TTG BUDIDAYA PERIKANAN
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN INTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR KHUSUSNYA PEMBENIHAN DAN BUDIDAYA UDANG GALAH SKALA RUMAH TANGGA Oleh YUS WARSENO, S.Pi
1.
DASAR PEMIKIRAN Budidaya perikanan memiliki potensi dan peluang usaha menjanjikan keuntungan, selain finansial juga berdampak terhadap pembangunan daerah cukup besar, antara lain: 1. Pertumbuhan ekonomi di daerah sentra produksi. 2. Penyerapan tenaga kerja 3. Pendapatan Daerah seperti PAD dan devisa negara dapat meningkat 4. Pemanfaatan lahan dapat maksimal 5. Memacu perkembangan sektor lain seperti perkembangan pemukiman penduduk dan Pariwisata 6. Dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya Namun demikian perlu penanganan yang serius dari PEMERINTAH, dukungan PERBANKAN dan Pelaku perikanan (Pembudidaya ikan: Inti dan plasma)
2.
PELUANG PENGEMBANGAN 1. Budidaya udang galah saat ini memiliki prospek peluang menguntungkan untuk dikembangkan 2. Untuk memenuhi kebutuhan local khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta masih kekurangan, baik jumlah, ukuran dan kontinyuitasnya. 3. Permintaan ekspor belum mampu dipenuhi, karena ketersediaan udang galah yang diperoleh dari alam sudah sedikit dan hasil budidaya jumlahnya masih sangat terbatas. 4. Tehnik budidaya udang galah, sederhana dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat luas, baik dikolam pekarangan, maupun di kolam sawah. 5. Margin keuntungan hasil budidaya udang galah masih lumayan jika dibandingkan dengan keuntungan dari hasil budidaya ikan air tawar yang lain seperti: lele, gurame, nila, mas, dan tawes. 6. Potensi Sumberdaya alam untuk ketersediaan lahan pengembangan di negara Indonesia terbentang sangat luas
3.
PERMASALAHAN UMUM YANG ADA DI MASYARAKAT PEMBUDIDAYA IKAN 1. Penguasaan dan aplikasi tehnologi budidaya oleh masyarakat pembudidaya ikan masih lemah 2. Inovasi atau Proses alih tehnologi lambat 3. SDM trampil terbatas 4. Ketersediaan benih/ikan konsumsi disuatu wilayah pada umunya masih banyak yang didatangkan dari luar daerah, akibatnya biaya transport dan mortalitas selama pengangkutan menambah beban cost produksi 5. Harga pakan pabrik dipasaran relatif mahal dan cenderung naik hingga tak seimbang dengan pendapatan petani (+ 60 % beban biaya produksi adalah pembelian pakan) 6. Pengelolaan usaha budidaya perikanan oleh petani kebanyakan masih tradisional dan bersifat sambilan 7. Pemasaran hasil produksi masih sering mengalami kesulitan karena pada umumnya belum terbentuk jaringan pasar yang jelas 8. Pengembangan budidaya perikanan budidaya air tawar pada umumnya belum terkonsentrasi, mengakibatkan beberapa kesulitan: tranfer tehnologi, penanganan pasca panen, dan pemasaran
4.
VISI Memasyarakatkan budidaya udang galah untuk memberdayakan ekonomi rakyat melalui optimalisasi pemanfaatan lahan (lahan sawah, lahan marginal atau lahan pekarangan).
5.
TUJUAN 1. Memberdayakan lahan Sawah, lahan marginal atau lahan pekarangan, sekaligus menciptakan model pengembangan untuk meningkatkan pendapatan rakyat dengan berbudidaya ikan/udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. 2. Meningkatkan komoditas perikanan kualitas ekspor, baik penyediaan benih dan konsumsi 3. Mendukung pengembangan wisata mina dengan kegiatan: Pusat jajan serba ikan, pemancingan dan wisata air 4. Mendukung pengembangan kegiatan pertanian terpadu 5. Mengajak kelompok pembudidaya ikan/udang ketingkat usaha yang professional dan berbadan hukum (minimal tergabung dalam koperasi)
6.
TAHAP PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR (UDANG GALAH) Untuk mendukung pengembangan budidaya perikanan air tawar berkualitas ekspor, beberpa hal yang perlu ditempuh adalah:
1. Menentukan lokasi disetiap wilayah/daerah yang berpotensi perikanan sebagai sentral untuk kegiatan budidaya air tawar: ikan, udang (Tugas Pemerintah) 2. Mempromosikan kepada investor untuk menanamkan modalnya sekaligus sebagai inti pengembangan budidaya air tawar. Dan memberdayakan kelompok masyarakat setempat untuk dididik/dilatih sebagai plasma pembudidaya ikan/udang air tawar (Tugas Pemerintah) 3. Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana budidaya air tawar, guna mencukupi kebutuhan benih dan ikan/udang konsumsi dalam rangka memenuhi pasar lokal, luar daerah maupun ekspor (Tugas Pemerintah dan Investor) 4. Membentuk pola kerjasama antara Perbankan, Swasta sebagai perusahaan inti, dan Koperasi kelompok masyarakat pembudidaya ikan/udang sebagai plasma. 5. Membentuk jaringan pemasaran baik dalam maupun luar negeri dengan MOU (Tugas Pemerintah dan Investor) 6. Mengupayakan Penyediaan Benih ikan/udang dan pakan murah bagi pembudidaya ikan/udang (Tugas Pemerintah dan Investor) 7. Penyediaan Unit Pelayanan Kesehatan Ikan a. Panti kesehatan ikan yang bertempat di daerah Sentra produksi b. Unit kesehatan ikan keliling (Tugas Pemerintah dan Investor) 7.
