Optimalisasi Tes Komet Untuk Penentuan Tingkat Kerusakan DNA Akibat Paparan Radiasi Pengion (Dwi Ramadhani)
ISSN 1411 – 3481
OPTIMALISASI TES KOMET UNTUK PENENTUAN TINGKAT KERUSAKAN DNA AKIBAT PAPARAN RADIASI PENGION Dwi Ramadhani, Devita Tetriana dan Viria Agesti Suvifan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR), BATAN Jl. Lebak Bulus Raya No.49, Kotak Pos 7043 JKSKL Jakarta Selatan 12070 Tel (021) 7513906/ 7659511 Fax (021) 7657950 Email :
[email protected] Diterima: 29-02-2016 Diterima dalam bentuk revisi: 11-03-2016 Disetujui: 15-03-2016
ABSTRAK OPTIMALISASI TES KOMET UNTUK PENENTUAN TINGKAT KERUSAKAN DNA AKIBAT PAPARAN RADIASI PENGION. Tes komet dapat digunakan untuk mengukur tingkat kerusakan asam deoksiribonukleat (DNA) pada sel limfosit darah tepi akibat paparan radiasi pengion.Prinsip dasar dari tes komet adalah berdasarkan besarnya fragmen DNA terdenaturasi yang bermigrasi keluar dari inti sel selama proses elektroforesis. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan saat melakukan tes komet antara lain adalah konsentrasi agarose yang digunakan, waktu inkubasi pada alkali, kondisi elektroforesis (waktu, temperatur serta gradien voltase yang digunakan), serta parameter yang digunakan dalam analisis. Parameter yang sangat disarankan dalam menganalisis citra komet adalah persentase DNA ekor (% DNA 6 ekor). Persentase DNA ekor dapat dikonversi menjadi frekuensi lesion per 10 pasangan basa (bp) DNA dengan menggunakan kurva yang menggambarkan hubungan antara dosis radiasi pengion dengan besarnya % DNA ekor. Untuk mendapatkan hasil analisis tes komet yang akurat perlu dilakukan pembuatan kurva kalibrasi yang menggambarkan hubungan antara dosis radiasi pengion dengan besarnya % DNA ekor. Analisis citra komet sebaiknya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak pengolahan citra sehingga dapat meningkatkan akurasi dan presisi serta mengurangi subjektivitas dalam menganalisis citra komet. Kata kunci: asam deoksiribonukleat (DNA), radiasi pengion, tes komet.
ABSTRACT COMET ASSAY OPTIMIZATION FOR ASSESSMENT OF DNA DAMAGE DUE TO RADIATION EXPOSURE. Comet assay can be used to measure the deoxyribonucleic acid (DNA) damage level caused by ionizing radiation exposure in peripheral blood lymphocytes. The principle of the comet assay is based on the amount of denatured DNA fragments that migrated out of the cell nucleus during electrophoresis. There are several aspects that must be concerned when doing the comet assay. For example the agarose concentration, duration of alkaline incubation, electrophoresis conditions (time, temperature, and voltage gradient), and the measurement parameters that used in analyze the comet. Percentage of DNA in the comet tail (% tail DNA) is strongly recommended as a parameter when analyze the comet because it 6 can be converted to lesions per 10 base pairs (bp) using calibration curve that show relationship between the dose of ionizing radiation and % tail DNA. To obtain an accurate result, the calibration curve must be made and comet should be analyzing using image processing analysis software since it can be increase the precision and reduce the subjectivity of the measurement process. Keywords: comet assay, deoxyribonucleic acid (DNA), ionizing radiation.
37
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 17, No 1, Februari 2016; 37-48
1. PENDAHULUAN
ISSN 1411 - 3481
saat berada pada larutan alkali, sehingga
Setiap hari manusia selalu terpapar
daerah pada untai ganda DNA yang me-
radiasi baik dari alam maupun saat melaku-
ngalami pengenduran dan mengandung
kan pekerjaan sebagai pekerja radiasi.
