PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN (PTK Pada Siswa Kelas V SD Nege Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta) Surakarta
Oleh: TYAS HERWINDA K7106045
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta) Oleh
:
Nama
: Tyas Herwinda
NIM
: K 7106045
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari
: Kamis
Tanggal
: 17 Juni 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. NIP. 19580620 198312 2 001
Drs. Samino Sangaji, M.Pd. NIP. 19510102 198003 1 003
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta) Oleh
:
Nama
: Tyas Herwinda
NIM
: K 7106045
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Kamis Tanggal
: 17 Juni 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Kartono, M.Pd
1. …………..
Sekretaris
: Drs. Hasan Mahfud, M.Pd
Anggota I
: Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd
Anggota II
: Drs. Samino Sangaji, M.Pd
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP.19600727 198702 1 001
iii
2. …………... 3. ………….. 4. ……………
ABSTRAK Tyas Herwinda. PENGGUNAAN METODE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta), Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan perbandingan di kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta dengan metode group investigation (GI). Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode group investigation (GI). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi, dan refleksi. Sebagai sampel adalah siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta yang berjumlah 25 anak. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, tes, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode group investigation (GI) efektif meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 61,8 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 56%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,16 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 76% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 71,96 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 84%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan kelas V SD Negeri Panularan No. 06 tahun ajaran 2009/2010.
iv
ABSTRACT Tyas Herwinda. NIM. K7106045. THE USE OF GROUP INVESTIGATION METHOD TO IMPROVE THE STUDENTS CAPABILITY IN FINISHING THE STORY PROBLEM OF COMPARISON TOPIC ( A Classroom Action Research on Fifth Grade Students of SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta). Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta. 2010. The purpose of this research is to improve the students capability in finishing the story problem of comparison topic in fifth grade SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta by using Group Investigation (GI) method. Variable as the target of the change in this research in improving the students capability in doing comparison story problem, while the action variable used is Group Investigation (GI). The form action research is the classroom by two cycle. Each cycle consists of 4 phases; planning, observation action realization and reflection. The sample of this research is all students (25 students) of fifth grade of SD Negeri Panularan No.06 Laweyan Surakarta. Data of capability improvement of story problem finishing is collected techniques of this research are observation, test and documentation. The data was analyzed by using an interactive analysis model with three components; data reduction, data presentation and conclusion or verification. Conclusions can be drawn based on the result of the research; Mathematic learning through Group Investigation (GI) method can improve the students capability to finish the comparison story problem of fifth grade students of SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta. It is proven on the condition before the action where the averaged grade was 61,8 with the percentage of classical completeness is 56%, cycle I indicated the averaged grade of class is 66,16 with the classical completeness percentage of 76% and cycle II it increased become 71,96 with clasisal completeness percentage of 84%. Therefore, a recommendation can be addressed that mathematic learning by using Group Investigation (GI) method can improve the students capability to finish the comparison story problem of fifth grade SD Negeri Panularan No. 06 in 2009/2010 academic year.
v
MOTTO
“ …… dan ketahuilah, bahwa didalam kesabaran terdapat apa yang tidak kamu sukai, terdapat banyak kebaikan.” (Sabda Nabi Muhammad SAW )
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada:
Alm. Bapakku. untuk semua petuah bijak dan tetesan keringatmu yang antarkan aku ketempat dimana semestinya aku berada.
Ibuku dan Eyangku, untuk restu dan doamu tuk lalui perjalanan menggapai cita yang bukan hanya sekedar khayalan.
Kakak dan Adikku, untuk persaudaraan yang terjalin dengan indah selama ini.
Mas Totok-ku, atas segala doa, rasa dan sebentuk jiwa yang kokohkan asaku. I love you so much.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan (PTK Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta) ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada : 1. Prof.Dr.HM.Furqon Hidayatullah,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs.KRT. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 3. Drs.H. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Samino Sangaji, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kepala SD Negeri Panularan No.06 Laweyan Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 8. Bapak/Ibu Guru SD Negeri Panularan No.06 Laweyan Surakarta yang banyak memberikan bantuan dan dorongan.
viii
9. Alm. Bapakku Sarmanto, S.Pd, ibuku Neni Komandi, S.Pd dan eyangku Sukarmi, A.Ma.Pd terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan yang tulus selama ini. You are my everything. 10. Kakakku Anggita Sari, A.Ma.Pd dan adikku Ajeng Narieswari terima kasih atas semangat dan doanya selama ini. 11. Bapak Sutarmo dan Ibu Sudarti terima kasih atas segala dorongan, nasehat doa dan kasih saying yang diberikan kepada penulis sehingga dengan bangga saya persembahkan semua ini kepada beliau. 12. Untuk Dono Hendarto, SE ( Mas Totok) tersayang, thanks atas segala doa, kasih sayang, semangat, kesabaran dan kesetiaan. Tetaplah menjadi bintang hati dan kebanggaanku. 13. Sahabat sejatiku yang menemani saat susah dan senang: Umi MitaRockerz, Meilisa Aljasmine, Riezma Kariezma, Yuliana Azty, Lita Tata, Ninda Firda, Muna Dwi Pangestu dan Mbak Deni Danarto. 14. Terima kasih buat Mbak Farah UMS yang telah membantu skripsiku. 15. Teman-teman SI PGSD Fresh angkatan 2006: Yani, Rika W, Rida, Nita, Yosi, Rina, Yesika, Retno, Cicik, Diah, Lilis, Tetra, Nisa Us, Vani, Ester, Eva, Fitri, Mevia, Fatturokhmah, Eni, Feria, Pipit, Rika P, Astri, Desi, Anisa, Anton, Agus, Jumanto, Gatot, Adit, Catur, Fajar, Ari, Ehsan, Supri, Bambang terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta,
Juni 2010
Penulis
Tyas Herwinda
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..........................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI........................................................................................................ x DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 6 A. Kajian Pustaka ....................................................................... 6 1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Perbandingan...............................................................6 2. Hakikat Metode Group Investigation (GI) .............. 19 B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 26 C. Kerangka Pemikiran............................................................. 27 D. Pengajuan Hipotesis Tindakan ............................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 29 A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 29 B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................ 29
x
C. Bentuk Penelitian ................................................................. 29 D. Sumber Data......................................................................... 30 E. Teknik Pengumpulan Data................................................... 30 F. Validitas Data....................................................................... 31 G. Teknik Analisis Data............................................................ 31 H. Strategi Penelitian ................................................................ 33 I. Prosedur Penelitian .............................................................. 33 J. Indikator Ketercapaian ......................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 38 B. Diskripsi Permasalahan Penelitian....................................... 38 1. Diskripsi Pra-Siklus ................................................. 38 2. Diskripsi Siklus I...................................................... 39 3. Diskripsi Siklus II .................................................... 47 C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian .......................... 52
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............................................ 59 A. Simpulan .............................................................................. 59 B. Implikasi .............................................................................. 59 C. Saran .................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63 LAMPIRAN ....................................................................................................... 65
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran GI ..................................................... 24 Tabel 2. Daftar Frekuensi Nilai Pra-Siklus ....................................................... 53 Tabel 3. Daftar Frekuensi Nilai Siklus I ............................................................ 55 Tabel 4. Daftar Frekuensi Nilai Siklus II ........................................................... 56 Tabel 5. Perbandingan Hasil Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II......................... 58
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................................ 28 Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman .............................. 32 Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 34 Gambar 4. Grafik Data Nilai Pra-Siklus ............................................................ 53 Gambar 5. Grafik Data Nilai Siklus I ................................................................ 55 Gambar 6. Grafik Data Nilai Siklus II ............................................................... 57 Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II .......... 58
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator Ketercapaian Tujuan ...................................................... 65 Lampiran 2. Tabel Penelitian yang Relevan ...................................................... 66 Lampiran 3. Tabel Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian.............................. 67 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 68 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................... 85 Lampiran 6. Pedoman Lembar Observasi Kegiatan Siswa................................ 99 Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus I .................100 Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 1 Siklus I ............101 Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus I .................102 Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 2 Siklus I ............103 Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 3 Siklus I .................104 Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 3 Siklus I ............105 Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 1 Siklus II................106 Lampiran 14. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 1 Siklus II ...........107 Lampiran 15. Lembar Observasi Kinerja Guru Pertemuan 2 Siklus II................108 Lampiran 16. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pertemuan 2 Siklus II ...........109 Lampiran 17. Tes Awal (Pra-Siklus) ...................................................................110 Lampiran 18. Lks dan Tugas Pertemuan 1 Siklus I .............................................111 Lampiran 19. Lks dan Tugas Pertemuan 2 Siklus I ............................................116 Lampiran 20. Lks dan Tugas Pertemuan 3 Siklus I .............................................120 Lampiran 21. Lks dan Tugas Pertemuan 1 Siklus II ............................................124 Lampiran 22. Lks dan Tugas Pertemuan 2 Siklus II ...........................................129 Lampiran 23. Perolehan Hasil Belajar Siswa Pra-Siklus .....................................133 Lampiran 24. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus I .........................................134 Lampiran 25. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus II ........................................135 Lampiran 26. Foto Kegiatan Pembelajaran .........................................................136 Lampiran 27. Surat Keterangan Penelitian ..........................................................140 Lampiran 28. Surat Ijin Penelitian .......................................................................141
