Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
Optimasi Pola Tanam Di Daerah Irigasi Senggowar Dan Widas Dwitik Winar Rahayu*, Ruslan Wirosoedarmo, Bambang Suharto Jurusan keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl.Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, E-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Daerah Irigasi Senggowar dan Widas berada di wilayah Kabupaten Ngajuk yang meliputi 5 (lima) Kecamatan untuk DI Senggowar dengan luas lahan 2655 Ha, yaitu Nganjuk, Sukomoro, Rejoso, Gondang, dan Tanjunganom. Untuk DI Widas dengan luas lahan 3194 Ha meliputi 6 (enam) Kecamatan, yaitu Sawahan, Wilangan, Bagor, Nganjuk, Sukomoro, dan Rejoso. Daerah Irigasi Senggowar dan Widas memanfaatkan sumber air dari Waduk Bening. Dengan keterbatasan air yang tersedia, dilakukan studi optimasi agar dapat memaksimalkan keuntungan hasil usaha tani berdasarkan luas tanaman yang optimal. Untuk analisa ini digunakan program linear dengan program bantu Quantity Methods for Windows 2. Metode Optimasi pola tanam menggunakan program linier dengan fungsi tujuan memaksimumkan keuntungan dengan kendala debit air yang tersedia, sumber tenaga kerja, dan luas lahan. Kata kunci: Pola tanam, Optimasi, Program linear
Optimization of Croppingat Senggowar and Widas Irrigation Areas ABSTRACT Senggowar and Widas Irrigation Areas (IA) are located in Nganjuk regency which are consists of five subdistricts for Senggowar IA with total area 2655 Ha, namely Nganjuk, Sukomoro, and Rejoso, Gondang, and Tanjunganom. And for Widas IA with total area 3194 Ha which consists of six subdistricts, namely Sawahan, Wilangan, Bagor, Nganjuk, Sukomoro, and Rejoso. Senggowar and WidasIrrigation Areaare using water resources from Bening reservoir. Because the limited water of this reservoir, this study is aimed to optimize the cropping in order to maximize the profit of farming based on the optimal land area. For this analysis, this study used a linear program with the auxiliary of Quantity Methods program for Windows 2. Optimization Method of cropping patterns using a linear program with the objective function of maximizing profits by debit constraints of available water, a source of labor, and land area. Keywords: Cropping, Optimization, Linear programming
PENDAHULUAN Air adalah salah satu sumber kekayaan alam yang sangat bermanfaat, dan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Permasalahan saat ini adalah keberadaan air dimuka bumi ini tidak cukup merata, baik jumlah maupun lokasinya, meskipun ketersediaannya masih cukup banyak. Potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan musim, pada musim hujan, jumlah air yang tersedia untuk irigasi sangat
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
315
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
melimpah, sebaliknya jumlah air menurun pada musim kemarau. Maka dari itu penggunaan air irigasi selayaknya dilakukan secara efektif dan efisien (Montarcih, 2008). Pola tata tanam merupakan ketetapan mengenai jadwal tanam, jenis tanam dan luas tanam yang diberlakukan di suatu daerah irigasi. Setiap tahun Dinas Pengairan merencanakan pola tata tanam yang disebut Rencana Tata Tanam Global (RTTG). RTTG dibuat berdasarkan Rencana Luas Tanaman suatu daerah irigasi pada umunya dibagi menjadi tiga musim. Yaitu : Musim Tanam 1 (MT I), Musim Tanam II (MT II), dan Musim Tanam III (MT III). Pada musim hujan lahan ditanami padi karena padi lebih banyak memerlukan air daripada palawija. Pada musim kemarau lahan ditanami palawija untuk mencegah terjadinya lahan berro, tetapi apabila air yang tersedia cukup banyak maka padi dan palawija dapat ditanam secara bersamaan (Andalusia, 2005). Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian pada tiap satuan luasnya adalah dengan menggunakan pengaturan cara pemberian air irigasi yang baik dan juga pengaturan pola tanam yang lebih optimal. Hal ini bisa dipresentasikan dengan studi optimasi pola tanam, untuk menganalisa digunakan program linier dengan memanfaatkan fasilitas Quantity Method for Windows 2.