DSB akan bermigrasi menuju kutub positif
Radiasi alam dapat berupa radiasi kosmik
(anoda) saat elektroforesis. Migrasi tersebut
dan radiasi terestrial (berasal dari radio-
akan membentuk ekor komet, sedangkan
nuklida primordial dikerak bumi) (1). Papar-
daerah yang tidak mengalami pengenduran
an radiasi pengion dapat menyebabkan ke-
akan membentuk kepala komet (Gambar 1)
rusakan pada materi genetik yaitu asam de-
(7). Komet yang terbentuk kemudian di-
oksiribonukleat (DNA) (2). Kerusakan ter-
warnai dengan pewarna fluorescent atau pe-
sebut dapat berupa putusnya salah satu
warna perak. Pewarna yang banyak diguna-
untai DNA (single strand break / SSB) dan
kan adalah ethidium bromide, propidium
putusnya kedua untai DNA pada posisi yang
iodide
berhadapan (double strand breaks / DSB).
(DAPI).
dan
4,6-diamidino-2-phenylindole
Kerusakan DNA akibat paparan radiasi pengion dapat dideteksi dengan menggunakan tes komet (Comet Assay). Prinsip analisis tes komet adalah berdasarkan besarnya fragmen DNA terdenaturasi yang bermigrasi keluar dari inti sel selama proses elektroforesis (3,4). Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya pada media gel agarose (5). Secara singkat tes komet dilakukan dengan menanamkan (embedding) sel pada lapisan tipis low melting agarose (LMA) di atas preparat mikroskop terlebih dahulu. Pelisisan sel kemudian dilakukan dengan
Gambar 1. Citra hasil tes komet (8).
menggunakan larutan deterjen serta garam konsentrasi tinggi. Selanjutnya dilakukan
Citra hasil tes komet dapat dianalisis
penghilangan protein dan histon sehingga
secara manual atau menggunakan perang-
nukleolus sel berada pada rongga-rongga
kat lunak pengolahan citra digital. Jumlah
LMA (6,7). Untai ganda DNA secara umum
minimal yang harus diamati pada suatu
memiliki
sangat
penelitian dengan menggunakan tes komet
kompak (supercoiling), namun struktur ter-
adalah sebanyak 50 komet dari tiap preparat
sebut
sekitar
(9). Tes komet dapat digunakan untuk me-
daerah DSB DNA. Molekul DNA mengan-
ngukur tingkat kerusakan DNA pada sel
struktur
sedikit
terpilin
mengendur
yang
pada
dung gugus fosfat bermuatan listrik negatif 38
Optimalisasi Tes Komet Untuk Penentuan Tingkat Kerusakan DNA Akibat Paparan Radiasi Pengion (Dwi Ramadhani)
ISSN 1411 – 3481
limfosit darah tepi. Beberapa metode dapat
rangkat lunak pengolahan citra untuk meng-
digunakan untuk pengoptimalan tes komet
analisis citra digital komet baik yang bersifat
sehingga
pasti
terbuka (opensource) maupun komersial
besarnya kerusakan DNA akibat paparan
(licence). Sebagai contoh Helma et al. pada
radiasi akan dibahas dalam makalah.
tahun 2000 membuat bahasa macro pada
dapat
diketahui
secara
perangkat lunak pengolahan citra yaitu NIH 2. ANALISIS CITRA KOMET
Image untuk menganalisis citra komet.
Analisis citra komet dapat dilakukan
Sayangnya NIH Image hanya dapat diguna-
dengan dua cara. Pertama secara manual
kan pada komputer dengan sistem operasi
dan
Macintosh (14). NIH Image adalah perang-
dilakukan
langsung
menggunakan secara
kat lunak pengolahan citra yang dikembang-
manual dilakukan dengan membagi citra
kan oleh Wayne Rasband dan kini telah di-
komet kedalam lima tingkatan (0 sampai 4)
gantikan oleh ImageJ. ImageJ dikembang-
berdasarkan kerusakan DNA yang teramati
kan dalam bahasa Java sehingga kini dapat
(Gambar 2) (10,11). Meskipun mudah untuk
digunakan pada semua sistem operasi
dilakukan analisis secara manual tidaklah
komputer (14). ImageJ menyediakan fasili-
sederhana.
analisis
tas pembuatan macro untuk dapat diguna-
menggunakan perangkat lunak pengolahan
kan dalam mengolah citra digital komet.
citra
digunakan
Macro adalah baris-baris kode pemrogram-
meskipun analisis secara manual masih
an yang berisi perintah untuk menentukan
dilakukan. Analisis citra komet dengan
masukan
menggunakan perangkat lunak pengolahan
pemrograman tertentu (15,16).
mikroskop
fluorescent.
