Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering: Analisis Usahatani Kedelai pada Lahan Sela antara Tanaman Kelapa Sawit yang Belum Menghasilkan Optimizing the Use of Dryland: Analysis of Soybean Farming at Land Sidelines among the Palm Immature Nur Imdah Minsyah1* ) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi *) Corresponding author:
[email protected] ABSTRACT Optimizing the Use of Dryland. Analysis of Soybean Farming at land sidelines among the palm immature. This research To know and study the: 1). Soybeans cultivation technique farmer level; 2). The economic feasibility of of soybean farming whose planted on land sidelines among the palm immature. implemented in the village of Lubuk Mandarsah, Tebo District and in Lubuk Kambing, Tanjung Jabung Barat districk. The data collected is primary and secondary data. Data processing was done by using simple tabulation. The analysis is a descriptive analysis of quantitative and qualitative. Soybean cultivation techniques applied by farmers is still simple. Consequently, the production obtained under the yield potential. In the village of Lubuk Mandarah results obtained 846 kg / ha 0.83 equivalent of 1.02 ton / ha. Whereas in the village of Lubuk Goats 740 / 0.80 ha, equivalent to 1.02 ton / ha. After deducted the cost of production, farmers' income from each soybean farming Rp 3.482.200, - (Lubuk Mandarsah Village) and Rp 2.868.000.(Lubuk Kambing Village). Based on the index ratio of income and production costs (2.60 and 2.25), soybean planted among palm immature quite feasible. Key words: Dryland, land sidelines, Palm Oil and Soybean Farming ABSTRAK Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering: Analisis Usahatani Kedelai pada Lahan Sela Antara Tanaman Kelapa Sawit Yang Belum Menghasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari: 1). Teknik budidaya kedelai ditingkat petani; 2). Kelayakan ekonomi usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan. Penelitian ini merupakan studi kasus, dilaksanakan di Desa Lubuk Mandarsah, Kabupaten Tebo dan di Desa Lubuk Kambing, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi sederhana. Analisisnya berupa analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Teknik budidaya kedelai yang diterapkan petani masih sederhana. Akibatnya, produksi yang diperoleh masih jauh dari potensi hasil. Di desa Lubuk Mandarah hasil yang diperoleh 846 kg/0,83 ha setara 1,02 ton/ha. Sedangkan di Desa Lubuk Kambing 740/0,80 ha, setara dengan 1,02 ton/ha. Setelah dikurangi dengan biaya produksi, pendapatan petani dari usahatani kedelainya masing-masing sebesar Rp 3.482.200,- (Lubuk Mandarsah) dan Rp 2.868.000,- (Lubuk Kambing). Berdasarkan indek nisbah pendapatan dan biaya produksi (2,60 dan 2,25), usahatani tani kedelai yang ditanam diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan cukup layak. Kata kunci: Lahan Kering. Lahan Sela, Kelapa Sawit, dan Usahatani Kedelai.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
PENDAHULUAN Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung, hampir setiap hari pada setiap rumah tangga mengkonsumsi kedelai dalam berbagai bentuk baik sebagai lauk (Tahu dan tempe) maupun dalam bentuk makanan ringan, dikarenakan harganya relatif murah yang terjangkau oleh seluruh masyarakat (Sudaryanto, dkk 2007 dan Aimon, dkk. 2014). Di Provinsi Jambi dalam kurun waktu dari tahun 2006 – 2012 antara konsumsi dan produksi terjadi defisit yang besar. Dalam kurun waktu tersebut konsumsinya berkisar antara 12.944 ton - 17.462 ton, sedangkan produksinya hanya 3.443 ton - 9.132 ton, dengan demikian terjadi defisit yang cukup besar. Defisit tersebut ditutupi kedelai yang berasal dari luar (Badan Ketahanan Pangan Provins Jambi, 2010 dan 2013). Guna menyeimbangkan neraca antara produksi dan konsumsi dibutuhkan pertambahan luas tanam dan luas panen yang cukup besar, diperkirakan dalam kurun waktu periode 2015 – 2020 dibutuhkan luas panen 14.294 ha - 17.462 ha (Minsyah, dkk. 2014), sedangkan luas panennya pada periode sebelum (2006 – 2013) berfluktuatif dengan kisaran antara 1.877 ha – 7.328 ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi. 2010 dan 2013). Di lain sisi, disamping minat petani untuk menanam kedelai adalah rendah, kendala lain yang dihadapi adalah semakin sedikit alternatif lahan yang dapat digunakan sebagai sumber pertumbuhan baru bagi peningkatan produksi kedelai. Salah satu sumber pertumbuhan baru yang dapat dimanfaatkn guna meningkatkan produksi kedelai di Provinsi Jambi adalah lahan sela diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan baik pada areal pertanaman baru maupun pada areal peremajaan yang luasnya cukup besar. Kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan dapa berproduksi cukup tinggi. Sebagai contoh, di Sumatera Utara, hasil display 6 Varietas unggul baru (Display VUB baru) yaitu varietas Anjasmoro, Grobogan, Kaba, Agromulyo, Burangrang dan Willis menunjukkan hasil yang cukup tinggi berkisar antara 2,4 t/ha – 3,1 t/ha (BPTP Sumut. 