Optimasi Parameter Metric Routing Protocol pada Dynamic Routing Protocol EIGRP
Artikel Ilmiah
(Computer Network)
Oleh: Nino Antonius NIM: 672009009
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juni 2016
i
ii
iii
iv
v
vi
Optimasi Parameter Metric Routing Protocol pada Dynamic Routing Protocol EIGRP
1)
Nino Antonius, 2)Wiwin Sulistyo
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email : 1)
[email protected], 2)
[email protected]
Abstract Routing protocol in computer networking technologies take important role in sending data from the sender’s computer to the recipient’s computer. Data transfer speed in a routing protocol is indispensable. The data transfer speed is affected by the ability of routing protocol while choose the best path. It is influenced by metric value. EIGRP is a protocol developed by CISCO with several advantages compared with other types of routing. EIGRP has a metric value K that can be configured. This research is to get a combination of metric K which result the best path.
Keywords : EIGRP, Metric, Routing
Abstrak Routing protocol dalam teknologi jaringan komputer mengambil peranan penting dalam mengirim data dari komputer pengirim ke komputer penerima. Dalam routing protocol kecepatan pengiriman data sangat diperlukan. Kecepatan pengiriman data ini dipengaruhi oleh kemampuan routing protocol dalam memilih jalur yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh nilai metric. EIGRP merupakan protocol yang dikembangkan oleh CISCO dengan beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis routing lain. EIGRP memiliki nilai metric K yang dapat dikonfigurasi. Penelitian ini untuk mendapatkan kombinasi metric K yang menghasilkan jalur yang terbaik.
Kata Kunci: EIGRP, Metric, Routing
vii
1. Pendahuluan Routing protocol dalam perkembangan teknologi jaringan komputer mengambil peranan penting dalam pengiriman data. Dalam routing protocol kecepatan pengiriman data sangat diperlukan. Kecepatan pengiriman data ini dipengaruhi oleh kemampuan routing protocol dalam memilih jalur yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh nilai metric pada routing protocol. EIGRP merupakan protocol yang dikembangkan oleh CISCO dan tidak dapat diterapkan pada perangkat jaringan selain CISCO. EIGRP merupakan routing protocol terbaik dari CISCO dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya. EIGRP memiliki kelebihan dibandingkan dengan routing lain, yaitu memiliki nilai metric yang dapat dikonfigurasi dan berpengaruh dalam hasil routing [1]. EIGRP memiliki lima nilai metric yaitu K1, K2, K3, K4, dan K5. Kelima metric ini memiliki fungsi yang berbeda-beda dan berpengaruh dalam routing. Pada umumnya EIGRP secara default hanya menggunakan metric K1 dan K3 saja. Penggunaan metric K1 dan K3 sesuai dengan yang disarankan oleh CISCO, sehingga perlu dilakukan percobaan dengan menambah metric yang lainnya. Dengan menganalisis routing EIGRP berdasarkan kombinasi default metric K ditambah dengan nilai metric K yang lain, penelitian ini menghasilkan kombinasi metric K terbaik yang menghasilkan jalur routing yang terbaik. 