A-4-1
OPTIMALISASI PENGGUNAAN JARINGAN KOMPUTER PEMANTAU LALU LINTAS MENGGUNAKAN MULTICAST TUNNEL DAN ALOKASI LEBAR PITA SECARA DINAMIS Sholeh Hadi Setyawan, ST, MKom Jurusan Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya Gedung TC, Lantai 2, Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 e-mail :
[email protected] Muhammad Nasir, SSi, MKom Jurusan PMIPA, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Riau e-mail :
[email protected] ABSTRAK Sistem pemantauan lalu lintas menggunakan media video streaming membutuhkan lebar pita jaringan komputer yang sebanding dengan jumlah server dan pemantaunya. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan akan pemantauan lalu lintas baik oleh instansi terkait maupun masyarakat, akan meningkatkan kebutuhan akan lebar pita yang berdampak pada peningkatan biaya implementasi dan operasional. Agar dapat diperoleh efisiensi penggunaan biaya dan hasil yang diperoleh, dibutuhkan optimalisasi di sisi aplikasi maupun metode streaming. Optimalisasi di sisi aplikasi dapat dilakukan dengan menerapkan pengkodean MPEG-4 pada video streaming yang lebih efisien dibanding pengkodean MPEG-1 maupun MPEG-2. Streaming video pada jaringan komputer dapat dilakukan dengan metode unicast atau multicast. Keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan berkaitan dengan kebutuhan lebar pita dan kemudahan implementasi. Multicast streaming pada kondisi tertentu dapat memerlukan lebar pita yang lebih kecil daripada unicast streaming, tetapi umumnya tidak didukung oleh vendor perangkat keras jaringan komputer maupun perangkat lunak, serta membutuhkan konfigurasi yang lebih rumit. Untuk menggabungkan keunggulan keduanya hingga diperoleh penggunaan lebar pita yang lebih rendah dengan penerapan yang mudah dan murah, dilakukan dengan aplikasi multicast tunnel. Agar sistem dapat berkembang sejalan dengan aktifitas pemantauan namun dapat memberikan mutu yang maksimal, dibutuhkan alokasi lebar pita secara dinamis, melalui penataan kecepatan transmisi didasarkan pada pemantauan terhadap ketersediaan lebar pita. Kata kunci : multicast, video streaming, alokasi lebar pita
_____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-2
Pendahuluan Sistem pemantauan lalu lintas berbasis kamera yang disebarluaskan menggunakan jaringan komputer telah diimplementasikan di berbagai kota di berbagai negara. Sistem ini tidak hanya memberikan kemudahan bagi instansi-instansi yang terkait dengan kelancaran lalu lintas, tetapi juga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan bagi masyarakat luas. Pemanfaatan jaringan komputer untuk pemantauan dan pengendalian lalu lintas umumnya digunakan untuk aplikasi video streaming, distribusi data dan signal pengendali, serta komunikasi. Aplikasi yang menggunakan lebar pita jaringan komputer dalam jumlah besar adalah video streaming. Penggunaan jaringan ini akan sebanding dengan jumlah sumber video dan jumlah penerima apabila semua sumber dan semua penerima diaktifkan dalam waktu yang sama. Lebar pita jaringan komputer memiliki nilai yang terbatas, sehingga membatasi jumlah sumber video dan jumlah penerima yang dapat aktif pada saat yang sama. Jumlah sumber dan jumlah penerima tersebut bergantung pada besarnya lebar pita yang diperlukan oleh video stream, yang sebanding dengan ukuran pixel frame video, berapa kecepatan frame-nya, dan jenis kompresi apa yang digunakan. Sebagai ilustrasi, sebuah video dengan ukuran frame 176x144 piksel apabila ditransmisikan menggunakan encoding MPEG-4, dapat menggunakan lebar pita dari 14 kbps hingga 512 kbps. Lebar pita yang rendah akan menurunkan mutu gambar dan menurunkan kecepatan tampilan frame yang dapat dilihat oleh penerima. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi mutu penerimaan adalah besarnya delay karena round trip time (RTT), delay karena jitter, dan packet loss [1]. Delay karena RTT terjadi karena adanya waktu yang dibutuhkan oleh data packet dari sumber ke penerima melalui media transmisi. Delay karena jitter terjadi apabila terjadi antrian pada salah satu atau lebih jalur antara sumber dan penerima diakibatkan oleh besarnya transmisi yang melebihi kapasitas jaringan. Packet loss adalah hilangnya data packet antara lain akibat adanya delay yang terlalu lama, atau karena koneksi yang terputus-putus. Apabila jaringan komputer tersebut berbasis protokol TCP/IP (Transfer Control Protocol / Internet Protocol), maka dimungkinkan untuk mengirimkan video streaming menggunakan dua jenis transmisi yaitu IP unicast dan IP multicast. Pada transmisi IP unicast, besarnya lebar pita jaringan komputer yang dibutuhkan adalah sebanding dengan jumlah koneksi satu sumber ke satu penerima. Sebagai contoh untuk sistem jaringan komputer dengan lebar pita maksimum 10 Mbps, yang terdiri dari 10 video server dan masing-masing ditransmisikan dengan lebar pita 0,5 Mbps, maka pada satu saat yang sama, hanya dimungkinkan 20 koneksi. Jika dibutuhkan pemantauan keseluruhan video server pada saat yang bersamaan, maka hanya dimungkinkan maksimum 2 lokasi pemantau untuk mendapatkan gambar video yang real time tanpa terputus-putus. Sebagai contoh misalnya dibangun sebuah jaringan komputer pemantauan lalu lintas di suatu kota besar, yang menggunakan media wireless LAN dengan kapasitas maksimum 11 Mbps. Apabila terdapat 11 kamera masing-masing dengan transmisi 0,5 Mbps, maka pada saat yang sama kesemua video hanya dapat dipantau oleh ruang operasi Polwiltabes dan Kantor Walikota dengan hasil yang bagus. Apabila dibutuhkan lebih banyak pengamat, misalkan ditransmisikan ke internet, maka kecepatan transmisi harus diturunkan agar kesemuanya mendapatkan hasil yang bagus. _____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-3
W orkstation
Video Server
Ethernet Server
W orkstation
W ide Area Network
W orkstation
Ethernet Server
Computer
Computer
Router
Router
Laptop
Laptop
LAN di Lokasi Video Server ke-1
LAN di Lokasi Pemantau (Ruang Operasi)
LAN di Lokasi Video Server ke-2
LAN di Lokasi Video Server ke-N
G a m b a r 1 . T o p o lo g i U m u m J a rin g a n K o m p u te r S is te m P e m a n ta u a n L a lu L in ta s
Jika sebaran penempatan video camera memungkinkan dibangunnya jaringan komputer dengan lebar pita yang besar seperti sebuah kota besar di atas, maka biaya akan relatif lebih murah dibanding apabila sebarannya melingkupi areal yang lebih luas, misalnya seluruh pelosok propinsi, seperti yang terjadi pada sistem pemantauan 15 lokasi jembatan timbang yang tersebar di seluruh pelosok Propinsi Jawa Timur. Topologi umum sistem semacam ini dapat dilihat pada Gambar 1. Biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem ini terkait dengan lebar pita yang dibutuhkan. Apabila dibangun menggunakan koneksi dial-up telepon POTS, maka lebar pita yang dimungkinkan setiap link adalah maksimal 56 kbps. Apabila menggunakan media satelit, maka biaya sewa untuk link dengan lebar pita 0,5 Mbps per titik bisa mencapai kisaran Rp 30 juta per bulan. Sedangkan apabila menggunakan media wireless LAN dengan lebar pita 11 Mbps, dibutuhkan pembangunan repeater-repeater di sepanjang jalur dari Surabaya menuju tiap-tiap lokasi. Dengan demikian dapat dilihat bahwa agar didapatkan efisiensi, maka penggunaan jaringan komputer untuk pemantauan lalu lintas membutuhkan optimalisasi berdasarkan banyaknya server, besarnya kebutuhan pemantau, jenis kompresi data yang digunakan, serta