Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
ISBN: 978-602-18235-0-7
OPTIMALISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN SEBAGAI CERMINAN GURU PROFESIONAL Cucu Siti Sukonsih FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Jl. Letjend. Sujono Humardani No. 1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Telp. (0271) 593156 Fax. (0271) 591065
Abstrak Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal. Tujuan Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan tercapai apabila guru sebagai pelaksana pendidikan memiliki kemampuan profesional. Guru yang profesional memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, profesional serta memiliki sertifikat pendidik. Guru yang memiliki kualifikasi profesional adalah guru yang mengetahui secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara mengajarnya serta efisien dan efektif serta memiliki kepribadian yang mantap. Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Kata kunci: optimalisasi, pembelajaran, guru profesional
Pendahuluan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undangundang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik profesional. Untuk itu, mereka dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana/Diploma IV (S-1/D-IV) yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran, karena guru sebagai ujung tombak dalam menstransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru sebagai tenaga kependidikan yang tugas utamanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, baik yang bersifat akademis, semi akademis, maupun yang bersifat keterampilan. Menurut Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), masa kini peran guru mengalami perluasan vaitu guru sebagai: pelatih, konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar dan pengarang. Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan ditingkat operasional, guru merupakan penentu keterhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusi, instruksional dan eksperiensial. Hat itu mengandung makna bahwa guru mempunvai posisi yang strategis dalam upaya pembangunan bangsa. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi profesional, sehingga guru dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Guru yang memiliki kualifikasi profesional adalah guru yang mengetahui secara mendalami tentang apa yang diajarkannva, cakap dalam cara mengajarnya secara efisien dan efektif serta memiliki kepribadian yang mantap. Guru yang prolesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Ciri-ciri guru yang efektif menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas paling tidak ada empat ciri-ciri guru yang efektif yaitu: 1. Memiliki k emampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas
Univet Bantara Sukoharjo
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
73
ISBN: 978-602-18235-0-7
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
2. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran 3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan penguatan 4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus nonpegawai negeri sipil (swasta). Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua cara yaitu (1) Penilaian Portofolio sesuai Permen No. 18 Tahun 2007 dan (2) Jalur pendidikan profesi sesuai Permen No. 4 Tahun 2007. Tujuan dari kegiatan sertifikasi guru adalah untuk: 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pemnbelajaran. 2. Meningkatkan profesionalisme guru 3. Meningkatkan proses dan hasil pendidikan 4. Mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional Sebagai seorang pendidik, apalagi telah mengikuti sertifikasi baik melalui portofolio maupun diklat profesi guru atau PLPG diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme. Profesionalisme guru bukanlah dilihat pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi pada kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Oleh karena itu tugas profsional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna, salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat dan inovatif. Penerapan atau penggunaan model atau metode pembelajaran yang tepat dan inovatif termasuk kompetensi profesional dan paedagodi guru yang berhubungan dengan pembelajaran.