2. Tinjauan Pustaka Routing protocol adalah bahasa router untuk berkomunikasi dengan router lain dalam berbagi informasi mengenai kemampuan jangkauan dan status jaringan. Metric yang meliputi bandwidth, reliability (keandalan), delay dan arus beban di jalan itu digunakan oleh routing algoritma untuk menentukan jalur optimal ke tujuan [2]. EIGRP merupakan protocol yang dikembangkan oleh CISCO dan tidak dapat diterapkan pada perangkat jaringan selain CISCO. EIGRP merupakan pengembangan dari Interior Gateway Routing Protocol (IGRP). EIGRP memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan routing protocol RIP (Routing Information Protocol) [3]. EIGRP memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan RIP dan IGRP antara lain konvergensi lebih cepat, mendukung pengalamatan CIDR dan VLSM (classless). Selain kelebihan tersebut EIGRP merupakan satu-satunya routing protocol yang menawarkan fitur backup route. Dengan adanya backup route EIGRP tidak perlu melakukan perhitungan ulang untuk menentukan jalur terbaik, bila terjadi perubahan pada jaringan. Perhitungan ulang jalur terbaik dilakukan jika backup route juga mengalami kegagalan. Kelebihan lainnya adalah partial update, EIGRP mengirimkan update hanya jika terjadi perubahan pada route atau metric, tidak seperti RIP yang melakukan update secara periodik. Pada EIGRP update yang dikirimkan hanya berisi tentang route yang mengalami perubahan saja. Update ini juga hanya ditujukan pada router-router yang membutuhkan informasi tersebut. Dengan adanya partial update ini EIGRP menghabiskan bandwidth yang lebih sedikit [1]. EIGRP memiliki beberapa tabel yang digunakan untuk menyimpan informasi yang dibutuhkan, yaitu neighbor table yang berisi informasi tentang router tetangga atau router yang terhubung secara langsung. Topology table yang
1
berisi daftar jalur beserta dengan nilai perhitungan metric EIGRP. Setiap jalur tujuan ditandai dengan status aktif atau pasif, jika status pasif berarti router mengetahui jalur ke tujuan, jika status aktif berarti terjadi perubahan pada jalur dan router akan mengirimkan update untuk beberapa router. Jalur tujuan pada topology table terdiri dari successor route yang merupakan jalur terbaik untuk menuju tujuan dan feasible successor yang merupakan jalur tebaik kedua atau alternatif untuk menuju tujuan. Routing table, merupakan sebuah peta yang memuat semua jalur tujuan yang ada. Routing table terbentuk berdasarkan informasi yang didapat dari topology table [4]. Metric K terdiri dari metric K1, K2, K3, K4 dan K5 yang mempunyai fungsi dalam pengiriman data untuk menentukan path selection. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu. Metric K1 dalam EIGRP bekerja untuk menganalisa path selection dengan memperhatikan atau didasarkan pada bandwidth-bandwidth yang tersedia dari jalur asal sampai jalur tujuan. Untuk menganalisa bandwidthbandwidth yang tersedia metric K1 menggunakan salah satu dari dua variasi throughput yang ada pada jalur tersebut. Variasi throughput ini di dalam EIGRP dinamakan: pertama Maximum Theoretical Bandwidth yaitu jalur yang dipilih berdasarkan bandwidth tertinggi, kedua Network Throughput yaitu jalur yang dipilih didasarkan pada bandwidth tertinggi yang tersedia. Pada variasi throughput yang kedua ini pengertian “yang tersedia” karena pemilihan jalur di dasarkan pada laporan kemacetan yang terjadi (congestion-based effects). Dengan demikian penggunaan atau penghitungan throughput ini, yang dinyatakan dalam picoseconds per kilobyte dari data yang dikirim. Sehingga ketika data yang dikirim besar, di dalam penghitungan inversi juga menjadi besar yang akhirnya menghasilkan perhitungan metric yang besar. Metric K2 di dalam EIGRP digunakan untuk memonitor efek dari beban kemacetan interface yang akan mensimulasikan throughput yang ada guna menyesuaikan throughput maksimal. Throughput merupakan tingkat pengiriman pesan yang sukses melalui saluran komunikasi. Data pesan ini disampaikan melalui link fisik atau logis, atau melewati node jaringan tertentu. Throughput biasanya diukur dalam bit per detik (bit / s atau bps), dan kadang-kadang dalam paket data per detik (p / s atau