Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Menerapkan Metode Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa SMP Negeri 3 Ngrambe Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh : Umi Sholikhah, S.Pd ABSTRAK Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok melaksanakan taanggung jawab pribadinya karena ada sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya. Permasalahan yang ingin dikaji dalam dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) Apakah pembelajaran kooperatif model jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial? (b) Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29). Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SMP Negeri 3 Ngrambe serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kata Kunci: pengetahuan sosial, pembelajaran kooperatif model jigsaw
PENDAHULUAN JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
111
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong
untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Menerapkan Metode Kooperatif Model Jigsaw Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ngrambe tahun Pelajaran 2014/2015”. Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran kooperatif model jigsaw berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe Tahun Pelajaran 2014 / 2015? 2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan meteri pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe Tahun Pelajaran 2014 / 2015? Berdasar atas rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadapasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe Tahun Pelajaran 2014 / 2015. 2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe.
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
112
KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pengertian Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh. Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat
menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah. b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat. 1) Faktor yang berasal dari orang tua 2) Faktor yang berasal dari sekolah 3) Faktor yang berasal dari masyarakat Pengajaran Kooperatif Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001). 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
113
2. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 2000:78-79) 3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut
teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. METODOLOGI PENELITIAN Bentuk Penelitian Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Model Jigsaw Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari atau enam siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Pada anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu desebut “kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para pakar siswa yang berada dalam kelompok pakar Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian kembali ke kelompoknya semula (home 1. Tempat Penelitian JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
114
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 3 Ngrambe . 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 3 Ngrambe Tahun Pelajaran 2014/2015 pada pokok bahasan Usaha Manusia Memenuhi Kebutuhan. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif model jigsaw dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif model jigsaw yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Analisis Item Butir Soal Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi: 1. Validitas Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
115
kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 45 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan
30 soal valid. Hasil dari validits soalsoal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa Soal Valid
Soal Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 42, 43, 44, 45
35, 40, 46
2. Reliabilitas Dari hasil analisis daya Soal-soal yang telah pembeda diperoleh soal yang memenuhi syarat validitas diuji berkteriteria jelek sebanyak 16 soal, reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan berkriteria cukup 20 soal, berkriteria diperoleh koefisien reliabilitas r11 baik 10 soal. Dengan demikian soalsebesar 0, 554. Harga ini lebih besar soal tes yang digunakan telah dari harga r product moment. Untuk memenuhi syara-syarat validitas, jumlah siswa (N = 28) dengan r (95%) reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya = 0,374. Dengan demikian soal-soal pembeda. tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. Analisis Data Penelitian Persiklus 3. Taraf Kesukaran (P) 1. Siklus I Taraf kesukaran digunakan a. Tahap Perencanaan untuk mengetahui tingkat kesukaran Pada tahap ini peneliti soal. Hasil analisis menunjukkan dari mempersiapkan perangkat 46 soal yang diuji terdapat: pembelajaran yang terdiri dari - 20 soal mudah rencana pelajaran 1, soal tes - 16 soal sedang formatif 1 dan alat-alat - 10 soal sukar pengajaran yang mendukung. 4. Daya Pembeda b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Analisis daya pembeda Pelaksanaan kegiatan belajar dilakukan untuk mengetahui mengajar untuk siklus I dilaksanakan kemampuan soal dalam membedakan pada tanggal 8 September 2014 di Kelas siswa yang berkemampuan tinggi VII SMP Negeri 3 Ngrambe dengan dengan siswa yang berkemampuan jumlah siswa 28 siswa. Dalam hal ini rendah. peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
116
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Table 2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I Keterangan T TT 1 60 √ 2 50 √ 3 80 √ 4 70 √ 5 60 √ 6 80 √ 7 50 √ 8 70 √ 9 80 √ 10 50 √ 11 60 √ 12 60 √ 13 80 √ 14 70 √ Jumlah 920 7 7 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2800 Jumlah Skor Tercapai 1880 Rata-Rata Skor Tercapai 67,14 No. Urut
Nilai