Pembahasan Guru sebagai Jabatan Profesional Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Mengenai istilah profesi inii Everett Hughes yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (1994: 26) menjelaskan bahwa “istilah profesi merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnva menjadi pekerjaan itu sendiri’. Pendapat lain dikemukakan oleh A. Samana (1994: 27) bahwa seorang pekerja profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun keterampilan atau kecakapan tersebut sekedar produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan. Sedangkan menurut B.J. Chandler dalam Piet A. Sahertian (1994: 27) menegaskan lebih spesifik tentang profesi mengajar itu sendiri, dikatakan bahwa ”profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan”. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan mengajar dan atau keterampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing manusia. Profesional mempunyai makna ahli (eksplisit), tanggung jawab (responsibility), baik tanggung jawab intlektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki rasa kesejawatan (Piet A. Sahertian,1994: 29). Oleh karena itu, maka guru yang profesional dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu sebagai berikut:
74 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Univet Bantara Sukoharjo
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
ISBN: 978-602-18235-0-7
1) Ahli (ekspert) Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subyek didik. Kiat mengajar seperti itulah yang diartikan ahli dalam memberi pengetahuan, mengembangkan penegtahuan dan menumbuhkan apresiasi, sehingga inti kemanusiaan subjek didik dapat berkembang. Proses mematangkan diri sendiri adaah proses indfividualisasi. Disitulah inti dari seorang guru yang disebut ahli dalam mengajar dan mendidik. 2) Memiliki Otonomi dan Rasa Tanggung Jawab Guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksud dengan otonomi adalah suatu sikap profesional yang disebut mandiri. Ia telah memiliki otonomi atau kemandirian yang dalam mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada awalnya ia belum punya kebebasan atau otonomi, ia masih belajar sebagai guru magang. Melalui proses belajar dan perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Ciri-ciri kemandirian antara lain dapat membawakan niai-nilai hidup, dapat membuat pilihan nilai, dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan itu. Guru yang profesional mempersiapkan diri sematang-matangya sebelum ia mengajar. Ia menguasai apa yang akan disajikan dan bertanggung jawab atas semua yang diajarkan. Ia bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Guru pengajar memiliki tanggung jawab intelektual, artinya ia secara nalar mampu mengembangkan konsep-konsep berpikir nalar dan problematis serta sistematis. Tanggung jawab juga punya aspek individu; artinya yang bertanggung jawab adalah orang secara pribadi. Ia berdiri sendiri sebagai individu yang utuh untuk mengambil keputusan dan mempertanggung jawabkan keputusan itu. Ia juga harus mempunyai kesadaran untuk dimintai tanggung jawab. 3) Memiliki Rasa Kesejawatan Salah satu tugas dari organisasi profesi adalah menciptakan rasa kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini dikembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi diciptakan rasa kesejawatan. Semangat korps dikembangkan agar harkat dan martabat guru dijunjung tinggi baik oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Sertifikasi Guru Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteran guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guru yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasioal No. 18 Tahun 2007, alur pelaksanaan sertifikasi bagu guru dalam jabatan disajikan pada Gambar 1. Peserta sertifikasi melalui penilaian protofolio yang belum mencapai skor minimal kelulusan, diharuskan (a) melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk melengkapi kekurangan portofolio, atau (b) mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Tujuan diselenggarakannya Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) sebagai berikut: 1)
Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru peserta sertifikasi yang belum mencapai batas minimal skor kelulusan melalui penilaian portofolio. 2) Untuk menentukan kelulusan peserta sertifikasi guru melalui uji kompetensi di akhir PLPG. Peserta PLPG adalah guru peserta sertifikasi yang belum mencapai batas minimal
Univet Bantara Sukoharjo
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
75
ISBN: 978-602-18235-0-7
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
skor kelulusan melalui penilaian portofolio dan direkomendasikan untuk mengikuti PLPG oleh Rayon LPTK penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan (Ditjen Dikti, Depdiknas, 2008). Sertifikat Pendidik
Lulus Guru dalam Jabatan
Penilaian Portofolio
Tidak lulus
Kegiatan Melengkapi Portofolio
PLPG Pelaksanaan Diklat
Ujian
Lulus
Ujian Ulang
Lulus
Tidak lulus Dinas Pendidikan Kab/Kota
Tidak lulus
Gambar 1. Alur sertifikasi bagi guru dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio
Model-Model Pembelajaran Inovatif Salah satu materi yang diberikan dalam diklat profesi guru adalah model-model pembelajaran inovatif. Harapannya setelah mengikuti materi ini, peserta mampu mengimplementasikan pada pembelajaran di sekolah pada khususnya dan pada umumnya dapat menguasai dan menerapkan empat kompetensi pendidik yaitu kompetensi profesional, kompetensi paedagogi, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Jika keempat kompetensi tersebut dikuasai para guru maka berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilaksanakan secara optimal yaitu sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator. Jika peran tersebut dapat dijalankan maka usaha memberikan layanan pembelajaran yang optimal kearah pelaksanaan pendekatan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyeyangkan) dapat dicapai. Kemampuan menerapkan pendekatan PAIKEM tersebut diperlukan penguasaan model-model pembelajaran yang memadai. Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2007). Menurut Winataputra (2001), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaskanakan aktivitas pembelajaran. Dalam tingkatan operasional model pembelajaran dan strategi pembelajaran sering dipertukarkan. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam
76 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Univet Bantara Sukoharjo
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
ISBN: 978-602-18235-0-7
usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum dan model pembeljaran terpadu. Pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, disamping itu CTL mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Sedangkan model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang bertujuan mengembangkan aspek ketrampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa. Menurut Lie (2004), pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen tersebut adalah: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning mengupayakan seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan, ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi pembelajran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok, hal ini perlu didukung oleh suasana belajar yang efektif. Berkaitan dengan itu Linda dan Hammond (1997) menyatakan bahwa untuk menciptakan suasana belajar yang efektif, guru harus dapat membangun hubungan yang menyenangkan dengan siswa dan hal ini penting bagia guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang serius tetapi tetap menyenangkan. Pembelajaran kooperatif ini berbeda dengan metode diskusi yang biasa dilaksanakan di kelas, karena pembelajan kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan secara optimal. Menurut Muslimin Ibrahim, dkk dalam pembelajaran kooperatif (2000) unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sepenanggungan. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesautu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota-anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Model-model pembelajaran kooperatif seperti: Model STAD, Model Jigsaw, Model Examples non Examples, Picture and picture, Numbered Heads Together/Kepala Bernomor, Problem Based Introduction/ Pembelajaran berdasarkan masalah, Make a Match, Role Playing, Talking stick, dan lain-lain. Model pembelajaran yang lain adalah model pembelajaran kuantum. Model pembelajaran
Univet Bantara Sukoharjo
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
77
ISBN: 978-602-18235-0-7
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
kuantum adalah model pembelajaran yang menggabungkan sugestologi, teknik percepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri (DePoetr dalam Quantum Learning, 1999). Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti, teori otak kanan/kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, audiotorial dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol, belajar dengan simulasi/permainan. Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para ahli tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran adalah: berorientasi pada tujuan, mendorong aktifitas siswa, memperhatikan aspek individu siswa, mendorong proses interaksi, menantang siswa berpikir, menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji, menimbulkan proses belajar yang menyenangkan serta dapat memotivasi siswa belajar lebih lanjut (Killen, 1988 dalam Sanjaya, 2006). Berikut ini disajikan berbagai contoh model pembelajaran inovatif yang dapat menjunjung profesionalitas guru.
Contoh Model Pembelajaran IPS Terpadu
No. KD : 5.1 5.2 5.3
Sejarah
Geografi
No. KD : 6.1
Kegiatan ekonomi penduduk Surakarta No. KD : 2.3 2.4
Sosiologi
Ekonomi
No. KD : 6.2 6.3 6.4
Gambar 2. Model Integrasi IPS berdasarkan Topik/Tema
Geografi (KD : 1.1, 4.1, 4.2, 4.3 a. Potensi objek wisata Sejarah (No. KD : 5.1)
Sosiologi (KD : 2.1)
SEKATEN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA
b. Potensi Perkembangan masyarakat setempat
78 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
c. Memupuk aspirasi terhadap kesenian Ekonomi (No. KD : 6.1, 6.2, 6.3, 6.3)
d. Azas manfaat terhadap kesejahteraan penduduk
Univet Bantara Sukoharjo
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
ISBN: 978-602-18235-0-7
Gambar 3. Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama
CONTOH MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF (Dari berbagai sumber) Silahkan Bapak/Ibu Guru untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan Mata Pelajaran, SK, KD atau indikatornya 1. CRITICAL INCIDENT (Pengalaman Penting) Strategi ini digunakan untuk memulai pembelajaran. Tujuannya untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Langkah-langkahnya: a. Sampaikan kepada siswa topik atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan ini b. Beri kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalaman mereka berkaitan dengan materi c. Tanyakan pengalaman apa yang menurut mereka tidak terlupakan d. Sampaikan pelajaran dengan mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi. Strategi ini dapat digunakan dengan maksimal pada pelajaran/materi yang bersifat praktis. Contoh: Dari pengalaman kalian sejak bangun tidur sampai kalian berada di sekolah, barang dan jasa apa saja yang kalian butuhkan? Dari jawaban yang muncul, guru bisa memulai pembelajaran dengan mengkaitkan pengalaman siswa dengan materi. 2.