METODE PENELITIAN Jenis metode penelitian dalam kajian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan penelitian kasus dan penelitian lapangan (case study and field research). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola tata tanam yang telah dilaksanakan di Daerah Irigasi Senggowar dan Daerah Irigasi Widas berdasarkan data yang telah dikumpulkan kemudian disusun rekomendasi pola tata tanam dari hasil kajian yang telah dilakukan sehingga dapat mengoptimalkan kebutuhan air. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran atau pengamatan atau survey langsung dengan mewawancari beberapa koresponden di daerah studi. Data sekunder didapat dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Nganjuk dan Stasiun Klimatologi Sawahan dengan obyek studi yang berada pada ketinggian 625 m di atas permukaan laut dengan koordinat 07 0 44’ LS dan 1110 46’ BT. Adapun beberapa data sekunder yang diperlukan antara lain adalah: a. Data curah hujan menggunakan data curah hujan sekunder selama 10 tahun terakhir yang dimulai 2002 sampai 2011. b. Data Debit merupakan data yang sangat penting. Data debit yang dipakai adalah data debit dari Kali Senggowar dan Kali Widas. c. Data klimatologi menggunakan data selama 10 tahun dari tahun 2002 sampai 2011, yang terdiri dari data suhu rata-rata bulanan, data kecepatan angin rerata bulanan, data radiasi sinar matahari. Data klimatologi digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi di daerah studi tersebut. d. Data pola tata tanam akan memberikan gambaran yang jelas antara lain tentang jenis, luas dan jadwal tanam dari masing-masing tanaman yang diusahakan dalam satu tahun tiap satuan luas. e. Skema jaringan irigasi digunakan untuk mengetahui luas lahan pertanian yang akan diairi. f. Data jenis tanah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai perkolasi serta infiltrasi yang terjadi di Daerah Irigasi tersebut. g. Peta lokasi daerah studi didapatkan dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Nganjuk
Tahapan Perhitungan Adapun tahapan-tahapan perhitungan dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1.
Pengolahan Data Curah Hujan
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
316
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
2.
3.
4. 5. 6. 7.
a. Perhitungan curah hujan wilayah dengan menggunakan metode aritmatika. b. Perhitungan curah hujan andalan dengan menggunakan metode tahun penentu dengan tingkat kepercayaan 80% dan 50% yang terdapat pada persamaan. c. Perhitungan curah hujan efektif, setelah melakukan perhitungan curah hujan andalan maka hasilnya digunakan untuk menghitung besar curah hujan efektif dengan menggunakan metode basic year. Pengolahan data debit dimaksudkan untuk menghitung debit andalan. Pada studi ini perhitungan data debit menggunakan metode tahun dasar (Basic Year) yaitu dengan cara mengambil satu pola debit dari tahun tertentu yang peluang kejadiannya dihitung dengan rumus Weibull yang digunakan untuk mengetahui debit tersedia dari debit rata-rata yang didapat di bendungan. Pengolahan data klimatologi sehubungan dengan penyiapan lahan digunakan metode Van De Goor dan Ziljstrayang. Data klimatologi diperlukan juga untuk menghitung nilai evapotranspirasi dengan rumusan Penman. Menghitung besarnya kebutuhan air tanaman Perhitungan kebutuhan air disawah Efisiensi irigasi Perumusan model optimasi dengan menggunakan metode Program Linier dengan penyelesaian menggunakan fasilitas QM versi 2.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Curah Hujan Menurut Montarcih (2008), uji konsistensi data dimaksudkan untuk menguji keakuratan suatu data yang dilakukan dengan menggunakan uji kurva massa ganda (double mass curve) dengan cara data curah hujan tahunan dengan jangka waktu yang panjang dari suatu stasiun penakar hujan dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok stasiun penakar hujan lain dalam periode yang sama.