sejauh mana mutu video yang diinginkan setiap pemantau. Metoda Optimalisasi Kompresi Video Saat ini salah satu metode kompresi video streaming yang efisien adalah MPEG4, lebih efisien dibanding metode yang sebelumnya yaitu MPEG-1 dan MPEG-2 [3]. Aplikasi server yang menggunakan metode pengkodean ini antara lain adalah Apple Darwin Streaming Server dan MPEG4IP (www.mpeg4ip.net). Keduanya dapat dipakai secara bebas untuk tujuan non komersial dan bersifat open-source. Sedangkan untuk aplikasi di sisi pengguna dapat digunakan Apple Quicktime versi 6.0 (www.quicktime.com) atau gmp4player dari MPEG4IP yang keduanya juga dapat dipakai secara bebas untuk tujuan non komersial. Apabila teknik MPEG-1 dan MPEG-2 didasarkan pada area segi-empat pada frame video natural, maka MPEG-4 memiliki cakupan yang lebih luas. Penampilan MPEG-4 memungkinkan pengkodean baik video natural maupun sintetis dan _____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-4
memungkinkan akses berdasarkan content (isi) terhadap obyek individual pada suatu gambar. Stream data MPEG-4 hasil proses pengkodean memiliki hirarki sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hirarki struktur sintaktik data stream hasil pengkodean MPEG-4. MPEG-4 menggunakan perangkat kompresi yang sama dengan yang digunakan pada MPEG-1 dan MPEG-2. Tetapi dengan struktur di atas, MPEG-4 memungkinkan kompresi dengan kecepatan transmisi yang lebih rendah karena menggunakan predictor pada saat melakukan pengkodean hasil langkah pengurangan pengulangan berdasarkan waktu (temporal) dan ruang (spatial). MPEG-4 dapat mendeteksi adanya gerakan obyek sehingga dapat menentukan bagian-bagian mana dari gambar yang bersifat statis. Kedua bagian vektor gerakan dan informasi bentuk ini dikodekan menggunakan metode yang berbeda, menghasilkan kompresi yang lebih efisien. MPEG-4 juga mendukung errorrecovery (pemulihan akibat adanya kesalahan) dengan cara menambahkan penanda sinkronisasi ke dalam bitstream. Optimalisasi Jaringan Komputer Ada 3 macam cara pengiriman data packet melalui jaringan komputer, yaitu unicast, multicast dan broadcast. Metode unicast mengirimkan packet dari satu sumber ke satu tujuan. Metode broadcast mengirimkan packet dari satu sumber ke seluruh host yang ada pada jaringan komputer. Metode multicast mengirimkan packet dari satu sumber ke satu atau lebih tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Keunggulan metode multicast dan broadcast adalah mampu mengirimkan informasi ke banyak tujuan pada saat yang sama, dengan penggunaan jaringan yang
LAN Sumber
multicast
multicast tunnel
unicast
Wide Area Network
unicast
multicast tunnel
multicast
LAN Tujuan
Gambar 4. Multicast Tunnel
setara dengan metode unicast yang hanya untuk satu host tujuan. Mode broadcast identik dengan siaran televisi atau radio, dimana penyedia informasi menentukan apa informasi yang akan disiarkan, dimana dan kapan. Apabila pengguna mulai aktif di saat siaran sudah berlangsung, maka pengguna akan mengikutinya. Apabila tidak ada pengguna yang aktif, maka siaran tetap dilaksanakan. _____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-5
Metode multicast sedikit berbeda, dimana siaran dimulai berdasarkan aktivasi dari pengguna. Apabila pengguna mulai aktif di saat siaran sudah berlangsung, maka pengguna akan mengikutinya seperti halnya pada siaran broadcast. Tetapi apabila pengguna aktif disaat siaran belum diselenggarakan, maka aktivasi pengguna akan menyebabkan provider mulai mengaktifkan siarannya [4]. Pada pengalamatan IP, address untuk multicast adalah yang diawali dengan bit “1110” sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2, dengan range 224.0.0.0 hingga 239.255.255.255.