2012). Selain sebagai sumber penghasilan bagi petani sebelum tanaman pokok menghasilkan, manfaat lainnya adalah indeks pemanfaatan lahan menjadi lebih besar dn keragaman hayati terjaga dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengathu dan mempelajari: 1). Teknik budiaya kedelai ditingkat petani; 2). Kelayakan ekonomi usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi pada dua kabupaten, yaitu di Desa Lubuk Mandarsah, Kecamatan Tebo Tengah Ilir, Kabupaten Tebo dan di Desa Lubuk Kambing, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dilaksanakan dari bulan Mei – Juli 2013. Penentuan petani contoh. Penentuan petani contoh dilakukan dalam dua tahap: pertama adalah menginventaris petani (populasi) yang menanam kedelai pada lahan sela dinatara kelapa sawit yang belum; kedua menarik petani contoh dengan selang tertentu. Pada masing-masing desa diambil sebanyak 20 petani. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung (tatap muka) dengan petani contoh berpedoman pada daftar pertanyaan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
(kuesioner) berstruktur yang telah disipakan. Sedangkan data sekunder dukumpulkan dari dinas dan instansi yang berkaitan atau relevan dengan penelitian ini. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik tabulasi sederhana. Analisisnya berupa deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Untuk menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani menggunakan model matematis sebagai yang dirumuskan sebagai; Pnr BP Pdp
=PXH = BSP + BTKU = Pnr – BP
.......................1 .......................2 .......................3
Keterangan: Pnr = Penerimaan Bp = Biaya Produksi Pdp = Pendapatan
Kelayakan ekonomi. Untuk menilai kelayakan ekonomi dari usahatani kedelai yang ditanam dinatara kelapa sawit yang berlum menghasilkan digunakan indeks perbandingan antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan (R/C rasio) dan antara pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan (B/C rasio). Usaha penangkaran benih kedelai dikatakan layak bila nilai R/C > 1 dan B/C >0. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Teknik Budidaya a. Penanaman Secara relatif masa pertanaman kedelai di dua desa lokasi penelitian berlangsung dalam waktu bersamaan, yaitu dimulai pada akhir bulan Februari – akhir bulan Maret dan berakhir pada Awal Mei – Awal juni. Berdasarkan pengalaman bila penanaman dilakukan setelah bulan Maret, peluang terjadinya gagal panen adalah besar, disamping karena kekeringan juga disebabkan adanya serangan hama dan penyakit. Aktivitas persiapan tanam yang dilakukan hanya berupa pembersihan lokasi. Pada tahun pertama umunya petani contoh langsung melakukan penanaman, karena arealnya sudah bersih, pembersihan areal pertanaman di lakukan pada tahun kedua dan ketiga karena areal pertanamannya telah ditumbuh gulma. Tahapan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah penebasan rumput bagi lokasi-lokasi yang pertanaman gulmanya tinggi (>1/2 m), yang diikuti dengan penyemprotan dengan herbisida, setelah lebih kurang 1 minggu baru dilakukan pembesihan sampai areal tersebut siap tanam. Sedangkan pada areal yang pertanaman gulmanya tidak tinggi (<1/2 m), langsung disemprot. Untuk menghindari hama lalat bibit, pada lobang tanam perlu diberikan insektisda (Furadan, Curater, atau Indofarm) (Rukmana, dkk. 1996). hal ini tidak dilakukan oleh petani contoh di dua desa penelitian. Pada prinsipnya penanaman kedelai ini dilakukan dengan teknik mengelilingi tanaman pokok dengan radius (jari-jari) lebih kurang 1 meter dari pokok tanaman sawit. Jarak tanam dan sistem tanam tidak beraturan. Jarak tanamnya relatif lebar antara 40 – 50 cm X 20 – 30 cm dan tidak berjajar/zigzag, alasannya adalah agar semua lahan sela dapat ditanami. Jarak dan sistem tanam yang dianjurkan adalah 40 cm X 20 cm dan berjajar (Adri, dkk. 2010).