No. Urut
Nilai
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah
60 70 70 80 70 50 70 70 60 80 70 60 70 80 960
Keterangan: T TT Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 4
: Tuntas : Tidak Tuntas : 17 : 11 : Belum tuntas
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No Uraian 1 Nilai rata-rata tes formatif 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 3 Persentase ketuntasan belajar
Hasil Siklus I 67,14 17 60,71
Dari tabel di atas dapat dijelaskan rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,14 bahwa dengan menerapkan pembelajaran dan ketuntasan belajar mencapai 60,71% kooperatif model jigsaw diperoleh nilai atau ada 17 siswa dari 28 siswa sudah JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
117
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan siswa sehingga siswa bisa lebih bahwa pada siklus pertama secara klasikal antusias. siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 2. Siklus II 60,71% lebih kecil dari persentase a. Tahap perencanaan ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar Pada tahap ini peneliti 85%. Hal ini disebabkan karena siswa mempersiapkan perangkat masih baru dan asing terhadap metode baru pembelajaran yang terdiri dari yang diterapkan dalam proses belajar rencana pelajaran 2, soal tes mengajar. formatif II dan alat-alat c. Refleksi pengajaran yang mendukung. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan mengajar diperoleh informasi dari hasil Pelaksanaan kegiatan belajar pengamatan sebagai berikut: mengajar untuk siklus II 1) Guru kurang baik dalam memotivasi dilaksanakan pada tanggal 15 siswa dan dalam menyampaikan September 2014 di Kelas VII SMP tujuan pembelajaran NEGERI 3 Ngrambe, dengan jumlah 2) Guru kurang baik dalam pengelolaan siswa 28 siswa. Dalam hal ini waktu peneliti bertindak sebagai guru. 3) Siswa kurang begitu antusias selama Adapun proses belajar mengajar pembelajaran berlangsung. mengacu pada rencana pelajaran d. Refisi dengan memperhatikan revisi pada Pelaksanaan kegiatan belajar siklus I, sehingga kesalah atau mengajar pada siklus I ini masih kekurangan pada siklus I tidak terdapat kekurangan, sehingga perlu terulang lagi pada siklus II. adanya refisi untuk dilakukan pada Pengamatan (observasi) dilaksanakan siklus berikutnya. bersamaan dengan pelaksanaan 1) Guru perlu lebih terampil dalam belajar mengajar. memotivasi siswa dan lebih jelas Pada akhir proses belajar dalam menyampaikan tujuan mengajar siswa diberi tes formatif 2 pembelajaran. Dimana siswa diajak dengan tujuan untuk mengetahui untuk terlibat langsung dalam setiap tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan yang akan dilakukan. proses belajar mengajar yang telah 2) Guru perlu mendistribusikan waktu dilakukan. Instrument yang secara baik dengan menambahkan digunakan adalah tes formatif II. informasi-informasi yang dirasa Adapun data hasil penelitian pada perlu dan memberi catatan siklus II adalah sebagai berikut. 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
118
Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II Keterangan No. Nilai Urut T TT 1 80 √ 2 70 √ 3 90 √ 4 50 √ 5 70 √ 6 70 √ 7 70 √ 8 60 √ 9 70 √ 10 80 √ 11 80 √ 12 70 √ 13 70 √ 14 70 √ Jumlah 1000 11 3 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2800 Jumlah Skor Tercapai 2010 Rata-Rata Skor Tercapai 71,79 Keterangan:
No. Urut 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah
Nilai 70 60 80 70 70 70 60 90 80 60 80 60 90 70 1010
Keterangan T TT √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 4
T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 21 Jumlah siswa yang belum tuntas :7 Klasikal : Belum tuntas
Tabel 5. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II No Uraian 1 Nilai rata-rata tes formatif 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 3 Persentase ketuntasan belajar Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71,79 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 21 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah
Hasil Siklus II 71,79 21 75,00
mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Disamping itu adanya kemampuan guru yang mulai meningkat dalam prose belajar mengajar.
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
119
c. Refleksi 3. Siklus III Dalam pelaksanaan kegiatan a. Tahap Perencanaan belajar diperoleh informasi dari hasil Pada tahap ini peneliti pengamatan sebagai berikut: mempersiapkan perangkat 1) Memotivasi siswa pembelajaran yang terdiri dari 2) Membimbing siswa merumus kan rencana pelajaran 3, soal tes kesimpulan/menemukan konsep formatif 3 dan alat-alat 3) Pengelolaan waktu pengajaran yang mendukung. d. Revisi Rancangan b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar Pelaksanaan kegiatan pada siklus II ini masih terdapat belajar mengajar untuk siklus III kekurangan-kekurangan. Maka perlu dilaksanakan pada tanggal 22 adanya revisi untuk dilaksanakan pada September 2014 di Kelas VII SMP siklus II antara lain: Negeri 3 Ngrambe dengan jumlah 1) Guru dalam memotivasi siswa siswa 28 siswa. Dalam hal ini hendaknya dapat membuat siswa peneliti bertindak sebagai guru. lebih termotivasi selama proses Adapun proses belajar mengajar belajar mengajar berlangsung. mengacu pada rencana pelajaran 2) Guru harus lebih dekat dengan dengan memperhati kan revisi pada siswa sehingga tidak ada perasaan siklus II, sehingga kesalahan atau takut dalam diri siswa baik untuk kekurangan pada siklus II tidak mengemukakan pendapat atau terulang lagi pada siklus III. bertanya. Pengamatan (observasi) dilaksa 3) Guru harus lebih sabar dalam nakan bersamaan dengan pelaksana membimbing siswa merumuskan an belajar mengajar. kesimpulan/menemukan konsep. Pada akhir proses belajar 4) Guru harus mendistribusikan mengajar siswa diberi tes formatif 3 waktu secara baik sehingga dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dapat tingkat keberhasilan siswa dalam berjalan sesuai dengan yang proses belajar mengajar yang telah diharapkan. dilakukan. Instrumen yang 5) Guru sebaiknya menambah lebih digunakan adalah tes formatif III. banyak contoh soal dan memberi Adapun data hasil penelitian pada soal-soal latihan pada siswa untuk siklus III adalah sebagai berikut: dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Table 6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III No. Urut
