ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar (Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO. Salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Kegiatan budidaya ikan bawal air tawar di Indonesia belum banyak dilakukan, tidak seperti ikan konsumsi lainnya yaitu ikan mas, lele, gurame ataupun nila, padahal ikan bawal air tawar memiliki beberapa kelebihan di antaranya pertumbuhan yang cepat, dapat dijadikan ikan hias maupun ikan konsumsi sesuai dengan ukurannya, kelangsungan hidup yang tinggi, cara pemeliharaan yang tidak rumit, dan dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi. Permasalahan yang dijumpai pada pengembangan ikan ini, antara lain masih rendahnya ketersediaan benih. Usaha penyediaan benih yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak serta berkesinambungan masih menemukan kendala antara lain adalah kegagalan pembenihan yang masih tinggi sehingga berdampak pada ketidakpastian perolehan pendapatan usahatani ikan bawal air tawar. Dalam pengembangan perikanan budidaya ikan bawal air tawar perlu diketahui kelayakan investasi dari usahatani yang dilakukan, dalam hal ini yang dilakukan penulis adalah menganalisis pendapatan usahatani serta sensitivitas dari usahatani tersebut untuk dapat melihat nilai ekonomis dari usaha perikanan tersebut. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Menganalisis keragaaan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar, (2) Menghitung tingkat pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar dan (3) Menganalisis efisiensi dari usaha dan sensitivitas pembenihan larva ikan bawal air tawar tersebut jika terjadi perubahan-perubahan dalam produksi, seperti kenaikan harga-harga input produksi dan penurunan harga jual. Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data dilakukan mulai bulan November-Desember 2007. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) dan analisis sensitivitas. Analisa yang dilakukan selama 2 tahun yaitu tahun 2006 dan tahun 2007 dengan tujuan untuk membandingkan antara hasil analisa tersebut. Hasil yang diperoleh dari perhitungan pendapatan perusahaan tahun 2006 atas biaya tunai adalah sebesar Rp 377.092.800,-, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp 298.901.800,-. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,95 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,95,-.
Sedangkan total R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,10 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,10,-. Penerimaan yang diperoleh perusahaan pada tahun 2007 yaitu pendapatan perusahaan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 509.288.400,-, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp 431.097.400,-. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,96 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,96,-. Sedangkan total R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,28 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,28,-. Adanya fluktuasi harga baik pada harga jual produk serta harga input produksi dapat mempengaruhi pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal, sehingga untuk melihat tingkat kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Pada penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas terhadap dua aspek perubahan tingkat harga yaitu pertama, tingkat harga jual larva ikan bawal air tawar (apabila terjadi penurunan tingkat harga jual larva menjadi Rp 5,- dan kenaikan harga menjadi Rp 12,-) dan kedua, tingkat harga-harga input produksi seperti pakan pelet (apabila terjadi penurunan tingkat harga sebesar 5 % dan peningkatan harga sebesar 15 % dari harga awal) dan ovaprim (apabila terjadi penurunan tingkat harga sebesar 5 % dan peningkatan harga sebesar 15 % dari harga awal). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa perubahan harga output atau harga jual larva ikan bawal akan menimbulkan perubahan pada nilai R/C ratio pada masing-masing tingkat perubahan harga. Pada tingkat harga jual turun menjadi Rp 5,- nilai pendapatan usaha tersebut menjadi Rp 146.775.000 dari nilai pendapatan Rp 431.097.400,- penurunan harga jual menjadi Rp 5,- mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar Rp 284.342.400,-. Pada indikator R/C ratio, nilai tersebut menjadi 1,43 dari nilai R/C harga awal sebesar 2,28. Hal tersebut mengindikasikan bahwa usaha tersebut masih dapat menguntungkan untuk terus diusahakan walaupun terjadi penurunan nilai harga jual menjadi Rp 5,- dan penurunan R/C ratio sebesar 0,84 dari R/C ratio harga jual awal. Pada tingkat harga jual naik menjadi Rp 12,- nilai pendapatan usaha tersebut menjadi Rp 825.340.600,- dari nilai pendapatan Rp 431.097.400,- kenaikan harga jual menjadi Rp 12,- mengakibatkan kenaikan pendapatan sebesar Rp 394.243.200,- kemudian nilai R/C menjadi 3,44 dari nilai R/C harga awal sebesar 2,28 sehingga terjadi kenaikan R/C ratio sebesar 1,17 dari R/C ratio harga jual awal yang berarti bahwa usaha tersebut akan menambah tingkat pendapatan dari harga awalnya akibat dari kenaikan harga output menjadi Rp 12,-. Pada penurunan harga pakan pelet sebesar 5 % dan kenaikan harga pakan pelet sebesar 15 % dari harga awalnya, maka akan berimbas pada penurunan jumlah pendapatan masing-masing sebesar Rp 151.858.600,- untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar Rp 169.952.200 untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %. Nilai R/C ratio dari masing-masing kejadian yang mengalami penurunan nilai R/C ratio sebesar 0,71 untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar 0,76 untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %.
Perubahan harga input produksi bila terjadinya penurunan harga ovaprim sebesar 5 % dan kenaikan harga ovaprim sebesar 15 % dari harga awalnya, maka akan berdampak pada penurunan jumlah pendapatan masing-masing sebesar Rp 153.382.000,- untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar Rp 165.382.000,- untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %. Hal tersebut berimbas pula pada nilai R/C ratio dari masing-masing kejadian yang mengalami penurunan nilai R/C ratio sebesar 0,71 untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar 0,75 untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %.
ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
Nama Nrp
: Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar (Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) : Teuku Woyly Brajamusti : A14101704
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Ir. Yayah K. Wagiono, MEc. NIP. 130 350 044
Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 19 Mei 2008
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (STUDI KASUS PADA BEN’S FISH FARM, DESA CIGOLA, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN– BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor,
November 2008
Teuku Woyly Brajamusti A14101704
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, pada tanggal 04 April 1980 sebagai anak keenam dari enam bersaudara dan merupakan putera dari pasangan Bapak H. Teuku Bustami Puteh S.E dan Ibu Hj. Srie Endah Listiawaty. Penulis memulai pendidikan formal pada Sekolah Taman Kanak-kanak pada tahun 1986 di TK Bungong Bangkawali Meulaboh selama satu tahun. Kemudian melanjutkan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Meulaboh dan lulus pada tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Meulaboh dan lulus pada tahun 1995, dan selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Meulaboh dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998 penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma III Teknologi Pertanian dengan Program Studi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan studi strata-1 di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puja-puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan ijin-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul : Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar (Studi Kasus pada Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menghitung tingkat pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben’s fish farm, menganalisis skala usaha pembenihan dan menganalisis kelayakan dari usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar tersebut jika terjadi perubahanperubahan dalam produksi, seperti kenaikan harga input dan penurunan harga output. Selain itu skripsi ini juga disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas akhir dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa, guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Dengan tidak melupakan segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat menjadi masukan untuk penelitian–penelitian selanjutnya.
Bogor, November 2008
Teuku Woyly Brajamusti A14101704
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis alami. Namun dengan segenap daya, kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki serta berkat bimbingan, dorongan, semangat serta do’a dari berbagai pihak yang memberikan kekuatan dan keyakinan pada diri penulis, akhirnya skripsi ini dapat terwujud. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan nasihat dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk semua kesabaran Ibu menghadapi semua kemalasan, keteledoran dan juga kelalaian penulis selama ini. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator dan dosen penguji utama yang telah banyak memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. 3. Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Saudara Zulfa Hendri sebagai pembahas pada seminar penulis. 5. Bapak Adrian (bang Ben) sebagai pemilik sekaligus pimpinan perusahaan Ben’s Fish Farm yang telah meberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusahaannya.
6. Saudara Muhammad Kadir, S.Pi. dan Muhammad Arif Suparman, S.Pi. pendiri Bawalindo Fish Farm yang telah berkenan meluangkan waktu untuk berdiskusi membahas mengenai ikan bawal air tawar. 7. Ayahanda dan Ibunda tercinta, atas kesabaran kalian untuk keterlambatan penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini dan juga abang, kakak, serta keponakan penulis yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang dan dorongan kepada penulis untuk selalu berusaha menjadi lebih baik. 8. Sahabat-sahabat penulis Adi Pangriptobowo, Achmad Alimie, Bambang Iryawanto, Samudra (Ameuk), Nurman (Omen), Apip Wijaya, Ahdi Muttadien, Oki Panji Halim dan Tovan Yulianto yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi. 9. Pihak Sekretariat Ekstensi MAB yang telah banyak membantu penulis. 10. Rekan-rekan mahasiswa di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis dan semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan satu persatu atas kejasama dan dukungannya. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis.
Bogor, November 2008
Teuku Woyly Brajamusti A14101704
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .................................................................................................. i DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1.2. Perumusan Masalah.......................................................................... 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................
1 6 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Bawal Air Tawar ...................................................................... 2.1.1. Silsilah dan Morfologi Ikan Bawal Air Tawar........................ 2.1.2. Teknik Budidaya ................................................................... 2.1.2.1. Pembenihan ............................................................. 2.1.2.2. Penyakit ................................................................... 2.2. Pendapatan dan Sensitivitas Usahatani ..............................................
10 10 12 12 16 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 3.1.1. Definisi Usahatani ................................................................. 3.1.2. Analisis Usahatani ................................................................. 3.1.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani................................. 3.1.2.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio).............................................................. 3.1.3. Analisis Sensitivitas .............................................................. 3.2. Kerangka pemikiran Operasional .......................................................
21 21 24 25 27 28 29
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 4.3.1. Analisis Usahatani Pembenihan Larva.................................... 4.3.1.1. Analisis Pendapatan Usahatani.................................. 4.3.1.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) 4.3.2. Analisis Sensitivitas...............................................................
31 31 32 32 32 34 35
V. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Perusahaan ........................................................................... 36 5.2. Lokasi dan Tata Letak ...................................................................... 36 5.3. Struktur Organisasi ........................................................................... 36
5.4. Fasilitas Pembenihan ........................................................................ 5.4.1. Fasilitas Utama ...................................................................... 5.4.2. Fasilitas Pendukung............................................................... 5.5. Kegiatan Pembenihan Larva ............................................................. 5.5.1. Pemeliharaan Induk ............................................................... 5.5.1.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan................................. 5.5.1.2. Penebaran Induk........................................................ 5.5.1.3. Pemberian Pakan....................................................... 5.5.1.4. Pengelolaan Kualitas Air........................................... 5.5.2. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit.................................... 5.5.3. Pematangan Gonad ................................................................ 5.5.4. Pemijahan Induk.................................................................... 5.5.4.1. Persiapan Wadah....................................................... 5.5.4.2. Teknik Rangsangan dan Pemijahan ........................... 5.5.4.3. Pemanenan Telur....................................................... 5.5.5. Penetasan telur ....................................................................... 5.5.5.1. Persiapan Wadah....................................................... 5.5.5.2. Penebaran dan Inkubasi Telur ................................... 5.5.5.3. Pemanenan Larva...................................................... 5.5.6. Pemeliharaan Larva ............................................................... 5.5.6.1. Persiapan Wadah....................................................... 5.5.6.2. Pemberian Pakan....................................................... 5.5.6.3. Pengelolaan Kualitas Air........................................... 5.5.6.4. Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit . 5.5.7. Pemanenan Larva .................................................................. 5.5.8. Pengepakan dan Transportasi Larva....................................... 5.5.9. Penyediaan Pakan Hidup ....................................................... 5.5.9.1. Penetasan Siste Artemia.............................................
37 37 39 40 40 40 40 41 41 42 42 43 43 44 44 45 45 45 45 46 46 47 47 48 48 48 49 50
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Penerimaan Usahatani. ........................................................ 6.1.1. Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006................................................................... 6.1.2. Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2007................................................................... 6.2. Analisis Biaya Usahatani .................................................................. 6.2.1. Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006...................................................................... 6.2.2. Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2007..................................................................... 6.3. Analisis Pendapatan Usahatani ......................................................... 6.3.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva tahun 2006 .................................................................... 6.3.2. Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva tahun 2007 .................................................................... 6.3.3. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006 dan Tahun 2007 ........................................ 6.3.4. Analisa Perbandingan Usahatani Ikan Bawal Air Tawar
51 51 52 52 53 55 57 58 59 60
Dengan Usahatani Perikanan Budidaya Lainnya...................... 6.4. Analisis Sensitivitas.......................................................................... 6.4.1. Analisis Sensitivitas Pada Perubahan Tingkat Harga Jual Larva Ikan Bawal Air Tawar ................................................... 6.4.2. Analisis Sensitivitas Pada Perubahan Tingkat Harga Pakan Pelet dan Harga Ovaprim.........................................................
61 63 64 65
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69 LAMPIRAN....................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Data Perkembangan Ekspor dan Impor Produksi Perikanan Tahun 2000 – 2006 (ton) ..............................................................................
2
2.
Data Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional.........................................
3
3.
Data Perkembangan Produksi Perikanan di Indonesia Tahun 2001 - 2006 (ton) ...............................................................................
4
Luas Usaha Budidaya dan Produksi menurut Sub Sektor Perikanan, Tahun 2001 - 2005 ............................................................................
5
Pencapaian Produksi Benih Ikan per Jenis Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2006 ........................................................................................
6
6.
Perbedaan Ikan Bawal Air Tawar Jantan dan Betina...........................
11
7.
Bentuk dan ukuran bak yang digunakan pada fasilitas pembenihan di Ben’s Fish Farm ...........................................................................
38
Perbedaan Telur yang Dibuahi (Hidup) dengan yang Tidak Dibuahi (mati)....................................................................................
45
Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2006.......................
52
Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2007.......................
52
Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2006 .......................
55
Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2007 .......................
57
Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish Farm tahun 2006 .......................
58
Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish Farm tahun 2007 .......................
59
4.
5.
8.
9.
10.
11.
12.
13. 14. 15.
Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva tahun 2006 dan Tahun 2007 ......................................................................... 60
16.
Analisis Perbandingan Usahatani Komoditi Perikanan Budidaya ........
62
17.
Analisis Sensitivitas Pengusahaan Larva Ikan Bawal Air Tawar .........
65
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ......................................
30
2.
Struktur organisasi Ben’s fish farm ....................................................
37
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. 71
Biaya-biaya Investasi Perusahaan Ben’s Fish Farm............................
2.
Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Jual dan Harga Input Produksi (Pakan Pelet dan Ovaprim).............................