No. 1 2 3
No. 1 2 3 4
Tabel 1. Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang diuji pada DI. Senggowar Nama Stasiun Hujan Koefisien Determinasi (R2) Tempuran 0,997 Gondang 0,998 Ngrambek 0,995 Tabel 2. Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang diuji pada DI. Widas Nama Stasiun Hujan Koefisien Determinasi (R2) Nganjuk 0,999 Tunglur 0,996 Sumbersoko 0,997 Ngudikan 0,998
Dari tabel tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99% dari seluruh stasiun hujan baik DI Senggowar maupun DI Widas, sehingga menunjukkan bahwa data curah hujan dari ketiga stasiun untuk DI Senggowar dan empat stasiun untuk DI Widas tidak mengalami penyimpangan akibat pengaruh lingkungan maupun kesalahan pengukuran sehingga dianggap baik karena nilai koefisien determinasi mendekati 100%. Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif Curah hujan andalan dan curah hujan efektif digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan air tanaman baik untuk tanaman padi maupun palawija. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tergantung pada jenis tanaman. Curah hujan efektif juga dapat
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
317
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
dihitung berdasarkan data hujan yang tersedia dengan peluang keandalan 80%. Jumlah reratacurah hujan efektif dan curah hujan andalan untuk daerah irigasi Senggowar dan Widas dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut: Tabel 3. Rerata Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Andalan untuk Daerah Irigasi Senggowar Re Padi Re Palawija Re Tebu Bulan R80 (mm) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) Januari 131,67 13,17 5,64 5,72 Februari 99,67 9,97 5,81 5,89 Maret 38,33 3,83 5,27 5,35 April 21,00 2,10 2,83 2,87 Mei 34,67 3,47 1,61 1,64 Juni 6,67 0,27 0,39 0,39 Juli 3,33 0,33 0,25 0,25 Agustus 0,00 0,00 0,07 0,07 September 2,00 0,20 0,64 0,65 Oktober 23,67 2,37 1,66 1,68 Nopember 53,33 5,33 4,16 4,22 Desember 41,33 4,13 4,41 4,48 Tabel 4. Rerata Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Andalan untuk Daerah Irigasi Widas Re Padi Re Palawija Re Tebu Bulan R80 (mm) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) Januari 48,33 3,37 4,62 4,69 Februari 81,67 5,70 5,43 5,50 Maret 45,33 3,18 5,21 5,29 April 79,33 5,52 3,32 3,37 Mei 25,00 1,75 1,67 1,69 Juni 1,33 0,09 0,26 0,27 Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 Agustus 0,00 0,00 0,00 0,00 September 0,00 0,00 0,37 0,37 Oktober 0,67 0,05 0,64 0,65 Nopember 0,67 0,05 2,77 2,81 Desember 102,67 7,19 1,53 5,61 Debit Andalan Debit andalan merupakan besarnya debit yang kemungkinan terpenuhi 80%, besarnya debit andalan pada Daerah Irigasi Senggowar dan Widas dihitung dengan menggunakan Metode Tahun Penentu (Basic Year), selama sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 sampai 2011. Untuk keperluan air irigasi akan dicari debit andalan bulanan dengan tingkat keandalan sebesar 80%. Debit andalan 80% ialah debit dengan kemungkinan terpenuhi 80% atau tidak terpenuhi 20% dari periode waktu tertentu, untuk menentukan kemungkinan terpenuhi atau tidak terpenuhi, debit yang sudah diamati disusun dengan urutan dari terbesar menuju terkecil.Besarnya debit andalan pada Kali Senggowar dan Kali Widas dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
318
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