POLA KERJASAMA INTI PLASMA
Pengembangan Usaha Budidaya Udang Galah Pola Inti Plasma, antara lain melibatkan 4 pihak Perusahaan Inti, Pembudidaya ikan/udang sebagai plasma, Koperasi Kelompok Pembudidaya ikan/udang, dan Bank pemberi kredit. Masing-masing pihak memiliki peran yang sesuai dengan bidangnya sebagai berikut : a. Pembudidaya Plasma 1. Mengelola kolam yang telah dipersiapkan oleh perusahaan inti dengan dana dari Bank/Pemerintah 2. Membeli benih udang dari perusahaan inti dan membeli pakan dari Koperasi
3. Menebar dan memanen udang galah secara berkelompok. 4. Mengelola kolam mengikuti petunjuk dari konsultan perusahaan inti. 5. Hasil panen dari pembudidaya dijual kepada perusahaan inti pada tingkat harga yang wajar sesuai dengan harga pasar yang disepakati. Hasil penjualan, setelah dikurangi dengan pinjaman modal (Investasi dan modal kerja) menjadi penerimaan pembudidaya. Sisa hasil penerimaan sebaiknya disisihkan untuk ditabung sebagai dana pengembangan kolam (usaha) 6. Membayar kewajiban angsuran hutang dan bunga kepada Bank melalui Koperasi. b. Perusahaan Inti 1. Melakukan seleksi yang ketat terhadap calon pembudidaya plasma 2. Melaksanakan pelatihan terhadap calon pembudidaya yang terpilih 3. Menyediakan bibit udang yang berkualitas tinggi 4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap jalanya produksi 5. Menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman dalam budidaya ikan/udang 6. Membeli seluruh hasil produksi ikan/udang dari pembudidaya plasma 7. Membangun dan menyediakan sarana pendukung dan sosial lainnya 8. Membantu mencari dana pinjaman dari Bank untu operasional Pembudidaya Plasma 9. Mencari pembudidaya baru/pengganti jika pembudidaya plasma mengundurkan diri dari kegiatan budidaya ikan/udang sebelum pinjamannya lunas terbayar. c. Koperasi 1. Mengusahakan saprodi/bahan kebutuhan pokok dan menyalurkannya bagi pembudidaya plasma 2. Bersama dengan perusahaan inti mengawasi pengelolaan pembudidaya plasma 3. Mengatministrasikan pinjaman pembudidaya plasma 4. Bersama dengan perusahaan inti mengawasi dan mengelola pelaksanaan produksi, panen dan penjualan hasil produksi ikan/udang kepada Perusahaan Inti 5. Menangkap dan menyalurkan aspirasi pembudidaya plasma kepada perusahaan inti d. Bank/Pemerintah Berdasarkan kelayakan usaha dalam kerjasama Pola Inti – Plasma, diharapkan Bank/Pemerintah dapat melibatkan diri untuk memberikan kredit kepada pembudidaya ikan/udang, Koperasi dan Perusahaan Inti, baik kredit investasi maupun kredit modal kerja. Dalam mengadakan evaluasi, disamping pengamatan terhadap kelyakan aspek teknis budidaya ikan/udang dan kelayakan finansial juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan hingga dapat menunjang keberhasilan kegiatan bersama. Dalam pelaksanaannya, Bank harus dapat mengtur cara pembudidaya plasma mencairkan
kredit, mempergunakannya untuk keperluan operasional dan menetapkan tatacara membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk itu, Bank dapat membuat perjanjian kerja sama dengan pihak perusahaan inti. Berdasarkan kesepakatan pihak Pembudidaya/Kelompok/Koperasi, perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan ikan/udang dari plasma sebanyak yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah disepakati pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh Pembudidaya Plasma dengan Bank/Pemerintah. 8.
ASPEK TEKNIS BUDIDAYA UDANG GALAH SKALA RUMAH TANGGA DI KOLAM SAWAH SYARAT-SYARAT KOLAM SAWAH YANG BAIK a. Lokasi 1. Kolam sawah dekat sumber air dan mudah mendapatkan air tawar yang bersih, bebas dari pencemaran limbah industri, obat-obatan pertanian dan lain-lain. 2. Fasilitas transportasi (jalan atau sungai) yang memadai untuk mempermudah pengangkutan sarana produksi (pakan, benur), hasil panen dan lain-lain 3. Lokasi Kolam sawah sebaiknya terhindar dari daerah: banjir, pengendapan lumpur, kelebihan air tawar pada waktu musim hujan. b. Sumber air 1. Air tawar bebas/bersih dari bahan pencemaran dan perlu disaring/diendapkan sebelum dimasukan kedalam kolam sawah (menghindari masuknya jasad kompetitor dan predator). 2. Air tawar berasal dari sungai maupun air bawah tanah (pengeboran) yang bebas pencemaran. c. Fasilitas, Peralatan dan Mesin 1. Tersedianya kolam sawah pemeliharaan yang bentuk dan luasnya disesuaikan, kolam cadangan air, pintu air pembuangan dan pemasukan yang terpisah dan memadai, peralatan uji kualitas air, gudang penyimpanan pakan, jaring dan lain-lain. 2. Sumber tenaga untuk penggerak air seperti pompa air, kincir air dan perlengkapan penunjang lainnya (Jika diperlukan sesuai padat penebaran). 3. Kapasitas sumber tenaga hendaknya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. d. Ukuran dan Dasar kolam sawah 1. Ukuran kolam sawah yang disesuaikan luas standar + 500 – 1.000 m2 per petak untuk memudahkan pemanenan, perawatan, penggantian air dan pengawasanya. 2. Dasar kolam/sawah yang baik terdiri dari kombinasi tanah lumpur dan pasir. 3. Udang galah mempunyai daerah produktif dibagian pinggir kolam dekat tanggul,
sehingga makin panjang bentuk kolam, maka makin luas daerah produktifnya. 9.