Oleh
digital
lebih
Analisis
karena
itu
banyak
dan
keluaran
dalam
bahasa
citra digital dapat meningkatkan akurasi dan presisi serta mengurangi subjektivitas dalam menganalisis citra komet (12,13). Hingga kini terdapat beberapa pe-
0
2
1
3
4
Gambar 2. Lima tingkat kerusakan DNA yang tervisualisasikan pada teskomet(9).
39
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 17, No 1, Februari 2016; 37-48
Konca et al. pada tahun 2003 membuat perangkat lunak yang dapat digunakan
ISSN 1411 - 3481
komet hingga ujung ekor komet 7. Panjang Komet (Comet length) yaitu
secara bebas untuk menganalisis citra
menunjukkan
digital komet yaitu CASPLab Comet Assay
keseluruhan mulai dari batas paling kiri
(17). CASPLab dikembangkan mengguna-
kepala komet hingga ujung ekor komet
kan FOX library (http://www.fox-toolkit.org/)
8. CoG
Kepala
panjang
(Head
komet
CoG)
yaitu
sehingga dapat dijalankan pada hampir se-
menunjukkan ‘‘Centre of gravity’’ dari
luruh sistem operasi komputer baik Windows
DNA pada kepala komet
maupun Linux. CASPLab dapat diunduh
9. CoG Ekor (Tail CoG) yaitu menunjukkan
pada situs http://casplab.com/ (18). CASP-
‘‘Centre of gravity” dari DNA pada ekor
Lab hanya dapat digunakan pada citra
komet
digital komet hasil tes komet dengan pe-
10. Momen
Ekor
(Tail
moment)
yaitu
warna berpendar (fluorescent). Apabila pe-
menunjukkan panjang dari CoG kepala
warna komet adalah pewarna perak maka
hingga CoG ekor
harus terlebih dahulu menjadi citra negatif
11. Momen ekor Olive (Olive tail moment)
untuk dapat diolah menggunakan CASPLab
adalah hasil dari perkalian persentase
Comet Assay (17). Perangkat lunak pe-
DNA pada ekor komet dengan nilai hasil
ngolahan citra digital dapat digunakan untuk
pengurangan antara CoG ekor dengan
mengukur beberapa parameter dari citra
CoG kepala.
digital komet. Beberapa parameter tersebut
Tiga parameter yaitu persentase DNA
antara lain adalah sebagai berikut (12).
ekor (% T), panjang ekor dan momen ekor
1. DNA Kepala Komet (Head DNA) yaitu
adalah parameter yang paling umum di-
menunjukkan banyaknya DNA pada
gunakan dalam menganalisis citra komet.
kepala komet
Persentase DNA ekor merupakan parameter
2. DNA Ekor Komet (Tail DNA) yaitu
yang sangat disarankan dalam menganalisis
menunjukkan banyaknya DNA pada
citra komet. Hal tersebut dikarenakan % T
ekor komet
dapat diekspresikan dalam skala nominal
3. Persentase DNA Kepala Komet (% head
mulai dari 0 hingga 100 %. Dengan demi-
DNA) yaitu menunjukkan persentase
kian komparasi antara hasil penelitian yang
DNA pada kepala komet
menggunakan tes komet dapat dilakukan.
4. Persentase DNA Ekor Komet (% tail
Kondisi
elektroforesis
dalam
penelitian
DNA) yaitu menunjukkan persentase
dengan menggunakan tes komet harus di-
DNA pada ekor komet
atur sedemikian rupa sehingga sel pada
5. Radius Kepala Komet (Head radius)
kelompok kontrol atau tanpa perlakuan tetap
yaitu menunjukkan radius pada kepala
menunjukkan proses migrasi DNA dengan
komet
nilai % T sebesar 5 hingga 10 (19).