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat, pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik pendidikan nonformal (masyarakat), pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan informal (keluarga). Terutama pendidikan formal yang memberikan kontribusi yang cukup besar pada seseorang dalam hal kemampuan akademis, sehingga berbagai upaya meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan sangat diperlukan. Kalangan dunia pendidikan menyadari bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi, siswa akan mengalami, menghayati, dan menarik dirinya untuk membelajarkan suatu pelajaran. Hasil belajar yang demikian akan lebih baik, disamping tentu saja kualitas siswa dibina dan dikembangkan. Kegiatan pembelajaran disekolah dapat berlangsung dengan baik pula apabila ada komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi harus diciptakan sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk materi pelajaran dapat diterima oleh siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan kreativitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang memiliki ciri objek yang abstrak, pola pikir deduktif dan konsisten, juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terbukti dengan banyaknya permasalahan
dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
berhubungan
dengan
matematika. Pelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi. Banyak
pendapat
yang
menyatakan
bahwa
umumnya
pelajaran
matematika dianggap pelajaran yang paling sulit, menakutkan, menjemukan dan sangat tidak menyenangkan, dibandingkan dengan pelajaran lainnya sehingga kemampuan dan hasil belajar matematika sangat kurang, belum sesuai dengan 1
harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kesalahan persepsi awal yaitu pada awal siswa belajar matematika. Pada umumnya siswa mengalami hambatan ketika mereka diberi tugas oleh guru untuk menyelesaikan soal cerita perbandingan. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami soal dan membuat kalimat matematikanya. Fenomena semacam ini terjadi di SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta, dari hasil observasi peneliti di kelas V menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan di kelas V tergolong masih rendah. Hal ini teridentifikasi dari tes awal yang diberikan guru menunjukkan bahwa rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan mencapai 61,8 dan siswa yang tuntas hanya 14 atau 56% dari 25 siswa. Fakta diatas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan guru masih kurang optimal dan tidak sesuai harapan. Menurut hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan siswa serta guru di SD Negeri Panularan, rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan perbandingan kelas V disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (a) kesulitan memahami soal cerita yang terdiri dari kesulitan menentukan yang diketahui dan ditanyakan dari soal perbandingan yang disebabkan siswa kurang memahami bahasa soal karena kemampuan bahasa yang lemah dan kurangnya diberi latihan soal cerita dengan langkah penyelesainya; (b) kesulitan membuat kalimat matematika yang terdiri dari kesulitan dalam menuliskan langkah penyelesaian yang jelas karena siswa kurang memperhatikan kejelasan langkah jawabannya dan terbiasa menjawab hanya langsung hitung saja; (c) kesulitan dalam menyelesaikan soal perbandingan antara dua kelompok yang disebabkan siswa kurang memahami konsep perbandingan; (d) kesulitan menyelesaikan soal perbandingan yang senilai yang disebabkan siswa kurang paham konsep perbandingan senilai juga kurangnya latihan soal dan (e) guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan materi secara menarik dan menyenangkan bagi siswa. Berbagai hal yang muncul tersebut terkait dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan yang membangun motivasi siswa untuk belajar dikarenakan apabila kesulitan 2
siswa tidak diatasi maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan di jenjang kelas selanjutnya. Salah satu cara untuk membangun motivasi siswa untuk belajar tersebut adalah dengan menerapkan metode yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Berbagai macam metode pembelajaran yang tersedia harus dimanfaatkan seefektif mungkin oleh guru guna menunjang kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang bermacam-macam menyebabkan guru harus seefektif dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan. Metode yang efektif untuk mengajarkan suatu materi belum tentu efektif untuk mengajarkan materi lain. Setiap materi punya karakteristik dan turut menentukan metode yang digunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran soal cerita perbandingan, guru harus bisa memilih dan menggunakan metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Atas dasar kenyataan lapangan tersebut, perlu dihadirkan sebuah metode yang dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan. Oleh karena itu, dalam matematika khususnya pembelajaran soal cerita perbandingan di SD kelas V, dibutuhkan perbaikan yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan agar dapat menyelesaikan soal cerita perbandingan dengan tepat. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar adalah dengan menggunakan metode group investigation (GI) atau Investigasi Kelompok. Group Investigation (GI) dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran karena tiga konsep dasar yaitu inquiry, knowledge, dan dinamika kelompok sesuai dengan pembelajaran soal cerita perbandingan. Inquiry dalam pembelajaran matematika membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah, menemukan solusinya dan memberikan peluang siswa untuk menemukan fakta/bukti yang kuat untuk mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Knowledge/pengetahuan yang diperoleh melalui dan dari pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung juga akan memberikan andil dalam kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita. Sementara itu dinamika kelompok mampu mengatasi kesulitan siswa 3
dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan karena adanya teman dalam kelompok yang bersifat heterogen sehingga dapat saling membantu. Berdasarkan hasil penelitian Siti Munjiyatun Aly (2009: 126) penggunaan metode group investigation dalam pembelajaran matematika pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma terbukti lebih efektif meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas siswa jika dibandingkan dengan metode STAD (Student Teams Achievement Division). Penelitian ini sejalan dengan apa yang hendak dicapai oleh peneliti dalam pembelajaran matematika pokok bahasan soal cerita perbandingan. Oleh karena itu peneliti merasa penelitian ini relevan. Dari uraian tersebut diatas maka peneliti mengambil judul penelitian “ Penggunaan Metode Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan Pada Siswa Kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta.”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, “Apakah penggunaan metode group investigation (GI) dapat meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan perbandingan di kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Ingin meningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan perbandingan di kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta dengan menggunakan metode group investigation (GI).
4
D. Manfaat Penelitian a. Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis. b. Praktis 1. Bagi Peneliti Bermanfaat untuk menemukan solusi demi meningkatnya pemahaman belajar matematika kelas V pada soal cerita pokok bahasan perbandingan. 2. Bagi Kepala Sekolah Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah tentang metode group investigation (GI), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya mempraktekkannya. 3. Bagi Guru a) Memberikan sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran matematika terutama pada soal cerita pokok bahasan perbandingan. b) Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat demi meningkatnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. c) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran. 4. Bagi Siswa Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. 5. Bagi Sekolah Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan pembelajaran kooperatif.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Perbandingan a. Hakikat Pembelajaran Matematika 1) Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007.1.3) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisikondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Senada dengan pengertian di atas Gagne, Birggs, dan Wager dalam Udin S Winata Putra (2007:1.19), berpendapat bahwa Instruction is a set of event that affect leaners is such a way that learning is facilitated. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Menurut Oemar Hamalik (1999:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Suprapto (2003:9) berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja menciptakan suatu lingkungan sehingga terjadi proses belajar secara efektif dan efisien.
6
2) Komponen pembelajaran Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam komponen atau unsur. Menurut Oemar Hamalik (1999:66) Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa / peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Guru (pengajar) tidak termasuk unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti sepeti : buku, slide, teks yang diprogram dan sebagainya namun kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Menurut Suprapto (2003:9) komponen pembelajaran antara lain tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
strategi
dan
metode
pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran. Udin S Winata Putra (2007:1.21) berpendapat bahwa komponen-komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut antara lain : tujuan, meteri, kegiatan dan evaluasi pembelajaran. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen pembelajaran antara lain : siswa, tujuan, materi, kegiatan / prosedur, media, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran. 3) Pengertian tentang Matematika Istilah Matematika seperti yang dikutip Andi Hakim Nasution dalam Karso (1998:1.33) berasal dari bahasa Yunani methein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata Sansakerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Ruseffendi
dalam
Karso
(1998:1.33)
menyatakan
bahwa
Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah metematika sering disebut ilmu deduktif. 7
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini. Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugastugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain. www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp diakses pada 29 Desember 2009) Menurut Kline dalam Karso (1998:1.34) menyatakan bahwa Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial ekonomi dan alam. Johson dan Myklebust yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252).menyatakan bahwa Matematika adalah bahasa simbolis dan praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Menurut Lerner dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:252) Matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kualitas. Sutawijaya sebagaimana dikutip Nyimas Aisyah dkk (2007:11), menyatakan bahwa Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun menggunakan (lambang) dan penalaran deduktif. Sedangkan menurut Gail A. William (1983:3) menyatakan Matematics is beautiful and useful creation of the human mind and spirit. Matematika adalah sebuah kreasi yang indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa manusia.
