PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)
Oleh : RISELVINO MINANDA NIM : 203082001942
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Riselvino Minanda
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 19 Mei 1984 3. Alamat
: Jl Reni Jaya Blok G 13/9
4. Telepon
: 085715304562/(021)95990257
II. PENDIDIKAN 1. SDN Pondok Petir 01
1990 – 1996
2. SLTPN 01 Ciputat
1996 – 1999
3. SMUN 1 Serpong
1999 – 2002
III. LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: Riswarman M Yasin
Ibu
: Elvina BA
Alamat
: Jl Reni Jaya Blok G 13 No 9, Sawangan Depok 16517
PERCEPTION MANAGER of COMPANY WARALABA of TO FACTOR INFLUENCING PUBLIC ACCOUNTANT INDEPENDENCY ( Empirical Study of Restaurant McDonald's in Jakarta and Singapura) By Riselvino Minanda ABSTRACTION This research is aim to analyse the influence between the financial interest in client’s company and business relationship with their clients, competition among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided by auditors, time duration of audit, the size of a Public Accountant Office [KAP], and the amount of audit fee with the public accountant independency. This research is used primary data through kuesioner filled by group of manager in McDonald’s. Judgement sampling is used as research sampling methode. Research responder is a group of thirty five manager in McDonald’s restaurant that based on Jakarta and Singapore region. For data analyse and hyphotesis test we used Double Regretion methode, supported by SPSS for Windows program. Result of this research, using simultaniously regretion test, revealed the financial interest in client’s company and business relationship with their client, competition among Public Accountant Office [KAP], non audit service provided by auditors, time duration of audit, the size of a Public Accountant Office [KAP], and the amount of audit fee, do have a significant influence on the public accountant independency. Keyword : Accountant Public, Independecy Audit
PERSEPSI MANAJER PERUSAHAAN WARALABA TERHADAP FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)
Oleh Riselvino Minanda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh secara parsial dan simultan variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP), besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi akuntan publik,. Penelitian ini menggunakan data primer melalui pengisian kuisioner oleh kalangan manajer McDonald’s. Penelitian sampel digunakan dengan menggunakan metode judgement sampling. Responden penelitian adalah para manajer yang bekerja di McDonald’s di wilayah Jakarta dan Singapura sebanyak tiga puluh lima responden. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan metode regresi berganda yang didukung program SPSS For Windows. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP), besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi. Namun secara parsial hanya variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien dan besarnya audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Kata Kunci: Akuntan Publik, Independensi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan. Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syaratsyarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, dan yang selalu mengiringi saya melalui doa dan restu. Tanpa kalian, saya tidak berarti apa – apa. Semangat papa dan mama selalu memacu saya untuk terus berjuang dalam menjalani hidup yang keras ini. Ur d BEST PARENT i ever HAD 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 3. Bapak Dr. Yahya Hamja MM., selaku dosen pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 4. Ibu Rini SE., Ak., MM., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan sehingga penulis skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Kakak saya Uda Yoga, Uda Dede, Uni Yona, Uni Eka dan Adek- adek saya Putri, Eci, Zaza yang sudah berikan support ke saya. I Love U aLL.. 6. Seluruh dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, staf keamanan dan staf kebersihan Fakultas Ekonomi atas semua ilmu, bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan 7. Semua teman-teman seperjuangan akuntansi dan manajemen angkatan 2003 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-satu, terimakasih telah memberikan masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.
8. Uni yang selalu memberikan motivasi selama ini. Dalam menjalani semua ini,kamu selalu ada disamping saya, di kondisi susah maupun senang, kamu selalu memberikan spirit yang tidak pernah saya dapatkan selain keluarga. I Love U sO muCH 9. Teman-teman Kebab Turki, Ayam Bakar Mas Mono, Jajaran Managemen Babarafi Group dan seluruh staff McDonald’s , yang telah memberikan support. 10. Pihak Manager McDonald’s yang bersedia untuk mengisi kuisioner demi terkumpulnya dan selesainya penelitian ini. Maaf sudah merepotkan 11. Untuk semua orang yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya, saya mengucapkan terima kasih banyak Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, 18 Maret 2011
Riselvino Minanda
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iv ABSTRACT ......................................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Perumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2. Manfaat Penelitian .....................................................................
1 6 6 6 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................................ 8 1. Persepsi.................................................................................. .... 8 2. Manajemen Perusahaan Waralaba .............................................. 9 3. Akuntan Publik.................. ......................................................... 14 4. Independensi Akuntan Publik ..................................................... 16 a. Definisi Independensi .............................................................. 16 b. Pentingnya Independensi ........................................................ 18 c. Aspek Independensi Akuntan Publik ...................................... 19 d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik ......................... 21 5. Faktor – faktor yang mempengaruhi Indenpendensi Penampilan Akuntan Publik ........................................................................... 22 a. Ikatan Keuangan dan Hubungan dengan klien ........................ 22 b. Persaingan antar Kantor Akuntan Publik (KAP) .................... 23 c. Pemberian jasa lain selain jasa audit ....................................... 25 d. Lamanya penugasan audit ....................................................... 26 e. Ukuran suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).......................... 27 f. Besarnya Audit fee ................................................................... 28 B. Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 32 D. Hipotesis........................................................................................... 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 34 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................... 34 C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 35 D. Metode Analisis ............................................................................... 37 1. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 38 2. Analisis Regresi Berganda .......................................................... 41 3. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 42 E. Uji Statistik dan Hipotesis................................................................ 44 F. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 48 BAB IV PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................... 53 1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s ............................... 53 2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 54 3. Karakteristik Data Kuesioner ..................................................... 56 B. Analisis dan Pembahasan ................................................................. 57 1. Uji Validitas ............................................................................... 57 2. Uji Reabilitas.............................................................................. 66 C. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik............. 67 1. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap ikatan kepentingan keuangan dan usaha dengan klien .......................... 67 2. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Persaingan antar Kantor Kauntan Publik (KAP) ........................ 75 3. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Pemberian Jasa Lain selain Jasa Audit........................................ 81 4. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Lamanya Penugasan Audit ......................................................................... 88 5. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) .................................................... 94 6. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Besarnya audit fee......................................................................................101 7. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Independensi Akuntan Publik dalam Hal Kejujuran Akuntan Publik.........................................................................................107
8. Hasil kuesioner persepsi manajer McDonald’s terhadap Independensi Akuntan Publik dalam Hal Keahlian Akuntan Publik D. Uji Asumsi Klasik..........................................................................121 1. Uji Normalitas Data..................................................................121 2. Uji Multikolinieritas..................................................................123 3. Uji Heterokedasitas...................................................................125 E. Hasil Pengujian Hipotesis...............................................................126 1. Uji T Partial.............................................................................126 2. Uji F.........................................................................................129 3. Uji Koefisien Determinasi.......................................................130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.....................................................................................132 B. Implikasi.........................................................................................133 C. Saran...............................................................................................133 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................134 LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2
Keterangan Kerangka Pemikiran Hasil Uji Normalitas Data Hasil Uji Heterokedatisitas
Halaman 31 122 125
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13
Keterangan Skala Linkert Kategori Tinggi Rendahnya Realibilitas Instrumen Operasional Variabel Penelitian Data Distribusi Sampel Penelitian Data Sampel Penelitian Deskriptif Responden Ikatan Kepentingan Keuangan Dan Hubungan Usaha Dengan Klien Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP) Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit Lamanya Penugasan Audit Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) Besarnya Audit Fee Independensi Kejujuran Keahlian Uji Reliability Statistics Hasil Kuesioner tentang Hubungan Usaha dan
Halaman 38 41 48 55 56 56 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Hutang Piutang Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik (KAP) pada Perusahaan Klien Tabel 4.14
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik memiliki Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien
Tabel 4.15
72
Hasil Kuesioner tentang Istri Auditor menjadi Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan Klien
Tabel 4.19
71
Hasil Kuesioner tentang Auditor menyewa Gedung milik Klien
Tabel 4.18
70
Hasil Kuesioner tentang Mayoritas Pendapatan KAP berasal dari Klien
Tabel 4.17
69
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Meminjam Sejumlah Uang Kepada Direktur Perusahaan Waralaba
Tabel 4.16
68
Hasil Kuesioner tentang Presiden Direktur Perusahaan Klien menunjuk Seorang Auditor sebagai Pelaksana
73
dan Sekaligus Auditor dari Salah Satu Perusahaannya Tabel 4.20
Hasil Kuesioner tentang Pengaruh Tajamnya Persaingan Antar KAP
Tabel 4.21
76
Hasil Kuesioner tentang Munculnya Penggabungan KAP yang satu dengan yang lain
Tabel 4.23
75
Hasil Kuesioner tentang Persaingan Antar KAP yang relatif tidak Tajam
Tabel 4.22
74
77
Hasil Kuesioner tentang Timbulnya KAP Berskala Nasional dan Internasional
78
Tabel 4.24
Hasil Kuesioner tentang Berdirinya KAP Berskala Kecil
79
Tabel 4.