Tabel 5. Debit Andalan Kali Senggowar Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Periode I 756,2 679,6 367,8 1855,8 1855,0 1971,4 1172,0 1170,8 1072,6 946,4 1264,0 868,0
Debit Andalan (lt/dt) Periode II 755,2 679,6 3303,0 1856,2 1933,8 1973,6 1170,8 1072,6 946,6 946,4 1424,0 1704,0
Periode III 679,6 679,6 999,8 1785,0 1933,4 1172,0 1170,8 1072,6 946,4 946,4 1424,0 1705,6
Tabel 6.Debit Andalan Kali Widas Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Periode I 996,0 880,0 955,8 699,8 944,0 2000,0 2000,0 1440,0 1200,0 440,0 440,0 1900,0
Debit Andalan (lt/dt) Periode II 2760,0 795,8 699,8 735,2 2000,0 2000,0 1960,0 1380,0 1040,0 440,0 1200,0 1900,0
Periode III 1000,0 955,8 699,8 844,0 2000,0 2160,0 1960,0 1380,0 1040,0 440,0 2000,0 1672,4
Menurut hasil perhitungan debit andalan Kali Senggowar, dapat dilihat debit andalan tertinggi terdapat pada bulan Maret periode 2 sebesar 3303 lt/dt dan debit andalan terendah terdapat pada bulan Maret periode 1 dengan besar debit 367,8 lt/dt. Sedangkan pada Kali Widas, dapat dilihat debit andalan tertinggi terdapat pada bulan Januari periode 2 sebesar 2760 liter/detik dan debit andalan terendah dengan besar debit 440 liter/detik terdapat pada bulan Oktober periode 1, 2, 3 dan November periode 1. Evapotranspirasi Dari hasil perhitungan, besar nilai evapotranspirasi potensial tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 6,956 mm/hari. Tingginya nilai evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh meningkatnya nilai suhu, radiasi panas matahari, kelembaban dan kecepatan angin yang semakin meningkat sedangkan rendahnya nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh rendahnya kecepatan angin (Rahadi, 2009). Nilai evapotranspirasi potensial hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
319
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
Tabel 7.Data Klimatologi dan Nilai Evapotranspirasi Potensial Daerah Sawahan T RH n/N U Eto Bulan °C % % Km/jam Mm/hari Jan 23,6 86,8 48,2 228,7 5,3 Feb 23,8 85,5 45,3 216,9 5,3 Mar 23,6 86,6 54,7 153,8 4,7 Apr 24,1 85,4 55,4 202,1 4,6 Mei 23,7 84,6 71,0 114,5 4,3 Jun 22,9 81,1 77,6 148,8 4,4 Jul 22,4 80,0 83,4 156,0 4,9 Ags 22,5 74,5 82,1 162,0 5,5 Sep 23,3 75,9 79,1 174,7 6,6 Okt 24,6 77,2 77,3 179,5 6,9 Nop 24,2 84,5 64,4 141,1 6,1 Des 23,8 86,6 42,9 164,2 5,1 Kebutuhan Air Tanaman Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal (Coniferiana, 2010).Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan, baik melalui tanaman itu sendiri ataupun melalui tanah. Kebutuhan air untuk tanaman selain dipengaruhi oleh evapotranspirasi potensial, jenis tanaman dan umur pertumbuhannya.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Tabel 8. Rerata Kebutuhan Air Tanaman DI. Senggowar dan Widas Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari) Tebu (mm/hari) 3,954 4,031 3,840 1,574 1,001 1,497 4,878 2,912 4,698 4,783 4,248 4,880 3,191 2,619 3,488 0,776 0,619 1,283 3,432 2,999 4,854 5,114 5,049 5,455 3,520 4,053 4,049 1,876 1,676 1,102 6,303 6,354 3,574 5,226 5,353 4,083