Bit 0 31 Address Range: +-+---------------------------+ |0| Class A Address | 0.0.0.0-127.255.255.255 +-+---------------------------+ +-+-+-------------------------+ |1 0| Class B Address | 128.0.0.0-191.255.255.255 +-+-+-------------------------+ +-+-+-+-----------------------+ |1 1 0| Class C Address | 192.0.0.0-223.255.255.255 +-+-+-+-----------------------+ +-+-+-+-+---------------------+ |1 1 1 0| MULTICAST Address | 224.0.0.0-239.255.255.255 +-+-+-+-+---------------------+ +-+-+-+-+-+-------------------+ |1 1 1 1 0| Reserved | 240.0.0.0-247.255.255.255 +-+-+-+-+-+-------------------+
Gambar 3. Alokasi IP Address Meskipun banyak manfaat yang didapatkan dengan penerapan multicast, akan tetapi masih terdapat ratusan host terutama router yang belum dapat mendukung metode ini [5]. Sehingga untuk sistem pemantauan lalu-lintas yang topologi umum jaringan komputernya seperti pada Gambar 1, sulit diterapkan multicast terhadap video streaming yang ada pada LAN yang memiliki video server (sisi kiri)ke LAN di lokasi pemantau (sisi kanan). Maka agar manfaat metode multicast yang dapat mengoptimalkan penggunaan jaringan komputer dapat dirasakan oleh sistem pemantauan lalu-lintas, maka dibutuhkan sebuah multicast tunnel. Prinsip kerja dasar dari multicast tunnel yang diilustrasikan pada Gambar 4 adalah sebagai berikut :
Multicast tunnel di pasang di dua sisi, yaitu pada LAN sumber dan pada LAN tujuan.
Multicast tunnel pada LAN sumber akan melakukan subscription pada address multicast yang telah ditentukan. Apabila terdapat traffic pada address tersebut, maka multicast tunnel akan mengcopy informasi setiap packet dan mentransmisikannya dalam bentuk unicast ke multicast tunnel di sisi LAN tujuan.
Karena ditransmisikan menggunakan unicast, maka permasalahan kurangnya dukungan router terhadap multicast dapat dihilangkan, dan informasi dapat mengalir dari LAN sumber ke LAN penerima.
_____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-6
Multicast tunnel pada LAN tujuan akan menerima packet unicast dari multicast tunnel sumber dan menerjemahkan tiap informasi menjadi traffic multicast pada LAN tujuan.
Dengan demikian pada LAN tujuan akan muncul traffic multicast yang dapat dimaanfaatkan oleh host-host yang ada pada LAN Tujuan, dengan tetap memungkinkan pemanfaatan traffic multicast untuk host-host yang ada di LAN sumber. Dengan kata lain, semua host baik yang ada pada LAN sumber dan LAN tujuan dapat menikmati layanan video streaming multicast dengan penggunaan lebar pita jaringan yang lebih kecil dibandingkan penggunaan metode unicast.