Hasil Kuesioner tentang Adanya Persaingan Fee antar KAP
Tabel 4.26
Hasil Kuesioner tentang Kekhawatiran Auditor terhadap Kliennya yang mencari Kantor Akuntan Lainnya
Tabel 4.27
81
Hasil Kuesioner tentang Jasa Konsultasi Manajemen Pada Klien
Tabel 4.28
80
82
Hasil Kuesioner tentang Jasa Akuntansi Yang diberikan oleh Akuntan Publik
83
Tabel 4.29
Hasil Kuesioner tentang Jasa Pembukuan
84
Tabel 4.30
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Sengaja Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan Jasanya
85
Tabel 4.31
Hasil Kuesioner tentang Jasa Perpajakan
86
Tabel 4.32
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Cenderung Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain Jasa Audit
87
Tabel 4.33
Hasil Kuesioner tentang Audit Lebih dari 5 Tahun
88
Tabel 4.34
Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun
89
Tabel 4.35
Hasil Kuesioner tentang Penugasan yang Bersifat Kekeluargaan
Tabel 4.36
90
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Cepat Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang Ketat dalam Melaksanakan Prosedur Audit
Tabel 4.37
91
Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit 5 Tahun atau Kurang Menyebabkan Informasi yang disajikan dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat
Tabel 4.38
92
Hasil Kuesioner tentang KAP atau Auditor dapat Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien yang sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak Mengaudit Klien
Tabel 4.39
Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun
Tabel 4.40
94
Hasil Kuesioner tentang Audit pada Perusahaan Go Publik dilakukan oleh KAP Besar
Tabel 4.41
93
95
Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat
Tabel 4.42
Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan oleh KAP Kecil Lebih Menjamin Independensinya
Tabel 4.43
96
97
Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat
Tabel 4.44
Hasil Kuesioner tentang KAP Besar Lebih Independen daripada KAP Kecil
Tabel 4.45
99
Hasil Kuesioner tentang KAP Kecil Lebih Independen daripada KAP Besar
Tabel 4.46
98
Hasil Kuesioner tentang Audit Fee yang diberikan Klien
100
dilakukan Secara Objektif Tabel 4.47
Hasil Kuesioner tentang Jasa Audit Fee dari Klien yang Berjumlah Besar
Tabel 4.48
104
Hasil Kuesioner tentang Ketergantungan Pada Klien karena Audit yang Besar
Tabel 4.51
103
Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan
Tabel 4.50
102
Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan
Tabel 4.49
101
105
Hasil Kuesioner tentang Waktu dan Biaya Audit yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil
106
Tabel 4.52
Hasil Kuesioner tentang Auditor Bersikap tidak memihak 107
Tabel 4.53
Hasil Kuesioner tentang Auditor dengan Kejujuran yang Tinggi akan Lebih Independen dalam Mendeteksi kekeliruan audit
Tabel 4.54
Hasil Kuesioner tentang Auditor harus senantiasa mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental
Tabel 4.55
109
Hasil Kuesioner tentang Auditor Bebas dari prasangka yang meragukan independensinya
Tabel 4.56
108
110
Hasil Kuesioner tentang Bukti Pemeriksaan yang Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan Secara Menyeluruh
Tabel 4.57
Hasil Kuesioner tentang Pengkajian dan penilaian yang layak (Objektif dan tidak Bias)
Tabel 4.58
113
Hasil Kuesioner tentang Auditor tidak dibenarkan Memihak Kepada Kepentingan Siapapun
Tabel 4.60
112
Hasil Kuesioner tentang Auditor Tidak Mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang diperiksa
Tabel 4.59
111
Hasil Kuesioner tentang Auditor Perlu Menjalankan
114
Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi Persyaratan sebagai Seorang Profesional Tabel 4.61
Hasil Kuesioner tentang Hasil Audit Harus Berdasarkan atas kenyatan yang ditemukan
Tabel 4.62
115
116
Hasil Kuesioner tentang Penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat, kritis dan independensi
Tabel 4.63
117
Hasil Kuesioner tentang Auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya
Tabel 4.64
118
Hasil Kuesioner tentang Pengalaman Auditor yang mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian
Tabel 4.65
119
Hasil Kuesioner tentang Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit
Tabel 4.66
120
Hasil Kuesioner tentang Pekerjaan audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya
121
Tabel 4.68
Hasil Kuesioner tentang One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji Multikolinieritas
123 124
Tabel 4.69
Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji T Parsial
126
Tabel 4.70
Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji F Simultan ANOVA(b) 129
Tabel 4.71
Hasil Kuesioner tentang Hasil Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.67
130
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8
Keterangan Kuesioner Penelitian Normal P-plot or Regresion One Sample Kolmogorov- smirnov test Uji Multikolinieritas Uji Heterokedastisitas Uji T Parsial Uji F simultan Daftar Jawaban Responden Manajer McDonald’s
Halaman 137 141 142 143 144 145 146 147
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media penting dalam mengkomunikasikan fakta mengenai perusahaan go public atau perusahaan waralaba dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Informasi keuangan merupakan salah satu informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomis. Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public dan waralaba , terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajemen. Mengingat banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, terlihat adanya kepentingan berbeda antara manajemen dengan pihak pemakai laporan keuangan. Manajemen berkepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya. Manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan pengecualian, karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice 1982:327). Pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan pihak yang berkepentingan dapat dipenuhi. Untuk menjamin kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan, perlu pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik (auditor) independen. Untuk memastikan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu diaudit. Agar informasi dapat dipercaya bagi manajemen dan pemiliknya karena semakin kompleks transaksi yang terjadi di perusahaan, maka aturan standar akuntansi yang harus diikuti untuk membuat laporan keuangan juga semakin kompleks.. Dalam perusahaan publik dan waralaba, pemilik (public) tidak bisa secara langsung melakukan verifikasi terhadap kualitas informasi dalam laporan keuangan, untuk itu diperlukan auditor melakukan verifikasi terhadap informasi keuangan yang disajikan oleh manajemen. Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam melaksanakan tugasnya. Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi. Auditor yang mempertahankan objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan dan permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Auditor yang menegakkan independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. Di samping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana
seorang auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya. (Sri Trisnaningsih 2007:2) Akuntan publik
merupakan suatu profesi kompleks. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan. Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter (Purnamasari 2006:2)
Berdasarkan uraian di atas, akuntan publik akhirnya memiliki posisi yang strategis baik dimata manajemen perusahaan waralaba maupun dimata pemakai laporan keuangan. Manajemen atau klien akan puas jika audit yang dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik dan memiliki pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan tepat dan sebagainya. Menurut (Liliek Purwanti, 2007) dalam (Widagdo et al, 2002) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas audit oleh kantor akuntan public (KAP) yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien. Terdapat 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7) komitmen kuat terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan, (9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi, dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan klien, antara lain : (1) Pengalaman melakukan audit, (2) Memahami industri klien, (3) Responsif
terhadap kebutuhan klien, (4) Pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) Komitmen kuat terhadap kualitas audit, (6) Keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan dan (7) Melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien. Di sisi lain pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien dan pihak ketiga (stakeholders). Sikap akuntan yang demikian ini sering disebut sebagai sikap independensi. Beberapa peneliti telah melakukan analisis mengenai independensi penampilan akuntan publik, (Oni Zamroni, 2006) melakukan penelitian terhadap penerapan sikap independensi akuntan publik dari sudut pandang mahasiswa akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan mahasiswa jurusan akuntansi pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik. (Supriyono, 1988) dalam (Wati dan Subroto, 2003) telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian ini mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) ikatan keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar kantor akuntan publik (KAP); (3) pemberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit;
(5) besar kantor akuntan; dan (6) besarnya audit fee. Responden yang dipilih meliputi direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner kantor akuntan publik (KAP), pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non bank, dan Bapepam. (Liliek, 2007) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi dan independensi yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Responden yang dipilih hanya dilakukan pada kantor akuntan publik (KAP) yang ada di Jawa Timur sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan mengenai kondisi auditor di Jawa Timur. Dan peneliti tidak membedakan auditor sebagai responden berdasarkan posisi mereka di kantor akuntan publik (KAP) (yunior, senior dan supervisor)
sehingga
tidak
diketahui
secara
pasti
tingkat
kompetensi,
independensi dan etika yang dimiliki. (Susiana, .2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Responden yang dipilih adalah perusahaan publik yang terdaftar selama periode 1 Januari 2000 sampai dengan 31 Desember 2003. Dan hasil yang diperoleh bahwa independensi yang diukur dengan audit fee tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Secara tersirat dapat disimpulkan bahwa memang ada suatu keraguan yang dialamatkan kepada profesi akuntan publik. Dan jika kita berbicara mengenai keraguan, tak pelak lagi masalah independensi akan terkait disitu. Adalah menjadi kewajiban profesi untuk mempertahankan dan juga menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan independensinya. Oleh karena itu, berdasarkan evaluasi tersebut dan
berdasarkan pula pada penelitian sebelumnya, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik (Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah bagaimanakah persepsi manajemen perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk menganalisis persepsi manajemen perusahaan waralaba terhadap faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi penulis: Memperoleh pengalaman dan pengetahuan bagi penulis serta mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi independensi penampilan
akuntan
public
pada
perusahaan
waralaba,
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh pada perkuliahan. b. Bagi akuntan dan profesi:
serta
Informasi yang diberikan oleh penulis dapat digunakan sebagai motivasi bagi para akuntan untuk dapat lebih independen dalam menjalankan profesinya, serta membangkitkan naluri profesionalnya dalam memberikan jasa-jasa audit bagi masyarakat luas. c. Bagi mahasiswa dan pembaca Mendapatkan
pengetahuan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik, serta menambah pemahaman terhadap permasalahan independensi. d. Bagi akademis: Secara teoritis bagi akademis berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang auditing dan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang auditing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persepsi Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan (Kartono, 1990) dalam (Zamroni, 2006:11). Menurut (Zarkasi, 1986) dalam (Zamroni, 2006:11), persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Kata persepsi berasal dari “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami, atau menanggapi sesuatu (Echol dan Sadily 2004:424) dalam (Zamroni, 2006:11). Dalam kamus bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Depdiknas, 2003:863). Menurut Bimo Walgito (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: a. Stimulus yang cukup kuat. b. Fisiologis dan psikologis.
Jika sistem fisiologis terganggu maka akan berpengaruh dalam persepsi seseorang, sedangkan segi psikologis mencakup pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, dan sebagainya. c. Lingkungan Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi persepsi. Bila pada akhirnya menjadi masalah penting yang mungkin diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberi stimulus kondisi yang menyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi tersebut. Begitu pula sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan Selamat, 2002) dalam (Zamroni, 2006:13).
2. Manajemen Perusahaan Waralaba Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis untuk kejujuran atau kebebasan) adalah hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Waralaba (franchise) sebenarnya merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal di dunia, pertama kalinya diperkenalkan oleh perusahaan mesin jahit Singer di Amerika Serikat, pada tahun l851, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format bisnis waralaba di AS, kemudian, caranya ini diikuti oleh
pewaralaba lain yang lebih sukses, John S Pemberton, pendiri Coca Cola. Namun, menurut sumber lain, yang mengikuti Singer adalah industri otomotif AS, General Motors Industry ditahun 1898. Contoh lain di AS ialah sebuah sistem telegraf, yang telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan jalan kereta api, tetapi dikendalikan oleh Western Union serta persetujuan eksklusif antar pabrikan mobil dengan dealer. Di Kerajaan Inggris (UK) berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada dekade 60-an.
