PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA DARUSSALAM CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Septiara Lianasari NIM 1110013000019
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
SEPTIARA LIANASARI. NIM: 1110013000019. Skripsi. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam memotivasi siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan untuk mempelajari bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif deskripsi analisis. Penelitian ini hanya mengangkat tentang motivasi di SMA Darussalam Ciputat. Dalam penelitian ini data diperoleh dan dianalisis dari hasil penelitian lapangan. Data yang digunakan berupa angket tentang motivasi dan angket tentang strategi PBAS. Data kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan positif antara strategi PBAS dengan motivasi siswa belajar bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat. Dari hasil pengolahan data, keduanya tidak mempunyai pengaruh yang kuat antara satu dengan yang lainnya. Hal ini di buktikan dengan rendahnya korelasi antara kedua variabel, yaitu hanya sebesar 0,362. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi Pembelajaran Berorientasi aktivitas Siswa (PBAS) tidak terlalu mempengaruhi motivasi belajar siswa SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Kata kunci: Pengaruh Strategi pembelajaran, strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS), motivasi belajar.
i
ABSTRACT
SEPTIARA LIANASARI. NIM: 1110013000019. Skripsi. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. 2014. The aim of this study is to know the extent of Students Activity Oriented Learning (PBAS) in motivating students of grade X at the Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang to learn the Indonesian Language. The method used in this study is the quantitative method of descriptive analysis,. Study only deals with the motivation of Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang. Study the data is obtained and analized from the result of a field study. Polls on motivation and questionnaires on the PBAS. The data obtained is then processed and analized descriptively. The result study shows that there is no positive connection between PBAS and the students motivation in learning the Indonesian language in the Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang. The data analysis shows that both do not show strong mutual influence. This is proved by the low correlation (0,362) between the two variables. Consequently, it can be concluded that the PBAS strategy only slightly influences the students learning motivation in the Senior High School of Darussalam Ciputat, South Tangerang. Key words: Students Activity Oriented Learning Strategy (PBAS), learning motivation.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari dalam menyusun skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra.Hindun, M.Pd. ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dona Aji Karunia Putra, M. A. sekertaris jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membantu penulis dalam menjalani proses pendidikan. 4. Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd. dosen pembimbing yang selalu memberikan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis selama menyusun skripsi ini. 5. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat serta saran. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Mamet dan Ibu Aminah yang selalu memberikan dukungan terbaik, baik dukungan moril ataupun materil, serta tiada henti-hentinya mendoakan penulis.
iii
iv
7. Bapak Marul Wa’id, S.Ag. selaku kepala sekolah SMA Darusslam Ciputat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Darussalam Ciputat. 8. Siswa-siswi SMA Darussalam Ciputat yang telah berkenan membantu penelitian ini dengan menjadi objek penelitian. 9. Teman-teman seperjuangan, Papat, Tari, Reni, Habibah, Lintang, Arul, Dimas, Puguh, dan Meizar yang selalu memberikan motivasi serta semangat kepada penulis. 10. Keluarga besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010 yang selalu menemani keseharian penulis dalam menuntut ilmu serta menyusun skripsi. 11. Keluarga besar Pojok Seni Tarbiyah (Postar) yang selalu memberikan semangat serta menghibur penulis
saat mengalami kejenuhan dalam
proses penyusunan skripsi. 12. Semua orang yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat dibalas dengan seribu kebaikan lainnya. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang akan datang lebih baik lagi. Depok, 21 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN UJI REFERENSI ABSTRAK .......................................................................................................... i ABSTRACT ........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1 Identifikasi Masalah ............................................................................................. 5 Pembatasan Masalah ............................................................................................ 5 Perumusan Masalah ............................................................................................. 5 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI I. Landasan Teori Strategi Pembelajaran .................................................................................... 8 Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) ..................................... 11 Motivasi Belajar ………………………………………………………..……18 II. Kerangka Berpikir ………………………………………………………….. 27 III. Hipotesis ……………………………………………………………………. 28 IV. Penelitian yang Relevan ……………………………………………………. 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 31
v
vi
Metode Penelitian ..................................................................................................... 31 Variabel Penelitian ................................................................................................... 32 Populasi dan Objek Penelitian .................................................................................. 35 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 35 Teknik Analisis Data ................................................................................................ 40 Hipotesis Statistik ..................................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN Deskripsi Data ................................................................................................ 44 Interpretasi Data ............................................................................................. 72 Profil Sekolah ................................................................................................. 73 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ........................................................................................................ 78 Saran ............................................................................................................... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Kisi-kisi Angket Penelitian variabel X
Tabel 2
: Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y
Tabel 3
: Matrik Populasi dan Sample Penelitian
Tabel 4
: Skala Penelitian Instrumen
Tabel 5
: Angka Presentasi
Tabel 6
: Interpretasi data
Tabel 7
: Pendidik bahasa Indonesia cara mengajarnya menggunakan PBAS sehingga peserta didik aktif dalam belajar
Tabel 8
: Peserta didik senang belajar bahasa Indonesia menggunakan strategi pembelajaran PBAS
Tabel 9
: Pendidik memberikan kebebasan berpendapat kepada peserta didik
Tabel 10
: Belajar dengan PBAS lebih menyenangkan dari pada dengan ekspositori (ceramah)
Tabel 11
: Belajar dengan ekspositori (ceramah) lebih menyenangkan dari pada dengan PBAS
Tabel 12
: Merasa bosan ketika pendidik mengajar dengan ekspositori (ceramah)
Tabel 13
: Dengan PBAS membuat peserta didik lebih aktif dalam belajar
Tabel 14
: Dengan PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia
Tabel 15
: Dengan ekspositori (ceramah) membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia
Tabel 16
: Pendidik selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapatkan nilai bagus
vii
viii
Tabel 17
: Peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri
Tabel 18
: Pendidik menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan tugas
Tabel 19
: Pendidik selalu menilai tugas peserta didik
Tabel 20
: Dengan PBAS pendidik terlihat pasif dalam mengajar
Tabel 21
: Dengan PBAS pendidik terlihat aktif dalam mengajar
Tabel 22
: Peserta didik memberikan pertanyaan kepada pendidik ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti
Tabel 23
: Peserta didik lebih menyukai berdiskusi tentang materi pelajaran yang diberikan dibanding menerima materi pelajaran begitu saja
Tabel 24
: Jika belajar secara berkelompok peserta didik saling mengandalkan satu sama lain
Tabel 25
: Dengan PBAS peserta didik lebih bersemangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 26
: Penerapan PBAS membuat suasana belajar menjadi membosankan
Tabel 27
: Hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 28
: Peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai dengan selesai
Tabel 29
: Peserta didik semangat memerhatikan pendidik menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 30
: Peserta didik mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 31
: Peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri
Tabel 32
: Peserta didik malas berangkat ke sekolah jika ada pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 33
: Peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia asal-asalan
ix
Tabel 34
: Peserta didik belajar bahasa Indonesia ketika ada tugas atau ulangan
Tabel 35
: Peserta didik merasa putus asa jika merasa sulit saat belajar bahasa Indonesia
Tabel 36
: Peserta didik merasa lelah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 37
: Peserta didik suka mengobrol saat pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 38
: Peserta didik mengajukan pertanyaan jika menemukan kesulitan belajar bahasa Indonesia
Tabel 39
: Peserta didik menerima berapapun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik
Tabel 40
: Peserta didik tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai
Tabel 41
: Peserta didik senang mengobrol saat jam pelajaran kosong
Tabel 42
: Peserta didik merasa puas jika nilai ulangan bahasa Indonesia lebih baik dari sebelumnya
Tabel 43
: Peserta didik merasa puas mendapatkan nilai yang rendah
Tabel 44
: Peserta didik tidak mau belajar jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia
Tabel 45
: Peserta didik tidak ingin mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia
Tabel 46
: Peserta didik tetap belajar walaupun pendidik tidak masuk
Tabel 47
: Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y
Tabel 48
: Daftar Siswa SMA Darussalam
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket pengaruh Pendekatan Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Lampiran 2 : Angket pengumpulan data motivasi belajar siswa Lampiran 3 : Surat bimbingan skripsi Lampiran 4 : Surat keterangan penelitian
x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah Motivasi merupakan hal penting dalam sebuah proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi dalam diri, peserta didik dapat belajar dengan sungguh-sungguh sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Motivasi diperlukan untuk mendorong peserta didik agar mereka mau melaksanakan kewajibannya. Banyak peserta didik yang merasa jenuh dengan kegiatan belajar mereka sehingga akhirnya mereka memilih tidak mau belajar. Saat ini banyak peserta didik yang kurang memiliki motivasi dalam belajar karena dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang semakin hari semakin didominasi oleh kecanggihan teknologi, mulai dari game online, media sosial, serta media massa. Hal seperti itu membuat peserta didik menggampangkan belajar karena merasa dirinya telah terbantu oleh kecanggihan teknologi saat ini. Peserta didik terbiasa dimanjakan dengan segala kecanggihan teknologi sehingga mereka menjadi malas dan tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya. Hal ini perlu dikhawartirkan sebab jika semua peserta didik berpikiran seperti ini maka tidak akan ada lagi semangat dalam diri mereka untuk mengejar cita-citanya. Motivasi sudah seharusnya timbul dari dalam diri peserta didik. Salah satu bentuk motivasi yang terdapat dalam diri peserta didik biasanya adalah rasa keingintahuan sebab saat masa-masa remaja peserta didik memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Mereka suka akan hal-hal baru dan senang dalam mengembangkan kemampuan yang terdapat dalam dirinya. Dengan demikian, jika seorang pendidik memberikan tugas maka alangkah baiknya jika peserta didik mengerjakan tugas tersebut bukan karena takut kepada pendidik tetapi
1
2
karena rasa keingintahuan, sehingga lewat tugas tersebut guru secara tidak langsung memotivasi siswa dalam belajar. Selain dari diri sendiri motivasi juga dapat ditimbulkan dari orang lain dan lingkungan sekitar. Pihak sekolah juga bertanggung jawab dalam meningkatkan motivasi peserta didik. Pihak sekolah dan pendidik merupakan orang dewasa yang dapat membantu menanamkan keyakinan pada diri peserta didik bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang menyenangkan serta dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Seorang pendidik sudah seharusnya saat di sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidik harus bisa menanamkan rasa percaya pada diri peserta didik bahwa belajar itu merupakan sesuatu yang menyenangkan. Pendidik dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar sebab pendidik merupakan sumber utama untuk mendorong motivasi setiap peserta didiknya. Banyak hal yang dapat pendidik lakukan, misalnya dengan merangsang motivasi dengan menimbulkan kompetisi di antara peserta didik dengan menjanjikan hadiah yang menarik atau pendidik bisa menggunakan media yang berhubungan dengan minat peserta didik. Gaya mengajar seorang pendidik juga dapat mempengaruhi motivasi peserta didik. Setiap pendidik pasti memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda dan meninggalkan kesan tersendiri bagi peserta didik. Terkadang ada pendidik yang terkesan tak peduli terhadap peserta didiknya sehingga membuat peserta didik malas untuk mengikuti kegiatan belajar yang diajarkan oleh pendidik tersebut. Terlebih lagi dalam mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia, pendidik harus pintar-pintar dalam menentukan strategi serta metode yang digunakan agar peserta didik tidak bosan serta malas memperhatikan karena saat ini banyak peserta didik yang kurang memiliki minat dalam belajar Bahasa Indonesia. Seiring dengan kemajuan teknologi peserta didik semakin terbawa
3
oleh arus modernisasi sehingga lebih memiliki minat terhadap bahasa asing dibandingkan bahasa negeri sendiri. Maka dari itu, sebagai seorangpendidik sudah
seharusnya
dapat
memberikan
perhatian
serta
menunjukkan
semangatnya dalam mengajar. Jika seorang pendidik yang mengajar di kelas dengan keadaan yang ramah, suka memberi pujian, semangat dalam mengajar, memiliki kemampuan mendengar dan berbicara yang baik, serta mampu memberikan contoh materi dengan kehidupan sehari-hari maka peserta didik akan merespon positif sikap tersebut. Salah satu contoh nyata adalah motivasi belajar Bahasa Indonesia peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat , Tangerang Selatan. Nilai pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik di sekolah tersebut memiliki rata-rata terkecil di antara nilai mata pelajaran lainnya. Hal ini juga dibuktikan saat Ujian Nasional (UN). Pada saat itu nilai Bahasa Indonesia tidak ada yang mendapatkan nilai sempurna. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya motivasi peserta didik dalam mempelajari Bahasa Indonesia. Kurangnya motivasi yang dimiliki peserta didik SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan dikarenakan belum adanya rasa butuh dan rasa cinta terhadap Bahasa Indonesia dalam diri mereka. Motivasi mungkin hanya muncul dalam diri peserta didik manakala peserta didik merasa membutuhkan karena bagi peserta didik yang merasa butuh,
mereka
akan
bergerak
dengan
sendirinya
untuk
memenuhi
kebutuhannya. Rasa butuh tersebut seharusnya dapat ditimbulkan oleh guru dengan cara menunjukkan betapa pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa. Misalnya dengan mengaitkan pembelajaran menulis dengan kebiasaan siswa sehari-hari, apakah sudah sesuai tulisan yang mereka buat dengan pelajaran yang disampaikan. Jika belum bagaimana mereka mau menjadi seorang penulis jika tulisan mereka belum sesuai dengan materi yang diberikan. Dengan demikian siswa akan belajar serta mencari tahu berbagai informasi yang bersangkutan dengan materi pelajaran yang mereka pelajari
4
bukan hanya untuk sekedar mendapatkan nilai bagus tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk menimbulkan rasa butuh peserta didik, pendidik sudah seharusnya menggunakan strategi atau pendekatan yang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). Dalam strategi PBAS peserta didik merupakan subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan pada aktivitas peserta didik. Dengan strategi ini peserta didik tidak hanya mengandalkan pendidik dalam memperoleh informasi serta sebagai sumber belajar tetapi juga sebagai fasilisator tehadap kebutuhan belajar peserta didik. Dengan demikian peseta didik dapat lebih mandiri dan lebih aktif dalam belajar. Peserta didik secara tidak langsung memotivasi dirinya sendiri untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang didasari rasa butuh dalam dirinya. Berbeda jika pendidik hanya menggunakan metode ceramah yang memusatkan pendidik sebagai sumber belajar. Hal tersebut membuat peserta didik menjadi bosan di kelas dan tak bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik tidak memiliki rasa butuh yang mengakibatkan tidak adanya motivasi yang timbul dalam diri peserta didik. Adanya keterlibatan peserta didik baik secara fisik atau mental terhadap pembelajaran dapat menunjukkan tingginya perhatian serta motivasi peserta didik untuk mendapatkan materi serta menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena alasan-alasan di atas penulis memutuskan untuk mengambil judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia Kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan.”