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
b. Penggunaan Sarana Produksi Varietas yang digunakan adalah vareitas Anjasmoro berlabel biru. Vareitas ini berasal dari program SL-PTT. Volume benih (kg/ha) dibawah volume yang direkomendasikan (40 kg/ha). Jenis dan dosis pupuk yang diberikan belum sepenuhnya sesuai dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan. Di Desa Lubuk Mandarsah, jenis pupuk yang diberikan adalah urea sebanyak 25,76 kg/ luas tanam atau 30,91 kg/ha, NPK 124,98 kg/luas tanam atau 149,98 kg/ha. Di Desa Lubuk Kambing urea 30,64 kg/luas tanam atau 38,30 kg/ha dan NPK 98,78 kg/luas tanam atau 123,48 kg/ha, dosis tersebut jauh dibawah dosis yang dianjurkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kelangkaan pupuk disamping harganya yang mahal. Untuk lahan kering masam, jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan adalah urea = 50 kg/ha, TSP = 75 – 200 Kg/ha, dan Kcl = 50 – 100 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali, yaitu pada waktu tanam (pupuk dasar) dan susulan setelah tanaman kedelai berumur 20 – 30 hari (Adri, dkk. 2010). Khusus untuk lahan kering masam, sebelum penanaman diperlukan pengapuran untuk meningkatkan pH tanah. Pestisida yang digunakan oleh petani contoh terdiri dari Herbisida dan Insentisida. Herbisida ini umunya digunkan herbisida para tanam yaitu herbisida untuk pembersihan areal dari rumput dan gulma lainnya. Sedangkan insektisida digunakan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian OPT. Tabel 1. Penggunaan sarana produksi usahatani kedelai petani contoh yang ditanam diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan Volume per luas tanam No. Sarana Produksi Lubuk Mandarsah Lubuk Kambing Per luas Tanam Per ha Per luas Per ha (0,83 ha) Tanam (0,80 ha) 1. Benih (kg) 30,00 36,29 25,00 32,00 2. Pupuk (kg) * Urea 25,76 30,91 30,64 38,30 * Sp 36 * Kcl * Majemuk (Phonska) 124,98 149,98 98,78 123,48 3. Pestisida (Lt) * Herbisida 3,15 3,78 2,57 3,21 * Insektisida 1,15 1,38 1,38 1,73 4. Tenaga Kerja * Keluarga 45,86 55,03 48,20 60,25 * Upahan 8,14 9,77 6,46 8,08 Sumber: data primer diolah (2013)
c. Pemeliharaan Aktivitas pemeliharaan hanya terbatas pada penyiraman, penyiangan dan upaya pencegahan dan pengendalian OPT dengan pestisida kimiawi. Penyiraman umunya dilakukan petani pada waktu tanaman kedelai berumur 7 – 10 hari setelah tanam dan antara 20 – 40 hari setelah tanam. Penyiangan dilakuakan 1 kali yaitu sekitar 30 – 40 hari setelah tanam dan dilakukan secara manual dengan mencabut. Aktivias pencegahan dan pengendalian OPT adalah aktivitas yang paling menonjol dalam fase pemeliharaan ini. Dalam melakukan pengendalian OPT ini petani umumnya tidak secara spesifik
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
menggunakan merk pestisida tertentu untuk jenis OPT tertentu. Bahkan terkesan dalam pencegahan OPT ini, yang pentng petani menyemprot. Pemberian mulsa, penyulaman dan pemberian pupuk susulan umunya tidak dilakukan. d. Panen dan Pasca Panen Baik di Desa Lubuk Mandarsah maupun di Desa Lubuk Kambing, petani contoh melakukan pemanenan pertanaman kedelainya bila sebagian besar (>75 %) daunnya telah menguning, biasanya ini berlangsung setelah pertanaman kedelai berumur antara 80 hari – 90 hari. Bila dilakukan pada waktu pertanaman kedelai telah berumur di atas 90 hari (tiga bulan), dianggap terlambat yang berakibat cukup merugikan, karena kulit polong retakretak atau pecah dan biji lepas berhamburan, buah akan gugur karena tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Teknik pemanenan yang diterapkan dengan cara memotong, sebagian menggunakan sabit biasa sebagian lagi menggunakan sabit bergerigi. Pemanenan dilakukan waktu waktu cuaca terang, dengan maksud agar hasil pemanenan tersebut segera dapat dijemur. Frekwensi pemanenan sangat tergantung dari proporsi tingkat kematangan. Bila proporsi tingkat kematangan 50% - 75 % pemanen dilakukan secara bertahap, proporsi tingkat