Opportunity of rattan certification to tap new market and giving additional value of rattan finished product Ramadhani Achdiawan, Wisnu Caroko, Lisman Sumardjani Bogor 14 February 2013
Rotan di Indonesia Rotan tumbuh di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Papua, Nusa Tenggara, Maluku dan Jawa Timur Indonesia mensuplai 80% dari permintaan rotan dunia Setidaknya 350 species ditemukan di Indonesia (secara global 600 species), 6-7 spesies diperdagangkan secara komersil di Indonesia Lima juta orang di Indonesia bergantung kepada rotan, 50% di industry prosesing dan setengahnya lagi di pemanenan
THINKING beyond the canopy
Jenis Rotan yang Utama Sulawesi: Rotan liar (diameter besar); Calamus inops, Calamus zollingeri, Calamus ahliduri, Daemonorops sarasinorum, Calamus omatus, Calamus sp.
• •
Produktifitas 1 - 2 ton/ hektar/ tahun Tumbuh di hutan produksi, hutan konversi dan hutan lindung Kalimantan Timur dan Tengah: rotan dibudidaya (diameter kecil) Calamus caesius, Calamus trachyoleus • Produktifitas 2 - 3 ton/ hektar/ tahun • Ditanam di bekas ladang
THINKING beyond the canopy
Rantai Pemasaran Rotan Indonesia Raw rattan
Kaltim, Kalteng
Sulawesi
Kalsel
Semi finished/ finished
Surabaya, Sidoarjo, Gresik
Finished Cirebon, Majalengka, Tangerang, Jakarta
Source: SHK Report 2005
Semarang, Jepara, Kudus
Sukoharjo, Yogyakarta
THINKING beyond the canopy
Value Chain of Rattan Price Case Study East Kalimantan
West Kutai forest • Rattan harvesters • IDR 1,2001,500/kg for wet sega
West Kutai forest village • Rattan garden owners • IDR 1,500/kg for wet sega; IDR 3,500/kg for dry sega
West Kutai town • Local rattan traders • IDR 3,5004,500/kg for dry sega
Samarinda • Samarinda based traders • IDR 2,5003,000/kg for wet sega
Cirebon and Surabaya
Various Java towns
• Java based traders • IDR 6,0007,000/kg for dry sega
• Furniture producers • IDR 7,0008,000/kg for dry sega
International market • IDR 8,01015,130/kg for dry sega (FOB price)
THINKING beyond the canopy
Perbandinga harga rotan mentah dan beras
THINKING beyond the canopy
Latar Belakang Sertifikasi Rotan Lingkungan: untuk meminimalisir resiko over eksploitasi rotan (khususnya rotan liar)
Bisnis: Tapping new market i.e. Pasar Eropa barat Laos sudah memulai sertifikasi rotan di tahun 2011
THINKING beyond the canopy
Skema Sertifikasi Sertifikasi Pihak ketiga:
• •
FSC: Internasional, Prinsip sentralistik LEI: Nasional, Prinsip Lokal
Sertifikasi Pihak Pertama:
•
PGS (Participatory Guarantee System): Lokal, Prinsip Lokal
THINKING beyond the canopy
Perbandingan Posisi Rotan FSC: Rotan adalah hasil hutan ikutan, sehingga rotan
tersertifikasi FSC harus berasal dari hutan yang sebelumnya tersertifikasi FSC. Proses sertifikasi 2 tahap (Hutan lalu rotan) LEI dan PGS: Rotan (HHBK lainya) adalah indikator keragaman hayati. Sehingga persepktif sertifikasi fokus pada pengelolaan rotan yang notabene juga bagian dari pengelolaan hutan. Sehingga tidak diperlukan sertifikasi hutannya terlebih dahulu (1 tahapan sertifikasi).