pps) atau paket data per slot waktu. Throughput sistem atau agregat throughput adalah jumlah kecepatan data yang dikirim ke semua terminal dalam jaringan. Throughput pada dasarnya identik dengan konsumsi bandwidth digital, di mana beban dalam paket per satuan waktu dilambangkan sebagai tingkat kedatangan, dan throughput, dalam paket per satuan waktu, dilambangkan sebagai tingkat keberangkatan. Throughput di dalam sistem komunikasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya keterbatasan media fisik analog, kekuatan pemrosesan yang tersedia dari sistem komponen, dan perilaku pengguna. Ketika berbagai overhead protocol diperhitungkan, tingkat dari data yang ditransfer dapat secara signifikan lebih rendah dari throughput maksimum yang dapat dicapai yang disebut sebagai goodput. Metric K3 digunakan untuk mengetahui keterlambatan atau seleksi jalur berbasis latency. Latency dan delay merupakan istilah serupa dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ditransmisikan ke tetangga yang berdekatan. EIGRP menggunakan nilai- nilai satu arah, baik yang disediakan oleh interface, atau sebagai faktor bandwidth link. Metric K4
2
digunakan untuk seleksi berdasarkan link quality. Metric K5 digunakan untuk seleksi berdasarkan packet loss. Packet loss yang disebabkan oleh masalah jaringan yang mempengaruhi kinerja atau jitter yang sangat nyata. Pengaruh kinerja ini akan terlihat pada streaming, voice over IP, game online dan video conferencing, dan semua aplikasi jaringan lain [4]. Bandwidth adalah jumlah bit yang dikirimkan dalam satu detik. Throughput adalah bandwidth aktual yang diukur pada waktu tertentu. Beberapa hal yang mempengaruhi bandwidth dan throughput adalah piranti jaringan, tipe data yang ditransfer, topologi jaringan, banyaknya pengguna jaringan, spesifikasi komputer user, spesifikasi komputer server, induksi listrik dan cuaca [5]. 3. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode PPDIOO yang digambarkan pada Gambar 1. Metode ini dikembangkan oleh CISCO dalam desain sistem jaringan. Tahap-tahap yang ada dalam metode PPDIOO adalah Prepare, Plan, Design, Implement, Operate dan Optimize [6].
Gambar 1 Metode PPDIOO [8]
Pada tahap prepare dilakukan penyusunan rencana kerja dalam segi teknologi yang dibutuhkan maupun strategi yang dipakai untuk membangun jaringan LAN dengan routing EIGRP. Pada tahap plan mempersiapkan kebutuhan penelitian, seperti hardware dan software yang diperlukan dalam penelitian ini. Kebutuhan untuk penelitian ini dapat dipisah menjadi dua, yaitu kebutuhan perangkat keras (hardware) dan kebutuhan perangkat lunak (software). Kebutuhan perangkat keras meliputi lima unit PC dengan spesifikasi processcor Pentium(R) Dual-Core CPU E 5500 @ 2,80GHz 2,79 GHz, memory 2 GB RAM, LAN Card 2 buah, dan kabel cross yang digunakan untuk menghubungkan jaringan antara PC dengan PC. Kebutuhan perangkat lunak meliputi GNS3, merupakan aplikasi emulator yang membuat suatu komputer dapat bertindak menjadi sebuah router. Aplikasi ini dipasang pada PC A, B, C dan D. FileZilla, merupakan aplikasi yang digunakan untuk proses transfer file. Aplikasi ini terdiri dari FileZilla server yang akan dipasang pada PC A dan FileZilla client yang akan dipasang pada PC C. VirtualBox, merupakan aplikasi virtualisasi, yang dapat digunakan untuk mengeksekusi sistem operasi tambahan didalam sistem operasi utama. Aplikasi ini
3
akan dipasang pada PC A untuk membuat komputer server dan pada PC C untuk membuat komputer client. Bandwidth Meter Pro, merupakan aplikasi yang digunakan untuk memonitoring penggunaan bandwidth. Aplikasi ini akan dipasang pada komputer client.