72
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Nilai dan arti penting sektor kelautan dan perikanan bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua aspek. Pertama, secara sosial ekonomi wilayah pesisir dan laut memiliki arti penting karena : a) sekitar 140 juta (60 %) penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir (dengan pertumbuhan rata-rata 2 % per tahun); b) sebagian besar kota (kota Propinsi dan Kabupaten terletak di kawasan pesisir); c) kontribusi sektor kelautan terhadap PDB Nasional sekitar 20,06 %; dan d) industri kelautan (Coastal Industries) menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung. Kedua, secara biofisik; a) Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada; b) sekitar 75 % dari wilayahnya merupakan wilayah perairan (sekitar 5,8 juta km2 termasuk ZEEI); c) Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau; dan d) memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar (Dahuri, 2002). Ada 6 alasan utama mengapa sektor perikanan dan kelautan dibangun. Pertama, Indonesia memiliki sumber daya laut yang besar, baik ditinjau dari kualitas maupun diversitas. Kedua, Indonesia memiliki daya saing (competitive advantage) yang tinggi di sektor perikanan dan kelautan sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikinya serta produksi yang dihasilkannya. Ketiga, industri di sektor perikanan dan kelautan memiliki keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri lainnya. Keempat, sumber daya di sektor kelautan dan perikanan merupakan sumber daya yang
selalu dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga bertahan dalam jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang arif. Kelima, investasi di sektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi yang relatif tinggi sebagaimana dicerminkan dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang rendah (3,4) dan memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi pula seperti digambarkan dengan Incremental Labour Output Ratio (ILOR) sebesar 7-9. Keenam, pada umumnya industri perikanan berbasis sumber daya lokal dengan input rupiah namun dapat menghasilkan output dalam bentuk dolar (Dahuri, 2002). Tabel 1. Data Perkembangan Ekspor dan Impor Produksi Perikanan Tahun 2000-2006 (ton) Tahun Neraca perdagangan Nilai ekspor Nilai Impor 2000 1.563.598 1.675.074 111.476 2001 1.528.382 1.631.999 103.617 2002 1.478.041 1.570.353 92.312 2003 1.552.732 1.643.542 90.810 2004 1.615.276 1.780.833 165.557 2005 1.785.966 1.912.926 126.960 2006 1.126.648 1.217.426 90.778 Sumber : http://www.dkp.go.id/ (diakses tanggal 07 Juni 2007)
Ikan mengandung salah satu jenis protein yang pemanfaatannya sudah dilakukan sejak beberapa abad yang lalu oleh manusia sebagai salah satu bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dibandingkan dengan sumber bahan makanan lainya seperti susu, daging atau telur.1 Ikan merupakan sumber gizi tinggi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia karena :
•
Ikan mempunyai komposisi asam amino essensial yang lebih lengkap dibandingkan dengan nabati (tumbuhan).
•
Ikan mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang diserap oleh tubuh dan kurang sekali terdapat pada pangan nabati.
1)
Warta Cakalang Edisi II Februari 2005 BPPP Ambon http://www.dkp.go.id/ (diakses tanggal 07 Juni 2007)
•
Merupakan sumber protein yang cukup tinggi dan nilai cerna protein dan zat besi cukup tinggi.
•
Protein ikan dapat mencegah terjadinya "Sportanemia" yaitu sel-sel darah merah yang mudah pecah pada olahragawan.
Tabel 2. Data Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional Tahun Kg/Kapita/Tahun 2001 22,47 2002 22,79 2003 22,36 2004 22,49 2005 23,95 2006 25,03 Sumber : http://www.dkp.go.id/ (diakses tanggal 07 Juni 2007)
Negara Indonesia merupakan produsen ikan terbesar keenam di dunia dengan volume produksi enam juta ton per tahun (FAO, 2003). Bila mampu meningkatkan produksi perikanan budidaya, maka Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar di dunia. Menurut Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan Made L. Nurdjana, bahwa perikanan budidaya merupakan sleeping giant for Indonesian economic. Apabila benar-benar diperhatikan dan dikelola dengan baik, dampaknya akan sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat. Hal itu pernah dikatakan oleh mantan menteri kelautan dan perikanan Rokhmin Dahuri. Pernyataan itu tidaklah berlebihan, karena China saja yang luas laut dan panjang garis pantainya hanya setengah dari yang dimiliki Indonesia mampu menjadi produsen ikan terbesar dengan total produksi 41 juta ton per tahun.2 Produksi perikanan di Indonesia terdiri atas dua sumber yaitu perikanan tangkap
dan
perikanan
budidaya
dimana
perkembangannya
mengalami
peningkatan dan penurunan. Untuk produksi perikanan tangkap dari tahun 2001
2)
http://www.dkp.go.id/content.php (diakses tanggal 3 Juli 2007)
sampai dengan tahun 2003 mengalami peningkatan tetapi terus menurun sampai tahun berikutnya, sedangkan untuk produksi perikanan budidaya terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Perkembangan produksi perikanan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Perkembangan Produksi Perikanan di Indonesia, Tahun 2001-2006 (ton) Produksi
Tahun 2001
2002
2003
2004
2005
Perikanan 4.276.720 4.378.495 4.691.796 4.651.121 4.389.050 Tangkap Perikanan 1.076.750 1.137.153 1.224.192 1.468.610 2.163.674 Budidaya Total 5.353.470 5.515.648 5.915.988 6.119.731 6.552.724 Sumber : http://www.dkp.go.id/ (diakses tanggal 07 Juni 2007)
2006 4.163.070 2.625.800 6.788.870
Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup besar dan mempunyai tingkat endemis yang tinggi, lahan yang beraneka ragam, iklim dan cuaca yang bervariasi serta sumber daya manusia yang cukup besar, demikian pula keanekaragaman spesies ikan. Gambaran luas usaha budidaya dan produksi menurut sub sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 4. Di Indonesia terdapat 45% spesies ikan dunia, dan dari sekian banyak spesies tersebut yang belum dibudidayakan masih banyak. Dengan demikian maka pengembangan akuakultur (perikanan budidaya) dapat memberikan hasil yang menjanjikan.3
3)
http://www.dkp.go.id/ (diakses tanggal 3 Juli 2007)
Tabel 4. Luas Usaha Budidaya dan Produksi menurut Sub Sektor Perikanan, Tahun 2001-2005 Rincian
Tahun
Budidaya Laut
Tambak
Kolam
Karamba
Jaring Apung
Sawah
Luas usaha budidaya (Ha)
2001
713
438.010
85.900
80
803
150.680
2002 2003 2004 2005
951 981 1.227 62.629
458.107 480.762 489.811 512.524
94.240 97.821 99.739 107.785
86 93 93 401
807 948 952 966
148.909 151.414 124.495 125.884
2001
221,0
454,7
222,8
39,3
40,7
98,2
2002 2003 2004 2005
234,9 249,2 420,9 890,1
473,1 502,0 559,6 644,0
254,6 281,3 286,2 332,0
40,7 40,3 53,7 67,9
47,2 57,6 62,4 109,4
86,6 93,8 85,8 120,4
Produksi (ribu Ton)
Sumber : http://www.bps.go.id/ (diolah) diakses tanggal 3 Juli 2007
Salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan
adalah
ikan
bawal
air tawar (Colossoma
macropomum). Kegiatan budidaya ikan bawal air tawar di Indonesia belum banyak dilakukan, tidak seperti ikan konsumsi lainnya yaitu ikan mas, lele, gurame ataupun nila, padahal ikan bawal air tawar memiliki beberapa kelebihan diantaranya pertumbuhan yang cepat, dapat dijadikan ikan hias maupun ikan konsumsi sesuai dengan ukurannya, kelangsungan hidup yang tinggi, cara pemeliharaan yang tidak rumit, dan dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi (Arie, 2000). Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : -
Pertumbuhannya cukup cepat
-
Nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan segalanya (omnivora) yang cenderung lebih banyak makan dedaunan
-
Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi lingkungan perairan yang kurang baik
-
Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan gurame
Sumber : Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang.3
4)
Departemen Pertanian http://www.deptan.go.id/ (diakses tanggal 3 Juli 2007)
Di Indonesia sentra produksi tertinggi untuk budidaya ikan bawal air tawar adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa barat dapat dikatakan pelopor karena di Provinsi inilah ikan bawal air tawar pertama kali dikembangkan, dalam satu musim tidak kurang 500 juta ekor benih dijual ke berbagai Provinsi di Indonesia (Arie, 2000). Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra untuk budidaya perikanan air tawar. 1.2. Perumusan Masalah Saat ini pembudidayaan ikan bawal air tawar masih sangat terbatas, hal tersebut terlihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 tersebut produksi perikanan untuk jenis pembenihan ikan bawal air tawar di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 hanya sebesar 4,58 % dari keseluruhan total produksi perikanan budidaya di Kabupaten Bogor. Tabel 5. Pencapaian Produksi Benih Ikan per Jenis Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2006 Benih Ikan (ribu ekor) Persentase produksi (%) No. Jenis Ikan 1. Lele 211.312,495 29,82 2. Mas 209.026,800 29,50 3. Nila 106.273,580 15,00 4. Gurame 79.705,660 11,25 5. Patin 37.394,810 5,28 6. Bawal 32.428,320 4,58 7. Tawes 20.813,665 2,94 8. Tambakan 8.874,285 1,25 9. Mujair 1.360,491 0,19 10. Nilem 706,550 0,10 11. Sepat Siam 697,344 0,10 Total 708.594,000 100,00 Sumber : Data Potensi Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Bogor, 2006 (diolah)
Permasalahan yang dijumpai pada pengembangan ikan ini, antara lain masih rendahnya ketersediaan benih (Efendi, 2005). Usaha penyediaan benih yang berkualitas dan dalam jumlah yang banyak serta berkesinambungan masih
menemukan kendala antara lain adalah kegagalan pembenihan yang masih tinggi sehingga berdampak pada ketidakpastian perolehan pendapatan usaha tani ikan bawal air tawar, sedangkan faktor yang menentukan keberhasilan peningkatan produksi ikan bawal air tawar adalah ketersediaan benih yang berkualitas, benih tersebut tersedia dalam jumlah yang banyak, dan secara berkesinambungan selalu tersedia. Ben’s fish farm merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perikanan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1996 dan merupakan usaha perseorangan yang dimiliki oleh Bapak Adrian sebagai pemilik sekaligus pimpinan. Pada awal berdirinya perusahaan ini memproduksi dan menjual ikan patin dan ikan bawal air tawar, akan tetapi dikemudian hari hingga saat ini perusahaan hanya memfokuskan pada usaha tani ikan bawal air tawar (menjual benih larva ikan bawal air tawar yang berumur 7 hari). Ben’s fish farm terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Produksi perikanan budidaya pembenihan larva di Ben’s Fish farm, seringkali mengalami fluktuasi dalam produksi dan harga. Kegiatan utama dalam budidaya adalah berproduksi, sedangkan untuk berproduksi memerlukan inputinput produksi dimana harga-harga input (pakan pelet untuk indukan, hormon perangsang serta pakan untuk larva) dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang. Selain itu, hasil produksi dan harga jual benih larva ikan bawal air tawar juga sangat dipengaruhi oleh musim memijah ikan. Pada musim penghujan merupakan musim yang baik bagi ikan untuk memijah sehingga hasil produksi tinggi tetapi harga jual benih larva di pasaran mengalami penurunan. Sedangkan pada musim kemarau hasil produksi menurun tetapi harga jual benih larva tinggi.
Dalam pengembangan perikanan budidaya benih larva ikan bawal air tawar perlu diketahui pendapatan dari usahatani yang dilakukan, dalam hal ini yang dilakukan penulis adalah menganalisis pendapatan usahatani serta sensitivitas dari usahatani tersebut untuk dapat melihat nilai ekonomis dari usaha perikanan tersebut. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi pertanyaan adalah : 1.
Bagaimana keragaan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di perusahaan Ben’s fish farm?
2.
Seberapa besar tingkat pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben’s fish farm?
3.
Bagaimana efisiensi dan sensitivitas dari usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar tersebut jika terjadi perubahan-perubahan dalam produksi, seperti kenaikan harga-harga input dan penurunan harga jual?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis keragaan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di perusahaan Ben’s fish farm 2. Menghitung tingkat pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar pada perusahaan Ben’s fish farm 3. Menganalisis efisiensi dari usaha dan sensitivitas pembenihan larva ikan bawal air tawar tersebut jika terjadi perubahan-perubahan dalam produksi, seperti kenaikan harga-harga input dan penurunan harga jual.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam mengevaluasi serta mengembangkan usahanya agar diperoleh keuntungan maksimum 2. Memberikan sumbang saran kepada pemerintah, lembaga-lembaga atau instansi-instansi terkait tentang usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar 3. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya 4. Menambah wawasan penulis mengenai usaha pembenihan ikan bawal air tawar
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Bawal Air Tawar
2.1.1. Silsilah dan Morfologi Ikan Bawal Air Tawar Silsilah (sistematika) ikan bawal air tawar sebagai berikut (Arie, 2000). Filum : Chordata Subfilum : Craniata Kelas : Pisces Subkelas : Neoptergi Ordo : Cypriniformes Subordo : Cyprinoideae Famili : Characidea Genus : Colossoma Spesies : Colossoma macropomum Struktur morfologis ikan bawal air tawar, jika dilihat dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal, bawal memiliki bentuk tubuh pipih (Compressed) dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat, tetapi lambat. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. Pada bawal dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Dibanding dengan badannya bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak
sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam (Arie, 2000). Induk ikan bawal jantan dan betina pada saat masih kecil sangat sulit dibedakan, tetapi setelah dewasa, perbedaan tersebut akan tampak jelas. Perbedaan bawal jantan dan bawal betina dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perbedaan Ikan Bawal Air Tawar Jantan dan Betina Ikan bawal betina Ikan bawal jantan No. 1. Tubuh lebih gemuk Tubuh lebih langsing 2. Warna lebih menyala Warna kurang menyala Setelah matang gonad, akan keluar cairan Setelah matang gonad, perut putih susu bila perut dipijat ke arah 3. lebih gendut, gerakan lambat kelamin, gerakan agresif Sumber : Arie, 2000.