McDonald’s, salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di dunia. Menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Di Indonesia sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi., seiring masuknya waralaba asing disektor usaha rumah makan siap saji (fast food chain restaurant) antara lain, KFC, Pioneer Take Out, Texas
Church, dan lain-lainnya. Jaringan bisnis ini berkembang sangat pesat dalam waktu yang singkat, bahkan menurut data di Deperindag RI hingga tahun l997 (sebelum terjadinya Krisis Moneter) telah terdaftar lebih dari 250 perusahaan sebagai penerima waralaba (franchisee) dari suatu waralaba asing, dan tersebar di beberapa bidang usaha, antara lain: a. rumah makan/restoran b. jasa pemasaran c. hotel d. toko buku dan toko cindera mata e. minimarket f. persewaan kendaraan g. pusat kebugaran dan perawatan tubuh h. penata rambut, salon kecantikan, dll. Di sisi lain, perusahaan lokal yang telah mengembangkan usahanya dengan mempergunakan format bisnis waralaba jumlahnya tidaklah sebanyak waralaba asing banyak atau hanya sekitar 10 persen dari jumlah waralaba asing yang ada di Indonesia. Perusahaan lokal tersebut antara lain; McDonald’s, Es Teller 77, CFC, ILP, LIA, Lutuye Salon, Rudy Hadisuwarno, Indomaret dan lain-lainnya. Menurut Campbell Black, yang dimuat dalam Black's Law Dict: “Franchise is a license from owner of a trademark or tradename permitting another to sell a product or service under the name or the mark.“
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah: “Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.” Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan franchisor dan franchisee.
a. Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. b. Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restauran cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu
pembayaran. Dalam perkembangannya, sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis waralaba tidak mengenal diskriminasi. Pemilik waralaba (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA. Waralaba dapat dibagi menjadi dua:
a. Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. b. Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. Biaya waralaba meliputi:
1) Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba
untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI. 2) Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
3. Akuntan Publik Profesi akuntan publik di Indonesia perkembangannya mengacu pada teori dan praktek profesi akuntan publik yang ada di Amerika Serikat, karena pada saat itu profesi akuntan publik sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di Amerika (Zamroni, 2006:15). Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan norma dan etika profesi akuntan adalah adanya kebutuhan profesi mengenai kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa yang akan diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa. Independensi merupakan faktor utama yang harus dijaga oleh seorang akuntan publik. Respon profesi akuntan terhadap tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada pertengahan tahun 1994, yang berisi: a. Perubahan nama komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (Dewan SPAP),
b. Perubahan nama Standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Nama komite yang mencerminkan kesan ad hoc diubah menjadi dewan yang lebih mencerminkan sifat permanen. Perubahan dimaksudkan agar profesi akuntan publik secara berkelanjutan mampu memantau perubahan kebutuhan masyarakat pemakai jasa dan meresponnya dengan capat melalui organisasi permanen. Perubahan nama dari Norma Pemeriksaan
Akuntan
ke
Standar
Profesional
Akuntan
Publik
dimaksudkan untuk menunjukkan peningkatan signifikan mutu jasa audit dan perluasan spektrum jasa di luar audit atas laporan keuangan historis yang dapat disediakan oleh profesi akuntan publik kepada masyarakat. Perumusan SPAP yang dilakukan oleh Dewan SPAP merupakan adopsi dari AICPA Professional Standards as of June 1993 yang diterbitkan oleh AICPA, serta International Standards on Auditing yang dikeluarkan oleh The International Federation of Accountants (IFAC). Ada empat macam standar yang diterbitkan oleh Dewan SPAP sebagai aturan mutu pekerjaan akuntan publik, antara lain standar auditing, standar atestasi, dan standar jasa akuntansi dan review (IAI, 2004). Penyempurnaan terhadap standar profesional akuntan publik terus berlangsung guna memenuhi kebutuhan masyarakat bisnis. Pada tahun 2001 Ikatan Akuntan Indonesia melalui Dewan Standar Profesional Akuntan Publik kembali menerbitkan SPAP per 1 Januari 2001 sebagai up dating dari SPAP per 1 Agustus 1994. Dalam SPAP per 1 Januari 2001
diatur mengenai standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan
review,
sistem
pengendalian
manajemen,
dan
aturan
etika
kompartemen akuntan publik. Standar tersebut berlaku sampai saat ini. Saat ini Departemen Keuangan Republik Indonesia (DepKeu RI) telah merumuskan Rancangan Undang-undang mengenai akuntan publik (RUU Akuntan Publik) melalui panitia antar Departemen Penyusunan RUU Akuntan Publik (AP). Pengaturan melalui RUU AP lebih untuk memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi perlindungan kepentingan masyarakat serta memberikan landasan hukum bagi profesi akuntan publik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Selain itu, akuntan publik merupakan salah satu profesi kunci yang berperan dalam mendorong penerapan good corporate governance (IAI Online, 2006) 4. Independensi Akuntan Publik a. Definisi Independensi Tulang punggung profesi akuntan publik adalah independensi. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi menurut kode etik akuntan tahun 1994 adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Integritas berarti jujur dan dapat
dipercaya,
sedangkan
obyektivitas
berhubungan
dengan
kemampuan akuntan publik untuk mempunyai sikap adil dalam segala hal yang berkaitan dengan tugas profesionalnya (Kell et al, 1989). (Mulyadi, 1992) mengatakan bahwa independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Akuntan publik yang independen adalah akuntan yang tidak terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan. (Arens Loebbeck, 1999) dalam (Supriono, 1998) memberikan pengertian mengenai independensi sebagai berikut, independensi sebagai suatu pemeriksaan yang tidak biasa dalam melakukan tes-tes pemeriksaan,
penilaian
hasil-hasil
dan
mengeluarkan
laporan
pemeriksaan. Menurut (Eric, 1975) dalam (Nadirsyah, 1993), independensi adalah suatu hubungan antara akuntan dan kliennya yang mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga temuan dan laporan yang diberikan auditor hanya dipengaruhi oleh bukti-bukti yang ditemukan dan
dikumpulkan
sesuai
dengan
aturan
dan
prinsip-prinsip
profesionalnya. Menurut (Kosasih, 1984:80) dalam (Zamroni, 2006:23), independensi harus diartikan sebagai bebas dari bujukan, pengaruh, atau pengendalian dari pihak klien. Dengan perkataan lain bila auditor mengikuti kemauan manajemen, maka opininya akan tidak mempunyai nilai. (Holmes, 1877) dalam (Supriyono, 1988:23), berpendapat bahwa
independensi harus diartikan sebagai babas dari bujukan, pengaruh, atau pengendalian dari klien yang diperiksa. Dengan kata lain, jika akuntan publik mengikuti kehendak klien maka pendapat yang dia berikan tidak mempunyai arti. Saat ini konsep independensi semakin sangat penting dan semakin diperketat. Independensi dalam tindakan dan sikap mental harus dipelihara oleh akuntan publik sepanjang masa. Akhirnya, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001:220) melalui Standar Profesional
Akuntan
Publik
SA
Seksi
220
mendefinisikan
independensi sebagai berikut: “… Independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,… tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,… mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen,…” b. Pentingnya Independensi Zamroni (2006), Terjadinya kasus kegagalan audit berskala besar di Amerika Serikat belakangan ini, seperti kasus Enron, telah menimbulkan
kembali
skeptisisme
masyarakat
mengenai
ketidakmampuan profesi akuntansi dalam menjaga independensi. Sorotan tajam diarahkan pada prilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipresepsikan gagal menjalankan perannya sebhagai auditor independen. Schuetze (1994) dalam Zamroni (2006), menyatakan bahwa auditor sejak dua dekade belakangan ini dipandang justru bertindak melayani atau menjadi bersikap secara advokasi bagi klien. Wilcox
(1952) dalam Zamroni (2006:20), menyatakan bahwa independensi adalah salah satu norma pemeriksaan akuntan yang penting, sebab pendapat akuntan independen diberikan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan
yang pada dasarnya merupakan
gambaran
manajemen. Jika akuntan tidak independen terhadap manajemen kliennya, pendapat yang diberikan tidak mempunyai arti. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang dimiliki oleh setiap auditor. Auditor independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya (Zamroni, 2006:21). Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak hanya secara perseorangan tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan. Jika masyarakat menilai seorang akuntan publik atau suatu kantor akuntan telah gagal mempertahankan
independensinya
maka,
kemungkinan
besar
masyarakat manaruh kecurigaan terhadap independensi keseluruhan akuntan publik. Kecurigaan tersebut dapat berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik, khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntan (Supriyono, 1988:20) dalam (Zamroni, 2006:21-22). c. Aspek Independensi Akuntan Publik (Boynton et. al, 2003:66) Independensi sangat penting bagi akuntan sehubungan dengan tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga.
Independensi berarti sikap mental independen auditor dalam menjalankan tugasnya. Independensi merupakan dasar dari profesi auditing. Hal ini berarti bahwa auditor akan bersikap netral terhadap entitas dan akan bersikap obyektif. Publik dapat mempercayai fungsi audit karena auditor bersikap tidak memihak serta mengakui adanya kewajiban untuk bersikap adil. Meskipun entitas adalah klien bagi akuntan publik, namun akuntan publik tetap memiliki tanggung jawab yang lebih besar kepada para pengguna laporan auditor yang jelas telah diketahui.
Akuntan
pertimbangannya
di
tidak bawah
boleh
memposisikan
kelompok
apapun
dan
diri
atau
siapapun.
Independensi, integritas, dan objektivitas auditor mendorong pihak ketiga untuk menggunakan laporan keuangan yang tercakup dalam laporan auditor dengan rasa yakin dan percaya sepenuhnya. Menurut (Ratna, 2006) dalam (Abdul Halim, 2001 : 21) Independensi akuntan publik mempunyai tiga aspek: 1) Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang dijumpai dalam pemeriksaannya. Aspek independensi ini disebut dengan istilah independensi dalam kenyataan atau independence in fact. 2) Independensi dipandang dari sudut pandangan pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan. Aspek independensi ini disebut dengan istilah independen dalam penampilan atau independence in appearance
3) Independensi dipandang dari sudut keahliannya. Seseorang dapat mempertimbangkan fakta dengan baik apabila ia mempunyai keahlian mengenai pemeriksaan fakta tersebut. d. Penggolongan Independensi Akuntan Publik Selain dapat digolongkan ke dalam dua aspek independensi, yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan. Sebagaimana telah diuraikan di atas, independensi akuntan publik dapat digolongkan dengan cara lain. Independensi akuntan publik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Independensi Praktisi (Practitioner Independence) Independensi praktisi adalah independensi nyata dari praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan
kemampuan
praktisi
secara
individual
untuk
mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. 2) Independensi Profesi (Profession Independence) Independensi profesi adalah independensi penampilan akuntan publik sebagai suatu kelompok profesi dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik jika istilah akuntan publik digunakan. Dalam hal ini akuntan publik tidak cukup untuk mempertahankan independensi praktisi tetapi juga harus menjaga dan mempertahankan independensi profesi.
(Abdul Khalik, Snoebali dan Wirage, 1983), (Broen, 1983), (Joyce dan Biddle, 1981), (Knechel dan Messier, 1990), (Messier dan Schelder, 1988) dalam (Zamroni, 2006), menunjukkan bahwa profesi akuntan publik sangat sensitive terhadap permasalahan independensi. 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik (Supriyono, 1998), melakukan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi independensi penampilan auditor di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Ikatan Keuangan dan Hubungan Usaha Dengan Klien Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material di dalam perusahaan yang menjadi kliennya, sebagai trustee atau eksekutor atau administrator atas suatu atau beberapa “estate” yang memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung, memiliki utang atau piutang pada perusahaan yang diauditnya, dan sebagainya.