kematangan di atas 75 % umumnya pemanenan di lakukan sekaligus. Selanjutnya hasil pemanenan segera dijemur dalam rentang waktu 2 – 3 hari tergantung iklim, bila iklim cerah penjemuran umumnya berlangsung dalam rentang waktu 2 hari. Untuk mendapatkan tingkat kekeringan yang sempurna dan merata pada saat penjemuran dilakukan pembalikan berulang kali. Pemisahan biji dengan kulit polong, oleh sebagian besar petani contoh dilakukan secara tradisional yaitu dengan memukul-mukul brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu, sebagian kecil lagi menggunakan treseher manual (Digebot). Biji kedelai yang telah terlpeas dari polongnya, dimasukkan kedalam karung yang telah disiapkan. Karung-karung kedelai ditumpuk pada tempat yang diberi ala s kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Lama penyimpanan hanya berlangsung antara 1 – 7 hari, karena umumnya kedelai yang dihasilkan tersebut langsung dijual. 2. Analisis Kelayakan a. Produksi dan produktivitas Rata-rata hasil (produksi) kedelai yang ditanam oleh petani contoh di kedua desa penelitian dapat dikategorikan sebagai produksi yang rendah. Di Desa Lubuk Mandarsah dengan luas tanam rata-rata 0,83 ha hasil yang diperoleh sebanyak 846 kg atau setara dengan 1,02 ton/ha, sedangkan di Desa Lubuk Kambing dengan luas tanam 0,80 ha hasil yang diperoleh 740 kg atau setara dengan 1,05 ton/ha. Sedangkan potensi hasil dari varietas tersebut 2,25 ton/ha (Balitkabi, 2008) Teknik budidaya yang belum mengacu kepada teknik budidaya kedelai yang dianjurkan diduga menjadi penyebab rendahnya produktivitas kedelai yang di tanam oleh petani contoh di kedua dasa penelitian pada lahan sela diantara tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan, yaitu tidak melakukan pengolahan tanah secara sempurna, tidak melakukan pengapuran, tidak menaburkan insektisida ke dalam lobang tanam untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya lalat bibit, jenis dan dosis pupuk yang kurang tepat serta pemeliharaan yang tidak intensif.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
b. Strukur Biaya Bedasarkan luas tanam total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani contoh di Desa Lubuk Mandarsah sebesar Rp 1.363.100,- setara dengan Rp 1.639.100,- per ha. Sedangkan di Lubuk Kambing sebesar Rp 1.219.800,- setara dengan Rp 1.528.600,- per ha. Baik di Desa Lubuk Mandarsah maupun di Desa Lubuk Kambing, biaya produksi untuk pupuk adalah yang tebesar, diikuti baya tenaga kerja upahan. Secara rinci komponen-komponen biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani disajikan pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Struktur biaya produksi usahatani kedelai petani contoh yang ditanam diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan Volume per luas tanam No Uraian Lubuk Mandarsah Lubuk Kambing . Per luas Per ha Per luas Per ha Tanam Tanam (0,80) (0,83) 1. Benih (Rp) 240.400 289.600 199.800 249.800 (17,67) (17,67) (16,38) (16,38) 2. Pupuk (Rp) 425.200 512.200 398.400 501800 (31,25) (31,25) (32,66) (32,66) * Urea 75.600 91.100 91.300 117.900 * Sp 36 * Kcl * Majemuk (Phonska) 349.600 421.100 307.100 383.900 3. Pestisida (Rp) 282.500 340.300 304.100 380.100 (20,76) (20,76) (24,93) (24,93) * Herbisida 157.500 189.000 138.000 172.500 * Insektisida 125.000 150.000 166.100 207.600 4. Tenaga Kerja Upahan (Rp) 412.500 497.000 317.500 396. 900 (30,32) (30,32) (26,03) (26,03) Jumlah 1.363.600 1.639.100( 1.219.800 1.528.600 (100,00) 100,00) (100,00) (100,00) Sumber: data primer diolah (2013) Keterangan: Angka dalam kurung merupakan persentase