6. Panjang Ekor Komet (Tail length) yaitu
Analisis citra komet secara manual
menunjukkan panjang ekor komet yang
sebaiknya dilakukan pada sebanyak 100
diukur dari batas paling kanan kepala
citra komet. Dengan demikian nilai yang
40
Optimalisasi Tes Komet Untuk Penentuan Tingkat Kerusakan DNA Akibat Paparan Radiasi Pengion (Dwi Ramadhani)
ISSN 1411 – 3481
diperoleh berada dalam kisaran 0 sampai 400. Satuan yang umum digunakan dalam
Tes komet sangat sensitif untuk men-
analisis manual adalah “arbitrary units” (au).
deteksi 100 hingga beberapa ribu patahan
Nilai tersebut dapat dikonversikan menjadi 0
(breaks) dari setiap sel manusia yang ter-
hingga 100 au dengan membagi empat nilai
ekspresikan sebagai % T. Penelitian mem-
hasil analisis manual dari sebanyak 100 citra
perlihatkan bahwa terdapat hubungan yang
komet. Hal tersebut dilakukan agar nilai au
hampir linier antara jumlah breaks dengan
yang
dikomparasikan
peningkatan dosis radiasi mulai dari 0
dengan nilai % T pada hasil analisis citra
hingga 10 Gy. Kurva yang menggambarkan
komet dengan
menggunakan perangkat
hubungan antara dosis radiasi pengion
lunak pengolahan citra (20). Analisis semi
dengan besarnya % T dapat digunakan
kuantitatif
untuk mengkonversi hasil analisis citra
diperoleh
dapat
lainnya
adalah
dengan
6
menghitung nilai indeks kerusakan genetik
komet menjadi jumlah lesions per 10
(Genetic Damage Index). Seperti halnya
pasangan basa DNA (Gambar 3) (19).
analisis manual citra komet dikategorikan
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa
menjadi lima tipe yaitu tipe 0 yaitu pada sel
dosis radiasi sinar Gamma sebesar 1 Gy
yang tidak mengalami kerusakan hingga tipe
dapat menginduksi 0,29 patahan pada untai
IV pada sel dengan kerusakan tinggi. Indeks
DNA (strand breaks) per 10 Dalton DNA
kerusakan genetik (GDI) kemudian dihitung
(22). Massa 1 pasangan basa (bp) adalah
dengan persamaan berikut (20).
sebesar 650 Da (21).
9
Gambar 3. Kurva yang menggambarkan hubungan antara dosis radiasi pengion dengan besarnya % T dari 12 laboratorium yang berbeda (25).
41
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 17, No 1, Februari 2016; 37-48
Tingkat
pada
Variasi antar laboratorium dapat dipastikan
kurva kalibrasi dapat diguna-kan untuk
akan terjadi mengingat metode yang diguna-
menghitung jumlah kerusakan (lesions) per
kan tidaklah sama. Beberapa usaha telah
6
10
kemiringan
(slopes)
ISSN 1411 - 3481
bp berdasarkan % DNA ekor pada
komet dengan persamaan berikut (22).
dilakukan secara ekstensif oleh peneliti di dunia untuk meminimalisasi variasi tersebut dengan menstandardisasi metode tes komet yang digunakan. Tahapan kritis pada tes komet kini telah diidentifikasi yaitu pada konsentrasi agarose yang digunakan, waktu
Laboratorium
yang
menggunakan
inkubasi pada alkali dan kondisi elektro-
teknik tes komet untuk mengetahui tingkat
foresis (waktu, temperatur serta gradien
kerusakan DNA sangat disarankan memiliki
volt-ase yang digunakan) (23).
kurva kalibrasi hubungan dosis radiasi peng-
Bahkan saat ketiga tahapan tersebut
ion dengan besarnya % T. Kurva tersebut
telah dikontrol variasi terkadang tetap terjadi.
dapat digunakan untuk mengkonversi hasil
Alternatif lain adalah dengan menggunakan
analisis citra komet menjadi jumlah lesions
standard acuan pada penelitian yaitu sel
6
per 10 pasangan basa (bp) DNA. Dosis
dengan tingkat kerusakan DNA yang telah
yang digunakan dalam pembuatan kurva
diketahui secara pasti. Paparan sinar X
dapat berkisar antara 0 hingga 10 Gy. Apa-
dengan dosis tertentu atau pemberian H2O2
bila laboratorium tidak memiliki peralatan
pada konsentrasi yang diketahui secara
untuk
pasti dapat dilakukan untuk membuat sel
melakukan
analisis
citra
komet
dengan perangkat lunak pengolahan citra
standard
maka
acuan sangat berguna saat melakukan
analisis
dapat
dilakukan
secara
manual. Seperti telah dijelaskan sebelum-
penelitian
nya
panjang
analisis
secara
manual
sebaiknya
dilakukan pada 100 komet sehingga diper-
acuan.