Departemen Keuangan Republik Indonesia (DEPKEU RI) melalui Panitia Antar Departemen Penyusunan RUU Akuntan Publik dalam Substansi Rancangan Undang-undang Akuntan Publik mengatur masalah ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien. Pada bagian independensi, dijelaskan bahwa akuntan publik dan kantor akuntan publik tidak independen bila mempunyai kepentingan keuangan baik langsung maupun tidak langsung yang materian pada klien audit. Dinyatakan mempunyai kepentingan bila: (DEPKEU RI, 2006) 1) Akuntan publik (AP) atau kantor akuntan publik (KAP) atau Pihak Terasosiasi mempunyai saham lebih besar dari 5% atau memegang kendali pada klien. 2) Mayoritas pendapatan kantor akuntan publik (KAP) dari jasa nonaudit selain jasa non-audit tertentu dalam satu tahun buku sebelum dimulainya pekerjaan audit berasal dari klien dan atau entitas sepengendali klien yang akan diaudit. b. Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP) Tajamnya persaingan antar Kantor Akuntan Publik (KAP) kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi kantor akuntan publik karena tiap Kantor Akuntan Publik (KAP) merasa khawatir akan kliennya. Pada tahun 2003 dari 245 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar resmi di pasar modal, ternyata hanya 20% atau 50% saja yang bisa memiliki klien di sana. Selebihnya
KAP-KAP ini mencari obyekan di luar pasar modal. Hal ini menggambarkan betapa ketatnya persaingan di sana. Apalagi ditambah 60% lebih pangsa pasarnya hanya dikuasai satu kantor akuntan publik (KAP) saja. Semakin
banyak
anggota
profesi
akuntan
publik
mengakibatkan persaingan antara kantor akuntan yang satu dengan kantor
akuntan
lainnya
semakin
tajam.
Persaingan
tersebut
mengakibatkan pula pergeseran-pergeseran nilai pada organisasi kantor akuntan publik, antara lain: 1) Banyaknya pendirian kantor akuntan publik (KAP) berskala kecil. 2) Munculnya penggabungan kantor akuntan public (KAP) yang satu dengan yang lain. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing suatu kantor akuntan. 3) Timbulnya kantor akuntan publik (KAP) berskala nasional dan internasional. 4) Munculnya kantor akuntan public (KAP) nasional sebagai repesentatif kantor akuntan publik internasional. (Zamroni,
2006:38–39),
Persaingan
yang
tajam
dapat
mengakibatkan solidaritas profesional akuntan publik menjadi rendah. Untuk meningkatkan solidaritas profesi dan independensi akuntan publik, diperlukan adanya penggantian kantor akuntan public (KAP) oleh manajemen klien yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Persaingan yang tajam antar kantor akuntan publik (KAP) mungkin
hanya mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap penampilan independensi akuntan publik. Hal ini disebabkan karena kantor akuntan
public
(KAP)
dalam
melaksanakan
pemeriksaan
menggunakan dasar prinsip akuntansi dan standar pemeriksaan akuntan yang sama. Kantor akuntan publik (KAP) besar biasanya mempunyai pengaruh yang besar dalam penyusunan prinsip akuntansi dan standar pemeriksaan tersebut. c. Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit Jasa audit (audit services) adalah audit laporan keuangan yang meliputi upaya untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang mendasari laporan keuangan historis yang memuat asersi yang dibuat oleh
manajemen
entitas.
Berdasarkan
audit
tersebut,
auditor
memberikan pernyataan pendapat positif (pasti) tentang apakah laporan tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Selain memberikan jasa audit, aktivitas kantor akuntan publik (KAP) selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain, misalnya jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan pembukuan. Pemberian jasa ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak kepada kepentingan kliennya.
d. Lamanya Penugasan Audit Menurut (Supriyono, 1988:5), lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik (KAP) pada klien tertentu digolongkan menjadi dua. Pertama, lima tahun atau kurang; Kedua, lebih dari lima tahun. Dalam hal ini dapat dijelaskan secara rinci mengenai peraturan pembatasan penugasan kantor akuntan publik (KAP) dan AP adalah sebagai berikut: “Kantor Akuntan Publik (KAP) hanya dapat memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut, sedangkan untuk Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Akuntan dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 (tiga) tahun buku secara berturut-turut tidak mengaudit klien tersebut.” Penugasan lebih dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi independensi akuntan publik secara negatif karena jangka waktu tersebut dianggap terlalu lama. Karena penugasan yang telalu lama, kemungkinan
dapat
mendorong
akuntan
publik
kehi;angan
independensinya karena akuntan publik tersebut cepat merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat di dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya, penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familier,
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien, dan lebih tahan terhadap tekanan klien e. Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) AICPA menggolongkan ukuran kantor akuntan publik (KAP) menjadi dua kategori. Pertama, kantor akuntan publik (KAP) besar. Kantor akuntan publik (KAP) besar adalah kantor akuntan publik (KAP) yang telah melaksanakan audit perusahaan go-publik. Kedua, kantor akuntan publik (KAP) kecil. Kantor akuntan publik kecil (KAP) adalah kantor yang belum melaksanakan audit pada perusahaan gopublik. Kantor akuntan publik (KAP) yang lebih besar lebih independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik (KAP) yang lebih kecil karena kantor akuntan publik (KAP) besar tidak begitu bergantung pada salah satu kliennya saja sehingga hilangnya satu salah satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya. Selain itu, kantor akuntan publik (KAP) besar memikul biaya overhead kantor yang
relatif
besar
jumlahnya
sehingga
dia
berusaha
untuk
mempertahankan klien sebanyak-banyaknya agar dapat menutup beban overhead kantor akuntan publik (KAP) tersebut, keadaan ini mungkin juga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap independensi kantor akuntan publik (KAP) besar. Dalam hubungannya ini, (Mautz dan Sharaf dalam Supriyono, 1988:58) dalam (Zamroni, 2006:48) memberikan komentar sebagai berikut: “Suatu kantor akuntan publik (KAP) kecil tidak memiliki sumber keuangan, fasilitas penelitian, staff untuk melaksanakan
pemeriksaan pada perusahaan raksasa … kemungkinan yang terjadi satu klien utama merupakan bagian penting praktek kantor akuntan publik (KAP) tersebut dan menyumbangkan bagian terpenting total pendapatannya … jika klien penting sangat mendominasi praktek suatu kantor public (KAP), memperthankan independensi dalam kenyatan merupakan masalah yang bener-bener sulit. Oleh karena itu, pengembangan kantor akuntan public (KAP) besar menjadi sesuatu yang wajar, diperlukan untuk mengikuti perkembangan klien, termasuk klien yang diperoleh dari badan usaha milik negara yang besar sebagaimana dalam bisnis.”
f. Besarnya Audit Fee Audit fee merupakan hal yang tidak kalah pentingnya di dalam penerimaan penugasan. Auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Oleh karena itu, penentuan audit fee perlu disepakati antara klien dengan auditor (Abdul Halim, 2001:89). Audit
fee
yang
jumlahnya
besar
kemungkinan
akan
mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu : 1) Kantor akuntan publik (KAP) yang melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung segan untuk menentang kehendak klien dan kantor akuntan public (KAP) tersebut cenderung tidak independen. 2) Kantor akuntan publik (KAP) cenderung memberikan counterpart fee yang besar kepada salah satu atau beberapa pejabat kunci klien yang diaudit. Meskipun hal ini dilarang oleh kode etik, sehingga tindakan ini cenderung menimbulkan hubungan yang tidak independen dengan klien.
3) Jika tidak memberikan opini yang sesuai dengan keinginan klien, kantor akuntan publik (KAP) merasa khawatir akan kehilangan kliennya mengingat pendapatan yang diterima relatif besar. Sebaliknya, jika auditor enggan kehilangan klien tersebut dengan alasan-alasan ekonomis, auditor tidak akan memberikan pendapat buruk mengenai kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Namun demikian jika pendapat yang diberikan salah, dikemudian hari dapat timbul biaya tuntutan hukum, atau rusaknya reputasi auditor. Auditor yang tidak takut reputasinya rusak akan cenderung memberikan pendapat qualified pada perusahaan yang bermasalah, sedangkan
auditor
yang
takut
kepentingan-kepentingannya
terganggu (karirnya terhambat atau kehilangan klien potensial) akan cenderung memberikan opini qualified terhadap perusahaan yang bermasalah. Akan tetapi, audit fee yang besar mungkin dapat mendorong kantor akuntan publik (KAP) lebih independen karena dengan audit fee yang besar dapat tersedia dana untuk penelitian dan penerapan prosedur audit yang lebih luas dan seksama. Audit fee yang lebih kecil kemungkinan dapat mengakibatkan suatu kantor akuntan public (KAP) lebih independen karena alasanalasan sebagai berikut: 1) Kantor akuntan publik (KAP) tidak merasa terganggu pada klien tertentu sehingga lebih berani menentang kehendak klien yang tidak sesuai
dengan prinsip akutansi yang berterima umum atau standar profesional akuntan publik (SPAP).
2) Hilangnya klien yang audit fee-nya kecil tidak mengakibatkan turunnya pendapatan kantor akuntan public (KAP) dalam jumlah yang relatif besar. Akan tetapi, audit fee yang kecil kemungkinan dapat pula mendorong akuntan publik kurang independen karena waktu dan biaya audit yang terbatas.
B. Penelitian Sebelumnya (Mayangsari, 2000), melakukan penelitian tentang pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen adalah berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau tidak sama sekali memiliki karakter tersebut. Selain itu, auditor yang independen memberikan pendapat yang berbeda dengan auditor yang tidak independen. Penelitian (Burton dan Robert, 1967) dalam (Nardiyah, 1993), mengacu adanya pro dan kontra terhadap lamanya hubungan audit antara perusahaan dan auditnya yang dapat menimbulkan ancaman terhadap independensi auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang menyebabkan perusahaan pindah KAP adalah adanya pergantian manajemen. Selain itu, perusahaan cenderung untuk berpindah dari KAP kecil ke KAP besar. (Rispantyo, 2002) melakukan penelitian terhadap penerapan sikap independensi akuntan publik dan dampaknya terhadap kualitas laporan
keuangan yang menyatakan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. (Oni Zamroni, 2006) melakukan penelitian terhadap penerapan sikap independensi akuntan publik dari sudut pandang mahasiswa akuntansi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa jurusan akuntansi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan mahasiswa jurusan akuntansi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik.
C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tujuan penelitian mengenai Persepsi Manajer Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik (Studi Kasus pada Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura)“ , maka dibuat kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut: Restaurant McDonald’s di Jakarta dan Singapura
Variabel Dependen (Y):
Variabel Independen (X):
1. Independensi Akuntan Publik a. Kejujuran b. Keahlian
1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien 2. Persaingan antar kantor akuntan publik 3. Pemberian jasa lain selain jasa audit 4. Lamanya penugasan audit 5. Ukuran suatu kantor akuntan 6. Besarnya audit fee Kuesioner Uji Reliabilitas
Uji Validitas
Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik 1. 2. 3.
Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Heterokedatisitas
Uji Signifikansi Model 1. Koef. Determinasi 2. Uji t 3. Uji F Interpretasi
Gambar 2.1. Proses penelitian secara keseluruhan
D. Hipotesis Dengan melihat faktor – faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, maka dalam penelitian ini, penulis ingin melakukan pengujian hipotesis dan menyusun 5 hipotesa itu adalah sebagai berikut Ha1 : Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik. Ha2 :
Persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik
Ha3
: Pemberian jasa lain selain jasa audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Ha4
: Lamanya penugasan audit oleh kantor akuntan publik (KAP) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Ha5
: Ukuran kantor akuntan publik (KAP) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Ha6
: Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah restaurant McDonald’s yang berada di Jakarta dan Singapura. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat pada penelitian ini adalah independensi akuntan publik, sedangkan variabel bebas terdiri dari: 1. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien 2. Persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) 3. Pemberian jasa lain selain jasa audit 4. Lamanya penugasan audit 5. Ukuran kantor akuntan publik (KAP) 6. Besarnya audit fee
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian agar dapat dipelajari persepsi manajer waralaba terhadap independensi Akuntan publik. 2. Sampel, yaitu sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode judgement sampling atau purposive
sampling sebagai penentuan sampelnya, yaitu metode yang digunakan oleh peneliti yang mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak, dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana, dan kapan saja ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. (Hamid, 2004:22). Populasi dalam penelitian ini adalah manajer yang bekerja pada restaurant McDonald’s di Jakarta. Penentuan populasi dilaksanakan dengan metode judgement sampling atau purposive sampling sebagai penentuan sampelnya, yaitu metode yang digunakan oleh peneliti yang mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak, dengan kata lain, sampel yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana, dan kapan saja ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. (Hamid, 2004:22).
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2004:129) dalam Zamroni (2006:55). Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari data yang sudah ada sebelumnya.
1. Data primer a. Pengamatan (Observasi) Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian mengingat tidak semua penelitian menggunakan alat pengumpul data demikian. Observasi sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan secara spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya (P. Joko Subagyo (1999:62–63). Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Ronny Hanitijo Soemitro 1985:62). b. Angket (Kuesioner) P. Joko Subagyo (1999:55), informan yang umumnya merupakan daftar pertanyaan lazimnya disebut kuesioner, dibuat dengan menyesuaikan responden ataupun dapat dibuat untuk umum dalam arti terbatas pula sesuai dengan pengambilan sampel. Kuesioner diajukan pada responden dalam bentuk tertulis disampaikan secara langsung ke alamat responden, kantor atau tempat lain. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari pertanyaan umum (Nama, Jenis Kelamin, Posisi/Jabatan) dan pertanyaan khusus (pertanyaan tentang independensi penampilan Akuntan Publik) sebagai sumber data.
2. Data sekunder a. Library Research. Untuk memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan artikel ilmiah, buku dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Internet Research Untuk memperoleh data dan jurnal sebagai landasan penelitian, maka di dilakukan research melalui website www.google.co.id.
D. Metode Analisis Metode analisis yang akan digunakan kali ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Tujuannya adalah agar terdapat beberapa gambaran (deskriptif), ataupun bayangan secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diteliti dan diselidiki (Sugiyono, 2006:112). Pengukuran terhadap besarnya persepsi manajer perusahaan waralaba terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik dilakukan dengan menggunakan skala linkert. Instrumen pertanyaan ini akan menghasilkan total skor bagi tiap anggota sampel yang diwakili oleh setiap nilai skor seperti yang tercantum berikut ini:
Tabel 3.1 Skala Linkert Skala Linkert
Bobot
Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 2 Ragu-ragu 3 Setuju 4 Sangat Setuju 5 Sumber: Freddy Rangkuti (2003)
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut (Singarimbun dan Effendi, 1989:122). Dalam suatu penelitian diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Validitas merupakan ukuran yang mengukur apa yang akan diukur. Validitas menunjuk kepada ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Rochaety, Tresnati, dan Latief, 2007). Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Husein Umar, 2003:113),sedangkan menurut Rochaety, Tresnati, dan Latief (2007) Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS 12.0 for windows.
a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Bila r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid 2) Bila r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid Untuk menentukan r hitung didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan rumus teknik korelasi “product moment” dan dalam menentukan r tabel dengan menggunkan tabel Angka Kritik Nilai r. Adapun rumus dari product moment adalah sebagai berikut: (Singarimbun dan Effendi, 1989:137)
r
N XY X Y
N X
2
Dimana: N = Jumlah Responden X = Skor Pernyataan n Y = Skor Total
X N Y 2 Y 2
2
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk menguji reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan digunakan teknik uji Cronbach’s Alpha. Cronbach alpha adalah patokan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
r
k k 1
1 2
b
t 2
Dimana: r
= Reliabilitas
k
= Banyaknya pertanyaan
b = Varians butir t = Varians total Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien diatas 0.6 (Yarnest, 2004:68) dalam Zamroni (2006:65). Nilai reliabilitas penelitian dibedakan atas masing-masing variabel. Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen sebagai pedoman didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen Interval Coefisien Tingkat Reliabilitas < 0,200 Sangat Rendah 0,200 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 Cukup 0,600 – 0,799 Tinggi 0,800 – 1,00 Sangat Tinggi Sumber : Yarnest, 2004:68 2. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows. Model regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + ei Dimana: Y : Independensi akuntan publik X1 : Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien X2 : Persaingan antar kantor akuntan publik X3 : Pemberian jasa lain selain jasa audit X4 : Lamanya penugasan audit X5 : Ukuran kantor akuntan publik X6 : Besarnya audit fee a
: Konstanta
b
: Koefisien regresi
ei : Faktor penggangu 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dengan melihat asumsi-asumsi yang mendasari pemilihan pengujian, maka dilakukan pengecekan data sehingga pemilihan pengujian yang dilakukan terjamin baik. Untuk itu, sebelum melakukan pengujian hipotesis dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Uji KolmogorovSmirnov juga merupakan ukuran ketepatan (goodness of fit) suatu distribusi frekuensi teoritis (frekuensi harapan). Nilai kolmogorovSmirnov diberi simbol Dn yang dapat diperoleh dengan menggunakan formula: (Wijaya IR, 2003 : 13 dalam Fithroty 2005 : 31). Dn = Maksimum (fe – f0) Dn adalah deviasi absolut tertinggi, berupa selisih tertinggi antara frekuensi harapan (fe) dan frekuensi observasi (f0). Nilai Dn berguna, terutama untuk membuat dugaan mengenai keeratan antara distribusi frekuensi observasi (Observed Frequency Distribution) dengan distribusi frekuensi yang diharapkan (Expected f0). Distribusi probabilitas Dn tergantung dari banyaknya sampel yang digunakan dan tidak tergantung dari distribusi frekuensi harapan. Untuk melakukan uji normalitas data, ada ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. H0 = Data terdistribusi dengan normal H1 = Data tidak terdistribusi dengan normal 2. Taraf nyata = 0.05 3. Wilayah kritik = Dn > D0.05
b. Uji Multikolinearitas Istilah kolinearitas ganda (Multicolinearity) diciptakan oleh Ranger Fish di dalam bukunya “Statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regression System” arti dari istilah tersebut adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinearitas (Siti Hamidah, 2005:36). Untuk menguji asumsi multikolinearitas dapat digunakan VIF (Variance Inflation Factor), dimana Gujarati (2003) dalam Hamidah (2005) mengatakan bila nilaiVIF lebih dari 10 berarti terdapat kolinearitas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heterokedatisitas Gejala
heterokedatisitas
akan
muncul
apabila
variabel
pengganggu (ei) memiliki varian yang berbeda dari satu observasi ke observasi yang lain. Dengan uji Spearman maka diperoleh sebagai berikut:
t0
rs
n2
(1 rs 2 )
Dimana: t0 = t hitung korelasi Spearman rs = Korelasi Spearman (dicari dengan program SPSS versi 12.00) n
= Jumlah Sampel
E. Uji Statistik dan Hipotesis 1. Uji Statistik Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Langkah-langkah dalam pengelolaan data yang dikumpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menggolongkan data yang diperoleh dengan tabel kontinjensi 2. Menentukan tingkat signifikansi (level of significant), dalam penelitian ini digunakan taraf nyata ( = 0.05)
3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis (Sugiyono, 2004:21) dalam Zamroni (2006:57) Pada uji ini akan ditentukan tingkat signifikansi (level of significant) sebesar = 0.05. jika probabilitas lebih besar dari 0.05 (p>0.05) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Dan jika probabilitas lebih kecil dari 0.05 (p<0.05) maka H0 ditolak atau Ha diterima (Ghozali, 2001:23-24) dalam Zamroni (2006:58).
2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis yang digunakan pada regresi linier berganda adalah sebagai berikut: a. Uji T parsial Untuk melihat pengaruh variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, besarnya audit fee) terhadap variabel terikat (Independensi akuntan publik) secara parsial digunakan uji t. bila thitung > ttabel dengan nilai signifikan antara variable independen secara parsial terhadap varibel dependen. Rumus untuk uji t adalah:
thitung = r n 2 1 r2
Dimana:
r
= Koefisien regresi
n
= Jumlah Sampel
Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan pada hipotesis secara parsial, yaitu dalam merumuskan hipotesis nol (H0) kita juga harus menyertai dengan hipotesis alternatif (Ha) seperti yang terlihat dibawah ini: Ho : bi = 0
Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel, yaitu Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, dan besarnya audit fee terhadap independensi akuntan publik.
Ha : bi ≠ 0
Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel, yaitu Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan,
dan
besarnya
Independensi akuntan publik.
audit
fee
terhadap
b. Uji F Uji F bertujuan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi. Bila nilai Fhitung > dari Ftabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5% (α = 0,05) maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, besarnya audit fee) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Independensi akuntan publik). Rumus uji F adalah:
F
R2 / k (1 R 2 ) /(n k 1)
Dimana: R2 : Koefisien Determinasi k
: Jumlah variable independen
n
: Jumlah Sampel
c. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi (R2) ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas (Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan, besarnya audit fee) menjelaskan variabel terikat
(Independensi akuntan publik) yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel independennya lebih dari dua.
F. Operasional Variabel Penelitian Agar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsir pengertian disini, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel dalam penelitian ini, yaitu: Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Operasionalisasi Variabel
Variabel
Sub Variabel
Indikator 1. Hutang piutang pada Perusahaan Klien
2.
Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien (X1)
Suatu Akuntan Publik atau KAP mempunyai saham lebih besar dari 5%
3. Akuntan Publik meminjam sejumlah uang yang besar 4. Mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien 5. Auditor menyewa gedung milik klien
Skala Pengukuran
6. Jika salah satu isri Auditor menjadi salah satu pemegang saham dari perusahaan klien 7. Presiden Direktur Perusahaan Klien menunjuk seorang auditor sebagai pelaksana dan sekaligus Auditor dari salah satu perusahaannya 8. Pengaruh Tajamnya Persaingan antar KAP
9. Persaingan antar KAP relatif tidak tajam Persaingan antar Kantor Akuntan Publik (X2)
10. Munculnya penggabungan KAP yang satu dengan yang lain
Ordinal
11. Timbulnya KAP berskala nasional dan internasional. 12. Berdirinya berskala kecil
Pemberian Jasa Lain Selain Jasa Audit (X3)
KAP
13. Adanya persaingan fee antar KAP jauh dibawah tarif minimum 14. Kekhawatiran auditor terhadap kliennya yang mencari kantor akuntan lainnya 15. Aktivitas Kantor Akuntan Publik (KAP) selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain cenderung memihak.