Tabel 8. menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman untuk tanaman padi maksimal untuk DI Senggowar dan Widas adalah 6,303 mm/hari. Untuk tanaman palawija, kebutuhan air paling besar untuk DI Senggowar dan DI Widas adalah 6,354 mm/hari. Sedangkan tanaman tebu, nilai kebutuhan air tanaman memiliki peningkatan yang konstan, ini dikarenakan masa tanam tebu yang sangat lama. Kebutuhan air maksimal untuk tanaman tebu adalah sebesar 5,455 mm/hari untuk DI Senggowar dan Widas. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Penyiapan lahan sebelum pembibitan harus dilakukan untuk mengkondisikan lahan pertanian untuk keperluan tanaman agar dapat sesuai dengan pertumbuhannya. Kondisi lahan untuk pembibitan harus lembab sehingga memadahi untuk persemaian yang baru tumbuh, hal ini berarti air yang dibutuhkan cukup banyak. Khususnya pada tanaman padi yang
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
320
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
membutuhkan banyak air agar tanah tetap dalam keadaan lunak dan gembur. Pengolahan tanah ini dilakukan antara 20 sampai dengan 30 hari sebelum masa tanam. Minggu pertama sebelum kegiatan penanaman dimulai, petak sawah diberi air secukupnya untuk melunakkan tanahnya. Biasanya dilakukan dengan membajak atau mencangkul sawah. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah dipengaruhi oleh proses evapotranspirasi potensial yang terjadi. Penyiapan lahan hanya dilakukan sebelum awal tanam padi, maka kabutuhan air penyiapan lahan harus disesuaikan dengan rasio luas lahan yang sedang diolah. Rerata kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rerata Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan Bulan
Penyiapan Lahan (mm/hari)
Rasio Penyiapan Lahan
Kebutuhan Air (mm/hari)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nop Des
12,269 12,795 11,893 12,073 11,558 11,898 11,996 12,438 13,476 13,489 13,133 12,120
0,500 0,500 0,000 0,000 0,500 0,500 0,000 0,000 0,500 0,500 0,000 0,000
6,139 6,407 0,000 0,000 5,863 5,932 0,000 0,000 6,707 6,672 0,000 0,000
Dari tabel dapat dilihat kebutuhan air untuk penyiapan lahan yang paling tinggi ada pada bulan Oktober sebanyak 13,133 mm/hari. Sedangkan kebutuhan air harian terbesar berada pada September sebanyak 6,707 mm/hari. Perkolasi dan Laju Pergantian Lapisan Air Daerah irigasi Senggowar Memiliki jenis tanah lempung berliat yang mempunyai nilai perkolasi 1,5 mm/hari, sedangkan untuk Daerah irigasi Widas memiliki jenis tanah liat yang mempunyai nilai perkolasi 1 mm/hari. Efisiensi Irigasi Efisiensi irigasi sering terjadi di saluran primer, sekunder, maupun tersier, dimana dalam sistem saluran sering terjadi kehilangan debit yang disebabkan oleh evaporasi, kebocoran saluran, rembesan, maupun eksploitasi oleh masyarakat setempat sehingga mengakibatkan jumlah air yang sampai kepetak sawah menjadi berkurang dari jumlah yang diambil dari pintu pengambilan. Efisisensi saluran pada DI. Senggowar dan DI. Widas sama besarnya yaitu sebesar 80%. Tenaga Kerja Kertanian Tenaga kerja pertanian yang digunakan adalah tenaga manusia, dan tenaga mesin yang membantu dalam pengolahan lahan. Pengambilan data tenaga kerja yang ada di Daerah Irigasi didapat dengan cara pemberian kuisioner kepada petani sambil dilakukan wawancara. Petani pengisi kuisioner di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas lebih banyak dikerjakan oleh orang tua dengan kisaran usia 35-55 tahun, sedangkan untuk para pemudanya lebih banyak bekerja di bangunan atau pabrik-pabrik disekitar tempat tinggal mereka. Tenaga dalam usaha pertanian merupakan bagian terpenting dalam kebutuhan akan tenaga kerja penggerak yang secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau menggerakkan suatu peralatan tani. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap Ha lahan dapat dilihat pada Tabel 10.