Gambar 2 Topologi Jaringan
Tahap design akan dijelaskan topologi yang akan digunakan. Gambar 2 merupakan topologi yang akan digunakan. Penggunaan topologi ini sudah mencukupi untuk melakukan percobaan ini. Untuk membuat topologi ini menggunakan empat buah komputer yang akan dijadikan router dengan aplikasi GNS3. GNS3 akan dipasang kedalam PC A, B, C dan D untuk membuat router A, B, C dan D. Pada PC A dan C akan dipasang VirtualBox dan FileZilla untuk membuat komputer server pada PC A dan kompuer client pada PC C. Pada tahap implement akan dilakukan instalasi GNS3 pada PC A, B, C dan D. Pembuatan dan konfigurasi router A, B, C dan D. Instalasi VirtualBox pada PC A dan C. Pembuatan komputer server pada VirtualBox di PC A dan komputer client PC C. Instalasi FileZilla server pada komputer server dan FileZilla client komputer client. Instalasi Bandwidth Meter Pro pada komputer client. Pada tahap operate dilakukan uji coba pada sistem yang telah dibuat, setelah sistem berjalan dengan baik akan dilakukan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan download file dari server ke client dengan kombinasi metric K yang berbeda-beda. Untuk proses pengambilan data menggunakan aplikasi Bandwidth Meter Pro pada komputer client. Terdapat tiga parameter yang akan diambil dalam pengambilan data, yaitu bandwidth, throughput dan transfer time. Pengambilan data ini akan menggunakan file yang berukuran 14,5 MB yang dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap kombinasi metric K. 4. Hasil dan Pe mbahasan Pada uji coba pengambilan data dilakukan dengan menggunakan jaringan sederhana pada setiap kombinasi metric K yang diujikan. Konfigurasi routing EIGRP memiliki kombinasi default metric K1 dan K3. Oleh karena itu kombinasi metric K yang akan diuji adalah sebagai berikut. Kombinasi Metric K1, K3 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP yaitu metric K1 dan K3. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 1.
4
Kode Program 1 K1 , K3 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 0 1 0 0 Router(config-router)#exit
Kombinasi Metric K1, K3 + K2 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K2. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 2. Kode Program 2 K1, K3 + K2 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 1 1 0 0 Router(config-router)#exit
Kombinasi Metric K1, K3 + K4 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K4. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 3. Kode Program 3 K1, K3 + K4 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 0 1 1 0 Router(config-router)#exit
Kombinasi Metric K1, K3 + K5 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K5. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 4. Kode Program 4 K1, K3 + K5 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 0 1 0 1 Router(config-router)#exit
Kombinasi Metric K1, K3 + K2, K4 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K2 dan K4. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 5. Kode Program 5 K1, K3 + K2, K4 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 1 1 1 0 Router(config-router)#exit
Kombinasi Metric K1, K3 + K2, K5 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K2 dan K5. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 6. Kode Program 6 K1, K3 + K2, K5 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 1 1 0 1 Router(config-router)#exit
Kombinasi Metric K1, K3 + K4, K5 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K4 dan K5. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 7. Kode Program 7 K1, K3 + K4, K5 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 0 1 1 1 Router(config-router)#exit
5
Kombinasi Metric K1, K3 + K2, K4, K5 merupakan konfigurasi default metric dari EIGRP ditambah dengan metric K2, K4 dan K5. Konfigurasinya dapat dilihat pada Kode Program 8. Kode Program 8 K1, K3 + K2, K4, K5 Router(config)#router eigrp 1 Router(config-router)#metric weights 0 1 1 1 1 1 Router(config-router)#exit
Selain kombinasi metric yang akan digunakan perlu juga dilakukan pengaturan IP yang akan digunakan pada penelitian ini. Pada Tabel 1 dapat dilihat IP yang digunakan pada tiap router dan komputer yang dipakai pada penelitian ini. Tabel 1 Pengaturan IP
Tabel 2 Hasil Percobaan K1, K3
6
Gambar 3 Hasil Percobaan K1, K3
Gambar 3 merupakan grafik batang dari Tabel 2. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1 dan K3 didapatkan data pada Tabel 2 dengan nilai metric 33280. Kombinasi K1 dan K3 pada percobaan yang ke sembilan ternyata bekerja pada throughput terkecil 270,8 kbps menghasilkan transfer time 528 detik, kemudian pada percobaan yang ke enam pada komb inasi K1 dan K3 yang bekerja pada throughput terbesar 287,1 kbps menghasilkan transfer time 497 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 528 detik berada pada percobaan ke sembilan dengan throughput 270,8 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 497 detik berada pada percobaan ke enam dengan throughput 287,1 kbps. Dari hasil percobaan ini terlihat jika memiliki transfer time yang kecil maka akan memiliki throughput yang besar dan bila memiliki transfer time yang besar maka akan memiliki throughput yang kecil. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 512,8 detik yang bekerja pada throughput 278,13 kbps (lihat Tabel 2). Jika dilihat dari hasil ratarata percobaan yang berada dibawah rata-rata berdasarkan transfer time adalah percobaan satu, percobaan tiga, percobaan empat, percobaan enam dan percobaan sepuluh. Sedangkan yang berada diatas rata-rata adalah percobaan dua, percobaan lima, percobaan tujuh, percobaan delapan dan percobaan sembilan. Dari hasil ini menunjukan bahwa hasil percobaan memberikan hasil yang sama dari yang terbesar dan terkecil yaitu masing- masing lima percobaan.