Ikan Bawal merupakan salah satu jenis ikan air tawar terbesar dari golongan ikan neotropik. Pertumbuhan ikan bawal relatif lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis ikan air tawar lain. Ikan bawal yang hidup di perairan alami dapat tumbuh mencapai ukuran berat 30 kilogram per ekor dan panjangnya 90 cm. Jenis ikan bawal yang mulai berkembang di Indonesia adalah Colossoma macropomum dan Colossoma bracipomum. Ikan Bawal air tawar diperdagangkan dengan nama ikan Pacu atau Red Belly Pacu. Di Amerika Serikat dan Venezuela, ikan bawal dikenal sebagai ikan cachama. Di Brazil ikan bawal lebih populer disebut Tambaqui atau Pir Pitanga, sedangkan di Indonesia disebut ikan bawal air tawar. Sebutan ikan bawal di Indonesia ini kemungkinan dipengaruhi oleh nama ikan bawal putih dan bawal hitam yang banyak ditangkap di perairan laut Indonesia yang ketiganya memiliki kemiripan postur tubuh (Morfologi). Masyarakat yang belum memahami morfologi ikan bawal mengalami kesulitan untuk membedakan ikan bawal laut dan ikan bawal air tawar. Oleh karena itu, pedagang ikan seringkali menjajakan ikan dan
menawarkan ikan bawal air tawar sebagai pengganti ikan bawal air laut saat terjadi kelangkaan suplai akibat perubahan musim dan penurunan hasil tangkapan ikan laut (Djarijah, 2001). 2.1.2. Teknik Budidaya Budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan, sedangkan dalam arti luas adalah semua usaha membesarkan dan memperoleh ikan, baik ikan itu masih hidup liar di alam atau yang sudah dibuatkan tempat tersendiri, dengan adanya campur tangan manusia. Jadi, pengertian budidaya tidak hanya memelihara ikan di kolam, tambak, empang, akuarium, sawah, dan sebagainya. Namun, secara luas pengertian ini mencakup juga kegiatan mengusahakan komoditi perikanan di danau, sungai, waduk atau laut. Tujuan budidaya perikanan yaitu untuk mendapatkan produksi perikanan yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan dengan hasil dari ikan yang hidup di alam secara liar. Untuk memenuhi tujuan itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ini. Faktorfaktor tersebut antara lain : Penyediaan benih, pembuatan tempat pemeliharaan, pengairan, pakan/pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit (Rahardi dkk, 1998). 2.1.2.1. Pembenihan Pembenihan adalah kegiatan membiakkan (menghasilkan benih) ikan dalam umur, bentuk dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Sedangkan yang dimaksud dengan benih ikan adalah ikan dalam umur, bentuk dan ukuran tertentu yang belum dewasa, termasuk telur, larva dan biakkan murni algae (Anonimous, 2005). Adapun tahapan pembenihan adalah sebagai berikut:
A. Pemeliharaan Induk •
Pemeliharaan induk atau disebut pula pematangan gonad (telur) merupakan kegiatan pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan.
•
Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 2-4 kilogram per m2 atau 25 induk dengan berat 4 kilogram dalam kolam berukuran 400 m2.
•
Dalam pemeliharaan, induk diberi pakan tambahan berupa pelet dengan kadar protein 35% dan dosis 3% per hari, menjelang musim hujan tiba dosisnya ditambah menjadi 4%.
B. Seleksi Induk •
Satu bulan setelah musim hujan, sekitar bulan Oktober, dilakukan seleksi induk tahap awal. Pada saat itu, induk bawal biasanya sudah ada yang matang gonad.
•
Tanda induk yang matang Gonad - Betina : induk betina yang matang telur dicirikan dengan perut yang buncit dan lubang kelamin berwarna kemerahan. Berat induk betina sebaiknya 4 kilogram. - Jantan : ciri induk jantan yang matang telur yaitu bila perut dipijat ke arah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih susu atau sperma. Perut induk jantan tetap seperti biasa (tidak buncit). Berat induk jantan sebaiknya 3-4 kilogram.
C. Pemberokan •
Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam pemeliharaan induk hingga induk disuntik untuk dipijahkan.
•
Pemberokan ini dilakukan karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di-streeping.
•
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memudahkan dalam membedakan induk yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
•
Pemberokan ini dilakukan selama 2-3 hari. Induk yang gendut akibat pakan biasanya perutnya akan kempes setelah pemberokan.
D. Penyuntikan •
Penyuntikan merupakan kegiatan memasukkan hormon perangsang ke dalam tubuh induk dengan menggunakan alat suntik agar telurnya keluar.
•
Penyuntikan hormon pada induk betina dilakukan dua kali. Penyuntikkan pertama sebanyak sepertiga bagian dan penyuntikkan kedua sebanyak dua per tiga bagian. Selang waktu penyuntikkan pertama dan penyuntikkan kedua adalah 12 jam. Induk jantan hanya disuntik satu kali yaitu bersamaan dengan penyuntikkan induk betina yang kedua.
E. Pemijahan •
Pemijahan ikan bawal air tawar dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu induced breeding dan induced spawning. -
Dalam pemijahan induced breeding, induk jantan dan induk betina yang sudah disuntik dimasukkan ke dalam bak yang berbeda. Tujuannya agar tidak terjadi pemijahan yang tidak diinginkan. Air dalam bak atau kolam tersebut harus tetap mengalir agar induk tidak stres dan proses ovulasi telur tidak terganggu. Sebelum streeping dimulai harus dilakukan pengecekan induk. Tujuannya agar induk
yang di-streeping benar-benar induk yang telah siap. Streeping telur dan sperma dilakukan berulang kali sampai telur dalam tubuh betina keluar semua, demikian juga dengan sperma. Selama proses streeping dilakukan jangan ada air yang masuk ke dalam wadah telur. -
Induced spawning merupakan sistem pemijahan ikan bawal dimana induk-induk yang sudah disuntik tidak di-streeping, tetapi dibiarkan memijah sendiri seperti pemijahan alami. Kelebihan sistem ini yaitu pekerjaan selama pemijahan tidak banyak. Adapun kelemahannya yaitu ada kemungkinan tidak semua telur keluar dan pembuahannya kurang sempurna.
F. Penetasan •
Penetasan merupakan kegiatan merawat telur-telur yang sudah dikeluarkan dari induk betina sampai menetas.
•
Kepadatan telur yang dianjurkan 150-250 butir per liter air. Jika kondisi lingkungan baik telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam dengan persentase minimal 80 %.
•
Daya tetas telur bawal tergantung dari kualitas telur, kualitas air, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti penggantian air dan aliran listrik untuk menghidupkan aerator dan heater.
G. Pemeliharaan Larva Larva (larvae) secara definisi adalah bentuk muda (juvenile) hewan dengan perkembangan tak langsung yang melalui metamorfosis. Bentuk larva dapat sangat berbeda dengan bentuk dewasanya, larva umumnya memiliki organ khusus yang tak terdapat pada bentuk dewasa.5
5)
http://id.wikipedia.org/wiki/. (diakses tanggal 08 desember 2007)
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur yang baru menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Kegiatan ini dapat dilakukan di akuarium dan di kolam. Kelebihan benih pemeliharaan di akuarium adalah lebih terkontrol dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin, tetapi kelemahannya pekerjaan lebih banyak karena harus merawat setiap hari. Adapun kelebihan pemeliharaan di kolam yaitu pekerjaan tidak banyak dan biayanya dapat ditekan serendah mungkin, tetapi kelemahannya adalah kematian lebih tinggi. Setelah larva berumur 4 hari pakan cadangan dalam tubuh larva akan habis, saat itulah larva mulai diberi pakan. Jenis pakan yang diberikan yaitu Naupli Artemia, Brachiounur atau Moina. Setelah berumur 14 hari larva siap ditebar ke kolam pendederan. 2.1.2.2. Penyakit Timbulnya penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu lingkungan, kondisi ikan dan adanya bakteri patogen. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan, misalnya lingkungan memburuk maka kehidupan ikan akan terganggu dan penyakit lebih mudah menyerang. Ada beberapa penyakit yang biasa menyerang ikan bawal yaitu : jamur, bintik putih, dan trichodiniasis. •
Penyakit jamur pada ikan bawal disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Timbulnya penyakit jamur dapat disebabkan oleh penanganan ikan yang kurang baik. Disamping itu, kurangnya pakan, suhu air dan kandungan oksigen yang rendah, kualitas telur yang kurang baik, serta kepadatan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. Apabila telah terjadi serangan, pengobatan dapat dilakukan dengan cara
merendam ikan atau telur dalam malachitgreen 1 mg per liter selama 1 jam atau larutan NaCl 5 gram per liter selama 15 menit. •
Penyakit bintik putih (white spot) pada ikan bawal biasanya disebabkan oleh parasit Ichthyopthirius multifiliis. Faktor pendukung timbulnya penyakit bintik putih yaitu kualitas air yang buruk, suhu air yang rendah (dibawah 240C), ketersediaan pakan yang kurang dan terkontaminasi ikan liar. Penularan dapat terjadi akibat kontak langsung antara ikan dan aliran air. Pengobatan yang dilakukan bila ikan telah terserang yaitu dengan merendam ikan dalam larutan formalin 25 mililiter per m3 yang dicampur dengan malachitgreen oxalate 0,15 gram per m3 air selama 24 jam.
•
Penyakit trichodiniasis disebabkan oleh parasit yang disebut Trichodina sp. Penyakit ini menyerang organ tubuh bagian luar, seperti kulit, sirip dan insang. Ikan yang terserang ditandai dengan adanya luka atau kerusakan pada organ yang diserang dan disertai dengan infeksi sekunder. Pemberantasan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam ikan yang terserang dalam larutan NaCl 500-1000 miligram per liter selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 miligram per liter selama 24 jam. Menurut
penelitian
Efendi
(2005),
menyimpulkan
bahwa
suhu
berpengaruh nyata terhadap nilai kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan harian pada larva ikan bawal air tawar dan kisaran suhu yang terbaik didapat pada suhu 290C - 320C. Selain itu menurut Affandi dan Tang (1998), dalam Efendi (2005), kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan larva ikan bawal air tawar dengan stadia kritis terjadi pada umur 1-20 hari setelah menetas.
2.2.
Pendapatan dan Sensitivitas Usahatani Tingkat pendapatan usahatani untuk setiap komoditas pertanian yang
diusahakan berbeda-beda. Besarnya pendapatan yang diperoleh usahatani sangat tergantung pada biaya-biaya faktor produksi yang digunakan dan harga pada saat komoditas itu dihasilkan. Menurut penelitian Jatmiko (2003), usaha pembesaran ikan gurami dengan biaya usahatani terbesar adalah untuk pengadaan benih dan pakan yang mencapai 53,38 % dan 26,85 % dari total biaya produksi. Hasil panen kolam mencapai 19.774 kilogram per hektar dengan tingkat harga rata-rata yang berlaku Rp 15.295,45 per kilogram, maka penerimaan total yang diperoleh petani ikan sebesar Rp 302.452.228,30 per periode. Dengan demikian petani ikan dalam satu periode pemeliharaan memperoleh pendapatan sebesar Rp 96.510.398,40 per hektar. R/C yang diperoleh sebesar 1,47, yang artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan gurami akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 1,47. Zulkarnaen (2004), menyatakan bahwa usaha budidaya ikan bandeng di PT Mutiara Biru pada musim tanam Januari-Desember 2003, menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh dapat menutupi seluruh biaya produksi. Pendapatan rata-rata perusahaan pada musim kemarau dan musim hujan masingmasing sebesar Rp 21.325.334,- dan Rp 16.149.006,- sedangkan pendapatan ratarata per tahun sebesar Rp 18.737.170,-. Nilai R/C atas biaya total yaitu sebesar 1,31 untuk musim kemarau dan 1,27 untuk musim hujan, sedangkan R/C secara keseluruhan sebesar 1,29.
Menurut penelitian Widadi (2000), analisis pendapatan usahatani budidaya kolam jaring apung untuk ikan Mas, keuntungan yang diperoleh kolam berjumlah 4 unit, adalah Rp 7.403.850,- dan ikan Nila sebesar Rp 6.323.850,-. Nilai R/C untuk produksi ikan Mas adalah 1,246 dan ikan Nila sebesar 1,53. Analisis BEP menunjukkan bahwa nilai titik impas adalah Rp 3.763.467,- untuk produksi ikan Mas dan Rp 2.108.063,- untuk produksi ikan Nila dan jika dilihat dari sisi jumlah produksi, maka BEP tercapai pada saat 602,281 kilogram untuk ikan Mas dan 554,618 kilogram untuk ikan Nila. Bukit (2007), menganalisis kelayakan usaha ikan patin di kabupaten Bogor melakukan analisis sensitivitas untuk ketiga skenario berupa penurunan harga jual output produksi, penurunan output produksi dan kenaikan harga input dominan (harga pakan ikan patin). Dari hasil analisis sensitivitas diperoleh bahwa pada skenario pertama kegiatan pembenihan masih layak dilaksanakan sampai penurunan harga 8,8 %, penurunan volume produksi sampai 8,8 % dan kenaikan harga artemia 22 % dan cacing sutera 25,3 %. Pada skenario kedua kegiatan pembesaran ikan patin masih layak dilakukan hingga penurunan harga output 4,8 %, penurunan volume output 4,8 % dan kenaikan harga pakan sebesar 7,5 %. Sedangkan pada skenario ketiga kegiatan pembenihan dan pembesaran masih layak untuk dilaksanakan hingga penurunan harga benih sebesar 7,8 % dan harga ikan patin turun sebesar 7 %. Penurunan volume produksi benih hingga 7,8 % dan ikan patin sebesar 7 % masih dikatakan layak untuk dilakukan. Kenaikan harga pakan berupa pelet sebesar 19 %, artemia sebesar 17 % dan cacing sutera sebesar 18 % usaha tersebut masih dikatakan layak untuk diusahakan. Dari hasil analisis
tersebut diperoleh bahwa skenario pertama kurang peka terhadap perubahan variabel bila dibandingkan dengan skenario dua dan tiga. Dari penelitian mengenai pendapatan dan sensitivitas usahatani diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis pendapatan usahatani dan menganalisis sensitivitas terhadap komoditi ikan bawal air tawar ini didasarkan pada masih sedikitnya literatur atau pustaka yang menganalisanya.
III.
3.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Definisi Usahatani Menurut Bachtiar Rifai dalam Soeharjo dan Patong, (1973), usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal, yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian dan ke tatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang-orang. Mosher (1968) dalam Mubyarto (1977) mendefinisikan usahatani sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya; dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan output yang melebihi input (Soekartawi, 2002). Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Menurut Tjakrawiralaksana (1985), unsur-unsur pokok usahatani adalah lahan, kerja, modal dan pengelolaan. Keempat unsur tersebut dalam usahatani kedudukannya sama pentingnya. Dari sejarah perkembangan pertanian diketahui bahwa lahan dan kerja adalah unsur-unsur produksi yang mula-mula dipergunakan oleh manusia dalam kegiatan bertani. Unsur modal datang kemudian sebagai hasil perpaduan dari dua unsur yaitu lahan dan kerja. Oleh karena itu, unsur lahan dan kerja seringkali disebut sebagai unsur produksi asli dan modal disebut sebagai unsur yang diturunkan, sedangkan pengelolaan adalah unsur produksi yang berlainan sifatnya dengan ketiga unsur-unsur tersebut. Unsur ini tak berwujud, tapi peranannya dalam proses produksi sangat penting yaitu faktor yang menggerakkan ketiga unsur tersebut dalam menghasilkan produksi. Secara lebih rinci sifat dan peranan keempat unsur tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Unsur Lahan Lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi, yang merupakan bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani adalah tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian dan tempat pemukiman warga tani. Sebagai unsur alam lahan mempunyai bentuk dan sifat. Bentuk dan sifat lahan ini pada hakekatnya merupakan manifestasi daripada pengaruh faktor-faktor alam lainnya seperti topografi, iklim dan jenis tanah yang ada disekelilingnya.