TEKS ACAK Strategi ini sangat baik digunakan untuk mata pelajaran BAHASA, meskipun dapat juga digunakan untuk pelajaran yang lain: Langkah-Langkah: a. Pilih bacaan yang akan disampaikan b. Potong bacaan tersebut menjadi bebebrapa bagian. Potongan bisa dilakukan per kalimat atau per dua kalimat. c. Bagi siswa menjadi bebebrapa kelompok kecil. d. Beri setiap kelompok satu bacaan utuh yang sudah dipotong-potong. e. Tugas siwa adalah menyusun bacaan sehingga dapat dibaca dengan urut. f. Pelajari teks bacaan dengan siswa dengan cara yang anda kehendaki.
3. READING GUIDE (Penuntun Bacaan) Dalam beberapa kesempatan serong terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan didalam kelas dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyak materi yang harus diselesaikan. Dalam keadaan seperti ini strategi ini dapat digunakan secara optimal. Langkah-langkah: a. Tentukan bacaan yang akan dipelajari b. Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi. c. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada siswa. d. Tugas siswa adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan. e. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada siswa.
Univet Bantara Sukoharjo
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
79
ISBN: 978-602-18235-0-7
f.
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
4. JIGSAW Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Langkah-langkah: a. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dari tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g. Guru memberi evaluasi h. Penutup 5. INDEX CARD MATCH (Mencari Pasangan) Ini adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Langkah-langkah: a. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas b. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama c. Tulis pertanyaan dan jawabannya tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada sebagian kertas (jika ada 20 siswa, 10 kertas berisi pertanyaan, 10 kertas lain berisi jawaban) d. Minta siswa mencari pasangannya dengan duduk bersebelahan e. Minta siswa membaca dengan keras pertanyaan dan siswa pasangannya membaca jawabannya. f. Akhiri pelajaran dengan klarifikasi dan kesimpulan 6. STAD Langkah-langkah: a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) b. Guru menyajikan pelajaran c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. e. Memberi evaluasi f. Kesimpulan 7. Model Examples non Examples Langkah-langkah: a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
80 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Univet Bantara Sukoharjo
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
ISBN: 978-602-18235-0-7
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai g. Kesimpulan 8. Picture and Picture Langkah-langkah: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b. Menyajikan materi sebagai pengantar c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis. e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. g. Kesimpulan/rangkuman. 9. Numbered Heads Together/Kepala Bernomor Langkah-langkah: a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya. d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. e. Tanggapan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain f. Kesimpulan 10. TALKING STICK Langkah-langkah: a. Guru menyiapkan sebuah tongkat b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemjudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada sumber belajar. c. Setelah mempelajari materi, buku bacaan atau yang lain ditutup/disimpan. d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan. e. Guru memberi kesimpulan. f. Evaluasi dan penutup.
Kesimpulan Tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna, salah
Univet Bantara Sukoharjo
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
81
ISBN: 978-602-18235-0-7
Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global” Tahun 2012
satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat dan inovatif. Penerapan atau penggunaan model atau metode pembelajaran yang tepat dan inovatif termasuk kompetensi profesional dan paedagodik guru yang berhubungan dengan pembelajaran. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka Ditjen Pendidikan Tinggi, 2008. Pedoman PLPG. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. E. Mulyasa, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. James Popham W., 1981. Modern Educational Measurement. London: Prentice Hall. Muhammad Numan Sumantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhibbin Syah, 2005. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Ngalim Purwanto, 1999. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik, 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Piet A. Sahertana, 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset. Samana, A., 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. Sugiyanto, 2007. PLPG: Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Sumadi Suryabrata, 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan nasional 2003 bersama Penjelasannya. Jakarta: Cemerlang. Win Wnger, 2003. Teaching and Learning. Bandung: Nuansa.
82 PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Univet Bantara Sukoharjo