Nilai
1 2
60 80
Keterangan T TT √ √
No. Urut
Nilai
15 16
80 90
Keterangan T TT √ √
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
120
3 80 √ 17 80 √ 4 70 √ 18 70 √ 5 70 √ 19 80 √ 6 90 √ 20 60 √ 7 80 √ 21 80 √ 8 60 √ 22 90 √ 9 80 √ 23 80 √ 10 90 √ 24 70 √ 11 70 √ 25 80 √ 12 80 √ 26 70 √ 13 90 √ 27 70 √ 14 70 √ 28 90 √ Jumlah 1070 12 2 Jumlah 1090 13 1 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2800 Jumlah Skor Tercapai 2160 Rata-Rata Skor Tercapai 77,14 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 25 Jumlah siswa yang belum tuntas :3 Klasikal : Tuntas Tabel 7. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III No 1 2 3
Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,14 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
Hasil Siklus III 77,14 25 89,29
siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya kurang mampu. c. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Dari data-data yang
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
121
telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masingmasing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masingmasing 60,71%, 75,00%, dan 89,29%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif dalam peningkatan prestasi belajar siswa, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw yang paling dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
122
dengan baik. Hal ini terlihat dari lebih mampu mengajari temannya aktivitas guru yang muncul di yang kurang mampu. antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan SARAN kegiatan, menjelaskan/melatih 1. Untuk melaksanakan pembelajaran menggunakan alat, memberi umpan kooperatif model jigsaw memerlukan balik/evaluasi/tanya jawab dimana persiapan yang cukup matang, prosentase untuk aktivitas di atas sehingga guru harus mempu cukup besar. menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw KESIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan selama tiga siklus, sehingga diperoleh hasil yang dan berdasarkan seluruh pembahasan serta optimal. analisis yang telah dilakukan dapat 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi disimpulkan sebagai berikut: belajar siswa, guru hendaknya lebih 1. Penerapan pembelajaran kooperatif sering melatih siswa dengan berbagai model jigsaw memiliki dampak positif metode pengajaran yang sesuai, walau dalam meningkatkan prestasi belajar dalam taraf yang sederhana, dimana siswa yang ditandai dengan siswa nantinya dapat menemukan peningkatan ketuntasan belajar siswa pengetahuan baru, memperoleh dalam setiap siklus, yaitu siklus I konsep dan keterampilan, sehingga (60,71%), siklus II (75,00%), siklus siswa berhasil atau mampu III (89,29%). memecahkan masalah-masalah yang 2. Penerapan pembelajaran kooperatif dihadapinya. model jigsaw mempunyai pengaruh 3. Perlu adanya penelitian yang lebih positif, yaitu dapat meningkatkan lanjut, karena hasil penelitian ini motivasi belajar siswa untuk hanya dilakukan di kelas VII SMP mempelajari kembali materi pelajaran Negeri 3 Ngrambe yang telah diterima, hal ini ditunjukan 4. Untuk penelitian yang serupa dengan antusias siswa yang hendaknya dilakukan perbaikanmenyatakan bahwa siswa tertarik dan perbaikan agar diperoleh hasil yang berminat dengan pembelajaran lebih baik. kooperatif model jigsaw sehingga mereka menjadi termotivasi untuk DAFTAR PUSTAKA belajar. Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam 3. Pembelajaran kooperatif model jigsaw Proses Belajar Mengajar. Bandung: memiliki dampak positif terhadap Sinar Baru Algesindon. kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek dalam kelompok dimana siswa yang JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
123
Pengembangan LPTK Depdikbud. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Dirjen Dikti. Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Jakarta: Rineksa Cipta. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Margono. 1997. Metodologi Penelitian Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Tindakan Kelas. Makalah Aksara. PanitianPelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru seArikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Kabupaten Tuban. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Bacon, Inc. Boston. Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Penelitian Pendidikan dan untuk Belajar. Surabaya. University Penerangan Ekonomi. Press. Universitas Negeri Surabaya. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Cipta. Ilmu. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Foster, Bob. 1999. Seribu Pena SLTP Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Kelas I. Jakarta: Erlangga. Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Psikologi Universitas Gajah Mada. Jakarta: Bina Aksara. Yoyakarta. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar Model Pembelajaran. Jakarta: PAUdan Mengajar. Bandung: Sinar PPAI, Universitas Terbuka. Baru.
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
124
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Pendidikan. Yogyakarta: Andi Profesional. Bandung: Remaja Offset. Rosdakarya. Suryosubroto, b. 1997. Proses Belajar Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar Rineksa Cipta. dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550
125