fakta tidak harus sama dengan basis pengetahuan.
56
3. Konklusi. Inferensi yang sepadan (matched) parsial diperoleh berdasarkan fakta dan basis pengetahuan Fuzzy.
2.8.2.1 Prosedur Inferensi Fuzzy GMP (Generallized Modus Ponens) Inferensi Fuzzy GMP cocok digunakan untuk pengaturan system kendali. Dengan himpunan Fuzzy A, A’, B, B’, dan variabel linguistik x dan y, maka GMP dapat dinyatakan sebagai berikut : GMP adalah inferensi maju berdasarkan data masukan yang disebut juga dengan penalaran langsung, contohnya sebagai berikut : Premis 1 (Pengetahuan) : Jika x adalah A maka y adalah B Premis 2 (Fakta) : x adalah A’ Konsekuensi (Konklusi) : y adalah B’ Konsekuensi B’ dapat diperoleh dengan : B’ = A’oR = A’o (A→B) Dengan R adalah relasi Fuzzy dari implikasi Fuzzy o
: operator komposisi
A → B : fungsi implikasi Fuzzy “ jika A maka B “ A’
: himpunan Fuzzy masukan fakta (sangat A, kurang A, lebih A, dll)
2.8.2.2 Inferensi Fuzzy berdasarkan ilmu pengetahuan. Dalam pembahasan ini dibatasi hanya untuk fungsi implikasi Fuzzy Mamdani dan prosedur GMP.
57
1. Satu Aturan dengan Satu Anteseden. Aturan Fuzzy tunggal dengan satu anteseden (yang mendahului) ditulis sebagai berikut : IF x is A THEN y is B 2. Satu Aturan dengan Dua Anteseden Aturan Fuzzy tunggal dengan dua anteseden ditulis dalam bentuk : IF x is A AND y is B THEN z is C 3. Banyak Aturan dengan Banyak Anteseden. Dua aturan Fuzzy dengan dua anteseden ditulis dalam bentuk : Aturan 1 (R1)
: IF x is A1, AND y is B1, THEN z is C1
Aturan 2 (R2)
: IF x is A2, AND y is B2, THEN z is C2
2.8.2.3
Sistem Inferensi Fuzzy Berikut adalah sistem dasar dalam inferensi Fuzzy : 1. Basis aturan yang berisi sejumlah aturan Fuzzy yang memetakan nilai masukan Fuzzy ke nilai keluaran Fuzzy. Aturan ini dering dinyatakan dengan format IF – THEN 2. Basis data yang berisi fungsi keanggotaan dari himpunan Fuzzy yang digunakan sebagai nilai bagi setiap variabel sistem 3. Mekanisme penalaran Fuzzy yang
melakukan prosedur
inferensi Fuzzy. Salah satu metode inferensi Fuzzy yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan lalu lintas adalah Metode Mamdani. Metode ini sering dikenal sebagai Metode Max-Min,
58
diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Proses untuk mendapatkan output dilakukan dalam 4 tahap, yaitu : 1. Pembentukan himpunan fuzzy Pada metode Mamdani, baik variabel input maupun variabel output dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy. 2. Aplikasi fungsi implikasi (aturan) Pada metode Mamdani, fungsi implikasi yang digunakan adalah Min. 3. Komposisi aturan Apabila sistem terdiri dari beberapa aturan, maka inferensi diperoleh dari kumpulan dan korelasi antar aturan. Terdapat tiga jenis metode yang digunakan dalam melakukan inferensi sistem fuzzy, yaitu: max, additive dan probabilistik OR (probor). 4. Penegasan (defuzzy) Input dari proses ini adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai crisp tertentu sebagai output. Ada beberapa metode defuzzifikasi yang bisa dipakai pada komposisi aturan MAMDANI, metode tersebut adalah sebagai berikut:
59
1. Centroid of Area (Composite Moment)
ZCOA =
………………… (2.9)
Dengan µA (z) adalah fungsi keanggotaan gabungan (aggregated) Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan mengambil titik pusat (ZCOA) daerah fuzzy. Strategi defuzzifikasi ini banyak diadopsi karena mirip dengan perhitungan nilai terharap dari distribusi probabilitas.
2. Bisector of Area ZBOA : Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai pada domain fuzzy yang memiliki nilai keanggotaan setengah dari jumlah total nilai keanggotaan pada daerah fuzzy.
ZBOA memenuhi : ……………… (2.10)
Dengan:
Maka garis z = ZBOA : membagi daerah antara z = α dan z = β menjadi dua daerah dengan luasan yang sama.
60
3. Rerata Maksimum (Mean of Maximum=MOM) Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. ZMOM adalah rerata dari z dalam memaksimumkan model Fuzzy mencapai µ*.
……………………… (2.11)
Dengan {zIµA(Z = µ}. Khusunya bila mA(z) mempunyai maksimum tunggal di z = z*, maka ZMOM = z*. Lagipula mA(z) mencapai maksimum pada saat : …………… (2.12)
4. Maksimum Terkecil (Smallest of Maximum=SOM) Pada metode ini, solusi nilai crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terkecil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. ZSOM adalah minimum dari z dalam memaksimumkan model Fuzzy.
5. Maksimum Terbesar. ZLOM adalah maksimum z dalam memaksimumkan model Fuzzy. Karena ZSOM dan ZLOM menunjukkan bisa, maka tidak banyak digunakan.
61
A
Max terbesar, ZLOM Max terkecil, Z MOM
Centroid of Area, ZCOA Bisector of Area, ZBOA Rerata Max, ZMOM
Gambar 2.23 Beberapa Metode Memperoleh Nilai Tegas pada Komposisi Aturan Mamdani (Sumber: Aplikasi Logika Fuzzy Pendukung Keputusan, Sri
Kusumadewi, Heri Purnomo, 2004)
2.9 Matlab Toolbox untuk Perhitungan Logika Fuzzy Fuzzy Logic Toolbox memberikan fasilitas Graphical User Interface (GUI) untuk mempermudah dalam membangun suatu sistem Fuzzy. Ada 5 GUI tools yang dapat digunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran Fuzzy dapat dilihat pada gambar 2.23, yaitu: 1. Fuzzy Inference System (FIS) Editor; 2. Membership Function Editor; 3. Rule Editor; 4. Rule Viewer; 5. Surface Viewer.
62
Pada (1-3) kita dapat membaca dan memodifikasi .fis data, sedangkan pada (4-5) kita hanya bisa membaca saja tanpa dapat memodifikasinya.
FIS Editor
Fuzzy Inference System
Rule Editor
Rule Viewer
Membership Functions Editor
Surface Viewer
Gambar 2.24 Beberapa Metode Memperoleh Nilai Tegas (Sumber: Analisa Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab, Sri Kusumadewi, 2002)
1. Fuzzy Inference System (FIS) Editor FIS Editor digunakan sebagai langkah awal untuk membuat suatu penalaran Fuzzy yang baru. Untuk memulainya kita cukup menuliskan “Fuzzy” pada command line. 2. Membership Function Editor Editor ini berfungsi untuk mengedit fungsi keanggotaan himpunan Fuzzy untuk tiap-tiap variabel input dan output. Editor ini dapat dipanggil dengan cara memilih menu View – Edit membership functions.
63
3. Rule Editor Rule Editor merupakan bagian yang digunakan baik untuk mengedit maupun menampilkan aturan yang akan atau telah dibuat. Editor ini dapat dipanggil dengan cara memilih menu view – edit rules…. atau menekan tombol ctrl+3 atau menekan 2 kali ikon diagram sistem. 4. Rule Viewer Viewer ini digunakan untuk melihat alur penalaran Fuzzy pada system meliputi pemetaan input yang diberikan ke tiap-tiap variabel input, aplikasi operator dan fungsi implikasi, komposisi (agregasi) aturan, sampai pada penentuan output tegas pada metode defuzzifikasi. 5. Surface Viewer Viewer ini berguna untuk melihat gambar pemetaan antara variabelvariabel input dan variabel-variabel output. Viewer ini dapat dipanggil dengan cara memilih menu view – view surface….atau dengan menekan tombol ctrl+6.
2.10
Studi Pendahuluan (Pilot Study) Studi pendahuluan (pilot study) dilakukan untuk melihat gambaran kondisi
eksisting simpang bersinyal yang diamati, dalam tugas akhir ini diambil dua jenis persimpangan. 1.
Simpang I. Untuk simpang I merupakan simpang yang menurut pengamatan awal dianggap
sebagai
simpang
tidak
jenuh
ditetapkan
Simpang
Jl. Ngumban Surbakti dan Jl. Setia Budi (ring road). Survei pendahuluan 64
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Maret 2009 pada pukul 15.45 – 16.20 wib dengan kondisi cuaca cerah. Dari survei ini diperoleh: a.
Lay out simpang I yang diamati.
Jl. Ngumban Surbakti
Jl. Gagak Hitam
Jl. Setia Budi
Gambar 2.25 Lay out Simpang Jl. Ngumban Surbakti (Ring road) dan Jl. Setiabudi (Sumber: Hasil Pengamatan Peneliti di Lapangan)
Simpang Jl. Ngumban Surbakti (ring road) – Jl. Setiabudi merupakan simpang bersinyal dengan empat lengan, masing-masing lengan melayani tiga lajur belok kanan, belok kiri, dan lurus. Pada masingmasing pendekat di tiap lengan terdapat pulau jalan untuk memisahkan lajur belok kiri.
65
b.
Lama waktu traffic light utama pada saat pengamatan. - Traffic light jalur Jl. Setia Budi menuju arah Simpang Pemda Merah
: 102 detik
Hijau
: 20 detik
- Traffic light jalur Jl. Ngumban Surbakti menuju Jl. Gagak Hitam. Merah
: 94 detik
Hijau
: 25 detik
- Traffic light jalur Jl. Setia Budi dari arah Simpang Pemda Merah
:
97 detik
Hijau
:
29 detik
- Traffic light jalur Jl. Gagak Hitam menuju Jl. Ngumban Surbakti. Merah
: 96 detik
Hijau
: 28 detik
Pada masing-masing daerah pendekat di tiap lengan terdapat rambu belok kiri jalan terus. 2.
Simpang II. Simpang II merupakan simpang yang menurut pengamatan awal dianggap sebagai simpang jenuh ditetapkan simpang Jl. Ir. H. Juanda dan Jl.Brig. Katamso. Survei pendahuluan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 21 Maret pukul 06.50 – 07.30 wib dengan kondisi cuaca cerah. Dari survei ini diperoleh:
66
a. Lay out simpang II yang diamati.
Gambar 2.26 Lay out Simpang Jl. Ir. H. Juanda dan Jl. Brigjen Katamso (Sumber: Hasil Pengamatan Peneliti di Lapangan)
Simpang Jl.Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen Katamso merupakan simpang bersinyal dengan empat lengan, masing-masing lengan melayani tiga lajur belok kanan, belok kiri, dan lurus. Pada masing-masing pendekat di tiap lengan terdapat pulau jalan untuk memisahkan lajur belok kiri.
b.
Lama waktu traffic light utama pada saat pengamatan. - Traffic light jalur Jl. Ir. H. Juanda menuju Jl. SM. Raja Merah
: 162 detik
Hijau
: 91 detik
67
- Traffic light jalur Jl.Ir. H. Juanda dari arah Jl. SM. Raja Merah
: 128 detik
Hijau
:
40 detik
- Traffic light jalur Jl.Brigjen Katamso dari arah Kampung Baru Merah
:
128 detik
Hijau
:
40 detik
- Traffic light jalur Jl. Brigjen Katamso dari arah Kelurahan Aur Merah
:
109 detik
Hijau
:
59 detik
Pada masing-masing daerah pendekat di tiap lengan terdapat rambu belok kiri jalan terus. 3.
Urutan Fase Simpang. Fase didefinisikan sebagai bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau
disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas, biasa dilambangkan dengan i yang menunjukkan nomor indeks fase. Berikut diberikan gambaran urutan fase yang terjadi pada kedua simpang yang diamati. U
U Jl. Gagak Hitam
Jl. Gagak Hitam
Jl. Setiabudi
Jl. Setiabudi
FASE I
FASE II
68
U
U
Jl. Gagak Hitam
Jl. Gagak Hitam
Jl. Setiabudi
Jl. Setiabudi
FASE IV
FASE III
Gambar 2.27 Urutan Fase Simpang Setiabudi – Ngumban Surbakti (Ring Road) (Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti di Lapangan) U
U
Jl. Brig. Katamso
Jl. Brig. Katamso
Jl. Ir. H. Juanda
Jl. Ir. H. Juanda
FASE I
FASE II
U
U Jl. Brig. Katamso
Jl. Brig. Katamso
Jl. Ir. H. Juanda
Jl. Ir. H. Juanda
FASE III
FASE IV
Gambar 2.28 Urutan Fase Simpang Jl. Brig. Katamso – Jl. Ir. H. Juanda (Sumber: Hasil Pengamatan Peneliti di Lapangan)
69
2.11
Keaslian Penelitian. Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisa Antrian Lalu Lintas Pada Persimpangan (Studi Kasus : Jl. Pattimura – Jl. Mongonsidi Medan). Ridho Indah Purnama. Teknik Sipil USU (2005). Hasil yang diperoleh menggunakan Metode MKJI 1997 menunjukkan kinerja simpang jelek (tingkat F) dengan waktu siklus yang lama. Solusi yang diberikan adalah analisa perkembangan lalu lintas, perubahan waktu siklus dan waktu sinyal traffic light. 2. Analisa Persimpangan dengan Menggunakan Logika Fuzzy. Achmad Affandi dan Alex Permana Stendel. Teknik Sipil ITB (2008). Hasil yang diperoleh adalah kinerja yang dihasilkan waktu sinyal metode fuzzy lebih baik dibandingkan dengan MKJI. Saran yang diberikan adalah hendaknya kajian yang menghasilkan keluaran yang lebih baik dilakukan secara continue, sehingga nantinya dapat diterapkan di lapangan. 3. Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas Dengan Menggunakan Teori Himpunan Fuzzy. J.W. Lea. Laporan TA FT-UKSW. September 1994. Dari hasil perancangan dan uji coba terbukti logika fuzzy dapat digunakan untuk memenuhi tujuan pengaturan LL secara optimal. Sistem yang dihasilkan relatif sederhana dan mempunyai fleksibilitas yang tinggi. Sistem ini dapat diterapkan di kondisi jalan yang berbeda.
70
BAB III METODOLOGI
Dalam melakukan suatu Tugas Akhir dibutuhkan metodologi yang akan digunakan agar kegiatan yang dilaksanakan tetap berada pada koridor yang telah direncanakan sejak awal. Secara umum penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan kerja seperti terlihat dalam bagan alir di bawah ini.
Identifikasi Masalah TAHAPAN PERSIAPAN
Penetapan Tujuan Penelitian Rujukan studi terdahulu
Studi Literatur
Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Logika Fuzzy, MKJI
- Pembatasan Masalah - Identifikasi Kebutuhan Data - Teknik Pengumpulan Data Survei Karakteristik Lalu Lintas 5. Geometri Simpang 6. Arus Lalu Lintas 7. Waktu siklus traffic light
TAHAP PERHITUNGAN DAN ANALISA
Pengolahan Data - Penentuan karakteristik lalu lintas, termasuk panjang antrian dan waktu traffic light - Perancangan prosedur penentuan waktu sinyal traffic light dengan logika fuzzy Parameter Kinerja - Derajat Kejenuhan - Antrian - Number of Stop - Tundaan
Analisa dan Evaluasi Penentuan waktu siklus traffic light dan analisis kinerja dengan logika fuzzy dan MKJI Kesimpulan dan Rekomendasi
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian 71
3.1 Tahapan Persiapan. Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana agar diperoleh waktu yang efektif dan efisien dalam mengerjakan penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengamatan pendahuluan agar didapat gambaran umum dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada di lapangan. Lingkup pekerjaan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut: 1. Studi pustaka terhadap materi terkait dengan penelitian yang dilakukan. 2. Menentukan kebutuhan data. 3. Mendata instansi/institusi yang dapat dijadikan sumber data.
3.2 Tahapan Kerja Penelitian. Untuk mendapatkan data yang diinginkan serta memperoleh hasil yang diharapkan dalam penelitian ini, berikut diberikan tahapan-tahapan pekerjaan penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Tugas Akhir ini dibagi atas tiga tahapan penelitian, yaitu tahap persiapan, perancangan dan analisis, serta kesimpulan dan rekomendasi. 2. Penelitian ini dimulai dengan proses identifikasi masalah kemudian dirumuskan menjadi tujuan penelitian, seperti yang telah dijelaskan pada Bab I. 3. Setelah dirumuskannya tujuan penelitian, tahapan selanjutnya adalah studi/survei pendahuluan (pilot study) untuk menentukan ruang lingkup pembahasan dan pembatasan masalah yang akan dibahas, identifikasi data yang
dibutuhkan,
teknik/cara
pengumpulan
data,
termasuk
waktu 72
pelaksanaan survei. Survei pendahuluan ini juga ditunjang dengan studi literatur dari berbagai sumber terkait dengan perencanaan lalu lintas, Logika Fuzzy, perhitungan MKJI 1997 untuk simpang bersinyal dan rujukan beberapa studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Tahapan pelaksanaan survei adalah proses pengumpulan data yang akan diolah sehingga dapat digunakan sebagai input dalam proses analisis selanjutnya. Pengumpulan data dan analisis dalam penelitian ini secara garis besar dapat dikelompokan empat point terkait dengan karakteristik lalu lintas (perilaku lalu lintas) yang ada di persimpangan yakni kondisi geometrik simpang yang diamati, arus lalu lintas, panjang antrian, waktu siklus traffic light. 5. Survei perilaku lalu lintas dilakukan pada dua jenis persimpangan. untuk simpang I ditetapkan pada simpang pertemuan Jl. Ngumban Surbakti dan Jl. Setiabudi (ring road), survei dilakukan juga difokuskan pada jam puncak (peak hour) dimana kondisi lalu lintas padat. Untuk simpang II ditetapkan simpang pertemuan Jl. Brigjen Katamso dengan Jl. Ir. H. Juanda, survei difokuskan dengan mempertimbangkan faktor jam puncak (peak hour factor) dimana kondisi lalu lintas padat. 6. Setelah dilakukan survei karakteristik lalu lintas di persimpangan yang diamati, tahap selanjutnya adalah pengolahan data. Analisis untuk mengetahui kinerja persimpangan dengan MKJI menggunakan formulir isian SIG berdasarkan data yang diperoleh. Sedangkan perancangan prosedur penentuan waktu siklus traffic light dengan Logika Fuzzy adalah untuk penentuan waktu sinyal tidak tetap. Pemecahan problem dengan Logika Fuzzy terdiri dalam tiga tahapan yaitu fuzzifikasi, mekanisme penalaran, dan defuzzifikasi. 7. Setelah dilakukan pengolahan data, tahap berikutnya adalah analisa dan 73
evaluasi. Pada tahap ini ditentukan waktu siklus traffic light dan analisis kinerja dengan Logika Fuzzy dan MKJI 1997 dengan memperhatikan parameter kinerja yakni derajat kejenuhan, antrian, number of stop, dan tundaan. 8. Setelah tahap-tahap diatas dilakukan, maka akan diperoleh beberapa kesimpulan terutama perbandingan efektivitas waktu traffic light pada persimpangan jenuh dan tidak jenuh baik menggunakan perhitungan MKJI maupun dengan menggunakan Logika Fuzzy, sehingga dapat dihasilkan rekomendasi untuk pihak-pihak terkait dengan penelitian ini.