7
Tabel 3 Hasil Percobaan K1, K3 + K2
Gambar 4 Hasil Percobaan K1, K3 + K2
Gambar 4 merupakan grafik batang dari Tabel 3. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K2 dan K3 didapatkan data pada Tabel 3 dengan nilai metric 33380. Kombinasi K1, K2 dan K3 pada percobaan yang ke enam ternyata bekerja pada throughput terkecil 275,8 kbps menghasilkan transfer time 523 detik, kemudian pada percobaan yang ke sepuluh pada kombinasi K1, K2 dan K3 yang bekerja pada throughput terbesar 290,3 kbps menghasilkan transfer time 495 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 523 detik berada pada percobaan ke enam dengan throughput 275,8 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 495 detik berada pada percobaan ke sepuluh dengan throughput 290,3 kbps. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 506,8 detik yang bekerja pada throughput 283,97 kbps (lihat Tabel 3). Dari hasil percobaan K1, K2 dan K3 peran K2 sebagaimana disebutkan “Jika K2 digunakan, efek dari transfer time sebagai ukuran beban oleh pengaturan hubungan akan digunakan untuk menstimulasikan “throughput yang tersedia” dengan menyesuaikan throughput maksimal [4].” Sehingga akan mempercepat transfer time.
8
Tabel 4 Hasil Percobaan K1, K3 + K4
Gambar 5 Hasil Percobaan K1, K3 + K4
Gambar 5 merupakan grafik batang dari Tabel 4. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K3 dan K4 didapatkan data pada Tabel 4 dengan nilai metric 33280. Kombinasi K1, K3 dan K4 pada percobaan yang ke tujuh ternyata bekerja pada throughput terkecil 270,7 kbps menghasilkan transfer time 528 detik, kemudian pada percobaan yang ke empat pada kombinasi K1, K3 dan K4 yang bekerja pada throughput terbesar 293 kbps menghasilkan transfer time 493 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 528 detik berada pada percobaan ke tujuh dengan throughput 270,7 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 492 detik berada pada percobaan ke dua dengan throughput 291,6 kbps. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 509,2 detik yang bekerja pada throughput 283,05 kbps (lihat Tabel 4). Percepatan transfer time bila dibandingkan dengan percobaan K1 dan K3, peran K4 ini berpengaruh pada link quality yang berfungsi untuk mengetahui jalur-jalur yang terbaik sehingga ketika percobaan ini dilakukan waktu yang diperlukan menjadi lebih pendek 3,6 detik sehingga memperpendek transfer time.
9
Tabel 5 Hasil Percobaan K1, K3 + K5
Gambar 6 Hasil Percobaan K1, K3 + K5
Gambar 6 merupakan grafik batang dari Tabel 5. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K3 dan K5 didapatkan data pada Tabel 5 dengan nilai metric 130. Kombinasi K1, K3 dan K5 pada percobaan yang ke sembilan ternyata bekerja pada throughput terkecil 272,4 kbps menghasilkan transfer time 524 detik, kemudian pada percobaan yang ke tiga pada kombinasi K1, K3 dan K5 yang bekerja pada throughput terbesar 291,4 kbps menghasilkan transfer time 493 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 530 detik berada pada percobaan ke delapan dengan throughput 272,5 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 493 detik berada pada percobaan ke tiga dengan throughput 291,4 kbps. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 514,5 detik yang bekerja pada throughput 279,81 kbps (lihat Tabel 5). Dengan menggunakan K5 yang berpengaruh dalam packet loss mengakibatnya penambahan transfer time, karena dilakukan pengecekan data. Pengecekan ini memerlukan waktu sekian detik untuk mengontrol data yang dikirim. Pada percobaan ini dengan mengirimkan data sebesar 14,5 MB memerlukan waktu 514,5 detik artinya K5 dalam mengontrol keandalan (packet loss) memerlukan waktu 1,7 detik sehingga akan menambah waktu transfer (menjadi lebih lambat).