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, masalah yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya motivasi dalam diri peserta didik, baik motivasi belajar atau motivasi dalam mengejar cita-cita. 2. Peserta didik kurang memiliki minat dalam belajar bahasa Indonesia. 3. Hadirnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh media massa dan perkembangan
teknologi
terhadap
motivasi
peserta
didik
mempelajari bahasa Indonesia. 4. Kurangnya peran sekolah terutama pendidik dalam menimbulkan motivasi belajarbahasa Indonesia.
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis perlu membatasi masalah yang akan dibahas agar
penjelasannya
tidak
keluar
dari
inti
permasalahannya.
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia kelas X yang berjumlah 116 orang di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan tahun pelajaran 2013/2014 semester genap.
D. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar Bahasa Indonesia kelas X di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan?
6
E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
dalam memotivasi siswa
kelas X di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan untuk mempelajari bahasa Indonesia.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan memiliki beberapa fungsi, baik bagi penulis, pembaca, para akademisi, guru, maupun bagi pihak sekolah.
1) Manfaat Teoretis 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah atau madrasah dalam memicu motivasi peserta didik terutama dalam
belajar
Bahasa
Indonesia
sehingga
membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. 2. Bagi penulis dan pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan mampu membantu menjelaskan apa itu motivasi
serta
seberapa
jauh
pengaruh
strategi
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dalam memotivasi peserta didik terutama motivasi dalam belajar Bahasa Indonesia.
2) Manfaat Praktis 1. Bagi pendidik, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan metode pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi peserta didik. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memicu kreativitas pendidik dalam memicu motivasi peserta didik serta menanamkan sifat kemandirian dalam diri peserta didik.
7
2. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari belajarbahasa Indonesia dan dapat
menciptakan
motivasi
dalam
diri
peserta
didikdalambelajar. Selain itu penelitian ini juga dapat mengajarkan peserta didik untuk selalu aktif dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah. 3. Bagi penulis atau mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan
pengetahuan
tentang
pemilihan
strategipembelajaran yang tepat dalam memotivasi peserta didik sehingga dapat diterapkan saat mengajar di kelas.
BAB II KAJIAN TEORI I.
LandasanTeori A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Strategi merupakan “hal yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan
atau
keberhasilan
dalam
mencapai
tujuan.”1
Orlich
menjelaskan bahwa “Strategy implies thoughtful planning to do something.”2 Strategi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menerapkan suatu rencana. Dari kedua pengertian tersebut strategi adalah suatu konsep kegiatan yang diterapkan agar dapat mencapai tujuan dari kegiatan tersebut. Dalam konteks pendidikan, Gagne berpendapat bahwa “strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.”3 Artinya dalam proses pembelajaran peserta didik harus dapat berpikir secara kritis untuk dapat menganalisis suatu permasalahan serta dapat mengambil keputusan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan demikian strategi merupakan suatu kegiatan yang diterapkan sesuai perencanaan yang telah dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemikiran kritis dalam menghadapi suatu permasalahan.
2. Pengertian Pembelajaran Oemar
Hamalik
mengatakan
“pembelajaran
adalah
suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi , material, 1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2012) h. 126 2 Donald C. Orlich, Teaching Strategies a Guide to Effective Instruction, (Singapore: Wadsworth, 2010), h. 4 3 Iskandar Wassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3
8
9
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.”4 Pengertian pembelajaran juga dijelaskan oleh Mohammad Surya bahwa “pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan.”5 Dari kedua pendapat tersebut dapat diartikan pembelajaran adalah suatu sistem, karena di dalamnya banyak terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang dapat dilakukan setiap individu untuk memperoleh sutau perubahan perilaku yang baru secara menyeluruh. Pembelajaran dalam dunia pendidikan dijelaskan dalam UU SPN No.20.2003 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”6 Artinya pembelajaran bukan hanya proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik melainkan dapat pula dilakukan dengan sumber belajara lainnya yang terdapat di lingkungan belajar (sekolah). Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan yang terjadi antara si pembelajar dengan sumber belajar dengan tujuan untuk memperoleh perubahan secara menyeluruh, baik perubahan perilaku maupun pemikiran yang baru.
3. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan “suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan pendidik dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.”7 Sama halnya dengan pendapat di atas, Dick dan Carey juga berpendapat bahwa “strategi
4
Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 7 ibid, h.7-8 6 Ibid, h. 8 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2012) h. 126 5
10
pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa.”8 Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berisikan materi serta prosedur pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk menimbulkan hasil belajar yang efektif dan efisien.
4. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan “Rowntree mengelompokkannya menjadi beberapa jenis, yakni strategi penemuan atau exposition-discovery learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual.”9 Mengacu pada jenisjenis strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh Rowntree, terdapat delapan jenis strategi pembelajaran yang telah dikembangkan dari jenis strategi sebelumnya, yakni: a. b. c. d. e. f. g. h.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE) Strategi pembelajaran Inkuiri (SPI) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Strategi Pembelajaran Afektif10
B. PembelajaranBerorientasiAktivitasSiswa (PBAS) Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa merupakan system pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, “pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada
8
Masitoh, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2012) h. 128 10 Ibid, h. 129 9
11
aktivitas siswa.”11 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. 1.
KonsepPembelajaranBerorientasiSiswa (PBAS) PBAS dapat dipandang sebagai “suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas peserta didik secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.”12 Dari konsep tersebut terdapat dua hal yang dapat dipahami. Pertama jika dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas peserta didik secara optimal sehingga terdapat keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, dan emosional. Seorang peserta didik yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti mereka memiliki kadar PBAS yang rendah dibandingkan dengan siswa yang mencatat. Kemungkinan mereka diam untuk menyimak serta menganalisis apa yang disampaikan oleh guru karena mereka yang menyimak tersebut itu secara mental aktif. Sebaliknya jika siswa yang hanya sibuk mencatat tak bisa dikatakan memiliki kadar PBAS yang tinggi karena hanya secara fisik aktif mencatat tapi tak diikuti oleh aktivitas mental dan emosi. Hal kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).Artinya dalam PBAS pembentukan peserta didik secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan peserta didik yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan.
11
. WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, (Bandung : KencanaPrenada Media, 2006), h. 135 12 Ibid, h. 137
12
2.
Tujuan PBAS PBAS bertujuan membentuk peserta didik yang cerdas sekaligus memiliki sikap positif dan secara motoric terampil, misalnya kemampuan menggeneralisasi, kemampuan mengamati, kemampuan mencari
data,
kemampuan
untuk
menemukan,
menganalisis,
mengkomunikasikan hasil penemuan. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari pendekatan PBAS. Secara khusus PBAS bertujuan “meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakana.”13Artinya, melalui PBAS peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk keduanya. Selanjutnya PBAS bertujuan “mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik.”14 Melalui PBAS peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sikap, keterampilan dan kognitif mereka. 3.
Peran Pendidik dalam Implementasi PBAS Banyak tanggapan yang salah tentang peranan pendidik dalam implementasi PBAS, yakni tanggapan yang menyatakan bahwa pendidik tidak memiliki peranan penting dalam PBAS. Tanggapan tersebut tentu saja tidaklah tepat walaupun PBAS disusun untuk meningkatkan aktivitas peserta didik, tetapi pendidik juga mempunyai peran penuh di dalamnya. Pendidik dan peserta didik merupakan subjek belajar dalam PBAS tetapi dibedakan dalam pembagian tugasnya. Misalnya, ketika peserta didik sedang melakukan kelompok diskusi, pendidik tidak hanya diam tetapi juga memperhatikan serta mengamati kegiatan diskusi tersebut terlebih lagi pendidik secara aktif memberi bantuan kepada peserta didik yang memerlukannya. “Hal ini dikarenakan pendidik tidak hanya bertugas menyampaikan materi saja melainkan pendidik harus mampu membantu siswa untuk aktif. Baik
13
Ibid, h. 138 Ibid
14
13
dalam
berdiskusi,
sebagainya.”
belajar
memecahkan
masalah,
dan
lain
15
Dalam mengimplementasikan PBAS, pendidik bukanlah satusatunya sumber belajar yang memberikan materi pelajaran kepada peserta didik, akan tetapi bagaimana caranya agar pendidik dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Penerapan PBAS menuntut pendidik untuk kreatif dan inovatif agar gaya mengajarnya sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pendidik dalam menerapkan PBAS, yakni: a. Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh pendidik, akan tetapi diharapkan peserta didik pun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya. b. Menyusun tugas-tugas belajar bersama peserta didik. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan pendidik akan tetapi melibatkan peserta didik. Hal ini penting dilakukan untuk memupuk tanggung jawab peserta didik. Biasanya manakala peserta didik terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, mereka akan lebih bertanggung jawab untuk mengerjakannya. c. Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan. Dengan memberitahukan rencana pembelajaran, maka peserta didik akan semakin paham apa yang harus mereka lakukan. Hal ini mendorong peserta didik untuk belajar lebih aktif dan kreatif. d. Memberikan bantuan dan pelayanan kepada peserta didik yang memerlukannya. Pendidik perlu menyadari bahwa peserta didik memiliki kemampuan yang beragam. Oleh karena keragamannya itulah pendidik perlu melakukan kontrol kepada setiap peserta didik, terutama kepada peserta didik yang dianggap lambat dalam belajar. e. Memberikan motivasi, mendorong peserta didik untuk belajar. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan. Dalam PBAS pertanyaan tidak semata-mata berfungsi untuk menguji kemampuan peserta didik, akan tetapi lebih dari itu. Melalui pertanyaan, pendidik dapat mendorong agar peserta didik 15
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 8
14
termotivasi untuk belajar, atau melalui pertanyaan pula pendidik dapat membimbing peserta didik berpikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu, kemampuan yang berhubungan dengan berbagai keterampilan bertanya harus dimiliki oleh pendidik. f. Membantu peserta didik dalam menarik suatu kesimpulan. Dalam implementasi PBAS, pendidik tidak menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajarinya. Proses dan kesimpulan apa yang dapat ditarik sebaiknya diserahkan kepada peserta didik. Pendidik berperan hanya sebagai pembantu dan pengarah dalam merumuskan kesimpulan.16 Selain peran yang disebutkan di atas, pendidik masih memiliki tugas serta tanggung jawab lain. Contohnya, saat peserta didik memerlukan informasi tertentu dalam mencari materi pelajaran, maka pendidik sudah seharusnya dapat menunjukkan bagaimana peserta didik dapat memperoleh informasi tersebut. Dengan demikian pendidik tidak hanya sebagai sumber belajar, tetapi juga berperan sebagai fasilitator dan penunjuk dalam memanfaatkan sumber belajar. 4.
Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran Penerapan PBAS dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat dilakukan dengan diadakannya diskusi kelompok, penyusunan laporan, pemecahan masalah, dan kegiatan lainnya yang memerlukan keaktifan peserta didik. Tidak hanya itu, PBAS juga dapat ditentukan oleh aktivas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Dengan demikian, penilaian kadar PBAS tidak hanya dapat ditentukan oleh penilaian aktivitas fisik saja, tetapi aktivitas fisik dan nonfisik. Akan tetapi itu semua hanya dapat diketahui oleh peserta didik itu sendiri, karena pendidik belum tentu dapat memastikan bahwa peserta didik yang sibuk mendengarkan penjelasan memiliki kadar PBAS yang tinggi. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran memiliki kadar PBAS yang tinggi, sedang,
16
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, (Bandung : KencanaPrenada Media, 2006), h.139-140
15
atau lemah, dapat kita lihat dari kriteria penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, maupun evaluasi hasil pembelajaran. Jika peserta didik aktif dalam ketiga aspek tersebut maka kadar PBAS semakin tinggi. a. Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan 1) Adanya keterlibatan peserta didik dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran. 2) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menyusun rancangan pembelajaran. 3) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan. 4) Adanya keterlibatan peserta didik dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan. b. Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran 1) Adanya keterlibatan peserta didik baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi peserta didik untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. 2) Peserta didik belajar secara langsung (experiental learning). Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui pengalaman nyata seperti merasakan, mengoperasikan, dan melakukan sendiri. Demikian juga pengalaman itu bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi dalam kelompok. 3) Adanya keinginan peserta didik untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif. 4) Keterlibatan peserta didik dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran. 5) Adanya keterlibatan peserta didik dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung. 6) Terjadinya interaksi yang multi-arah, baik antar peserta didik dengan peserta didik lainnya atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua peserta didik secara merata. c. Kadar PBAS ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
16
1) Adanya keterlibatan peserta didik untuk mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. 2) Keterlibatan peserta didik secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya. 3) Kemauan peserta didik untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.17
5.
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS a. Pendidik Pada proses belajar mengajar di kelas pendidik merupakan titik tumpu yang menentukan keberhasilan penerapan PBAS. Pendidik merupakan orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pendidik dalam menerapkan PBAS, yakni: 1) Kemampuan pendidik Faktor pertama ialah kemampuan pendidik. Pendidik yang mempunyai kemampuan tinggi akan pasti memiliki kreatifitas yang tinggi serta inovatif dalam menerapkan metode belajar di kelas. Pendidik juga tak hanya mampu membuat perencanaan pembelajaran, tetapi juga harus mampu dalam proses pembelajaran serta evaluasi pembelajaran. 2) Sikap profesional pendidik Pendidik yang memiliki sikap profesional yang tinggi sudah pasti memiliki motivasi yang tinggi pula dalam mengajar. Jika sudah memiliki motivasi yang tinggi, pendidik akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal agar tercapai tujuan pembelajaran. Terkadang dengan semangat tingginya itu pendidik tak pernah merasa puas sehingga ia akan selalu terus belajar serta menambah wawasannya dan meningkatkan kemampuan mengajarnya.
17
Ibid, h. 141-142
17
3) Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar pendidik Dalam penerapan PBAS, latar belakang serta pengalaman pendidik dalam mengajar juga memiliki pengaruh yang besar. Latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan pendidik memiliki wawasan yang luas tentang dunia pendidikan. Sama halnya pula dengan pengalaman. Jika pendidik sudah memiliki pengalaman mengajar, maka ia tidak perlu susah untuk beradapatasi dengan lingkungan sekolah, khususnya dengan hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. b. Sarana Belajar Selain pendidik, ketersediaan sarana belajar juga memiliki pengaruh dalam implementasi PBAS. Yang termasuk sarana belajar meliputi: 1) Ruang kelas Bentuk serta kondisi ruang kelas merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan PBAS. Jika ruang kelas terlalu sempit serta tidak dilengkapi dengan jendela ataupun ventilasi maka peserta didik tidak akan nyaman dalam belajar. 2) Media dan sumber belajar PBAS
adalah
pendekatan
pembelajaran
yang
berkaitan dengan multimedia karena dalam penerapan PBAS peserta didik belajar tidak hanya dari pendidik tetapi juga dari berbagai sumber informasi, baik dari media grafis seperti buku dan surat kabar atau dari media elektronik seperti komputer, televisi, atau internet. Keberhasilan penerapan PBAS sangat dipengaruhi oleh pemanfaatan dan ketersedian media dan sumber belajar. 3) Lingkungan belajar
18
Faktor keberhasilan
selanjutnya PBAS
adalah
yang
mempengaruhi
lingkungan
belajar.
Lingkungan belajar terbagi menjadi dua, yakni lingkungan belajar secara fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi sekolah, seperti jumlah kelas, jumlah pendidik, jumlah toilet, perpustakaan, kantin serta lokasi sekolah tersebut. Lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah. Seperti hubungan antara pendidik dengan kepala sekolah, pendidik dengan pendidik lainnya, atau hubungan antara pihak sekolah dengan wali peserta didik. PBAS merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan usaha dari setiap orang yang terlibat.
C. Motivasi Belajar 1. Motivasi a. Pengertian Motivasi Surya mengatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai “suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah pada kepada suatu tujuan tertentu.”18 Sedangkan menurut Nana Syaodih, motivasi merupakan “suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan, motif, kebutuhan dan keinginan.”19 Pengertian motivasi lainnya juga dikemukakan oleh Carole Wade, yaitu motivasi merupakan “suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.”20 Dari ketiga pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ditimbulkan 18
Mohamad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung : C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 99 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 64 20 Carole Wade, Psikologi Edisi Kesembilan, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 144 19
19
suatu desakan atau kebutuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau pun menghindari hal yang tidak diinginkan. b. Bentuk Motivasi Motivasi
merupakan
faktor
kunci
bagi
kesuksesan
pembelajaran. “Idealnya motivasi haruslah intrinsik yakni, pembelajar memiliki motivasi diri (self motivating).”21 Sebagai manusia memang sudah seharusnya memiliki motivasi dalam diri meskipun motivasi tak hanya dapat ditimbulkan dalam diri melainkan dapat pula ditimbulkan dari luar diri kita. Kita pun dapat tergerak untuk mencapai suatu tujuan jika terdapat motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam diri kita. Edward Deci juga mengatakan bahwa, “secara konsep umum motivasi adalah derajat di mana para pembelajar secara intrinsik atau ekstrinsik termotivasi untuk berhasil dalam suatu kegiatan.”22 Dapat disimpulkan jika motivasi memang terbagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1) Motivasi intrinsik Carol Wade berpendapat, motivasi intrinsik merupakan “suatu keinginan untuk melakukan sesuatu karena memang menikmati kepuasan dalam melakukan tindakan tersebut.”23 Sedangkan Edward Deci mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai “aktivitas yang untuk itu tidak ada imbalan jelas kecuali aktivitas itu sendiri.”24 Artinya, motivasi intrinsik merupakan suatu keinginan melakukan tindakan yang memang atas dasar kemauan tersendiri untuk merasakan kepuasaan dari tindakan yang telah dilakukan tanpa perlu dijanjikan suatu imbalan. 21
Gavin Reid, Memotivasi Siswa di Kelas : Gagasan dan Strategi, (Jakarta: PT Indeks, 2009),
h.19
22
H.Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Edisi Kelima, (Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat, 2008), h. 188 23 Carole Wade, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 144 24 H.Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa Edisi Kelima, (Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat, 2008), h. 188
20
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi intrinsik biasanya timbul jika peserta didik ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum atau rumus, dan ingin menjadi seorang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan. “Motivasi intrinsik tersebut hadir karena adanya dorongan yang mengalir dari dalam diri seseorang akan kebutuhan untuk belajar, ia percaya tanpa belajar hasilnya tidak akan maksimal.”25 2) Motivasi ekstrinsik Jika motivasi intrinsik tidak memerlukan suatu imbalan lain halnya dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan “motivasi yang dirangsang oleh pengharapan terhadap imbalan dari luar diri.”26 Secara detail, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai “suatu keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan yang bersifat eksternal seperti uang, atau popularitas.27 Beberapa bentuk motivasi .ekstrinsik dalam pembelajaran menurut Winkel di antaranya adalah; “1) belajar demi memenuhi kewajiban;
2)
belajar
demi
menghindari
hukuman
yang
diancamkan; 3) belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan; 4) belajar demi meningkatkan gengsi; 5) belajar demi memperoleh pujian; 6) belajar demi tuntutan jabatan yang diinginkan.”28 c. Teori Motivasi “Teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu teori dengan pendekatan: (1) isi (content), (2) Proses, (3) 25
Martinis Yamin, Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik, (Ciputat: Referensi, 2012),
h.128
26
Ibid, h. 188 Carole Wade, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 144 28 Martinis Yamin, Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik, (Ciputat: Referensi, 2012), 27
h.127
21
Penguatan.”29 Teori dengan pendekatan isi lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat individu melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu. Teori yang termasuk pada kelompok teori ini dalah teori jenjang kebutuhan dari Maslow. Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa yang membuat individu bertindak dengan cara tertentu, tetapi juga bagaimana individu termotivasi. Contoh teori ini misalnya, teori motif berprestasi dari McClelland. Teori dengan pendekatan penguatan, lebih menekankan pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan. Teori yang tergolong dalam teori ini adalah teori Operant Conditioning (Skinner). Ada beberapa teori motivasi menurut Wortmen (1981) yang dapat diterapkan untuk membangkitkan motivasi belajar. Motivasi tersebut, yakni sebagai berikut:
1) Teori Maslow Maslow adalah seorang pelopor teori motivasi yang didasarkan pada “Teori Kebutuhan Manusia.” Menurutnya, kebutuhan manusia dapat digambarkan berbentuk hierarki yang semakin meningkat semakin kompleks. Hierarki ini dinamakan “Hierarki Kebutuhan.” Dalam hierarki kebutuhan banyak manusia yang masih tidak puas terhadap kebutuhan fisik saja, tapi mereka terus berusaha memenuhi tingkatan terakhir dalam hierarki kebutuhan. “Maslow described five categories of basic human needs based on his observations. These categories are typically represented in triangular model.”30 Maslow menggambarkan lima kategori motivasi dasar dalam diri manusia, yakni:
29
Carole Wade, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 101-102 30
Hugh Wagner, The Psychobiology of Human Motivation, (London: Routledge, 1999),
h.34
22
a)
Self actualization (Aktualisasi diri) Motif aktualisasi diri Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan dan dinyatakan, dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan nyata.
Melalui
berbagai
bentuk
upaya
belajar
dan
pengalaman individu berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilikinya.
b)
Self esteem (Harga diri) Motif harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan, penghargaan, dan penghormatan dari orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan orang lain, ingin mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari yang lainnya. c) Belongingness (Persaudaraan) Motif persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda. d) Safety (Pengamanan)
23
Motif pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan, baik gangguan alam, binatang, iklim, maupun penilaian manusia. e) Physiological needs (Fisiologis) Motif fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas, bergerak, dan sebagainya. 2) Teori Herzberg Teori motivasi ini diperkenalkan oleh Herzberg. Ia membagi dua teori motivasinya, yaitu “pemotivasi (motivators) dan faktor kesehatan (hygiene factors).”31 Faktor kesehatan memiliki peranan penting dalam membangkitkan sikap yang positif dan perilaku yang baik. Herzberg menekankan bahwa faktor kesehatan merupakan pemuas. Hygiene factor yang diperkenalkan oleh Herzberg ini sama dengan kebutuhan yang berada pada tingkat yang rendah dalam Hierarki Kebutuhan Maslow. 3) Teori McClelland Teori motivasi yang diperkenalkan oleh McClelland mengusulkan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh tiga macam kebutuhan, yaitu: “1) kebutuhan akan kekuasaan; 2) kebutuhan untuk berprestasi; 3) kebutuhan untuk berafiliasi.”32
4) Teori McGregor Teori X dan teori Y yang dikembangkan oleh McGregor menguraikan bagaimana tindakan seseorang itu dipengaruhi oleh asumsinya mengenai sifat manusia. Mereka yang menganut teori X mengasumsikan bahwa manusia umumnya tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk 31
Dina Mustafa, Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah dan Belajar Sepanjang Hayat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 11 32 Ibid, h. 12
24
meningkatkan diri di atas kebutuhan pada tingkat bawah (kebutuhan fisik dan rasa aman).Orang yang menganut teori X umumnya akan bersifat autokratis dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang menganut teori Y percaya bahwa “manusia tidak melulu hidup dari makanan saja, tetapi juga dari keyakinan, kekaguman, dan simpati.”(Ini menurut penyair Ralph Waldo Emerson).33 Setiap manusia yang menganut paham ini akan memikirkan efek tindakan yang telah dilakukannya kepada orang lain dan ddalam menyelesaikan suatu masalah biasanya akan melakukannya secara partisipatif. d. Fungsi Motivasi Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu “mengarahkan (directional function) dan mengaktifkan serta meningkatkan kegiatan (activing and energizing function).Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi memiliki peran untuk mendekatkan (approach motivation) atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai (avoidance motivation).”34 Jika sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan dan bila sasaran atau tujuan tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan untuk menjauhkan sasaran. Motivasi dapat juga berfungsi mengatifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya, apabila motivasinya besar atau kuat maka akan dilakukan denga bersungguh-sungguh, dan akan berakhir dengan keberhasilan. Dalam belajar motivasi juga sangat diperlukan. “Motivation is an essential condition of learning.”35Hasil belajar akan menjadi optimal jika terdapat motivasi. Motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar 33
Ibid, h. 13 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 62 35 Zoltan Dornyei, Motivational Strategies in the Language Classroom, (Cambridge: Cambridge University press, 2001), h. 23 34
25
bagi para siswa. Selain itu, “motivasi penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasakan berguna bagi setiap individu.”36 Hal serupa juga dikatakan oleh Sardiman, bahwa “motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.”37 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi membantu meningkatkan prestasi belajar, karena terdapatnya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
2. Belajar a. Definisi Belajar Belajar kerap kali dikaitkan dengan mencari ilmu di sekolah. “Seyogiayanya, belajar dilihat secara luas dan digambarkan untuk mengatur pengalaman dengan cara tertentu sehingga seseorang memperoleh sesuatu untuk masa depan.”38 Belajar tak hanya dilakukan di sekolah melainkan kapan pun dan dimana pun belajar dapat dilakukan. Setiap menit dalam hidup kita adalah pelajaran. Setiap pengalaman baru yang kita alami dapat dijadikan sebuah pembelajaran untuk kedepannya. Ada pula definisi lain dari belajar, yakni “belajar merupakan suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”39 Banyaknya pengalaman yang kita dapatkan telah memberikan kita banyak pelajaran, sebab dalam pengalaman tersimpan banyak pelajaran, tetapi jika kita tak dapat mengambil pelajaran tersebut dan tidak mengalami perubahan perilaku atau cara berpikir maka tak dapat dikatakan kita belajar. 36
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2006), h. 121 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 85 38 Samsunuwiyati Mar’at, dkk, Perilaku Manusia Pengantar Singkat tentang Psikologi, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 15 39 Ratna Wilis, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 4 37
26
Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individuitu sendiri
dalam
interaksi dengan lingkungannya.”40 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula pembelajaran yang ia terima karena belajar adalah menggunakan
pengalaman-pengalaman
di
masa
depan
untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. b. Jenis-jenis Belajar Ahmadi membagi belajar menjadi dua jenis, yakni belajar konsep dan belajar proses. “Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemahaman fakta dan prinsip, sedangkan belajar proses menekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.”41 Dalam belajar konsep peserta didik banyak bergantung terhadap apa yang diajarkan guru, dan lebih bersifat kognitif. Sedangkan dalam belajar proses peserta didik dituntut untuk lebih aktif. Kedua jenis belajar tersebut masih saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena dalam belajar konsep diperlukan keaktifan peserta didik dan pembelajaran proses juga tidak akan terjadi bila tidak ada materi yang terkonsep dalam diri peserta didik. Berdasarkan pengorganisasiannya, belajar dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni; “1) belajar informal; 2) belajar formal; 3) belajar
40
Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 34
41
27
nonformal; 4) belajar nonformal yang dikombinasi (combined approach)”42 1) Belajar informal adalah belajar yang dilakukan di luar situasi sekolah. Tidak diorganisasikan secara formal, tetapi berlandaskan pengalaman sehari-hari. 2) Belajar formal adalah belajar yang berlangsung dalam situasi di dalam kelas. Ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik. 3) Belajar nonformal adalah belajar bersama orang-orang yang memiliki persamaan minat dan hobi yang terorganisasi tetapi di luar lingkungan sekolah. 4) Belajar nonformal yang dikombinasi adalah penggabungan belajar formal, informal, dan nonformal secara bersamaan. Salah satu contoh belajar ini adalah saat mahasiswa melakukan praktik kerja nyata. II.
Kerangka Berpikir Dalam proses belajar mengajar tidak hanya dibutuhkan keahlian guru saja, tetapi juga dibutuhkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagai guru yang baik sudah sepantasnya jika guru mampu memicu keaktifan siswa di kelas. Keaktifan siswa tersebut sangatlah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Dalam proses belajar banyak siswa yang hanya aktif dalam mata pelajaran tertentu. Hal ini dikarenakan minat serta motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran berbeda-beda. Maka dari itu, seorang guru sudah seharusnya dapat membangkitkan serta menimbulkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan agar guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang beragam. Kekreatifan guru serta 42
Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 143
28
inovasi guru dalam memilih strategi serta pendekatan dalam mengajar sangatlah diperlukan. Jika seorang guru tak dapat menerapkan strategi yang tepat maka tujuan dari pembelajaran tak akan tercapai serta motivasi peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran yang diajarkan akan semakin buruk. Dengan demikian, penerapan pendekatan pembelajaran dapat mempengaruhi minat serta motivasi belajar siswa. III.
Hipotesis Menurut Suharsimi Arikunto, “hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”43 Dari pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini muncul hipotesis nihil (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut: Ho = tidak terdapat pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Ha =
terdapat pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi
Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. IV.
Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan mengenai motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia pernah dilakukan oleh Siti Amaliyah Sari Asih, seorang mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Active Learning Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Indonesia” dan dalam penelitiannya tersebut, ia menyimpulkan bahwa metode active learning mempunyai hubungan yang kuat dengan motivasi belajar siswa 43
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 71
29
pada pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat karena memberikan efek positif. Penelitian
selanjutnya
berjudul
“Motivasi
Siswa
Terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kelas VII SMP Al-Zahra Indonesia Komplek Vila Dago Pamulang” penelitian tersebut dilakukan oleh Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
bernama Ni’matul
Bidayah. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar Bahasa Indonesia, yakni faktor individu dan faktor sosial. Motivasi belajar Bahasa Indonesia siswa di sekolah tersebut juga mengalami peningkatan. Penelitian yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa pernah dilakukan oleh Irma Purnamasari. Mahasiswa S1 jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial (PIPS) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Multimedia Terhadap Motivasi Belajar Sosiologi Siswa di SMA Triguna Utama.” Dalam penelitian
tersebut
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
penggunaan
multimedia sangat efektif terhadap motivasi belajar siswa. Ketiga penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian yang saya lakukan, yakni sama-sama meneliti tentang motivasi siswa, tetapi penelitian pertama menggunakan pendekatan active learning sebagai pengukur motivasi siswa, penelitian ini juga dilakukan di semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SMK Al-Hidayah Ciputat dengan objek penelitian berjumlah 10 orang, sedangkan penelitian yang saya lakukan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat dengan objek penelitian sebanyak 15 orang. Penelitian kedua meneliti tentang motivasi belajar bahasa Indonesia pada kelas VII di SMP Al-Zahra Indonesia Komplek Vila Dago Pamulang pada
30
semester genap tahun pelajaran 2011/2012 dengan objek penelitian sebanyak 38 orang, sedangkan penelitian saya meneliti motivasi belajar bahasa Indonesia di kelas X di SMA Darussalam Ciputat pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan objek penelitian sebanyak 15 orang. Penelitian yang ketiga menggunakan multimedia untuk memicu motivasi siswa dalam belajar sosiologi di SMA Triguna Utama pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 dengan objek penelitian 36 orang , sedangkan penelitian saya ini menggunakan PBAS sebagai pemicu atau pembangkit motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan objek penelitian sebanyak 15 orang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang beralamat di jalan Otista 36, Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. B. Metode Penelitian Metode merupakan “kata yang berasal dari kata methodos yang berarti cara atau jalan.”44 Artinya metode merupakan cara atau jalan suatu proses karena dalam melakukan kegiatan yang melalui proses membutuhkan cara atau metode. Sementara kata penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yakni “research”. Penelitian dapat diartikan sebagai “ suatu usaha atau proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengolah data untuk maksud-maksud tertentu seperti untuk memecahkan permasalahan.”45 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang dibutuhkan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh jawaban dari suatu permasalahan. Sesuai dengan masalah yang ada, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian yang mengguanakan pendekatan kuantitatif merupakan “penelitian yang memandang kebenaran sebagai suatu yang tunggal, objektif, universal, dan dapat diverifikasi.”46Dalam penelitian ini data diperoleh dan diambil serta dianalisis dari hasil penelitian lapangan yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti. “Ada beberapa metode penelitian
44
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 164 45 Drs. Hadeli, Metode Penelitian kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 2 46 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 164
31
32
yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional, dan penelitian tindakan.”47 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah “penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok tanpa membandingkannya dengan kelompok lain.”48 Contohnya, penelitian ini hanya mengangkat tentang motivasi di SMA Darussalam Ciputat saja, tidak dibandingkan dengan motivasi belajar di SMA lainnya. Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang terjadi berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan mencari sebab dari suatu gejala. Selanjutnya, penulisan penelitian ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Variabel Penelitian Dalam melakukan penelitian kuantitatif diperlukan pengukuran data. Dalam pengukuran data diperlukan variabel, yakni “gejala yang dipersoalkan. Gejala yang bersifat membedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain.”49 Variabel penelitian
pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. “Menurut kedudukannya, variabel dapat dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.”50Maka variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
47
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 53 48 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 177 49 Ibid, h. 85 50
Ibid, h.88
33
1. Variabel bebas (X), yaitu StrategiPembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). 2. Variabel (Y), yaitu Motivasi Belajar Siswa Tabel 1 Kisi-kisi Angket Penelitian variabel X No. 1.
Variabel Variabel (X) pengaruh
Dimensi a. Metode pembelajaran
Pembelajaran
Indikator 1. Penggunaan
No. Soal +
-
2, 4
5,
PBAS dalam
Jumlah 4
20
pembelajaran
Berorientasi
2. Dampak PBAS
Aktivitas
b.Peserta
1. Peserta didik
1,7,8,
6,1
Siswa (PBAS)
didik
lebih termotivasi
9,11,1
8
belajar dengan
6, 17,
10
pendekatan PBAS 19 2. Peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran c. Pendidik
1.Pendidik lebih
3,10,1
pasif
2, 13,
2.Pendidik
15,
14
6
menciptakan suasana yang menyenangkan
Jumlah
20
34
Tabel 2 Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y No.