Penggunaan
berkelanjutan untuk
standard
dalam
mengetahui
jangka
konsistensi
metode yang digunakan (23).
oleh nilai analisis manual dalam kisaran 0
Idealnya sel standard acuan harus
sampai 400. Nilai analisis manual kemudian
diletakkan dalam gel yang sama dengan sel
dibagi empat sehingga diperoleh kisaran
sampel. Masalah yang timbul kemudian
nilai 0 hingga 100 yang dapat dikomparasi-
adalah bagaimana membedakan sel stan-
kan dengan nilai %T.
dard acuan dengan sel sampel setelah proses elektroforesis dan pewarnaan selesai
3. VARIASI HASIL ANALISIS TES KOMET
dilakukan. Hingga kini terdapat beberapa
Variasi pada hasil tes komet me-
cara untuk membedakan sel standard acuan
rupakan permasalahan yang penting untuk
dengan sel sampel, meskipun sel standard
diperhatikan. Variasi dapat terjadi antara be-
acuan tidak belum digunakan secara rutin
berapa percobaan dalam satu laboratorium
pada laboratorium tes komet. Identifikasi sel
meski
standard acuan dapat dilakukan dengan
42
metode
yang
digunakan
sama.
Optimalisasi Tes Komet Untuk Penentuan Tingkat Kerusakan DNA Akibat Paparan Radiasi Pengion (Dwi Ramadhani)
penggunaan
ISSN 1411 – 3481
(BrdU)
pemberian paparan radiasi pada dosis
yang dapat terinkorporasi kedalam timidin
tertentu masih terdapat aspek yang harus
pada DNA untuk kemudian diwarnai dengan
diperhatikan. Metode tes komet yang di-
pe-warna fluorescent. Sel standard acuan
gunakan pada sel standard acuan dan sel
dan
sampel tidak akan pernah sama seratus
sel
bromodeoxyuridine
sampel
kemudian
dibedakan
dengan mengunakan filter yang berbeda pada
mikroskop
persen (23).
Metode
Hingga kini beberapa usaha telah
lainnya adalah dengan menggunakan sel
dilakukan oleh konsorsium ECVAG (Europe-
dari orga-nisme yang berbeda misalnya sel
an Comet assay Validation Group) untuk
eritrosit ikan. Sel standard acuan yaitu sel
mengetahui secara pasti variasi yang timbul
eritrosit ikan akan dengan mudah dapat
serta penyebabnya pada hasil tes komet.
dibedakan dengan sel sampel yaitu sel
Percobaan pertama dilakukan dengan me-
limfosit darah tepi manusia karena memiliki
libatkan 12 laboratorium di Eropa (25). Per-
bentuk yang berbeda (23).
cobaan kedua dilakukan dengan melibatkan
fluorescenct.
standard
acuan
10 laboratorium (26). Variasi antar laborato-
dan
tanpa
rium umumnya disebabkan oleh perbedaan
perlakuan sebagai kontrol negatif dalam
metode tes komet yang digunakan. Variasi
suatu penelitian sangat disarankan. Hingga
yang terjadi dapat dikurangi apabila hasil
kini belum terdapat konsensus mengenai
akhir analisis dikonversi menjadi nilai fre-
sumber yang digunakan dalam membuat sel
kuensi patahan (breaks) DNA mengguna-
standard acuan. Paparan radiasi pengion
kan kurva kalibrasi hubungan dosis radiasi
memiliki kelebihan bila digunakan dalam
pengion dengan besarnya % T. Percobaan
membuat sel standard acuan yaitu dapat
ketiga
diketahui secara pasti jumlah breaks pada
mengimplementasikan metode standard tes
DNA
kalibrasi
komet agar mengurangi variasi yang akan
hubungan dosis radiasi pengion dengan
timbul. Sayangnya beberapa laboratorium
besarnya % T (24). Secara prinsip konversi
mengalami
hasil
metode tersebut (27). Percobaan keempat
Penggunaan sebagai
kontrol
dengan
analisis
sel positif
bantuan
tes
komet
sel
kurva
sebagai
nilai
dilakukan
dengan
kesulitan
untuk
tujuan
untuk
mengadopsi
frekuensi patahan (breaks) DNA mengguna-
dilakukan
kan kurva kalibrasi hubungan dosis radiasi
penyebab variasi dan disimpulkan bahwa
pengion dengan besarnya % T adalah salah
masih sulit mengidentifikasi secara pasti
satu cara agar hasil tes komet antar peneliti-
penyebab terbentuknya variasi antar labo-
an dapat dibandingkan. Akan tetapi konversi
ratorium (28). Meskipun demikian secara
tersebut bukan tanpa masalah mengingat
garis besar seperti telah dijelaskan sebelum-
banyak peneliti tidak memiliki akses ter
nya bahwa tahapan kritis pada tes komet
hadap sumber radiasi sehingga sulit untuk
adalah pada konsentrasi agarose yang
memiliki kurva kalibrasi sendiri. Bahkan saat
digunakan, waktu inkubasi pada alkali dan
sumber radiasi tersedia dan memungkinkan
kondisi elektroforesis (waktu, temperatur
untuk memiliki sel standard acuan dengan
serta gradien voltase yang digunakan).