SISTEM PEMELIHARAAN a. Tahap Persiapan 1. Perbaikan pematang, pembuatan kemalir dan perbaikan kemiringan kolam dari pintu pemasukan air kearah pintu pengeluaran air, pemasangan saringan pada pintu masuk untuk menghindari masuknya kotoran atau binatang pemangsa. 2. Pengeringan dan pengolahan tanah sangat dianjurkan. Apabila dalam pengeringan mengalami kesulitan, pemberian kapur tohor guna memperbaiki struktur tanah perlu dilakukan (dosis disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah) 3. Pemberantasan hama dan penyakit dapat menggunakan Saponin, Brestan 60, Rotenon dan zat-zat pemberantasan lainnya yang dianjurkan. 4. Untuk meningkatkan produktivitas lahan perlu pemberian pupuk/bahan organik (kompos dan lain-lain) diperlukan guna merangsang pertumbuhan jasad renik untuk makanan alami benur udang galah, penggunaan disesuaikan dengan daya dukung lahan: a. Penggunaan pupuk: • Pupuk kandang : 100 – 200 gr/m2 • Pupuk Urea
: 5 – 10 gr/m2
• Pupuk TSP
: 10 – 20 gr/m2
• Kapur Tohor
: 100 – 200 gr/m2
b. Pemupukan susulan dilakukan setiap 1 – 2 Minggu sekali dengan dosis: • Pupuk kandang : 25 - 50 gr/m2 • Pupuk Urea
: 3 – 5 gr/m2
• Pupuk TSP
: 5 - 10 gr/m2
c. Pengisian air secara bertahap untuk disesuaikan dengan tahap pertumbuhan udang (tahap pendederan: 30-60 cm, pembesaran: 1-1,5 m). Setelah kondisi warna air stabil benur dapat ditebarkan. d. Pemberian rumpon/shelter sebagai tempat berlindung/ berpijak, berupa daun kelapa, dan nipah, ranting bambu/ bambu belah dll. 5. Penebaran Benur : a. Pilih benur yang baik dan sehat (baik dari alami maupun panti pembenihan) dengan tanda sebagai berikut; gerakan lincah, warna coklat/hitam cerah, ukuran seragam (homogen) dan lain-lain. b. Benur ditebarkan ketempat yang telah dipersiapkan misal kolam pendederan, ataupun langsung ke kolam pemeliharaan yang telah dibebas hamakan sebelumnya. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar udang tidak mengalami stress.
6. Kepadatan Benur : Kepadatan benur yang dianjurkan disesuaikan dengan tehnologi/pola usaha yang digunakan : • Penebaran benur udang galah menurut pengalaman petani dilakukan penebaran dengan kepadatan untuk ukuran Juvenil: 10 - 20 ekor/m2 dan untuk Tokolan kepadatan 5 – 10 ekor/m2, mengingat tehnologi dan pola budidaya yang digunakan dikatagorikan masih sangat sederhana (tradisional). • Untuk teknologi yang menggunakan pola tanam intensif, kepadatan benur yang ditebar berkisar 20 ekor/m2 ke atas, dan sangat tergantung dari daya dukung lahan, fasilitas/sarana/prasarana budidaya yang dimiliki serta kemampuan skil dan permodalan pembudidaya. b. Pengendalian Kualitas Air 1. Kadar Garam (Salinitas) • Kadar garam yang baik untuk pertumbuhan udang galah berkisar antara 0 - 5 ppt (diukur dengan salinometer atau refractometer). 2. Warna dan Kekeruhan Air a. Warna air hijau dan coklat adalah warna plankton atau jasad renik makanan alami udang galah. Perubahan warna secara mendadak akibat lingkungan kurang baik segera deperiksa guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. b. Kekeruhan akibat blomming plankton perlu dicegah dengan mempertahankan kejernihan sedalam 25-35 cm (diukur dengan Seichi Disk). Apabila kekeruhan lebih dangkal dari ketentuan diatas perlu ditambahkan air bersih bersamaan dengan pembuangan air. 3. Kandungan pH : a. pH air yang baik sekitar 7,5- 8,5 yang diukur secara tetap b. Apabila pH rendah perlu ditambahkan kapur, dan pH tinggi perlu penambahan air bersih baru (diukur dengan kertas lakmus atau pH pen). 4. Kandungan Oksigen : a. Apabila kandungan Oksigen rendah; udang akan berenang kepermukaan air atau pinggir tambak. Apabila diganggu atau terkena bayangan orang, udang tersebut tidak segera masuk ke permukaan yang lebih dalam. b. Kandungan oksigen yang baik minimum 4 ppm (diukur dengan DO meter). c. Untuk menghindari hal-hal tersebut: • Gunakan blower/kincir air dalam jumlah yang cukup