Ordinal
16. Jasa konsultasi Manajemen 17. Jasa Akutansi 18. Jasa Pembukuan 19. Akuntan publik menawarkan jasanya 20. Jasa perpajakan 21. Memperoleh Penugasan Audit Lebih dari 5 Tahun 22. Memperoleh Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun
Lamanya Penugasan Audit (X4)
23. Akuntan Publik cepat merasa puas, kurang inovasi dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit 24. Penugasan audit 5 tahun atau kurang menyebabkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan kurang bermanfaat 25. Penugasan audit yang lama yang bersifat kekeluargaan 26. KAP atau auditor dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama
Ordinal
27. Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun
28. Audit yang dilakukan oleh KAP Besar 29. Audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat
Ukuran Suatu KAP (X5)
30. Audit yang dilakukan oleh KAP Kecil 31. KAP besar lebih Independensi daripada KAP kecil 32. KAP kecil lebih independensi daripada KAP besar 33. Audit yang dilakukan KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat
Ordinal
34. KAP besar lebih independensi dari KAP kecil
Besarnya Audit Fee (X6)
35. Audit Fee yang diberikan Klien dilakukan Secara Objektif 36. Audit Fee yang diberikan oleh perusahaan klien berjumlah sangat besar
Ordinal
37. Audit Fee sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan 38. Audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan 39. Ketergantungan pada klien karena audit yang besar 40. Waktu dan Biaya Audit yang terbatas dikarenakan audit yang kecil 41. Auditor harus mempunyai kebebasan dalam mengeluarkan pendapatnya ecara jujur 42. Mendeteksi kekeliruan audit
Independensi Akuntan Publik (Y)
a.Kejujuran
43. Mempertahankan kebebasan dalam sikap mental 44. Bebas dari prasangka yang meragukan independensi 45. Bukti pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor 46. Pengkajian dan penilaian yang layak 47. Auditor tidak mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh klien yang diperiksa
Ordinal
48. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun 49. Persyaratan sebagai seorang profesionalisme 50. Hasil audit yang berdasarkan kenyataan
c. Keahlian
51. Penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas auditnya 52. Opini auditor mengenai laporan keuangan 53. Pengalaman melakukan pemeriksaan, pengamatan keahlian
auditor
sebagai
54. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit 55. Pekerjaan audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya
Ordinal
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan Waralaba McDonald’s McDonald's Corporation NYSE: MCD (terkenal dengan sebutan McD, dibaca Mek-di) adalah rangkaian rumah makan siap saji terbesar di dunia. Hidangan utama di restoran-restoran McDonald's Indonesia adalah hamburger, yakni Beef Burger, Spicy Burger, Fillet-O-Fish, Cheese Burger, Double Cheese Burger, Bigmac Burger, McChiken Burger. Namun, mereka juga menyajikan minuman ringan, kentang goreng, sundae strawbery, ice cone, McFlury Choco dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan dengan tempat restoran itu berada. Restoran McDonald's pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan Mac McDonald, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia. Sampai pada tahun 2004, McDonald's memiliki 30.000 rumah makan di seluruh dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang dan pengunjung per hari dan rumah makan 1.700 orang. Lambang McDonald's adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang di luar rumah-rumah makan mereka dan dapat segera dikenali oleh masyarakat luas.
Restoran McDonald’s pertama di Singapura terletak di St. King Albert sedangkan Restoran McDonald's pertama di Indonesia terletak di Sarinah, Jakarta dan dibuka pada 23 Februari 1991. Berbeda dari kebanyakan restoran McDonald's di luar negeri yang menjual Apple Pie dan macam-macam Breakfast , McDonald's juga menjual ayam goreng dan nasi di restoran-restorannya di Indonesia. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Manajer yang bekerja di perusahaan Waralaba ( McDonald’s) yang berada di wilayah DKI Jakarta dan wilayah Singapura. Manajer yang dilibatkan meliputi Store Manajer , 1st Manajer, dan 2nd Manajer dari berbagai usia, jenis kelamin, lamanya bekerja dan latar belakang pendidikan. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian
secara
langsung
melalui
perantara
kepada
responden.
Penyebaran dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2007 s/d 11 Maret 2008 dan dilakukan di 15 outlet McDonald’s yang berada di DKI Jakarta yakni di cabang Pondok Indah, Bumi Serpong Damai (BSD), Bintaro, Blok M, Melawai, Cipulir, Sarinah, Cilandak, Plaza Senayan, Mal Taman Anggrek, Kemang dan wilayah Singapura yakni cabang Pioneer Mall, Orchard, Nanyang Technology University (NTU) dan West Cost Park (WCP). dengan peta distribusi sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian No
Nama Outlet McDonald's
Kuesioner
Kuesioner
dikirim
dikembalikan
1
Pondok Indah
3
3
2
Pioneer Mall (SG)
3
2
3
Bumi Serpong Damai (BSD)
3
2
4
Bintaro
3
2
5
Blok M
3
3
6
Melawai
3
3
7
Orchard (SG)
3
3
8
Cipulir
3
2
9
Sarinah
3
2
10
NTU (SG)
3
3
11
Cilandak
3
2
12
Plaza Senayan
3
2
13
Mal Taman Anggrek
3
1
14
West Cost Park (SG)
3
3
15
Kemang
3
2
45
35
Total Sumber : Data Primer yang diolah
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 45 buah dan jumlah yang kembali adalah sebanyak 35 Buah. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 10 Buah atau 22,22 %. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 35 buah atau 77,78%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap berjumlah 0 atau 0%. Data sampel ini dapat dilihat dalam tabel
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian No
Keterangan
Manajer McDonald's
Persentase
1
Jumlah kuesioner yang disebar
45
100%
2
Jumlah kuesioner yang tidak kembali
10
22,22%
3
Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
0
0%
4
Jumlah kuesioner yang dapat diolah
35
77,78%
Sumber: Data Primer yang diolah
3. Karakteristik Data Responden Dibawah ini merupakan tabel 4.3 yang menyajikan identitas responden yaitu Store Manajer, 1st Manajer, dan 2nd Manajer dari jenis kelamin , berbagai usia, latar belakang pendidikan dan lamanya bekerja. Tabel 4.3 Deskriptif Responden Deskriptif Keterangan Frekuensi Jumlah Sampel 35 Pria 26 Jenis Kelamin Wanita 9 < 30 Tahun 14 Usia 30 - 40 Tahun 19 > 40 Tahun 2 SMU 6 Pendidikan Terakhir S1 29 S2 0 <2 Tahun 0 Lama Bekerja 2 - 4 Tahun 13 >4 Tahun 22 Sumber : Data primer yang diolah
Presentase 100% 74,29% 25,71% 40,00% 54,29% 5,71% 17,14% 82,86% 0,00% 0,00% 37,14% 62,86%
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang berjumlah kelamin pria berjumlah 26 orang atau 74,29% dan wanita berjumlah 9 orang atau
25,71 %. Lalu, responden berdasarkan usia didapatkan yang berumur dibawah 30 tahun berjumlah 14 orang atau 40%, untuk responden yang berumur 30 – 40 tahun berjumlah 19 orang atau 54,29%, dan untuk responden yang berumur diatas 40 tahun berjumlah 2 orang atau 5,71%. Untuk kriteria pendidikan terakhir responden didapatkan bahwa responden yang memiliki pendidikan SMU sebanyak 6 orang atau 17,14%, dan responden yang memiliki pendidikan S1 sebanyak 29 orang atau 82,86%. Sedangkan untuk kriteria responden berdasarkan lamanya bekerja didapatkan data responden yang bekerja selama 2 – 4 tahun sebanyak 13 orang atau 37,14%, dan responden yang bekerja di atas 4 tahun sebanyak 22 orang atau 62,86%.
B. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Validitas Sebelum kuesioner diberikan kepada 35 responden, penulis melakukan try out (uji coba) atau
pre survey terhadap 15 responden
dengan memberikan 55 butir pertanyaan untuk menguji Validitas dan Realibilitas dari seluruh pertanyaan tersebut. Standarisasi kuesioner dilakukan setelah try out terhadap 10 responden. Kuesioner dibagi menjadi tujuh variabel utama, yaitu variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien dengan 7 indikator, variabel persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) dengan 7 indikator, variabel pemberian jasa lain selain jasa audit dengan 6 indikator, variabel lamanya penugasan audit dengan 7 indikator, variabel ukuran
suatu kantor akuntan publik (KAP) dengan 7 indikator, variabel besarnya audit fee dengan 6 indikator dan variabel independensi dengan 15 indikator. Dalam menentukan validitas instrumen penelitian, dilakukan dasar pengambilan keputusan pengujian validitas sebagai berikut : a. rtabel pada α 0,05 dengan derajat kebebasan df = jumlah kasus (n)-2 b. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir tersebut valid c. Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel maka butir tersebut tidak valid d. rhitung dapat dilihat pada kolom total Correlation (rhitung)
Hasil Try Out Item Instrumen Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik Tabel 4.4. IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN DAN HUBUNGAN USAHA DENGAN KLIEN Total Correlation Butir Pertanyaan
(r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan 1
0.831
0.217
Valid
Pertanyaan2
0.295
0.217
Valid
Pertanyaan3
0.022
0.217
Tidak Valid
Pertanyaan4
0.386
0.217
Valid
Pertanyaan5
0.246
0.217
Valid
Pertanyaan6
0.688
0.217
Valid
Pertanyaan7
0.677
0.217
Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan terkecuali 1 pertanyaan dari variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yaitu butir pertanyaan 3 yang dinyatakan tidak valid karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.5 PERSAINGAN ANTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan8
0.790
0.217
Valid
Pertanyaan9
0.329
0.217
Valid
Pertanyaan10
0.710
0.217
Valid
Pertanyaan11
0.303
0.217
Valid
Pertanyaan12
0.533
0.217
Valid
Pertanyaan13
0.381
0.217
Valid
Pertanyaan14
0.566
0.217
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.5 menunjukkan variabel persaingan antar kantor akuntan publik (KAP) mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.6 PEMBERIAN JASA LAIN SELAIN JASA AUDIT
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan15
0.510
0.217
Valid
Pertanyaan16
0.405
0.217
Valid
Pertanyaan17
0.324
0.217
Valid
Pertanyaan18
0.317
0.217
Valid
Pertanyaan19
0.309
0.217
Valid
Pertanyaan20
0.417
0.217
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.6 menunjukkan variabel pemberian jasa lain selain jasa audit mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.7 LAMANYA PENUGASAN AUDIT
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan21
0.652
0.217
Valid
Pertanyaan22
0.522
0.217
Valid
Pertanyaan23
0.483
0.217
Valid
Pertanyaan24
0.398
0.217
Valid
Pertanyaan25
0.609
0.217
Valid
Pertanyaan26
-0.186
0.217
Tidak Valid
Pertanyaan27
0.526
0.217
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.7 menunjukkan variabel lamanya penugasan audit mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan terkecuali 1 pertanyaan dari variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yaitu butir pertanyaan 3 yang dinyatakan tidak valid karena nilai korelasinya adalah negatif atau butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.8 UKURAN SUATU KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan28
0.467
0.217
Valid
Pertanyaan29
0.300
0.217
Valid
Pertanyaan30
0.529
0.217
Valid
Pertanyaan31
0.428
0.217
Valid
Pertanyaan32
0.693
0.217
Valid
Pertanyaan33
0.428
0.217
Valid
Pertanyaan34
0.284
0.217
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.8 menunjukkan variabel ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP) mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.9 BESARNYA AUDIT FEE
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan35
0.584
0.217
Valid
Pertanyaan36
0.520
0.217
Valid
Pertanyaan37
0.594
0.217
Valid
Pertanyaan38
0.322
0.217
Valid
Pertanyaan39
0.531
0.217
Valid
Pertanyaan40
0.424
0.217
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.9 menunjukkan variabel besarnya audit fee mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.10 INDEPENDENSI KEJUJURAN
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan41
0.496
0.217
Valid
Pertanyaan42
0.386
0.217
Valid
Pertanyaan43
0.285
0.217
Valid
Pertanyaan44
0.634
0.217
Valid
Pertanyaan45
0.584
0.217
Valid
Pertanyaan46
0.444
0.217
Valid
Pertanyaan47
0.562
0.217
Valid
Pertanyaan48
0.382
0.217
Valid
Sumber : Data diolah
Tabel 4.10 menunjukkan variabel kejujuran mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
Tabel 4.11 KEAHLIAN
Butir Pertanyaan
Total Correlation (r hitung)
r tabel
Keterangan
Pertanyaan49
0.610
0.217
Valid
Pertanyaan50
0.496
0.217
Valid
Pertanyaan51
0.430
0.217
Valid
Pertanyaan52
0.309
0.217
Valid
Pertanyaan53
0.439
0.217
Valid
Pertanyaan54
0.444
0.217
Valid
Pertanyaan55
0.736
0.217
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.11 menunjukkan variabel keahlian mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan karena butir tersebut mempunyai koefisien korelasi lebih kecil dari r table yaitu 0,217 (df = 35 – 2 = 33, tingkat signifikan 5%, didapat angka 0,217).