3.3 Metode Survei Metode survei yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung kondisi eksisting di lapangan. Hal ini mutlak dilakukan agar dapat diketahui kondisi aktual pada saat ini, sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan atas permasalahan yang ingin diselesaikan. Data yang diperoleh dalam kegiatan survei ini adalah data primer. 3.3.1 Pengumpulan Data 3.3.1.1 Penentuan Lokasi Sesuai dengan tujuan tugas akhir ini yaitu untuk menentukan efektifitas waktu traffic light pada persimpangan maka untuk pemilihan lokasi persimpangan yang dipilih adalah dua persimpangan yang masing-masing mewakili kondisi lalu lintas yang berbeda. Pemilihan persimpangan didasarkan pada kendala kemacetan, antrian yang cukup panjang pada masing-masing
74
lengan terutama yang terjadi pada jam-jam sibuk (peak hour). Jamjam sibuk yang dimaksud jam pada periode mana arus lalu lintas menjadi tersendat (congestion). Hal tersebut memungkinkan terjadinya
kondisi
persimpangan
arus
sehingga
lalu
lintas
apabila
menjadi
kendaraan
jenuh
yang
pada
melewati
persimpangan tersebut harus mengalami lampu merah dua kali. Pengamatan lalu lintas tidak hanya menghitung volume lalu lintas aktual, akan tetapi juga perhitungan mengenai arus lalu lintas pada saat kondisi jenuh dengan tujuan untuk melihat gambaran jumlah kendaraan tiap jam tiap lajur pada masing-masing lengan jika waktu hijau efektif yang tersedia selama satu jam penuh dan diusahakan agar arus kendaraan tidak pernah berhenti. Pada saat lampu merah menyala arus lalu lintas pada satu kelompok lajur akan berhenti lalu diperlukan suatu waktu keamanan bagi setiap lengan persimpangan yang disebut jarak kehilangan (clearance lost time). Saat ini tidak satupun arus lalu lintas yang dapat melintasi persimpangan dan kemudian barulah arus lalu lintas dari arah yang lain dapat melintasi persimpangan tersebut. Di lapangan sinyal lalu lintas menyediakan interval perubahan yang berupa indikasi kuning dan atau semuanya merah bagi jarak kehilangan waktu ini. Waktu hijau efektif berarti dapat dihasilkan dengan waktu hijau yang tersedia ditambah dengan interval perubahan dikurangi dengan waktu awal dan jarak kehilangan waktu. Dengan
demikian
lokasi
pengamatan
diusahakan
pada
persimpangan yang memiliki pembagian lajur dan rambu yang melarang 75
kendaraan parkir pada lengan persimpangan selain instalasi persinyalan traffic light yang ada. Kondisi ini dapat dianggap mewakili kondisi persimpangan yang tertib. Sesuai dengan kriteria-kriteria di atas maka dalam pemilihan lokasi persimpangan yang sesuai adalah Simpang Jalan Setiabudi – Ir. Ngumban Surbakti (ring road) serta Simpang Jalan Brigjen Katamso dan Ir. H. Juanda untuk dianalisis efektifitas waktu traffic light yang selanjutnya dibandingkan dengan unjuk kerja persimpangan tersebut. Berikut disajikan peta lokasi Simpang I dan simpang II yang diamati:
76
Gambar 3.2 Peta Lokasi Survei Simpang I (Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti) (Sumber : www.googleearth.com)
77
Gambar 3.3 Peta Lokasi Survei Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen (Sumber : www.googleearth.com)
78
3.3.1.2 Periode Survei a. Perhitungan Arus Lalu Lintas Aktual Pengamatan arus lalu lintas didasarkan pada pengamatan arus rata-rata pada satu periode jam puncak. Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang dilakukan secara visual pada kedua simpang yang diamati didapat bahwa perkiraan terjadinya jam puncak adalah selama satu periode pagi antara pukul 06.30 wib s.d 09.30 wib, antara pukul 12.00 wib s.d 14.00 wib dan sore hari pukul 16.00 wib s.d 18.00 wib. Survei untuk memperoleh volume lalu lintas dilakukan selama satu hari sejak pagi pukul 06.30 wib sampai dengan sore pukul 18.00 wib. Arus lalu lintas yang melewati persimpangan dilakukan pengelompokkan berdasarkan jenis kendaraan dan distribusi pergerakan yakni membelok ke kiri, ke kanan dan lurus. b. Kondisi Sinyal dan Geometrik Jalan Survei keadaan persimpangan meliputi kondisi sinyal traffic light yakni lama waktu siklus pada persimpangan tersebut. Pencatatan waktu siklus dilaksanakan satu hari meliputi jam sibuk dan diluar jam sibuk, untuk mendapatkan keadaan sinyal yang beroperasi. Geometrik simpang yang dibutuhkan sebagai data masukan yakni lebar jalan, lebar efektif jalan dan lebar per jalur. Pelaksanaan pengukuran dilakukan saat lalu lintas sepi yakni pada waktu dini hari, untuk menghindari terganggunya arus lalu lintas.
79
3.4
Perancangan dan Analisis Simpang dengan Logika Fuzzy. Perancangan prosedur penentuan waktu sinyal tidak tetap (fully actuated signal)
akan dilakukan pada persimpangan yang telah ditetapkan.
3.4.1
Deskripsi Logika Fuzzy Untuk Perancangan Penentuan Waktu Fully Actuated Signal Pada Traffic Light. Prinsip Logika Fuzzy akan digunakan pada perancangan penentuan waktu
fully actuated signal pada traffic light. Inferensi Logika Fuzzy mempunyai kemiripan dengan sistem penalaran manusia. Pemecahan problem dengan Logika Fuzzy membutuhkan tiga tahapan yakni fuzzifikasi, mekanisme penalaran, dan defuzzifikasi.
Mekanisme penalaran
Fuzzifikasi
Defuzzifikasi Masukan Fuzzy
Masukan crisp
Mekanisme penalaran
Fuzzifikasi
Keluaran Fuzzy
Keluaran crisp
Defuzzifikasi
Fungsi Keanggotaan masukan
Basis aturan
Fungsi Keanggotaan keluaran
Gambar 3.4 Diagram Alir Lengkap Proses Pengaturan dengan Logika Fuzzy
Fuzzifikasi adalah proses mengubah masukan eksak dalam hal ini berupa jumlah kendaraan menjadi masukan Fuzzy berupa derajat keanggotaan, u(x), berdasarkan grafik fungsi keanggotaannya. Berdasarkan Gambar 3.4, tahap pemecahan problem simpang bersinyal dengan Logika Fuzzy dimulai dengan 80
proses fuzzifikasi. Fuzzifikasi adalah suatu proses untuk mengubah masukan tegas (crisp) menjadi masukan fuzzy. Proses fuzzifikasi meliputi 2 hal, yakni : 1. Pemetaan nilai tegas variabel masukan ke semesta wacana yang sesuai digunakan dalam himpunan fuzzy. 2. Data yang telah dipetakan, kemudian dikonversikan ke istilah yang sesuai dengan himpunan fuzzy yang telah didefinisikan untuk variabel tersebut. Istilah ini dinamakan istilah linguistik. Berdasarkan penjelasan diatas, proses ini dimulai dengan memberikan masukan tegas, kemudian dibandingkan dengan fungsi keanggotaan yang telah didefinisikan untuk memperoleh harga masukan fuzzy. Setelah menyelesaikan tahap fuzzifkasi, tahap selanjutnya adalah melakukan mekanisme penalaran. Dalam melaksanakan tahapan ini harus ditetapkan terlebih dahulu aturan-aturan (rule) yang harus diikuti. Aturan-aturan tersebut ditulis secara subyektif dalam Fuzzy Associative Memory (FAM) yakni tabel yang memuat hubungan antara kedua masukan yang menghasilkan keluaran tertentu. Setelah didapatkan keluaran fuzzy, kemudian dilanjutkan dengan tahapan defuzzifikasi yaitu tahap untuk memperoleh nilai tegas dari keluaran fuzzy. Diagram alir pengerjaan untuk tahap mekanisme penalaran diberikan pada Gambar 3.5 dibawah ini.
81
Penentuan aturan-aturan (rule)
Penentuan Kadar Kebenaran Tiap Anteseden
Mencari Kekuatan Tiap anteseden
Penentuan Keluaran Fuzzy untuk setiap label konsekuen
Gambar 3.5 Diagram Alir untuk Tahap Mekanisme Penalaran
3.4.2 Prosedur Kegiatan Penentuan Waktu Sinyal Tidak Tetap. Dua persimpangan yang diatur masing-masing merupakan simpang empat lengan sederhana dengan tiga lajur pada masing-masing lengan. Tiap lajur melayani arah pergerakan masing-masing yaitu belok kanan, lurus, dan belok kiri. Dalam upaya memperlancar arus kendaraan, masingmasing pendekat dilakukan pemisahan. Simpang I (Simpang Jl. Ngumban Surbakti – Jl. Setiabudi) menggunakan pengaturan 4 fase. Untuk simpang II (Simpang Jl. Brigjen Katamso – Jl. Ir. H. Juanda) juga menggunakan pengaturan 4 fase. Langkah kegiatan untuk menentukan waktu sinyal tidak tetap dan efektivitas waktu traffic light yang sudah ada diawali dengan melakukan survei arus kendaraan di persimpangan yang diamati. Data masukan arus lalu lintas pada tiap lengan dijadikan data awal untuk menentukan waktu
82
sinyal tidak tetap. Untuk pengamatan manual, digunakan beberapa orang surveyor yang ditempatkan pada masing-masing lengan untuk mengamati pergerakan kendaraan dan nantinya akan dicatat masukan arus pada waktu yang bersamaan berdasarkan hasil rekaman tersebut. Para surveyor ditempatkan pada pendekat dengan arah pergerakan kendaraan lurus dan belok kanan, karena arus ini saja yang mempengaruhi lama waktu hijau, hal ini dilakukan dengan asumsi pengendara berada pada jalur yang tepat. Untuk jarak penempatan surveyor akan ditentukan dengan melihat panjang antrian maksimal pada tiap lengan dari hasil analisis simpang dengan kapasitas dasar, yakni berada di daerah sebelum panjang antrian maksimal. Dari masukan arus berdasarkan hasil pengamatan surveyor, pada setiap siklus diperoleh jumlah kendaraan pada masing-masing lengan dalam waktu bersamaan. Satu siklus dianggap selesai apabila semua lengan telah mendapat pelayanan.. Data jumlah kendaraan yang diperoleh selanjutnya dimasukkan ke dalam program pengendali fuzzy dengan tujuan untuk memperoleh waktu hijau masing-masing lengan. Selanjutnya, akan diperoleh perbedaan waktu hijau eksisting di lapangan dengan waktu hijau berdasarkan perhitungan fuzzy. Untuk perancangan traffic light dengan waktu tidak tetap (fully actuated signal) secara kontinu, biasanya digunakan sensor untuk menggantikan fungsi surveyor. Hasil data jumlah kendaraan pada masingmasing lengan dalam waktu bersamaan yang diperoleh dari sensor akan langsung dicuplik untuk setiap siklusnya, selanjutnya dimasukkan dalam program pengendali fuzzy yang tujuannya sama dengan menggunakan 83
surveyor yakni untuk memperoleh waktu hijau masing-masing lengan. Hasil pengolahan tersebut akan langsung dikirim ke traffic light. Kemudian prosesnya berjalan kontinu untuk siklus-siklus selanjutnya. Program pengendali fuzzy yang akan dirancang merupakan sistem fuzzy yang terdiri atas dua masukan, yaitu data banyak kendaraan pada lengan yang akan dilewatkan dan semua lengan, sedangkan keluarannya adalah lama waktu hijau pada lengan yang sedang diatur tersebut dan waktu siklus ke depan. Dua masukan digunakan dengan maksud supaya sistem memperhitungkan arus di lengan lain yang sedang menunggu, karena hal ini sangat mempengaruhi. Untuk perancangan Logika Fuzzy pada sistem pengaturan traffic light, pertama yang harus dilakukan adalah menentukan fungsi keanggotan untuk data masukan dan keluaran. Fungsi keanggotaan masukan pada sistem ini ditetapkan dalam lima himpunan fuzzy yang masing-masing mewakili satu peubah linguistik. Lima himpunan fuzzy tersebut adalah: tidak jenuh, kurang jenuh, cukup jenuh, jenuh, dan sangat jenuh. Fungsifungsi ini ditentukan dengan melihat kapasitas simpang yang akan dianalisa. Pada
fungsi
keanggotaan
pertama,
merupakan
himpunan
banyaknya kendaraan pada lengan yang dilewatkan. Fungsi keanggotaan masukan yang kedua mempunyai satuan yang sama dengan fungsi pertama. Selain itu bentuk himpunan dan peubah linguistik yang digunakan juga sama dengan fungsi yang pertama, tetapi masukan kedua menunjukkan himpunan banyak kendaraan pada semua lengan simpang. 84
Fungsi keanggotaan keluaran juga terdiri atas lima himpunan fuzzy yang masing-masing merupakan perwakilan dari sebuah peubah linguistik untuk menyatakan waktu hijau pada lengan yang sedang diamati. Himpunan fuzzy untuk keluaran ini mempunyai dimensi waktu dengan satuan detik. Fungsi keanggotaan keluaran tersebut meliputi: cepat, agak cepat, sedang, agak lama, dan lama. Untuk keluaran waktu siklus ke depan merupakan total dari empat keluaran waktu hijau semua lengan. Berdasarkan fungsi keanggotaan masukan dan keluaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka akan didefinisikan aturan-aturan (rule) dalam sebuah mekanisme penalaran. Sistem ini menggunakan aturan fuzzy tunggal dengan dua anteseden. Anteseden 1 adalah arus pada lengan yang akan diatur dan anteseden 2 adalah arus pada semua lengan. Tiap anteseden memiliki lima himpunan fuzzy. Begitu juga untuk fungsi keluaran (konsekuen), juga memiliki lima himpunan fuzzy. Seluruh aturanaturan (rule) pada sistem penalaran ditulis dalam sebuah tabel FAM (Fuzzy Associative Memory). Setelah diperoleh tabel tersebut, maka ditentukan harga kebenaran untuk tiap anteseden, berikut kekuatan aturannya. Bentuk aturan fuzzy-nya adalah sebagai berikut: IF (anteseden 1) AND (anteseden 2) THEN (konsekuen). Dari kedua derajat keanggotaan pada tiap-tiap anteseden diambil harga minimumnya yang disebut kekuatan aturan (minimum rule strength), dan apabila ada dua buah kekuatan aturan yang mengacu pada konsekuen yang sama maka akan diambil harga maksimum dari kedua kekuatan
85
tersebut (maximum rule strength). Keluaran dari mekanisme penalaran adalah sebuah fungsi keanggotaan keluaran lengkap dengan derajat keanggotaan fuzzy-nya. Setelah melalui proses penalaran dan diperoleh keluaran fuzzy, maka tahap berikutnya adalah defuzzifikasi, yakni untuk mendapatkan nilai tegas dari keluaran fuzzy, yaitu waktu hijau. Metode yang akan digunakan adalah metode Centroid of Area. Metode ini digunakan untuk mencari titik pusat dari daerah luasan pada himpunan fungsi keanggotaan keluaran, dimana daerah luasan ini diperoleh dari kelauaran fuzzy. Titik seimbang inilah merupakan keluaran nilai tegas dari sistem ini. Berikut akan ditampilkan flowchart prosedur penentuan waktu sinyal tidak tetap. Sebagai alat bantu untuk pengelolaan kendali fuzzy digunakan software MATLAB versi 7.0. Matlab versi ini menyediakan tools tersendiri untuk mengelola perhitungan fuzzy dengan nama Fuzzy Logic Toolbox.
86
Mulai
Penentuan jumlah simpang dan berapa jumlah fase serta urutannya
Time slice sesuai dengan waktu siklus
Initial Value
Pengamatan Arus
Jumlah Kendaraan Kendali Fuzzy
Fuzzifikasi
Mekanisme Penalaran
Defuzzifikasi
Waktu Hijau dan Waktu Siklus
Kinerja Simpang
Selesai
Gambar 3.6 Flowchart Prosedur Penentuan Waktu Sinyal Tidak Tetap
87
3.4.3
Pengelolaan Kendali Fuzzy Menggunakan software MATLAB
v.7.0 (Simulink) Pengelolaan kendali fuzzy dengan memanfaatkan software Matlab v.7.0 simulink dilakukan pada jendela Fuzzy Logic Toolbox yang memberikan
fasilitas
Graphical
User
Interface
(GUI)
untuk
mempermudah dalam membangun suatu sistem fuzzy. Ada lima GUI tools yang dapat digunakan untuk membangun, mengedit dan mengobservasi sistem penalaran fuzzy, yaitu: 1. Fuzzy Inference System (FIS) Editor
Gambar 3.7 Tampilan Jendela FIS Editor (Sumber : Matlab v.7.0 Simulink, Fuzzy Logic Toolbox)
88
Pada jendela FIS Editor kita dapat melakukan beberapa hal, yaitu: a. Mengedit fungsi keanggotaan tiap-tiap variabel input pada ikon variabel input. b. Mengedit aturan yang akan ditetapkan (menuju ke rule editor). c. Mengedit fungsi keanggotaan tiap-tiap variabel output pada ikon variabel output. d. Pop-up menu yang digunakan untuk mengatur fungsi-fungsi penalaran fuzzy, seperti : AND, OR, fungsi implikasi, fungsi komposisi aturan (agregasi), atau metode fuzzifikasi.
2. Membership Function Editor
Gambar 3.8 Tampilan Jendela Membership Function Editor (Sumber : Matlab v.7.0 Simulink, Fuzzy Logic Toolbox)
89
Editor ini berfungsi untuk mengedit fungsi keanggotaan himpunan fuzzy untuk tiap-tiap variabel input dan output. Untuk istilah-istilah linguistik berupa variabel input dan output yang telah ditetapkan sebelumnya akan diinterpretasikan dan dibuat ke dalam membership function editor. Nilai batas dari himpunan fuzzy setiap istilah linguistik ini sangat menentukan hasil dari program komputer yang dirancang. Hal tersebut didasarkan pada pentingnya penggunaan operator yang mampu mengendalikan Logika Fuzzy dengan baik, serta dapat memberikan aturanaturan pengendalian secara kualitatif dalam bentuk kalimat-kalimat fuzzy. Penentuan nilai batas himpunan fuzzy dilakukan dengan mengacu dari hasil perhitungan kapasitas simpang yang telah ditentukan sebelumnya. Dilakukan dengan model dasar penentuan kapasitas pendekat simpang bersinyal. Pada jendela ini kita dapat melihat dan melakukan beberapa hal, yaitu: a.
Daerah variabel yakni untuk mengedit fungsi keanggot aan salah satu variabel.
b.
Gambar yang akan menampilkan semua fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada suatu variabel.
c.
Mengedit atribut suatu fungsi keanggotaan himpunan fuzzy (nama, tipe, parameter).
d.
Daerah untuk mengedit range variabel.
e.
Menunjukkan nama dan tipe variabel yang ditunjuk.
90
f.
Pop-up menu untuk memilih tipe atau jenis fungsi keanggotaan himpunan fuzzy yang ditunjuk.
g.
Daerah untuk mengedit parameter-parameter himpunan fuzzy yang ditunjuk.