THINKING beyond the canopy
Persamaan Prinsip Pengelolaan Hutan Aspek tenurial harus jelas didefinisikan dan jelas alas
hukumnya Kepatuhan terhadap peraturan nasional dan internasional yang relevant Pentingnya penjagaan terhadap tutupan hutan Pengelolaan hutan seharusnya dilakukan dengan perencanaan yang baik Monitoring yang regular dan evaluasi terhadap praktek pengelolaan hutan untuk memastikan semua tujuan tercapai
THINKING beyond the canopy
Persamaan Prinsip Pengelolaan Hutan (lanjt) Pekerja yang terlibat harus mendapatkan pelatihan agar
dapat meningkatkan kinerja pengelolaan hutan. Menghormati hak-hak masyarakat adat Pemanenan hasil hutan tidak boleh melebihi level panen lestari Memperhatikan kelestarian keanekaragaman hayati serta spesies langka Memperhatikan perlindungan lokasi yang bernilai budaya, spiritual ataupun sejarah Memperhatikan pentingnya pengelolaan limbah dan melarang menggunakan bahan kimia terlarang
THINKING beyond the canopy
Persamaan lain Prosedur: Monitoring harus dilakukan secara berkala
dan terbuka Standard COC dan Klaim Label: Keterlacakan, dokumentasi COC dan SOP dalam rangka menjamin bahwa produk tersertifikasi tidak tercampur dengan produk non-sertifikasi
THINKING beyond the canopy
Market Product Positioning Penempatan posisi produk di pasar lebih cenderung kepada “symbolic positioning” (self-image enhancement, ego identification, belongingness and social meaningfulness, affective fulfillment) antara lain: Produk ramah lingkungan Sehat bagi keluarga dimana produk ditempatkan Bergengsi Merupakan bagian dari gerakan global Bukan mass product, sehingga memiliki nilai ekslusifitas
THINKING beyond the canopy
Potensi pasar rotan sertifikasi Tidak potensial pada Pasar Bawah: Sensitif terhadap harga. Mass
product – harga relative murah. Sangat mudah dipengaruhi oleh produk substitusi rotan plastik. Pertimbangan utama bukan kepada kualitas, durabilitas maupun artistik, tetapi lebih kepada fungsionalitas dan harga.
Pasar Menengah, Kualitas, durabilitas dan artistik sudah menjadi
pertimbangan. Bila harganya masuk akal (tidak terlalu mahal) maka besar kemungkinan produk rotan sertifikasi masih bisa mendapatkan pasar di sini. Kenaikan harga akibat proses sertifikasi masih bisa diterima.
Pasar Atas: Pertimbangan utamanya bukan berdasar harga tetapi
berdasar kepada kualitas, durabilitas maupun artistik. Apakah produk “ramah lingkungan” ini cocok dengan interior ruangan saya? Apakah model atau disain produk yang saya beli ini merupakan model yang sedang “in”, atau cocok dengan tema ruangan?
THINKING beyond the canopy
Preferensi Pasar atas Produk Rotan Tersertifikasi Kualitasnya bagus: bahan baku yang bagus, barang atau
produknya dikerjakan dengan baik, penuh perhatian terhadap detil Durable: menggunakan bahan terbaik: dari sisi umur/cukup tua / sesuai, tidak mudah dimakan rayap bubuk / mendapat perlakukan pengawetan yang sesuai, relative tahan terhadap perubahan cuaca/ musim Artistik: modelnya sesuai dengan interior, fine art serta ada kecenderungan kepada produk asli yang memiliki nilai budaya, seperti anjat
THINKING beyond the canopy
Kesimpulan dan Rekomendasi Sertifikasi Rotan potensial untuk dikembangkan di
Indonesia, apalagi Indonesia adala supplier Rotan terbesar di dunia Pasar untuk produk sertifikasi saat ini exist Skema yang dipilih akan bergantung dengan pasar yang dibidik Baru skema FSC yang terbukti memiliki pasar sertifikasi rotan, contoh kasus dari Laos. Skema FSC lebih dikenal namun memiliki biaya yang lebih tinggi. PGS cenderung low cost namun membutuhkan effort untuk mencari pasar.
THINKING beyond the canopy