c. Analisis Penerimaan dan Pendapatan Berdasarkan produksi (hasil) yang diperoleh dan harga rata-rata yang berlaku pada masing-masing desa, penerimaan dan pendapatan rata-rata yang diterima petani contoh di Desa Lubuk Mandarsah adalah Rp 4.822.200,- dan Rp 3.482.200 /0,83 ha atau Rp. 5.809.900 dan Rp 4.170.800,- per ha. Sedangkan di Desa Lubuk Kambing Penerimaan dan Pendapatannya rata-rata Rp 4.144.000,- dan Rp 3.585.000,- /0,80 ha, setara dengan Rp 5.180.000,- dan Rp 3.585.000,-/ha. Penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani contoh dari usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan adalah cukup berarti bagi petai contoh untuk menambah penghasilan sebelum tanaman kelapa sawit tesebut belum menghasilkan. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk menilai tingkat kelayakannya, maka usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara kelapa sawit yang belum
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
mengasilkan adalah cukup layak. Pada tabel 5 terlihat indeks B/C ratio masing-masing adalah 2,54 di Desa Lubuk Mandarsah dan 2,40 di Desa Lubuk Kambing. Tabel 3. Analisis Usahatani kedelai diantara tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan Lubuk Mandarsah Lubuk Kambing No. Uraian Per luas Per ha Per luas Per ha Tanam (0,83) Tanam (0,80) 1. Produksi (Kg) 846 1.019 740 1.050 2. Harga (Rp/Kg) 5.700 5.700 5.600 5.600 3. Penerimaan (Rp) 4.822.200 5.809.900 4.144.000 5.180.000 4. Biaya (Rp) 1.363.600 1.639.100 1.219.800 1.528.600 4. Pendapatan (Rp) 3.482.200 4.170.800 2.924.200 3.585.000 5. Nisbah R/C 3,54 3,54 3,40 3,40 6. Nisbah B/C 2,54 2,54 2,40 2.40 7 Nisbah Pendapatan/TKK 75.400 75.400 60.700 60.700 Sumber: data primer diolah (2013)
KESIMPULAN Akibat teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana, produksi kedelai yang ditanam petani pada lahan sela diantara kelapa sawit yang belum menghasilkan jauh dibawah potensi hasil (2,5 ton/ha), yaitu 1,02 ton/ha (Desa Lubuk Mandarsah) dan 1,05 ton/ha ( Desa Lubuk Kambing). Berdasarkan indeks B/C rasio, usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela dinatara kelapa sawit yang belum menghasilkan di Desa Lubuk Mandarsah dan Lubuk Kambing adalah cukup layak. Sebelum kelapa sawit menghasilkan, penerimaan dan pendapatan petani contoh yang diperoleh dari hasil usahatani kedelai yang ditanam pada lahan sela diantara kelapa sawit belum menghasilkan cukup membantu petani dalam memenuhi sebagian kebutuhan rumah tangganya. DAFTAR PUSTAKA Adri., Busyra., Y. Bobihoe., Yardha., A. Meilin., E. Wahyudi., E. Susilawati. 2010. Pertunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai Provinsi Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Jambi. 15 halaman. Ajmon. H. Dan Satrianto. A. 2014. Prospek Konsumsi dan Impor Kedelai di Indonesia Tahun 2015 – 2020. Jounal Kajian Ekonomi, Juli, Vol III, No. 5. Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Padang. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi. 2010. Neraca Bahan Makanan Provinsi Jambi, 2009. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, 18 halaman. …………………………………………….. 2013. Neraca Bahan Makanan Provinsi Jambi, 2009. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, 16 halaman. Balitkabi. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kacanga-Kacangan dan Umbi-Umbian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 171 halaman Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2010. Buku Data Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2009. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tahun , Jambi. 195 halaman .......................................................2014. Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2013. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tahun , Jambi. 135 halaman
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Minsyah, NI. Dan Adri. 2014. Sistem Produksi Benih dan Permasalahannya di Provinsi Jambi. Dalam Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2014, Malang 5 Juni 2014. Puslitbangtan< Bogor. ISBN 978-9791159-65-4. IAARD PRESS. Sudaryanto. T dan DKS. Swastika. Ekonomi Kedelai di Indonesia. P 1 – 27. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono dan H. Kasim. Buku Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan . Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.