• Tambahkan air segar • Jagalah warna dan kualitas air tetap stabil. • Rubahlah jumlah makanan yang diberikan agar tidak terkumpul didasar 5. Temperatur air : Temperatur air yang baik 25º – 30º C (diukur dengan termometer), apabila temperatur air turun sampai 18º C, maka udang akan kehilangan nafsu makan, dan apabila lebih dari 32º C dapat mengakibatkan kematian udang. 10. CIRI-CIRI PAKAN UDANG YANG BAIK a. Pakan memiliki Kandungan gizi yang sempurna • Pakan mengandung nutrisi yang lengkap dalam kadar yang seimbang, mudah dicerna dan diserap oleh tubuh udang dengan sangat cepat dan menghasilkan pertumbuhan yang cepat b. Pakan memiliki daya tarik yang sempurna terhadap udang peliharaan. • Ditinjau dari nafsu makan udang dan kebiasaan makan dapat membuat udang tumbuh dengan pesat dan sama besa c. Pakan mampu menhasilkan kulit udang yang keras • Pakan mengandung jumlah Kalcium yang mencukupi untuk memproduksi kulit yang keras dan tahan terhadap lingkungan luar, sehingga dapat mengakibatkan berat udang akan cepat naik d. Pakan tidak mudah merusak kualitas air • Pakan yang baik akan memiliki bentuk, ukuran, tidak cepat rusak/membusuk, sehingga kualitas air tetap terjamin, dan dasar kolam tetap dalam keadaan baik, merupakan dua hal yang penting untuk mencapai pertumbuhan udang berkualitas e. Kualitas Pakan Stabil • Pakan memiliki kandungan air sangat rendah, mudah untuk disimpan, tidak cepat rusak/jamuran atau tidak mudah membusuk, sehingga kandungan nutrisi pakan tetap stabil. 11. CONTOH PEDOMAN PEMBERIAN PAKAN UNTUK 10.000 EKOR BENUR VOLUME BERAT JUMLAH FREKUENSI PAKAN Umur % KOMULATIF PAKAN RATA ² UDANG PEMBERIAN Udang UDANG PAKAN UDANG HIDUP PAKAN Kode % (Kg/Hari) (Kg/15 (hari) HIDUP (Kg) (Gr/Ekor) (Ekor) (Kali/hari) Hari) 1 0,04 100 10.000 3 801 40 0,16 2,40 2,40 15 0,10 95 9.500 3 801 20 0,20 3,00 5,40 30 0,40 90 9.000 3 801+2 7 0,25 3,75 9,15 45 1,00 85 8.500 3 801+2 7 0,60 9,00 18,15 60 2,00 80 8.000 3 802 6 1,00 15,00 33,15 75 3,00 77,5 7.750 3 802 6 1,40 21,00 54,15 90 5,00 75 7.500 3 802 5 1,90 28,50 82,65
105 120 135 150 165 180
8,00 12,00 19,00 28,00 35,00 50,00
72,5 70 67,5 65 62,5 60
7.250 7.000 6.750 6.500 6.250 6.000
3 4 4 4 4 4
802 4,5 802 4 803 3,5 803 3 803 3 803 3
2,60 3,40 4,50 5,50 6,60 9,00
39,00 51,00 67,50 82,50 99,00 135,00
121,65 172,65 240,65 322,65 421,65 556,65
KETERANGAN: • Pemeliharaan udang kolam sawah berkisar selama 4 - 6 bulan • Total pakan yang diberikan disesuai dengan jumlah biota yang dipelihara, waktu pemeliharaan pagi, siang, sore dan malam dengan porsi pakan paling banyak pada malam hari. • Berat udang rata-rata sesuai dengan waktu pemeliharaan diukur melalui sampling sekaligus berfungsi untuk menentukan prosentase pakan yang akan diberikan.
12. KONSTRUKSI KOLAM DAN PERLENGKAPANNYA a. Penampang Kolam
Keterangan : a. Pematang c. Current e. Permukaan air
b. Bambu berlubang sebagai Inlet sekaligus aerasi d. Plataran f. Paralon (Out let)
Bambu berlubang sebagai inlet berfungsi untuk membantu adanya difusi Oksigen dari udara (semakin banyak in let bambu oksigen yang dihasilkan semakin banyak, dan kemiringan pematang serta plataran berfungsi untuk memberikan kondisi optimum bagi udang saat terjadi molting. Untuk mempermudah pengeringan kemiringan kolam dari in let ke arah out let dibuat + 5 º, jika diperlukan didepan out let dibuatkan tempat penampungan udang saat pemanenan. Luas kolam untuk budidaya udang galah yang ideal berukuran antara 500 – 1.000 m2 b. Shellter Shellter dibuat dari potongan bilah bambu utuh yang dibelah dua kemudian dirangkai seperti kere, disusun berjajar dan dipasang dengan menggunakan pancang, shellter berfungsi untuk berlindung bagi udang dan mengurangi terjadinya kanibal dengan harapan survival rate (SR)
akan tinggi. Menurut pengalaman semakin banyak shellter yang dipasang SR akan semakin tinggi. 13. RAB PENGEMBANGAN USAHA BUIDAYA UDANG GALAH a. Investasi : a. Sewa lahan 1 Ha, 5 tahun b. Konstruksi c. Alat d. Rumah Jaga 1 Unit 4 x 4 m2 e. MCK, 1 unit f. Instalasi listrik g. Peralatan masak, alat tidur Sub Jumlah
: 25.000.000 : 18.083.500 : 894.500 : 3.200.000 : 300.000 : 1.700.000 : 1.000.000 : 50.178.000
b. Biaya tetap pertahun
: 16.711.200
c. Modal Kerja Operasional Total Biaya/tahun
: 68.600.000 : 85.311.200
d. Analisa produksi kolam • Total luas lahan budidaya 1 Ha (10.000 m2) • Jumlah kolam 10 petak @ 1.000 m2 • Asumsi produktivitas kolam 0,15 – 0,19 Kg/m2 • Maka kapasitas produksi untuk 10 kolam sebesar 1,5 – 1,9 ton/siklus (3,4 ton/tahun) (Tradisional Plus) e. Informasi harga udang galah konsumsi size 30 – 35, Rp.30.000 – 35.000 per kilo gram (Yogyakarta dan sekitarnya). 14. ASPEK TEKNIS a. TEHNIK PEMBENIHAN UDANG GALAH SKALA RUMAH TANGGA Sehubungan dengan telah disederhanakannya teknologi yang diterapkan pada pembenihan udang galah skala rumah tangga, maka sarana yang diperlukan juga disederhanakan terutama dalam hal kuantitas, fungsi dan input produksi. 1.1. Bak Pemeliharaan Larva Bak pemeliharaan larva untuk pembenihan skala rumah tangga dapat dibuat dalam berbagai dimensi serta bahan utama seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Jenis Dan Dimensi Bak Pemeliharaan Larva No.