8
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2007 menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Berdasarkan
pendapat
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang mengkaji benda abstrak,
disusun
dengan
menggunakan
bahasa
simbol
untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia serta berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 4) Fungsi Matematika Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kelas V Tahun 2007, fungsi Matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253) mengemukakan perlunya Matematika diberikan kepada siswa karena Matematika merupakan : (a) Sarana berpikir yang jelas dan logis, (b) Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (c) Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (d) Sarana untuk mengembangkan kreatifitas, (e) Sarana untuk
meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya. Menurut
Cockroft
yang
dikutip
Mulyono
Abdurrahman
(2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (b) Semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesuai, (c) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (d) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (e) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
9
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika sangat besar fungsinya dalam kehidupan sehari- hari yaitu: dapat memberikan bekal kepada pesrta didik untuk berfikir logis ,analitis , kritis dan mengembangkan kreatifitas, meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahan masalah yang menantang. 5) Pembelajaran Matematika Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:21.5) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsepkonsep dan struktur- struktur matematika. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah (1) Guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, (2) Siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar dan (3) Matematika sebagai objek yang dipelajari. 6) Teori belajar dalam pembelajaran matematika Herman Hudoyo dalam Sujiyanto (2009) berpendapat bahwa dalam menjelaskan konsep baru atau membuat kaitan antara meteri yang telah dikuasai siswa dengan bahan yang disajikan dalam pengajaran Matematika, akan membuat siswa siap mental untuk memasuki persoalan yang akan dibicarakan dan juga dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Matematika. Sebaliknya kegiatan belajar mengajar Matematika yang terputus-putus dapat mengganggu proses belajar mengajar ini berarti proses belajar mengajar akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilaksanakan secara kontinyu http//duniaguru.com diakses pada 15 Januari 2010. 10
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4), pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan
yang
memungkinkan
seseorang
(pelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru. Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika menurut para ahli. Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:1.5) menyatakan, bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2) Ikonik, (3) Simbolik. (1) Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotakatik) objek. Anak belajar sesuatu pengetahuan yang dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret (nyata). Dalam tahap ini anak memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata. (2) Ikonik Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginary), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif (3) Simbolik Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambanglambang objek tertentu. Anak sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung pada objek riil. Pembelajaran direprentasikan dalam bentuk simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal, lambang-lambang matematika maupun lambang abstrak yang lain. Dienes dalam Nyimas Aisyah (2007:2.7-2.11) membagi belajar menjadi 6 tahap yaitu (1) Permainan bebas (free play), (2) Permainan 11
yang disertai aturan (games), (3) Permainan kesamaan sifat (searching for comunities), (4) Representasi (representation), (5) Simbolisasi (Symbolization), (6) Formalisasi (Formalization) (1) Permainan bebas (free play) Permainan
bebas
merupakan
tahapan
belajar
konsep
yang
aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan . Anak diberi kebebasan mengatur benda. Anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap
dalam mempersiapkan diri untuk memahami
konsep yang sedang dipelajari. (2) Permainan yang disertai aturan (games) Anak sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Dengan melalui permainan anak diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur Matematika itu. Semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari. (3) Permainan Kesamaan Sifat (Searching for Comunalities) Untuk melatih dan mencari kesamaan sifat-sifat ini guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula. (4) Representasi (Representation) Pada tahap ini anak mulai belajar membuat pernyataan atau representasi tentang sifat-sifat kesamaan suatu konsep matematika yang diperoleh pada tahap ke 3. (kesamaan sifat) representasi dapat berupa gambar, diagram atau verbal. (5) Simbolisasi (Symbolization) Pada tahap ini siswa perlu menciptakan simbol matematika atau rumus verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang representasinya sudah diketahui pada tahap representasi. 12
(6) Formulasi (Formulazation) Pada tahap ini anak belajar mengorganisasikan konsep-konsep membentuk secara formal dan harus sampai pada pemahaman aksioma, sifat, aturan, dalil sehingga menjadi struktur dari sistem yang dibahas. Dari
teori-teori
pembelajaran
matematika di
atas
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks. b. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988 : 623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri. Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses belajar mengajar kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Masih dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988: 801), menyelesaikan
adalah
(1)
menyudahkan
(menyiapkan)
pekerjaan
dsb,
menyempurnakan (kalimat dsb); (2) menjadikan berakhir; menamatkan. Jadi menyelesaikan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyudahi atau mengakhiri suatu pekerjaan yang telah dimulainya. Soal cerita adalah persoalan dalam matematika yang biasanya diwujudkan dalam kalimat dimana di dalam kalimat tersebut tersembunyi suatu persoalan (permasalahan). Kemampuan menyelasaikan soal cerita merupakan suatu kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang untuk menyudahi atau mengakhiri persoalan dalam matematika yang tersembunyi didalam suatu kalimat dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang dimiliknya terdahulu atau sebelumnya. c. Tinjauan Mengenai Soal Cerita Soal cerita merupakan salah satu bentuk dari soal tes uraian dimana tes uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa. 13
Permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata biasanya dituangkan melalui soal-soal berbentuk cerita (verbal). Menurut Abidia dalam Marsudi Raharjo (2009: 2), soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan. Sementara itu, menurut Haji dalam Marsudi Raharjo (2009 : 2), soal yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang matematika dapat berbentuk cerita dan soal bukan cerita/soal hitungan. Dalam hal ini, soal cerita merupakan modifikasi dari soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Soal cerita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah soal matematika yang berbentuk cerita yang terkait dengan berbagai pokok bahasan yang diajarkan pada mata pelajaran matematika. Dalam soal cerita siswa dituntut kemampuannya untuk mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan sehingga soal cerita dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan/kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes soal cerita. Haji dalam Marsudi Raharjo (2009: 2) mengungkapkan bahwa untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar diperlukan kemampuan awal, yaitu kemampuan untuk: a. menentukan hal yang diketahui dalam soal, b. menentukan hal yang ditanyakan, c. membuat model matematikanya, d. melakukan perhitungan, e. menginterpretasikan jawaban model kepermasalahan semua. Hal ini sejalan dengan langkah menyelesaikan soal cerita sebagaimana yang dituangkan dalam Pedoman Umum Matematika Sekolah Dasar dalam Marsudi Raharjo (2009: 2), yaitu: a. membaca soal dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada dalam soal, 14
b. menuliskan kalimat matematika, c. menyelesaikan kalimat matematika, dan d. menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan. Dari kedua pendapat di atas terlihat bahwa hal yang paling utama dalam menyelesaikan suatu soal cerita adalah pemahaman terhadap suatu masalah sehingga dapat dipilah antara yang diketahui dengan yang ditanyakan. Hudoyo dan Surawidjaja dalam Marsudi Raharjo (2009: 3) memberikan petunjuk: d. baca dan bacalah ulang masalah tersebut; pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat, e.
identifikasikan apa yang diketahui dari masalah tersebut,
f. identifikasikan apa yang hendak dicari, g. abaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan, dan h. jangan menambahkan hal-hal yang tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi. Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Soedjadi dalam Marsudi Raharjo (2009: 3), bahwa untuk menyelesaikan soal matematika umumnya dan terutama soal cerita dapat ditempuh langkah-langkah: a. membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat, b. memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang diperlukan, c. membuat model matematika dari soal, d. menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut, dan e. menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa apabila siswa tidak mampu/salah dalam menyelesaikan masing-masing tahap diatas maka hasil akhir dari penyelesaian soal cerita akan salah.
15
d. Tinjauan Materi Pokok Perbandingan 1) Mengenal Arti Pecahan Sebagai Perbandingan Pecahan adalah nama lain dari perbandingan. Pecahan
ﺰ
dapat
diartikan sebagai perbandingan 2 : 3. Contoh : Andi mempunyai 4 butir kelereng, sedangkan Ari mempunyai 5 butir kelereng. Tuliskan perbandingan banyak kelereng Andi terhadap Ari. Jawab : Banyak kelereng Andi (A) = 4 butir Banyak kelereng Ari (B) = 5 butir Perbandingan banyak kelereng Andi (A) dan Ari (B) adalah 4 butir berbanding 5 butir. A : B = 4 : 5 atau
푰
=
ú
Jadi, perbandingan banyaknya kelereng Andi terhadap Ari adalah 4 : 5 atau
ú
(penulisan angka perbandingan tidak menggunakan satuan
ukuran). Contoh : Sebuah mobil memerlukan 3 liter bensin untuk menempuh jarak 60 km. Berapa km jarak yang di tempuh jika bensin yang tersedia 7 liter? Jawab : Cara 1 : 3 liter bensin menempuh 60 km 7 liter bensin menempuh x 60 = 140 km Jadi, 7 liter bensin dapat menempuh jarak = 140 km. Cara 2 : 3 liter bensin menempuh 60 km, jadi untuk 1 liter bensin menempuh
�
km = 20 km. Jadi, 7 liter bensin dapat
menempuh = 7 x 20 km = 140 km. 16
Contoh : Umur ibu
ú �
dari umur ayah. Jumlah umur mereka 60 tahun. Berapa
tahunkah umur ayah dan umur ibu? Jawab : ú
Umur ibu � dari umur ayah, berarti perbandingan umur ibu dan ayah adalah 4 : 6, atau umur ibu : umur ayah = 4 : 6. Jumlah umur ibu dan ayah = 4 + 6 = 10 ú
Umur ibu Umur ayah
= ⯸ x 60 = 24 �
= ⯸ x 60 = 36
Jadi, umur ibu = 24 tahun dan umur ayah = 36 tahun. Contoh : Nilai sebuah pecahan . Beda pembilang dan penyebutnya adalah 15. Carilah pecahan itu. Jawab : Pembilang : penyebut = 3 : 8 Selisih perbandingan pembilang dan penyebut = 5 Pembilang = x 15 = 9 dan penyebut = x 15 = 24
Ingat :
Jadi, pecahan tersebut adalah ﺰú
v Jika dalam perbandingan diketahui jumlah, maka perbandingannya harus dijumlahkan. v Jika
dalam
perbandingan
diketahui
selisih
atau
beda,
maka
perbandingannya harus dicari selisihnya. 2) Mengenal Skala sebagai Perbandingan Skala adalah perbandingan antara ukuran pada gambar dengan ukuran sebenarnya. Skala 1 : 1.000 artinya jarak pada gambar adalah 1 cm dan jarak sebenarnya adalah 1.000 cm.