10
Tabel 6 Hasil Percobaan K1, K3 + K2, K4
Gambar 7 Hasil Percobaan K1, K3 + K2, K4
Gambar 7 merupakan grafik batang dari Tabel 6. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K2, K3 dan K4 didapatkan data pada Tabel 6 dengan nilai metric 33380. Kombinasi K1, K2, K3 dan K4 pada percobaan yang ke tujuh ternyata bekerja pada throughput terkecil 274,4 kbps menghasilkan transfer time 523 detik, kemudian pada percobaan yang ke sembilan pada kombinasi K1, K2, K3 dan K4 yang bekerja pada throughput terbesar 298,3 kbps menghasilkan transfer time 483 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 523 detik berada pada percobaan ke tujuh dengan throughput 274,4 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 483 detik berada pada percobaan ke sembilan dengan throughput 298,3 kbps. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 503 detik yang bekerja pada throughput 286,27 kbps (lihat Tabel 6). Pada percobaan ini, peran K2 dan K4 yang masing- masing berfungsi sebagai throughput dan link quality mempercepat transfer time dalam pengiriman data yaitu sebesar 9,8 detik. Dari percobaan ini memperlihatkan K4 mempercepat transfer time yang digunakan sebesar 3,8 detik.
11
Tabel 7 Hasil Percobaan K1, K3 + K2, K5
Gambar 8 Hasil Percobaan K1, K3 + K2, K5
Gambar 8 merupakan grafik batang dari Tabel 7. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K2, K3 dan K5 didapatkan data pada Tabel 7 dengan nilai metric 130. Kombinasi K1, K2, K3 dan K5 pada percobaan yang ke enam ternyata bekerja pada throughput terkecil 276,7 kbps menghasilkan transfer time 519 detik, kemudian pada percobaan yang ke dua pada kombinasi K1, K2, K3 dan K5 yang bekerja pada throughput terbesar 293,4 kbps menghasilkan transfer time 494 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 519 detik berada pada percobaan ke enam dengan throughput 276,7 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 494 detik berada pada percobaan ke dua dengan throughput 293,4 kbps. Dari hasil percobaan ini ratarata transfer time adalah 505,4 detik yang bekerja pada throughput 284,9 kbps (lihat Tabel 7). Dengan peran K2 dapat mempercepat transfer time sebesar 9,1 detik dibandingkan dengan kombinasi K1, K3 dan K5.
12
Tabel 8 Hasil Percobaan K1, K3 + K4, K5
Gambar 9 Hasil Percobaan K1, K3 + K4, K5
Gambar 9 merupakan grafik batang dari Tabel 8. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K3, K4 dan K5 didapatkan data pada Tabel 8 dengan nilai metric 130. Kombinasi K1, K3, K4 dan K5 pada percobaan yang ke sepuluh ternyata bekerja pada throughput terkecil 276,3 kbps menghasilkan transfer time 519 detik, kemudian pada percobaan yang ke sembilan pada kombinasi K1, K3, K4 dan K5 yang bekerja pada throughput terbesar 293,7 kbps menghasilkan transfer time 491 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 521 detik berada pada percobaan ke tujuh dengan throughput 277,9 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 489 detik berada pada percobaan ke satu dengan throughput 291,4 kbps. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 506 detik yang bekerja pada throughput 285,22 kbps (lihat Tabel 8). Dengan peran K4 dapat mempercepat transfer time sebesar 3,2 detik dibandingkan dengan kombinasi K1, K4 dan K5.
13
Tabel 9 Hasil Percobaan K1, K3 + K2, K4, K5
Gambar 10 Hasil Percobaan K1, K3 + K2, K4, K5
Gambar 10 merupakan grafik batang dari Tabel 9. Sumbu x menunjukan percobaan yang dilakukan dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Dalam pengujian kombinasi metric K1, K2, K3, K4 dan K5 didapatkan data pada Tabel 9 dengan nilai metric 130. Kombinasi K1, K2, K3, K4 dan K5 pada percobaan yang ke tiga ternyata bekerja pada throughput terkecil 269,1 kbps menghasilkan transfer time 536 detik, kemudian pada percobaan yang ke empat pada kombinasi K1, K2, K3, K4 dan K5 yang bekerja pada throughput terbesar 287,7 kbps menghasilkan transfer time 500 detik. Jika dilihat dari pengunaan transfer time yang terbesar 536 detik berada pada percobaan ke tiga dengan throughput 269,1 kbps dan dengan pengunaan transfer time terkecil 500 detik berada pada percobaan ke empat dengan throughput 287,7 kbps. Dari hasil percobaan ini rata-rata transfer time adalah 518,7 detik yang bekerja pada throughput 277,78 kbps (lihat Tabel 9). Dari percobaan ini ketika semua metric digunakan mengakibatkan total perlambatan transfer time 518,7 detik.
14
Tabel 10 Rata-Rata Percobaan
Gambar 11 Rata-Rata Percobaan
Gambar 11 merupakan grafik batang dari Tabel 10. Sumbu x menunjukan kombinasi metric yang dilakukan untuk melihat kombinasi metric-nya dapat dilihat pada Tabel 10 dan sumbu y menunjukan nilai dari grafik batang tersebut. Pada Tabel 10 percobaan ke dua, tiga dan empat yaitu komb inasi K1, K3 + K2 ; K1, K3 + K4 dan K1, K3 + K5 transfer time pada percobaan kombinasi K1, K3 + K2 dalam mengirim data yang kapasitasnya sama memerlukan waktu lebih pendek dari pada K1, K3 + K4 dan K1, K3 + K5. Hasil percobaan ini memberikan pengertian bahwa peran K2 memberikan laporan kemacetan yang disebabkan koneksi, yang kemudian atas dasar informasi ini dipergunakan untuk menstimulasi informasi kemacetan “throughput yang tersedia” dengan menyesuaikan throughput maksimal. Peran ini sesuai dengan hasil percobaan yang telah dilakukan dari pengiriman data dengan kapasitas yang sama, yaitu adanya peran K2 memberikan efek kecepatan yang lebih sehingga menghemat waktu sekitar 2,4 detik jika dibandingkan dengan percobaan yang menggunakan K4 dan lebih pendek 7,7 detik jika dibandingkan dengan percobaan yang menggunakan K5. Kemudian pada Tabel 10 percobaan lima, enam dan tujuh dengan kombinasi K1, K3 + K2, K4 pada percobaan lima, kombinasi K1, K3 + K2, K5 pada percobaan enam dan kombinasi K1, K3 + K4, K5 pada percobaan tujuh.