Bahan Pembuatan
Dimensi
1. Dinding batu bata/batako, pasir, semen
( 2 x 1,1 x 1,2 ) m ( P x L x T ) (Kapasitas air 2 ton), bentuk dasar setengah lingkaran dan oval dinding licin
Keterangan : P = Panjang ; L = Lebar; T = Tinggi 1.2. Sistem Pengairan Sebuah pembenihan udang galah skala rumah tangga tidak memerlukan sistem pengairan yang terlalu rumit karena yang diperlukan hanyalah pipa pengeluaran dari dalam bak, pipa penguras air dan selang pensuplai air serta sebuah pompa portable kecil. 1.3. Sistem Aerasi Bak pemeliharaan larva memerlukan aerasi sebagai sumber oksigen dan sumber penggerak massa air. Aerasi diperoleh melalui pemasangan aerator akuarium beberapa unit atau melalui blower mini. Bila menggunakan blower mini maka bak pemeliharaan perlu dilengkapi dengan pipa penyalur udara (dari pipa PVC 1/2 inch) yang diberi lubang sesuai dengan diameter dan jumlah selang udara yang akan dipergunakan. Untuk mengatur agar pengeluaran udara sama besar juga diperlukan batu aerasi dan kran pengatur aerasi. Jumlah ideal titik aerasi dalam satu bak adalah 2,5 x luas bak dalam meter persegi permukaan air sehingga diperlukan minimal 6 – 8 buah batu aerasi seluas 2,2 meter persegi bak pemeliharaan larva. Batu aerasi sebaiknya mencapai kedalaman sekitar 5 cm di atas dasar bak sehingga penyediaan oksigen akan lebih merata. 1.4. Alat-alat Penunjang Dalam masa operasional pemeliharaan sejak penebaran nauplius udang galah hingga pemanenan post larva (PL) udang galah diperlukan ala-alat penunjang seperti yang diuraikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Daftar Alat Penunjang Yang Diperlukan No.
Keperluan
Alat
1. Pindah Larva
Serok halus Serok besar Ember lebar
2. Saringan Air
Kantong saring Keranjang saring
Ukuran 20 micron 0,5 mm # 20 liter 10 micron
3. Pemberian pakan: Larva dan PL
Saringan kelapa
4. Alat Penyimpan pakan 5. Penetasan Artemia
Kulkas Corong penetasan Saringan atemia
6. Pengukuran suhu 7. Pengukuran salinitas
Termometer Salino meter/ Refractometer Pompa DAB Pipa PVC Aerator Selang plastik Batu aerasi Pemberat timbal Kran aerasi Terpal Plastik
8. Alat pensuplay air 9. Saluran air/udara 10. Suplay Oksigen
11. Tutup bak 12. Pembersih Bak 13. Pembersih kotoran Larva/suplay air
14. Pembuatan pakan Buatan
15. Treatmen air/ pengobatan
Spon Sikat lantai Selang sipon/spiral Ember plastik Kompor Dandang/Soblok Baskom Timbangan kue Sendok sayur Mixer/blander Gayung pakan Ember plastik Gayung plastik Pipet ukur Timbangan Gelas ukur
0,5 mm kecil, sedang, besar Portable 15 liter 10 micron Celcius
1 inch 1 inch Mini 0,5 cm (“ D “)
Sesuai Bak
0,5 inch 3/4 inch 1 inch 30 Liter
15 liter 0,5 liter 1 - 10 ml minimal 2 digit - 500 ml - 2000 ml
16. Pembangkit listrik
PLN Genset
17. Packing larva
Kantong Palstik Karet Tabung gas O2 Transportasi Komunikasi
18. Alat Penunjang Lainnya
1300 watt 1000 watt 25 x 30 cm
Catatan : saringan yang berukuran dibawah 250 mikron biasanya menggunakan kain sablon 1.5. Bahan Penunjang Dalam masa operasional pemeliharaan sejak penebaran nauplius udang galah hingga pemanenan post larva (PL) udang galah diperlukan ala-alat penunjang seperti yang diuraikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Daftar Alat Penunjang Yang Diperlukan No.
Jenis Bahan
1. Larva Udang Galah 2. Pakan: a. Pakan buatan: - Skim - Terigu - Cumi-cumi - Telur ayam/bebek - Vitamin/mineral b. Alami: - Artemia - Dapnia 3. Obat-obatan: a. Forazolidon b. Prefuran c. EDTA d. Kaporit e. Clorin f. Natrium Tio Sulfat g. Formalin
Keterangan Pemakaian 100 s/d 150 ekor/liter Dibuat sesuai kebutuhan
5 s/d 40 ekor artemia per larva s/d PL atau 1,5 kaleng/ bak/ siklus Dikultur terlebih dahulu diberikan untuk PL 1 - 2 ppm (Untuk Bacteri) 1 - 2 ppm (Untuk Bacteri) 0,5 - 1 ppm (desinfectan /treatmen air) 5 - 150 ppm (desinfectan) 5 - 150 ppm (desinfectan) Penetraliser Kaporit/Clorin digunakan 2/3 ppm dari bahan terpakai (kaporit/clorin) 25 - 250 ppm (protozoa)
h. Malachite green
< 0,04 ppm (fungi/protozoa)
Media Kultur: - Air tawar - Air asin - Air payau
Digunakan untuk budidaya larva dan pencucian Cultur artemia Cultur Larva (6 - 10 promil)
b. PENGELOLAAN UNIT OPERASIONAL 1.1. Pengelolaan Air Air pemeliharaan larva udang galah skala rumah tangga harus memiliki salinitas diantara 6 hingga 10 promil. Kejernihan air mutlak diperlukan agar tidak menggangu proses pemberian pakan dan pemantauan kualitas air. Air diganti hanya sebanyak air yang terbuang pada saat pembersihan dasar bak (Penyifonan) sehingga kejutan akibat pergantian air dihindari sedapat mungkin. Bak perlu ditutup agar sinar matahari tidak langsung menyinari bak yang dapat menimbulkan pertumbuhan lumut yang berbahaya. 