untuk
mengidentifikasi
faktor
43
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 17, No 1, Februari 2016; 37-48
Komet akibat paparan radiasi pengion
ISSN 1411 - 3481
konsentrasi akhir
agarose sebesar
0,6
terutama dipengaruhi oleh waktu elektro-
hingga 0,8 %, lama waktu inkubasi alkali
foresis dan gradien voltase elektroforesis
lebih kurang 40 menit dan elektroforesis
yang digunakan. Waktu elektroforesis ber-
dilakukan selama 20 hingga 30 menit
variasi hingga paling lama selama 40 menit
dengan
sedangkan
umumnya
kurang 1 V/cm. Kondisi apapun yang
sebesar 0,2 hingga 1,6 V/cm. Pengukuran
digunakan harus dilakukan secara seksama
gradien voltase elektroforesis yang diguna-
dan cermat serta dilaporkan dalam publikasi
kan harus dilakukan dengan meletakkan
agar dapat dilakukan komparasi dengan
slide berada diantara elektroda karena
laboratorium lain (23). Hingga kini masih
lokasi tersebut adalah lokasi dimana poten-
terdapat perdebatan mengenai parameter
sial elektrik menarik DNA yang mengalami
utama yang paling relevan untuk digunakan
kerusakan
Peng-
dalam analisis komet. Panjang ekor komet
hitungan nilai gradien voltase elektroforesis
kini tidak banyak lagi digunakan oleh para
(V/cm) dapat dilakukan dengan bantuan
peneliti. Parameter % T terutama pada sel
lembar kerja Microsoft Excel yang bisa
limfosit darah tepi lebih banyak digunakan
diunduh pada alamat berikut http://comics.
terutama dalam studi biomonitoring sebagai
vitamib.com/electrophoresis-physics.
parameter akhir analisis komet. Perdebatan
gradien
keluar
voltase
dari
nukleus.
gradien
voltase
sebesar
lebih
Secara umum proses elektroforesis
mengenai penggunaan % T atau momen
direkomendasikan untuk dilakukan dalam
ekor sebagai parameter akhir analisis komet
lemari pendingin sehingga temperatur pada
telah mengaburkan masalah yang sebenar-
solusi dan gel tidak meningkat hingga me-
nya yaitu apakah parameter akhir dalam
lebihi 15 °C. Penelitian McKelvey-Martin et
analisis komet dapat berguna bagi peneliti
al. (1993) memperlihatkan bahwa terdapat
yang tidak terbiasa dengan tes komet.
sedikit perbedaan pada komet yang ter-
Penelitian dengan menggunakan limfosit
bentuk dengan melakukan elektroforesis
darah tepi pada studi biomonitoring manusia
pada 5 °C atau 10 °C. Sel yang digunakan
parameter akhir berupa % T dianggap lebih
dalam penelitian tersebut adalah sel limfosit
menguntungkan dan lebih banyak diguna-
yang diradiasi dan tidak diradiasi (29).
kan oleh para peneliti lainnya (24).
Peningkatan yang signifikan pada migrasi DNA terjadi saat elektroforesis dilakukan
4. KESIMPULAN Tes komet dapat digunakan untuk
pada temperatur tinggi (mencapai 25 °C). Hasil penelitian tersebut dikonfirmasi oleh
mengetahui
penelitian
Beberapa
Sirota
et
al.