15
Memperlihatkan bahwa kombinasi pada percobaan K1, K3 + K2, K4 pada percobaan lima menghasilkan transfer time terpendek 503 detik, lebih pendek 2,4 detik dari percobaan enam dengan kombinasi K1, K3 + K2, K5 lebih pendek 3 detik dari percobaan tujuh dengan kombinasi K1, K3 + K4, K5. Hasil percobaan ini memberikan pengertian bahwa efek kemacetan yang sudah di laporkan K2 di dalam rangkaian K4 dan K5 yang memperlihatkan selisih waktu 2,4 detik, lebih pendek dikombinasi K4 di karenakan peran link quality pada jaringan, K4 mencari jaringan yang terbaik, sehingga dalam jaringan yang ada jaringan yang terbaik yang akan terpilih. Dari percobaan ini, jalur yang dilalui adalah tetap. Kemudian pada rangkaian percobaan dengan kombinasi K5 (packet loss), ketika kombinasi K5 dikombinasikan dengan K1, K3 memberikan efek lebih lambat, sedangkan ketika K5 dikombinasikan dengan K2 atau K4 memberikan percepatan transfer yang lebih cepat. Hasil percobaan ini memberikan pengertian bahwa dalam pengiriman data penggunaan packet loss dengan memanfaatkan K2 dan K4, sebagai throughput dan link quality, pengiriman data menjadi lebih cepat, kecepatan ini disebabkan sudah adanya informasi di dalam sistem bahwa pada jalur yang dipilih memiliki waktu terpendek dan mempunyai kualitas terbaik yang terpilih, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman data menjadi lebih pendek. Dari analisis ini transfer time terkecil pada kombinasi K1, K3 + K2, K4 dimungkinkan karena fungsi K2 dan K4 mempercepat transfer time. Namun ketika menggunakan kombinasi kombinasi K1, K3 + K2, K4, K5 transfer time menjadi meningkat sebesar 518,7 detik. Besarnya nilai ini karena jalur yang di pilih selama percobaan adalah tetap, sebagaimana fungsi K1, komunikasi dilakukan dengan tetangga terdekat yang juga memerlukan waktu sebagimana fungsi K3 dan packet loss sebagaimana fungsi K5 yang menyeleksi data juga menambah waktu, sehingga ketika dijalankan bersama fungsi K2 dan K4 yang masing- masing mengfungsikan stimulasi kemacetan dan link quality masih tetap memberikan nilai yang tinggi pada transfer time.
Gambar 12 Kenaikan Load
Gambar 13 Nilai Metric
Pada uji coba ini dengan menggunakan transfer file nilai load pada router tidak mengalami kenaikan. Nilai load naik jika jaringan sibuk, pada uji coba tiap router melakukan ping ke router lain. Kenaikan nilai load dapat dilihat pada Gambar 12. Pada uji coba ini nilai load yang mengalami kenaikan tidak sampai
16
merubah pemilihan jalur yang telah dipilih. Gambar 13 memperlihatkan nilai metric pada kombinasi K1, K3 + K2 pada saat nilai load satu. Pada saat nilai load ini naik, nilai metric yang ditampilkan pada router tidak berubah yaitu 33380 dapat dilihat pada Gambar 13. Dengan nilai load sembilan seharusnya memiliki nilai metric 33383. Hal ini memberikan pengertian bahwa perhitungan metric EIGRP dilakukan setelah melakukan konfigurasi nilai metric K. Dari ini memberikan pengertian bahwa penggunaan metric K2 tidak bermasalah bila nilai load tidak mengalami kenaikan yang terlalu tinggi. Pada percobaan ini pernah mengalami perubahan jalur pada kombinasi metric K1, K3 + K4, K5 dikarenakan koneksi yang tidak stabil. 5. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada topologi yang digunakan pada penelitian ini kombinasi yang terbaik dari beberapa kombinasi yang dilakukan adalah kombinasi K1, K3 + K2, K4. Kombinasi dengan menambahkan kombinasi K2 dan K4 akan memberikan percepatan waktu dalam pengiriman data. Dari hasil kesimpulan tersebut dapat disarankan di dalam melakukan penelitian lanjutan sebaiknya menggunakan router asli, karena di dalam penelitian ini uji coba menggunakan GNS3. Kedua, dapat dilakukan penelitian lanjutan kombinasi K1, K2, K3, K4 dan K5 dengan menyusun sesuai dengan keinginan peneliti tidak menggunakan kombinasi default metric (K1 dan K3). 6. Daftar Pustaka [1] Retana , Alvaro, White, Russ, dan Don Slice, 2000, EIGRP for IP: Basic Operation and Configuration, Pearson Education. [2] C, Archana, 2015, Analysis of RIPv2, OSPF, EIGRP Configuration on router Using CISCO Packet tracer. [3] Sinaga, Debora Br, Mubarakah, Naemah, 2015, Analisis Kinerja EIGRP pada Topology Mesh. [4] Cisco, 2015, Enhanced Interior Gateway Routing Protocol draft-savageeigrp-04. [5] Dewo, E Setio, 2003, Bandwidth dan Throughput. [6] Cisco, 2005, Creating Business Value and Operational Exellence with the Cisco Systems Lifecycle Services Approach.
17