2. Unsur Kerja Kerja adalah daya manusia untuk melakukan usaha, sedang usaha adalah ikhtiar yang dijalankan oleh manusia untuk menghasilkan barang-barang diperlukannya. Pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani karena sifatnya yang berbeda dalam kegiatan produksi, sering dikelompokkan dalam: pekerjaan-pekerjaan yang bersifat produktif; pekerjaan-pekerjaan yang bersifat investasi dan pekerjaanpekerjaan yang bersifat umum. Selanjutnya unsur kerja dalam usahatani sering diklasifikasikan dalam tenaga kerja manusia dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja manusia dibedakan kedalam tenaga pria, tenaga wanita dan tenaga anak-anak. Tenaga kerja dalam usahatani berdasarkan sumbernya dapat berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. 3. Unsur Modal Modal sering diartikan sebagai tiap-tiap hasil yang digunakan untuk menghasilkan output atau alat penghasil yang dihasilkan. Fungsi modal adalah untuk mempercepat atau melipatgandakan hasil. Modal dalam usahatani sering diklasifikasikan ke dalam modal tetap, seperti lahan dan bangunan; modal kerja atau usaha seperti alat-alat, mesin, tanaman di lapangan dan ternak produksi yang dipelihara; serta modal lancar atau berubah seperti bibit atau benih tanaman, pupuk, obat-obatan, makanan ternak serta uang tunai untuk upah buruh. Menurut Suratiyah (2006), dalam arti ekonomi perusahaan modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Atas dasar fungsinya, modal dapat dibagi dalam dua golongan, pertama modal tetap yaitu modal yang dapat dipergunakan dalam
berkali-kali produksi; kedua modal tidak tetap atau modal lancar yaitu modal yang hanya dapat digunakan dalam satu kali proses produksi saja. Pembagian modal atas dasar fungsinya sangat penting sehubungan dengan pembebanan modal dalam memperhitungkan biaya usahatani. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersamasama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian (Hernanto, 1988). 4. Unsur Pengelolaan Pengelolaan adalah unsur produksi yang sifatnya tidak berbentuk, akan tetapi peranannya penting dalam produksi. Dalam usahatani, peran pengelolaan biasanya dibawakan oleh orang yang disebut petani. Menurut Suratiyah (2006), manajemen sebagai sumberdaya juga sangat penting karena sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Dengan demikian, manajemen dapat dikatakan sebagai faktor produksi yang tidak kentara atau tidak dapat diperhitungkan dengan pasti (the intangible part of production). Pengelolaan
(manajemen)
usahatani
adalah
kemampuan
petani
menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya (Hernanto, 1988). 3.1.2. Analisis Usahatani Dalam banyak analisis usahatani yang dilakukan oleh petani atau produsen memang dimaksudkan untuk tujuan mengetahui atau meneliti (Soekartawi, dkk 1990 dalam Soekartawi, 2002) :
a.
Keunggulan komparatif (comparative advantage);
b.
Kenaikan hasil yang semakin menurun (law of diminishing returns);
c.
Substitusi (substitution effect);
d.
Pengeluaran biaya usahatani (farm expenditure);
e.
Biaya yang diluangkan (opportunity cost);
f. Pemilikan cabang usaha (macam tanaman lain apa yang dapat diusahakan); dan g. Baku-timbang tujuan (goal trade-off). Maksud dari tujuh macam analisis usahatani tersebut pada dasarnya sama, yaitu mencari informasi tentang keragaan suatu usahatani yang dilihat dari berbagai aspek. Analisis usahatani pada hakekatnya adalah alat yang digunakan untuk pengukuran keberhasilan usahatani dengan tujuan untuk melihat keragaan suatu usahatani. Beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk melihat keragaan kegiatan usahatani adalah sebagai berikut : 3.1.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Tjakrawilaksana (1985), pendapatan dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai hasil uang atau keuntungan material yang timbul dari pemakaian kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Pendapatan usahatani dapat diartikan sebagai suatu bentuk imbalan untuk jasa petani dan keluarganya dan modal (kekayaan) yang dimilikinya. Sedangkan menurut Soeharjo, A dan Patong, D (1973) menyebutkan bahwa analisa pendapatan memiliki kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik
faktor produksi, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha serta menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Penerimaan usahatani lebih lanjut diterangkan oleh Soekartawi (2002), merupakan perkalian antara produksi dengan harga jual sedangkan biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Menurut
Hernanto
(1988),
klasifikasi
biaya
penting
dalam
membandingkan pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada penyataan pendapatan (income statement). Ada empat kategori atau pengelompokkan biaya, yaitu : 1. Biaya tetap (fixed costs); dimaksudkan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain : pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan kerbau, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain sebagainya. Tenaga kerja keluarga dapat dikelompokkan pada biaya tetap bila tidak ada biaya imbangan dalam penggunaannya atau tidak adanya penawaran untuk itu terutama untuk usahatani maupun diluar usahatani. 2. Biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variable costs). Besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi. Tergolong dalam kelompok ini antara lain : biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang berupa kontrak maupun upah harian dan sewa tanah.
Pembagian biaya atas dasar biaya tunai (cash) dan tidak tunai (non cash), adalah juga penting. Petani biasanya langka biaya tunai, terutama sebelum tanam atau masa pengolahan tanah, dalam keadaan ini terpaksa mencari pinjaman untuk dapat menanam tanaman pilihannya. 3. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak air dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel antara lain berupa biaya untuk pemakaian bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga luar keluarga. 4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap, biaya untuk tenaga keluarga. Sedangkan termasuk biaya variabel antara lain biaya panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan jumlah pupuk kandang yang dipakai. Dalam pembiayaan juga dikenal biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya langsung digunakan dalam proses produksi (actual costs) sedangkan biaya tidak langsung (imputet costs) seperti halnya biaya penyusutan dan lain sebagainya. 3.1.2.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Menurut Soekartawi (2002), R/C ratio merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Selain itu pendapat lain dikemukakan oleh Soeharjo dan Patong (1973) dalam Sumiyati (2006), yang menyatakan bahwa pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, analisa pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan (Revenue Cost Ratio atau R/C Ratio). Analisis ini digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani berdasarkan keuntungan finansial. R/C Ratio menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu-satuan biaya. Apabila
R/C Ratio > 1 berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar dari unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Sedangkan R/C Ratio < 1 menunjukkan bahwa tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh. 3.1.3. Analisis Sensitivitas Analisa sensitivitas (perlakuan terhadap ketidaktentuan) adalah meneliti kembali suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Hal tersebut merupakan satu cara untuk menarik perhatian kepada masalah utama dari analisa proyek : yaitu proyeksi selalu menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan. Pada bidang pertanian proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu : harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil (Gittinger, 1986). Menurut Kadariah, dkk (1976), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya produksi ataupun benefit memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan, yaitu peningkatan biaya operasional dan penurunan produktivitas. Analisis ini perlu dilakukan agar dapat mengantisipasi ketidakpastian atau resiko perubahan-perubahan yang terjadi pada masa yang akan datang. Selain itu, analisis ini juga berfungsi untuk mengetahui sampai sejauhmana suatu kegiatan dapat dikembangkan dan layak atau tdak layak diusahakan.
3.2.
Kerangka pemikiran Operasional Penelitian mengenai analisis usahatani pembenihan larva ikan bawal air
tawar dilakukan dengan menilai pendapatan usahatani yang merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan usahatani ini meliputi pendapatan tunai dan total pendapatan. Pendapatan usahatani diukur dengan mengurangkan penerimaan usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar yang dinilai dari total nilai produk yang dihasilkan dikali jumlah fisik output dengan harga yang terjadi dan alokasi biaya usahatani yang meliputi biaya sarana produksi yang habis terpakai, biaya penyusutan alat-alat produksi, biaya tenaga kerja dan lain-lain. Pendapatan ini kemudian dibandingkan dengan biaya yang terjadi (R/C) untuk mengetahui efisiensi usahatani ini. Bila R/C lebih besar dari satu maka usahatani ini efisien untuk dilaksanakan, tetapi bila nilai R/C lebih kecil dari satu berarti usahatani ini tidak efisien untuk dilaksanakan. Untuk melihat apa yang akan terjadi bila ada perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya maka dilakukan analisis sensitivitas. Berdasarkan uraian di atas maka gambaran dari kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Perusahaan Ben’s Fish Farm
Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Masalah : Bagaimana keragaan usahatani perusahaan? Seberapa besar tingkat pendapatan perusahaan? Apakah usahanya sudah efisien dan bagaimana jika terjadi perubahan-perubahan dalam produksi, seperti kenaikan harga input dan penurunan harga jual produksi?
Penerimaan
Biaya
Total
Tunai
Tunai
Diperhitungkan
Total
Imbangan penerimaan dan biaya usahatani (R/C Ratio)
Pendapatan
Tunai
Total
R/C Tunai
R/C Total
Rekomendasi untuk upaya Peningkatan Pendapatan Usahatani
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian.
IV.
METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Perusahaan Ben’s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Ben’s Fish Farm merupakan salah satu perusahaan tempat budidaya yang sudah berhasil dan berpengalaman dalam kegiatan pembenihan ikan bawal air tawar di Kabupaten Bogor. Kegiatan pengambilan data dilakukan mulai bulan NovemberDesember 2007. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik wawancara langsung kepada pimpinan perusahaan, para staf dan karyawan melalui pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang diambil meliputi data output yang dihasilkan, karakteristik usahataninya dan harga jual, data yang diambil merupakan data pencatatan laporan perusahaan Ben’s fish farm. Data sekunder sebagai data pelengkap dan pendukung data-data primer diatas diperoleh dari berbagai literatur, hasil penelitian terdahulu, penelusuran internet, sumber bacaan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, buku-buku yang relevan serta dari instansi terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Analisis Kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar di perusahaan Ben’s fish farm. Sedangkan analisis kuantitatif yang dilakukan adalah analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio) serta analisis sensitivitas. Data yang diambil adalah data tahun 2006 dan tahun 2007 untuk melihat perbandingan usahatani pada dua tahun tersebut. Hasil analisis kuantitatif akan dinyatakan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Pengolahan data dilakukan secara manual dan program Microsoft Excel XP. 4.3.1. Analisis Usahatani Pembenihan Larva Keuntungan usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar akan dianalisis dalam dua indikator yaitu pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio). Pendapatan usahatani merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. R/C ratio menunjukkan berapa besar penerimaan kotor yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usahatani. 4.3.1.1. Analisis Pendapatan Usahatani Pada analisis usahatani, maka data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (Soekartawi, 2002).
•
Struktur penerimaan usahatani Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : TRi = Yi .Py i yaitu : TR
•
…………………………..
(1)
= Total penerimaan (Rp)
Y
= Produksi yang diperoleh (ekor)
Py
= Harga larva (Rp)
Struktur biaya usahatani Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Secara sistematis hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : n
FC = ∑ X i Pxi …………………………..
(2)
i =1
ialah :
FC
= biaya tetap (Rp)
Xi
= jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap (ekor)
Pxi
= harga input (Rp)
n
= macam input
Rumus (2) juga dapat digunakan untuk menghitung biaya variabel. Karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC); maka : TC = FC + VC …………………………..
(3)
•
Pendapatan usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biayabiaya. Jadi : Pd = TR − TC …………………………..
(4)
Dimana : Pd = pendapatan usahatani (Rp) TR = total penerimaan (Rp) TC = total biaya (Rp) 4.3.1.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan biaya (R/C ratio) Menurut Soekartawi (2002), Analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat digunakan untuk melihat efisiensi usahatani. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : a = R / C …………………………....................
(5)
Keterangan : R
= Py.Y
C
= FC + VC
a
= {(Py.Y)/(FC+VC)}
dimana : R
= penerimaan (Rp)
C
= biaya (Rp)
Py
= harga output (Rp)
Y
= output (ekor)
FC = biaya tetap (Rp) VC = biaya variabel (Rp) Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Jika R/C > 1 ini merupakan indikasi usahatani yang menguntungkan. Semakin besar nilai R/C maka semakin menguntungkan usahatani tersebut.
4.3.2. Analisis Sensitivitas Teknik melakukan analisis sensitivitas adalah dengan cara menghitung ulang ukuran kemanfaatan usahatani dengan menggunakan perkiraan baru dari satu atau lebih komponen biaya atau hasil. Tiap analisa sensitivitas harus dilaksanakan secara terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh perubahan yang terjadi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan dalam mengukur suatu kegiatan usahatani. Manfaat analisis sensitivitas adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan harga produk, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi terhadap suatu usahatani. Perubahan yang terjadi akan mengubah penilaian suatu investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah perubahan harga produk (harga jual larva) yang dilakukan pada dua tingkat harga yaitu pada saat harga menjadi Rp 5,- per larva dan pada saat harga menjadi Rp 12,- per larva. Serta perubahan harga input produksi yang terdiri dari hormon perangsang (ovaprim) yang mengalami penurunan harga sebesar 5 persen dan kenaikan sebesar 15 persen serta mengamati pula input produksi pakan pelet jika terjadi penurunan harga sebesar 5 persen dan kenaikan harga sebesar 15 persen. Penentuan ini didasarkan pada informasi yang diperoleh dari perusahaan mengenai fluktuasi harga jual larva dan harga faktor produksi (ovaprim dan pakan pelet). Harga input produksi ovaprim dan pakan pelet sangat dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang.
V.
5.1.
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan Ben’s fish farm didirikan pada tahun 1996 dan merupakan suatu usaha
pembenihan yang juga bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, pada awal berdirinya perusahaan ini memproduksi ikan patin dan ikan bawal, tetapi kemudian perusahaan ini hanya memfokuskan pada ikan bawal hingga sampai saat ini. Ben’s fish farm merupakan usaha perorangan yang dimiliki oleh Bapak Adrian sebagai pemilik sekaligus pimpinan di perusahaan Ben’s fish farm.
5.2
Lokasi dan tata letak Ben’s fish farm terletak di Kampung Ciaruteun Udik, Desa Cigola,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Usaha pembenihan ini mempunyai luas lahan seluas 2 hektar yang diantaranya terdiri dari 26 buah kolam, 2 buah hatceri, 1 buah mushola, 1 buah rumah karyawan, 1 buah asrama, 1 buah rumah pemilik Ben’s fish farm dan 1 buah dapur. Lokasi Ben’s fish farm memiliki batas-batas sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibeureum, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk Desa Kebon Kopi, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Pecung, dan sebelah barat berbatasan dengan pemukiman Desa Cimayang.
5.3.
Struktur Organisasi Ben’s fish farm merupakan usaha pembenihan ikan konsumsi yang telah
beroperasi dari tahun 1996 sampai sekarang. Struktur organisasi di Ben’s fish farm hingga saat ini masih bersifat kekeluargaan yang dipimpin oleh bapak Adrian. Gambaran umum mengenai struktur organisasi dari Ben’s fish farm tertera pada Gambar 2 berikut :
Direktur Utama
Manajer Produksi
Supervisor Keamanan
Supervisor Produksi
Supervisor Umum
Gambar 2. Struktur Organisasi Ben’s fish farm.
5.4.
Fasilitas Pembenihan Dalam kegiatan produksi, fasilitas pembenihan merupakan faktor penting
dalam menunjang keberhasilan produksi. Fasilitas yang diperlukan dalam usaha pembenihan dapat dibagi menjadi dua bagian yang terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama adalah fasilitas yang harus tersedia dalam budidaya ikan Bawal air tawar. Fasilitas pendukung adalah fasilitas yang mendukung suatu usaha pembenihan ikan Bawal air tawar.
5.4.1. Fasilitas Utama Ben’s fish farm mempunyai fasilitas utama yang terdiri atas wadah, sumber dan instalasi air serta instalasi aerasi. Semua fasilitas utama tersebut sangat dibutuhkan dan harus tersedia dalam pelaksanaan usaha budidaya yang akan dilakukan.
5.4.1.1. Wadah Wadah yang digunakan di Ben’s fish farm untuk kegiatan pembenihan meliputi bak penampungan air (reservoir), wadah pemeliharaan induk (kolam), pemijahan induk, penetasan telur dan pemeliharaan larva serta wadah pengadaan pakan hidup untuk larva ikan bawal air tawar. Bentuk dan ukuran bak yang digunakan pada fasilitas pembenihan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.
Tabel 7. Bentuk dan ukuran bak yang digunakan pada fasilitas pembenihan di Ben’s Fish Farm Jenis Bak Bahan Bentuk Dimensi Kapasitas Jumlah Penampungan Beton Persegi 10 m x 3 m x 1 m 30 m3 1 Air (reservoir) 14,5 m x 6,6 m Pemeliharaan 125 m3 26 Beton Persegi x 1,6 m Induk Fiber Bulat Ø 192 cm 5 m3 Pemijahan 5 glass Penetasan 60 cm x 40 cm Kaca Persegi 63 liter 100 Telur x 35 cm 80 cm x 50 cm Pemeliharaan 160 liter 200 Kaca Persegi x 45 cm Larva Kultur Pakan Plastik Bulat Ø 20 cm 15 liter 5 Hidup Sumber : Data primer
5.4.1.2. Sumber Air Sumber air yang digunakan berasal dari sungai Cisaladak yang mengalir melalui selokan. Air tawar yang berasal dari sungai tersebut dapat langsung digunakan untuk pemeliharaan induk dan untuk kegiatan produksi dalam hatceri. Air yang digunakan dalam hatceri terlebih dahulu diberi perlakuan dengan melalui bak penyaringan kemudian dialirkan dan ditampung dalam tandon. Air tersebut diambil dari kolam pemeliharaan induk yang disedot dengan pompa celup (submersible) dengan daya hisap 130 liter per menit dengan putaran 2.860 rpm dan kemudian dialirkan ke dalam bak penyaringan (filter) berukuran 1,02 m x 0,6 m x 1 m. Setelah melewati bak penyaringan barulah air tersebut ditampung dalam bak penampungan (reservoir) berukuran 10 m x 3 m x 1 m. Air kolam yang berasal dari Cisaladak memiliki pH 7–8. Selain itu, air dalam penampungan tersebut juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Penyedotan air tawar dilakukan menggunakan mesin pompa merk VOSS yang memiliki frekuensi 50 Hz, output 130 watt dan input 220 watt dan disalurkan ke ruang-ruang pembenihan dengan menggunakan selang berukuran 1
inci. Untuk kebutuhan rumah karyawan air disedot dengan pompa merk SANYO dan disalurkan dengan menggunakan pipa paralon berukuran 1 inci.
5.4.1.3. Sistem Aerasi Di Ben’s fish farm, untuk memasok kebutuhan oksigen dalam kegiatan pembenihan digunakan blower berkapasitas 1,45 m3 per menit dan hi-blow dengan kapasitas 60 liter per menit. Blower digunakan untuk penetasan telur dan pemeliharaan larva, sedangkan hi-blow hanya digunakan untuk pemijahan induk. Aerasi didistribusikan dengan menggunakan pipa besi dari blower dan selanjutnya disambungkan pada pipa paralon yang berukuran 1,5 inci dan disalurkan ke dalam akuarium penetasan telur dan pemeliharaan larva dengan menggunakan selang aerasi yang berdiameter 0,5 cm yang dilengkapi dengan pengatur tekanan aerasi. Untuk pemijahan digunakan aerasi yang disalurkan dari hi-blow dengan menggunakan selang yang berukuran 3 per 8 inci yang kemudian diberi pemberat berupa batu berukuran sedang yang dibungkus plastik agar selang tersebut tidak mengapung.
5.4.2.
Fasilitas Pendukung
5.4.2.1. Energi Sumber energi utama yang digunakan untuk aktivitas produksi adalah energi listrik dari PLN. Energi listrik tersebut digunakan untuk kebutuhan pembenihan, meliputi pengoperasian pompa, hi-blow, blower dan sekaligus sebagai penerangan. Kapasitas energi listrik sebesar 4.800 watt. Untuk menanggulangi sewaktu-waktu aliran listrik mati, telah disiapkan sebuah generator set (genset) yang merupakan salah satu fasilitas pendukung energi yang
terdapat di Ben’s fish farm. Genset yang digunakan bermerk Honda dengan spesifikasi voltase 220 volt dan output 5–6 KVA.
5.4.2.2. Oksigen Di Ben’s fish farm, untuk menyuplai kebutuhan oksigen dalam pengepakan atau pengiriman ikan menggunakan gas oksigen. Ben’s fish farm memiliki dua tabung gas oksigen.
5.4.2.3. Bangunan Bangunan yang ada terdiri dari kantor, rumah genset, ruang pengepakan (packing), 1 buah mushola, 1 buah rumah pemilik Ben’s fish farm, 1 buah rumah karyawan, 1 buah asrama, 1 buah rumah jaga dan 1 buah dapur.
5.5.
Kegiatan Pembenihan Larva
5.5.1.
Pemeliharaan Induk
5.5.1.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan Di Ben’s fish farm induk ikan bawal air tawar dipelihara di kolam yang berukuran 14,5 m x 6,6 m x 1,6 m dengan ketinggian air 1,3 meter yang berbentuk persegi panjang. Pemasukan air utama pada kolam pemeliharaan induk menggunakan sistem seri, yaitu dimana air tersebut mengalir pada kolam pertama kemudian dilanjutkan pada kolam kedua dan seterusnya. Kolam pemeliharaan induk juga terdapat outlet yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter 6 inci. Antara induk betina dan jantan ikan bawal air tawar dipelihara pada kolam yang berbeda agar memudahkan dalam penyeleksian induk. Jumlah kolam secara keseluruhan sebanyak 26 kolam tetapi yang digunakan dalam pemeliharaan induk sebanyak 20 kolam.
5.5.1.2. Penebaran Induk Induk ikan bawal air tawar yang ditebar berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu Ciamis, Cianjur, Depok, Sukabumi dan Tasikmalaya. Induk tersebut dibeli dengan harga Rp 25.000 – Rp 30.000 per kilogram. Ukuran induk sekitar 3-4 kilogram per ekor.
5.5.1.3. Pemberian Pakan Pakan yang diberikan untuk induk ikan bawal air tawar berupa pelet. Pakan diberikan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi hari jam 08.00 WIB dan sore hari jam 15.00 WIB. Rata-rata pakan diberikan sebanyak 3 kilogram per kolam induk. Pakan diberikan dengan cara ditebar sedikit demi sedikit di satu titik sampai pakan tersebut habis. Selain pelet, induk bawal juga diberi pakan berupa oncom, daun sente dan keong mas. Pakan tersebut diberikan sebanyak dua hari sekali pada pagi atau sore hari. Pemberian pakan berupa oncom bertujuan untuk mengurangi kadar lemak pada tubuh induk betina, sedangkan daun sente bertujuan untuk mematangkan telur.
5.5.1.4. Pengelolaan Kualitas Air Faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan induk ikan bawal air tawar adalah kualitas air, karena kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya. Salah satu cara dalam menjaga kuantitas air yaitu dengan cara pengaliran air selama 24 jam melalui inlet kolam yang berasal dari sungai Cisaladak. Aliran air pada inlet harus diperhatikan karena pada musim kemarau aliran airnya kecil yaitu 75 liter per menit. Hal tersebut dapat mengakibatkan ikan stres bahkan sampai berenang ke permukaan air karena kebutuhan air untuk kolam pemeliharaan tidak mencukupi. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara pemberian
air pancuran pada kolam yang ikannya mengalami stres. Air pancuran tersebut berasal dari air kolam yang disedot dengan pompa yang berkapasitas 1,38 liter per menit.
5.5.2. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Dalam budidaya ikan, adanya serangan penyakit merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi. Agar penyakit tidak menyerang ikan atau menular pada ikan bawal air tawar lainnya, maka dilakukan pencegahan dan pengobatan. Pencegahan merupakan upaya untuk menjaga agar tidak terjadi serangan, sedangkan pengobatan merupakan upaya untuk mengobati ikan-ikan yang sakit agar sembuh dan tidak menularkan pada ikan lainnya. Induk yang terkena penyakit ditempatkan dalam satu kolam atau dikarantina. Induk bawal yang terkena penyakit dapat dilihat pada tubuhnya di bagian sisik yang terkelupas seperti melepuh, biasanya penyakit tersebut menyerang di seluruh permukaan tubuhnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik dan staf Ben’s fish farm, penyakit tersebut disebabkan oleh jamur (Saprolegnia sp). Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan cara ikan bawal air tawar yang terkena penyakit direndam dengan 3 gram PK (Kalium Permanganat) yang dilarutkan dalam 20 liter air selama 5–10 menit. Saat diobati, selain direndam, luka tersebut harus diusap-usap dengan larutan PK.
5.5.3. Pematangan Gonad Tingkat kematangan dan kualitas gonad yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan untuk pematangan gonad yaitu berupa pelet tenggelam. Frekuensi pakan yang diberikan untuk
pematangan gonad yaitu dua kali sehari. Cara pemberian pakan tersebut yaitu dengan cara pelet tersebut ditebar pada satu titik di kolam pemeliharaan induk. Di Ben’s fish farm seleksi kematangan gonad induk yang dipelihara di kolam tanah dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari. Induk-induk yang akan diseleksi dijaring terlebih dahulu dengan menggunakan jaring hapa. Hal tersebut untuk mempermudah dalam melakukan penyeleksian induk. Setelah dijaring induk tersebut ditangkap satu persatu dan dilakukan pemeriksaan tingkat kematangan gonad. Kegiatan tersebut dilakukan dengan metode kanulasi untuk induk betina dan metode pengurutan (srtipping) untuk jantan. Metode kanulasi pada induk betina yaitu dengan memasukkan selang kanula lalu dihisap dan dicabut secara perlahan-lahan dan diamati kondisi telurnya. Telur yang baik (siap dibuahi) warnanya seragam yaitu putih kebirubiruan dengan ukuran yang seragam. Metode pengurutan (stripping) pada induk jantan dilakukan dengan cara mengurut dari bagian perut ke arah lubang genital. Jantan yang siap dipijahkan ditandai dengan keluarnya sperma berwarna putih susu dan kental.
5.5.4. Pemijahan Induk Ikan bawal air tawar biasanya memijah pada awal musim penghujan terutama pada bulan Oktober sampai dengan bulan April. Di Ben’s fish farm induk bawal dapat dipijahkan setiap hari dengan menyuntikkan obat perangsang (Ovaprim) pada induk ikan bawal air tawar tetapi hasilnya kurang maksimal.
5.5.4.1. Persiapan Wadah Persiapan wadah yang dilakukan pada saat menjelang pemijahan adalah menyiapkan bak fiber yang berkapasitas 5.000 liter sebagai wadah pemijahan ikan
bawal air tawar. Wadah tersebut dicuci dan dibilas terlebih dahulu, setelah bersih diisi dengan air kolam dan diberi aerasi kencang. Selain itu, bak fiber ditutup terpal agar saat ikan bawal air tawar nanti memijah tidak melompat keluar. Terpal tersebut diikat dengan selang aerasi.
5.5.4.2. Teknik Rangsangan dan Pemijahan Hormon yang digunakan sebagai rangsangan dalam pemijahan adalah ovaprim. Hormon tersebut disuntikkan di bagian sirip punggung (intra muscular). Dosis ovaprim yang dipakai untuk induk ikan bawal air tawar betina adalah 0,7 sampai 1 mililiter per kilogram per ekor, sedangkan untuk induk ikan bawal air tawar jantan 0,5 mililiter per kilogram per ekor. Pada induk ikan bawal air tawar betina dilakukan dua kali penyuntikkan, yaitu penyuntikkan pertama sebanyak 30 % dari total dosis dan penyuntikkan kedua sebanyak 70 % dari total dosis. Selang waktu antara penyuntikkan pertama dan kedua adalah 10 jam. Pada ikan bawal air tawar jantan hanya satu kali penyuntikkan dan induk ikan bawal air tawar jantan yang disuntik sebanyak 2 ekor sedangkan satu ekor bawal jantan tidak disuntik. Jantan tersebut dapat terinduksi (ikut memijah) jika kedua ekor jantan yang disuntik memijah. Teknik pemijahan yang diterapkan perusahaan Ben’s fish farm adalah pemijahan semi alami. Pemijahan induk ikan bawal air tawar dilakukan pada bak terkontrol. Perbandingan antara induk betina dan induk jantan dalam pemijahan adalah 1 : 3. Pada ikan yang akan dipijahkan diberi aerasi kencang dengan debit air 75 liter per menit.
5.5.4.3. Pemanenan Telur Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00–09.00 WIB. Ciri-ciri telur yang siap dipanen adalah saat tangan ditempelkan pada telur, telur tersebut tidak ada yang menempel lagi di tangan. Selain itu juga dapat dilihat dari media yaitu sudah tidak ada lagi busa di permukaan airnya. Jika masih terlihat busa di permukaan air, hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak sperma yang belum membuahi telur yang dikeluarkan oleh induk jantan. Perbedaan antara telur yang terbuahi dan tidak terbuahi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Perbedaan telur yang dibuahi (hidup) dengan yang tidak dibuahi (mati) Kondisi Telur Ciri-ciri Terbuahi (hidup) Tidak terbuahi (mati) Warna Transparan Putih susu atau keruh Bentuk Bulat Bulat Diameter 2–3 mm 2–3 mm Sumber : Data primer
Telur dipanen dari bak pemijahan dengan serokan ditampung dalam baskom yang kemudian dipindahkan ke dalam akuarium penetasan. Telur yang dipanen tersebut masih ada yang tidak terbuahi.
5.5.5.
Penetasan Telur
5.5.5.1. Persiapan Wadah Penetasan telur ikan bawal air tawar dilakukan dalam akuarium berukuran 60 cm x 35 cm x 40 cm. Sebelum digunakan wadah tersebut dicuci dan dibilas terlebih dahulu. Selanjutnya akuarium penetasan diisi dengan air kolam sampai ketinggian airnya mencapai 30 centimeter dan diberi aerasi dengan debit aerasi 12 liter per menit.
5.5.5.2. Penebaran dan Inkubasi Telur
Telur yang telah dipanen kemudian ditebar pada wadah penetasan telur. Penebaran telur dilakukan secara merata di setiap akuariumnya. Telur akan menetas selama 18–20 jam dengan daya tetas 38–80 %.
5.5.5.3. Pemanenan Larva Pemanenan larva dilakukan pada pagi hari sekitar jam 07.00–08.00 WIB. Larva hasil penetasan telur tidak dapat langsung dipanen, tetapi harus dibiarkan terlebih dahulu selama 2-3 jam agar larva tahan terhadap goncangan saat pemanenan dan sudah kuat berenang. Larva yang akan dipanen diturunkan terlebih dahulu volume airnya sebanyak 75% untuk memudahkan saat penyerokan larva. Penurunan air dilakukan dengan selang berukuran 1 inci yang diujungnya terdapat corong yang diberi kain strimin, agar saat pemanenan larva tersebut tidak ikut tersedot. Kemudian larva diserok dan ditampung dalam baskom yang berisi air 1 liter. Setelah itu larva dipindahkan ke dalam wadah pemeliharaan larva.
5.5.6.
Pemeliharaan Larva
5.5.6.1. Persiapan Wadah Di Ben’s fish farm wadah yang digunakan untuk pemeliharaan larva berupa akuarium yang berukuran 80 cm x 50 cm x 45 cm. Sebelum larva ditebar atau dipindahkan, wadah pemeliharaan larva tersebut dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut : a)
Pencucian akuarium Akuarium dicuci dengan cara membersihkan dinding dan dasar akuarium
menggunakan spon hingga bersih dari lumut yang menempel. Kemudian akuarium tersebut dibilas hingga bersih. b)
Pengeringan akuarium
Setelah akuarium dibersihkan dari lumut dan kotoran yang menempel, akuarium tersebut langsung dikeringkan dengan cara dipanaskan dengan bara api yang berasal dari kompor selama 1-2 hari. Perlakuan tersebut langsung dilakukan dalam ruang pemeliharaan larva. Pengeringan ini dilakukan bertujuan untuk membunuh hama penyakit dalam akuarium. c)
Penggaraman Penggaraman dilakukan bersamaan dengan pengeringan. Penggaraman
dilakukan dengan menebar secara merata garam krosok ke dasar akuarium pemeliharaan larva. d)
Pengisian air Pengisian air menggunakan pompa dengan debit 34–35 liter per menit dan
akan terisi selama 3,1 menit. Air yang digunakan berasal dari tandon. Saat air dialirkan ke dalam akuarium dengan mengunakan selang, di ujung selang diberi saringan agar kotoran tidak masuk dan meminimalisir hama dan bibit penyakit yang masuk ke dalam akuarium. Wadah tersebut diisi air sampai ketinggian air mencapai 35–40 centimeter.
5.5.6.2. Pemberian Pakan Pemeliharaan larva dilakukan sampai umur 5–7 hari dari penetasan. Larva yang baru menetas tidak diberikan pakan tambahan karena masih menyimpan cadangan makanan berupa kuning telur (yolk egg). Kuning telur akan habis pada saat larva berumur 4 hari dan pakan mulai diberikan yaitu berupa Artemia sp sebanyak 248 ind per mililiter. Bila larva telah berumur 7 hari maka larva siap dipanen untuk dijual.
5.5.6.3. Pengelolaan Kualitas Air Pada saat pemeliharaan larva, wadah pemeliharaan larva harus dalam keadaan terjaga kualitas airnya. Penyiponan pertama kali yang dilakukan pada wadah pemeliharaan larva yaitu pada saat larva berumur satu hari untuk membersihkan cangkang telur yang ada di dasar wadah. Selanjutnya saat larva berumur dua hari dan seterusnya penyiponan mulai aktif dilakukan pada pagi hari jam 06.00 WIB dan sore hari jam 17.00 WIB. Kemudian pergantian air sebanyak 50–60 % dilakukan pada saat larva memasuki hari ketiga dan kelima. Karena larva sudah aktif mendapatkan pakan hidup sehingga media cepat keruh. Selain itu, pergantian air juga dapat meningkatkan nafsu makannya.
5.5.6.4. Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit Penyakit yang sering menyerang larva adalah white spot (bintik putih). Ikan yang terserang penyakit ini ditandai dengan adanya bintik putih pada permukaan tubuh sehingga bagian tersebut akan berwarna pucat, selain itu juga ditandai berkurangnya nafsu makan ikan sehingga secara morfologi dapat dilihat tubuh ikan kurus dan kepala membesar. Faktor pendukung timbulnya penyakit tersebut yaitu suhu air yang rendah. Pencegahan timbulnya serangan penyakit white spot yaitu dengan cara mempertahankan suhu air 280C. Oleh sebab itu, dalam pemeliharaan larva dibutuhkan pemanas ruangan seperti kompor agar suhu tetap stabil. Kemudian jadwal pemberian pakan untuk larva lebih teratur. Larva ikan bawal sangat rentan terhadap serangan penyakit white spot yang terjadi pada umur 7–10 hari.
5.5.7. Pemanenan Larva Pemanenan larva dilakukan pada larva umur 7 hari. Pemanenan yang dilakukan pada wadah pemeliharaan dengan cara airnya diturunkan sampai 10–15 centimeter dari dasar wadah dengan menggunakan selang dan diujung selang terdapat corong yang diberi saringan. Hal tersebut dilakukan agar larva tidak ikut tersaring keluar. Kemudian larva tersebut diserok dengan seser dan larva yang dipanen ditampung dalam baskom besar.
5.5.8. Pengepakan dan Transportasi Larva Larva yang sudah dipanen dibagi kembali ke dalam beberapa baskom kecil yang diisi air sebanyak 2 liter, jumlah larva dalam satu baskom tersebut sebanyak 2.000–3.000 ekor. Setelah pembagian, larva tersebut siap dikemas. Plastik yang digunakan untuk pengemasan adalah plastik berukuran 80 cm x 50 cm dengan tebal 0,4 milimeter dirangkap dua dan ujung sudut-sudut plastik tersebut diikat dengan karet. Plastik tersebut diisi air sebanyak 2 liter kemudian larva dimasukkan ke dalam plastik kemas. Dalam pengepakan larva tersebut diberi pakan Artemia sp, kemudian diisi gas oksigen. Perbandingan antara air dengan gas oksigen adalah 1 : 2. Plastik yang telah diisi gas oksigen diikat dengan karet rangkap dua. Pengangkutan yang dilakukan di Ben’s fish farm yaitu pengangkutan tertutup. Pengangkutan larva bawal dilakukan pada pagi atau malam hari. Untuk pengangkutan jarak jauh, kantong-kantong plastik tersebut dimasukkan dalam karung dan setiap karungnya berisi 12–13 kantong larva. Tetapi jika pengangkutan jarak dekat kantong-kantong tersebut langsung saja disimpan dalam mobil. Setelah kantong kemas sudah disimpan dalam mobil, maka kantong-
kantong tersebut ditutup dengan terpal agar tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah semuanya selesai, siap untuk dikirimkan,
5.5.9.
Penyediaan Pakan Hidup
5.5.9.1. Penetasan Siste Artemia Di Ben’s fish farm, artemia sp merupakan pakan hidup yang diberikan pada larva ikan bawal air tawar karena memiliki kandungan protein dan gizi yang tinggi. Selain itu, artemia berukuran antara 0,4–0,5 µmeter sehingga sesuai dengan bukaan mulut larva ikan bawal air tawar. Wadah yang digunakan untuk menetaskan siste artemia adalah berupa galon dengan kapasitas 15 liter yang diletakkan terbalik dan bagian dasar galon tersebut dipotong. Galon tersebut diisi air tawar sebanyak 8–10 liter yang ditambahkan 250 gram garam dan diberi aerasi dengan debit aerasi 12 liter per menit. Selang aerasi tersebut diberi pemberat berupa potongan batu bata. Setelah garamnya larut, siste artemia baru dimasukkan sebanyak 10 gram sehingga kepadatannya 0,8–1 gram per liter air. Siste artemia akan menetas dalam jangka waktu 18–24 jam. Setelah siste tersebut menetas, aerasi diangkat untuk diendapkan. Kemudian dilakukan penyiponan naupli artemia dengan menggunakan selang berdiameter 3 per 8 inci. Pada saat penyiponan naupli artemia selang tersebut tidak sampai dasar, karena di dasar terdapat banyak cangkang dari naupli tersebut. Selain itu, jika cangkang artemia ikut tersipon maka akan berbahaya bila termakan oleh larva dan bisa menyebabkan kematian. Setalah penyiponan berakhir maka naupli artemia tersebut dipindahkan pada galon yang baru atau bersih.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1.
Analisis Penerimaan Usahatani
6.1.1.
Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006 Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan bahwa jumlah
hasil produksi larva dipengaruhi oleh dua musim, yaitu : Pertama, musim penghujan (musim memijah ikan), dimana pada musim ini hasil produksi baik akan tetapi harga jual larva rendah yaitu sekitar Rp 5–10 per ekor. Kedua, musim kemarau dimana pada musim ini hasil produksi kurang baik, akan tetapi harga jual larva tinggi yaitu antara Rp 9-12 per ekor. Harga jual larva pada tahun 2006 dan tahun 2007 tidak ada perbedaan. Hasil produksi larva yang diperoleh perusahaan pada musim penghujan pada tahun 2006 adalah 62.208.000,- ekor (musim memijah ikan selama 8 bulanan) dengan harga jual rata-rata Rp 7,5 per ekornya. Untuk musim kemarau hasil produksi yang diperoleh adalah 9.849.600,- ekor (musim sulit memijah ikan selama 4 bulanan) dengan harga jual rata-rata Rp 10,5 per ekornya dengan jumlah indukan pada tahun 2006 sebanyak 3.700 ekor. Apabila jumlah hasil produksi tersebut dikalikan dengan harga jualnya maka akan diperoleh nilai produksi atau penerimaan usahatani. Total penerimaan usahatani pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 569.980.800,-. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2006 Uraian
Hasil Produksi (ekor)
1. Penerimaan usahatani Musim Penghujan Musim Kemarau 2. Total penerimaan
62.208.000,9.849.600,-
6.1.2.
Harga Jual Larva (Rp/ekor) 7,50,10,50,-
Pendapatan Perusahaan (Rp) 466.560.000,103.420.800,569.980.800,-
Persen tase (%) 81,86 18,14 100,00
Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2007 Hasil produksi larva yang diperoleh perusahaan pada musim penghujan
pada tahun 2007 adalah 82.944.000,- ekor. Untuk musim kemarau hasil produksi yang diperoleh adalah 13.996.800,- ekor. Pada tahun 2007 total penerimaan usahatani perusahaan mengalami peningkatan hal ini dikarenakan perusahaan menambah jumlah indukan menjadi 5.000 ekor. Total penerimaan usahatani yang diperoleh perusahaan adalah sebesar Rp 769.046.400,-. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Penerimaan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2007 Uraian
Hasil Produksi (ekor)
1. Penerimaan usahatani Musim Penghujan Musim Kemarau 2. Total penerimaan
82.944.000,13.996.800,-
6.2.
Harga Jual Larva (Rp/ekor) 7,50,10,50,-
Pendapatan Perusahaan (Rp) 622.080.000,146.966.400,769.046.400,-
Persen tase (%) 80,89 19,11 100,00
Analisis Biaya Usahatani Analisis pendapatan mengacu kepada konsep biaya yang dikeluarkan,
yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai meliputi biaya yang dikeluarkan untuk biaya ovaprim, artemia, spuit, pakan pelet, pakan oncom, pemakaian listrik, pemakaian telepon, bonus karyawan, minyak tanah, bensin, isi gas oksigen, garam, plastik packing, karet, obat-obatan, tali rafia dan karung
packing. Sedangkan yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya untuk gaji tenaga kerja, abodemen listrik, abodemen telepon, biaya perawatan total dan biaya penyusutan.
6.2.1.
Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006 Berdasarkan Tabel 11 diketahui besarnya biaya total yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada tahun 2006 adalah Rp 271.079.000,-. Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan karena terkait dengan biaya tunai dan biaya diperhitungkan, tetapi dari kedua biaya tersebut yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah biaya tunai karena biaya ini merupakan modal operasional yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahataninya. Proporsi penggunaan biaya tunai ini apabila dilihat dari persentase penggunaan
terhadap
biaya
totalnya
ternyata
lebih
besar
dari
biaya
diperhitungkan. Persentase penggunaan biaya tunai adalah 71,16 persen dari biaya totalnya, sedangkan persentase untuk penggunaan biaya diperhitungkan adalah 28,84 persen dari biaya totalnya. Komponen terbesar dari total biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pakan pelet. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pakan pelet adalah Rp 59.400.000,- atau 21,91 persen. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk biaya plastik packing sebesar Rp 32.640.000,- atau 12,04 persen dari total biaya usahatani. Untuk pengeluaran terbesar selanjutnya adalah biaya ovaprim sebagai hormon perangsang dalam pemijahan ikan yaitu sebesar Rp 32.400.000,- atau 11,95 persen. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk bonus karyawan yang diberikan kepada karyawan jika panen larva. Biaya yang dikeluarkan untuk bonus
karyawan sebesar Rp 21.600.000,- atau 7,97 persen. Untuk pengeluaran terbesar selanjutnya adalah biaya minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar untuk pengatur suhu ruangan dalam pemeliharaan larva dan sebagai pengering akuarium yang bertujuan untuk membunuh hama penyakit dalam akuarium. Biaya yang dikeluarkan untuk minyak tanah ini sebesar Rp 18.000.000,- atau 6,64 persen. Sedangkan sisanya sebesar Rp 28.848.000,- atau 10,64 persen adalah untuk biaya pemakaian listrik, karung packing, pemakaian telepon, artemia, isi gas oksigen, spuit, pakan oncom, bensin, garam, obat-obatan, tali rafia serta karet. Untuk biaya obat-obatan sebesar Rp 600.000,- atau Rp 50.000,- per bulan perusahaan khusus mengalokasikan dana tersebut sebagai biaya untuk menanggulangi penyerangan hama dan penyakit pada ikan bawal air tawar baik terserang maupun tidak terserang. Proporsi penggunaan biaya diperhitungkan terhadap biaya total adalah sebesar 28,84 persen (Rp 78.191.000,-). Komponen terbesar dari biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya penyusutan total yaitu sebesar 18,52 persen (Rp 50.211.000,-). Biaya penyusutan total dapat dilihat perinciannya pada Lampiran 1. Komponen terbesar kedua dari biaya diperhitungkan yaitu untuk biaya gaji tenaga kerja yaitu sebesar 7,97 persen (Rp 21.600.000). Sedangkan biaya yang diperhitungkan selanjutnya adalah biaya perawatan total yang khusus dianggarkan per tahun untuk perawatan sarana dan prasarana yang ada di perusahaan yaitu sebesar 1,84 persen (Rp 5.000.000,-). Sedangkan biaya yang diperhitungkan lainnya yaitu biaya abodemen listrik yaitu sebesar 0,35 persen (Rp 960.000,-), sedangkan sisanya sebesar 0,15 persen (Rp 420.000,-) adalah untuk biaya abodemen telepon.
Tabel 11. Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2006 Uraian Biaya Usahatani • Biaya Tunai : 1. Ovaprim 2. Artemia 3. Spuit 4. Pakan pelet 5. Pakan oncom 6. Pemakaian listrik 7. Pemakaian telepon 8. Bonus karyawan 9. Minyak tanah 10. Bensin 11. Isi gas oksigen 12. Garam 13. Plastik packing 14. Karet 15. Obat-obatan 16. Tali rafia 17. Karung packing Total Biaya Tunai • Biaya Diperhitungkan : 1. Gaji tenaga kerja 2. Abodemen listrik 3. Abodemen telepon 4. Biaya perawatan total 5. Penyusutan total Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya Usahatani
6.2.2.
Jumlah
Harga Satuan (Rp/Bulan)
15 botol 1 kaleng 1 box 30 bal 300 papan 6 orang 600 liter 20 liter 3 tabung 30 pak 160 kg 1 kg 4 rol 400 lbr
2.700.000,280.000,84.000,4.950.000,90.000,800.000,300.000,1.800.000,1.500.000,100.000,180.000,75.000,2.720.000,21.000,50.000,24.000,400.000,-
32.400.000,3.360.000,1.008.000,59.400.000,1.080.000,9.600.000,3.600.000,21.600.000,18.000.000,1.200.000,2.160.000,900.000,32.640.000,252.000,600.000,288.000,4.800.000,192.888.000,-
11,95 1.24 0,37 21,91 0,40 3,54 1,33 7,97 6,64 0,44 0,80 0,33 12,04 0,09 0,22 0,11 1,77 71,16
300.000,80.000,35.000,-
21.600.000,960.000,420.000,5.000.000,50.211.000,78.191.000,271.079.000,-
7,97 0,35 0,15 1,84 18,52 28,84 100,00
6 orang -
-
Jumlah (Rp/Tahun)
Persentase (%)
Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 12 diketahui besarnya biaya total yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada tahun 2007 adalah Rp 337.949.000,-. Kenaikan biaya total tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006 karena perusahaan meningkatkan produktivitasnya yaitu dengan menambah jumlah indukan ikan bawal air tawar, sehingga berdampak terhadap kenaikan biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Apabila dibandingkan dari sisi pengeluaran antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan maka diketahui ternyata proporsi penggunaan biaya tunai
lebih besar dari biaya diperhitungkan. Penggunaan biaya tunai yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 259.758.000,- atau 76,86 persen dari biaya totalnya. Komponen terbesar dari total biaya tunai yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah komponen pakan pelet. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pakan pelet adalah Rp 90.468.000,- atau 26,77 persen. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk biaya ovaprim sebagai hormon perangsang sebesar Rp 60.000.000,- atau 17,75 persen dari total biaya usahatani. Untuk pengeluaran terbesar selanjutnya adalah biaya plastik packing yaitu sebesar Rp 36.720.000,- atau 10,86 persen. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk bonus karyawan yang diberikan kepada karyawan jika panen larva. Biaya yang dikeluarkan untuk bonus karyawan sebesar Rp 21.600.000,- atau 6,39 persen. Untuk pengeluaran terbesar selanjutnya adalah biaya minyak tanah sebesar Rp 18.000.000,- atau 5,33 persen. Sedangkan sisanya sebesar Rp 32.970.000,- atau 9,76 persen adalah untuk biaya pemakaian listrik, artemia, karung packing, pemakaian telepon, isi gas oksigen, bensin, pakan oncom, garam, spuit, obat-obatan, karet serta tali rafia. Pengeluaran untuk biaya yang diperhitungkan tahun 2007 sama dengan biaya yang diperhitungkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 78.191.000,- atau 23,14 persen.
Tabel 12. Analisis Biaya Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish farm Tahun 2007 Uraian Biaya Usahatani • Biaya Tunai : 1. Ovaprim 2. Artemia 3. Spuit 4. Pakan pelet 5. Pakan oncom 6. Pemakaian listrik 7. Pemakaian telepon 8. Bonus karyawan 9. Minyak tanah 10. Bensin 11. Isi gas oksigen 12. Garam 13. Plastik packing 14. Karet 15. Obat-obatan 16. Tali rafia 17. Karung packing Total Biaya Tunai • Biaya Diperhitungkan : 1. Gaji tenaga kerja 2. Abodemen listrik 3. Abodemen telepon 4. Biaya perawatan total 5. Penyusutan total Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya Usahatani
Jumlah
Harga Satuan (Rp/Bulan)
25 botol 2 kaleng 1 box 42 bal 300 papan 6 orang 600 liter 20 liter 3 tabung 35 pak 190 kg 2 kg 4 rol 410 lbr
5.000.000,580.000,84.000,7.539.000,90.000,800.000,300.000,1.800.000,1.500.000,100.000,180.000,87.500,3.060.000,42.000,50.000,24.000,410.000,-
60.000.000,6.960.000,1.008.000,90.468.000,1.080.000,9.600.000,3.600.000,21.600.000,18.000.000,1.200.000,2.160.000,1.050.000,36.720.000,504.000,600.000,288.000,4.920.000,259.758.000,-
17,75 2,06 0,29 26,77 0,32 2,84 1,07 6,39 5,33 0,35 0,64 0,31 10,86 0,15 0,18 0,09 1,46 76,86
300000,80000,35000,-
21.600.000,960.000,420.000,5.000.000,50.211.000,78.191.000,337.949.000,-
6,40 0,28 0,12 1,48 14,86 23,14 100,00
6 orang -
-
Jumlah (Rp/Tahun)
Persen tase (%)
6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani yang diperoleh oleh perusahaan merupakan selisih antara penerimaan perusahaan dengan biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar tersebut. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya bernilai positif. Selisih tersebut akan dinamakan pendapatan atas biaya tunai jika penerimaan totalnya dikurangi dengan
pengeluaran tunai. Pendapatan total usahatani diperolah dari selisih antara penerimaan hasil produksi dengan pengeluaran total usahatani.
6.3.1.
Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva tahun 2006 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa pendapatan perusahaan atas
biaya tunai adalah sebesar Rp 377.092.800,-, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp 298.901.800,-. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,95 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,95,-. Sedangkan total R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,10 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,10,-. Berdasarkan analisis tersebut, kedua nilai R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar bernilai lebih dari satu maka dapat dikatakan bahwa pengusahaan usahatani pembenihan larva pada tahun 2006 efisien. Tabel 13. Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish Farm Tahun 2006 Uraian Jumlah (Rp) Persentase A. Penerimaan 1. Musim Penghujan 466.560.000,81,86 2. Musim Kemarau 103.420.800,18,14 3. Total Penerimaan 569.980.800,100,00 B. Biaya/Pengeluaran 1. Biaya Tunai 192.888.000,33,84 2. Biaya Diperhitungkan 78.191.000,13,72 3. Total Biaya 271.079.000,47,56 C. Pendapatan Tunai (A3 – B1) 377.092.800,66,16 Pendapatan (A3 – B3) 298.901.800,52,44 D. R/C Tunai (A3/B1) 2,95 E. R/C (A3/B3) 2,10
6.3.2.
Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva tahun 2007 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa pendapatan perusahaan atas
biaya tunai adalah sebesar Rp 509.288.400,-, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar Rp 431.097.400,-. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio tunai usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,96 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,96,-. Sedangkan total R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,28 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 1,- maka perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,28,-. Berdasarkan analisis tersebut, kedua nilai R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar bernilai lebih dari satu maka dapat dikatakan bahwa pengusahaan usahatani pembenihan larva pada tahun 2007 efisien. Tabel 14. Analisis Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar di Perusahaan Ben’s Fish Farm Tahun 2007 Uraian Jumlah (Rp) Persentase A. Penerimaan 1. Musim Penghujan 622.080.000,80,89 2. Musim Kemarau 146.966.400,19,11 3. Total Penerimaan 769.046.400,100,00 B. Biaya/Pengeluaran 1. Biaya Tunai 259.758.000,33,78 2. Biaya Diperhitungkan 78.191.000,10,17 3. Total Biaya 337.949.000,43,94 C. Pendapatan Tunai (A3 – B1) 509.288.400,66,22 Pendapatan (A3 – B3) 431.097.400,56,06 D. R/C Tunai (A3/B1) 2,96 E. R/C (A3/B3) 2,28
6.3.3.
Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006 dan Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai R/C ratio atas biaya tunai
dan biaya totalnya, maka diketahui usahatani pembenihan larva pada tahun 2006 dan tahun 2007 yang diusahakan oleh perusahaan Ben’s Fish farm pada dasarnya efisien untuk dilakukan, karena memiliki nilai R/C ratio (atas biaya tunai dan atas total biaya) yang lebih besar dari satu. Hal ini bisa diartikan bahwa usahatani pembenihan larva pada tahun 2006 dan tahun 2007 sama-sama menguntungkan. Namun apabila dilihat dari perbandingan R/C ratio atas biaya tunai antara tahun 2006 dengan tahun 2007 maka diketahui R/C ratio atas biaya tunai tahun 2007 lebih besar dari tahun 2006, yaitu 2,96 sedangkan tahun 2006 R/C ratio sebesar 2,95. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2007 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,96,- dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2006 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,95,-. Tabel 15. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Pembenihan Larva Tahun 2006 dan Tahun 2007 Uraian A.
B.
C. D. E.
Penerimaan 1. Musim Penghujan 2. Musim Kemarau 3. Total Penerimaan Biaya/Pengeluaran 1. Biaya Tunai 2. Biaya Diperhitungkan 3. Total Biaya Pendapatan Tunai (A3 – B1) Pendapatan (A3 – B3) R/C Tunai (A3/B1) R/C (A3/B3)
Tahun 2006 (Rp) (%)
Tahun 2007 (Rp) (%)
466.560.000,- 81,86 103.420.800,- 18,14 569.980.800,- 100,00
622.080.000,146.966.400,769.046.400,-
80,89 19,11 100,00
192.888.000,78.191.000,271.079.000,377.092.800,298.901.800,2,95 2,10
259.758.000,78.191.000,337.949.000,509.288.400,431.097.400,2,96 2,28
33,78 10,17 43,94 66,22 56,06
33,84 13,72 47,56 66,16 52,44
Apabila dilihat dari nilai R/C ratio atas biaya totalnya maka diketahui nilai R/C ratio perusahaan pada tahun 2007 masih lebih besar dari tahun 2006, yaitu 2,28 sedangkan tahun 2006 sebesar 2,10. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2007 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,26,- dan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2006 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,10,-. Adapun yang menyebabkan besarnya nilai R/C ratio pada tahun 2007 karena penerimaan total tahun 2007 lebih besar dari penerimaan total tahun 2006. Besarnya penerimaan total tersebut disebabkan pada tahun 2007 perusahaan telah menambah jumlah indukan ikan bawal air tawar sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Apabila dilihat dari pendapatan atas total biayanya tahun 2007 memperoleh pendapatan atas total biaya yang lebih tinggi dari tahun 2006. Adapun pendapatan tahun 2007 adalah sebesar Rp 431.097.400,-. Sedangkan pendapatan untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp 298.901.800,-. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa usahatani pembenihan tahun 2007 lebih menguntungkan dibandingkan usahatani tahun 2006.
6.3.4.
Analisa Perbandingan Usahatani Ikan Bawal Air Tawar Dengan Usahatani Perikanan Budidaya Lainnya. Untuk mengetahui bagaimana keadaan usahatani ikan bawal air tawar ini
maka perlu adanya perbandingan dengan komoditi perikanan budidaya lainnya. Komoditi perikanan budidaya yang menjadi pembanding adalah ikan gurami dan ikan bandeng. Adapun data untuk ikan bawal air tawar yang digunakan adalah pada tahun 2007.
Pada Tabel 16 diketahui bahwa untuk ikan gurami (berdasarkan hasil penelitian Jatmiko, 2003) total penerimaan usahatani sebesar Rp 302.452.228,30 lebih kecil dibandingkan dengan total penerimaan usahatani ikan bawal air tawar yang sebesar Rp 569.980.800,-. Sedangkan untuk biaya total pada usahatani, ikan gurami total biaya usahataninya sebesar Rp 205.941.829,90 lebih kecil dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan usahatani ikan bawal air tawar yaitu sebesar Rp 271.079.000,-. Selanjutnya untuk total pendapatan usahatani, ikan gurami lebih kecil juga dibandingkan dengan ikan bawal air tawar yaitu Rp 96.510..398,40 untuk ikan gurami dan Rp 298.901.800,- untuk ikan bawal air tawar. Untuk mengetahui efisiensi usahatani dapat dilihat dari hasil R/C ratio. Hasil R/C ratio pada usahatani ikan gurami sebesar 1,47, artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 1,47. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan usahatani ikan bawal air tawar yang sebesar 2,10, artinya usahatani ikan bawal air tawar akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 2,10. Tabel 16. Analisis Perbandingan Usahatani Komoditi Perikanan Budidaya Komoditi Perikanan Budidaya No Uraian Bawal Gurami Bandeng (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) A. Total Penerimaan 569.980.800,- 302.452.228,30 83.534.953,B. Total Biaya 271.079.000,- 205.941.829,90 61.440.315,C. Pendapatan (A – B) 298.901.800,- 96.510..398,40 22.094.638,D. R/C (A/B) 2,10 1,47 1,36
Berdasarkan Tabel 16 diatas diketahui bahwa untuk ikan bandeng (berdasarkan hasil penelitian Zulkarnaen, 2004) total penerimaan usahataninya sebesar Rp 83.534.953,- lebih kecil dibandingkan dengan total penerimaan
usahatani ikan bawal air tawar yang sebesar Rp 569.980.800,-. Sedangkan untuk biaya total pada usahatani, ikan bandeng total biaya usahataninya sebesar Rp 61.440.315,- lebih kecil dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan usahatani ikan bawal air tawar yaitu sebesar Rp 271.079.000,-. Selanjutnya untuk total pendapatan usahatani, ikan bandeng juga lebih kecil dibandingkan dengan ikan bawal air tawar yaitu Rp 22.094.638,- untuk ikan gurami dan Rp 298.901.800,- untuk ikan bawal air tawar. Untuk mengetahui efisiensi usahatani dapat dilihat dari hasil R/C ratio. Hasil R/C ratio pada usahatani ikan bandeng sebesar 1,36, artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan sebesar Rp 1,36. Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan usahatani ikan bawal air tawar yang sebesar 2,10, artinya usahatani ikan bawal air tawar akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 2,10. Berdasarkan perbandingan antara usahatani ikan bawal air tawar dengan dua komoditi perikanan budidaya lainnya yaitu usahatani ikan gurami dan ikan bandeng, maka dapat diketahui bahwa usahatani ikan Bawal air tawar lebih besar pendapatannya daripada usahatani ikan gurami dan bandeng. Sedangkan untuk R/C ratio usahatani tiga komoditi perikanan budidaya tersebut masing-masing efisien, tetapi nilai R/C ratio yang paling besar adalah usahatani ikan bawal air tawar.
6.4.
Analisis Sensitivitas Pada kenyataan di lapangan, adanya fluktuasi harga baik pada harga jual
produksi serta harga input produksi dapat mempengaruhi pendapatan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar, sehingga untuk melihat tingkat kepekaan
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, maka perlu dilakukan analisis sensitivitas. Pada penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas terhadap dua aspek perubahan tingkat harga yaitu pertama, tingkat harga jual larva ikan bawal air tawar (apabila terjadi penurunan tingkat harga jual larva menjadi Rp 5,- dan kenaikan harga menjadi Rp 12,-) dan kedua, tingkat harga-harga input produksi seperti pakan pelet (apabila terjadi penurunan tingkat harga sebesar 5 % dan peningkatan harga sebesar 15 % dari harga awal) dan ovaprim (apabila terjadi penurunan tingkat harga sebesar 5 % dan peningkatan harga sebesar 15 % dari harga awal). Hasil analisis sensitivitas terhadap perubahan harga jual dan harga input produksi (pakan pelet dan ovaprim) dapat dilihat pada lampiran 2.
6.4.1. Analisis Sensitivitas Pada Perubahan Tingkat Harga Jual Larva Ikan Bawal Air Tawar. Pada Tabel 17. dapat dilihat bahwa perubahan harga output atau harga jual larva ikan bawal akan menimbulkan perubahan pada nilai R/C ratio pada masing-masing tingkat perubahan harga. Pada tingkat harga jual turun menjadi Rp 5,- nilai pendapatan usaha tersebut menjadi Rp 146.775.000 dari nilai pendapatan Rp 431.097.400,- penurunan harga jual menjadi Rp 5,- mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar Rp 284.342.400,-. Pada indikator R/C ratio, nilai tersebut pada kasus tersebut menjadi 1,43 dari nilai R/C harga awal sebesar 2,28. Hal tersebut mengindikasikan bahwa usaha tersebut masih dapat menguntungkan untuk terus diusahakan walaupun terjadi penurunan nilai harga jual menjadi Rp 5,- dan penurunan R/C ratio sebesar 0,84 dari R/C ratio harga jual awal. Pada tingkat harga jual naik menjadi Rp 12,- nilai pendapatan usaha tersebut menjadi Rp 825.340.600,- dari nilai pendapatan Rp 431.097.400,-
kenaikan harga jual menjadi Rp 12,- mengakibatkan kenaikan pendapatan sebesar Rp 394.243.200,- kemudian nilai R/C menjadi 3,44 dari nilai R/C harga awal sebesar 2,28 sehingga terjadi kenaikan R/C ratio sebesar 1,17 dari R/C ratio harga jual awal yang berarti bahwa usaha tersebut akan menambah tingkat pendapatan dari harga awalnya akibat dari kenaikan harga output menjadi Rp 12,-. Tabel 17. Kriteria Indikator Pendapatan R/C Ratio
6.4.2.
Analisis Sensitivitas Pengusahaan Larva Ikan Bawal Air Tawar
Tingkat Harga
Tingkat Harga Output
Awal
Rp 5,-
Rp 12,-
431.097.400 2,28
146.755.000 1,43
825.340.600 3,44
Perubahan Harga Input Pakan Pelet
Ovaprim
Turun 5%
Naik 15%
Turun 5%
Naik 15%
279.238.800 1,57
261.145.200 1,51
277.715.400 1,57
265.715.400 1,53
Analisis Sensitivitas Pada Perubahan Tingkat Harga Pakan Pelet dan Harga Ovaprim. Pada kasus terjadinya perubahan harga input, jika mengalami penurunan
harga pakan pelet sebesar 5 % dan kenaikan harga pakan pelet sebesar 15 % dari harga awalnya, maka akan berimbas pada penurunan jumlah pendapatan masingmasing sebesar Rp 151.858.600,- untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar Rp 169.952.200 untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %. Hal tersebut berimbas pula pada nilai R/C ratio dari masing-masing kejadian yang mengalami penurunan nilai R/C ratio sebesar 0,71 untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar 0,76 untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %. Pada kasus lain, bila terjadi perubahan harga input terjadinya penurunan harga ovaprim sebesar 5 % dan kenaikan harga ovaprim sebesar 15 % dari harga awalnya, maka akan berimbas pada penurunan jumlah pendapatan masing-masing sebesar Rp 153.382.000,- untuk harga pakan pelet turun sejumlah
5 % dan
sebesar Rp 165.382.000,- untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %. Hal tersebut berimbas pula pada nilai R/C ratio dari masing-masing kejadian yang
mengalami penurunan nilai R/C ratio sebesar 0,71 untuk harga pakan pelet turun sejumlah 5 % dan sebesar 0,75 untuk harga pakan pelet naik sejumlah 15 %.
VII.
7.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di Ben’s Fish Farm adalah:
1. Suatu usahatani dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya bernilai positif. Diketahui bahwa pendapatan usahatani pembenihan larva pada tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 298.901.800,- menjadi Rp 431.097.400,-. 2. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar pada tahun 2006 dan 2007 mempunyai nilai lebih besar dari satu (>1) artinya selama periode tersebut perusahaan telah efisien dalam menjalankan usaha pembenihan larva ikan bawal air tawar. Hal ini dapat dilihat dari nilai R/C masing-masing pada tahun 2006 dan 2007 adalah sebesar 2,95 dan 2,96. 3. Bila terjadi perubahan harga jual larva ikan bawal air tawar baik yang mengalami penurunan harga menjadi Rp 5,- dan kenaikan harga input pakan pelet dan opavrim sebesar 15 persen, tidak berpengaruh terhadap tingkat efisiensi usaha pembenihan larva ikan bawal. Hal ini disebabkan nilai R/C masing-masing perubahan tersebut adalah sebesar 1,43 untuk harga jual larva dan 1,53 untuk harga pakan pelet dan opavrim. Perubahan tersebut hanya mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat pendapatan yaitu masing-masing sebesar Rp 146.755.000,-, Rp 279.238.800,- dan Rp 277.715.400,-
4. Berbeda halnya bila terjadi kenaikan pada harga jual larva dan penurunan harga pakan pelet dan opavrim. Perubahan tersebut selain akan meningkatkan nilai pendapatan, juga meningkatkan tingkat efisiensi perusahaan Ben’s Fish Farm.
7.2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka Ben’s Fish Farm
perlu mempertahankan tingkat produktivitas usahatani tersebut, baik aspek kelembagaan, aspek teknis maupun aspek manajemen sehubungan dengan tingkat persaingan bisnis yang semakin maju. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek pemasaran larva ikan bawal air tawar yang lebih berorientasi pada tingkat kepuasan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2006. Buku Data Potensi Peternakan dan Perikanan Tahun 2006. Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor. Anonimous, 2005. Definisi dan Karakteristik Statistik Perikanan Budidaya. Dinas Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Bogor. Bogor. Arie, U. 2000. Budidaya Bawal Air Tawar Untuk Konsumsi dan Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. Bukit, A. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dahuri, R. 2002. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Diskusi panel formulasi konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap dan Direktorat Perikanan Budidaya. http://www.bps.go.id/sector/agri/ikan/table4.shtml. Diakses tanggal 3 juli 2007. Djarijah, AS. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta. Efendi, AB. 2005. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar Colossoma macropomum Pada Suhu Media Pemeliharaan 26, 29 dan 320C. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UIPress. Jakarta. Hernanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jatmiko, T. 2003. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurami (Studi Kasus di Desa Cogrek, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Departemen IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kadariah, dkk. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan ketiga. LP3ES. Jakarta. Rahardi, F, Kristiawati, R dan Nazaruddin. 1998. Agribisnis Perikanan. Cetakan 8. Penebar swadaya. Jakarta. Soeharjo, A dan D. Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sumiyati. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Daun (Studi Kasus di Desa Sindangjaya, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat). Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Tjakrawiralaksana, A. 1985. Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Widadi, A. 2000. Analisis Produksi dan Kelayakan Finansial Usahatani Ikan kolam Jaring Apung di Waduk Cirata Jawa Barat. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zulkarnaen, A. 2004. Analisis Efisiensi Faktor Produksi Ikan Bandeng di PT Mutiara Biru, Kamal, Jakarta. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Biaya-biaya Investasi Perusahaan Ben’s Fish Farm Jenis
Satuan
Lahan m2 Bangunan m2 Tandon buah Kolam unit Bak unit pemijahan Induk ekor Hapa unit Akuarium (80 buah x 50 x 45 cm3) Akuarium (60 buah x 40 x 35 cm3) Rak akuarium unit larva Rak akuarium unit penetasan Pompa celup buah Hi-blow buah Genset unit Blower buah Selang aerasi rol Selang 1 inci m Serokan kecil buah Serokan besar buah Ember kecil lusin Ember besar buah Terpal gulung Tabung buah oksigen Timbangan unit gantung Galon aqua buah Instalasi batang paralon Kabel listrik gulung Kompor unit Jumlah total Sumber : data primer
12.500.000 120.000.000 8.000.000 325.000.000
20 20 20
Penyusutan 12.500.000 6.000.000 400.000 16.250.000
2.600.000
13.000.000
10
1.300.000
3.700 2
25.000 300.000
92.500.000 600.000
15 2
6.166.667 300.000
200
80.000
16.000.000
10
1.600.000
100
70.000
7.000.000
10
700.000
1
30.000.000
30.000.000
30
1.000.000
1
1.000.000
1.000.000
5
200.000
4 1 1 4 2 5 5 3 2 6 2
450.000 3.600.000 16.000.000 2.300.000 125.000 9.000 3.000 5.000 25.000 10.000 400.000
1.800.000 3.600.000 16.000.000 9.200.000 250.000 45.000 15.000 15.000 50.000 60.000 800.000
2 15 20 10 3 3 2 2 2 2 2
900.000 240.000 800.000 920.000 83.333 15.000 7.500 7.500 25.000 30.000 400.000
2
1.000.000
2.000.000
10
200.000
1
250.000
250.000
5
50.000
2
30.000
60.000
2
30.000
20
8.000
160.000
5
32.000
1 4 -
50.000 28.000 -
50.000 112.000 660.067.000
3 3 -
16.667 37.333 50.211.000
Jumlah 2.500 1.700 1 26 5
Harga Satuan (Rp) 5.000 120.000.000 8.000.000 12.500.000
Jumlah (Rp)
UT (Thn)
Lampiran 2. Hasil Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Jual dan Harga Input Produksi (Pakan Pelet dan Ovaprim). Uraian A. Inflow I. Musim Penghujan II. Musim Kemarau III.Total Inflow B. Outflow Biaya Tetap : Gaji tenaga kerja Abodemen listrik Abodemen telepon Biaya perawatan total Penyusutan total I. Total Biaya Tetap Biaya Variabel : Ovaprim Artemia Spuit Pakan pelet Pakan oncom Pemakaian listrik Pemakaian telepon Bonus karyawan Minyak tanah Bensin Isi gas oksigen Garam Plastik packing Karet Obat-obatan Tali rafia Karung packing II. Total Biaya Variabel C. Total Outflow (BI + BII) D. Pendapatan (AIII - C) E. R/C (A3 / C)
Harga Awal
Harga Jual Turun Menjadi Rp 5,-
Harga Jual Naik Menjadi Rp 12,-
Harga Pakan Pelet Turun 5 %
Harga Pakan Pelet Naik 15 %
Harga Ovaprim Turun 5 %
Harga Ovaprim Naik 15 %
622,080,000 146,966,400 769,046,400
414,720,000 69,984,000 484,704,000
995328000 167961600 1,163,289,600
622,080,000 146,966,400 769,046,400
622,080,000 146,966,400 769,046,400
622,080,000 146,966,400 769,046,400
622,080,000 146,966,400 769,046,400
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
21,600,000 960,000 420,000 5,000,000 50,211,000 78,191,000
60,000,000 6,960,000 1,008,000 90,468,000 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 259,758,000 337,949,000 431,097,400 2.28
60,000,000 6,960,000 1,008,000 90,468,000 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 259,758,000 337,949,000 146,755,000 1.43
60,000,000 6,960,000 1,008,000 90,468,000 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 259,758,000 337,949,000 825,340,600 3.44
60,000,000 6,960,000 1,008,000 85,944,600 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 411,616,600 489,807,600 279,238,800 1.57
60,000,000 6,960,000 1,008,000 104,038,200 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 429,710,200 507,901,200 261,145,200 1.51
57,000,000 6,960,000 1,008,000 90,468,000 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 413,140,000 491,331,000 277,715,400 1.57
69,000,000 6,960,000 1,008,000 90,468,000 1,080,000 9,600,000 3,600,000 21,600,000 18,000,000 1,200,000 2,160,000 1,050,000 36,720,000 504,000 600,000 288,000 4,920,000 425,140,000 503,331,000 265,715,400 1.53