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
321
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
Sumber Tenaga Manusia Traktor Roda 2
Tabel 10. Tenaga Kerja Total Daya (HP) Senggowar 397,8 250,0
Widas 344,3 315,0
Tenaga kerja yang tersedia merupakan hasil penjumlahan dari banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani/buruh tani(diubah dalam satuan HP). Tenaga kerja usaha tani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal, dan pengelolaan. Jenis tenaga kerja antara lain adalah: tenaga kerja manusia, ternak, dan mekanik yang mempunyai faktor produksi utama. Tenaga kerja yang paling banyak dimanfaatkan adalah pada saat pemanenan. Jumlah seumber tenaga untuk DI. Senggowar sebesar 647,8 HP/hari dan untuk DI Widas sebesar 659,3 HP/hari. Analisa Usaha Tani Analisa usaha tani dimaksudkan untuk menghitung biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha tani meliputi biaya bibit, pupuk, pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan biaya tenaga kerja serta mesin yang digunkan untuk pengolahan lahan. Analisa usaha tani yang dimaksudkan tidak memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk sewa tanah, pajak dan iuran pengairan. Besarnya keuntungan untuk jenis komoditas tertentu di daerah irigasi Senggowar dan Widas dapat dilihat pada tabel 11 berikut: Tabel 11. Keuntungan hasil komoditas tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas No Nama DI Jenis Komoditi Keuntungan (Rp/Ha) Senggowar Padi 13.389.000 1 Tebu 15.764.500 Palawija 8.110.500 Widas Padi 13.918.000 2 Tebu 14.162.500 Palawija 6.575.000 Letak lahan yang berbeda menyebabkan berbedanya pola tanam sehingga keuntungan yang didapatkan petani juga berbeda-beda. Untuk Daerah Irigasi Senggowar dengan pola tanam padi-padi-padi keuntungan yang didapat sebesar Rp.40.167.000,- pertahun, untuk pola tanam padi-padi-palawija keuntungannya sebesar Rp.34.888.500,- pertahun, untuk pola tanam padipalawija-palawija keuntungannya sebesar Rp.29.610.000,- pertahun dan petani yang menanam tebu sepanjang tahun mendapat keuntungan sebesar Rp.15.764.500,-. Daerah Irigasi Widas dengan pola tanam padi-padi-padi keuntungannya Rp.41.754.000,- pertahun, pola tanam padi-padi-palawija keuntungannya Rp.34.411.000,pertahun, untuk pola tanam padi-palawija-palawija keuntungannya sebesar Rp.27.068.000,pertahun dan petani yang menanam tebu sepanjang tahun mendapat keuntungan sebesar Rp.14.162.500,-. Optimasi Pola Tanam Usaha pengoptimalan pola tanam dengan fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan hasil produksi menggunakan persamaan matematika, dimana koefisien dari variabel yang dicari adalah nilai keuntungan yang dihasilkan dari bertani berdasarkan analisis usaha tani di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas. Fungsi tujuan dan fungsi kendala dari pengoptimalan pola tanam dimasukkan dalam program QM, dan memberikan penyelesaian sebagaimana dapat dlihat pada Tabel 12 dan 13.
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
322
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
Tabel 12.Hasil Optimasi DI Senggowar Variabel
Nilai Optimal (Ha)
X1 24 X2 370 X3 243 X4 25 Keuntungan Maksimal
Nilai Keuntungan Awal (Rp)
Batas Bawah (Rp)
40.167.000 34.888.500 29.610.000 15.764.500
30.160.400 25.934.230 19.706.450 10.721.740
Batas Atas (Rp) 52.250.880 59.672.470 34.091.660 31.431.000 490.201.732
Tabel 13. Hasil Optimasi DI Widas Variabel
Nilai Optimal (Ha) 390
X1 X2 X3 X4 Keuntungan Maksimal
Nilai Keuntungan Awal (Rp)
Batas Bawah (Rp)
41.754.000 34.411.000 27.068.000 14.162.500
36.111.090
Batas Atas (Rp)
39.788.250 39.169.400 39.424.220 300.950.894
Lahan seluas 2655 Ha di DI Senggowar, setelah dioptimasikan denngan program linear di dapat keuntungan maksimal sebesar Rp.490.201.732,-. Dengan pola tanam padi-padi-padi seluas 24 Ha, padi-padi-palawija seluas 370 Ha, padi-palawija-palawija seluas 243 Ha, dan tebu seluas 25 Ha. Lahan seluas 390 Ha DI Widas didapatkan keuntungan maksimal sebesar Rp.300.950.894,- dengan pola tanam padi-padi-padi. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa DI Senggowar mengalami bero seluas 1904 Ha sedangkan pada DI Widas sebesar 2804 Ha, hal ini diakibat karena kecilnya debit yang ada di daerah irigasi serta minimnya tenaga kerja pertanian yang mengolah lahan, namun kenyataannya dilahan tidak pernah mengalami bero ini disebabkan karena pada Daerah Irigasi masih diberlakukannya sistem penggiliran air yang dimaksudkan agar setiap lahan tetap dapat terairi meskipun musim kemarau dan dilakukan penambahan debit di setiap saluran Irigasi. Menurut hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa DI Senggowar lebih menguntungkan daripada DI Widas yang keuntungan maksimalnya dapat dicapai setelah dilakukan optimasi dengan pola tanam yang sama. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah tenaga kerja, debit, jenis tanaman da jenis tanah. Dari hasil optimasi dapat dilihat alternatif pola tanam yang baik guna terpenuhinya kebutuhan air pada musim hujan atau pada musim tanam selanjutnya.