(2014)
yang
tingkat hal
perlu
kerusakan
DNA.
dilakukan
untuk
membandingkan antara elektroforesis pada
meningkatkan keakuratan analisis hasil tes
temperatur 4 °C dan 20 °C (30).
komet
Secara
keseluruhan
direkomendasikan
44
adalah
serta
mendapatkan
hasil
yang
yang
konsisten dan mencegah variasi yang akan
menggunakan
timbul. Pertama perlu dibuat kurva kalibrasi
kondisi
Optimalisasi Tes Komet Untuk Penentuan Tingkat Kerusakan DNA Akibat Paparan Radiasi Pengion (Dwi Ramadhani)
ISSN 1411 – 3481
yang menggambarkan hubungan antara
of Pharmacology and
dosis radiasi pengion dengan besarnya %T.
Pharmacotherapeutics2011;2(2):107-
Kurva
111.
tersebut
dapat
digunakan
untuk
mengkonversi hasil analisis citra komet
4.
6
Langie SAS, Azqueta A, Collins AR.
menjadi jumlah lesions per 10 pasangan
The comet assay: past, present, and
basa
future. Frontiers in
DNA.
Kedua
perlu
dilakukan
genetics2015;6(266):6-8.
penghitungan gradien voltase elektroforesis yang digunakan dalam tes komet. Gradien
5.
Azqueta A, Slyskova J, Langie SAS,
voltase yang disarankan untuk digunakan
Gaivão IO, Collins A.Comet assay to
dalam tes komet adalah sebesar 1 V/cm.
measure DNA repair: approach
Ketiga perlu dipertimbangkan penggunaan
andapplications.Frontiers in genetics
sel standard acuan yaitu dengan sel eritrosit
2014;5(288):71-78.
ikan atau dengan penggunaan BrdU pada
6.
Ersson C, Moller L. The effects on DNA
sel limfosit tepi manusia sehingga dapat
migration of altering parameters in the
dibedakan
comet assay protocol suchas agarose
dengan
sel
menganalisis hasil tes
sampel
saat
density, electrophoresis conditions and
komet. Terakhir
penggunaan perangkat lunak pengolahan
durations of the enzyme or thealkaline
citra untuk menganalisis hasil tes komet
treatments.Mutagenesis
harus dilakukan untuk meningkatkan akurasi
2011;26(6):689–695.
dan presisi serta mengurangi subjektivitas
7.
Lovell DP, Omori T. (REVIEW) Statistical issues in the use of the
dalam menganalisis citra komet.
comet assay. Mutagenesis 5. DAFTAR PUSTAKA 1.
Alatas Z, Lusiyanti Y, Purnami S,
3.
8.
CellBiolabs, Inc. Comet Assay Kits, 3-
Ramadhani D, Lubis M, Suvifan VA.
Well (Internet). Cell Biolabs, Inc; (cited
Respon Sitogenetik Penduduk Daerah
2016 Feb 28). Available from:
Radiasi Alam Tinggi di Kabupaten
http://www.cellbiolabs.com/comet-
Mamuju, Sulawesi Barat. Jurnal Sains
assay-kits-3-well
dan Teknologi Nuklir Indonesia
2.
2008;23(3):171–182.
9.
Collins A.The Comet Assay (Principles,
2012;13(1):13–26.
Applications, and Limitations).
Alatas Z. Ketidakstabilan Genom Akibat
InDidenko VV editor. In Situ Detection
Radiasi. Prosiding Presentasi Ilmiah
of DNA Damage (Methods and
Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
Protocols), 1st ed.New York: Humana
XI, Jakarta: Penerbit PTKMR;2006.
Press;2002.
Nandhakumar S, Parasuraman S,
10. Azqueta A, Meier S, Priestley C,
Shanmugam MM, Ramachandara RK,
Gutzkow KB, Brunborg G, SalletteJ, et
Parkash C, Vishnu BB. Evaluation of
al. The influence of scoring method on
DNA damage using single-cell gel
variability in results obtained with the
electrophoresis (Comet Asay). Journal
comet assay. 45
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 17, No 1, Februari 2016; 37-48
Mutagenesis2011;26(3):393–399. 11. Lehnert S.Biomolecular Action of
Mutagenesis2008;23:143–151. 20. Mohammadi S, Taghavi-dehaghani M,
Ionizing Radiation.New York (NY):
Gharaati MR, Masoomi R, Ghiassi-
Taylor & Francis Group; 2007.