17
Contoh : Panjang sebuah rumah pada denah dengan skala 1 : 100 adalah 15cm dan tingginya 4cm. Berapa panjang dan tinggi rumah sebenarnya ? Jawab : Ukuran sebenarnya = skala x ukuran pada gambar Diketahui : Skala = 1 : 100 Panjang pada gambar = 15 cm Tinggi pada gambar = 4 cm Ditanyakan : Panjang dan tinggi sebenarnya? Panjang sebenarnya
= 100 x 15 cm
= 1500 cm = 15 m Tinggi sebenarnya
= 100 x 4 cm
= 400 cm = 4 m Jadi, panjang sebenarnya = 15m & tinggi sebenarnya = 4m Contoh : Jarak sebenarnya antara Yogya dan Solo adalah 60 km. Berapa skala jika jarak kedua kota tersebut pada peta 3 cm? Jawab : Skala = jarak pada peta : jarak sebenarnya Skala = 3 cm : 6.000.000 cm atau 1 : 2.000.000 (60 km = 6.000.000 cm) Contoh : Lebar suatu kolam renang 20 meter. Pada denah dibuat dengan skala 1 : 250. Berapa centimeter lebar kolam pada denah? Jawab : Lebar sebenarnya = 20 m = 2000 cm Skala = 1 : 250 Ukuran pada denah
=
8e8agt ₰d
₰eg
18
dtgatkg g
=
ﺰ
ﺰ
cm
= 8 cm Ingat : v Ukuran sebenarnya = skala x ukuran pada gambar v Skala = jarak pada peta : jarak sebenarnya v Ukuran pada denah =
8e8agt ₰d
₰eg
dtgatkg g
2. Hakikat Metode Group Investigation a. Pengertian Group Investigation (GI) Dalam kenyataan sehari-hari sering menjumpai sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Akibatnya, hasilnya tidak memadai, bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa dan keluarganya, walaupun kebanyakan mereka tidak menyadari hal itu. Agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan
banyak
metode
akan
menunjang
pencapaian
tujuan
pembelajaran yang lebih bermakna. Pada dasarnya metode itu dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran lingkungan, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan
19
dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode diskusi dan metode ceramah. Kehidupan sekolah harus ditata atau diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur kehidupan demokrasi. Untuk itu, siswa seyogyanya memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosial melalui pengalaman dan berangsur-angsur belajar cara menerapkan metode
yang
berwawasan
keilmuan
dalam
memperbaiki
kehidupan
bermasyarakat dalam kerangka itu, suasana kelas merupakan analogi dari kehidupan masyarakat yang didalamnya memiliki tata tertib dan budaya kelas. Siswa berusaha untuk memelihara cara hidup yang berkembang di situ, yakni standar hidup dan pengharapan yang tumbuh dalam suasana kelas. Berkenaan dengan hal itu, pengajar hendaknya berusaha menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas seperti itu. Metode pembelajaran group investigation mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakan sosial. Melalui kesepakatan inilah siswa mempelajari pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial. Metode group investigation merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pendekatan yang berbasis kelompok. “ Coperative learning is the name given to a method of instraction , which includes over 80 strategies, in which student work together in small teams toward a common goal”. Amalya Nattiv (1994: 267)mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pengajaran yang termasuk dalam 80 strategi, yang melibatkan siswa untuk belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil untuk mencapai tujuan umum. Menurut Slavin dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 4) bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang heterogen. Kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran merupakan kerjasama di antara para siswa untuk mencapai tujuan belajar bersama. 20
Disamping tujuan bersama akan dicapai, kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan kerjasama diantara para siswa. Udin S. Winataputra (2001: 34) menyatakan bahwa didalam metode ini, terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau inquiry, pengetahuan atau knowledge dan dinamika belajar kelompok atau the dynamics of learning group. Pengertian penelitian (inquiry) adalah proses merangsang dengan cara menghadapkannya pada masalah. Dalam situasi ini, pembelajar dapat memberikan respon terhadap masalah yang dirasakan untuk dipecahkan. Masalah dapat diberikan oleh guru dapat juga ditemukan oleh pelajar sendiri. Prosedur pemecahan masalah berdasarkan prosedur dalam penelitian ilmiah. Sementara itu, pengetahuan adalah pengalaman siswa yang tidak langsung dibawa sejak dilahirkan tetapi diperoleh melalui dan dari pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung. Dalam dinamika kelompok, ditunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok individu saling berinteraksi mengenai sesuatu yang sengaja dikaji bersama. Dalam kelompok ini akan terjadi proses bertukar ide, informasi dan pengalaman melalui proses saling berargumentasi untuk memecahkan masalah. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Belajar kelompok dilaksanakan dalam suatu proses kelompok. Para anggota kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi member sumbangan untuk mencapai tujuan bersama. Proses kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan dinamika. Suatu kelompok yang efektif memiliki unsur-unsur sebagai berikut: (a) adanya bermacam-macam kebutuhan para anggotanya yang dinyatakan dalam bentuk permasalahan; (b) para anggota memiliki permasalahan yang dipahami bersama; (c) kelompok memiliki tujuan yang ingin dicapai, sekaligus menjadi 21
tujuan anggota; (d) tiap individu bertanggungjawab memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan kelompok; (e) di dalamnya terjadi proses pembelajaran antar anggota. Sharan dalam Trianto (2007: 59) membagi langkah pelaksanaan metoe group investigation meliputi enam fase. Adapun diskripsi mengenai langkahlangkah metode group investigation dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Seleksi Topik Menurut Robert E. Slavin (1995: 112) guru mengangkat suatu topik yang luas/lebar, yang mana para siswa lalu menguraikan kedalam subtopik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dahulu oleh guru. Selanjutnya, para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan Kerjasama Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah pertama diatas. Anggota kelompok merencanakan penyelidikan dengan cara kerjasama. Mereka memutuskan apa yang akan mereka selidiki, bagaimana mereka akan berpergian dan bagaimana mereka akan membagi tugas diantara mereka 3. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah kedua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Sebagai bagian dari penyelidikan, para siswa mencari informasi dari bermacam sumber di dalam dan di luar kelas. Sumber itu dapat berasal dari buku, koran, majalah, wawancara ataupun internet yang
22
memuat gagasan, pendapat-pendapat, data, solusi-solusi, atau posisi mengenai masalah yang sedang dipelajari. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Anggota kelompok, mengorganisir dan meneliti informasi dari beberapa sumber. Mereka menyatukan kesimpulan-kesimpulan
dari
penemuannya.
Anggota
kelompok
mendiskusikan, memasukkan kemajuan untuk pertukaran gagasan-gagasan dan
informasi
serta
untuk
memperluas,
memperjelas
dan
mengintegrasikan. 4. Analisis dan Sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah ketiga dan merencanakan agar apat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5. Penyajian Hasil Akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. Pendengar mengevaluasi kejelasan dari tiap presentasi,seperti juga kualitas presentasi dari presentator. 6. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Joyce dan Weil dalam Udin S. Winataputra (2001: 39) menggambarkan langkah model pembelajaran metode group investigation dalam bentuk kerangka operasional. Perhatikan tabel 1 berikut.
23
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation. Kegiatan Pengajar · Sajikan situasi
Langkah Pokok Situasi Bermasalah
Kegiatan Siswa · Amati situasi
bermasalah · Bimbing proses
Eksplorasi
eksplorasi
· Jelajahi permasalahan · Temukan kunci permasalahan
· Pacu diskusi kelompok
Perumusan Tugas Belajar
· Rumuskan apa yang harus dilakukan · Atur pembagian tugas dalam kelompok
· Pantau kegiatan belajar Kegiatan Belajar
· Belajar individual dan kelompok · Cek tugas yang harus dikerjakan
· Cek kemajuan belajar kelompok
Analisis Kemajuan · Cek proses dan hasil penelitian kelompok · Lakukan tindakan lanjutan
· Dorong tindakan Perulangan
24
b. Manfaat Menggunakan Metode Group Investigation Menurut Elaine Coughlin dan Jack Huhtala dalam Nurul Hidayati (2007 : 25-26 ) dengan menggunakan metode group investigation manfaat yang diperoleh adalah (1) meningkatkan keraturan pribadi siswa dan motivasi ada banyak ruang pembuatan keputusan sendiri; (2) meningkatkan perkembangan kemampuan penelitian karena proses itu dikendalikan masingmasing inividu dan penelitian bersama; (3) meningkatkan perkembangan penelitian secara kelompok karena siswa harus mengembangkan perencanaan tim ketika memecahkan masalah dan (4) meningkatkan kreativitas karena ada berkali lipat kemungkinan kreasi dari hasil akhir. Selain itu, Mulyono Abdurrohman (2003: 171-173 ) berpendapat bahwa kebersamaan dan kerjasama dalam pembelajaran ini juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan kerjasama diantara para siswa, saling membantu dan saling mendorong atau memberi motivasi. Kelompok belajar dalam metode group investigation terdiri atas anakanak
yang
memiliki
kemampuan
heterogen
atau
berbeda-beda.
Pengelompokan heterogen lebih memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya. Siswa lebih terampil dalam menjalin hubungan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik. Selain itu, siswa terlibat langsung sejak awal hingga akhir pembelajaran. Tiga konsep utama dalam metode group investigation sangat cocok untuk pembelajaran soal cerita pokok bahasan perbandingan. Dalam group investigation terdapat inquiry, dimana proses ini sangat dibutuhkan dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan perbandingan untuk memecahkan masalah dan menemukan cara termudah atau solusi dalam menyelesaikan soal. Sementara itu, pengetahuan juga memberikan peranan bagi siswa untuk menyelesaikan soal. Sedangkan dalam dinamika kelompok akan terjadi proses bertukar ide, informasi, dan pengalaman untuk memecahkan masalah.
25
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang akan dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada penelitian yang telah ada sebelumnya. Nurul Hidayati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation (GI) Dalam Meningkatkan Motivasi Keaktifan dan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII C di MTS Surya Buana Malang” menyimpulkan bahwa metode GI berhasil meningkatkan motivasi, keaktifan dan prestasi belajar fiqih siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Noor Hariyanto (2008) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Dengan Metode Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X-3 SMA N I Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008” menyimpulkan bahwa guru berhasil melaksanakan pembelajaran menulis dengan metode investigasi kelompok yang mampu mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan siswa dapat terkembangkan dengan baik yang berakibat pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi. Siti Munjiyatun Aly (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.” Dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan metode group investigation lebih efektif digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar dan kreativitas siswa jika dibandingkan dengan metode student teams achievement division. Sehingga penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sama-sama meneliti tentang mata pelajaran matematika dengan metode group investigation hanya saja berbeda pokok bahasan. Peneliti meneliti matematika soal cerita pokok bahasan perbandingan sedangkan Siti Munjiyatun Aly meneliti matematika pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan eksponen dan logaritma.
26
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan terbukti dari tes awal yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai 61,8 dan siswa yang tuntas hanya 14 atau 56% dari 25 siswa. Hal ini masih jauh dari KKM yang ditentukan dari sekolah dan terjadi karena guru masih menggunakan metode yang konvensional serta kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan ketika mengikuti pelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh guru kelas V beserta siswanya adalah dengan menggunakan metode group investigation. Metode group investigation merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif dan sebuah pendekatan yang berbasis kelompok. Group Investigation (GI) dijadikan sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran karena tiga konsep dasar yaitu inquiry, knowledge, dan dinamika kelompok sesuai dengan pembelajaran soal cerita perbandingan. Inquiry dalam pembelajaran matematika membantu siswa dalam memecahkan suatu masalah, menemukan solusinya dan memberikan peluang siswa untuk menemukan fakta/bukti yang kuat untuk mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Knowledge/pengetahuan yang diperoleh melalui dan dari pengalamannya secara langsung maupun tidak langsung juga akan memberikan andil dalam kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita. Sementara itu dinamika kelompok mampu mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan karena adanya teman dalam kelompok yang bersifat heterogen sehingga dapat saling membantu. Dengan demikian melalui konsep ini dapat dipastikan bahwa penggunaan metode group investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 1.
27
Kondisi Awal
Guru belum menggunakan metode group investigation (GI) dan masih menggunakan metode konvensional
Dalam pembelajaran guru menggunakan metode group investigation (GI)
Tindakan
Kemampuan menyelesaikan soal cerita perbandingan di kelas V rendah
Siklus I
Siklus II
Diduga melalui metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal ceita perbandingan
Kondisi Akhir
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat diajukan
sebuah
hipotesis
tindakan
bahwa
penggunaan
metode
group
investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta.