1.2. Pemeliharaan Larva Benih Udang Galah yang baru menetas (Larva) dapat diperoleh dari pembenihan skala besar ataupun dari petani tambak. Pembelian dari pembenihan yang besar biasanya dilakukan dalam jumlah 1 (satu) juta benih dengan keuntungan bahwa larva sudah jelas mutu dan jumlahnya sejak awal walaupun harganya mahal. Pasca larva yang dapat dihasilkan seauai kapasitas bak berdasarkan pengalaman di Hatchery skala rumah tangga, cukup bervariasi antara 5 % hingga 40 % tergantung kecermatan/keahlian dalam pemeliharaan dan dukungan cuaca pada saat pemeliharaan. Larva dipelihara dalam bak sistem tertutup (in door) didalam ruangan dengan suhu yang panas berkisar 29 ? C - 31 ? C atau di ruang terbuka (out door) hanya dengan penutup terpal, kelemahannya suhu dalam bak sangat berfluktuasi bisa sangat panas bahkan sebaliknya amat dingin pada saat musim penghujan namun jika dikelola dengan cermat masih dapat menghasilkan survival rate (SR) yang menguntungkan. 1.3. Pemberian Pakan Pakan larva diberikan dalam jumlah yang sangat bervariatif sesuai nafsu makan udang galah yang dari hari ke hari atau dari jam ke jam mengalami perubahan sesuai dengan tingkat perubahan metabolismenya. Frekuensi pemberian pakan sebaiknya 1 (satu) s/d 2 (dua) jam sekali setiap hari dan berakhir setelah udang galah dipanen. Pemberian pakan dilakukan dengan mematikan aerasi dan larva udang yang sehat akan segera naik ke permukaan air lalu pakan ditebar merata di seluruh permukaan air. Setelah larva udang seluruhnya tampak memegang pakan yang diberikan, kemudian aerasi
dihidupkan kembali. Pemberian pakan tidak boleh berlebihan sebab akan merusak kualitas air yang dapat mengakibatkan kematian larva yang dipelihara. Pakan alami (artemia) mulai diberikan, setelah sebelumnya ditetaskan terlebih dahulu selama + 14 jam atau lebih dalam bak berbentuk kerucut/konikel tank yang diaerasi dengan cara kultur menurut petunjuk Produck Artemia. Pada awal pemberian, artemia sebaiknya dilemahkan terlebih dahulu agar mudah ditangkap oleh larva Udang Galah yang dipelihara. Artemia sebaiknya dipanen dan diberikan bila mana pemberian pakan buatan tidak diberikan lagi. Hal tersebut disamping menghemat biaya juga untuk menekan mortalitas udang akibat kanibalisme sesama larva. Mengingat harga artemia amat mahal, Jumlah artemia yang diberikan pada larva s/d Posca larva berkisar antara 5 s/d 40 ekor/larva/PL per hari sesuai umur. 1.4. Pembuatan Media Kultur Media kultur (air payau) dibuat dengan cara mencampur air tawar dengan air asin menggunakan rumus sebagai berikut: a.
Pengenceran
S = S1. V1 + S2 . V2 V1 + V2 S = Salinitas yang dikehendaki …………. ?o S1 = Salinitas tinggi (air laut) ……………. %o ( Diukur dengan salino meter/refrakto meter) S2 = Salinitas rendah (air tawar) ………… %o V1 = Volume air salinitas tinggi …………. m3/ton V2 = Volume air salinitas rendah ………… m3/ton
b.
Pengenceran
: V1 x N1 = V2 x N2 * V1 = Volume air laut * N1 = Salinitas air laut mula-mula * V2 = Volume setelah pengenceran (air payau) * N2 = Salinitas setelah pengenceran (air payau yang diperlukan) Misal = V1 x N1 = V2 x N2 = 10 x 30 = V2 x 6 = V2 = 300/6 = 50 liter = 10 + … = 50 liter --? 50 – 10 = 40 liter = 1 + …. = 5 liter ……….. 1 : 4 = air asin : air tawar
Media larva perlu dipersiapkan 24 jam sebelum digunakan selama waktu tersebut ditreatmen dengan larutan desinfektan seperti Kaporit/Chlorin dengan dosis 1,5 ppm s/d 5 ppm dan sebelum digunakan dinetralisir dengan larutan Natrium Tio Sulfat + 2/3 dari dosis Kaporit yang digunakan (Dengan catatan jika dosis Kaporit yang digunakan
cukup tinggi). 1.5. Pakan Buatan a. Peralatan - Mixer - Dandang/Soblok - Kompor - Sendok - Baskom - Saringan teh/kelapa - Alat lain yang menunjang. b.
Bahan - Skim 0,25 kg - Telur 1 kg - Terigu 80 gr - Vitamin/Mineral (Calsidol/AD Plek)
c. Cara Pembuatan 1. Telur dipecahkan dan kuning telur dengan putih telurnya dipisahkan. 2. Kuning telur dikocok dan ditambahkan air secukupnya + 1 liter. 3. Kemudian masukkan skim dan terigu lalu dikocok sampai merata. 4. Adonan tersebut dibungkus dalam plastik dan dikukus sampai masak. 5. Setelah masak dan didinginkan baru ditambahkan vitamin/mineral 6. Adonan tersebut disimpan dalam almari es (Kulkas) 7. Sebelum pemberian pakan pada larva udang, terlebih dahulu pakan disaring sesuai ukuran larva yang akan diberi pakan dengan saringan teh/kelapa (ukuran kecil, sedang, dan besar). Ukuran 16 mesh/cm untuk larva berumur 12 - 13 hari dan ukuran 8 mesh/cm untuk umur 14 - 35 hari sampai dengan Pasca Larva.
15. PANEN DAN DISTRIBUSI a. Panen Bila kondisi pemeliharaan baik, maka waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan larva cukup singkat, yaitu berkisar 35 hari atau 90 % larva sudah menjadi PL (Post Larva) dapat dilakukan panen, Cara panen dapat dilakukan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Aerasi dimatikan Ditunggu beberapa saat sampai larva berada di permukaan air. Larva yang berada dipermukaan air dipindahkan dengan saringan larva (seser) ke tempat lain sebagai penampungan sementara. Saringan pasca larva dipasang dalam bak, kemudian kran aerasi dibuka.
5. 6.