Salah satu implementasi multicast tunnel adalah aplikasi mTunnel [6]. Aplikasi ini menggunakan lingkungan pengembangan Java, sehingga memiliki keunggulan dapat diimplementasikan di banyak platform sistem operasi. Aplikasi ini terdiri dari beberapa modul, antara lain : 1. Tunneler : adalah bagian yang secara aktual melakukan proses tunneling dari satu ujung tunnel ke ujung lainnya. Bagian ini memantau sejumlah socket multicast yang akan dilewatkan ke tunnel, melakukan enkapsulasi data yang masuk, serta mengirimkan hasilnya melalui tunnel. Tunneler di sisi yang lain akan menerima data yang sudah dienkapsulasi, dan menerjemahkan kembali menjadi packet multicast. 2. Controller : adalah bagian yang menjaga sinkronisasi antara dua ujung tunnel. Apabila ujung sumber menciptakan session baru, maka ujung tujuan harus diberitahu untuk menciptakan session baru yang bersesuaian. Demikian juga apabila ujung sumber mengakhiri session, maka ujung tujuan juga melakukan hal yang sama. 3. Web interface : berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengguna mengenai status session yang sedang aktif, statistik traffic, dan memungkinkan pengguna untuk mengendalikan dan menciptakan session. Agar dicapai kinerja yang optimal untuk traffic yang tinggi, maka aplikasi multicast tunnel hendaknya dibangun menggunakan lingkungan yang berhubungan langsung dengan kernel, bukan seperti mTunnel yang menggunakan Java Virtual Machine. Untuk itu konsep mTunnel dapat ditulis ulang menggunakan framework yang telah banyak dipergunakan untuk aplikasi jaringan yaitu ACE (Adaptive Communication Environment) [7]. Optimalisasi Alokasi Lebar Pita Jaringan Komputer Pengkodean video streaming menggunakan MPEG-4 memungkinkan alokasi lebar pita yang dinamis dengan mempertemukan antara kebutuhan akan gambar yang bermutu baik dengan ketersediaan lebar pita jaringan komputer (available bandwidth) dan dengan banyaknya session streaming yang sedang aktif. Pada kondisi dimana terdapat ketersediaan lebar pita yang besar, maka alokasi lebar pita untuk MPEG-4 dapat dinaikkan sehingga diperoleh gambar yang bagus dengan frame rate yang lebih tinggi, dan dapat diturunkan apabila ada kebutuhan koneksi session lain yang baru. Untuk itu diperlukan mekanisme-mekanisme sebagai berikut :
Pengukuran available-bandwidth dilakukan sebelum tercipta session baru. Beberapa metode pengukuran available-bandwidth [8] yang dapat diterapkan antara lain
_____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-7
TOPP [9], Pathload [10], IGI, Pathchirp[11], Spruce[12], dan Bfind [13]. Pengukuran ini hendaknya diuji ulang dengan secara periodik pada saat-saat berikutnya setelah dilakukan penyesuaian untuk memperkecil kesalahan estimasi.
Dari hasil pengukuran ditetapkan besarnya alokasi lebar pita session baru, dan besarnya pengubahan alokasi lebar pita session eksisting berdasarkan prioritas dan ketersediaan lebar pita maksimum.
Dilakukan penyesuaian terhadap alokasi lebar pita pada session yang sudah ada dan yang akan diciptakan.
Dengan mekanisme tersebut, maka alokasi lebar pita jaringan komputer untuk session video streaming dilakukan secara dinamis, untuk memberikan hasil yang optimal. Hasil dan Diskusi Metoda di atas diterapkan pada Sistem Komputerisasi Jembatan Timbang Propinsi Jawa Timur, yang terdiri dari 15 jembatan timbang yang tersebar di seluruh Jawa Timur dan dipantau di Ruang Operasi Dinas Lalu Lintas Angkutan dan Jalan Propinsi Jatim. Terdapat 10 titik yang terhubung melalui radio-link dengan kapasitas maksimum 11 Mbps, dan 5 titik terhubung melalui satelit dengan kapasitas maksimum 64 kbps. Sistem ini dapat berjalan dengan optimal untuk sistem radio-link pada kondisi video stream dengan ukuran frame 320x240 piksel, frame rate 5 frame per detik, alokasi lebar pita 25 – 256 kbps. Sedangkan untuk sistem satelit, kondisi video stream yang memungkinkan adalah ukuran frame 176x144 piksel, frame rate 1 frame per detik, alokasi lebar pita 15 – 32 kbps. Ujicoba menunjukkan bahwa streaming pada ukuran frame dan lebar pita yang sama, menghasilkan frame rate yang lebih rendah dibanding dengan pengiriman menggunakan unicast. Ini dapat dimengerti karena