3. Rule Editor
Gambar 3.9 Tampilan Jendela Rule Editor (Sumber : Matlab v.7.0 Simulink, Fuzzy Logic Toolbox)
Editor ini digunakan dalam proses mekanisme penalaran, namun sebelumnya terlebih dahulu didefiniskan aturan-aturan yang akan diikuti dan ditulis secara subjektif dalam Fuzzy Associative Memory (FAM) yang
91
memuat hubungan antara kedua masukan yang menghasilkan keluaran tertentu. Setelah aturan-aturan terbentuk, selanjutnya ditentukan harga kebenaran untuk setiap anteseden. Aturan fuzzy yang digunakan adalah aturan fuzzy tunggal dengan dua anteseden, yaitu : IF (anteseden 1) AND (anteseden 2) THEN (konsekuen) Dari kedua derajat anteseden tersebut diambil harga minimumnya (minimum rule strength). Sedangkan untuk dua buah kekuatan aturan yang mengacu pada konsekuen yang sama maka akan diambil harga maksimum dari kedua kekuatan aturan tersebut (maximum rule strength). Hal ini dapat dilihat pada jendela FIS Editor (Gambar 3.5), untuk and method adalah minimum dan or method adalah maksimum. Keluaran yang dihasilkan dari mekanisme penalaran ini adalah sebuah fungsi keanggotaan keluaran lengkap dengan derajat keanggotaan fuzzy-nya. Pada jendela editor ini kita dapat melihat dan melakukan beberapa hal, yaitu: a. Daerah yang berisi aturan-aturan fuzzy. b. Listbox yang berisi himpunan-himpunan fuzzy untuk input 1. c. Listbox yang berisi himpunan-himpunan fuzzy untuk output 1. d. Pilihan operator yang digunakan. e. Bobot untuk aturan yang ditunjuk. f. Tombol untuk menghapus aturan yang ditunjuk. g. Tombol untuk menambahkan aturan. h. Tombol untuk mengubah aturan yang ditunjuk. 92
4. Rule Viewer.
Gambar 3.10 Tampilan Jendela Rule Viewer (belum ada input) (Sumber : Matlab v.7.0 Simulink, Fuzzy Logic Toolbox)
Viewer ini digunakan untuk melihat alur penalaran fuzzy pada sistem, meliputi pemetaan input yang diberikan ke tiap-tiap variabel input. aplikasi operator dan fungsi implikasi, komposisi (agregasi) aturan sampai pada penentuan output tegas pada metode defuzzifikasi. Pada jendela viewer ini kita dapat melihat dan melakukan beberapa hal, yaitu: a. Kolom yang menunjukkan variabel input yang digunakan dalam aturan.
93
b. Kolom yang menunjukkan variabel output yang digunakan dalam aturan. c. Baris-baris yang menunjukkan satu aturan (pada Gambar 3.8 tidak terlihat). d. Menunjukkan kombinasi output dari tiap-tiap aturan yang terbentuk dari fungsi komposisi (aggregasi) yang digunakan, kemudian dilanjutkan dengan proses defuzzifikasi. e. Tempat untuk mengedit input yang diberikan.
5. Surface Viewer.
Gambar 3.11 Tampilan Jendela Surface Viewer (belum ada data) (Sumber : Matlab v.7.0 Simulink, Fuzzy Logic Toolbox)
94
Viewer ini digunakan untuk melihat gambar pemetaan antara variabel-variabel input dan variabel-variabel output. Pada jendela viewer ini kita dapat melihat dan melakukan beberapa hal, yaitu : a. Gambar yang menunjukkan permukaan input vs. output. b. Pop-up menu untuk menampilkan variabel input. c. Pop-up menu untuk menampilkan variabel output. d. Kolom untuk mengedit grid input. e. Kolom untuk mengedit input yang tidak dispesifikasikan.
3.5
Analisa Persimpangan dengan MKJI Analisa dilakukan untuk menilai kinerja kedua simpang dengan controller
tetap menggunakan MKJI.
SIG I
SIG II
SIG III
SIG IV
SIG I
Gambar 3.12 Formulir MKJI untuk perhitungan persimpangan
6.
SIG I, menetapkan jenis fase dan penentuan geometrik jalan dengan nilai Wmasuk dan Wkeluar.
7.
SIG II, menghitung data arus lalu lintas.
8.
SIG III, untuk mendapatkan waktu merah dan waktu hilang tiap fase.
95
9.
SIG IV, dari hasil data-data pada SIG sebelumnya, kita dapat memperoleh nilai Kapasitas (C), Waktu Hijau (g), dan Derajat Kejenuhan (DS).
10. SIG V, mengetahui besarnya antrian, number of stop, dan tundaan. Dari pengerjaan formulir SIG kita dapat mengetahui kapasitas yang dapat dipenuhi oleh simpang yang diamati dan kinerja simpang yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan ataupun tidak.
3.6.
Perancangan Survei Lalu Lintas 3.6.1 Survei untuk Prosedur Perhitungan MKJI 1997 3.6.1.1 Waktu Pelaksanaan Sesuai dengan pertimbangan untuk memperoleh gambaran kondisi lalu lintas yang sibuk maka survei lalu lintas untuk digunakan dalam perhitungan MKJI 1997 dilakukan pada hari kerja selama satu hari penuh dimulai pada pukul 06.30 wib sampai dengan pukul 18.30 wib. Hal ini dilakukan agar dapat diperoleh data yang lebih akurat sehingga hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan dan perbaikan dimasa akan datang.
96
3.6.1.2 Prosedur Pelaksanaan a.
Perhitungan Arus Lalu Lintas Aktual Menentukan komposisi jenis kendaraan yang diamati
menurut pengelompokkan yang dibuat oleh MKJI 1997, angka ekivalen tersebut dibagi atas 4 jenis. Adapun ke 4 jenis kendaraan tersebut antara lain kendaraan ringan (Light Vehicle=LV), kendaraan berat (Heavy Vehicle=HV), jenis sepeda motor (Motor Cycle=MC), dan kendaraan tak bermotor (Un-Motorcycle=UM). Perhitungan arus kendaraan didasarkan pada time slice traffic light. Formulir data yang dibuat akan berisikan hal sebagai berikut: Arah pergerakan kendaraan berdasarkan asal tujuan yang meliputi pergerakan membelok ke kiri, lurus dan berdasarkan jenis kendaraan. Perhitungan jenis kendaraan berdasarkan jumlah tiap jenis kendaraan selama periode pengamatan dalam interval 15 menit serta volume tersebar dihitung 4x15 menit selama periode pagi, siang, dan sore seperti terlihat dibawah ini: 1. Pagi : Pukul 06.30 – 08.30 wib 06.30 – 06.45 wib 06.45 – 07.00 wib 07.00 – 07.15 wib 07.15 – 07.30 wib
Jam I Jam II Jam III Jam IV
07.30 – 07.45 wib 07.45 – 08.00 wib
Jam V
08.00 – 08.15 wib 08.15 – 08.30 wib 97
2. Siang : Pukul 12.00 – 14.00 wib 12.00 – 12.15 wib
Jam I
12.15 – 12.30 wib
Jam II
12.30 – 12.45 wib
Jam III
12.45 – 13.00 wib
Jam IV
13.00 – 13.15 wib Jam V
13.15 – 13.30 wib 13.30 – 13.45 wib 13.45 – 14.00 wib
3. Sore : Pukul 16.00 – 18.00 wib 16.00 – 16.15 wib
Jam I
16.15 – 16.30 wib
Jam II
16.30 – 16.45 wib
Jam III
16.45 – 17.00 wib
Jam IV
17.00 – 17.15 wib Jam V
17.15 – 17.30 wib 17.30 – 17.45 wib 17.45 – 18.00 wib
b.
Keadaan Sinyal dan Geometrik Simpang Keadaan
persimpangan
yang
perlu
diamati
selanjutnya adalah keadaan sinyal traffic light yang meliputi satu siklus yakni periode merah, kuning (amber), dan hijau untuk setiap fase. Demikian juga dengan jumlah fase yang beroperasi pada persimpangan tersebut. Pelaksanaan pengukuran waktu sinyal diperoleh dengan cara sebagai berikut:
98
Membuat
formulir
pencatatan,
dengan
mempergunakan stop watch lama sinyal dicatat dengan pertama kali melakukan pencatatan waktu merah, hijau, dan kuning.
Kemudian
mencatat
waktu
siklus
untuk
mencocokkan pencatatan waktu sinyal (merah, kuning, hijau). Pencatatan dilakukan sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda secara berturut-turut. Dalam hal ini pencatatan dilakukan pada waktu pagi dan siang hari. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan lama waktu sinyal pada waktu tertentu. 3.6.1.3 Tenaga dan Peralatan 1. Tenaga (Surveyor) Survei yang dilakukan untuk mengambil data-data volume lalu lintas baik yang digunakan untuk perhitungan MKJI, masing-masing tim ditujukan untuk melakukan pengamatan pada kedua simpang yang berbeda. Jumlah anggota dalam satu tim tergantung situasi simpang yang akan dihitung volume lalu lintasnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah survei pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui mengenai data-data awal mengenai pola arus lalu lintas, lokasi survei yang akan dipilih dan jam-jam sibuk/puncak (peak hour) dan juga kondisi lingkungan disekitar simpang. Adapun hal-hal yang berfungsi diadakan survei ini yaitu: 99
1. Penempatan
tempat/titik
lokasi
survei
yang
memudahkan pengamat. 2. Penentuan arah lalu lintas dan jenis kendarran yang disurvei. 3. Membiasakan para penyurvei dalam menggunakan alat yang akan digunakan. 4. Memahami kesulitan yang memugkinkan muncul pada saat pelaksanan surveidan melakukan revisi sesuai dengan keadaan lapangan serta kondisi yang mungkin dihadapi. Untuk memudahkan mendapatkan hasil survei yang baik, harus diadakan penjelasan kepada seluruh surveyor yang bersangkutan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing terdiri dari : a. Cara dan pengisian formulir penelitian terkait dengan arus lalu lintas yang dibagi dalam periode tertentu yaitu: 15 menit tiap periode selama 1 jam untuk setiap pengamat b. Pembagian tugas, yang menyangkut pembagian arah dan jenis kendaraan bagi tiap penyurvei sesuai dengan formulir yang dipegang c. Mencatat waktu traffic light dan perubahan siklus yang terjadi selama 1 hari pengamatan.
100
2. Peralatan Untuk
memperoleh
data
yang
akurat,
perlu
didukung peralatan yang lengkap dan baik. Peralatan yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut: •
Formulir penelitian jumlah kendaraan yang keluar dari simpang, untuk prosedur survei MKJI 1997.
•
Clip board
•
Stopwatch atau jam tangan
•
Kamera digital, Handycam
•
Meteran Gulung, untuk mendapatkan data geometrik jalan
•
Ballpoint atau pensil
•
Komputer sebagai alat penghitung
3.6.1.4 Penempatan Surveyor Masalah penempatan surveyor pada persimpangan yang diteliti sangat penting untuk diperhatikan, hal ini terkait dengan keakuratan data lalu lintas yang ingin diperoleh, seperti jumlah kendaraan yang dilewatkan oleh masing-masing lengan dan data waktu sinyal traffic light. Penempatan surveyor dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: a. Pertimbangan jenis data yang ingin diperoleh, seperti jumlah kendaraan yang bergerak lurus atau belok kanan, dan lain sebagainya
101
b. Pertimbangan visual surveyor, seminimal mungkin posisi yang dipilih terhindar dari halangan untuk mengamati kondisi arus lalu lintas c. Pertimbangan kelancaran
lalu
lintas.
Posisi
penempatan
surveyor jangan sampai mengganggu kondisi lalu lintas yang ada. Teknik penempatan surveyor untuk survei berdasarkan prosedur perhitungan MKJI 1997 akan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah surveyor yang direncanakan untuk masingmasing simpang berjumlah 8 orang. Penempatan surveyor adalah di daerah pendekat masing-masing lengan simpang. Mengenai
pembagian
tugas
pencatatan
arus
pergerakan
kendaraan per fase serta tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawab surveyor akan dipaparkan berikutnya. Survei arus lalu lintas dilaksanakan pada time slice traffic light
102
Simpang I (Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti)
WA Wexit
Wentry
WLTOR
Jl. Gagak Hitam
WLTOR WA
Jl. Setiabudi
Wentry
Wexit Wentry
Wexit
WA
WLTOR Jl. Ngumban Surbakti
WLTOR
Wentry
Wexit
WA
Gambar 3.13 Geometrik Simpang I, Arah Pergerakan Lalu Lintas dan Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI
Pembagian tugas masing-masing surveyor untuk pelayanan tiap-tiap fase akan diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
103
a. Untuk Fase I U
Jl. Gagak Hitam
Jl. Setiabudi
B
T
Keterangan: Jl. Ngumban Surbakti
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.14 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase I) Simpang I
b. Untuk Fase II U
Jl. Gagak Hitam
Jl. Setiabudi
B
T
Keterangan:
Jl. Ngumban Surbakti
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.15 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase II) Simpang I
104
c. Untuk Fase III U Jl. Gagak Hitam
Jl. Setiabudi
B
T
Keterangan:
Jl. Ngumban Surbakti
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.16 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase III) Simpang I
d. Untuk Fase IV U
Jl. Gagak Hitam
Jl. Setiabudi
B
T
Keterangan: Jl. Ngumban Surbakti
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.17 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase IV) Simpang I
105
Penjelasan: 1. Jumlah surveyor untuk masing-masing simpang adalah 8 orang. Sketsa posisi surveyor
untuk pengamatan pergerakan
kendaraan tiap fase diperlihatkan pada Gambar 3.13 – Gambar 3.17 diatas. 2. Jenis kendaraan yang diamati oleh masing-masing surveyor adalah: HV (kend. berat), LV (kend. ringan), MC (sepeda motor), dan UM (kend. tak bermotor). 3. Pemberian simbol warna untuk masing-masing surveyor dengan penyesuaian warna untuk tiap gerakan kendaraan dari masing masing lengan adalah dengan tujuan memudahkan surveyor untuk memahami tugasnya. Berikut akan dirincikan pembagian tugas masing-masing surveyor.
Tabel 3.1 Pembagian Tugas Surveyor Untuk Pengamatan Simpang dengan Metode MKJI
Surveyor I
II
III
Simbol
Tugas Menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat barat yang berbelok ke kiri pendekat utara. Hal ini dilakukan untuk semua fase. Pada fase II menghitung jumlah arus kendaraan lurus dari pendekat selatan menuju pendekat utara. Pada fase IV menghitung jumlah arus kendaraan belok kanan dari pendekat timur ke pendekat utara. Pada fase II menghitung jumlah arus kendaraan belok kanan dari pendekat selatan menuju pendekat timur. Pada fase III menghitung jumlah arus kendaraan lurus dari pendekat barat menuju pendekat timur.
IV
Menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat utara yang berbelok kiri ke pendekat timur. Hal ini dilakukan untuk keseluruhan fase.
V
Menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat timur yang berbelok kiri ke pendekat selatan. Hal ini dilakukan untuk keseluruhan fase.
106
Tabel 3.1 Lanjutan
Surveyor
Simbol
Tugas Pada fase I menghitung jumlah arus kendaraan lurus dari pendekat utara menuju pendekat selatan. Pada fase IV menghitung jumlah kendaraan belok kanan dari pendekat barat menuju pendekat selatan.
VI
Pada fase I menghitung jumlah arus kendaraan belok kanan dari pendekat utara menuju pendekat barat. Pada fase III menghitung jumlah kendaraan lurus dari pendekat timur menuju pendekat barat.
VII
Menghitung jumlah arus kendaraan belok kiri dari pendekat selatan menuju pendekat barat. Hal ini dilakukan untuk keseluruhan fase.
VIII
Pada beberapa fase terdapat surveyor yang tidak melakukan perhitungan arus kendaraan. Waktu ini bias dimanfaatkan untuk kegiatan pengamatan lain.
Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen Katamso) Wexit
WLTOR
Jl. Brigjen Katamso
WLTOR WA
Wentry
Wexit
Wexit Wentry
Jl. Ir. H. Juanda
WLTOR
WLTOR
Wentry
Wexit
WA
Gambar 3.18 Geometrik Simpang II, Arah Pergerakan Lalu Lintas dan Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI
107
WA
a. Untuk Fase I U Jl. Brigjen Katamso
B
T Jl. Ir. H. Juanda
Keterangan:
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.19 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase I) Simpang II
b. Untuk Fase II U Jl. Brigjen Katamso
B
T Jl. Ir. H. Juanda
Keterangan:
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.20 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase II) Simpang II
108
c. Untuk Fase III U Jl. Brigjen Katamso
B
T Jl. Ir. H. Juanda
Keterangan:
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.21 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase III) Simpang II
d. Untuk Fase IV U Jl. Brigjen Katamso
B
T Jl. Ir. H. Juanda
Keterangan:
S
Pemberian warna surveyor disesuaikan dengan pergerakan dan jenis kendaraan yang diamati
Gambar 3.22 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data MKJI (Fase IV) Simpang II
109
Tabel 3.2 Pembagian Tugas Surveyor Untuk Pengamatan Simpang dengan Metode MKJI Untuk Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen Katamso)
Surveyor I
II
Simbol
Tugas Menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat barat yang berbelok ke kiri pendekat utara. Hal ini dilakukan untuk semua fase. Pada fase II menghitung jumlah arus kendaraan lurus dari pendekat selatan ke pendekat utara. Pada fase IV menghitung jumlah arus kendaraan belok kanan dari pendekat timur menuju pendekat utara.
III
Pada fase I menghitung jumlah arus kendaraan lurus dari pendekat barat menuju pendekat timur.
IV
Menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat utara yang berbelok kiri ke pendekat timur. Hal ini dilakukan untuk keseluruhan fase.
V
Menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat timur yang berbelok kiri ke pendekat selatan. Hal ini dilakukan untuk keseluruhan fase.
VI
VII
VIII
Pada fase I menghitung jumlah arus kendaraan lurus dari pendekat utara menuju pendekat selatan. Pada fase II menghitung jumlah arus kendaraan dari pendekat utara menuju pendekat selatan. Pada fase III menghitung jumlah kendaraan belok kanan dari pendekat barat menuju pendekat selatan. Pada fase I menghitung jumlah arus kendaraan belok kanan dari pendekat utara menuju pendekat barat. Pada fase IV menghitung jumlah kendaraan lurus dari pendekat timur menuju pendekat barat. Menghitung jumlah arus kendaraan belok kiri dari pendekat selatan menuju pendekat barat. Hal ini dilakukan untuk keseluruhan fase. Pada beberapa fase terdapat surveyor yang tidak melakukan perhitungan arus kendaraan. Waktu ini bias dimanfaatkan untuk kegiatan pengamatan lain.
Berdasarkan pembagian tugas surveyor dari tabel diatas, maka telah dipersiapkan formulir menyangkut pembagian arah dan jenis kendaraan bagi tiap surveyor sesuai dengan formulir yang dipegang.
110
Formulir yang telah disediakan dan harus diisi oleh penyurvei adalah: 1. Formulir data geometrik simpang dan kondisi lingkungan, biasanya perolehan data sudah didapat dari survei pendahuluan. 2. Formulir data lalu lintas, yang berisi waktu pelaksanaan survei, kode pendekat masing-masing lengan, arah dan jenis kendaraan dan bentuk formulir disesuaikan dengan posisi surveyor dan arah kendaraan yang telah dikelompokkan sebelumnya. 3. Formulir data traffic light untuk mengetahui waktu nyala lampu dan waktu siklus serta perubahannya dalam satu hari.
Dengan perencanaan yang tepat, diharapkan kinerja surveyor dapat lebih baik sehingga data yang diperoleh cukup akurat, jadi pada tahap pengolahan data nantinya tidak ditemukan kesalahan dan kekurangan yang mengakibatkan survei harus diulang kembali. Setelah melakukan survei untuk data perhitungan MKJI, tahap berikutnya adalah melakukan survei lanjutan untuk melengkapi data lain yang diperuntukkan bagi perhitungan dengan menggunakan sistem Logika Fuzzy.
3.6.2 Survei untuk Prosedur Perhitungan Fuzzy 3.6.2.1 Waktu Pelaksanaan Survei lalu lintas yang akan digunakan dalam perhitungan Fuzzy dilakukan pada hari kerja dan ditetapkan pada jam-jam
111
puncak (peak hour) berdasarkan perhitungan nilai PHF dari survei MKJI. Periode waktu yang memuat nilai PHF tertinggi dibagi atas periode pagi antara pukul 06.30 – 08.30 wib, siang antara pukul 12.00 – 14.00 wib, dan sore antara pukul 16.00 – 18.00 wib. Jadi besar arus kendaraan masing-masing lengan simpang dihitung selama 2 jam untuk tiap-tiap periode. 3.6.2.2 Prosedur Pelaksanaan Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jenis data utama yang ingin didapat terkait dengan perhitungan fuzzy adalah jumlah kendaraan yang dilewatkan pada lengan yang dilayani dan lengan lainnya dalam waktu yang bersamaan. Jadi, perhitungan arus kendaraan tiap lengan tidak didasarkan pada time slice traffic light, dengan kata lain, jumlah kendaraan yang melewati tiap lengan simpang tetap dihitung baik lengan tersebut terlayani atau tidak. Data jumlah kendaraan yang diambil adalah berdasarkan pergerakan lurus dan belok kanan, sebab hanya arus ini saja yang mempengaruhi lama waktu hijau untuk kedua simpang. Survei untuk perolehan data fuzzy dilakukan setelah survei untuk data MKJI selesai dilakukan, hal ini dikarenakan penentuan letak surveyor bergantung pada panjang antrian maksimal yang diperoleh dari pengolahan data MKJI.
