[95] Sebagian Sifat Munafik Friday, 18 January 2013 13:38
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (TQS al-Nisa’ [4]: 142).
Orang munafik adalah orang kafir yang menampakkan diri sebagai orang Mukmin. Itu dilakukan untuk mengelabuhi umat Islam dengan berbagai tendensi dan motivasi. Meskipun mereka berupaya keras menyembunyikan kekufuran mereka, namun kaum Muslimin tidak terlalu susah mengenal mereka. Sebab, banyak ayat yang menceritakan tentang sifat-sifat khas mereka. Ayat ini adalah di antaranya.
Menipu Allah
Allah SWT berfirman: Inna al-munâfiqîna yukhâdi’ûnal-Lâh (sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah). Kandungan ayat ini masih melanjutkan dari ayat-ayat sebelumnya yang menerangkan tentang sifat munafik. Diterangkan Ibnu Katsir ketika menjelaskan QS al-Baqarah [2]: 8, kata al-nifâq berar ti izh -hâr al-khayr wa isrâr al-syarr (menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan). Jenisnya ada yang bersifat i’tiqâdî,
1/5
[95] Sebagian Sifat Munafik Friday, 18 January 2013 13:38
yakni orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. Mereka ini kekal di dalam neraka. Ada juga yang bersifat amaliyy. Ini juga merupakan dosa yang paling besar.
Dalam ayat ini diberitakan bahwa orang-orang munafik itu yukhâdi’ûnal-Lâh, menipu Allah. Secara bahasa, kata al-khidâ’ berarti izh-hâr khilâf mâ takhfîhi (menampakkan yang berbeda dengan apa yang disembunyikan). Demikian Ibnu Manzhur dalam Lisân al-‘Arab. Inilah yang mereka lakukan kepada Allah SWT. Mereka melakukan tindakan menipu-Nya dengan menampakkan keimanan dan menyembunyikan keimanan.
Upaya mereka tentu sia-sia. Sebab, tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Dia mengetahui semua perilaku mereka, hingga yang masih tersimpan dalam dada manusia sekalipun. Maka, alih-alih bisa menghindarkan dari azab, tindakan mereka jusru menambah berat azab yang harus diterima.
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah SWT membalas tindakan mereka. Allah SWT berfirman: wahuwa khâdi’uhum (dan Allah akan membalas tipuan mereka). Artinya, mujâzîhim bi al-‘iqâb ‘alâ khidâihim (Allah membalas mereka dengan hukuman atas penipuan mereka. Demikian Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya.
Dikatakan juga oleh al-Syaukani, bahwa Allah SWT menipu mereka adalah dengan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan terhadap-Nya. Allah SWT membiarkan mereka menampakkan Islam di dunia, melindungi harta dan darah mereka, dan menunda siksa terhadap mereka hingga di akhirat; kemudian Dia membalas mereka atas penipuan mereka dengan neraka yang paling bawah. Ditegaskan Allah SWT dalam (TQS al-Nisa’ [4]: 145).
Hukuman lainnya, sebagaimana diterangkan al-Hasan yang dikutip al-Qurthubi, bahwa semua seorang, baik Mukmin maupun munafik diberikan cahaya pada hari kiamat. Orang-orang munafik pun merasa senang dan mengira telah selamat dari siksa. Namun ketika mereka telah
2/5
[95] Sebagian Sifat Munafik Friday, 18 January 2013 13:38
sampai pada shirâth, semua cahaya orang munafik itu dipadamkan. Allah SWT berfirman: Pad a hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa (TQS al-Hadid [57]: 13).
Itulah balasan bagi orang-orang yang bertindak lancang menipu Allah SWT.
Malas Mendirikan Shalat
Jika dalam perkara akidah mereka menipu Allah, begitu pula dalam perkara amal. Allah SWT berfirman: wa idzâ qâmû ilâ al-shalâh qâmû kusâlâ (dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas). Dalam ayat ini diterangkan bahwa mereka tidak meninggalkan shalat sama sekali. Mereka masih mau mengerjakannya. Akan tetapi, ketika mengerjakan perintah Allah SWT, mereka diliputi dengan rasa malas. Mereka mengerjakannya dengan kusâlâ (malas). Dikatakan al-Syaukani, mereka merasa malas dan berat. Mereka tidak berharap kepada pahala dan tidak takut terhadap siksa. Allah SWT berfirman: Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (TQS al-Taubah [9]: 54).