KESIMPULAN Data debit Kali Senggowar dan Kali Widas, dengan menggunakan perumusan empiris diperoleh debit andalan sungai dengan peluang keandalan 80% (Q80%). Diketahui debit andalan terbesar yang tersedia pada Kali Senggowar adalah 1973,6 lt/dt dan Kali Widas 2760 lt/dt. Besarnya kebutuhan air irigasi untuk setiap jenis tanaman berdasarkan perhitungan yang sesuai dengan pola tanam yang ada pada DI Senggowar dan DI Widas adalah 1-6 mm/hr untuk tanaman padi, 0-5 mm/hr untuk tanaman palawija dan 1-5 mm/hr untuk tanaman tebu. Hasil Optimasi diketahui keuntungan maksimum untuk lahan seluas 2655 Ha di DI Senggowar sebesar Rp. 490.201.732-, dengan pola tanam padi-padi-padi seluas 24 Ha, padipadi-palawija seluas 370 Ha, padi-palawija-palawija seluas 243 Ha, dan tebu seluas 25 Ha. Untuk lahan seluas 390 Ha DI Widas didapatkan keuntungan maksimal sebesar Rp 300.950.894,- dengan pola tanam padi-padi-padi.
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
323
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3, Oktober 2015, 315-324
DAFTAR PUSTAKA Andalusia, Asti. 2005. Optimasi Pola Tanam Di Daerah Irigasi Molek Untuk Memaksimalkan Keuntungan Hasil Produksi (Kajian UPTD Kepanjen Dinas Pengairan Kabupaten Malang). Skripsi tidak di terbitkan. Malang : Jurusan Keteknikan Pertanian Universitas Brawijaya. Bakrie, Asmawar. 2000. Irigasi. Bandung : Politeknik Negeri Bandung. Budueny, Hary, Fachan, N., dan Darmanto. 2002. Analisis Optimasi Pengolahan Sumberdaya Air Waduk Sermo. Media Teknik no.1 Tahun XXIV. De Chaira, Joseph.1989 Perencanaan Saluran Drainase. Erlangga. Jakarta. Mahmud, Amir. 2009. Optimasi Potensi dan Pola pemanfaatan Air Irigasi Jurnal sumberdaya insane edisi januari no 15. Fakultas Perikanan Universitas Muhammdiyah Kendari. Montarcih, Lily. 2008. Pengaruh Perubahan Cuaca terhadap Optimasi Irigasi dengan Program Linear (Studi Kasus Daerah Irigasi Pamotan). Citra Malang. Malang. Rahadi dan Hastari, S. 2009. Rancangan Pola Tani di Daerah Irigasi (Studi Kasus di Molek Menggunakan Progam Solver). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1 (April 2009) hal 28-33. Rispiningtati. 2008. Model Alokasi dan Nilai Air pada System Sungai Multi Waduk. Jurusan Teknik Pengairan, FTUB. Malang. Setiawan, Agung. 2007. Kajian Keandalan Waduk Sempor Jurnal Teknik Sipil Volume 7 No.3 : 279 – 286. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat. Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Beta offset: Yogyakarta. Usman. 2004. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial terhadap perubahan Iklin Jurnal Natur Indonesia 6(2) : 91-98. Faperika, Universitas Riau. Andansari, Silvy Eka., Roesyadi, Achmad., Sari, Desty Rusdiana. 2014. Konversi Rumput Laut Menjadi Monosakarida Secara Hidrotermal. Jurnal Teknik POMITS Vo.3, No.2, (2014). ISSN:23373539. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November.
Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk
324