Nejad M. Adaptive Response of Blood
12. Lovell DP.Statistical Analysis of Comet
Lymphocytes of Inhabitants Residing in
Assay Data. In Dhawan A, Anderson D
High Background Radiation Areas of
editors.The Comet Assay in
Ramsar- Micronuclei , Apoptosis and
Toxicology.Cambridge:The Royal
Comet Assays. Journal of Radiation
Society of Chemistry; 2009.
Research 2006;47(3-4):279–85.
13. Garcia O, Romero I, Gonzalez JE,
21. Ahnström G, Erixon K.Measurement of
Moreno DL, Cuetara E, Rivero Y,et al.
strand breaks by alkaline denaturation
Visual estimation of the percentage of
and hydroxyapatite chromatography.In
DNA in the tail in the comet assay:
Friedberg EC, Hanawalt PC editors.
Evaluation of different approaches in an
DNA Repair: A Laboratory Manual of
intercomparison exercise. Mutation
Research Procedures. New York:
Research 2011;720:14–21.
Marcel Dekker;1981.
14. Helma C, Uhl M. A public domain
22. Kohn KW, Erickson LC. Ewig RA,
image-analysis program for the single-
Friedman CA.Fractionation of DNA
cell gel-electrophoresis comet assay.
from mammalian cells by alkaline
Mutation Research2000;466:9–15.
elution.Biochemistry 1976;15:4629–
15. Collins TJ. ImageJ for microscopy. BioTechniques2007;43:S25-S30. 16. Putra D. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta:Andi Press;2010. 17. Konca K, Lankoff A, Banasik A, Lisowska H, Kuszewski T, Gozdz S, et al. A cross-platform public domain PC
4637. 23. Collins AR, Yamani NE, Lorenzo Y, Shaposhnikov S, Brunborg G, Azqueta A. Controlling variation in the comet assay. Frontiers in Genetic 2014;5(359):1-6. 24. Møller P, Loft S, Ersson C, Koppen G,
image-analysis program for the comet
Dusinska M, Collins A. On the search
assay. Mutation Research2003;534:15–
for an intelligible comet assay
20.
descriptor. Frontiers in Genetic
18. González JE, Romero I, Barquinero JF, García O. Automatic Analysis of Silver-
2014;5(217): 1-4. 25. Forchhammer L, Johansson C, Loft S,
stained Comets by CellProfiler Software.
Moller L, Godschalk RWL, Langie SAS,
Mutation Research 2012;748:60–64.
et al. Variation in the measurement of
19. Collins AR, Oscoz AA, Brunborg G,
46
ISSN 1411 - 3481
DNA damage by comet assay
Isabel-Gaiva˜o I, Giovannelli L, Marcin-
measured by the ECVAG inter-
Kruszewski M,et al. The Comet
laboratory validation trial.
assay:topical issues.
Mutagenesis2010;25(2):113–123.
Optimalisasi Tes Komet Untuk Penentuan Tingkat Kerusakan DNA Akibat Paparan Radiasi Pengion (Dwi Ramadhani)
26. Johansson C, Moller P, Forchhammer L,
ISSN 1411 – 3481
variations of DNA strand breaks and
Loft S, Godschalk RWL, Langie SAS, et
FPG-sensitive sites in human
al. An ECVAG trial on assessment of
mononuclear cells. Mutagenesis
oxidative damage to DNA measured by
2013;28(3):279–286.
the comet assay. Mutagenesis2010;25(2):125–132. 27. Forchhammer L, Ersson C, Loft S,
29. McKelvey-Martin VJ, Green MHL, Schmezer P, Pool-Zobel BL, deMéo MP, Collins AR. The single cell gel
Moller L, Godschalk RWL, Schooten
electrophoresis assay(comet assay): a
FJ,et al.Inter-laboratory variation in
European review. Mutation
DNA damage using a standard comet
Research1993;288:47–63.
assay protocol. Mutagenesis2012;27(6):665–672. 28. Ersson C, Møller P, Forchhammer L,
30. Sirota NP, Zhanataev AK, Kuznetsova EA, Khizhnyak EP, AnisinaEA, Durnev AD. Some causes of inter
Loft S, Azqueta A, Godschalk RWL, et
laboratoryvariation in the results of
al. An ECVAG inter-laboratory
comet assay. Mutation Research2014;
validation study of the comet assay:
770:16–22.
inter-laboratory and intra-laboratory
47
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 17, No 1, Februari 2016; 37-48
48
ISSN 1411 - 3481