Dilakukan pemisahan antara pasca larva dengan larva yang ikut terbawa. Pasca Larva yang diperoleh dihitung dengan cara sampling atau dihitung satu persatu, apabila jumlahnya tidak terlalu banyak. 7. Larva yang ditampung ditempat penampungan sementara, kemudian dikembalikan lagi ke dalam bak larva. 8. Pasca larva yang diperoleh ditampung dalam bak penampungan. 9. Pasca larva selanjutnya diadaptasikan dilingkungan air tawar dengan jalan penurunan salinitas secara betahap 2 %o setiap hari agar tidak terjadi stress pada larva 10. Selama adaptasi didalam bak pasca larva dipasang shelter plastik gelombang + 80 % dari luas dasar bak. 11. Jika pasca larva sudah teradaptasi dengan air tawar maka pasca larva siap di perjual belikan. b. Transportasi Pasca Larva Transportasi pasca larva dapat dibedakan menurut jarak dan sarana jalan yang ada: 1. 2.
Jarak dekat dengan prasarana jalan yang baik dapat menggunakan sistem terbuka. Jarak jauh yang memerlukan waktu cukup lama dapat menggunakan sistem tertutup
1.
Sistem Terbuka Peralatan yang diperlukan antara lain:
2.
Ember dengan volume air + 70 liter Satu set aerator batery Lembaran plastik sebagai shelter Air tawar bersih Jika perjalanan kurang dari 1 jam sebaiknya kepadatan berkisar antara 50 100 ekor /liter. Sebaiknya suhu air diturunkan hingga 15 - 20 ? C dengan menggunakan es balok.
Sistem Tertutup Alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
Kantong plastik Jerigen Dus pengemas Gas oksigen Shelter dari rafia Pakan alami “ Artemia” Karet pengikat Es balok Kepadatan benih 500 ekor/liter (ukuran benih 5 - 8 cm) dan 750 ekor/liter
(ukuran benih 3 - 5 cm) serta 1.000 ekor/liter ( ukuran benih 1 - 3 cm) Oksigen dimasukkan ke dalam plastik dengan perbandingan lebih dari 1 : 5 (satu bagian air dan lima bagian oksigen) Kemudian plastik diikat erat dan dikemas dalam dus/karton berlakban rapat. Pengangkutan ketempat tujuan telah siap diberangkatkan.
16. ANALISA USAHA PEMBENIHAN UDANG GALAH SKALA RUMAH TANGGA a. Modal Investasi 1.
1.1 Bangunan 1 unit Hatchery terdiri dari: - Bangunan in door ukuran 4 m x 6 m = 24 m2 x standar bangunan Rp. 350.000,00 termasuk: • Bangunan bak larva ukuran 2,5 ton atau ukuran : (2 x 1,1 x 1,2) x 1 m sebanyak 5 buah
Rp. 8.400.000
1.2 Bangunan Bak Media (Air Payau) ukuran 4 ton atauukuran (2 x 2 x 1) x 1 m Rp. 1.000.000 1.3 Pemasangan Jaringan Listrik (PLN)
Rp. 1.500.000 Jumlah 01 Rp. 10.900.000
2. Alat Penunjang Pembenihan udang galah: - Serok halus 150 micron 1 buah
Rp. 19.000
-
Serok besar 0,5 mm 1 buah
Rp. 15.000
-
Ember besar ukuran 20 liter 2 buah @ Rp.15.000,00
Rp. 30.000
-
Saringan air ukuran 10 micron 0,25 m/T150
Rp. 75.000
-
Saringan kelapa (staenlees) ukuran lubang: * Kecil * Sedang * Besar
Rp. 9.000 Rp. 11.000 Rp. 19.500
-
Kulkas Portable 1 buah
Rp. 900.000
-
Saringan artemia 50 micron 0,5 m/T90
Rp. 56.250
-
Corong penetasan 2 buah @ Rp. 32.500,00
Rp. 65.000
-
Termometer derajad Celcius 1 buah
Rp. 6.000
-
Salinometer 1 buah
Rp. 11.000
-
Pompa DAB 1,5 inch
Rp. 600.000
-
Aerator merek Resun/orca 3 buah @ Rp. 350.000,00
Rp. 1.050.000
-
Selang plastik 1 rol @ Rp. 80.000,00
Rp. 80.000
-
Batu aerasi 60 buah @ Rp.1.500
Rp. 90.000
-
Timbal pemberat 1 kg @ Rp.7.000,00
Rp. 7.000
-
Sok selang aerasi 1 pak @ Rp.6.000,00
Rp. 6.000
-
Terpal plastik ukuran 2,5 x 1,5 m2 sebanyak 5 buah @ Rp. 5.000,00
Rp. 65.000
-
Busa tebal 0,5 m, Rp. 30.000,00/m
Rp. 15.000
-
Sikat lantai 1 buah
Rp. 9.000
-
- Selang sipon/spiral ukuran: * 0,5 inch 5 m @ Rp.7.000,00/m * 0,75 inch 6 m @ Rp. 10.000,00/m * 1 inch 5 m @ Rp.15.000,00/m
Rp. 35.000 Rp. 60.000 Rp. 75.000
-
Ember plastik ukuran 30 liter 1 buah
Rp. 20.000
-
Kompor minyak 1 buah
Rp. 60.000
-
Dandang/soblok 1 buah
Rp. 26.000
-
Baskom plastik 1 buah
Rp. 7.000
-
Timbangan kue ukuran 1.000 gram, 1 buah
Rp. 39.000
-
Sendok sayur bahan plastik warna putih 1 buah
Rp. 2.500
-
Mixer 1 tangkai 1 buah
Rp. 250.000
-
Gayung pakan 1 buah
Rp. 4.000
-
Ember plastik ukuran 15 liter, 1 buah
Rp. 12.500
-
Gayung plastik 0,5 liter 3 buah @ Rp.5.500,00
Rp. 16.500
-
Pipet uku ukuran 10 ml, 1 buah
Rp. 11.000
-
Gelas ukur dari plastik, ukuran: * 500 ml, 1 buah * 2.000 ml, 1 buah
Rp. 15.000 Rp. 17.500
-
Genset 1000 KVA buatan Rakyat Cina
Rp. 1.700.000
-
Tabung gas Oksigen
Rp. 790.000 Jumlah 01 Rp. 6.280.250 Sub Total A (1 + 2) Rp. 17.180.250
b. Modal Kerja/Biaya Operasional 1.