Variabel
Dimensi
No. Soal +
1.
Jumlah
-
Variabel (Y) Motivasi
Minat
belajar
1, 2, 6, 7,
belajar siswa
dalam pelajaran
3, 4, 8, 9,
bahasa
5,
10,
Indonesia
12,
11,
13,
14,
16,
15,
20
17,
20
18, 19
D. Populasi dan Objek Penelitian Hadari Nawawi mengatakan “populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki karakteristiktertentu di dalam suatu penelitian.”51 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah sejumlah siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan yang berjumlah 116 orang. Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data maka penulis mengambil teknik sampling, yaitu mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto: “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil 10-15% atau lebih.”52 Penulis mengambil sampel sebanyak lima belas orang yang dilakukan secara acak (random sampling).
51
S. Margono., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.118 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 174 52
35
Tabel 3 Matrik Populasi dan Sample Penelitian Jumlah siswa/i Jumlah Rombel Populasi Laki-laki Perempuan 3
91
25
116
Sampel 15
E. Teknik Pengumpulan Data Hadeli berpendapat bahwa, “pengumpulan data adalah instrumen atau alat pengumpul data.”53 Ada berbagai teknik pengumpulan data dalam penelitian, namun cara pengumpulan data dalam penelitian ini dapat ditempuh dengan beberapa teknik, antara lain: 1. Observasi yaitu “suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.”54 Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang terjadi saat pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat, Tangerang Selatan. Hari dan tanggal observasi : Sabtu, 26 April 2014 Waktu observasi
: 07.00-08.30 wib
Tempat observasi
: Kelas X.1 SMA Darussalam Ciputat
NO I
53
ASPEK YANG DIAMATI
DESKRIPSI
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa
Penempatan tempat duduk pada kelas sepuluh terdiri dari 4 baris horisontal dan 5 baris vertikal dan setiap satu meja ditempati dua siswa.
2. Kesiapan menerima pembelajaran
Siswa yang lebih pintar lebih bisa dikondisikan untuk memulai
Hadeli, Metode Penelitian kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 73 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 228 54
36
pelajaran, tetapi siswa yang malas kurang siap menerima pelajaran. II
III
Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru
Siswa-siswa cukup aktif menjawab pertanyaan dari guru,namun hanya siswa tertentu saja yang menjawab pertanyaan.
2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
Hanya siswa yang memang sudah aktif di kelas dan pintar saja yang lebih memperhatikan penjelasan guru.
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran
Ada siswa yang mendengarkan penjelasan dengan baik, ada yang tidak mendengarkan penjelasan guru
2. Bertanya saat proses penjelasan materi
Dalam mengajukan pertanyaan hanya beberapa siswa.
3. Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa berjalan dengan baik.
4. Interaksi antara siswa-guru, siswamateri pelajaran
Hanya siswa yang dominan saja yang interaksinya baik dengan guru
B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar
Ada siswa yang aktif terlibat, ada yang hanya biasa saja, tidak terlalu antusias
2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan
Ada beberapa siswa yang senang jika dimintai pendapat, ada siswa yang kurang senang dimintai
37
pendapat 3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru
Siswa akan mencatat jika diinstruksikan oleh guru untuk mencatat
4. Mengikuti proses pembelajaran
Seluruh siswa mengikuti proses pembelajaran hingga akhir
C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru
Siswa antusias karena penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media pembelajaran
Siswa lebih tertarik dengan video yang diputarkan dibandingkan mendengarkan penjelasan materi
3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru
Beberapa siswa menyalahgunakan penggunaan media pembelajaran.
D. Penilaian Proses 1. Mengerjakan tugas/latihan yang diberikan guru
Siswa mengerjakan latihan yang diberikan guru dengan baik,namun ada beberapa siswa yang harus dibimbing ketika mengerjakan latihan
2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar
Dalam menjawab pertanyaan siswa terlihat tidak antusias dan tidak semua siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar
E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat
Hanya siswa yang aktif siswa yang mengemukakan pendapatnya.
2. Mengajukan pertanyaan
Ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan tetapi
38
menggunkana bahasa yang kurang sopan, terkadang siswa mengajukan pertanyaan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran. IV
PENUTUP Keterlibatan dalam memberi rangkuman/kesimpulan
Siswa kurang terlibat dalam menarik kesimpulan
Pelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan/observasi : Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, kegiatan belajar siswa kurang aktif dan terlihat tidak memiliki motivasi atau semangat dalam mengikuti pelajaran. Hal ini karena minimnya penggunaan media pembelajaran. Siswa lebih terfokus pada latihan-latihan dan materimateri yang diberikan oleh guru melalui catatan. Sebaiknya dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan media dan strategi yang sesuai agar menimbulkan motivasi belajar siswa. 2. Angket yaitu “suatu teknik atau pengumpul data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden) yang berisi sejumlah
pertanyaan.”55
Peneliti
mengumpulkan
data
dengan
membagikan angket yang berisikan sejumlah pertanyaan dalam bentuk tertulis dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam. Angket pertama berisi pertanyaan tentang pengaruh PBAS dan angket kedua berisi pertanyaan tentang memotivasi siswa belajar Bahasa Indonesia. Kedua angket tersebut diuji validitasnya berdasarkan tim ahli, yakni seseorang yang ahli dalam bidang penelitian yang diangkat. Aspek yang
55
Ibid, h. 219
39
dilihat dalam uji validitas ini adalah: aspek isi, format penulisan, bahasa, dan ilustrasi (jika terdapat gambar). 3. Dokumentasi yaitu “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.”56
Peneliti mengumpulkan data dengan
mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, seperti laporan jumlah guru, karyawan serta sarana dan prasarana sekolah. F. Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya, yaitu data dideskripsikan, dianalisis, danditafsirkan. Hasilnya merupakan data yang konkret. Adapun langkah-langkah menganalisis data adalah sebagai berikut: 1. Editing Hal pertama yang dilakukan adalah mengedit daftar pertanyaan para responden agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan. 2. Skoring Setelah melewati tahap editing, selanjutnya penulis memberi skor terhadap jawaban yang diberikan responden yang terdapat dalam angket. Tabel 4 Skala Penelitian Instrumen Pilihan Bobot Skor (+) 1.
SS: Sangat Setuju
4
1
2.
S: Setuju
3
2
3.
KS: Kurang Setuju
2
3
4.
TS: Tidak Setuju
1
4
3. Tabulating
56
Bobot Skor (-)
Ibid, h. 221-222
40
Tahap selanjutnya adalah menghitung hasil skor yang telah dihasilkan dari proses skorsing. Perhitungan didasarkan sesuai dengan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian. Peneliti menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis data. Metode deskriptif adalah metode yang menuturkan dan menganalisis data yang berupa angkaangka yang diperoleh dari penelitian melalui angket yang disebarkan kepada responden. G. Hipotesis Statistik Setelah melewati tahap-tahap di atas, maka penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa presentase (frekuensi relatif) dengan rumus: P=F/N x 100% Keterangan: P: Angka persentase F: Frekuensi N: Jumlah individu 100% bilang tetap (konstanta)
No.
Tabel 5 Angka Persentase Persentase % Penafsiran
1.
100%
Seluruhnya
2.
90-99%
Hampir seluruhnya
3.
60-89%
Sebagian besar
4.
51-59%
Lebih dari setengah
5.
50%
Setengahnya
6.
40-49%
Hampir setengahnya
7.
10-39%
Sebagian kecil
8.
1-9%
Sedikit sekali
9.
0%
Tidak ada
41
Selanjutnya mencari korelasi antar dua variabel dengan menggunakan rumusproduct moment, yaitu: N ∑xy – (∑ x) (∑ y)
rxy =
√[N∑ x² - (∑ x)²] [N∑y² - (∑ y)²] keterangan; rxy
= angka indeks korelasi “r” product moment
N
= number of cases (jumlah kasus)
∑xy
= jumlah hasil perkalian skor antara x dan y
∑x
= jumlah skor seluruh x
∑y
= jumlah skor seluruh y Dalam memberikan interpretasi data secara sederhana terhadap angka
korelasi “r” product moment, umumnya digunakan pedoman sebagai berikut: Tabel 6 Interpretasi data Besarnya “r” Interpretasi product moment(rxy) 0,00-0,20
Antara
variabel
x
dan
y
terdapat korelasi yang sangat rendah atau sangat lemah. 0,20-0,40
Antara
variabel
x
dan
y
terdapat korelasi yang lemah atau rendah. 0,40-0,70
Antara
variabel
x
dan
y
terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
42
0,70-0,90
Antara
variabel
x
dan
y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. 0,90-1,00
Antara
variabel
x
dan
y
terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Selanjutnya hasil tersebut dicocokkan dengan tabel nilai koefisien korelasi “r” product moment maupun pada taraf signifikan kemudian dibuat kesimpulan apakah terdapat korelasi positif yang signifikan atau tidak. Untuk memudahkan dalam pemberian interpretasi angka indeks korelasi “r” product moment tahapannya adalah sebagi berikut: 1. Merumuskan Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nihil (Ho) Ha; terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas angkatan 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat. Ho; tidak terdapat hubungan yang signifikan antara PBAS dengan motivasi siswa. 2. Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis yang telah diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel (db) atau degree of freedom (df). Rumusnya sebagai berikut; df = N – nr Keterangan df = degree of freedom N = number of cases nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penulis melaksanakan penelitian dengan menyebar angket kepada 15 orang siswa SMA Darussalam Ciputat. Penulis membuat angket yang berisi 40 soal (20 soal variabel X dan 20 soal variabel Y). Dari soal ini diharapkan dapat diketahui apakah terdapat pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia. 1.
Analisis data Soal-soal yang terdapat dalam angket disebarkan kepada siswa kelas X tahun ajaran 2013/2014 SMA Darussalam Ciputat secara acak.Angket tersebut diarahkan sesuai dengan pokok-pokok penelitian yang dirumuskan dalam variabel-variabel penelitian sebagai berikut: Tabel 7 Cara mengajar pendidik bahasa Indonesia menggunakan PBAS sehingga peserta didik aktif dalam belajar No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
8
53,3%
2. S: Setuju
5
33,4%
3. KS: Kurang Setuju
2
13,3%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, delapan responden (53,3%) sangat setuju pendidik menggunakan strategi pembelajaran PBAS, lima responden (33,4%) setuju pendidik mengajar menggunakan strategi pembelajaran PBAS, dan dua responden (13,3%) kurang setuju pendidik menggunakan strategi pembelajaran PBAS. Dari data tersebut dapat
43
44
disimpulkan
bahwa
pendidik
telah
mengajar
menggunkan
strategi
pembelajaran PBAS. Tabel 8 Peserta didik senang belajar bahasa Indonesia menggunakan strategi pembelajaran PBAS No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
5
33,3%
2. S: Setuju
10
66,7%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, lima responden (33,3%) sangat setuju peserta didik senang belajar bahasa Indonesia menggunakan strategi pembelajaran PBAS dan 10 responden (66,7%) setuju peserta didik senang belajar bahasa Indonesia menggunakan strategi pembelajaran PBAS. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik senang belajar bahasa Indonesia menggunakan strategi pembelajaran PBAS. Tabel 9 Pendidik memberikan kebebasan berpendapat kepada peserta didik No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
8
53,3%
2. S: Setuju
6
40%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, delapan responden (53,3%) sangat setuju pendidik membebaskan peserta didik dalam memberikan pendapatnya, enam responden (40%) setuju pendidik membebaskan peserta didik dalam memberikan pendapatnya, dan satu responden kurang setuju
45
pendidik membebaskan peserta didik dalam memberikan pendapatnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik membebaskan peserta didik dalam memberikan pendapat yang berkaitan dengan pembelajaran. Tabel 10 Belajar dengan PBAS lebih menyenangkan dari pada dengan ekspositori (ceramah) No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase
1. SS: Sangat Setuju
7
46,7%
2. S: Setuju
1
46,7%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,6%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tujuh responden (46,7%) sangat setuju belajar dengan PBAS lebih menyenangkan dibandingkan belajar dengan ceramah, tujuh responden (46,7%) setuju belajar dengan PBAS lebih menyenangkan dibandingkan belajar dengan ceramah, dan satu (6,6%) responden kurang setuju belajar dengan PBAS lebih menyenangkan dibandingkan belajar dengan ceramah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dengan PBAS lebih menarik dan menyenangkan dibandingkan belajar dengan ceramah. Tabel 11 Belajar dengan ekspositori (ceramah) lebih menyenangkan daripada dengan PBAS No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1.
SS: Sangat Setuju
-
-
2.
S: Setuju
1
6,7%
3.
KS: Kurang Setuju
12
80%
4.
TS: Tidak Setuju
2
13,3%
15
100%
Jumlah
46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, satu responden (6,7%) setuju belajar dengan ekspositori (ceramah) lebih menyenangkan dibandingkan belajar dengan PBAS, 12 responden (80%) kurang setuju belajar dengan ekspositori (ceramah) lebih menyenangkan dibandingkan belajar dengan PBAS, dan dua responden (13,3%) tidak setuju belajar dengan ekspositori (ceramah) lebih menyenangkan dibandingkan belajar dengan PBAS. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dengan ekspositori (ceramah) kurang menarik dibandingkan belajar dengan PBAS. Tabel 12 Merasa bosan ketika pendidik mengajar dengan ekspositori (ceramah) No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase
-
-
2. S: Setuju
11
73,3%
3. KS: Kurang Setuju
3
20%
4. TS: Tidak Setuju
1
6,7%
15
100%
1. SS: Sangat Setuju
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 11 responden (73,3%) setuju bosan belajar ketika pendidik mengajar dengan ekspositori (ceramah), tiga responden (20%) kurang setuju bosan belajar ketika pendidik mengajar dengan ekspositori (ceramah), dan satu responden (6,7%) tidak setuju bosan belajar ketika pendidik mengajar dengan ekspositori (ceramah). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dengan ekspositori (ceramah) membuat peserta didik merasa bosan Tabel 13 Dengan PBAS membuat peserta didik lebih aktif dalam belajar No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase
1. SS: Sangat Setuju
10
66,6%
2. S: Setuju
4
26,7%
47
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 10 responden (66,6%) sangat setuju belajar dengan menggunakan PBAS membuat peserta didik lebih aktif, empat responden (26,7%)
setuju belajar dengan menggunakan PBAS
membuat peserta didik lebih aktif, dan satu responden (6,7%) kurang setuju belajar dengan menggunakan PBAS membuat peserta didik lebih aktif. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan PBAS membuat peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Tabel 14 Dengan PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
8
53,3%
2. S: Setuju
6
40%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, delapan responden (53,3%) sangat setuju strategi pembelajaran PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia, enam responden (40%) setuju strategi pembelajaran PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia, dan satu responden (6,7%) kurang setuju strategi pembelajaran PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan PBAS membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia.
48
Tabel 15 Dengan ekspositori (ceramah) membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase
1. SS: Sangat Setuju
2
13,3%
2. S: Setuju
3
20%
3. KS: Kurang Setuju
10
66,7%
-
-
15
100%
4. TS: Tidak Setuju Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dua responden (13,3%) sangat setuju strategi pembelajaran ekspositori (ceramah) membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia, tiga responden (20%) setuju strategi pembelajaran ekspositori (ceramah) membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia, dan 10 responden (66,7%) kurang setuju strategi pembelajaran ekspositori (ceramah) membuat peserta didik lebih termotivasi dalam belajar bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori (ceramah) kurang memotivasi peserta didik dalam belajar bahasa Indonesia. Tabel 16 Pendidik selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapatkan nilai bagus No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase
1. SS: Sangat Setuju
5
33,3%
2. S: Setuju
10
66,7%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
49
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, lima responden (33,3%) sangat setuju pendidik selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapatkan nilai bagus dan 10 responden (66,7%) setuju pendidik selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapatkan nilai bagus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik berusaha memberikan motivasi belajar kepada peserta didik dengan memberikan pujian kepada peserta didik yang mendapatkan nilai bagus. Tabel 17 Peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Presentase
1. SS: Sangat Setuju
6
40%
2. S: Setuju
8
53,3%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, enam responden (40%) sangat setuju peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri, delapan responden (53,3%) setuju peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri, dan satu responden (6,7%) kurang setuju peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain. Tabel 18 Pendidik menjelaskan materi pelajaran terlebih dahulu sebelum memberikan tugas No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
11
73,3%
2. S: Setuju
4
26,7%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
50
4. TS: Tidak Setuju Jumlah
-
-
15
100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 11 responden (73,3%) sangat setuju pendidik menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan tugas dan empat responden (26,7%) setuju pendidik menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan tugas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik selalu memberikan penjelasan materi pelajaran terlebih dahulu sebelum memberikan tugas kepada peserta didik. Dalam PBAS peserta didik memang dituntut untuk aktif tetapi dalam pembelajaran pendidik juga berkewajiban menyampaikan materi kepada peserta didik.
No.
Tabel 19 Pendidik selalu menilai tugas peserta didik Alternatif jawaban Frekuensi Presentase
1. SS: Sangat Setuju
7
46,7%
2. S: Setuju
8
53,3%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tujuh responden (46,7%) sangat setuju pendidik selalu menilai tugas peserta didik dan delapan responden (53,3%)
setuju pendidik selalu menilai tugas peserta didik.
Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik berusaha memberikan motivasi belajar kepada peserta didik dengan selalu memberikan nilai tugas yang telah dikerjakan peserta didik. Dengan dinilainya tugas peserta didik membuat mereka mengetahui sejauh mana kemampuan mereka dalam belajar.
51
Tabel 20 Dengan PBAS pendidik merupakan sumber informasi bagi peserta didik No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
2
13,3%
2. S: Setuju
3
20%
3. KS: Kurang Setuju
6
40%
4. TS: Tidak Setuju
4
26,7%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dua responden (13,3%) sangat setuju penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat pasif dalam mengajar, tiga responden (20%) setuju penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat pasif dalam mengajar, enam responden (40%) kurang setuju penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat pasif dalam mengajar, dan empat responden (20%) tidak setuju penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat pasif dalam mengajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan PBAS tidak membuat pendidik terlihat pasif dalam mengajar. Dalam penggunaan PBAS pendidik justru mempunyai peran yang sama pentingnya dengan siswa. Tabel 21 Dengan PBAS pendidik terlihat aktif dalam mengajar No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
6
40%
2. S: Setuju
8
53,3%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, enam responden (40%) sangat setuju penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat aktif dalam mengajar , delapan responden (53,3%) setuju penggunaan PBAS membuat pendidik
52
terlihat aktif dalam mengajar, dan satu responden (6,7%) kurang setuju penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat aktif dalam mengajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan PBAS membuat pendidik terlihat aktif dalam mengajar. Dalam PBAS pendidik memang dituntut aktif dalam memberikan pelajaran kepada peserta didik. Tabel 22 Peserta didik mengajukan pertanyaan kepada pendidik ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
10
66,7%
2. S: Setuju
4
26,7%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,6%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 10 responden (66,7%) sangat setuju peserta didik memberikan pertanyaan ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti, empat responden (26,7%) setuju peserta didik memberikan pertanyaan ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti, dan satu responden (6,7%) kurang setuju peserta didik memberiukan pertanyaan ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa resonden sangat setuju ketika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti peserta didik dapat memberikan pertanyaan kepada pendidik. Tabel 23 Peserta didik lebih menyukai berdiskusi tentang materi pelajaran yang diberikan dibanding menerima materi pelajaran begitu saja. No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
7
46,7%
2. S: Setuju
8
53,3%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
53
4. TS: Tidak Setuju Jumlah
-
-
15
100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tujuh responden (46,7%) sangat setuju peserta didik lebih menyukai berdiskusi dalam memahami materi pelajaran dan delapan responden (53,3%) setuju peserta didik lebih menyukai berdiskusi dalam memahami materi pelajaran. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik lebih suka diajak berdiskusi tentang materi pelajaran yang sudah diberikan oleh pendidik dibandingkan hanya menerima materi tersebut secara keseluruhan dari pendidik. Tabel 24 Jika belajar secara berkelompok peserta didik saling mengandalkan satu sama lain No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
6
40%
2. S: Setuju
4
26,7%
3. KS: Kurang Setuju
5
33,3%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, enam responden (40%) sangat setuju peserta didik saling mengandalkan satu sama lain dalam mengerjakan tugas kelompok, empat responden (26,7%)
setuju peserta didik saling
mengandalkan satu sama lain dalam mengerjakan tugas kelompok, dan lima responden (33,3%) kurang setuju peserta didik saling mengandalkan satu sama lain dalam mengerjakan tugas kelompok. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik saling mengandalkan satu sama lain dalam belajar maupun mengerjakan tugas secara berkelompok.
54
Tabel 25 Dengan PBAS peserta didik lebih bersemangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
7
46,7%
2. S: Setuju
8
53,3%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tujuh responden (46,7%) sangat setuju dengan PBAS peserta didik lebih bersemangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dan delapan responden (53,3%)
setuju dengan PBAS
peserta didik lebih bersemangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik lebih bersemangat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi PBAS. Tabel 26 Penerapan PBAS membuat siswa lebih rajin ke perpustakaan dalam mengerjakan tugas bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
1
6,7%
3. KS: Kurang Setuju
4
26,6%
4. TS: Tidak Setuju
10
66,67%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa,satu responden (6,7%) setuju penerapan PBAS membuat suasana belajar menjadi membosankan, empat responden (26,6%) kurang setuju penerapan PBAS membuat suasana belajar menjadi membosankan, dan 10 responden (66,67%) tidak setuju penerapan PBAS membuat suasana belajar menjadi membosankan. Dari data tersebut
55
dapat disimpulkan bahwa penerapan PBAS tidak membuat suasana belajar menjadi membosankan melainkan menjadi lebih menyenangkan dan bersemangat. Tabel 27 Hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
13
86,7%
2. S: Setuju
2
13,3%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 13 responden (86,7%) sangat setuju peserta didik hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa Indonesia dan dua responden (13,3%) setuju peserta didik hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden setuju jika dalam belajar bahasa Indonesia peserta didik wajib hadir tepat waktu. Tabel 28 Peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai dengan selesai No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
10
66,7%
2. S: Setuju
5
33,3%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 10 responden (66,7%) sangat setuju peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai
56
sesuai waktunya dan lima responden (33,3%) setujupeserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai sesuai waktunya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden sangat setuju peserta didik wajib mengikuti pelajaran bahasa indonesia sampai dengan selesai sesuai waktu yang telah ditentukan. Tabel 29 Peserta didik semangat memerhatikan pendidik menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
4
26,7%
2. S: Setuju
11
73,3%
3. KS: Kurang Setuju 4. TS: Tidak Setuju Jumlah
-
-
15
100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, empat responden (26,7%) sangat setuju peserta didik bersemangat memerhatikan pendidik menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia dan 11 responden (73,3%) setuju peserta didik bersemangat memerhatikan pendidik menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mempunyai semangat yang baik dalam memerhatikan pendidik menjelaskan pelajaran bahasa indonesia. Tabel 30 Peserta didik mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
12
80%
2. S: Setuju
3
20%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
57
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 12 responden (80%) sangat setuju peserta didik mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia dan tiga responden (20%) setuju peserta didik mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik memang memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Dengan adanya keinginan tersebut membuktikan bahwa peserta didik masih memiliki motivasi untuk belajar bahasa indonesia. Tabel 31 Peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
5
33,3%
2. S: Setuju
9
60%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, lima responden (33,3%) sangat setuju peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri, sembilan responden (60%) setuju peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri,, dan satu responden (6,7%) kurang setuju peserta didik berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri,. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mau berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri.
58
Tabel 32 Peserta didik malas berangkat ke sekolah jika ada pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
14
93,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, satu responden (6,7%) kurang setuju peserta didik malas ke sekolah jika ada pelajaran bahasa indonesia dan 14 responden (93,3%) tidak setuju peserta didik malas ke sekolah jika ada pelajaran bahasa indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tidak malas ke sekolah jika ada pelajaran bahasa indonesia Tabel 33 Peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia asal-asalan No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
3
20%
4. TS: Tidak Setuju
12
80%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tiga responden (20%) kurang setuju peserta didik mengerjakan tugas bahasa Indonesia asal-asalan dan 12 responden (80%)
tidak setuju peserta didik mengerjakan tugas bahasa
Indonesia asal-asalan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tidak mengerjakan tugas secara asal-asalan, melainkan dengan kemampuan serta usaha yang maksimal.
59
No.
Tabel 34 Peserta didik belajar bahasa Indonesia ketika ada tugas atau ulangan Alternatif jawaban Frekuensi
Presentase
1. SS: Sangat Setuju 2. S: Setuju
2
13,3%
3. KS: Kurang Setuju
5
33,3%
4. TS: Tidak Setuju
8
53,4%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dua responden (13,3%) setuju peserta didik belajar bahasa Indonesia ketika ada ulangan atau tugas, lima responden (33,3%)
kurang setuju peserta didik belajar bahasa Indonesia
ketika ada ulangan atau tugas, dan delapan responden (53,4%) tidak setuju peserta didik belajar bahasa Indonesia ketika ada ulangan atau tugas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tetap belajar bahasa Indonesia meskipun tidak ada ulangan atau tugas. Tabel 35 Peserta didik merasa putus asa jika merasa sulit saat belajar bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
8
53,3%
4. TS: Tidak Setuju
7
46,7%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, delapan responden (53,3%) kurang setuju peserta didik merasa putus asa jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia dan tujuh responden (46,7%) tidak setuju peserta didik merasa putus asa jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa
60
Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tidak merasa putus asa jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia. Tabel 36 Peserta didik merasa lelah mengikuti pelajaran bahasa indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
7
46,7%
4. TS: Tidak Setuju
8
53,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tujuh responden (46,7%) kurang setuju peserta didik merasa lelah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dan delapan responden (53,3%) tidak setuju peserta didik merasa lelah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tidak merasa lelah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 37 Peserta didik senang mengobrol saat pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
1
6,7%
3. KS: Kurang Setuju
12
80%
4. TS: Tidak Setuju
2
13,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, satu responden (6,7%) setuju peserta didik mengobrol saat pelajaran bahasa Indonesia, 12 responden (80%) kurang setuju peserta didik mengobrol saat pelajaran bahasa Indonesia, dan dua responden (13,3%) tidak setuju peserta didik mengobrol saat pelajaran
61
bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tidak mengobrol saat pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 38 Peserta didik mengajukan pertanyaan jika menemukan kesulitan belajar bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
9
60%
2. S: Setuju
4
26,7%
3. KS: Kurang Setuju
2
13,3%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sembilan responden (60%) sangat setuju peserta didik memberikan pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam belajar, empat responden (26,7%) setuju peserta didik memberikan pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam belajar, dan dua responden (13,3%) kurang setuju peserta didik memberikan pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam belajar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mampu memberikan pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam belajar kepada pendidik. Tabel 39 Peserta didik menerima berapa pun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
6
40%
2. S: Setuju
7
46,7%
3. KS: Kurang Setuju
2
13,3%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
62
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, enam responden (40%) sangat setuju peserta didik menerima berapapun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapat nilai yang lebih baik, tujuh responden (46,7%) setuju peserta didik menerima berapapun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapat nilai yang lebih baik, dan dua responden (13,3%) kurang setuju peserta didik menerima berapapun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapat nilai yang lebih baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik menerima berapapun nilai yang didapatkannya dan termotivasi untuk mendapat nilai yang lebih baik, sehingga peserta didik akan berusaha lebih baik lagi saat ulangan atau tugas selanjutnya. Tabel 40 Peserta didik tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
4
26,7%
4. TS: Tidak Setuju
11
73,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, empat responden (26,7%) kurang setuju peserta didik tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai dan 11 responden (73,3%) tidak setuju peserta didik tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai.
63
Tabel 41 Peserta didik senang mengobrol saat jam pelajaran kosong No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
1
6,7%
2. S: Setuju
9
60%
3. KS: Kurang Setuju
3
20%
4. TS: Tidak Setuju
2
13,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, satu responden (6,7%) sangat setuju peserta didik mengobrol saat jam pelajaran kosong, sembilan responden (60%) setuju peserta didik mengobrol saat jam pelajaran kosong, tiga responden (20%) kurang setuju peserta didik mengobrol saat jam pelajaran kosong, dan dua responden (13,3%) tidak setuju peserta didik mengobrol saat jam pelajaran kosong. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengobrol saat jam pelajaran kosong. Tabel 42 Peserta didik merasa puas jika nilai ulangan bahasa Indonesia lebih baik dari sebelumnya No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
14
93,3%
2. S: Setuju
1
6,7%
3. KS: Kurang Setuju
-
-
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 14 responden (93,3%) sangat setuju peserta didik merasa puas jika nilai ulangan bahasa Indonesia lebih baik dari sebelumnya, dan satu responden (6,7%) setuju peserta didik merasa puas jika nilai ulangan bahasa Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Dari
64
data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik merasa puas jika nilai ulangan bahasa Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Tabel 43 Peserta didik merasa puas mendapatkan nilai yang rendah No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
4
26,7%
4. TS: Tidak Setuju
11
73,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, empat responden (26,7%) kurang setuju peserta didik merasa puas mendapatkan nilai rendah dan 11 responden (73,3%) tidak setuju peserta didik merasa puas mendapatkan nilai rendah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tidak merasa puas mendapatkan nilai rendah dalam pelajaran bahasa Indonesia. Tabel 44 Peserta didik tidak mau belajar jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
4
26,7%
4. TS: Tidak Setuju
11
73,3%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, empat responden (26,7%) kurang setuju peserta didik tidak mau belajar jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia dan 11 responden (73,3%) peserta didik tidak mau belajar jika menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia.
65
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mau belajar meskipun menemukan kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia. Tabel 45 Peserta didik tidak ingin mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
-
-
2. S: Setuju
-
-
3. KS: Kurang Setuju
3
20%
4. TS: Tidak Setuju
12
80%
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tiga responden (20%) kurang setuju peserta didik tidak ingin mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa indonesia dan 12 responden (80%) tidak setuju peserta didik tidak ingin mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik memiliki keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa indonesia. Tabel 46 Peserta didik tetap belajar walaupun pendidik tidak masuk No. Alternatif jawaban Frekuensi Presentase 1. SS: Sangat Setuju
3
20%
2. S: Setuju
11
73,3%
3. KS: Kurang Setuju
1
6,7%
4. TS: Tidak Setuju
-
-
15
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tiga responden (20%) sangat setuju peserta didik tetap belajar meskipun pendidik tidak masuk saat jam pelajaran bahasa Indonesia, 11 responden (73,3%) setuju peserta didik tetap
66
belajar meskipun pendidik tidak masuk saat jam pelajaran bahasa Indonesia, dan satu responden (6,7%) kurang setuju peserta didik tetap belajar meskipun pendidik tidak masuk saat jam pelajaran bahasa Indonesia. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik tetap belajar meskipun pendidik tidak masuk saat
jam pelajaran bahasa
Indonesia. Peserta didik dapat
mendiskusikan pelajaran bersama dengan teman lainnya. Tabel 47 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y No. Responden
X
Y
X²
Y²
XY
1.
91,25
86,25
8326,56
7439,06
7870,31
2.
92,5
86,25
8556,25
7439,06
7978,12
3.
85
76,25
7225
5814,06
6481,25
4.
85
86,25
7225
7439,06
7331,25
5.
92,5
91,25
8556,25
8326,56
8440,62
6.
91,25
78,75
8326,56
6201,56
6595,31
7.
90
80
8100
6400
7200
8.
85
80
7225
6400
6800
9.
83,75
78,75
7014,06
6201,56
6595,31
10.
95
87,5
9025
7656,25
8312,5
11.
87,5
75
7656,25
5625
6562,5
12.
95
91,25
9025
8326,56
8668,75
13.
77,5
70
6006,25
4900
5425
14.
88,75
72,5
7876,56
5256,25
6434,37
15.
81,25
68,75
6601,56
4726,56
5585,93
∑Y =
∑X² =
∑Y² =
∑XY =
1208,75
116745,3
98151,54
106281,22
N = 15
∑X = 1321,25
Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N = 15, ∑X =1321,25
67
∑Y =1208,75, ∑X² = 116745,3, ∑Y² =98151,54, ∑XY = 106281,22 , maka dapat dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut: N ∑xy – (∑ x) (∑ y)
rxy =
√[N∑ x² - (∑ x)²] [N∑y² - (∑ y)²] =
15 x 106281,22 - 1321,25 x 1208,75 √[15x116745,3–(1321,25)²] [15x 98151,54 – (1208,75)²]
=
1597060,93 - 1594218,3 √[1751179,5 – 1745701,56][1472273,1 – 1461076,56]
=
2842,63 √[5477,94][11196,54]
=
2842,63 √61333974,33
=
2842,63 7831,6
=
0,362 Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang
didapatkan pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X SMA Darussalam Ciputat, diperoleh angka korelasi “r” product moment 0,362
B. Interpretasi Data Dari hasil penelitian angket dengan perhitungan menggunakan rumus product moment, besarnya rxy diperoleh 0,362. Dengan melihat tabel indeks korelasi product moment, maka terletak antara 0,20-0,40 sehingga dapat dinyatakan bahwa antara variabel X dengan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Dengan demikian secara sederhana penulis dapat memberikan
68
interpretasi terhadap rxy yaitu sekalipun terdapat korelasi antara variabel X dan variabel Y, korelasinya terbilang lemah atau rendah. Sedangkan untuk menginterpretasikan terhadap indeks koefisien dengan cara berkonsultasi pada tabel “r” product moment, maka dirumuskan hipotesa sebagai berikut: 1. Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas angkatan 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat. 2. Hipotesis nihil (Ho)
: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengaruh PBAS terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas angkatan 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat. Untuk menguji hipotesisi tersebut, maka tanda rxy atau “r” observasi (ro) nilai r product moment (r tabel) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degree of freedom (df) dengan menggunakan rumus: Df = N-nr N = 15 nr = 2 Df = 15-2 = 13 Berdasarkan perhitungan di atas besarnya df 13. Dengan df 13 diperoleh r tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0.553 dan taraf signifikan 1% sebesar 0,684. Dengan demikian hipotesis penelitian dinyatakan bahwa 0,362 kurang dari 0,553 dan lebih kecil dari 0,684. Maka hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nihil diterima. Berarti tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara pengaruh PBAS dengan motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X di SMA Darussalam Ciputat. C. Profil Sekolah 1. Sejarah Singkat Sekolah
69
Sekolah Menengah Atas (SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini berstatus terakreditasi A didirikan pada tahun 1987. Atas prakarsa Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam Drs. H.M. Salman Faris. SMA Darussalam Ciputat yang beralamat di Jalan Otista No. 36 Cimanggis Ciputat periode pertama tahun 1987 dipimpin oleh H. Abdul Kohir M, Bsc sempat tidak aktif sampai dengan tahun 2000, periode tahun 2000 sampai 2003 dipimpin oleh Drs. Marpudin, periode 2003 sampai sekarang dipimpin oleh Marul Wa’id, S.Ag dengan jumlah tenaga pengajar 27 guru dan staf tata usaha berjumlah tiga orang, dengan jumlah siswa sekitar 350 siswa. SMA Darussalam Ciputat Kota Tanggerang Selatan berada di jalan Otista Rt 01/010 No. 36 Desa Ciputat, Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten sekitar 4 km dari pusat pemerintahan kota Tangerang. Secara topografi SMA Darussalam Ciputat berada pada ketinggian 44 m dari permukaan laut. SMA Darussalam Ciputat berbatasan dengan Kecamatan Pamulang dan wilayah Serpong di sebelah barat, Kecamatan Pondok Aren di sebelah timur, Provinsi DKI Jakarta di sebelah utara, dan Kecamatan Pamulang di sebelah selatan.
2. Visi dan Misi a. Visi SMA Darussalam Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif (CINTA). b. Misi SMA Darussalam 1) Membantu siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri. 2) Mengembangkan daya nalar siswa dan mandiri. 3) Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti. 4) Membina minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah. 3. Guru dan Tenaga Kependidikan a. Ketua Yayasan YPI Darussalam Ciputat
70
Nama : Drs. H.M. Salman Faris, S.E b. Kepala sekolah Nama : Marul Wa’id, S.Ag. c. Dewan guru beserta staf 1) Ismail Fahmi S.T menjabat sebagai Wakil kepala sekolah dan bagian Kurikulum dan guru Matematika, Fisika dan Kimia. 2) Wisa Dwitiara, S.Si,Apt sebagai bidang kesiswaan dan guru Geografi. 3) Azye Murni sebagai guru Bahasa Indonesia. 4) Ardila menjabat sebagai guru Sosiologi. 5) Mulyadi, S.Pd sebagai guru Biologi 6) Muslihudin,S.Pdi sebagai guru Agama dan Al-qur’an. 7) Ubaidillah, S.S sebagai guru Sejarah. 8) Sophan Sopian S, S. Kom sebagai guru TIK. 9) Priyanto sebagai guru Kesenian. 10) Islah Cahyadi, S.H sebagai guru PPKN 11) M Yahya, S.Pd sebagai guru Agama dan Al-qur’an. 12) Drs Ardila sebagai guru Sosiologi. 13) Nur Asma, S.E, M.M sebagai guru Ekonomi 14) Ina Rahmanita, S.Pd sebagai guru Kimia. 15) Tita Nurhidayat, S.Pd sebagai guru Matematika. 16) Firman, S.Pd sebagai guru Bahasa Inggris. 4.
Data Siswa Tabel 48 DaftarSiswa SMA Darussalam NO
KELAS
L
P
JUMLAH
1
X.1
32
7
39
2
X.2
31
9
39
3
X.3
28
9
37
91
25
116
JUMLAH
71
1
XI IPA 1
12
23
35
2
XI IPS 2
20
5
25
3
XI IPS 3
21
7
28
4
XI IPS 4
21
8
29
74
43
117
JUMLAH 1
XII IPA 1
10
22
39
2
XII IPS 2
33
8
39
3
XII IPS 3
34
8
41
JUMLAH
77
38
115
TOTAL
242
106
348
72
5.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Darussalam Ciputat meliputi:
1.
Gedung milik sendiri
2.
Ruang belajar tiga lantai
3.
Laboratorium bahasa ( Full AC)
4.
Laboratorium Komputer + internet ( Full AC)
5.
Laboratorium IPA ( Biologi, Fisika, dan Biologi)
6.
Sarana Olahraga (Hall Mini)
7.
Perpustakaan
8.
Sarana ibadah (Masjid)
9.
Ruang kesenian
10. Kantin sekolah
6.
Lainnya yang Relevan Untuk menyalurkan minat, bakat, dan keterampilan siswa, SMA Darussalam Ciputat telah mengadakan kegiatan ekstrakulikuler di antaranya adalah:
1.
Volli
2.
Paskibra
3.
Kursus Bahasa Inggris
4.
Qiro’at Al-Qur’an
5.
Basket
6.
Komputer
7.
Sepak Bola
8.
Seni (Marawis)
9.
Bulu tangkis Prestasi yang pernah diraih oleh SMA Darussalam Ciputat khususnya dalam bidang olahraga, di antaranya:
1.
Team Bola Voli Prop. Banten Indocement 2002
73
2.
Juara III Putri Bola Voli Unpam 2002
3.
Juara III Putri Bola Voli SMU TOSCA 2003
4.
Juara II Bola Voli SMA Parung dsk. SMA 1 Parung 2003
5.
Juara III Bola Voli TOSCA Pemb. Jaya 2003
6.
Team Bola Voli Popda SMA Kab. Tangerang 2004
7.
Juara I Putra dan Putri Bola Voli SMT PNB 2004
8.
Juara II Putra Bola Voli UNIS CUP X tingkat SMA Se-Kab & Kota Tangerang 2008
9.
Juara I Volli Putra Piala Walikota Depok 2010
10. Piala Bergulir Sepak Bola Gubernur Banten 2010 11. Juara I Sepak Bola LPI Tk. Nasional 2010 12. Piala Bergilir Sepak Bola Presiden RI 2010 Utusan ke Mancanegara: 1.
Timnas ke Thailand U-18 Th 2006 (Egi Melgiansyah)
2.
Timnas Adidas ke Spanyol U-17 Th 2007
3.
Timnas ke Uruguay U-17 Th 2008 (Ferdiansyah)
4.
Pemain Terbaik Piala Coca-cola 2009 ke Afrika Selatan (Dedi Kusnandar)
5.
Timnas U-17 ke Uruguay tahun 2011 (Wawan Febrianto)
6.
Timnas ke Uruguay U-17 tahun 2011 (Dinan)
7.
Timnas ke Uruguay U-17 tahun 2011 (Maldini)
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab VI, yakni tentang pengaruh strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Darussalam Ciputat, maka dapat disimpulkan tidak adanya hubungan positif antara strategi PBAS dengan motivasi siswa belajar bahasa Indonesia di SMA Darussalam Ciputat. Keduanya tidak mempunyai pengaruh yang kuat antara satu dengan yang lainnya. Hal ini di buktikan dengan rendahnya korelasi antara kedua variabel, yaitu hanya sebesar 0,362. B. Saran Pihak sekolah, terutama pendidik hendaknya lebih memerhatikan dan meningkatkan strategi pembelajaran agar suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan mampu membuat peserta didik semangat dalam belajar. Pendidik juga diharapkan dapat lebih kreatif dalam memilih strategi
pembelajaran
yang cocok untuk
dipakai
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Jika strategi yang diterapkan membuat suasan belajar yang menyenangkan maka peserta didik secara tidak langsung akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran tersebut.
74
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. 1997 Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 1996 Bahri, Syaiful. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2011 Brown, H.Douglas. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat. 2008 Dornyei, Zoltan. Motivational Strategies in the Language Classroom. Cambridge: Cambridge University press. 2001 Hadeli. Metode Penelitian kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching. 2006 Mar’at, Samsunuwiyati, dkk. Perilaku Manusia Pengantar Singkat tentang Psikologi. Bandung: Refika Aditama. 2006 Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2013 Masitoh. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Agama RI. 2009 Mustafa, Dina.
Memotivasi Mahasiswa untuk Kuliah dan Belajar
Sepanjang Hayat. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001 Orlich, Donald C. Teaching Strategies a Guide to Effective Instruction, Singapore: Wadsworth. 2010 Purwanto. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012
75
76
Reid, Gavin. Memotivasi Siswa di Kelas : Gagasan dan Strategi. Jakarta: PT Indeks. 2009 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana Prenada Media Group. 2012 Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011 Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta. 2006 Surya, Mohammad. Psikologi Konseling. Bandung : C.V. Pustaka Bani Quraisy. 2003 Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012 Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009 Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2012 Wade, Carole. Psikologi. Jakarta: Erlangga. 2007 Wagner, Hugh. The Psychobiology of Human Motivation. London: Routledge. 1999 Wassid, Iskandar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011
77
Wilis, Ratna. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. 2011 Yamin, Martinis. Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik. Ciputat: Referensi. 2012 Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. 2010
78
79
80
Angket Pengaruh Pendekatan Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Nama
:
Kelas
:
Sekolah
:
No
Pertanyaan
Sangat Setuju
1.
Cara mengajar pendidik bahasa Indonesia menggunakan PBAS sehingga peserta didik aktif dalam belajar
2.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru bahasa Indonesia membuat siswa senang dalam belajar.
3.
Guru selalu membebaskan siswanya berpendapat dalam belajar bahasa Indonesia.
4.
PBAS lebih menyenangkan dari pada belajar dengan ekspositori (metode ceramah).
5.
Ekspositori (metode ceramah) lebih menyenangkan dari pada belajar dengan PBAS
6.
Saya merasa bosan jika guru mengajar dengan ceramah
7.
Saya merasa lebih aktif jika guru mengajar dengan PBAS.
8.
Saya merasa lebih termotivasi belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan
Setuju
Kurang
Tidak
Setuju
Setuju
PBAS. 9.
Saya merasa lebih termotivasi belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan ekspositori (metode ceramah)
10. Guru selalu memberikan pujian ketika ada siswa yang mendapat nilai baik pada pelajaran bahasa Indonesia. 11. Saya berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia sendiri. 12. Guru menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan tugas bahasa Indonesia. 13. Guru selalu menilai tugas siswa. 14. Dengan PBAS guru merupakan sumber informasi bagi siswa 15. Dengan PBAS guru terlihat akftif dalam mengajar bahasa Indonesia. 16. Siswa selalu bertanya kepada guru jika terdapat pembahasan yang kurang dipahami. 17. Siswa lebih suka diajak berdiskusi tentang pelajaran yang akan diberikan dibanding hanya menerimanya begitu saja. 18. Saat belajar bahasa Indonesia secara berkelompok siswa saling mengandalakna antara satu dengan yang lainnya.
Angket Pengumpulan Data Motivasi Belajar Siswa Nama
:
Kelas
:
Sekolah
:
No
Pertanyaan
Sangat Setuju
1.
Hadir tepat waktu saat pelajaran bahasa Indonesia.
2.
Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai.
3.
Saya bersemangat memerhatikan guru mengajar bahasa Indonesia.
4.
Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran bahasa Indonesia.
5.
Saya mengerjakan tugas bahasa Indonesia dengan usaha sendiri.
6.
Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran bahasa Indonesia.
7.
Saya mengerjakan tugas bahasa Indonesia asal-asalan yang penting selesai.
8.
Saya baru belajar bahasa Indonesia ketika ada tugas atau ulangan.
9.
Saya putus asa jika merasa sulit saat belajar bahasa Indonesia.
10. Saya merasa lelah mengikuti pelajaran
Setuju
Kurang
Tidak
Setuju
Setuju
bahasa Indonesia. 11. Saya suka mengobrol di kelas saat guru menerangkan pelajaran bahasa Indonesia. 12. Saya bertanya jika menemukan kesulitan mengerjakan soal bahasa Indonesia. 13. Saya menerima berapapun nilai bahasa Indonesia yang saya dapatkan. 14. Saya tidak pernah mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sampai selesai. 15. Saya senang mengobrol dengan teman saat pelajaran kosong. 16. Saya puas jika mendapatkan nilai bahasa Indonesia lebih baik dari nilai sebelumnya. 17. Saya puas mendapatkan nilai bahasa Indonesia yang rendah. 18. Jika pelajaran bahasa Indonesia menyulitkan saya tidak akan belajar lagi. 19. Saya tidak mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia 20. Jika guru mata pelajaran bahasa Indonesia tidak masuk saya mendiskusikan pelajaran yang lalu dengan teman.
BIOGRAFI PENULIS Septiara Lianasari, kelahiran Bogor, 17 September 1992 ini merupakan anak pertama dari Bapak Mamet dan Ibu Aminah yang mengawali pendidikan pertamanya di RA AlHidayah Depok pada tahun 1997 sampai dengan 1998. Pendidikan dasarnya dilanjutkan di MI Al-Hidayah Depok dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2004, lalu melanjutkan pendidikan menengah pertama di Mts AlHamid Jakarta Timur pada tahun 2004 sampai dengan 2007. Bertahun-tahun mengenyam pendidikan di sekolah islam, sulung dari tiga bersaudara ini, memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah umum, yakni di SMAN 98 Jakarta Timur pada tahun 2007-2010. Melalui tes Ujian Mandiri Bersama (UMB) yang diadakan oleh tujuh Universitas Negeri di Indonesia, perempuan yang mempunyai hobi menari ini berhasil menjadi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mengambil kuliah di bidang pendidikan merupakan keinginan dari kedua orangtuanya. Dengan demikian ia memutuskan untuk memenuhi keinginan orangtuanya yang menginginkan anak perempuan mereka menjadi seorang guru. Selama menjadi mahasiswa, perempuan kelahiran Bogor ini aktif di Pojok Seni Tarbiyah (Postar) khususnya di elemen Tari Tradisional dan sempat menjabat sebagai koordinator elemen Tari Tradisional periode 2013-2014. Bergabungnya perempuan ini dalam Postar merupakan pelajaran berharga yang ia temukan dalam empat tahun perkuliahan yang ia jalani. Tak hanya ilmu dan hal-hal baru yang ia dapatkan tetapi ia juga merasa mendapat keluarga baru, yakni keluarga Pojok Seni Tarbiyah.