proses tunneling menambahkan delay karena adanya overhead proses pada penerjemahan antara metode unicastmulticast dan sebaliknya. Sebagai ilustrasi, metode unicast untuk stream dengan frame 320x240 piksel, lebar pita 256 kbps, dapat dilakukan tanpa terputus-putus pada frame rate 15 frame per detik. Sedangkan dengan metode multicast tunnel, hanya didapatkan maksimal frame rate 5 frame per detik. Dibutuhkan pengembangan lebih lanjut agar metode ini bisa diterapkan dengan lebih mengurangi delay karena overhead proses. Kesimpulan Sistem pemantauan lalu-lintas jalan raya membutuhkan optimalisasi penggunaan jaringan komputer akibat semakin meningkatnya kebutuhan akan sumber video yang dipantau dan semakin banyak pengguna yang ingin mengakses sistem pemantauan tersebut. Agar dapat tercapai optimalisasi penggunaan yang berdampak pada penggunaan biaya implementasi dan operasional yang lebih efisien, maka dilakukan optimalisasi di sisi aplikasi video streaming berbasis pengkodean MPEG-4, penerapan multicast tunnel untuk meningkatkan jumlah session sumber-pengguna dan alokasi bandwidth secara dinamis berdasarkan hasil estimasi ketersediaan lebar pita jaringan komputer. _____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
A-4-8
Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4]
[5] [6]
[7]
[8] [9] [10]
[11] [12] [13]
Dmitri Loguinov, Hayder Radha; “Measurement Study of Low-bitrate Internet Video Streaming”, Proceedings of the 1st ACM SIGCOMM Workshop on Internet Measurement, hal. 281-293, San Francisco, November l-2, 2001. Huadong Ma, Kang G. Shin; “Multicast Video-On-Demand Services”, ACM SIGCOMM Computer Communication Review, Volume 32 Issue 1, hal. 31-43, January 2002. Gerald Kuhne, Christoph Kuhmijnch; “Transmitting MPEG-4 Video Streams over the Internet: Problems and Solutions”, Proceedings of the 7th ACM international conference on Multimedia (Part 2) , hal. 135 – 138, Orlando, Oktober 1999. Janne Aaltonen, Jouni Karvo, Samuli Aalto, “Unicast and Multicast in Next Generation Wireless Networks: Multicasting vs. unicasting in mobile communication systems”, Proceedings of the 5th ACM international workshop on Wireless, hal. 104-108, September 2002. Juan-Mariano de Goyeneche, “Multicast over TCP/IP HOWTO”, http://www.tldp.org/ HOWTO/Multicast-HOWTO.html, diakses pada 1 Februari 2005. Peter Parnes, Kåre Synnes, Dick Schefström; “mTunnel: a multicast tunneling system with a user based Quality-of-Service model”, European Workshop on Interactive Distributed Multimedia Systems and Telecommunication Services (IDMS'97), Darmstadt, Germany, 10 - 12 September 1997. Douglas C. Schmidt, “The ADAPTIVE Communication Environment An ObjectOriented Network Programming Toolkit for Developing Communication Software”, 12th Sun User Group Conference, San Francisco, California, 14–17 Juni 1993. Manish Jain, Constantinos Dovrolis, “Lessons learned: Ten fallacies and pitfalls on end-to-end available bandwidth estimation”, Proceedings of the 4th ACM SIGCOMM conference on Internet measurement, hal. 272-277, Oktober 2004. B. Melander, M. Bjorkman, P. Gunningberg, “A New End-to-End Probing and Analysis Method for Estimating Bandwidth Bottlenecks," IEEE Global Internet Symposium, 2000. Manish Jain, Constantinos Dovrolis; “End-to-end available bandwidth: measurement methodology, dynamics, and relation with TCP throughput”, IEEE/ACM Transactions on Networking (TON), Volume 11 Issue 4, hal. 295308, Agustus 2003 V. Ribeiro, R. Riedi, R. Baraniuk, J. Navratil, L. Cottrell, “pathChirp: Efficient Available Bandwidth Estimation for Network Paths," Proceedings of Passive and Active Measurements (PAM) workshop, April 2003. J. Strauss, D. Katabi, F. Kaashoek, “A measurement study of available bandwidth estimation tools," Proceedings of ACM SIGCOMM conference on Internet measurement, 2003, hal 39-45. A. Akella, S. Seshan, A. Shaikh, “An empirical evaluation of wide-area internet bottlenecks", Proceedings of ACM SIGMETRICS’03, San Diego, California, 10– 14 Juni 2003.
_____________________________________________________________________________ ISBN : 979-99302-0-0 Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember