1 POTENSI P. NUSAKAMBANGAN SEBAGAI LITTLE AMAZONE OF JAVA DAN ALCATRAZ OF INDONESIA *) Oleh: Tarsoen Waryono **)
Pendahuluan
Mencermati cerita dan atau omong-omong tentang Nusakambangan, dulu terkesan sangat menyeramkan dan angker, karena suasana lingkunganya berupa hutan dan merupakan daerah khusus pembinaan narapidana kelas berat. Namun sebaliknya, kini tidak lagi demikian, bahkan setiap insan ingin menginjak dan atau menjelajahinya.
Gambar-1. P. Nusakambangan
Pulau yang dulunya aker ini, kini telah sedikit berubah suasana, di beberapa tempat dijumpai beberapa orang yang bukan narapidana dan atau pegawai Lembaga Pemasyarakatan, akan tetapi mereka adalah karyawan PT. Semen Cibinong Cilacap. Di beberapa tempat dijumpai beberapa orang yang mengaku karyawan perusahaan pengembangan budidaya pisang, serta beberapa masyarakat yang tampaknya sebagai pelaku perambah hutan Nusakambangan.
Akativitas-aktivitas baik yang terkordinasi maupun tidak terkontrol, dalam jangka panjang sangat memungkinkan sebagai salah satu faktor penyebab terdegradasinya lingkungan di pulau yang memiliki potensi wisata alam dan sejarah yang unik.
Potensi Dan Aspek Permasalahannya Panorama alam, baik gua-gua alam, pantai pasir putih, hutan alam hujan tropik basah (cagar alam), serta bangunan bersejarah seperti rumah penjara yang dibangun oleh Belanda, benteng Portugis, tempat peristirahan dan komplek rumah penjara lainnya, merupakan potensi alam dan sejarah yang sangat memungkinkan untuk dijadikan atraksi-atraksi wisata yang berbeda lokasi wisata lainnya. Gua-gua alam yang jumlahnya lebih dari 25 buah, kini masih tumbuh dan berkembang ditinjau dari pertumbuhan staklamit dan stalatitnya, dengan kedalam rata-rata 3-4 meter di bawah permukaan laut. Pantai pasir putih (permisan), merupakan panorama alam pantai yang indah berada di antara laut bebas (samudra hindia) dan hutan alam tropis yang tergolong langka di Jawa Tengah. *). Seminar Regional Penelusuran Daerah Tujuan Wisata Dalam Rangka Otonomi Daerah. LP. Nusakambangan, Kabupaten Cilacap 3 April 2003. **). Staf Pengajar Jurusan Geografi FMIPA-UI.
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
2 Hamparan pantainya bersih, dan merupakan lokasi kawah candradimuka latihan dan pelantikan Tentara Nasional (Kopasus) saat menerima baret merah, setelah melalui perjalanan panjang dari Bandung-Nusakambangan selama satu minggu dan konon ceritanya hanya berbekal gula merah dan garam. Hutan alam tropis Nusakambangan, kini sebagaian telah dipertahankan sebagai kawasan Cagar Alam (hutan tutupan), untuk pelestarian plasma nutfah, mempertahankan jenis-jenis endemik, serta merupakan habitat satwa liar seperti macan kumbang, elang jawa, lutung, trenggiling dan beberapa jenis burung yang tidak lagi dijumpai di daratan kota Cilacap dan sekitarnya. Bangunan sejarah rumah penjara yang dibangun 1912, sebanyak 6 buah komplek, kini masih cukup kokoh, terletak saling berjauhan satu dengan lainnya, dan dihubungan dengan sarana jalan lintas darat. Selain rumah penjara, tempat peristirahan bagi orang-orang Belanda juga dibangun dan dilengkapi dengan sarana olah raga (kolam renang dan lapangan tenis). Nusakambangan hingga tahun 1980-an; merupakan kawasan tertutup, namun kini sebaliknya bahwa aktivitas yang erat kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya alam telah mulai tumbuh dan berkembang. Penambangan bahan baku semen, tam-paknya merupakan salah faktor terdegradasinya batuan dasar kapur, walaupun tin-dakan rehabilitasi lahan telah dirancang dan diimplemtasikan. Pertanyaan yang cukup mendasar, (a) sejauh mana tingkat keberhasilan rehabilitasi kawasan pasca tambang bahan baku semen dilakukan, (b) apakah secara ekologis menjamin pulihnya peranan fungsi ekosistem habitat kapur, setelah hasil rehabilitasi berumur 20 tahun ?, (c) sejauh mana ekses yang terjadi (dampak) turunan terhadap geohidrologi tanah kapur dan gua alam. Mestinya konsepsi rehabilitasi yang aman dan rasional, perlu pemulihan habitat (reklamasi habitat) dengan mendatangkan top soil (lapisan tanah atas) yang bersumber bukan tanah kapur. Demikian halnya dengan rencana pengembangan budidaya pisang juga dinilai tidak rasional. Hal ini mengingat bahwa tanah kapur (dominan) sangat sesitif terhadap air, sedangkan pohon pisang merupakan filter dan tandon air dalam batang tubuhnya. Walaupun sering ditemukan tumbuhan pisang yang lebat daun dan buahnya, akan tetapi terbatas pada tanah-tanah alluvial hasil pencucian top soil (mikro sedimentasi) yang luasnya hanya (± 0,0081%) dari luas Nusakambangan. Akibat-akibat yang cenderung ditimbulkan oleh aktivitas ekonomi melalui pemanfaatan sumberdaya lahan, akan memberikan kontribusi negatif terhadap kondisi fisik wilayah P. Nusakambangan. Diterbitkannya SK. Menteri Kehakiman No.14. UM.01.06.17 tanggal 24 April 1995, tampaknya dapat dipergunakan sebagai alasan kuat bagi Pemeritahan Kabupaten Cilacap untuk mengendalikan kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan sumberdaya bahan baku alam lainnya di Nusakambangan. Atas dasar itulah pengembangan wisata alam P. Nusakambangan kini menjadi strategis kedudukannya, untuk itu kini menjadi tantangan bagi semua pihak untuk “mewujudkannya”
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
3 Mitos Segara Kidul Dan Kembang Wijayakusuma Selain fenomena alam yang unik dan bangunan bersejarah, mitos masyarakat daratan Cilacap dan desa nelayan kampung laut Segara Anakan, secara turun menurun mempunyai ceritera dan mitos yang erat kaitannya dengan pantai (segara kidul, dan Nusakambangan) seperti Kembang Wijaya Kusumah dan Nyi Loro Kidul. Mitos terhadap kembang Wijaya Kusuma, telah banyak diceriterakan dalam seni budaya, apakah dalam ceritera wayang kulit, atau upacara Kesultanan di lingkungan Keraton Solo. Dalam perwayangan, kembang Wijaya Kusuma (Kembang Cangkok Wijaya Kusuma), merupakan senjata ampuh karena mampu menghidupan kembali setiap insan manusia (wayang) yang belum saatnya meninggal. Dalam upacara Kesultanan Solo, kembang ini dianggap sebagai syarat mutlak (sesajen) pada upacara-upacara besar. Berbeda halnya dengan mitos Nyi Loro Kidul, oleh kepercayaan masyarakat pantai dianggap sebagai punggawa (yang berkuasa) di laut Kidul (Selatan). Cerita ini sangat trakdis, karena bentuk-bentuk kejadian-kejadian di laut satu atau dua minggu sebelumnya telah dilontarkan apakah melalui mimpi atau ada seseorang yang konon muncul (wanita cantik) yang memberi tahu kepada salah seorang masyakat (nelayan) yang intinya bakal ada sesuatu yang bakal terjadi.
Aspek Pengembangan Wisata Alam Dan Sejarah Gagasan pengembangan wisata alam Nusakambangan telah banyak dilontarkan. Ada yang menggagas dalam bentuk jalur wisata layang (kereta gantung mulai dari Teluk Penyu dan menuju ke Nusakambangan dan kembali lagi ke stasiun awal). Gagasan lain, sebagai wahana wisata alam kepulauan, dan ada juga yang menggagas khusus wisata alam biologi dan geologi, serta kemungkinan ada beberapa gagasan lainnya. Pendekatan lain yang dinilai rasional dan belum banyak dikembangkan khususnya di daerah tropis adalah wisata alam dan sejarah yang kini menjadi kunci pengembangan yang mampu sebagai daya tarik Nusakambangan untuk dijadikan wahana wisata yang bertaraf internasional. Pendekatan pengembangan wisata bertaraf internasional, pada hakekatnya ingin mengemas potensi Nusakambangan sebagai wahana wisata berbasis alam dan sejarah. Bentuk rancangan pengembangnnya, dipilah menjadi tiga kelompok tujuan wisata yaitu: zona Timur, Tengah dan Barat. Zona Timur, meliputi obyek wisata (a) sejarah dengan mengunjungi Monumen Alteleri Benteng Pendem, Mercusuar Cimiring, (b) Cagar Alam Nusakambangan Timur; (c) petualangan alam gua kledeng, panembang dan sikempis, (d) alam P. Karangbandung yang dikenal dengan Kembang Wijaya Kusuma. Potensi wisata zona Tengah, meliputi obyek wisata (a) sejarah dengan mengunjungi monumen Nusakambangan di Pelabuhan Sodong, pesanggaran dan eks lembaga pemasyarakatan Buntu, (b) petualangan alam penelusuran gua pasir, kelelawar, bisikan, ratu dan putri, (c) menikmati pemandangan alam dengan mengunjungi pesanggrahan yang terletak di puncak bukit, dimana pada tempat ini beberapa rumah penjara terlihat dengan jelas, demikian halnya dengan kota Cilacap dan Kampung laut, serta (d) menikmati panorama pantai pasir putih (Permisan), dengan pemandangan karang dan obak yang besar. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
4 Zona Barat, meliputi obyek wisata (a) petualangan mengunjungi gua-gua alam (salak, ketapang, dan bantar panjang), (b) Eks Lapas Nirbaya Gladagan 1912, (c) Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Hutan Lindung pohon Pahalar.
Konsep Pengembangan Wisata Alam Dan Sejarah Gagasan untuk mempertahankan keaslian, keindahan, keunikan, dan nilai-nilai sejarah, hendaknya dikondisikan sebagai komitmen yang merupakan konsep dan kriteria dasar pengembangan wisata alam Nusakambangan. Pengembangan dalam bentuk fisik dapat dikendalikan, kecuali pada beberapa lokasi yang mutlak diperlukan (dermaga/jalan utama). Konsepsi dasar pengembangannya berdasarkan zona obyek wisata seperti yang digagas oleh beberapa putra daerah. Sarana jalan menuju obyek-obyek wisata berupa jalan setapak, yang dirancang sebagai jalur mikro antara lokasi obyek satu dengan lainnya, dalam suatu wilayah zonase obyek wisata. Keunikan potensi alam P. Nusakambangan, sejarah dan mitosnya, serta mencermati atas dunia usaha kewisataan alam, khususnya di negara-negara tropis berbasis kelautan, mendudukan posisi Nusakambangan menjadi strategis dan sejajar, serta merupakan bagian dari jalur wisata nasional (P. Bali, Prambanan-Borobudur, Nusakambangan dan Alam Priangan Timur). Aspek pengetahuan yang dapat dinikmati oleh setiap insan wisatawan seperti yang telah digagas, ingin mewujudkan Nusakambangan sebagai (a) “little Amazone of Central Java”, dengan atraksi-aktraksi panorama alam Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Barat seluas ± 1.205 ha, (b) “Alcatraz of Indonesia” yang menyerupai panorama kawasan pembinaan narapidana di salah satu Pulau terpencil di Amerika, (c) “Historic Adventure Tourism”, dengan fenomena peninggalan benteng Portugis. Ketiganya gagasan tersebut dipaduserasikan dengan acara-acara adat seperti sedekah bumi dan laut (Jala sudra), adat sekaran dan masih banyak fenomena lain yang belum tergali.
Aspek Pengembangan Wisata Alam Nusakambangan Niat kesungguhan Pemda Cilacap untuk mengembangkan kawasan wisata alam Nusakambangan, telah dilontarkan, diungkap dan dikemas dalam bentuk obsesi terpadu, seperti tersirat dalam Rencana Pembangunan Strategis Pemda Cilacap tahun 2002. Konsepsi dasar inilah yang memposisikan P. Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata unggulan Jawa Tengah yang mampu mendukung terselenggaranya Otonomi Daerah. Selain aspek kebijakan, pembangunan berazaskan keperidian dan aspirasi masyarakat pada dasarnya merupakan strategi yang ingin diwujudkan. Oleh sebab itu rancangan pembangunannya lebih memfokuskan terhadap daya tarik obyek wisata spesifik, direncanakan secara terpadu, terprogram, dan berkelanjutan, serta mengacu atas keselarasan dan kesinambungan pembangunan regional. Dalam pada itu, konsep pembangunannya diarahkan untuk (a) mampu mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya setempat, (b) ketragisan dalam nilai-nilai agama dan adat istiadat lingkungan kehidupan masyarakat, (c) Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
5 memacu pelestarian budaya dan lingkungan hidup, serta (d) kelangsungan hidup kawasan wisata itu sendiri. Lebih jauh bahwa ekoturisme akhir-akhir ini berkembang sebagai fenomena penting dalam industri pariwisata dan upaya konservasi, sebagai satu kesatuan program secara terpadu yang tidak saja mendorong para pengunjung (pelancong) peka terhadap lingkungan, tetapi juga ikut menghidupkan perputaran roda perekonomian daerah. Kegiatan ekoturisme berbasis lingkungan alam, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata, baik dalam perolehan pendapatan asli daerah (PAD), maupun terbinanya pelestarian alam secara berkelanjutan.
Harapan dan Tantangan Keunikan alam, kekayaan budaya serta keindahan lansekap alam tropis P. Nusakambangan (potensi kawasan Cagar Alam dan fenomena lainnya), merupakan aset penting sebagai salah satu tujuan wisata. Namun demikian untuk mewujudkan P. Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata tidaklah sederhana, baik ditinjau dari birokrasi wewenang pengelolaan, sumber dana dan pengelola yang memiliki rasa tanggung-jawab “Sances of belonging”. Upaya menyakinkan kepada semua pihak khususnya terhadap wewenang pengelola (Departemen Kehakiman), Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, Lembaga Biologi Nasional dan beberapa Instansi terkait lainnya, merupakan langkah awal yang ditempuh sebagai jawaban terhadap tantangan yang dihadapi. Kesadaran atas makna pemahaman pentingnya sejarah, pelestarian potensi sumberdaya alam kepulauan, serta pengembangan potensi wilayah sebagai salah satu aset wisata daerah, pada hakekatnya merupakan harapan bagi semua pihak berkepentingan (stakeolder).
Daftar Rujukan Laporan Tahunan Dinas Pariwisata tahun 2000, Kabupaten Cilacap. Wawancara (23 Pebruari 2003), pegawai LP. Nasakambangan, Cilacap
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008