112
3.6.2.3 Penempatan Surveyor/Sensor untuk perolehan data Fuzzy Perbedaan mendasar antara survei data MKJI dengan survei data fuzzy adalah pengamatan arus kendaraan setiap lengan. Untuk survei MKJI, pengamatan didasarkan pada time slice traffic light dimana surveyor hanya mengamati arus kendaraan dari lengan yang dilayani, sedangkan untuk survei fuzzy, surveyor harus melakukan pengamatan penuh sebab hubungan antara arus kendaraan pada lengan yang dilayani dengan lengan lainnya merupakan faktor utama yang ingin ditinjau. Posisi penempatan surveyor untuk perolehan data fuzzy yaitu berada di daerah sebelum panjang antrian maksimal. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, panjang antrian maksimal diperoleh melalui perhitungan dengan metode MKJI 1997, selain itu peneliti juga melakukan pembuktian langsung di lapangan dengan melakukan pengukuran panjang antrian maksimal kendaraan dengan teknik manual, tujuannya adalah sebagai pembuktian kebenaran perhitungan dengan MKJI 1997. Teknik penempatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.24 dan 3.25 dibawah ini.
113
U I
Wexit
WLTOR Garis batas panjang antrian maksimal
Jl. Gagak Hitam
II
Garis batas panjang antrian maksimal WLTOR WA
Jl. Setiabudi
Wentry
Wexit
B
T Wentry
Wexit
WA
IV WLTOR Jl. Ngumban Surbakti
III
Garis batas panjang antrian maksimal
Garis batas panjang antrian maksimal WLTOR
Wexit
Wentry WA
S
Gambar 3.24 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data Fuzzy Simpang I Wexit
I
WLTOR
U
Garis batas panjang antrian maksimal
Jl. Brigjen Katamso
II
Garis batas panjang antrian maksimal
WLTOR WA
Wentry
Wexit
B Wexit
T Wentry
Jl. Ir. H. Juanda
WA
IV WLTOR Garis batas panjang antrian maksimal
III Garis batas panjang antrian maksimal
WLTOR
Wexit
Wentry WA
S
Gambar 3.25 Penempatan Surveyor untuk Perolehan Data Fuzzy Simpang II
114
Penjelasan gambar: 1. Jumlah surveyor yang dibutuhkan untuk masing-masing simpang adalah 8 orang, masing-masing dua orang untuk setiap lengan simpang. 2. Surveyor I ditempatkan pada pendekat utara, surveyor II pendekat timur, surveyor III pada pendekat selatan, dan surveyor IV pada pendekat barat. 3. Dua orang surveyor untuk setiap lengan masing-masing mengamati pergerakan kendaraan lurus dan belok kanan pada saat lengan dilayani dan mencatat jumlah kendaraan pada saat lengan tidak dilayani. 4. Tiap surveyor mencuplik jumlah kendaraan di tiap-tiap lengan simpang dengan menggunakan kamera video.
3.6.2.4 Peralatan Untuk memperoleh data yang akurat, perlu didukung peralatan yang lengkap dan baik. Peralatan yang dibutuhkan antara lai sebagai berikut: •
Formulir penelitian jumlah kendaraan yang keluar dari simpang, baik untuk survei MKJI maupun untuk survei fuzzy.
•
Clip board
•
Stopwatch atau jam tangan
•
Kamera digital dan Alat Perekam Video
115
•
Meteran Gulung, untuk mendapatkan data geometrik jalan
•
Ballpoint atau pensil
•
Komputer sebagai alat penghitung
3.6.3 Parameter Kinerja. Parameter
kinerja digunakan untuk
menilai
kinerja
persimpangan yang diamati. Untuk jenis persimpangan ada empat parameter yang digunakan untuk menilai kinerjanya, yaitu: 1. Derajat Kejenuhan (DS) Derajat kejenuhan akan menunjukkan apakah suatu simpang masih bisa melayani demand yang ada atau tidak. 2. Antrian. Panjang antrian pada tiap lengan akan menjadi indicator pelayanan dari masing-masing pendekat. 3. Number of Stop. Number of Stop adalah jumlah berapa kali kendaraan berhenti di persimpangan, dan hal ini dapat dijadikan indikator pelayanan untuk kendaraan yang lewat. 4. Tundaan Tundaan merupakan indikator utama kinerja simpang secara keseluruhan.
116
3.7.
Kesimpulan dan Saran. Tahap ini merupakan tahap akhir dari studi yang dilaksanakan. Setelah
dilakukan perhitungan waktu traffic light dengan menggunakan Logika Fuzzy dengan menggunakan alat bantu software MATLAB v.7.0, maka hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan MKJI 1997. Dari perbandingan tersebut akan disimpulkan apakah pengaturan waktu traffic light pada persimpangan yang diamati selama ini efektif atau tidak. Diharapkan studi tugas akhir ini memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan sistem pengelolaan persimpangan menjadi jauh lebih efektif.
117
BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN
Sesuai dengan tujuan Tugas Akhir ini yaitu untuk menentukan efektifitas waktu traffic light, maka setelah menyelesaikan tahap-tahap pekerjaan pada bab sebelumnya, kegiatan selanjutnya adalah analisis data simpang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan waktu traffic light menggunakan dua metode yakni Logika fuzzy dan MKJI 1997. Hasil perhitungan kedua metode tersebut akan dibandingkan. Tahap analisa data dan perhitungan akan dilakukan terhadap simpang yang telah ditentukan dari data lalu lintas yang diperoleh (data artificial dan data sekunder). Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
4.1 Data Geometrik Simpang Data geometrik simpang merupakan data yang memuat kondisi geometrik jalan pada simpang yang diamati. Data ini dapat diperoleh langsung di lapangan berupa data primer kondisi eksisting melalui survei, maupun data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan atau dari Dinas Lalu Lintas Angkutan dan Jalan (DLLAJ) Kota Medan. Pada penelitian ini, data geometrik simpang diperoleh dari data primer dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Survei dilakukan pada saat kondisi jalan masih sepi dari kendaraan untuk menghindari gangguan arus lalu lintas. Adapun data geometrik simpang I dan II dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut.
118
Tabel 4.1 Kondisi Geomaetrik Simpang I (Simpang Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti)
PENDEKAT Tipe lingkungan jalan Hambatan samping Median Lebar Median (m) Belok kiri jalan terus Lebar Pendekat (m) Lebar Pendekat masuk (m) Lebar pendekat LTOR Lebat pendekat keluar (m) Keterangan:
UTARA RES Rendah Ada 2,85 Ada 16,50 10,50 3,25 9,75
TIMUR COM Rendah Ada 1,55 Ada 12,95 9,70 6,00 6,50
Tipe Lingkungan Jalan
Hambatan samping
Komersial (COM)
Tinggi/Sedang/Rendah
Permukiman (RES)
Tinggi/Sedang/Rendah
Akses terbatas (RA)
Tinggi/Sedang/Rendah
SELATAN RES Rendah Ada 2,85 Ada 16,80 10,80 2,80 11,60
BARAT COM Rendah Ada 1,55 Ada 12,55 9,75 6,00 6,85
Sumber: Data Survey Lapangan 15 Juni 2009 Pukul 03.05 wib
U Wexit
WLTOR Wentry
Jl. Gagak Hitam
WLTO W Wentry
B
Wexit
Wexi Wentry
Jl. Setiabudi
T
WA
WLTOR
Jl. Ngumban Surbakti
WLTOR
Wentry Wexit
WA
S Gambar 4.1 Kondisi Geomaetrik Simpang I (Simpang Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti)
119
Tabel 4.2 Kondisi Geomaetrik Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brig. Katamso) PENDEKAT Tipe lingkungan jalan Hambatan samping Median Lebar Median (m) Belok kiri jalan terus Lebar Pendekat (m) Lebar Pendekat masuk (m) Lebar pendekat LTOR Lebar pendekat keluar (m)
UTARA COM Sedang
TIMUR COM Sedang
SELATAN COM Sedang
BARAT COM Sedang
Ada 1,95 Ada 9,8 6,90 3,90 7,35
Ada 1,55 Ada 10,85 7,30 3,55 6,50
Ada 2,50 Ada 10,50 6,85 3,65 7,25
Ada 0,95 Ada 10,15 6,40 3,75 6,00
Keterangan : Tipe Lingkungan Jalan
Hambatan samping
Komersial (COM)
Tinggi/Sedang/Rendah
Permukiman (RES)
Tinggi/Sedang/Rendah
Akses terbatas (RA)
Tinggi/Sedang/Rendah
Sumber: Data Survey Lapangan 15 Juni 2009 Pukul 03.50 wib
U Wexit
Wentry
WLTOR
Jl. Brigjen Katamso
WLTOR
B
W
Wentry
Wexit
T
Wexit Wentry
Jl. Ir. H. Juanda
WA
WLTOR
Wentry
Wexit
WLTOR WA
S
Gambar 4.2 Kondisi Geomaetrik Simpang II (Simpang Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brig. Katamso)
120
Adapun setiap kaki persimpangan diberi kode pendekat U, S, T dan B dengan keterangan sebagai berikut: a. Untuk Simpang I -
U (Utara) adalah kaki persimpangan disebelah utara yakni Jalan Gagak Hitam.
-
S (Selatan) adalah kaki persimpangan disebelah selatan yakni Jalan Ngumban Surbakti.
-
T (Timur) adalah kaki persimpangan disebelah timur yakni Jalan Setiabudi.
-
B (Barat) adalah kaki persimpangan disebelah barat yakni Jalan Setiabudi.
b. Untuk Simpang II -
U (Utara) adalah kaki persimpangan disebelah utara yakni Jalan Brigjen Katamso arah Kelurahan Aur.
-
S (Selatan) adalah kaki persimpangan disebelah selatan yakni Jalan Brigjen Katamso arah Kampung Baru.
-
T (Timur) adalah kaki persimpangan disebelah timur yakni Jalan Ir. H. Juanda arah SM. Raja.
-
B (Barat) adalah kaki persimpangan disebelah barat yakni Jalan Ir. H. Juanda arah Mongonsidi.
4.2 Tata Guna Lahan Penggunaan tanah di daerah sekitar simpang I sebagian besar dimanfaatkan untuk tempat tinggal dan ruko. Jalan ini difungsikan sebagai jalan
121
lingkar (ring road) Kota Medan. Hambatan samping untuk jalan ini relatif rendah. Sedangkan tanah disekitar simpang II termasuk daerah perkotaan dan difungsikan sebagai perkantoran, pertokoan, dan tempat pendidikan. Persimpangan ini juga merupakan titik pertemuan untuk jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan tersebut.
4.3 Data Lalu Lintas Kegiatan pengumpulan data lalu lintas dilaksanakan hari Rabu dan Kamis tanggal 24 dan 25 Juni 2009. Sedangkan untuk jam puncak arus lalu lintas diperkirakan dipengaruhi oleh aktivitas, seperti pusat kota, pusat kegiatan perbelanjaan, daerah perkantoran, sekolah, kegiatan kampus, dan lain-lain. Masa pelaksanaan survei untuk Tugas Akhir ini bertepatan dengan masa liburan sekolah, sehingga terdapat kemungkinan terjadi pengurangan volume lalu lintas. Untuk jam puncak pagi diperkirakan antara jam 06.30 s/d 08.30 wib, untuk jam puncak siang antara jam 12.00 s/d 14.00 wib, dan jam puncak sore antara jam 16.00 s/d 18.00 wib. Parameter-parameter persimpangan yang dihitung secara manual adalah total arus lalu lintas (Q), ekivalen mobil penumpang (smp/jam), arus jenuh (S), Kapasitas (C), derajat kejenuhan (DS), dan parameter-parameter yang didapat langsung dari survei dilapangan seperti: waktu siklus (detik), kondisi geometrik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, serta faktor-faktor penyesuaian kondisi persimpangan.
122
Tabel 4. 3 PERHITUNGAN VOLUME LALU LINTAS PER JAM
Hari
: Kamis
Tanggal
: 25 Juli 2009
Lokasi
: Simpang I (Jl. Setiabudi - Jl. Ngumban Surbakti)
Cuaca
: Cerah
JAM
UTARA
SELATAN VOL/JAM
PHF
TIMUR VOL/JAM
PHF
BARAT
ST
RT
LTOR
TOTAL
ST
RT
LTOR
TOTAL
ST
RT
LTOR
TOTAL
ST
RT
LTOR
TOTAL
06.30-06.45
133
87
69
289
138
97
52
287
104
3
14
121
VOL/JAM
PHF
148
27
30
205
VOL/JAM
PHF
06.45-07.00
113
99
83
295
128
102
57
287
130
6
23
159
228
34
45
307
07.00-07.15
161
101
66
328
173
125
63
361
215
10
28
253
303
48
57
408
07.15-07.30
194
134
67
395
1307
0.83
208
164
54
426
1361
0.80
224
15
39
278
811
0.73
322
73
64
07.30-07.45
214
123
71
408
1426
0.87
226
178
61
465
1539
0.83
276
14
19
309
999
0.81
352
98
92
459
1379
0.75
542
1716
0.79
07.45-08.00
292
175
69
536
1667
0.78
309
223
78
610
1862
0.76
312
20
22
354
1194
0.84
356
91
65
512
1921
0.89
08.00-08.15
383
237
82
702
2041
0.73
388
254
95
737
2238
0.76
306
22
31
359
1300
0.91
367
79
61
507
2020
0.93
08.15-08.30
389
258
135
782
2428
0.78
397
262
96
755
2567
0.85
322
26
37
385
1407
0.91
337
74
73
484
2045
0.94
08.30-08.45
388
251
140
779
2799
0.89
394
241
85
720
2822
0.93
285
21
22
328
1426
0.93
284
77
94
455
1958
0.96
08.45-09.00
343
249
157
749
3012
0.96
348
201
102
651
2863
0.95
195
20
17
232
1304
0.85
241
89
121
451
1897
0.94
09.00-09.15
316
247
174
737
3047
0.97
351
233
115
699
2825
0.94
186
17
35
09.15-09.30
279
232
168
679
2944
0.94
301
217
99
617
2687
0.93
136
19
24
238
1183
0.77
213
76
114
403
1793
0.93
179
977
0.74
174
66
103
343
1652
0.91
09.30-09.45
274
241
150
665
2830
0.94
282
195
87
564
2531
0.91
118
17
21
156
805
0.85
146
61
97
304
1501
0.83
09.45-10.00
297
224
152
673
2754
0.93
321
247
96
664
2544
0.91
113
18
21
152
725
0.76
127
54
86
267
1317
0.82
10.00-10.15
262
197
135
594
2611
0.96
293
254
79
626
2471
0.93
119
22
27
168
655
0.91
122
46
65
233
1147
0.84
10.15-10.30
272
178
133
583
2515
0.93
291
247
71
609
2463
0.93
103
18
25
146
622
0.93
108
35
71
214
1018
0.84
10.30-10.45
250
154
147
551
2401
0.89
276
216
66
558
2457
0.93
128
14
35
177
643
0.91
156
24
44
224
938
0.88
10.45-11.00
282
127
124
533
2261
0.95
294
231
77
602
2395
0.96
130
13
47
190
681
0.90
159
31
49
239
910
0.95
11.00-11.15
278
122
118
518
2185
0.94
291
204
11.15-11.30
299
115
107
521
2123
0.96
313
235
58
553
2322
0.95
155
10
25
190
703
0.93
182
22
39
243
920
0.95
87
635
2348
0.92
191
11
24
226
783
0.87
202
24
56
282
988
0.88
11.30-11.45
319
136
111
566
2138
0.94
343
231
85
659
2449
0.93
224
9
19
252
858
0.85
257
15
47
319
1083
0.85
123
JAM
UTARA
SELATAN
TIMUR
BARAT
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
11.45-12.00
342
132
123
597
2202
0.92
361
257
114
732
2579
0.88
248
8
32
288
956
0.83
309
18
55
382
1226
0.80
12.00-12.15
391
147
136
674
2358
0.87
408
278
125
811
2837
0.87
313
8
41
362
1128
0.78
335
31
67
433
1416
0.82
12.15-12.30
437
198
157
792
2629
0.83
457
286
134
877
3079
0.88
340
12
52
404
1306
0.81
365
37
52
454
1588
0.87
12.30-12.45
416
223
159
798
2861
0.90
473
219
141
833
3253
0.93
327
14
58
399
1453
0.90
336
56
73
465
1734
0.93
12.45-13.00
423
247
168
838
3102
0.93
439
291
136
866
3387
0.97
340
23
54
417
1582
0.95
347
54
77
478
1830
0.96
13.00-13.15
390
204
179
773
3201
0.95
400
254
120
774
3350
0.95
281
17
48
346
1566
0.94
295
67
86
448
1845
0.96
13.15-13.30
424
224
172
820
3229
0.96
399
223
127
749
3222
0.93
291
17
36
344
1506
0.90
282
75
114
471
1862
0.97
13.30-13.45
370
235
185
790
3221
0.96
380
241
113
734
3123
0.90
247
12
33
292
1399
0.84
249
59
117
425
1822
0.95
13.45-14.00
413
267
221
901
3284
0.91
423
210
147
780
3037
0.97
223
10
29
262
1244
0.90
240
86
103
429
1773
0.94
14.00-14.15
400
255
215
870
3381
0.94
427
225
139
791
3054
0.97
185
12
17
214
1112
0.81
145
97
98
340
1665
0.88
14.15-14.30
341
236
201
778
3339
0.93
373
219
114
706
3011
0.95
157
19
24
200
968
0.83
182
89
95
366
1560
0.91
14.30-14.45
349
221
192
762
3311
0.92
346
187
103
636
2913
0.92
144
14
21
179
855
0.82
194
83
110
387
1522
0.89
14.45-15.00
341
198
175
714
3124
0.90
375
164
97
636
2769
0.88
154
16
19
189
782
0.91
174
61
91
326
1419
0.92
15.00-15.15
359
187
156
702
2956
0.95
383
171
83
637
2615
0.93
184
14
17
215
783
0.91
159
50
86
295
1374
0.89
15.15-15.30
342
179
127
648
2826
0.93
335
121
99
555
2464
0.97
187
8
22
217
800
0.92
160
50
82
292
1300
0.84
15.30-15.45
341
185
109
635
2699
0.95
332
125
87
544
2372
0.93
211
8
16
235
856
0.91
190
35
115
340
1253
0.92
15.45-16.00
337
150
97
584
2569
0.91
367
147
123
637
2373
0.93
206
9
19
234
901
0.96
189
23
107
319
1246
0.92
16.00-16.15
350
166
124
640
2507
0.97
373
152
133
658
2394
0.91
243
13
25
281
967
0.86
218
20
135
373
1324
0.89
16.15-16.30
326
168
117
611
2470
0.96
364
155
125
644
2483
0.94
314
14
41
369
1119
0.76
225
26
147
398
1430
0.90
16.30-16.45
361
173
103
637
2472
0.97
388
124
147
659
2598
0.99
294
28
37
359
1243
0.84
241
35
158
434
1524
0.88
16.45-17.00
395
171
136
702
2590
0.92
423
169
150
742
2703
0.91
318
37
44
399
1408
0.88
282
32
141
455
1660
0.91
17.00-17.15
444
209
157
810
2760
0.85
472
174
151
797
2842
0.89
336
39
33
408
1535
0.94
228
41
136
405
1692
0.93
17.15-17.30
457
263
161
881
3030
0.86
508
195
167
870
3068
0.88
402
48
25
475
1641
0.86
287
33
142
462
1756
0.95
17.30-17.45
530
257
167
954
3347
0.88
547
221
189
957
3366
0.88
454
57
41
552
1834
0.83
330
22
125
477
1799
0.94
17.45-18.00
495
258
171
924
3569
0.94
550
268
201
1019
3643
0.89
444
39
37
520
1955
0.89
358
17
164
539
1883
0.87
18.00-18.15
547
257
154
958
3717
0.97
590
296
223
1109
3955
0.89
416
38
45
499
2046
0.93
372
14
170
556
2034
0.91
18.15-18.30
530
270
132
932
3768
0.98
542
260
217
1019
4104
0.93
389
24
36
449
2020
0.91
356
21
154
531
2103
0.95
124
Tabel 4.4 PERHITUNGAN VOLUME LALU LINTAS PER JAM Hari
: Rabu
Tanggal
: 24 Juli 2009
Lokasi
: Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda - Jl. Brig. Katamso)
Cuaca
: Cerah
JAM
UTARA
SELATAN VOL/JAM
PHF
TIMUR VOL/JAM
PHF
BARAT
ST
RT
LTOR
TOTAL
ST
LTOR
TOTAL
ST
RT
LTOR
TOTAL
ST
RT
LTOR
TOTAL
06.30-06.45
166
34
34
234
185
45
230
151
51
40
242
VOL/JAM
PHF
143
46
39
228
VOL/JAM
PHF
06.45-07.00
152
12
41
205
187
62
249
168
45
59
272
153
43
60
256
07.00-07.15
160
32
37
229
206
46
252
241
63
42
346
215
60
39
314
07.15-07.30
400
63
61
524
1192
0.57
322
75
397
1128
0.71
244
92
79
415
1275
0.77
228
90
68
07.30-07.45
365
54
71
490
1409
0.67
333
97
430
1328
0.77
274
90
95
459
1492
0.81
242
82
90
386
1184
0.77
414
1370
0.83
07.45-08.00
352
55
57
464
1707
0.81
361
103
464
1543
0.83
297
115
101
513
1733
0.84
272
101
96
469
1583
0.84
08.00-08.15
341
62
77
480
1958
0.93
347
121
468
1759
0.94
332
107
123
562
1949
0.87
312
101
114
527
1796
0.85
08.15-08.30
302
34
71
407
1841
0.96
307
102
409
1771
0.95
371
107
95
573
2107
0.92
360
84
103
547
1957
0.89
08.30-08.45
273
53
55
381
1732
0.90
276
128
404
1745
0.93
354
71
122
547
2195
0.96
271
60
115
446
1989
0.91
08.45-09.00
281
58
39
378
1646
0.86
297
84
381
1662
0.89
312
82
81
475
2157
0.94
325
74
83
482
2002
0.91
09.00-09.15
254
51
44
349
1515
0.93
278
82
360
1554
0.95
291
98
81
09.15-09.30
221
47
29
297
1405
0.92
231
64
295
1440
0.89
260
87
61
470
2065
0.90
268
86
77
431
1906
0.87
408
1900
0.87
245
76
67
388
1747
0.91
09.30-09.45
235
58
52
345
1369
0.91
218
108
326
1362
0.89
261
84
101
446
1799
0.95
248
82
96
426
1727
0.90
09.45-10.00
171
75
20
266
1257
0.90
169
78
247
1228
0.85
234
94
65
393
1717
0.91
188
86
72
346
1591
0.92
10.00-10.15
183
41
32
256
1164
0.84
172
98
270
1138
0.87
219
68
74
361
1608
0.90
191
64
92
347
1507
0.88
10.15-10.30
174
33
49
256
1123
0.81
191
71
262
1105
0.85
208
57
98
363
1563
0.88
195
52
107
354
1473
0.86
10.30-10.45
171
36
33
240
1018
0.96
200
100
300
1079
0.90
204
63
68
335
1452
0.92
184
62
71
317
1364
0.96
10.45-11.00
147
33
52
232
984
0.96
184
96
280
1112
0.93
187
62
93
342
1401
0.96
191
58
98
347
1365
0.96
11.00-11.15
179
32
60
271
999
0.92
226
97
323
1165
0.90
175
60
83
318
1358
0.94
153
52
94
299
1317
0.93
11.15-11.30
201
36
70
307
1050
0.86
250
89
339
1242
0.92
228
42
78
348
1343
0.96
221
39
80
340
1303
0.94
11.30-11.45
261
60
45
366
1176
0.80
291
61
352
1294
0.92
284
83
73
440
1448
0.82
265
77
94
436
1422
0.82
125
JAM
UTARA
SELATAN
TIMUR
BARAT
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
ST
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
ST
RT
LTOR
TOTAL
VOL/JAM
PHF
11.45-12.00
295
46
79
420
1364
0.81
249
90
339
1353
0.96
307
83
97
487
1593
0.82
291
72
110
473
1548
0.82
12.00-12.15
317
70
88
475
1568
0.83
286
118
404
1434
0.89
335
129
133
597
1872
0.78
339
132
139
610
1859
0.76
12.15-12.30
422
86
90
598
1859
0.78
375
97
472
1567
0.83
301
130
97
528
2052
0.86
377
153
108
638
2157
0.85
12.30-12.45
455
86
75
616
2109
0.88
407
115
522
1737
0.83
403
167
127
697
2309
0.83
393
172
138
703
2424
0.86
12.45-13.00
486
81
99
666
2355
0.90
432
147
579
1977
0.85
447
165
167
779
2601
0.83
443
177
184
804
2755
0.86
13.00-13.15
556
72
105
733
2613
0.89
514
202
716
2289
0.80
488
162
197
847
2851
0.84
506
182
207
895
3040
0.85
13.15-13.30
504
52
71
627
2642
0.91
501
169
670
2487
0.87
486
124
159
769
3092
0.91
510
139
166
815
3217
0.90
13.30-13.45
499
54
65
618
2644
0.90
460
130
590
2555
0.89
498
96
137
731
3126
0.92
511
92
136
739
3253
0.91
13.45-14.00
473
52
63
588
2566
0.89
396
161
557
2533
0.88
504
90
160
754
3101
0.92
518
81
166
765
3214
0.90
14.00-14.15
491
42
74
607
2440
1.00
487
142
629
2446
0.91
503
84
147
734
2988
0.97
530
87
152
769
3088
0.95
14.15-14.30
395
55
95
545
2358
0.95
395
107
502
2278
0.91
403
109
115
627
2846
0.94
442
98
121
661
2934
0.95
14.30-14.45
389
31
70
490
2230
0.92
387
144
531
2219
0.88
342
73
156
571
2686
0.89
373
78
169
620
2815
0.92
14.45-15.00
327
31
71
429
2071
0.85
306
58
364
2026
0.81
321
96
111
528
2460
0.84
347
116
118
581
2631
0.86
15.00-15.15
308
42
83
433
1897
0.87
279
83
362
1759
0.88
340
119
105
564
2290
0.91
399
145
119
663
2525
0.95
15.15-15.30
334
66
68
468
1820
0.93
308
118
426
1683
0.79
307
96
104
507
2170
0.95
361
121
111
593
2457
0.93
15.30-15.45
478
72
92
642
1972
0.77
440
186
626
1778
0.71
478
107
169
754
2353
0.78
505
122
193
820
2657
0.81
15.45-16.00
537
80
105
722
2265
0.78
500
207
707
2121
0.75
538
117
196
851
2676
0.79
561
124
212
897
2973
0.83
16.00-16.15
549
94
128
771
2603
0.84
516
243
759
2518
0.83
536
150
236
922
3034
0.82
576
163
240
979
3289
0.84
16.15-16.30
523
88
125
736
2871
0.93
486
212
698
2790
0.92
437
144
220
801
3328
0.90
475
162
221
858
3554
0.91
16.30-16.45
517
78
142
737
2966
0.96
446
194
640
2804
0.92
425
142
187
754
3328
0.90
411
157
193
761
3495
0.89
16.45-17.00
568
110
125
803
3047
0.97
534
146
680
2777
0.91
551
189
154
894
3371
0.91
571
226
136
933
3531
0.90
17.00-17.15
547
120
156
823
3099
0.94
488
202
690
2708
0.97
529
196
208
933
3382
0.91
612
246
216
1074
3626
0.84
17.15-17.30
508
109
151
768
3131
0.95
560
198
758
2768
0.91
616
222
202
1040
3621
0.87
654
240
195
1089
3857
0.89
17.30-17.45
524
78
134
736
3130
0.95
599
153
752
2880
0.95
569
145
180
894
3761
0.90
589
166
160
915
4011
0.92
17.45-18.00
573
92
123
788
3115
0.95
508
163
671
2871
0.95
556
158
157
871
3738
0.90
592
179
147
918
3996
0.92
18.00-18.15
591
89
133
813
3105
0.95
553
195
748
2929
0.97
522
152
185
859
3664
0.88
549
174
196
919
3841
0.88
18.15-18.30
512
87
103
702
3039
0.93
466
166
632
2803
0.93
515
139
158
812
3436
0.96
540
161
171
872
3624
0.99
126
Keseluruhan perhitungan dilakukan berdasarkan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997). Selain itu perhitungan yang perlu didapat adalah perhitungan perilaku lalu lintas berupa nilai panjang antrian (QL) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan letak sensor/ surveyor guna perolehan data lalu lintas untuk diolah dengan menggunakan sistem Logika Fuzzy dan pada akhirnya akan dapat dinilai kinerja simpang dengan melihat efektif atau tidaknya pengaturan traffic light yang ada saat ini di kedua simpang. a. Data Arus Lalu Lintas Simpang I (Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti) Arus lalu lintas yang diperoleh dari hasil survei dalam satuan kendaraan per jam dikonversi menjadi dalam satuan mobil penumpang per-jam sesuai dengan rencana pendekatan. Faktor konversi untuk masing-masing kendaraan seperti tercantum dalam tabel 4.5
Tabel 4.5 Faktor Arus Lalu Lintas Jenis Kendaraan/ Tipe Kendaraan
Empiris untuk tipe pendekat Terlindung
Terlawan
Kendaraan Ringan (LV)
1.0
1.0
Kendaraan Berat (HV)
1.3
1.3
Sepeda Motor (MC)
0.2
0.4
Sumber : MKJI 1997
Analisa data yang dilakukan adalah untuk mendapatkan nilai kapasitas serta panjang antrian dan tingkat pelayanan persimpangan yang akan disajikan dalam lembar kerja berikut.
127
Tabel 4.6 Volume dan PHF Maksimum Simpang I Lengan Hari/ Tanggal Persimpangan UTARA Kamis, 25 Juli ‘09 SELATAN Kamis, 25 Juli ‘09 TIMUR Kamis, 25 Juli ‘09 BARAT Kamis, 25 Juli ‘09 Sumber: Hasil Perhitungan Peneliti
Waktu (Jam) 18.15 – 18.30 14.00 – 14.15 12.45 – 13.00 13.15 - 13.30
Volume Lalulintas (Kend/jam) 3768 3054 1582 1862
PHF 0,98 0,97 0,95 0,97
Data-data pada tabel diatas akan menjadi data acuan selanjutnya untuk menganalisa kapasitas dan menentukan panjang antrian maksimal di persimpangan. Data diatas diambil karena merupakan data maksimum dimana terjadi arus lalu lintas yang padat, sehingga dapat mewakili data lainnya. Data utama yang dipakai adalah data volume lalu lintas kendaraan per jam. Berikut akan diperlihatkan data arus lalu lintas pada tiap lengan persimpangan (berdasarkan nilai PHF tertinggi). Tabel 4.7 Arus Lalu Lintas Simpang I pada Kondisi PHF Tertinggi (kend/jam)
Jumlah Arus Lalu Lintas
Tipe Kendaraan
Lengan Utara
Lengan Selatan
Lengan Timur
Lengan Barat
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
LV
234
97
45
205
83
42
185
25
21
211
49
46
HV
37
52
17
29
15
10
10
7
5
0
0
0
MC
367
221
114
336
187
109
276
15
47
254
87
90
UM
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
Sumber: Hasil Survey Simpang I, 25 Juli 2009
Total arus lalu lintas pada sore hari tanggal 25 Juli 2009 pada pendekat utara untuk gerakan lurus pada Simpang I adalah sebagai berikut. 128
Lurus
:
LV
= 234 kend/jam
HV = 37 kend/jam MC = 367 kend/jam + Total = 638 kend/jam Sehingga jumlah kendaraan seluruhnya = 638 kend/jam Selanjutnya perlu diketahui jumlah kendaraan dalam satuan smp/jam dengan mengekivalenkan ke mobil penumpang, yaitu: Lurus
:
LV
= 234 x 1,0
= 234
smp/jam
HV = 37 x 1,3
= 48,1 smp/jam
MC = 367 x 0,2
= 73,4 smp/jam +
Total
= 356
smp/jam
Berdasarkan konversi di atas, maka disajikan tabel nilai smp untuk seluruh jenis pendekat dan gerakan lalu lintas, yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.8 Arus Lalu Lintas Simpang I pada Kondisi PHF Tertinggi (smp/jam) Jumlah Arus Lalu Lintas
Tipe Kendaraan ST
Lengan Utara RT LTOR
Lengan Selatan ST RT LTOR
ST
Lengan Timur RT LTOR
ST
Lengan Barat RT LTOR
LV
234
97
45
205
83
42
296
50
42
211
54
46
HV
48
68
22
38
20
13
70
22
14
0
0
0
MC
73
44
23
67
37
22
110
6
18
51
17
18
UM
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sumber: Hasil Perhitungan Peneliti
129
b. Data Arus Lalu Lintas Simpang II (Jl. Ir. H. Juanda – Jl. Brigjen Katamso) Survei volume dan arus lalu lintas untuk Simpang II sama dengan survei yang dilakukan untuk Simpang I. Terkait dengan pelayanan masing-masing lengan simpang, untuk Simpang II terdapat larangan belok kanan pada pendekat selatan. Volume dan nilai PHF maksimum Simpang II dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9 Volume dan PHF Maksimum Simpang II Lengan
Hari/ Tanggal
Persimpangan
Waktu
Volume Lalulintas
(Jam)
(Kend/jam)
PHF
UTARA
Rabu, 24 Juli ‘09
14.00 – 14.15
2440
1,00
SELATAN
Rabu, 24 Juli ‘09
18.00 – 18.15
2929
0,97
TIMUR
Rabu, 24 Juli ‘09
14.00 – 14.15
2988
0,97
BARAT
Rabu, 24 Juli ‘09
18.15 – 18.30
3624
0,99
Sumber: Hasil Perhitungan Peneliti
Selanjutnya diperlihatkan data arus lalu lintas pada tiap lengan persimpangan (berdasarkan nilai PHF tertinggi).
Tabel 4.10 Arus Lalu Lintas Simpang II pada Kondisi PHF Tertinggi (kend/jam)
Jumlah Arus Lalu Lintas
Tipe Kendaraan
Lengan Utara
Lengan Selatan
Lengan Timur
Lengan Barat
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
LV
134
15
33
173
-
45
151
32
66
132
71
45
HV
5
4
0
1
-
1
3
0
5
3
3
1
MC
350
18
38
388
-
145
147
52
75
402
85
125
UM
2
5
3
3
-
4
2
0
1
3
2
0
Sumber: Hasil Survey Simpang II, 24 Juli 2009
130
Total arus lalu lintas pada siang hari tanggal 24 Juli 2009 pada pendekat utara untuk gerakan lurus pada Simpang II (diambil nilai PHF=1) adalah sebagai berikut. Lurus
:
LV
= 134 kend/jam
HV =
5 kend/jam
MC = 350 kend/jam + Total = 489 kend/jam Sehingga jumlah kendaraan seluruhnya = 489 kend/jam Selanjutnya perlu diketahui jumlah kendaraan dalam satuan smp/jam dengan mengekivalenkan ke mobil penumpang, yaitu: Lurus
:
LV
= 134 x 1,0
HV =
= 134
5 x 1,3
=
smp/jam
6,5 smp/jam
MC = 350 x 0,2
= 70
smp/jam +
Total
= 210
smp/jam
Berdasarkan konversi di atas, maka disajikan tabel nilai smp untuk seluruh jenis pendekat dan gerakan lalu lintas, yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.11 Arus Lalu Lintas Simpang II pada Kondisi PHF Tertinggi (smp/jam)
Jumlah Arus Lalu Lintas
Tipe Kendaraan
Lengan Utara
Lengan Selatan
Lengan Timur
Lengan Barat
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
ST
RT
LTOR
LV
134
15
33
173
0
45
151
32
66
132
71
45
HV
7
5
0
1
0
1
4
0
7
4
4
1
MC
70
4
8
78
0
29
29
10
15
80
17
25
Sumber: Hasil Perhitungan Peneliti
131
c. Data Traffic Light Tiap Simpang -
Simpang I (Simpang Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti) Tabel 4.12 Data Traffic Light Simpang I Waktu nyala (detik)
Pendekat
Hijau Kuning UTARA 17 3 TIMUR 20 3 BARAT 20 3 SELATAN 20 3 Sumber: hasil perhitungan peneliti
Merah 78 75 75 75
All Red 4 4 4 4
17
I
Waktu Siklus (detik) 98 98 98 98
Berada Pada Fase I III IV II
78 20
II
75
75
III
20 75
IV
20
Gambar 4.3 Siklus traffic light Simpang I
-
Simpang II (Simpang Jl. Brigjen Katamso – Jl. Ir. H. Juanda)
Tabel 4.13 Data Traffic Light Simpang II Pendekat
Hijau 56 41 65
Waktu nyala (detik) Kuning Merah 3 115 3 130 3 106
UTARA TIMUR BARAT SELATAN 35 3 Sumber: hasil perhitungan peneliti
I
Waktu Siklus (detik) 174 174 174
4
174
136
56
Berada Pada Fase I IV III II
115
II
35
III
106
IV
All Red 4 4 4
136 65 130
41
Gambar 4.4 Siklus traffic light Simpang II 132
4.4 Perhitungan Panjang Antrian dengan Metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Setelah diperoleh data arus lalu lintas dalam satuan smp/jam, selanjutnya adalah menentukan panjang antrian dengan menggunakan metode MKJI 1997. Hasil dari perhitungan panjang antrian ini nantinya juga digunakan sebagai dasar penempatan sensor/surveyor untuk memperoleh data jumlah kendaraan yang digunakan pada perhitungan dengan metode fuzzy untuk menentukan lama waktu traffic light. 1. Perhitungan Panjang Antrian Tiap Pendekat Simpang I. a. Pendekat Timur •
Kendaraan tidak bermotor (UM) memiliki rasio = 0
•
Lebar efektif (We) Berdasarkan hasil survei langsung di lapangan diperoleh, We = 9,70 m.
•
Arus Jenuh ( S ) Arus jenuh dapat dinyatakan dengan rumus: S = So.Fcs.Fsf.Fg.Fp.Frt.Flt dimana: So adalah arus jenuh dasar. Untuk suatu ruas jalan (pendekat) terlindung yaitu tidak terjadi konflik antara kendaraan yang berbelok dengan lalu lintas yang berlawanan maka penentuan arus jenuh dasar (So) ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif (We) yaitu: So
= 600.We = 600.9,70 = 5820 smp/jam 133
Dimana arus jenuh (S) diasumsikan tetap selama waktu hijau. Fcs = Faktor penyesuaian ukuran kota, berdasarkan jumlah penduduk Kota Medan yakni sebesar 2.083.152 jiwa (berada pada range 1 – 3 juta jiwa), maka nilai Fcs = 1,00
Fsf = Faktor penyesuaian hambatan samping, berdasarkan kelas hambatan samping dari lingkungan jalan tersebut, maka dinyatakan lingkungan jalan adalah termasuk kawasan perumahan, perdagangan dan jasa. Jalan yang ditinjau merupakan jalan dua arah dipisahkan oleh median dengan tipe fase terlindung → Fsf = 0,98 (dengan rasio kendaraan tak bermotor = 0).
Fg
= Faktor penyesuaian terhadap kelandaian (G), berdasarkan naik
(+) atau turun (-) permukaan jalan → Fg = 1,00 (mendatar)
Fp
= Faktor penyesuaian parkir (P), berdasarkan jarak henti kendaraan
parkir → Fp = 1,0 Frt = Faktor penyesuaian belok kanan, ditentukan sebagai fungsi rasio belok kanan Prt. Untuk jalan yang dilengkapi dengan median, nilai Frt tidak diperhitungkan. Flt
= Faktor penyesuaian belok kiri, ditentukan sebagai fungsi dari
rasio belok kiri Plt. Untuk jalan yang dilengkapi dengan lajur belok kiri jalan terus (LTOR) maka nilai Flt tidak diperhitungkan. Maka: S = So.Fcs.Fsf.Fg.Fp.Frt.Flt 134
= 5820.1,0.0,98.1,0.1,0 = 5704 smp/jam Dimana arus jenuh (S) diasumsikan tetap selama waktu hijau. •
Waktu siklus (c) Penentuan waktu siklus berdasarkan dari pengamatan langsung di lapangan yaitu : waktu siklus (c) = 98 detik, waktu hijau = 20 detik
•
Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan (DS) Kapasitas pendekat (C) diperoleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau (g/c) yaitu: C
= = =
1164
Derajat kejenuhan diperoleh dengan rumus: DS =
=
•
= 0,54
Antrian Jumlah rata-rata antrian (smp) pada awal sinyal hijau yaitu NQ dihitung sebagai jumlah kendaraan (smp) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah kendaraan (smp) yang akan datang selama fase merah (NQ2).
135
NQ = NQ1 + NQ2 dimana:
NQ1 = 0,25 x C x
Jika DS>0.5 ; selain itu NQ1 = 0
NQ2 =
dimana:
= 0,2
NQ1 = 0,25 . C .
= 0,25.1164.
= 9,704 NQ2 =
NQ2 = 1164.
= 183,317
NQ = NQ1 + NQ2 = 9,704 + 183,317 = 193,021
Panjang antrian = QL = NQ .
=193,021.
= 397,98m ≈ 398m
Diperoleh panjang antrian kendaraan untuk pendekat utara pada simpang I untuk arah lurus adalah 398m, ini dijadikan landasan penempatan surveyor untuk perolehan data fuzzy. Sedangkan untuk pendekat lain simpang I dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut.
136
Tabel 4.14 Penentuan Panjang Antrian Masing-Masing Lengan Pada Simpang I Lengan Rasio Kendaraan tidak bermotor (UM) (kend/jam) Lebar efektif (We) (m) Arus jenuh dasar (So) Arus jenuh (S) (smp/jam) Waktu siklus (c) (detik) Waktu hijau (detik) Kapasitas pendekat (C) Derajat Kejenuhan (DS) NQ1 NQ2 NQ Panjang antrian (QL) (m) Sumber: hasil perhitungan peneliti
Utara
Selatan
Timur
Barat
0,000
0,000
0,000
0,000
10,50 6300 6174 98 17 1071 0,61 6,859 179,908 186,767
10,80 6480 6350 98 20 1296 0,41 12,542 160,126 172,668
9,70 5820 5704 98 20 1164 0,54 9,704 183,317 193,021
9,75 5850 5733 98 20 1170 0,34 12,056 111,034 123,091
541
486
605
384
Perhitungan yang sama juga digunakan untuk menghitung panjang antrian pada masing-masing lengan. 2.
Perhitungan Panjang Antrian Tiap Pendekat Simpang II. a. Pendekat Utara • Kendaraan tidak bermotor (UM) memiliki rasio = •
= 0,004
Lebar efektif (We) Berdasarkan survei langsung dilapangan diperoleh,We = 6,9 m.
•
Arus Jenuh ( S ) S = So.Fcs.Fsf.Fg.Fp.Frt.Flt Arus jenuh dasar, So = 600.We So = 600.6,90 = 4140 smp/jam.
137
Faktor penyesuaian ukuran kota, Fcs = 1,00 (jumlah penduduk kota Medan yakni sebesar 2.083.152 jiwa). Faktor penyesuaian hambatan samping, Fsf = 0,94 (Lingkungan jalan adalah termasuk kawasan komersial dengan hambatan samping sedang, merupakan jalan dua arah dipisahkan oleh median dengan tipe fase terlindung, nilai rasio kendaraan tak bermotor = 0,004). Faktor penyesuaian terhadap kelandaian (G), → Fg = 1,00 (mendatar) Maka, S = So.Fcs.Fsf.Fg.Fp.Frt.Flt = 4140.1,0.0,94.1,0.1,0 = 3892 smp/jam Dimana arus jenuh (S) diasumsikan tetap selama waktu hijau. •
Waktu siklus (c) Penentuan waktu siklus berdasarkan dari pengamatan langsung di lapangan yaitu: waktu siklus (c) = 174 detik, waktu hijau = 56 detik
•
Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan ( DS ) C
= = = 1252
Derajat kejenuhan diperoleh dengan rumus: DS
=
=
= 0,22
138
•
Antrian NQ = NQ1 + NQ2 NQ1 = 0,25.1252 NQ1 = 10,604 NQ2 =
= 69,997
NQ = NQ1 + NQ2 = 10,604 + 69,997 = 80,601 Panjang antrian = QL = NQ .
= 80,601 .
= 233.62m ≈ 234 m
Diperoleh panjang antrian kendaraan untuk pendekat utara pada simpang II arah lurus adalah 234 m. Untuk pendekat lain simpang II dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut. Tabel 4.15 Penentuan Panjang Antrian Masing-Masing Lengan Pada Simpang II Lengan Rasio kend. tidak bermotor (UM) (kend/jam) Lebar efektif (We) (m) Arus jenuh dasar (So) Arus jenuh (S) (smp/jam) Waktu siklus (c) (detik) Waktu hijau (detik) Kapasitas pendekat (C) Derajat Kejenuhan (DS) NQ1 NQ2 NQ Panjang antrian (QL) (m) Sumber: hasil perhitungan peneliti
Utara
Selatan
Timur
Barat
0,004 6,9 4140 3892 174 56 1252 0,22 10,604 69,997 80,601
0,005 6,85 4110 3863 174 35 777 0,42 5,157 61,398 66,555
0,006 7,3 4380 4117 174 41 970 0,32 7,969 69,052 76,748
0,005 6,4 3840 3610 174 65 1348 0,28 12,852 99,288 112,140
234
194
210
350
139
4.5 Perhitungan Waktu Sinyal Traffic Light Dengan Logika Fuzzy Perhitungan waktu sinyal traffic light menggunakan logika fuzzy yakni dengan memanfaatkan software Matlab v7.0 (simulink). Sistem Inferensi Fuzzy (FIS) akan digunakan dalam program komputer ini dengan dua input dan satu output.
Gambar 4.5 Sistem Inferensi Fuzzy (FIS) Editor
140
4.5.1 Perhitungan Waktu Sinyal Traffic Light Dengan Logika Fuzzy untuk Simpang I.
Tahapan-tahapan perhitungan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Fuzzifikasi Fuzzifikasi adalah tahap yang digunakan untuk mengubah input tegas menjadi input fuzzy. Istilah-istilah linguistik yang telah ditentukan pada bab sebelumnya diinterpretasikan ke dalam himpunan fuzzy, yakni dengan menempatkannya pada tabel membership function editor. Nilai batas atas sangat menentukan hasil dari simulator yang dirancang. Hal ini dilakukan mengingat
pemanfaatan
pengendali
dengan
sistem
Logika
Fuzzy
membutuhkan operator yang mampu mengendalikan sistem ini dengan baik, serta dapat menentukan aturan-aturan pengendalian yang berkualitas dalam bentuk-bentuk kalimat fuzzy. Nilai batas himpunan fuzzy ditentukan dengan mengacu pada hasil perhitungan kapasitas simpang yang telah dilakukan sebelumnya melalui survei langsung di lapangan. Bentuk perhitungan kapasitas ini menggunakan model dasar kapasitas pendekat pada persimpangan seperti pada Tabel 4.16 dibawah ini.
141
Tabel 4.16 Perhitungan Kapasitas Simpang I Lebar efektif (m)
Arus jenuh S (smp/jam)
Arus lalulintas (smp/jam)
Rasio Arus FR
Rasio fase PR = Frcrit/IFR
Waktu hijau det.
Kapasitas smp/jam S x g/c
Derajat Kejenuhan
We 4
S 5
Q 6
Q/S 7
PR 8
g 9
C 10
Q/C 11
Kode pendekat 1
Hijau dalam fase no. 2
Tipe Pendekat 3
U
I
P
S
II
P
10,50 10,80
6300 6480
653 532
0,10 0,08
0,28 0,22
17 20
1071 1296
0,61 0,41
T B
III IV
P P
9,70 9,75
5820 5850
628 397
0,11 0,07
0,30 0,19
20 20
1164 1170
0,54 0,34
21
98
IFR
0,36
Waktu hilang total L LTI (detik)
98
Sumber: Perhitungan peneliti
Dari Tabel 4.16 diatas, dibuat sebuah tabel perhitungan kapasitas dasar untuk pemodelan waktu sinyal metode fuzzy (Tabel 4.16a) didasarkan pada nilai derajat kejenuhan paling tinggi yakni 0,61 dengan jumlah kendaraan sebesar 1071 (smp/jam). Hal ini dijadikan patokan untuk menentukan batas atas himpunan fuzzy untuk istilah linguistik “sangat jenuh”.
Nilai kapasitas
tersebut sama dengan 29 (smp/siklus).
Tabel 4.16a Perhitungan Kapasitas untuk Pemodelan Fuzzy Simpang I
Kode pendekat 1 U S T B
Hijau dalam fase no. 2 I II III IV
Waktu hilang total L LTI (detik)
Lebar efektif (m)
Arus jenuh S (smp/jam)
Arus lalulintas (smp/jam)
Rasio Arus FR
Rasio fase PR = Frcrit/IFR
Waktu hijau det.
Kapasitas smp/jam S x g/c
Derajat Kejenuhan
We 4 10,50 10,50 10,50 10,50
S 5 6300 6300 6300 6300
Q 6 653 653 653 653
Q/S 7 0,10 0,10 0,10 0,10
PR 8 0,28 0,28 0,28 0,28
g 9 17 17 17 17
C 10 1071 1071 1071 1071
Q/C 11 0,61 0,61 0,61 0,61
IFR
0,40
Tipe Pendekat 3 P P P P 21
98 98
Sumber: Perhitungan Peneliti
142
Setelah itu, nilai batas atas himpunan fuzzy untuk masing-masing linguistik lain disesuaikan dengan derajat kejenuhan, yaitu: Jenuh
: DS = 0,54 (26 smp/siklus)
Cukup Jenuh : DS = 0,48 (23 smp/siklus) Kurang Jenuh : DS = 0,41 (19 smp/siklus) Tidak Jenuh
: DS = 0,34 (16 smp/siklus)
Hasil yang diperoleh merupakan fungsi keanggotaan yang pertama, pada lengan yang akan dilewatkan. Sedangkan untuk masukan yang kedua, banyak mobil di empat lengan adalah empat kali dari banyak kendaraan pada satu lengan karena dianggap sama.
Gambar 4.6 Fungsi Segitiga untuk Hubungan Siklus dan Derajat Keanggotaan
143
Hubungan derajat keangotaan dengan siklus kendaraan dapat dilihat pada Gambar 4.6 diatas. Nilai x merupakan siklus kendaraan (smp/jam) dan nilai y merupakan derajat keanggotaannya. Tiap garis plot mewakili kondisi dari tidak jenuh hingga kondisi sangat jenuh. Fungsi segitiga menggunakan fungsi trimf dengan pemisalan 3 parameter a, b, dan c. Sebagai contoh, untuk kondisi tidak jenuh ditetapkan nilai x-nya [-1e+004, 5, 16]. Nilai x=[-1e+004] dianggap sebagai representasi kurva bentuk bahu yang menunjukkan bahwa kondisi tidak jenuh tidak akan berubah lagi. Nilai tengah x=[5] diambil sebagai nilai yang memiliki derajat keanggotaan terdekat dengan nilai 1 untuk fungsi ini. Diantara masing-masing kurva terdapat daerah overlapping yang menunjukkan proses perubahan kondisi.
Gambar 4.7 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan simpang I
144
Gambar 4.8 Fungsi Keanggotaan Masukan Empat Lengan simpang I Berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah dibuat seperti gambar diatas, proses fuzzifikasi dapat dilakukan. Setiap masukan tegas akan diartikan ke dalam istilah-istilah linguistik sesuai dengan batasan yang telah ditentukan sebelumnya. 2.
Mekanisme Penalaran dengan FAM Mekanisme penalaran diawali dengan mendefinisikan aturan-aturan yang akan diikuti dan ditulis secara subjektif dalam tabel Fuzzy Associative Memory (FAM) yang merupakan hubungan antara kedua masukan yang akan menghasilkan keluaran tertentu. Berikut akan disajikan tabel FAM:
145
Tabel 4.17 Fuzzy Associative Memory (FAM) 11 LENGAN lengan lengan 44LENGAN
TJ KJ J CJ SJ
TJ
KJ
J
CJ
SJ
C
AC
S
AL
L
C
AC
S
AL
L
C
AC
S
AL
AL
C
AC
S
S
AL
C
AC
AC
S
S
Sumber: Estimasi peneliti
Aturan-aturan yang telah ditentukan akan dimasukkan ke dalam rule editor pada program komputer penentuan waktu tidak tetap yang dibuat.
Gambar 4.9 Rule Editor pada Program FIS Editor
146
Setelah dibentuk aturan-aturan, selanjutnya dibuat harga kebenaran untuk setiap anteseden. Aturan fuzzy yang digunakan adalah aturan fuzzy tunggal dengan dua anteseden, yakni: IF (anteseden 1) AND (anteseden 2) THEN (konsekuen) Dari kedua derajat keanggotaan pada tiap-tiap anteseden diambil harga minimumnya (minimum rule strength). Sedangkan untuk dua buah kekuatan aturan yang mengacu pada konsekuen yang sama maka akan diambil harga maksimum dari kedua kekuatan aturan tersebut (maximum rule strength). Dapat dilihat dari Gambar 4.5 pada tampilan FIS Editor and method merupakan minimum dan or method merupakan maksimum. Keluaran dari mekanisme penalaran adalah sebuah fungsi keanggotaan keluaran lengkap dengan derajat keangotaan fuzzy-nya. 3. Proses Defuzzifikasi. Setelah didapatkan hasil keluaran fuzzy, selanjutnya dilakukan proses defuzzifikasi untuk mendapatkan nilai tegas. Untuk proses ini metode yang digunakan adalah Centroid of Area (Gambar 4.10). Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari titik pusat daerah luasan pada himpunan fungsi keanggotaan keluaran, dimana daerah luasan ini diperoleh dari keluaran fuzzy. Titik seimbang ini merupakan keluaran tegas. Untuk fungsi keanggotaan keluaran, nilai batas himpunan fuzzy untuk tiap istilah linguistik ditentukan dengan mengacu pada arus jenuh simpang yang ditentukan, yaitu 6300 smp/jam. Selain itu dengan memperhatikan fungsi
147
keanggotaan masukan yang ditentukan sebelumnya dengan batasan derajat kejenuhan 0,34.
Gambar 4. 10 Arus Jenuh (smp/hijau) simpang I
Gambar 4.11 Fungsi Keanggotaan Keluaran Hijau Simpang I 148
Range untuk daerah dengan nama linguistik “cepat” ditentukan dengan nilai parameter fungsi segitiga [-1e+004 14 16] berdasarkan nilai derajat keanggotaan = 1, dengan kata lain hal ini menunjukkan range dengan nilai keanggotaan tertinggi. Dari model pada Gambar 4.13, akan dijelaskan secara berurutan apa yang dilakukan waktu sinyal metode fuzzy.
4.5.1.1 Waktu Sinyal Metode Fuzzy Setelah selesai merancang waktu sinyal metode fuzzy, maka akan dilakukan uji coba. Gambar dibawah merupakan Rule Wiewer Simpang I yang menyatakan nilai input 1, input 2 dan output (waktu keluaran lama waktu hijau).
Gambar 4.12 Rule Viewer Untuk Simpang I
149
Berikut akan ditampilkan contoh hasil waktu sinyal metode fuzzy yang dirancang.
18.10 15 13.10 29
Gambar 4.13 Waktu Sinyal Metode Fuzzy Simpang I
Penjelasan skematis waktu sinyal dengan metode fuzzy di atas akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Input 1. Berisi banyaknya kendaraan di lengan yang akan diatur. Selanjutnya masukan crisp itu akan didefinisikan ke fungsi keanggotaan pada waktu sinyal metode fuzzy. Input 1 sebanyak 15 kendaraan yang merupakan keanggotaan tidak jenuh dengan derajat keanggotaan 0,1 dan kurang jenuh dengan derajat keanggotaan 0,9 (series 6).
150
Gambar 4.14 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan Simpang I
2. Input 2. Berisi banyaknya kendaraan di empat lengan. Kemudian crisp itu akan didefinisikan ke fungsi keanggotaan pada waktu sinyal metode fuzzy. Input sebanyak 29 kendaraan yang merupakan keanggotaan tidak jenuh dengan derajat keanggotaan 0,8 dan kurang jenuh dengan derajat keanggotaan 0,2 (series 6).
151
Gambar 4.15 Fungsi Keangotaan Masukan Empat Lengan Simpang I
3. Output. Output berupa waktu hijau akan dihasilkan dengan mekanisme penalaran yang telah ditentukan, hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.18 Ouput Fuzzy Simpang I Input1 Input2 TJ 0,1 TJ TJ 0,1 KJ KJ 0,9 TJ KJ 0,9 KJ Sumber: Perhitungan peneliti
0,8 0,2 0,8 0,2
Output C C AC AC
Output 0,1 0,1 0,8 0,2
C
0,1
AC
0,8
4. Output Tegas. Setelah didapat output dalam bahasa fuzzy, tahap berikutnya adalah memperoleh bahasa tegas dari output tersebut yakni melakukan proses defuzzifikasi dengan metode Centroid of Area. Jadi daerah dengan fungsi
152
keanggotaan keluaran cepat (0,1) dan agak cepat (0,8) dicari titik pusatnya
Derajat kejenuhan
untuk mendapatkan keluaran tegas.
Waktu hijau (detik)
Gambar 4.16 Fungsi Keanggotaan Keluaran Simpang I
Setelah didapat daerah seperti Gambar 4.16 selanjutnya akan dicari titik pusatnya dengan menggunakan rumus-rumus umum sebagai berikut:
ZCOA = Dimana µA(z) merupakan derajat keanggotaan Z yang bersangkutan (Z adalah masukan tegas). Jika dilihat dari segi teoritis seharusnya dihitung titik pusatnya melalui titik-titik yang kontinu pada domain keluaran. Pada penerapan praktisnya, dapat dihasilkan pendekatan yang cukup baik dengan menghitung titik pusat melalui titik-titik sampel pada domain keluaran, sehingga rumus dasar diatas dapat didekati dengan:
153
ZCOA =
Sehingga dari area diatas diambil empat titik sampel yang masing-masing mempunyai jangkauan 4,5 detik. Sehingga dapat diperoleh titik pusatnya:
ZCOA =
= 12,60
Jadi keluaran waktu hijau untuk lengan dengan derajat kejenuhan tertinggi pada simpang I (lengan utara) adalah 12,60 detik, kemudian ditambah waktu hilang 5 detik menjadi 17,60 detik. Terdapat selisih waktu sebesar 0,5 detik dengan hasil waktu sinyal metode fuzzy karena tingkat ketelitiannya berbeda. Titik-titik sampel tersebut harus dipilih dengan jangkauan yang kecil untuk mendapatkan akurasi dari hasil yang diharapkan. Untuk itu pada waktu sinyal metode fuzzy diambil titik sampel dengan jangkauan 1 detik agar dicapai hasil yang lebih teliti. Berikut tabel perbandingan perolehan waktu hijau untuk lengan lain dengan menggunakan cara perhitungan metode fuzzy secara manual dan cara pemodelan.
154
Tabel 4.19 Nilai Input dan Output Simpang I dengan Metode Fuzzy (Manual dan Pemodelan)
Tipe Pendekat U
S
T
B
Input Kendaraan I II 15
16
19
12
29
35
32
32
Nilai Keluaran Hijau (det) Manual Pemodelan
Nilai Derajat Keanggotaan Input1
Input2
Output
TJ
0,1
TJ
0,8
C
0,1
TJ
0,1
KJ
0,2
C
0,1
KJ
0,9
TJ
0,8
AC
0,8
KJ
0,9
KJ
0,2
AC
0,2
Input1
Input2
Output
TJ
0,1
TJ
0,7
C
0,1
TJ
0,1
KJ
0,3
C
0,1
KJ
0,9
TJ
0,7
AC
0,7
KJ
0,9
KJ
0,3
AC
0,3
Input1
Input2
Output
TJ
0.08
TJ
0.8
C
0.08
TJ
0.08
KJ
0.2
C
0.08
KJ
0.93
TJ
0.8
AC
0.80
KJ
0.93
KJ
0.2
AC
0.20
Input1
Input2
Output
TJ
0.1
TJ
0.6
C
0.1
TJ
0.1
KJ
0.4
C
0.1
KJ
0.88
TJ
0.6
AC
0.6
KJ
0.88
KJ
0.4
AC
0.4
Output C
0,1
AC
0,8
12,60
13,10
14,60
15,10
17,20
18,80
13,50
14,10
Output C
0,1
AC
0,7
Output C
0.08
AC
0.80
Output C
0.1
AC
0.6
Sumber: Perhitungan peneliti (lampiran)
155
4.5.2 Perhitungan Waktu Sinyal Traffic Light Dengan Logika Fuzzy untuk Simpang II.
Tahapan-tahapan perhitungan yang akan dilakukan pada simpang II sama dengan yang dilakukan pada simpang I. 1. Fuzzifikasi Fuzzifikasi adalah tahap yang digunakan untuk mengubah input tegas menjadi input fuzzy. Tabel 4.20 Perhitungan Kapasitas Dasar Simpang II
Lebar efektif (m)
Arus jenuh S (smp/jam)
Arus lalulintas (smp/jam)
Rasio Arus FR
Rasio fase PR = Frcrit/IFR
Waktu hijau det.
Kapasitas smp/jam S x g/c
Derajat Kejenuhan
Kode pendekat 1
Hijau dalam fase no. 2
Tipe Pendekat 3
We 4
S 5
Q 6
Q/S 7
PR 8
g 9
C 10
Q/C 11
U S T B
I II III IV
P P P P
6,90 6,85 7,30 6,40
3892 3863 4117 3610
276 327 310 377
0,07 0,08 0,08 0,10
0,21 0,24 0,24 0,30
56 35 41 65
1252 777 970 1348
0,22 0,42 0,32 0,28
20
174 174
IFR
0,33
Waktu hilang total L LTI (detik)
Sumber: Perhitungan peneliti
Dari Tabel 4.20 diatas, dibuat sebuah tabel perhitungan kapasitas dasar untuk pemodelan waktu sinyal metode fuzzy (Tabel 4.20a) sebagai berikut.
156
Tabel 4.20a Perhitungan Kapasitas Dasar untuk Pemodela Fuzzy Simpang II Lebar efektif (m)
Arus jenuh S (smp/jam)
Arus lalulintas (smp/jam)
Rasio Arus FR
Rasio fase PR = Frcrit/IFR
Waktu hijau det.
Kapasitas smp/jam S x g/c
Derajat Kejenuhan
Kode pendekat 1
Hijau dalam fase no. 2
Tipe Pendekat 3
We 4
S 5
Q 6
Q/S 7
PR 8
g 9
C 10
Q/C 11
U S T B
I II III IV
P P P P
6,85 6,85 6,85 6,85
3863 3863 3863 3863
327 327 327 327
0,08 0,08 0,08 0,08
0,24 0,24 0,24 0,24
35 35 35 35
777 777 777 777
0,42 0,42 0,42 0,42
20
174 174
IFR
0,32
Waktu hilang total L LTI (detik)
Sumber: Perhitungan peneliti
Tabel diatas didasarkan pada nilai derajat kejenuhan tertinggi yakni 0,42 dengan jumlah kendaraan 777 smp/jam dan merupakan nilai patokan untuk batas atas himpunan fuzzy yaitu istilah linguistik “sangat jenuh”. Nilai kapasitas tersebut sama dengan 38 (smp/siklus). Nilai batas atas untuk bahasa linguistik yang lain dapat ditetapkan sebagai berikut: Jenuh
: DS = 0,37 (33 smp/siklus)
Cukup Jenuh : DS = 0,32 (29 smp/siklus) Kurang Jenuh : DS = 0,27 (24 smp/siklus) Tidak Jenuh
: DS = 0,22 (20 smp/siklus)
Masukan pertama adalah jumlah kendaraan yang dilewatkan pada 1 lengan yakni 38 kendaraan, sedangkan masukan kedua adalah jumlah kendaraan yang dilewatkan oleh keempat lengan, pada bentuk pemodelan masing-masing lengan dianggap identik sehingga jumlah kendaraan adalah empat kali dari jumlah kendaraan pada 1 lengan.
157
Gambar 4.17 Fungsi Segitiga Hubungan Siklus dan Derajat Keanggotaan Simpang II
Gambar 4.18 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan Simpang II
158
Gambar 4.19 Fungsi Keanggotaan Masukan Empat Lengan Simpang II
2. Mekanisme Penalaran. Tabel Fuzzy Associative Memory (FAM) untuk simpang II :
Tabel 4.21 Fuzzy Associative Memory (FAM) Simpang II 11 LENGAN lengan lengan 44LENGAN TJ KJ J CJ SJ
TJ
KJ
J
CJ
SJ
C
AC
S
AL
L
C
AC
S
AL
L
C
AC
S
AL
AL
C
AC
S
S
AL
C
AC
AC
S
S
Sumber: Estimasi peneliti 159
Setelah itu, aturan-aturan tersebut dimasukkan ke dalam rule editor pada program komputer.
Gambar 4.20 Rule Editor pada Program FIS Editor Simpang II Keluaran dari mekanisme penalaran adalah sebuah fungsi keanggotaan keluaran lengkap dengan derajat keangotaan fuzzy-nya. 3. Proses Defuzzifikasi. Untuk fungsi keanggotaan keluaran, nilai batas himpunan fuzzy untuk tiap istilah linguistik ditentukan dengan mengacu pada arus jenuh simpang yang ditentukan, yaitu 777 smp/jam. Selain itu dengan memperhatikan fungsi keanggotaan masukan yang ditentukan sebelumnya dengan batasan derajat kejenuhan 0,22.
160
Gambar 4.21 Arus Jenuh (smp/hijau) Simpang II
Gambar 4.22 Fungsi Keanggotaan Keluaran Hijau Simpang II
161
4.5.2.1 Waktu Sinyal Metode Fuzzy Sama seperti yang dilakukan pada simpang I, setelah selesai merancang waktu sinyal metode fuzzy, maka akan dilakukan uji coba untuk simpang II.
Gambar 4.23 Rule Viewer Untuk Simpang II Berikut akan ditampilkan contoh hasil waktu sinyal metode fuzzy yang dirancang.
22,10 19 17,10 38
Gambar 4.24 Waktu Sinyal Metode Fuzzy Simpang II 162
Penjelasan skematis waktu sinyal dengan metode fuzzy di atas akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Input 1. Input 1 sebanyak 19 kendaraan yang merupakan keanggotaan tidak jenuh dengan derajat keanggotaan 0,1 dan kurang jenuh dengan derajat keanggotaan 0,9 (series 6).
Gambar 4.25 Fungsi Keanggotaan Masukan Satu Lengan simpang II
2. Input 2. Input 2 sebanyak 38 kendaraan yang merupakan keanggotaan tidak jenuh dengan derajat keanggotaan 0,7 dan kurang jenuh dengan derajat keanggotaan 0,3 (series 6).
163
Gambar 4.26 Fungsi Keanggotaan Masukan Empat Lengan simpang II
3. Output. Output berupa waktu hijau akan dihasilkan dengan mekanisme penalaran yang telah ditentukan, hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.22 Ouput Fuzzy Input1 Input2 TJ 0,1 TJ TJ 0,1 KJ KJ 0,9 TJ KJ 0,9 KJ Sumber: Perhitungan peneliti
0,7 0,3 0,7 0,3
Output C C AC AC
Output 0,1 0,1 0,9 0,3
C
0,1
AC
0,9
4. Output Tegas. Setelah didapat output dalam bahasa fuzzy, tahap berikutnya adalah memperoleh bahasa tegas dari output tersebut yakni melakukan proses
164
defuzzifikasi dengan metode Centroid of Area. Jadi daerah dengan fungsi keanggotaan keluaran cepat (0,1) dan agak cepat (0,9) dicari titik pusatnya untuk mendapatkan keluaran tegas.
Gambar 4.27 Fungsi Keanggotaan Keluaran Simpang II Setelah didapat daerah seperti Gambar 4.27 selanjutnya akan dicari titik pusatnya. Dari area diatas diambil empat titik sampel yang masing-masing mempunyai jangkauan 4 detik. Sehingga dapat diperoleh titik pusatnya:
ZCOA = (0,1x6)+(0,5x13)+(0,9x18)+(0,15x23) = 16,70 0,1 + 0,5 + 0,9 + 0,15
Jadi keluaran waktu hijau untuk lengan dengan derajat kejenuhan tertinggi pada simpang II (lengan selatan) adalah 16,70 detik, kemudian ditambah waktu hilang 5 detik menjadi 21,70 detik. Terdapat perbedaan waktu sebesar 0,4 detik dengan hasil waktu sinyal metode fuzzy, karena tingkat
165
ketelitiannya berbeda. Titik-titik sampel tersebut harus dipilih dengan jangkauan yang kecil untuk mendapatkan akurasi dari hasil yang diharapkan. Untuk itu pada waktu sinyal metode fuzzy diambil titik sampel dengan jangkauan 1 detik agar dicapai hasil yang lebih teliti. Berikut tabel perbandingan perolehan waktu hijau untuk lengan lain dengan menggunakan cara perhitungan metode fuzzy secara manual dan cara pemodelan untuk simpang II.
Tabel 4.23 Nilai Input dan Output Simpang II dengan Metode Fuzzy (Manual dan Pemodelan)
Tipe
Input Kendaraan
Pendekat
I
II
U
13
61
S
19
38
Nilai Keluaran Hijau (det)
Nilai Derajat Keanggotaan Input1
Input2
Output
TJ
0,1
KJ
0,9
C
0,1
TJ
0,1
CJ
0,1
C
0,1
KJ
0,9
KJ
0,9
AC
0,9
KJ
0,9
CJ
0,1
AC
0,1
Input1
Input2
Output
TJ
0,1
TJ
0,7
C
0,1
TJ
0,1
KJ
0,3
C
0,1
KJ
0,9
TJ
0,7
AC
0,7
KJ
0,9
KJ
0,3
AC
0,3
C
0,1
AC
0,9
47
Input1
Input2
Output
TJ
0.08
TJ
0.8
C
0.08
TJ
0.08
KJ
0.2
C
0.08
KJ
0.93
TJ
0.8
AC
0.80
KJ
0.93
KJ
0.2
AC
0.20
AC 18
65
Input1
Input2
Output
TJ
0.1
TJ
0.6
C
0.1
TJ
0.1
KJ
0.4
C
0.1
KJ
0.88
TJ
0.6
AC
0.6
KJ
0.88
KJ
0.4
AC
0.4
16,20
16,70
17,10
19,13
20,50
18,20
19,80
0,1
0,7
Output C
B
14,65
Output
AC 21
Pemodelan
Output
C
T
Manual
0.08
0.80
Output C
AC
0.1
0.6
Sumber: Hasil Perhitungan Peneliti (lampiran) 166
4.5.3 Perhitungan Kinerja Lengan Simpang Berdasarkan Nilai Waktu Hijau yang Diperoleh dari Perhitungan Fuzzy.
Setelah diperoleh nilai waktu hijau dari lengan simpang I dan simpang II dengan menggunakan metode fuzzy, maka tahap selanjutnya adalah menentukan kinerja lengan simpang berdasarkan perolehan waktu hijau tersebut. Perhitungan masing-masing lengan pada kedua simpang adalah sebagai berikut:
1. Simpang I (Jl.Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti). a. Hasil perhitungan waktu hijau Tabel 4.24 Perhitungan Waktu Hijau Simpang I dengan Metode Fuzzy Pendekat Waktu hijau, gi (det) Utara 13 Selatan 15 Timur 19 Barat 14 Total Waktu Hijau 71 Sumber: Hasil perhitungan peneliti b. Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan. Tabel 4.25 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Simpang I Pendekat
Arus Jenuh (S)
Arus Lalu Lintas (Q)
6300 smp/jam 653 smp/jam Utara 6480 smp/jam 532 smp/jam Selatan 5820 smp/jam 628 smp/jam Timur 5850 smp/jam 397 smp/jam Barat Sumber: Hasil perhitungan peneliti
Kapasitas (C)
Derajat Kejenuhan (DS)
862 smp/jam
0,75
1023 smp/jam
0,52
1164 smp/jam
0,54
862 smp/jam
0,46
167
c. Perhitungan Jumlah Antrian. Tabel 4.26 Perhitungan Jumlah Antrian Simpang I Pendekat NQ1 2,39 Utara 7,99 Selatan 9,63 Timur 6,34 Barat Sumber: Hasil perhitungan peneliti
NQ2
NQ
150,32
152,71
138,69
146,68
182,10
191,73
86,97
93,31
d. Perhitungan Panjang Antrian. Tabel 4.27 Perhitungan Panjang Antrian Simpang I Pendekat NQmax Wmasuk 232,56 10,50 Utara 223,44 10,80 Selatan 291,84 9,70 Timur 141,36 9,75 Barat Sumber: Hasil perhitungan peneliti
QL 443 m 414 m 602 m 290 m
e. Kendaraan terhenti.
Tabel 4.28 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah Kendaraan Terhenti pada Simpang I Pendekat Q NS 653 smp/jam 0,879 stop/smp Utara 532 smp/jam 0,873 stop/smp Selatan 628 smp/jam 0,849 stop/smp Timur 397 smp/jam 0,883 stop/smp Barat 2210 smp/jam ∑ Nsv total ∑Q Sumber: Hasil perhitungan peneliti NStotal
=
NStotal
=
NSV = Q X NS 574 smp/jam 464 smp/jam 533 smp/jam 350 smp/jam 1921 smp/jam
= 0,87 stop/smp
168
f. Tundaan (delay). Tabel 4.29 Perhitungan Tundaan pada Simpang I Pendekat Utara Selatan Timur Barat ∑Q
Q 653 smp/jam 532 smp/jam 628 smp/jam 397 smp/jam 2210 smp/jam
DT 128,2 det/smp 138,1 det/smp 132,0 det/smp 137,6 det/smp
DG 0,064 det/smp 0,064 det/smp 0,007 det/smp 0,034 det/smp
DT+DG 128,26 det/smp 138,16 det/smp 132,01 det/smp 137,63 det/smp ∑ Dtot
Dtot = DxQ 83753 smp.det 73501 smp.det 82902 smp.det 54639 smp.det 294795 smp.det
Maka, tundaan simpang rata-rata adalah: D = ∑(DxQ) / ∑Q D = 121,09 det/smp.
2. Simpang II (Jl. Brigjen Katamso – Jl. Ir. H. Juanda) a. Hasil perhitungan waktu hijau Tabel 4.30 Perhitungan Waktu Hijau Simpang II dengan Metode Fuzzy Pendekat Waktu hijau, gi (det) Utara 16 Selatan 17 Timur 20 Barat 21 Total Waktu Hijau 74 Sumber: Hasil perhitungan peneliti
b. Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan. Tabel 4.31 Perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Simpang II Pendekat
Arus Jenuh (S)
Arus Lalu Lintas (Q)
Kapasitas (C)
Utara Selatan Timur Barat
3892 smp/jam
276 smp/jam
635 smp/jam
3863 smp/jam
327 smp/jam
670 smp/jam
4117 smp/jam
310 smp/jam
840 smp/jam
3610 smp/jam
377 smp/jam
774 smp/jam
Derajat Kejenuhan (DS) 0,43 0,49 0,37 0,49
Sumber: Hasil perhitungan peneliti 169
c. Perhitungan Jumlah Antrian. Tabel 4.32 Perhitungan Jumlah Antrian Simpang II Pendekat NQ1 3,55 Utara 3,57 Selatan 6,17 Timur 4,63 Barat Sumber: Hasil perhitungan peneliti
NQ2
NQ
43,81
47,36
54,97
58,54
62,27
68,44
34,66
39,29
d. Perhitungan Panjang Antrian. Tabel 4.33 Perhitungan Panjang Antrian Simpang II Pendekat NQmaks Wmasuk 71,98 6,90 Utara 88,98 6,85 Selatan 103,36 7,30 Timur 59,72 6,40 Barat Sumber: Hasil perhitungan peneliti
QL 209 m 260 m 283 m 187 m
e. Kendaraan terhenti.
Tabel 4.34 Perhitungan Angka Henti dan Jumlah Kendaraan Terhenti pada Simpang II Pendekat Q NS 276 smp/jam 0,88 stop/smp Utara 327 smp/jam 0,86 stop/smp Selatan 310 smp/jam 0,85 stop/smp Timur 377 smp/jam 0,44 stop/smp Barat 1290 smp/jam ∑ Nsv total ∑Q Sumber: Hasil perhitungan peneliti NStotal
=
NStotal
=
NSV = Q X NS 243 smp/jam 281 smp/jam 264 smp/jam 166 smp/jam 954 smp/jam
= 0,74 stop/smp
170
f. Tundaan (delay). Tabel 4.35 Perhitungan Tundaan pada Simpang II Pendekat Utara Selatan Timur Barat ∑Q
Q 276 smp/jam 327 smp/jam 310 smp/jam 377 smp/jam 1290 smp/jam
DT 130,8 det/smp 128,9 det/smp 127,2 det/smp 122,9 det/smp
DG 0,018 det/smp 0,000 det/smp 0,035 det/smp 0,446 det/smp
DT+DG 130,82 det/smp 128,90 det/smp 127,24 det/smp 123,35 det/smp ∑ Dtot
Dtot = DxQ 36106 smp.det 42150 smp.det 39444 smp.det 46503 smp.det 164203 smp.det
Maka, tundaan simpang rata-rata adalah: D = ∑(DxQ) / ∑Q D = 164203/1290 D = 127,29 det/smp.
171
4.6 Analisis Simpang dengan Menggunakan MKJI 1997 Analisis akan dilakukan terhadap kinerja simpang yang ditentukan dengan menggunakan MKJI 1997. Data yang akan dipakai adalah simpang pada kota besar dan identik dengan yang digunakan dalam perencanaan program komputer, karena kinerja yang dihasilkan akan dibandingkan. Dari tahapan ini kita dapat mengetahui kapasitas yang dapat dipenuhi simpang yang ditentukan dengan kinerja yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan. Berikut data simpang yang akan dianalisis dan hasil analisisnya.
Tabel 4.36 SIG I simpang I
SIMPANG BERSINYAL
Tanggal : 15 Juni 2009
FORMULIR SIG-I :
Kota : Medan
- GEOMETRI
Simpang : Setia budi - Ngumban Surbakti (Ring road)
- PENGATURAN LALULINTAS
Ukuran Kota/jumlah penduduk (isi dalam jutaan) :
- LINGKUNGAN
Perihal : 4 fase
Ditangani oleh : Fuzi Syahputra
2.08
Periode : jam puncak pagi-sore Tipe
Hambatan
lingkungan
Samping
Median
(com/res/ra)
(Tinggi/Rendah)
Ya/Tidak
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
U
com
R
Y
S
com
R
T
res
B
res
Kode Pendekat
Belok kiri
Jarak ke
langsung
kendaraan
Pendekat
Masuk
Belok kiri lgs.
Keluar
parkir (m)
WA
W ENTRY
W LTOR
W EXIT
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
0
Y
>80m
16.50
10.50
6.00
9.75
Y
0
Y
>80m
16.80
10.80
6.00
11.60
R
Y
0
Y
>80m
12.95
9.70
3.25
6.50
R
Y
0
Y
>80m
12.55
9.75
2.80
6.85
kelandaian
+/- %
jalan
Lebar Pendekat ( m )
Ya/Tidak
Sumber: Perhitungan Peneliti
Simpang I merupakan simpang dengan pengaturan traffic light 4 fase. Formulir SIG I memuat data terkait dengan letak simpang di Kota Medan dengan jumlah penduduk ± 2,08 juta jiwa dan mengenai informasi geometrik telah dijelaskan sebelumnya.
172
Tabel 4.37 Formulir SIG IV simpang I SIMPANG BERSINYAL
Tanggal : 25 Juli 2009
Ditangani oleh: Fuzi Syahputra
Formulir SIG-IV : PENENTUAN WAKTU SINYAL
Kota : Medan
Perihal : 4 fase
KAPASITAS
Simpang : Jl. Setiabudi - Jl. Ngumban Surbakti
Periode : jam puncak pagi-sore
Fase 2
Fase 3
Distribusi arus lalu lintas(smp/jam) Fase 1
U
Fase 4
T B
S Kode
Hijau
Tipe
Rasio
Pen-
dalam
Pen-
dekat
fase
dekat
no.
(P / O)
PLTOR
Arus RT smp/j
Lebar
kendaraan
Arah
Arah
efektif
Nilai
berbelok
dari
lawan
(m)
dasar
PLT
PRT
QRT
QRTO
WE
Arus jenuh smp/jam Hijau
Arus
Rasio
Rasio
Waktu
Kapa-
Nilai
lalu
Arus
fase
hijau
sitas
Hanya tipe P
disesu-
lintas
FR =
det
smp/j
Belok
Belok
aikan
smp/j
Kanan
Kiri
smp/jam
Faktor Penyesuaian Semua tipe pendekat
smp/j
Ukuran
Hambatan
kelan-
hijau
kota
Samping
daian
So
FCS
FSF
FG
Parkir
FP
FRT
FLT
hijau
PR =
Derajat jenuh
C=
DS=
Sxg/c
Q/C
FRCRIT
S
Q
Q/S
IFR
g
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
U
I
P
0.142
0.000
0.311
0
0
10.50
6300
1.00
0.950
1.00
1.00
1.08
0.97
6270
653
0.104
0.283
17
1087
0.60
S
II
P
0.172
0.000
0.291
0
0
10.80
6480
1.00
0.950
1.00
1.00
1.07
0.965
6356
532
0.084
0.229
20
1297
0.41
T
III
P
0.109
0.000
0.025
0
0
9.70
5820
1.00
0.980
1.00
1.00
1.01
0.98
5645
628
0.111
0.302
20
1152
0.54
B
III
P
0.145
0.000
0.168
0
0
9.75
5850
1.00
0.980
1.00
1.00
1.04
0.975
5813
397
0.068
0.185
20
1186
0.33
Waktu hilang total LTI ( det )
21
Waktu siklus pra penyesuaian cua (det)
57.662
IFR =
Waktu siklus disesuaian
98
∑FRCRIT
c (det)
Total g =
77
0.367
173
Tabel 4.38 Formulir SIG V untuk Simpang I pada PHF tertinggi
SIMPANG BERSINYAL
Tanggal : 25 Juli 2009
Ditangani oleh : Fuzi Syahputra
Formulir SIG-V : PANJANG ANTRIAN
Kota : Medan
Kondisi Eksiting
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
Simpang : Jl. Setiabudi – Jl. Ngumban Surbakti
Periode : jam puncak pagi-sore
TUNDAAN
Waktu siklus : 98
Kode
Arus
Kapasitas
Derajat
Rasio
Pendekat
Lalu
smp / jam
Kejenuhan
Hijau
DS=
GR=
Lintas smp/jam
Q/C
Jumlah kendaraan antri (smp)
NQ1
NQ2
g/c
Total
Panjang
Angka
Jumlah
Antrian
Henti
Kendaraan
(m)
stop/smp
lht gb e22
QL
Tundaan geometric ratarata
Tundaan
Terhenti
Tundaan lalu lintas ratarata
rata-rata
total
smp/jam
det/smp
det/smp
smp.det
NS
NSV
DT
DG
det/smp D= DT+DG
NQMAX
NQ=
Tundaan
Q
C
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
U
653
1087
0.60
0.17
6.859
179.91
186.76
284.24
541
0.85
555
135.48
0.082
135.56
88520.68
S
532
1297
0.41
0.20
12.542
160.13
172.67
262.96
486
0.81
431
137.30
0.102
137.40
73096.80
T
628
1152
0.54
0.20
9.704
183.32
193.02
293.36
605
0.86
540
135.79
0.006
135.80
85282.40
B
397
1186
0.33
0.20
12.056
111.03
123.09
186.96
384
0.85
337
137.32
0.042
137.36
54531.92
Total :
1863
Total :
Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp :
0.84
Tundaan simpang rata-rata(det/smp) :
LTOR(semua)
305
Arus total. Q tot.
2210
Arus kor. Q kor.
NQ1+NQ2
Tundaan
174
DxQ
267443.04 133.39
Dari hasil perhitungan pada Tabel SIG IV dan SIG V untuk simpang I dapat diketahui, kinerja yang dihasilkan adalah: Derajat kejenuhan sebesar 0,60 Panjang Antrian 541 m Kendaraan terhenti rata-rata 0,84 stop/smp Tundaan simpang rata-rata 121,01 detik
Tabel 4.39 SIG I simpang II SIMPANG BERSINYAL
Tanggal : 24 Juli 2009
FORMULIR SIG-I :
Kota : Medan
- GEOMETRI
Simpang : Jl. Brig. Katamso - Jl. Ir. H. Juanda
- PENGATURAN LALULINTAS
Ukuran Kota/jumlah penduduk (isi dalam jutaan) :
- LINGKUNGAN
Perihal : 4 fase
Ditangani oleh : Fuzi Syahputra
2.08
Periode : jam puncak pagi-sore
Tipe
Hambatan
Kode
lingkungan
Samping
Pendekat
jalan
Median
kelandaian
Belok kiri
Jarak ke
langsung
kendaraan
Pendekat
Masuk
Belok kiri lgs.
Keluar
parkir (m)
WA
W ENTRY
W LTOR
W EXIT
+/- %
Lebar Pendekat ( m )
(com/res/ra)
(Tinggi/Sedang /Rendah)
Ya/Tidak
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
U
COM
S
Y
0
Y
>80m
9,80
6,90
3,90
7,35
S
COM
S
Y
0
Y
>80m
10,50
6,85
3,65
7,25
T
COM
S
Y
0
Y
>80m
10,85
7,30
3,55
6,50
B
COM
S
Y
0
Y
>80m
10,15
6,40
3,75
6,00
Ya/Tidak
Simpang II (Jl. Brigjen Katamso – Jl. Ir. H. Juanda) memiliki pengaturan 4 fase, memiliki tipe pendekat terlindung (P), letaknya berdekatan dengan pusat Kota Medan sehingga kondisi arus lalu lintas termasuk cukup tinggi. Mengenai data geometrik simpang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut akan ditampilkan contoh analisis simpang bersinyal II dengan menggunakan metode MKJI 1997 dan hasil resumenya. 175
Tabel 4.40 Formulir SIG IV simpang II SIMPANG BERSINYAL II
Tanggal : 24 Juli 2009
Ditangani oleh: Fuzi Syahputra
Formulir SIG-IV : PENENTUAN WAKTU SINYAL
Kota : Medan Simpang : Jl. Brig. Katamso - Jl. Ir. H. Juanda
Perihal : 4 fase
KAPASITAS
Kode
Hijau
Tipe
Rasio
Arus RT smp/j
Lebar
Pen-
dalam
Pen-
kendaraan
Arah
Arah
efektif
Nilai
dekat
fase
dekat
berbelok
dari
lawan
(m)
dasar
no.
(P / O)
Periode : jam puncak pagi-sore
Arus jenuh smp/jam Hijau Faktor Penyesuaian Semua tipe pendekat
Hanya tipe P
smp/j
Ukuran
Hambatan
kelan-
hijau
kota
Samping
daian
Parkir
Belok
Belok
Kanan
Kiri
Arus
Rasio
Rasio
Waktu
Kapa-
Derajat
Nilai
lalu
Arus
fase
hijau
sitas
jenuh
disesu-
lintas
FR =
PR =
det
smp/j
aikan
smp/j
C=
DS=
smp/jam
PLTOR
PLT
PRT
QRT
QRTO
WE
So
FCS
FSF
FG
FP
FRT
FLT
hijau
FRCRIT
S
Q
Q/S
IFR
g
Sxg/c
Q/C
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
U
I
P
0.149
0.000
0.087
0
0
6,90
4140
1.00
0.940
1.00
1.00
1.02
0.98
3890
276
0.071
0.209
56
1252
0.22
0.259
35
777
0.42
970
0.32
1348
0.28
S
II
P
0.229
0.000
0.000
0
6,85
0
4110
1.00
0.940
1.00
1.00
0.00
0.96
3708
327
0.088
T
IV
P
0.280
0.000
0.134
0
0
7,30
4380
1.00
0.940
1.00
1.00
1.03
0.95
4029
314
0.078
0.230
41
B
III
P
0.187
0.000
0.243
0
0
6,40
3840
1.00
0.940
1.00
1.00
1.06
0.97
3711
379
0.102
0.301
65
Waktu hilang total LTI ( det )
Waktu siklus pra penyesuaian cua (det) 21
Waktu siklus disesuaian
c (det)
55.22 218
Total g =
IFR = ∑FRCRIT
197
0.339
176
Tabel 4.41 Formulir SIG V Simpang II
SIMPANG BERSINYAL II
Tanggal : 24 Juli 2009
Ditangani oleh : Fuzi Syahputra
Formulir SIG-V : PANJANG ANTRIAN
Kota : Medan
Kondisi Eksiting
JUMLAH KENDARAAN TERHENTI
Simpang : Jl. Brig. Katamso – Jl. Ir. H. Juanda
Periode : jam puncak pagi-sore
TUNDAAN
Waktu siklus : 218
Kode
Arus
Kapasitas
Derajat
Rasio
Pendekat
Lalu
smp / jam
Kejenuhan
Hijau
Lintas
DS=
GR=
smp/jam
Q/C
g/c
Jumlah kendaraan antri (smp)
NQ1
Angka
Jumlah
Antrian
Henti
Kendaraan
Tundaan lalu
Terhenti
lintas rata-rata
(m)
stop/smp
smp/jam
det/smp
det/smp
NQMAX
Tundaan Tundaan geoTundaan metrik ratarata rata-rata
Tundaan total
NQ1+NQ2
liat gb e22
QL
NS
NSV
DT
DG
det/smp D= DT+DG
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
11.507
75.543
87.050
132.24
383
0.82
226
227.72
0.029
227.75
62859
0.16
5.334
63.507
68.841
104.88
306
0.88
288
272.06
0.034
272.09
88973
0.32
0.19
7.809
67.658
75.467
114.00
312
0.80
251
257.40
0.050
257.45
80839
0.28
0.29
12.321
85.714
98.035
132.57
414
0.62
235
212.32
0.223
212.54
80553
C
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
U
276
1252
0.22
0.26
S
327
777
0.42
T
314
970
B
379
1348
LTOR(semua) Arus total. Q tot. Arus kor. Q kor.
275
1557
Total NQ=
Q
1296
NQ2
Panjang
Total : Kendaraan terhenti rata-rata stop/smp :
1000 0.77
Total : Tundaan simpang rata-rata(det/smp) :
smp.det DxQ
313224 241.68
177
Dari hasil perhitungan pada Tabel SIG IV dan SIG V untuk simpang II dapat diketahui, kinerja yang dihasilkan adalah: Derajat kejenuhan sebesar 0,42 Panjang Antrian 306 m Kendaraan terhenti rata-rata 0,77 stop/smp Tundaan simpang rata-rata 241,68 detik
4.7 Perbandingan Kinerja Simpang Berdasarkan Perbedaan Perolehan Waktu Traffic Light antara Metode Fuzzy dan MKJI 1997. Kinerja suatu persimpangan dapat ditinjau dari beberapa parameter antara lain perilaku lalu-lintas meliputi jumlah antrian, kendaraan terhenti, dan besarnya tundaan (delay). Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, berikut akan dibandingkan kinerja simpang dengan metode fuzzy dan MKJI berdasarkan perbedaan waktu traffic light yang diperoleh. Perbandingan dibuat dengan kesamaan kondisi geometrik simpang dan arus lalu lintas yang ada. Perbandingan kedua metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.42 dibawah ini.
178
Tabel 4.42 Perbandingan Kinerja Simpang I (Metode Fuzzy dan MKJI)
No
Perbandingan
Metode Fuzzy
Metode MKJI
Lengan Simpang
Lengan Simpang
Utara
Selatan
Timur
Barat
Utara
Selatan
Timur
Barat
10.50
10.80
9.70
9.75
10.50
10.80
9.70
9.75
1
Lebar pendekat efektif, We (m)
2
Arus lalulintas, Q (smp/jam)
653
532
628
397
653
532
628
397
3
Waktu hijau, g (detik)
13
15
19
14
17
20
20
20
4
Kapasitas simpang, C (smp/jam)
862
1023
1164
862
1087
1297
1152
1186
5
Derajat kejenuhan, DS
0.75
0.52
0.54
0.46
0.60
0.41
0.54
0.33
6
Panjang antrian, QL (m)
443
414
602
290
541
486
605
384
7
Kend. terhenti rata-rata, NS (stop/smp)
0.85
0.81
0.86
0.85
0.88
0.87
0.85
0.88
8
Tundaan simpang rata-rata, D (det/smp)
121.09
133.39
Sumber: Perhitungan peneliti
179
Tabel 4.43 Perbandingan Kinerja Simpang II (Metode Fuzzy dan MKJI)
No
Perbandingan
Metode Fuzzy
Metode MKJI
Lengan Simpang
Lengan Simpang
Utara
Selatan
Timur
Barat
Utara
Selatan
Timur
Barat
1
Lebar pendekat efektif, We (m)
6,90
6,85
7,30
6,40
6,90
6,85
7,30
6,40
2
Arus lalulintas, Q (smp/jam)
276
327
314
379
276
327
314
379
3
Waktu hijau, g (detik)
16
17
20
21
56
35
41
65
4
Kapasitas simpang, C (smp/jam)
635
670
840
774
1252
777
970
1348
5
Derajat kejenuhan, DS
0.43
0.49
0.37
0.49
0.22
0.42
0.32
0.28
6
Panjang antrian, QL (m)
209
260
283
187
383
306
312
414
7
Kend. terhenti rata-rata, NS (stop/smp)
0.88
0.86
0.85
0.44
0.82
0.88
0.80
0.62
8
Tundaan simpang rata-rata, D (det/smp)
127.29
241.68
Sumber: Perhitungan peneliti
180
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dari tahap-tahap yang telah dilakukan berupa analisis simpang dengan waktu sinyal metode fuzzy, maka dapat diketahui kinerja simpang yang dihasilkan. Hasil tersebut selanjutnya dibandingkan dengan metode MKJI untuk mengetahui kinerja yang lebih baik.
5.1.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan tahapan-tahapan studi, didapatkan kesimpulan: 1. Teori Logika Fuzzy dapat digunakan untuk prosedur penentuan waktu sinyal tidak tetap (fully actuated signal). 2. Perhitungan untuk memperoleh waktu sinyal traffic light dapat dilakukan dengan memanfaatkan Fuzzy Logic Toolbox yang terdapat pada program komputer Matlab (simulink), termasuk perancangan pemodelannya. 3. Kinerja yang dihasilkan waktu sinyal metode fuzzy lebih baik dibandingkan dengan metode MKJI. Ini dapat dilihat dari parameter kinerja yang dihasilkan yakni tundaan yang lebih kecil (dilihat pada Tabel 4.42 dan Tabel 4.43). Tundaan simpang I dengan MKJI adalah 133,39 detik, sedangkan dengan fuzzy adalah 121,09 detik. Tundaan simpang II dengan MKJI adalah 241,68 detik, sedangkan dengan fuzzy adalah 127,29 detik. 4. Kinerja yang dihasilkan waktu sinyal metode fuzzy lebih baik dibandingkan dengan MKJI untuk diterapkan pada simpang dengan 181
volume tinggi dan arus yang variatif, karena akan memberikan dampak yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan kinerja dua simpang yang diamati.
Dari hasil tersebut, tundaan lebih kecil pada simpang yang dihasilkan waktu sinyal metode fuzzy akan berdampak baik pada lalulintas di kota-kota besar. Sehingga ini dapat dijadikan salah satu solusi yang harus dipertimbangkan untuk mengatasi kemacetan di kota-kota besar seperti Medan. 5.2.
SARAN
Pengaturan waktu traffic light dengan menggunakan Logika Fuzzy dapat menghasilkan kinerja simpang yang lebih baik, yakni menghasilkan tundaan yang lebih kecil sehingga mengurangi panjang antrian untuk tiap lengan simpang. Kajian dan penelitian terkait metode ini seharusnya terus dilakukan, sehingga pemecahan masalah lalulintas dan transportasi dapat diterapkan di lapangan. Beberapa kajian yang sebaiknya dilakukan adalah mengenai : 1. Anteseden yang digunakan sebagai input waktu sinyal metode fuzzy. 2. Fungsi keanggotaan, sehingga dapat diketahui fungsi keanggotaan yang jauh lebih baik untuk digunakan dalam waktu sinyal metode fuzzy. 3. Batasan-batasan yang berkaitan dengan pengaturan simpang sebagai masukan fungsi keanggotaan dalam waktu sinyal metode fuzzy. Tiga
hal
diatas
sangat
penting
dikaji
secara
kontinu
karena
dalam
pengaplikasiannya teori Logika Fuzzy membutuhkan operator yang dapat menetapkan aturan-aturan yang kualitatif dalam bentuk kalimat-kalimat fuzzy. 182
DAFTAR PUSTAKA
Kusumadewi, Sri dan Purnomo, Heri. (2004), Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan, Graha Ilmu, Jogjakarta. Kusumadewi, Sri. (2002), Analisa & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab, Graha Ilmu, Jogjakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Jakarta. Hellman, Martin. (2001), Fuzzy Logic Introduction. Hobbs, F.D. (1995). Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University Press, Jogjakarta. Morlok, Edward. K. (1995), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sinaga, Minggous. Fuzzy: Pendekatan Matematik Untuk Pengenalan Pola, Davinh Photocopy. Affandi, Ahmad dan Stendel, Alex Permana. (2008), Analisa Simpang Bersinyal Menggunakan Logika Fuzzy, Tugas Akhir S1 ITB, Bandung. Hariwijaya dan Triton. (2008), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, Percetakan Horiza, Jogjakarta.
xix
Googleearth.com.(2009),Image©2009DigitalGlobe-TeleAtlas’NgumbanSurbaktiroad; NorthSumatera-Indonesia’. Googleearth.com.(2009),Image©2009DigitalGlobe-TeleAtlas’JenderalKatamsoroad; NorthSumatera-Indonesia’
xx
LAMPIRAN
xxi
FOTO SURVEI LALU LINTAS
xxii
xxiii
xxiv