Shalat merupakan aktivitas ibadah kepada-Nya. Dijanjikan pahala amat besar bagi pelakunya. Sebaliknya, orang-orang yang meninggalkannya diancam dengan siksa yang amat pedih. Maka bagi orang-orang yang mengimani pahala dan dosa, surga dan neraka, dan kehidupan akhirat tentu akan mengerjakan dengan ringan dan penuh semangat. Sebaliknya, orang yang tidak mengimani semua itu, pasti menolak mengerjakan. Itulah sesungguhnya yang terjadi pada orang munafik. Namun karena telanjur menampakkan dirinya sebagai orang Mukmin, mereka pun mengerjakannya, maka niatnya bukan karena ingin mendapatkan pahala, surga, dan ridha-Nya. Itu dilakukan agar dilihat orang lain sebagaimana ditegaskan Allah SWT: yurâûna al-nâs (mer eka bermaksud riya [dengan shalat] di hadapan manusia).
3/5
[95] Sebagian Sifat Munafik Friday, 18 January 2013 13:38
Dijelaskan al-Qurthubi, pengertian al-riyâ` adalah menampakkan kebagusan agar dilihat orang, bukan karena mengikuti perintah Allah. Itulah yang motivasi yang melatari mereka mengerjakan shalat. Qatadah berkata, ”Demi Allah, seandainya manusia tidak shalat, maka orang munafik tidak akan shalat.
Dalam hadits shahih disebutkan: Sesungguhnya shalat yang paling berat atas kaum munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh (HR Ahmad). Waktu kedua shalat tersebut dalam keadaan gelap sehingga tidak bisa saling melihat. Selama tidak dilihat orang, maka orang munafik tidak akan pergi shalat. Sedangkan shalat Dhuhur, Ashar, dan Maghrib mereka agar bisa dilihat.
Dengan demikian, mereka tidak mengerjakan shalat kecuali karena riya’ dan sum’ah. Bukan karena dorongan agama bahwa itu wajib atas mereka. Mereka menampakkan ketaatan kepada kaum Mukmin seolah-olah mereka adalah orang Mukmin.
Sedikit Menyebut Allah
Kemudian dijelaskan sifat lainnya dengan firman-Nya: Walâ yadzkurûna illâ qalîl[an] (dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali). Dzikrul-Lâh (mengingat dan menyebut Allah) merupakan sesuatu yang diperintahkan sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (TQS al-Ahzab [33]: 41).
Dzikir kepada Allah ada dua jenis, dengan hati dan dengan lisan. Ditegaskan dalam ayat ini bahwa mereka tidak menyebut Allah SWT kecuali hanya sedikit. Karena dasarnya mereka memang tidak beriman, mereka tentu enggan untuk melakukannya. Kalau pun melakukannya, sangat sedikit. Itu pun dilakukan tanpa didasarkan kepada keikhlasan.
4/5
[95] Sebagian Sifat Munafik Friday, 18 January 2013 13:38
Diterangkan al-Syaukani, dikatakan sedikit karena tidak adanya keikhlasan dalam melaksanakannya. Bisa karena tidak diterima atau memang benar-benar sedikit. Tak jauh berbeda, Ibnu Jarir al-Thabari juga mengatakan: Mereka tidak menyebut Allah SWT kecuali dzikir karena riya’ dalam rangka untuk melindungi diri mereka dari pembunuhan, penawanan, dan perampasan harta. Bukan dzikir yang didasarkan pada keyakinan untuk mentauhidkan Allah dan memurnikan ketuhanan-Nya. Inilah yang disebut Allah SWT ‘qalîl[an]’ (sedikit) karena tidak ditujukan untuk Allah, tidak untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan tidak berkeinginan untuk mendapatkan pahala-Nya meskipun dzikir itu banyak dilakukan oleh pelakunya. Demikianlah di antara sifat orang munafik. Semoga kita terhindar dari semua sifat buruk tersebut. Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar: 1. Munafik secara i’tiqadi adalah orang kafir yang menampakkan dirinya sebagai orang Mukmin. 2. Di antara sifat munafik adalah menipu Allah, malas mengerjakan shalat, dan hanya sedikit mengingat dan menyebut Allah SWT.
5/5