Biaya pembelian air laut/siklus
Rp. 150.000
2.
Biaya penggunaan tenaga listrik/siklus
Rp. 50.000
3.
Operasional genset/siklus
Rp. 20.000
4.
Pembelian nauplius Udang galah sebanyak 1.250.000 ekor
Per sejuta @ Rp.300.000,00
Rp. 375.000
Pemakaian obat-obatan/siklus (EDTA, Kaporit, Natrium Tio Sulfat, Forazolidon dll)/siklus
Rp. 75.000
6.
Pembelian Artemia, 3 Kaleng @ Rp. 520.000,00
Rp. 1.560.000
7.
Plastik panen ukuran 20 x 40 cm 2 rol @ Rp.20.000,00
Rp. 40.000
8.
Karet gelang 0,25 kg @ Rp.9.000/m
Rp. 2.250
9.
Telur bebek sebanyak 106 butir/siklus @ Rp. 700,00
Rp. 74.200
5.
10. Tepung terigu 1,25 kg/siklus @ Rp. 3.500,00
Rp. 4.375
11. Skim 3,125 kg/siklus @ Rp. 25.000,00
Rp. 78.125
12. Biaya lain-lain sampai panen (Wartel, Konsumsi dll.)
Rp. 100.000 Sub Total B Rp. 2.528.950
c.
Upah tenaga kerja 1 orang Rp.300.000,00 x 12 bulan = Rp. 3600.000 : 8 Siklus
Rp. 450.000
d.
Total Biaya Operasional ( B + C)
Rp. 2.978.950
e.
Penyusutan Modal Investasi 1. Bangunan Hatchery diperhitungkan selama 15 tahun, maka Perhitungan untuk persiklus = Rp. 10.900.000,00 : pertahun 8 siklus x 15 tahun = Rp. 10.900.000,00 : 120 siklus = 2. Peralatan Hatchery diperhitungkan selama 3 tahun, maka Perhitungan untuk/siklus= Rp.6.280..250 : 8 siklus x 3 tahun = Rp.6.280.250 : 24 siklus =
Rp. 90.833 Rp. 261.677
Sub Total (1 + 2) Rp. 352.510 f.
Total Biaya pengeluaran (D + E)
Rp. 3.331.460
g.
Penerimaan: Survival rate (SR) 10 % x 1.250.000 ekor nauplius = 125.000 Post Larva (PL) x Rp.45
Rp. 5.625.000
h.
Laba Operasional ( G – D)
Rp. 2.646.050
i.
Laba bersih sebelum dikurangi biaya sewa tanah, pajak atau Bunga Bank jika modal diperoleh dari pinjaman Bank (G – F) Rp. 2.293.540
j.
Laba bersih dalam 1 tahun (8 siklus)
k.
= Rp.2.293.540 x 8 siklus =
Rp.18.348.320
Analisa biaya manfaat = B/C ratio = ( G : (B + C) )
1,9 > 1
ooO||O00 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama
: YUS WARSENO, S.Pi
Tempat/Tanggal Lahir
: Solo, 11 Juni 1964
NIP
: 080 106 240
Pangkat/Golongan
: Penata /Golongan III/c
Jabatan
: Staf Dinas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bantul. Jl. Dr. WahidinSudirohusodo No. 72 Jebukan Bantul Telp. 0274 367338, Fax. 0274 367504
Tempat Tinggal
: Perum Bangunjiwo Grahayasa Blok A 19 RT/RW. 10/24 Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul HP.08156700256
Pendidikan
: a. Sekolah Dasar, (1979) b. Sekolah Menengah Pertama, (1982) c. Sekolah Menengah Atas, (1985) d. DIKLAT Ahli Usaha Perikanan (AUP), 1988, Angkatan XXI Jurusan PSDP e. S1 (Sarjana Perikanan), 1994
Pendidikan dan Latihan : a. Ahli Pembenihan Udang b. Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) A & Evaluator (AMDAL) C c. Menejemen Proyek dan Sistem Informasi Monitoring Proyek d. ADUM f. Pengelolaan Sumberdaya Ikan g. Menejemen Kualitas Genetik Induk Ikan h. Kewidyaiswaraan Berjenjang TK. I (LAN) Seminar
: Work shop Revitalisasi Budidaya Tambak Udang Indonesia
Riwayat Pekerjaan
:
a. Tehnisi PT. Fega Meryculture, PT. Samudera Farmindo Luas, PT. Bayumas Utan Windu, PT. Yasamas, PT. Benur Alam Samudera dan beberapa Perusahaan lain yang bergerak dalam usaha budidaya Udang. b. Konsultan perencana pengembangan Pembenihan dan budidaya udang galah di Agro Techno Park (ATP) Kementrian Riset Dan
c. d. e. f. g. h. i.
Tehnologi di Palembang TA. 2003/2004 Anggota Tim Tehnis Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Daerah Propinsi Bengkulu Pemimpin Proyek APBN Tahun Anggaran 1997/1998 dan Tahun Anggaran 1998/1999 Plh. Kasie Penangkapan Ikan, Dinas Perikanan Propinsi Dati I Bengkulu Pimpinan Balai Benih Udang Galah (BBUG) Samas, Kabupaten Bantul Staf. Pembinaan dan Pengembangan, Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Staf. Ekonomi Pembangunan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul Staf Bina Program, Dinas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bantul
Bantul, September 2004 Ttd. YUS WARSENO, S.Pi NIP. 080 106 240