2. Uji Reliabilitas Tujuan reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi alat ukur (kuesioner). Terlihat nilai Cronbach Alpha pada tabel 4.2 adalah sebesar 0,941. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefisien diatas 0,6 (Yarnest, 2004 :68) (Lihat tabel 3.1)
Tabel 4.12. Uji Reliability Statistics Cronbach's Alpha .941
N of Items 55
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel diatas, hasil Cronbach’s Alpha untuk seluruh butir instrumen pertanyaan memiliki nilai yang sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut diajukan kembali maka akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban pertama. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua variabel sangat reliable, karena nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,8.
C. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer Perusahaan Waralaba terhadap Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik Setelah melakukan survey dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada manajer perusahaan waralaba McDonald’s maka diperoleh hasil jawaban kuesioner sebagai berikut: 1. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 35 responden terhadap tujuh pertanyaan yang diberikan mengenai ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien menurut persepsi manajer waralaba.
a. Hubungan Usaha dan Hutang piutang Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik (KAP) pada Perusahaan Klien Tabel 4.13. Hasil Kuesioner tentang Hubungan Usaha dan Hutang Piutang Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik (KAP) pada Perusahaan Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
6
17,1%
18
Setuju
4
18
51,4%
72
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
145
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 17,1% responden (manajer McDonald’s) menyatakan ragu-ragu terhadap adanya hubungan usaha dan hutang piutang akuntan publik atau KAP terhadap perusahaan waralaba, berarti dengan adanya hubungan tersebut maka manajer meragukan independensi akuntan publik atau KAP. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hubungan usaha dan hutang piutang akuntan publik atau KAP terhadap klien dan 31,4% menyatakan sangat setuju dengan adanya hubungan usaha dan hutang piutang akuntan publik atau KAP terhadap klien, artinya dengan adanya hubungan tersebut akan mempengaruhi independensi dari akuntan publik.
b. Akuntan Publik memiliki Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien Tabel 4.14. Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik memiliki Saham Lebih dari 5% di Perusahaan Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya akuntan publik yang memiliki saham lebih dari 5% di perusahaan klien. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya akuntan publik yang memiliki saham lebih dari 5% di perusahaan klien dan 34,3% menyatakan sangat setuju dengan adanya akuntan publik yang memiliki saham lebih dari 5% di perusahaan klien, artinya dengan adanya hal tersebut akan mempengaruhi independensi dari akuntan publik.
c. Akuntan Publik Meminjam Sejumlah Uang Kepada Direktur Perusahaan Waralaba
Tabel 4.15. Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Meminjam Sejumlah Uang Kepada Direktur Perusahaan Waralaba Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
19
54,3%
76
Sangat Setuju
5
13
37,1%
65
35
100%
150
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya akuntan publik yang meminjam sejumlah uang kepada direktur perusahaan waralaba. Sedangkan, 54,3% responden menyatakan setuju dengan adanya akuntan publik meminjam sejumlah uang kepada direktur perusahaan waralaba dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya akuntan publik meminjam sejumlah uang kepada direktur perusahaan waralaba, artinya dengan adanya hal tersebut akan mempengaruhi independensi dari akuntan publik.
d. Mayoritas Pendapatan KAP berasal dari Klien Tabel 4.16. Hasil Kuesioner tentang Mayoritas Pendapatan KAP berasal dari Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
13
37,1%
39
Setuju
4
15
42,9%
60
Sangat Setuju
5
7
20,0%
35
35
100%
134
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 37,1% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan setuju dengan adanya mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien dan sebanyak 20,0% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya mayoritas pendapatan KAP berasal dari klien, artinya sebagian besar responden berpendapat setuju bahwa pendapatan KAP yang berasal dari klien akan mempengaruhi independensi dari akuntan publik.
e. Auditor Menyewa Gedung milik Klien Tabel 4.7. Hasil Kuesioner tentang Auditor menyewa Gedung milik Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya auditor yang menyewa gedung milik klien. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya auditor yang menyewa gedung milik klien dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya auditor yang menyewa gedung milik klien, artinya sebagian besar responden berpendapat setuju bahwa auditor menyewa gedung milik klien akan mempengaruhi independensi akuntan publik.
f. Istri Auditor menjadi Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan Klien Tabel 4.18. Hasil Kuesioner tentang Istri Auditor menjadi Salah Satu Pemegang Saham dari Perusahaan Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
24
68,6%
96
Sangat Setuju
5
7
20.0%
35
35
100%
143
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya istri auditor menjadi salah satu pemegang saham dari perusahaan klien. Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya istri auditor menjadi salah satu pemegang saham dari perusahaan klien dan sebanyak 20,0% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya istri auditor menjadi salah satu pemegang saham dari perusahaan klien, artinya sebagian besar responden berpendapat setuju bahwa istri dari auditor kalau menjadi pemegang saham dari sebuah perusahaan maka akan mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
g. Presiden Direktur Perusahaan Klien menunjuk Seorang Auditor sebagai
Pelaksana
dan
Sekaligus
Auditor
dari
Salah
Satu
Perusahaannya Tabel 4.19. Hasil Kuesioner tentang Presiden Direktur Perusahaan Klien menunjuk Seorang Auditor sebagai Pelaksana dan Sekaligus Auditor dari Salah Satu Perusahaannya Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya presiden direktur perusahaan klien yang menunjuk seorang auditor sebagai pelaksana dan sekaligus auditor dari salah satu perusahaannya. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya presiden direktur perusahaan klien yang menunjuk seorang auditor sebagai pelaksana dan sekaligus auditor dari salah satu perusahaannya dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya presiden direktur perusahaan klien yang menunjuk seorang auditor sebagai pelaksana dan sekaligus auditor dari salah satu perusahaannya akan mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
2. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 35 responden terhadap tujuh pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap persaingan antar kantor akuntan publik (KAP). a. Pengaruh Tajamnya Persaingan Antar KAP Tabel 4.20 Hasil Kuesioner tentang Pengaruh Tajamnya Persaingan Antar KAP Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
2
5,7%
4
Ragu-ragu
3
14
40,0%
42
Setuju
4
14
40,0%
56
Sangat Setuju
5
5
14,3%
25
35
100%
127
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan tidak setuju terhadap independensi dari suatu akuntan publik mengenai adanya pengaruh dari tajamnya persaingan antar KAP. Sedangkan, 40% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik dan 40% responden menyatakan setuju serta sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju mengenai pengaruh dari tajamnya persaungan antar KAP akan mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
b. Persaingan Antar KAP yang relatif tidak Tajam Tabel 4.21 Hasil Kuesioner tentang Persaingan Antar KAP yang relatif tidak Tajam Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
1
2,9%
2
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
26
74,3%
104
Sangat Setuju
5
3
8,6%
15
35
100%
136
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 2,9% responden menyatakan tidak setuju terhadap independensi dari suatu akuntan publik mengenai persaingan antar KAP relatif tidak tajam. Sedangkan, 14,3% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik dan 74,3% responden menyatakan setuju serta sebanyak 8,6% responden menyatakan sangat setuju mengenai tajamnya persaingan antar KAP yang relatif tidak tajam akan mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
c. Munculnya Penggabungan KAP yang satu dengan yang lain Tabel 4.22 Hasil Kuesioner tentang Munculnya Penggabungan KAP yang satu dengan yang lain Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
1
2,9%
3
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
150
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 2,9% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik mengenai penggabungan KAP satu dengan yang lain dan 65,7% responden menyatakan setuju serta sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju mengenai penggabungan antar KAP akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
d. Timbulnya KAP Berskala Nasional dan Internasional Tabel 4.23. Hasil Kuesioner tentang Timbulnya KAP Berskala Nasional dan Internasional Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
9
25,7%
45
35
100%
145
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik mengenai timbulnya KAP berskala internasional dan nasional dan 62,97% responden menyatakan setuju serta sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju mengenai timbulnya KAP berskala internasional dan nasional akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
e. Berdirinya KAP Berskala Kecil Tabel 4.24. Hasil Kuesioner tentang Berdirinya KAP Berskala Kecil Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
17
48,6%
68
Sangat Setuju
5
15
42,9%
75
35
100%
152
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik mengenai berdirinya KAP kecil dan 48,6% responden menyatakan setuju serta sebanyak 42,9% responden menyatakan sangat
setuju
mengenai
berdirinya
KAP
kecil
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
akan
dapat
f. Adanya Persaingan Fee antar KAP Tabel 4.25. Hasil Kuesioner tentang Adanya Persaingan Fee antar KAP Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
27
77,1%
108
Sangat Setuju
5
6
17,1%
30
35
100%
144
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik mengenai persaingan fee antar KAP dan 77,1% responden menyatakan setuju serta sebanyak 17,4% responden menyatakan sangat setuju mengenai persaingan fee antar KAP akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik.