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta yang beralamat di Jalan Raja Manggala No. 07 Panularan. Sekolah ini di pimpin oleh Ibu Th. Sutimah, A.Ma.Pd dan secara khusus penelitian dilakukan di kelas V. Alasan pemilihan sekolah adalah pertama peneliti sudah memiliki hubungan baik dengan Bapak Joko Siswanto, S.Pd selaku guru kelas V di sekolah tersebut. Kedua, sekolah tersebut pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, siswa kelas V memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan yang masih rendah. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Februari hingga Juni 2010. Rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta sebanyak 25 siswa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan.
C. Bentuk Penelitian Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh berupa data langsung tercatat dari kegiatan di lapangan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
29
D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta. b. Hasil jawaban subjek penelitian (siswa) secara tertulis dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. c. Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti dan guru kelas.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara sengaja dan sistematis terhadap suatu kejadian. Tujuan dilakukan observasi adalah untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal tes perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar pada pokok bahasan perbandingan, hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan. Sumber ini dibatasi pada segala sesuatu diluar diri siswa. b. Tes Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk
mengukur
ketrampilan,
pengetahuan,
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini penulis gunakan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat juga mengetahui kesulitan siswa menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. c. Dokumentasi
30
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan Surakarta.
F. Validitas Data Menurut Suharsimi Arikunto (2008:12) di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakna triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: 1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. 2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau
31
verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. 1. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Penyajian Data Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid. 3. Penarikan Simpulan (Verifikasi) Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi untuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dari Miles dan Huberman dapat digambarkan pada gambar 2 : Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi Data
Penarikan simpulan / verivikasi
32
Gambar 2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman. Dari bagan tersebut di atas, langkah yang akan di tempuh dalam penelitian ini adalah : a) Melakukan analisis awal, bila data yang didapat di kelas sudah cukup data yang dikumpulkan. b) Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun coding dan matrik yang berguna untuk penelitian selanjutnya. c) Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar unsur. d) Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian. Merumuskan kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian. H. Strategi Penelitian Dalam penelitian ini digunakan strategi tindakan kelas dengan model Siklus. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:34), Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada 4 tahapan yaitu : Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
I. Prosedur Penelitian Prosedur
atau
langkah-langkah
penelitian
tindakan
kelas
yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Melakukan survei terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Teknik yang digunakan dapat berupa pengamatan (observasi) dan wawancara. 2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi dan wawancara untuk segera dipecahkan. 3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah teridentifikasi. 4. Melakukan pengkajian teoritis tentang pendekatan group investigation dalam pembelajaran soal cerita pokok bahasan perbaningan. 5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas. 6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun.
33
7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang juga secara menyeluruh. Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkahlangkah tersebut dapat digambarkan seperti gambar 3 siklus penelitian tindakan kelas (PTK). Siklus I Rencana
Refleksi
Tindakan
Observasi
Siklus II Rencana
Refleksi
Tindakan
Observasi (Lewin dalam Dwi Noor Hariyanto, 2008:56) Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Siklus I 1. Tahap Perencanaan Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan identifikasi pada tahap sebalumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan. Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan, strategi 34
dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana observasi/monitoring terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun perinciannya yaitu : a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi Dasar (KD) menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Indikator (1) Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana. (2) Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala. (3) Melakukan pengerjaan hitung dengan menggunakan skala. b) Membuat lembar observasi kegiatan dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran. c) Mendesain alat evaluasi meliputi “LKS” (Lembar Kerja Siswa) sebagai alat evaluasi kelompok dan “Tugas” sebagai alat evaluasi individu. 2. Tahap Tindakan Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi belokanbelokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu peneliti akan selalu mencatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan perubahan itu terjadi. Rincian dalam tahap meliputi : a) Guru
menerapkan
metode
group
investigation
(GI)
dalam
pembelajaran matematika pokok bahasan perbandingan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu dengan membagi siswa secara kelompok terlebih dahulu, lalu mengajarkan secara singkat mengenai materi perbandingan kemudian meminta siswa untuk mengambil undian topik materi yang telah disediakan. b) Siswa membuka undian topik materi lalu mengambil LKS (Lembar Kerja Siswa). Setelah itu siswa bersama kelompoknya membagi tugas
35
pada
masing-masing
anggota
kemudian
mengumpulkan
data,
informasi dan berdiskusi memecahkan persoalan pada LKS.
3. Tahap Pengamatan/Observasi Pengamatan dilakukan secara cermat atas semua tindakan yang dilakukan. Pengamatan ini diikuti dengan pencatatan/rekaman yang memungkinkan peneliti mempunyai laporan temuan tindakan seperti : a) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan metode group investigation pada pokok bahasan perbandingan meliputi pembagian tugas dalam kelompok, aktivitas siswa dalam kelompok seperti kerjasama, perhatian, ketekunan dan keaktifan. b) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan meliputi pemahaman isi soal dan mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika. 4. Tahap Evaluasi/Refleksi Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan evaluasi secara kritis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan, sebarapa efektif perubahan tersebut, kendala, pendorong perubahan dan langkah perbaikan. Hasil refleksi merupakan jawaban atas pertanyaan peneliti serta tolok ukur putaran selanjutnya. b. Siklus II 1. Tahap Perencanaan a) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b) Menentukan pokok bahasan dan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode group investigation (GI). c) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan sumber belajar dan mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 2) Tahap Tindakan
36
a) Memperbaiki tindakan sesuai Rencana Kegiatan Pembelajaran (RPP) yang telah disempurnakan berdasarkan refleksi pada siklus I b) Guru menerapkan pembelajaran dengan metode group investigation (GI). c) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan metode group investigation (GI). d) Memantau perkembangan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan. 3) Tahap Pengamatan / Observasi a) Melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika dengan metode group investigation pada pokok bahasan perbandingan meliputi pembagian tugas dalam kelompok, aktivitas siswa dalam kelompok seperti kerjasama, perhatian, ketekunan dan keaktifan. b) Pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan meliputi pemahaman isi soal dan mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika. 4) Tahap Evaluasi / Refleksi Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan dengan mengguanakan metode group investigation (GI).
J. Indikator Ketercapaian Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila rata-rata yang diperoleh siswa di kelas adalah 65. Capaian target pada siklus pertama 70% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 18 anak) dengan mendapat nilai ≥ 65 dan pada siklus kedua 80% dari jumlah siswa tuntas (kurang lebih 20 anak) dengan mendapat nilai ≥ 65. Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai hasil tersebut dicapai.
37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian 1. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Panularan No.06 Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 jumlah siswa SD Negeri Panularan No. 06 sebanyak 174 Siswa, yang terdiri dari kelas I sebanyak 23 siswa, kelas II sebanyak 19 siswa, kelas III sebanyak 29 siswa, kelas IV sebanyak 34 siswa, kelas V sebanyak 25 siswa, dan kelas VI sebanyak 44 siswa. Jumlah tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah siswa tahun pelajaran sebelumnya yang ratarata berjumlah antara 170 sampai 220 siswa tiap-tiap tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, Kepala Sekolah beserta guru dan karyawan selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan SD Negeri Panularan No. 06 pada khususnya dan peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. 2. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Panularan No.06 Sekolah Dasar Negeri Panularan No. 06 berdiri di atas tanah seluas 3.752 m2 dengan luas bangunan 756 m2, luas halaman 1.092 m2 dan luas parker 48 m2. Bangunan yang ada diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang agama, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang keterampilan, mushola, 1 aula, 1 rumah penjaga sekolah, 1 ruang UKS, tempat parkir, kamar mandi guru dan siswa. SD Negeri Panularan No. 06 juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk sarana kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler.
B. Diskripsi Permasalahan Penelitian 1. Diskripsi Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Berdasarkan data hasil pengamatan langsung pada bulan Mei
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
yang
dilakukan
guru
dalam
menyampaikan materi perbandingan di kelas V SDN Panularan No.06 Laweyan 38
Surakarta masih terdapat banyak kekurangan, antara lain guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (respon siswa kurang), aktivitas siswa kurang dan masih kurangnya ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran. Hasil tes awal materi perbandingan dapat dilihat pada perolehan hasil peserta didik (pra-siklus) pada lampiran 23. Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan adalah 61,8 di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah yaitu sebesar 65. Sedangkan persentase siswa yang tuntas ada 14 siswa atau 56%. Dari hasil analisis tes awal tersebut, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman, prestasi belajar dan aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran Matematika pokok bahasan perbandingan. 2. Diskripsi Siklus I a. Tahap Perencanaan 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) matematika pokok bahasan perbandingan menggunakan metode group investigation (GI) yang disusun 3 kali pertemuan masing-masing 2 jam pelajaranan dan dilaksanakan dalam satu minggu, dengan Kompetensi Dasar (KD): Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala. Indikator: (a) Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana. (b) Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala. (c) Melakukan pengerjaan hitung dengan menggunakan skala; 2) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti kelereng, sedotan air minum dan sebagainya. b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan Pada
tahap
pelaksanaan
ini
dilakukan
dengan
mengadakan
pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan yaitu dalam satu siklus ada 3 x tatap muka (pertemuan) yang masing-masing 2 x 35 menit, sesuai skenario pembelajaran dan RPP yang disusun. Langkah kegiatan pembelajaran pada masing-masing pertemuan adalah sebagai berikut: 39
1) Pertemuan Pertama Pada
pertemuan
pertama
materi
yang
diajarkan
adalah
perbandingan sederhana dengan indikator melakukan operasi hitung perbandingan sederhana. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama-sama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingat materi pelajaran yang lalu tentang pecahan. Menginformasikan pada siswa bahwa pembelajaran kali ini akan dilaksanakan secara berkelompok dan dengan bantuan guru siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen agar terbentuk kelompok yang bervariasi, sehingga antara siswa yang pandai, sedang dan kurang pandai dapat merata penyebarannya. Memberitahukan beberapa peraturan yang harus ditaati siswa selama pembelajaran dilaksanakan, setelah itu guru memberikan materi pelajaran. Salah satu siswa ditunjuk guru maju kedepan kelas untuk menghitung jumlah siswa perempuan dan laki-laki kemudian menuliskan dipapan tulis (Perempuan= 15, Laki-laki= 10). Secara lisan guru menjelaskan perbandingan siswa perempuan dan laki-laki, siswa laki-laki dengan seluruh siswa dan sebagainya. Guru menyuruh salah satu siswa mengambil topik materi yang telah dipersiapkan oleh guru (perbandingan sederhana) dan meminta siswa menuliskan topik tersebut didepan kelas. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan kelas dan mengambil lembar tugas “LKS I”. Siswa mengerjakan lembar tugas “LKS I” dengan kelompoknya, guru mengamati dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompok saling membagi tugas, berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Setelah waktu yang ditentukan habis perwakilan dari beberapa kelompok maju kedepan kelas menyampaikan hasil pekerjaannya. Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan kelompok yang telah dikerjakan. Guru membagikan soal evaluasi “Tugas I” kepada masing- masing individu untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajarinya. 40
Guru memberikan penguatan materi pelajaran perbandingan dan meminta hasil pekerjaan siswa secara kelompok dan individu kemudian menutup pelajaran dengan salam. 2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua materi matematika yang diajarkan adalah perbandingan yang lebih kompleks dan skala, dengan indikator melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala. Kegiatan diawali dengan berdo’a bersama kemudian dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Untuk menuju materi pelajaran yang akan dipelajari, siswa diajak untuk mengingat kembali materi pelajaran yang lalu yaitu tentang perbandingan. Bertanya jawab dan meminta siswa maju kedepan kelas menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu guru memberikan materi tentang perbandingan yang lebih kompleks dan skala kemudian meminta siswa kembali membentuk kelompok seperti pertemuan I. Siswa maju kedepan mengambil topik yang sudah disiapkan guru (perbandingan dan skala) lalu menuliskannya di papan tulis. Perwakilan dari masing-masing anggota kelompok maju dan mengambil lembar kerja “LKS II” kemudian mengerjakannya secara kelompok. Siswa dalam kelompok
saling
membagi
tugas,
berinteraksi,
mencari
langkah
penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Setelah selesai mengerjakan secara berkelompok maka perwakilan dari beberapa kelompok maju kedepan kelas menyampaikan hasil diskusi. Guru bersama siswa membahas bersama hasil pekerjaan siswa lalu membagikan “Tugas II” pada masing-masing siswa. Guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaannya kelompok maupun individu. Sebelum menutup pelajaran dengan salam guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham. 3) Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga ini materi yang akan dipelajari siswa adalah pengerjaan hitung dengan menggunakan skala. Sebelum memulai pelajaran guru bertanya-jawab dengan siswa mengenai mata pelajaran 41
yang lalu yaitu mengenai perbandingan dan skala. Setalah itu siswa diminta kembali membentuk kelompok seperti pada pertemuan yang lalu. Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi pegerjaan hitung dengan menggunakan skala. Siswa diminta maju kedepan mengambil topik materi yang telah dipersiapkan guru (perhitungan dengan skala) kemudian menuliskannya dipapan tulis. Perwakilan dari kelompok maju mengambil “LKS III” lalu mengerjakannya secara kelompok. Siswa dalam kelompok saling membagi tugas, berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi.
Guru bersama siswa
membahas bersama hasil diskusi kemudian guru membagikan “Tugas III” kepada masing-masing siswa. Setelah waktu yang ditentukan habis guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya baik individu maupun kelompok. Guru memberikan penguatan materi pengerjaan hitung dengan menggunakan skala. Guru menutup pelajaran dengan salam. c. Tahap Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI), yang dilaksanakan dengan menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan metode group investigation (GI) dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan metode group investigation (GI) yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada kegiatan atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus I sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana. 42
Metode
: Group Investigation (GI)
Hasil Observasi : 1) Kegiatan Siswa a) Siswa cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian cukup baik, d) Siswa cukup baik dalam mengerjakan tugas baik secara individu maupun dengan kelompok (lihat lampiran 8). 2) Kegiatan Guru a) Cukup baik dalam memberikan informasi secara tepat, b) Cukup baik dalam menggunakan berbagai sumber, c) Cukup baik dalam menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan, d) Baik dalam memberikan perhatian terhadap siswa, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Cukup baik dalam memotivasi kerja kelompok, g) Penggunaan media cukup baik, h) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian proses, i) Melakukan penilaian hasil belajar cukup baik, j) Sudah cukup dalam memberikan tindak lanjut (lihat lampiran 7). Pertemuan
: II (dua)
Indikator
: Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala.
Metode
: Group Investigation (GI)
Hasil Observasi : 1) Kegiatan Siswa a) Siswa cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian cukup baik, d) Siswa cukup baik mengerjakan tugas baik secara individu maupun kelompok (lihat lampiran 10) 2) Kegiatan Guru a) Sudah cukup baik dalam memberikan informasi secara tepat, b) Cukup baik dalam menggunakan berbagai sumber, c) Penggunaan waktu sesuai perencanaan cukup baik, d) Dalam memberikan perhatian pada siswa 43
sudah baik, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kerja kelompok cukup baik, g) Sudah menggunakan media yang cukup menarik, h) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian proses, h) Sudah melakukan penilaian hasil belajar dengan cukup baik, i) Baik dalam memberikan tindak lanjut (lihat lampiran 9) Pertemuan
: III (tiga)
Indikator
: Melakukan pengerjaan hitung dengan menggunakan skala.
Metode
: Group Investigation (GI)
Hasil Observasi : 1) Kegiatan Siswa a) Siswa cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru, b) Siswa cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian cukup baik, d) Siswa cukup baik dalam mengerjakan tugas baik secara individu maupun dengan kelompok (lihat lampiran 12). 2) Kegiatan Guru a) Sudah memberikan informasi secara tepat dengan cukup baik, b) Menggunakan berbagai sumber cukup baik, c) Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan dengan cukup baik, d) Baik dalam memberikan perhatian pada siswa, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kerja kelompok dengan baik, g) Sudah menggunakan media dengan cukup baik, h) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian proses, i) Sudah melakukan penilaian hasil belajar dengan baik, j) Cukup dalam memberikan tindak lanjut (lihat lampiran 11) c. Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan baru pada materi perbandingan telah menunjukkan perubahan yang sedikit berarti, baik pada aktivitas siswa maupun pada
44
pencapaian hasil belajar. Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut : Pertemuan
: I (satu)
Indikator
:Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana.
Metode
: Group Investigation (GI)
Berdasarkan
hasil
pengamatan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru, menjawab pertanyaan guru, kerjasama dalam kelompok cukup terlihat baik. Rata-rata nilai siswa dalam menyelesaikan soal secara kelompok adalah 75. Namun kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal secara individu pada pertemuan ke 1 belum menunjukkan perubahan karena nilai rata-rata kelas mencapai 64,4 tetapi siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 11 siswa atau 44% dari 25 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 70%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 64,4 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 11 siswa atau 44% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) belum berhasil. Data nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan ke-1 selengkapnya dapat dilihat nilai individu pada lampiran 24 perolehan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (siklus I). Pertemuan :
II (dua)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala. Metode
: Group Investigation (GI)
Berdasarkan berlangsung,
hasil
pengamatan
selama
proses
pembelajaran
siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan
menjawab pertanyaan, siswa aktif dalam mengerjakan tugas baik secara individu
maupun
kelompok,
kekompakan
kelompok
sudah
terlihat.
Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan secara 45
umum pada pertemuan ke 2 sudah menunjukkan perubahan karena nilai ratarata kelompok yaitu 87 dan rata-rata kelas mencapai 63,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 68% dari 25 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 70%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 63,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 68% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) dikatakan belum berhasil. Data nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan ke-2 selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 24 perolehan hasil belajar peserta didik dengan metode group investigation (siklus I). Pertemuan
: III (tiga)
Indikator
: Melakukan pengerjaan hitung dengan skala.
Metode
: Group Investigation (GI)
Berdasarkan
hasil
pengamatan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru, rasa ingin tahunya sangat besar, hal ini terbukti dari sikap siswa yang membawa banyak buku referensi matematika kelas V, kekompakan dan kerjasama kelompok terlihat baik. Guru sudah memberikan informasi secara tepat, memberikan motivasi baik secara individu maupun kelompok. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal sudah sesuai dengan yang diharapkan. Nilai rata-rata kelompok mencapai 91 sedangkan rata-rata kelas mencapai 66,8 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 18 siswa atau 72% dari 25 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa mencapai nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 mencapai 70%.dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,8 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 18 siswa atau 72% dari 25 siswa,hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) yang dilakukan sudah berhasil. Data nilai 46
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan ke-3 selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 24 perolehan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (siklus I). Berdasarkan nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan yang tuntas pada siklus I diketahui yaitu pada pertemuan III atau materi pengerjaan hitung dengan menggunakan skala. Dengan catatan untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari rata-rata kelas diberikan perbaikan dengan menambah waktu belajar dan latihan-latihan serupa supaya kemampuan belajarnya meningkat. Sedangkan pertemuan
I dan II belum
menunjukkan perubahan yang signifikan, sehingga pembelajaran dilanjutkan pada Siklus II pada meteri perbandingan sederhana, perbandingan kompleks dan menentukan skala. 3. Diskripsi Siklus II a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada Siklus I diketahui bahwa belum menunjukkan adanya peningkatan kemampuan belajar yang cukup signifikan. Karena dari tiga indikator yang ditetapkan baru indikator nomor 3 yang berhasil, sedangkan indikatorindikator yang lain belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti dengan pengarahan dari Kepala Sekolah dan masukan dari guru-guru yang lain serta teman, kembali menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih cermat dan teliti untuk mengulang pembelajaran matematika dengan indikator: Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana dan melakukan operasi hitung dengan menggunakan skala. Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) seperti pada Siklus II yaitu: 1) Memilih atau menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang hendak dicapai, 2) Mempersiapkan alat-alat atau media
yang
akan
digunakan,
3)
Pembelajaran ( RPP ) II . 47
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Mengingat analisis terhadap pekerjaan siswa pada Siklus I menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami isi soal, maka rancangan kegiatan belajar mengajar menekankan pada pemahaman konsep yang diikuti dengan kegiatan penjelasan dan peragaan dengan media yang relevan seperti kelereng, bintang buatan, koin dan peta. Jadi segala kegiatan ditujukan untuk memantapkan pemahaman konsep siswa, tentang materi perbandingan dan skala, hal ini juga merupakan pengulangan dan kegiatan pada pertemuan ke 1 dan ke 2 pada Siklus I. b. Tahap Pelaksanaan / Tindakan Pelaksanaan tindakan pada Siklus II dengan menggunakan metode group investigation (GI) dilaksanakan dua kali pertemuan. a. Pertemuan ke-1 Guru mengawali pembelajaran dengan mengajak siswa berdo’a bersama dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru bertanya-jawab tentang materi pelajaran yang lalu mengenai perbandingan. Beberapa siswa diminta maju untuk menjawab beberapa pertanyaan guru dan yang lain diminta memperhatikan. Setelah dirasa siswa cukup paham selanjutnya guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan pertemuan yang lalu. Guru menuliskan topik bahasan yang akan dipelajari dan perwakilan dari masing-masing kelompok diminta maju kedepan mengambil
‘LKS
I.1”
kemudian
siswa
mengerjakan
bersama
kelompoknya. Siswa dalam kelompok saling membagi tugas, berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Setelah waktu yang ditentukan habis maka perwakilan dari beberapa kelompok diminta menuliskan hasilnya lalu dibahas bersama-sama. Guru membagikan “Tugas I.1” kepada masingmasing siswa setelah selesai mengerjakan, siswa diminta mengumpulkan LKS I.1 dan Tugas I.1 lalu guru memberikan pemantapan materi dengan memberi kesempatan bertanya pada siswa dan menutup pelajaran dengan salam. 48
b. Pertemuan Kedua Setelah berdo’a dan presensi kehadiran siswa dilanjutkan apersepsi tentang materi pelajaran yang lalu mengenai parbandingan yang lebih kompleks dan skala. Dengan media peta, guru menjelaskan tentang skala. Guru mengingatkan siswa tentang satuan panjang dan nilainya. Memberikan contoh soal dan siswa diminta memperhatikan. Guru menuliskan topik materi dipapan tulis dan siswa diminta maju mengambil “LKS II.2” lalu mengerjakan. Siswa dalam kelompok saling membagi tugas, berinteraksi, mencari langkah penyelesaian dari berbagai buku yang dibawa kemudian mengerjakan dan berdiskusi. Setelah selesai, perwakilan siswa maju kedepan menyampaikan hasil diskusi kemudian bersama guru membahas bersama hasilnya. Guru membagikan soal “Tugas II.2” pada masing-masing individu. Siswa mengumpulkan hasil LKS II.2 dan Tugas II.2 lalu guru memberi penguatan lalu menutup pelajaran dengan salam. c. Tahap Observasi Guru kelas secara kolaboratif bersama guru kelas yang lain melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan cermat dan teliti pada masing-masing pertemuan. Observasi ini ditujukan pada kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran serta suasana pembelajaran. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes akan digunakan sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan kemampuan berhitung siswa dalam diskusi balikan yaitu menganalisis nilai kemampuan berhitung siswa dari tiap-tiap siklus yang telah dilaksanakan yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Adapun uraian hasil observasi Siklus II sebagai berikut : Pertemuan
: I (satu)
Indikator
: Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana
Metode
: Group Investigation (GI)
49
Hasil Observasi
:
1) Kegiatan Siswa a) Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, b) Siswa menjawab pertanyaan guru dengan baik, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian dalam skala nilai baik, d) Siswa cukup baik dalam mengerjakan tugas secara individu dan baik dalam mengerjakan tugas kelompok (lihat lampiran 14). 2) Kegiatan Guru a) Sudah memberikan informasi secara tepat dan baik, b) Menggunakan berbagai sumber dengan cukup baik, c) Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan cukup baik, d) Baik dalam memberikan perhatian pada siswa, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kerja kelompok dengan baik, g) Sudah menggunakan media dengan cukup baik , h) Sudah melakukan penilaian proses dengan cukup baik, i) Sudah melakukan penilaian hasil belajar dengan baik, i) Sudah memberikan tindak lanjut dengan cukup baik (lihat lampiran 13). Pertemuan
: II (dua)
Indikator
: Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala
Metode
: Group Investigation (GI)
Hasil Observasi : 1) Kegiatan Siswa a) Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik, b) Siswa cukup baik dalam menjawab pertanyaan guru, c) Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian dalam skala nilai baik, d) Siswa cukup baik dalam mengerjakan tugas secara individu dan dalam mengerjakan tugas kelompok sudah baik (lihat lampiran 16). 2) Kegiatan Guru a) Dalam penyampaian informasi sudah baik, b) Menggunakan berbagai sumber dengan baik, c) Menggunakan waktu secara tepat sesuai perencanaan cukup baik, d) Memberikan perhatian pada siswa dengan 50
baik, e) Memotivasi individu dengan baik, f) Memotivasi kelompok dengan baik, g) Sudah menggunakan media dengan baik, h) Cukup dalam melakukan penilaian proses, i) Sudah cukup baik dalam melakukan penilaian hasil belajar, j) Sudah memberikan tindak lanjut dengan cukup baik (lihat lampiran 15). d. Refleksi Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut : Pertemuan
: I (satu)
Indikator
: Melakukan operasi hitung perbandingan sederhana
Metode
: Group Investigation (GI)
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru dengan baik. Guru memberikan informasi secara tepat, memberi motivasi dan melaksanakan penilaian dengan hasil rata-rata nilai kelompok 91 sedangkan rata-rata kelas mencapai 71,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 20 siswa atau 80% dari 25 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan berhitung siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 80%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas mencapai 71,6 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 20 siswa atau 80% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) yang dilakukan sudah berhasil. Data nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan ke 1 selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 25 perolehan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (siklus II). Pertemuan :
II (dua)
Indikator : Melakukan operasi hitung perbandingan yang lebih kompleks dan menentukan skala. Metode
: Group Investigation (GI)
51
Berdasarkan
hasil
pengamatan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, siswa cukup baik dalam memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan, siswa dalam mengerjakan tugas baik secara individu maupun
kerja
kelompok
dengan
baik.
Kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal cerita perbandingan secara umum pada pertemuan ke-2 sudah menunjukkan perubahan yang berarti karena nilai rata-rata kelompok yaitu 93 dan rata-rata kelas mencapai 72,2 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 22 siswa atau 88% dari 25 siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai nilai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 80%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 72,2 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 22 siswa atau 88% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) dikatakan berhasil. Data nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pertemuan II selengkapnya dapat dilihat pada nilai individu lampiran 25 perolehan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (siklus II).
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat hasil kinerja guru terhadap pelaksanaan kegiatan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa secara umum peneliti cukup baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika dengan metode group investigation (GI) dan ada peningkatan kegiatan siswa dalam pembelajaran serta perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan. Berdasarkan lampiran 8, 10, 12, 14 dan 16 secara umum kegiatan siswa dalam pembelajaran yang terlihat antara lain: 1. Dalam memperhatikan penjelasan guru dalam skala nilai cukup baik, 2. Menjawab pertanyaan guru dalam skala nilai cukup baik, 3. Rasa ingin tahu, kerjasama dan keberanian meningkat, 4. Siswa aktif mengerjakan tugas individu, 52
5. Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok, Pada waktu dilaksanakan tindakan pra-siklus diketahui bahwa nilai ratarata siswa belum mencapai target yang ditentukan yaitu 65 namun hanya 61,8 sedangkan yang tuntas hanya 14 siswa atau 56% dari 25 siswa. Data nilai siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada pra-siklus dari perolehan hasil peserta didik (pra-siklus) lampiran 23 selanjutnya dibuat interval nilai selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 daftar frekuensi berikut: Tabel 2 : Daftar Frekuensi Nilai Pra-Siklus No.
Interval
Nilai Tengah
Frekuensi
Prosentase
1.
85 – 95
90
3
12%
2.
74 – 84
79
2
8%
3.
63 – 73
68
9
36%
4.
52 – 62
57
5
20%
5.
41 – 51
46
3
12%
6.
30 - 40
35
3
12%
-
25
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 2 daftar nilai frekuensi pra-siklus di atas dapat digambarkan ke dalam grafik batang gambar 4. 10 9 8 7 6 5 4 Frekuensi
3 2 1 0
35
46
57
68
79
90 Nilai Tengah
Gambar 4. Grafik Data Nilai Pra-Siklus 53
Dari tabel 2 daftar frekuensi nilai pra-siklus dan gambar 4 grafik data nilai pra-siklus, dapat diketahui bahwa nilai Matematika pra siklus atau sebelum tindakan siklus I yaitu siswa yang memperoleh nilai 85 - 95 ada 3 siswa, yang memperoleh nilai 74 - 84 ada 2 siswa, yang mendapat nilai 63 - 73 ada 9 siswa, yang mendapat nilai 52 - 62 ada 5 siswa, yang nilainya 41 - 51 ada 3 siswa dan siswa yang memperoleh nilai 30 - 40 ada 3 siswa. Pada interval nilai 63 – 73 tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 65. Dengan demikian siswa yang mendapat nilai ≥65 ada 14 siswa atau 56%, pada interval 63 – 73, 74 – 84, dan 85 – 95 dan rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 61,8. Pada siklus pertama dengan menggunakan metode group investigation (GI) diperoleh rata-rata nilai kelompok dari 3 kali pertemuan mencapai 84,3 dan rata-rata nilai individu dari 3 kali pertemuan yaitu 66,16 dengan rincian 19 siswa atau 76% yang mendapat nilai ≥ 65. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai rata-rata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 mencapai 70%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas mencapai 66,16 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 19 siswa atau 76% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) yang dilakukan tuntas dan berhasil. Data nilai rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada nilai rata-rata individu pada lampiran 24 perolehan hasil peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (GI) siklus I. Perolehan hasil peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (GI) siklus I lampiran 24 selanjutnya dibuat interval nilai seperti yang tercantum dalam tabel 3 daftar frekuensi nilai matematika berikut.
54
Tabel 3: Daftar Frekuensi Nilai Siklus I. No.
Interval
Nilai Tengah
Frekuensi
Prosentase
1.
86 – 104
95
4
16%
2.
67 – 85
76
9
36%
3.
48 – 66
57
8
32%
4.
29 – 47
38
3
12%
5.
10 – 28
19
1
4%
-
25
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 3 daftar nilai siklus I di atas dapat
Frekuensi
digambarkan ke dalam grafik batang gambar 5. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
19
57
38
76
95 Nilai Tengah
Gambar 5: Grafik Data Nilai Siklus I Dari tabel 3 daftar frekuensi nilai siklus I dan gambar 5 grafik data nilai siklus I tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan dengan metode group investigation (GI) pada silklus I selama 3 kali pertemuan, nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 4 siswa memperoleh nilai antara 86 – 104, 9 siswa memperoleh nilai antara 67 – 85, 8 siswa memperoleh nilai antara 48 – 66, 3 siswa memperoleh nilai antara 29 – 47 dan 1 siswa memperoleh nilai antara 10 – 28. Diantara 8 siswa yang mendapat nilai rata-rata pada interval 48 – 66 hanya 2 siswa yang mendapat nilai dibawah 65, maka siswa yang mendapat nilai ≥ 65 ada 6 siswa, sehingga pada penelitian siklus I ini penulis menyatakan berhasil dan 55
tuntas dikarenakan yang mendapat nilai ≥ 65 hanya 6 siswa dari interval nilai 48 – 66, 9 siswa dari interval 67 – 85 dan 4 siswa dari interval 86 – 104. Tindakan pada siklus pertama dinyatakan berhasil dan tuntas namun perlu diadakan perbaikan khususnya pada pertemuan 1 dan 2 dengan menggunakan group investigation (GI). Sehingga pada tindakan siklus kedua dengan menggunakan metode group investigation (GI) diperoleh rata-rata nilai kelompok siswa dari 2 kali pertemuan mencapai 92 dan rata-rata nilai individu siswa dari 2 kali pertemuan yaitu 71,96 dengan rincian 21 siswa atau 84% yang mendapat nilai ≥65. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan siswa mencapai ratarata kelas 65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 mencapai 80%. Dengan demikian nilai rata-rata kelas mencapai 71,96 dan siswa yang memperoleh nilai ≥65 sebanyak 21 siswa atau 84% dari 25 siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) yang dilakukan sudah berhasil dan tuntas. Data nilai rata-rata siswa dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada perolehan hasil peserta didik dengan menggunakan metode group investigation (GI) siklusII lampiran 25. Adapun interval nilai yang diperoleh siswa pada siklus pertama seperti yang tercantum dalam tabel 4 frekuensi nilai matematika. Tabel 4: Daftar Frekuensi Nilai Siklus II. No.
Interval
Nilai Tengah
Frekuensi
Prosentase
1.
90 – 104
97
3
12%
2.
75 – 89
82
7
28%
3.
60 – 74
67
12
48%
4.
45 – 59
52
2
8%
5.
30 – 44
37
1
4%
-
25
100%
Jumlah
Berdasarkan data pada tabel 4 daftar frekuensi nilai siklus II diatas, selanjutnya dapat digambarkan ke dalam grafik batang gambar 6.
56
14 12 10 8
Frekuensi
6 4 2 0 37
52
67
82
97
Nilai Tengah
Gambar 6: Grafik Data Nilai Siklus II Dari tabel 4 daftar nilai frekuensi siklus II dan gambar 6 grafik data nilai siklus II tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan dengan metode group investigation (GI) pada silklus II selama 2 kali pertemuan, nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 3 siswa memperoleh nilai antara 90 - 104 , 7 siswa memperoleh nilai antara 75 – 89, 12 siswa memperoleh nilai antara 60 – 74, 2 siswa memperoleh nilai antara 45 – 59 dan 1 siswa memperoleh nilai antara 30 – 44. Pada gambar 6, interval nilai 60 – 74 terdapat 1 siswa yang mendapat nilai 63, sehingga jelas terlihat yang mendapat nilai diatas 65 ada 21 anak yaitu pada interval 60 – 74, 75 – 89 dan 90 – 104. Penelitian siklus II ini penulis nyatakan berhasil mencapai rata-rata kelas 71,96 atau diatas rata-rata yang ditentukan yaitu 65 dan dinyatakan tuntas karena yang mendapat nilai ≥ 65 ada 21 siswa atau 84%. Hasil nilai rata-rata siswa pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata dan jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan juga berhasil dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan dengan menggunakan metode group investigation (GI) bila dibandingkan dengan nilai pra siklus. Nilai rata-rata kelompok pada siklus I adalah 84,3 dan pada siklus II adalah 92. Nilai rata-rata dan persentase pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat disajikan pada tabel 5. 57
Tabel 5: Perbandingan Hasil Pra-Siklus, Siklus I dan Siklus II
No
Pembelajaran Matematika
Pra Siklus
Sesudah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Siklus II
1
Nilai rata-rata
61,8
66,16
71,96
2
Prosentase
56%
76%
84%
Selanjutnya data pada tabel 5 perbandingan hasil pra-siklus, siklus I dan siklus II dapat digambarkan ke dalam grafik batang gambar 7. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pra siklus nilai rata-rata 61,8
Siklus I nilai rata-rata 66,16
Siklus II nilai rata-rata 71,96
Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Pra-Siklus, Siklus I dan II Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan kelas V SD Negeri Panularan No. 06, Laweyan, Surakarta dengan metode group investigation (GI). Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik kelompok, perorangan maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel dan grafik diatas. Dengan demikian penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu rekomendasi bahwa penggunaan metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06 Laweyan, Surakarta khususnya dan siswa kelas V Sekolah Dasar lain pada umumnya. 58
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan metode group investigation (GI) dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06, Laweyan, Surakarta dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas V SD Negeri Panularan No. 06, Laweyan, Surakarta. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 61,8 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 56%, siklus I nilai rata-rata kelas 66,16 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 76% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 71,96 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 84%.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa penggunaan metode group investigation (GI) efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode group investigation (GI) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas V. Hal ini menunjukkan secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk memilih metode pembelajaran matematika yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, dan karakteristik siswa sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah 59
satu acuan untuk meningkatkan atau mengoptimalkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi
belajar
siswa.
Dengan
memperhatikan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran dalam meningkatkan kemampuan siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika, maka disampaikan saran-saran: 1. Kepada Pejabat Terkait a. Dalam menentukan kebijakan tentang kurikulum, hendaknya siswa tidak hanya dibekali kemampuan kognitif saja, tetapi juga bekal kemampuan mental dan emosional yang sangat diperlukan dalam kehidupan kelak. b. Hendaknya menghimbau kepada para guru agar menggunakan metode pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, misalnya metode pembelajaran kooperatif tipe GI. 2. Kepada Kepala Sekolah a. Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan, hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kretaif dan efektif menggunakan metode pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. b. Kepala
sekolah
hendaknya
selalu
aktif
mengadakan
hubungan
kerjasamadengan instansi pendidikan lain, maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan
kualitas 60
pendidikan
antara
lain
dengan
pengembangan metodel pembelajaran yang kreatif, misalnya metodel pembelajaran kooperatif tipe GI. c.
Kepala
sekolah
semaksimal
hendaknya
mungkin
menyediakan
agar proses
sarana
pembelajaran
dan
prasarana
khususnya
pada
pembelajaran dengan moetode pembelajaran kooperatif tipe GI lebih efektif dan optimal. 3. Kepada Guru a. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
matematika,
dimana
siswa
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna. Cara yang dilakukan antara lain, memilih metode pembelajaran yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal, misalnya metode pembelajaran kooperatif tipe GI. b. Guru
hendaknya
melakukan
persiapan
yang
lebih
baik
dalam
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe GI, terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi, sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam diskusi kelmpok. 4. Kepada Siswa a. Pada saat diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe GI, siswa diharapkan selalu memperhatikan penjelasan atau jawaban
yang
disampaikan oleh siswa lain, baik dalam diskusi kelompok maupun saat kelompok lain mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. b. Siswa diharapkan selalu kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam diskusi tentang materi pelajaran yang sedang diajarkan. c. Siswa hendaknya sebelum materi tertentu dibahas, dengan jalan mempelajari atau membaca terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Dengan demikian siswa mudah memahami materi dan dapat kreatif dalam mengikuti diskusi, penjelasan guru atau dalam menanggapi permasalahan yang dipresentasikan oleh kelompok lain. 61
d. Guru hendaknya mau menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe GI sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika, karena model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan suatu metode pembelajaran yang berorientasi pada proses, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. Selain itu, metode pembelajaran tipe GI dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, efektif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Dengan demikian, metode pembelajaran tipe GI merupakan suatu alternatif pembelajaran yang menarik minat dan kreativitas siswa. e. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran tipe GI, guru hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam mengoptimalkan belajar para siswanya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Amirrudin. 1993. Kesulitan Belajar dalam Penyelesaian Soal Cerita pada Siswa SLTP. Jurnal Kependidikan: Halaman 73-84. Dwi Noor Hariyanto. 2008. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Dengan Metode Investigasi Kelompok Pada Siswa Kelas X-3 SMA Negeri I Surakarta Tahun Ajaran 2007-2008 (PTK). Skripsi: UNS. Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Gail A. Williams, 1983, “My Changing Perpection Of Mathematics” The Mathematics Teacher. H.B Sutopo. 1996. Metodologi penilitian kualitatif. Depdikbut. Surakarta : UNS Karso. 1998. Pendidikan Matematika I. Jakarta : Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara DII. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Jakarta : Balai Pustaka KTSP SD/MI 2007 Marsudi Raharjo. 2009. Pembelajaran Soal Cerita di SD. Sleman : PPPPTK. Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia. (UI Pers). Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nattiv, Amalya. 1994. ”Helping Behaviors and Math Acievement Gain of Students Using Cooperative Laerning”. The Elementary School Journal. Vol. 94 (3), 267 Nurul Hidayati. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation Dalam Meningkatkan Motivasi Keaktifan Dan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Kelas VIII C Di MTS Surya Buana Malang. Skripsi: UIN Malang. 63
Nyimas Aisyiah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas. Oemar Hamalik. 1999. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Robert E. Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice. USA: Allyn and Bacon. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia sertifikasi Guru Rayon 13 Siti Munjiyatun Aly. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta UNS Soeprapto.2003. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendasmen. Suharsimi Arikunto, Suharjono, Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Sujiyanto. 2009. Dalam Dunia Guru. http//duniaguru.com diakses tanggal (15 Januari 2010)
Taylor, Francis Group. 2008. www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp (Jurnal Penelitian Internasional) diakses pada 29 Desember 2009. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Udin S. Winataputra. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.
64