g. Kekhawatiran Auditor terhadap kliennya yang mencari kantor akuntan lainnya Tabel 4.26. Hasil Kuesioner tentang Kekhawatiran Auditor terhadap Kliennya yang mencari Kantor Akuntan Lainnya Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
24
68,6%
96
Sangat Setuju
5
9
25,7%
45
35
100%
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden meragukan independensi dari suatu akuntan publik mengenai kekhawatiran auditor akan kliennya mencari kantor akuntan publik lainnya dan 68,6% responden menyatakan setuju serta sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju mengenai kekhawatiran auditor akan kliennya mencari kantor akuntan publik lainnya akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik. 3. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Pemberian Jasa Lain selain Jasa Audit Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 50 responden terhadap enam pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap pemberian jasa lain selain jasa audit.
a. Jasa Konsultasi Manajemen Pada Klien Tabel 4.27. Hasil Kuesioner tentang Jasa Konsultasi Manajemen Pada Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0%
0
Tidak Setuju
2
0
0%
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
10
28,6%
50
35
100%
148
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni jasa konsultasi manajemen yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa konsultasi anajemen yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa konsultasi manajemen yang diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Jasa Akuntansi Yang diberikan oleh Akuntan Publik Tabel 4.28. Hasil Kuesioner tentang Jasa Akuntansi Yang diberikan oleh Akuntan Publik Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
25
71,4%
100
Sangat Setuju
5
5
14.3%
25
35
100%
140
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni jasa akutansi yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan, 71,4% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa akutansi yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa akutansi yang diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Jasa Pembukuan Tabel 4.29. Hasil Kuesioner tentang Jasa Pembukuan Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
21
60,0%
84
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
150
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni jasa pembukuan yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan, 60% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa pembukuan yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa pembukuan yang diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Akuntan Sengaja Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan Jasanya Tabel 4.30. Hasil Kuesioner tentang Akuntan Sengaja Mendatangi Perusahaan Klien Untuk Menawarkan Jasanya Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
18
51,4%
72
Sangat Setuju
5
13
37,1%
65
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena auditor sengaja mendatangi perusahaan klien untuk menawarkan jasanya. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan hal tersebut dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya auditor sengaja mendatangi perusahaan klien untuk menawarkan jasanya maka akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Jasa Perpajakan Tabel 4.31. Hasil Kuesioner tentang Jasa Perpajakan Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena adanya jasa selain jasa audit yakni jasa perpajakan yang diberikan oleh auditor untuk klien. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya jasa perpajakan yang diberikan oleh auditor dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya jasa perpajakan yang diberikan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. Akuntan Cenderung Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain Jasa Audit Tabel 4.32. Hasil Kuesioner tentang Akuntan Cenderung Memihak dalam Memberikan Jasa Lain Selain Jasa Audit Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
8
22,9%
24
Setuju
4
15
42,9%
60
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
144
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu terhadap independensi akuntan publik karena auditor cenderung memihak dalam memberikan jasa lain selain jasa audit. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju dengan adanya auditor yang cenderung memihak dalam memberikan jasa lain selain jasa audit. akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
4. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Lamanya Penugasan Audit Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 50 responden terhadap tujuh pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap lamanya penugasan audit. a. Penugasan Audit Lebih dari 5 Tahun Tabel 4.33. Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit Lebih dari 5 Tahun Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
1
2,9%
2
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
19
54,3%
76
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 2,9% responden menyatakan tidak setuju mengenai independensi auditor terhadap lamanya penugasan auditor lebih dari 5 tahun dan sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap lamanya penugasan auditor lebih dari 5 tahun. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju dengan lamanya penugasan auditor lebih dari 5 tahun. akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun Tabel 4.34. Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap lamanya penugasan auditor kurang dari 5 tahun. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju dengan lamanya penugasan auditor kurang dari 5 tahun. akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Penugasan yang Bersifat Kekeluargaan Tabel 4.35. Hasil Kuesioner tentang Penugasan yang Bersifat Kekeluargaan Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
6
17,1%
18
Setuju
4
24
68,6%
96
Sangat Setuju
5
5
14,3%
25
35
100%
139
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 17,1% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap penugasan auditor yang bersifat kekeluargaan. Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju dengan penugasan auditor yang bersifat kekeluargaan. akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Akuntan Publik Cepat Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang Ketat dalam Melaksanakan Prosedur Audit Tabel 4.36. Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik Cepat Merasa Puas, Kurang Inovasi, Dan Kurang Ketat dalam Melaksanakan Prosedur Audit Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
24
68,6%
96
Sangat Setuju
5
8
22,9%
40
35
100%
145
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan penugasan audit yang lama maka auditor akan cepat merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 22,9% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan penugasan audit yang lama maka auditor akan cepat merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Penugasan Audit 5 Tahun atau Kurang Menyebabkan Informasi yang disajikan dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat Tabel 4.37. Hasil Kuesioner tentang Penugasan Audit 5 Tahun atau Kurang Menyebabkan Informasi yang disajikan dalam Laporan Pemeriksaan kurang Bermanfaat Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
13
37,1%
65
35
100%
151
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan penugasan audit 5 tahun atau kurang akan
menyebabkan
pemeriksaan
menjadi
informasi kurang
yang
disajikan
bermanfaat.
dalam
Sedangkan,
laporan 57,1%
responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan penugasan audit 5 tahun atau kurang akan menyebabkan informasi yang disajikan dalam laporan pemeriksaan menjadi kurang bermanfaat sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. KAP atau Auditor dapat Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien yang sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak Mengaudit Klien Tabel 4.38. Hasil Kuesioner tentang KAP atau Auditor dapat Memberikan Jasa Audit Kembali untuk Klien yang sama setelah 3 Tahun Buku Berturut-turut Tidak Mengaudit Klien Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
18
51,4%
72
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap auditor atau KAP yang dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 tahun buku berturut-turut tidak mengaudit klien. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor atau KAP yang dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 tahun buku berturut-turut tidak mengaudit klien maka akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
g. Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun Tabel 4.39. Hasil Kuesioner tentang Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
16
45,7%
64
Sangat Setuju
5
14
40,0%
70
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan auditor harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun. Sedangkan, 45,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 40% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan auditor harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
5. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Ukuran Suatu Kantor Akuntan Publik Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 50 responden terhadap enam pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap ukuran suatu kantor akuntan.
a. Audit pada Perusahaan Go Publik dilakukan oleh KAP Besar Tabel 4.40. Hasil Kuesioner tentang Audit pada Perusahaan Go Publik dilakukan oleh KAP Besar Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
15
42,9%
60
Sangat Setuju
5
16
45,7%
80
35
100%
152
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap audit pada perusahaan Go Public yang dilakukan oleh KAP besar. Sedangkan, 42,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 45,7% responden menyatakan sangat setuju audit pada perusahaan Go Public yang dilakukan oleh KAP besar akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Audit
yang dilakukan
KAP
Besar
dapat
memberikan
hasil
rekomendasi yang bermanfaat Tabel 4.41. Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
8
22,9%
24
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
7
20,0%
35
35
100%
139
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan audit yang dilakukan KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Audit
yang
dilakukan
oleh
KAP
Kecil
Lebih
menjamin
Independensinya Tabel 4.42. Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan oleh KAP Kecil Lebih Menjamin Independensinya Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
24
68,6%
96
Sangat Setuju
5
9
25,7%
45
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data diolah Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan audit yang dilakukan oleh KAP kecil lebih
menjamin
independensinya
dibandingkan
KAP
besar.
Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan audit yang dilakukan oleh KAP kecil lebih menjamin independensinya dibandingkan dengan KAP besar sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Audit yang dilakukan KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat Tabel 4.43. Hasil Kuesioner tentang Audit yang dilakukan KAP Kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
18
51,4%
72
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan audit yang dilakukan KAP kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju dikarenakan audit yang dilakukan KAP kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang bermanfaat sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. KAP Besar Lebih Independen daripada KAP Kecil Tabel 4.44. Hasil Kuesioner tentang KAP Besar Lebih Independen daripada KAP Kecil Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
7
20,0%
21
Setuju
4
18
51,4%
72
Sangat Setuju
5
10
28,6%
50
35
100%
143
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 20% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan KAP besar lebih independen daripada KAP kecil. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju KAP besar lebih independen daripada KAP kecil dikarenakan KAP besar tidak begitu bergantung pada salah satu klien saja sehingga tidak begitu mempengaruhi pendapatannya dan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. KAP Kecil lebih independen daripada KAP Besar Tabel 4.45. Hasil Kuesioner tentang KAP Kecil Lebih Independen daripada KAP Besar Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan KAP Kecil lebih independen daripada KAP Besar. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju KAP Kecil lebih independen daripada KAP Besar dikarenakan KAP Kecil hanya memberikan jasa audit saja pada klien tertentu sehingga hilangnya seorang klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya dan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
6. Hasil Kuesioner Persepsi Manajer McDonald’s terhadap Besarnya Audit Fee Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 50 responden terhadap enam pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap besarnya audit fee a. Audit Fee yang diberikan Klien dilakukan Secara Objektif Tabel 4.46. Hasil Kuesioner tentang Audit Fee yang diberikan Klien dilakukan Secara Objektif Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
18
51,4%
72
Sangat Setuju
5
12
34,3%
60
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap audit Fee yang diberikan klien dilakukan secara objektif. Sedangkan, 51,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap audit Fee yang diberikan klien dilakukan
secara
objektif
maka
akan
dapat
independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
mempengaruhi
b. Jasa Audit Fee dari Klien yang Berjumlah Besar Tabel 4.47. Hasil Kuesioner tentang Jasa Audit Fee dari Klien yang Berjumlah Besar Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
1
2,9%
3
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
150
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 2,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor dikarenakan jasa audit fee dari klien yang berjumlah besar. Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju apabila jasa audit fee yang diberikan oleh klien berjumlah sangat besar maka akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Audit Fee sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan Tabel 4.48. Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
6
17,1%
18
Setuju
4
19
54,3%
76
Sangat Setuju
5
10
28,6%
50
35
100%
144
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 17,1% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap audit Fee sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan publik. Sedangkan, 54,3% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju terhadap audit Fee sebagian besar dari total pendapatan
suatu kantor akuntan publik akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan Tabel 4.49. Hasil Kuesioner tentang Audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
8
22,9%
24
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
4
11,4%
20
35
100%
136
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan publik. Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 11,4% responden menyatakan sangat setuju terhadap audit Fee sebagian kecil dari total pendapatan
suatu kantor akuntan publik akan dapat
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Ketergantungan Pada Klien karena Audit yang Besar Tabel 4.50. Hasil Kuesioner tentang Ketergantungan Pada Klien karena Audit yang Besar Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
149
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap ketergantungan pada klien dikarenakan jasa audit yang besar. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju terhadap ketergantungan pada klien dikarenakan jasa audit yang besar sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. Waktu dan Biaya Audit yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil Tabel 4.51. Hasil Kuesioner tentang Waktu dan Biaya Audit yang Terbatas dikarenakan Audit yang Kecil Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
19
54,3%
76
Sangat Setuju
5
11
31,4%
55
35
100%
146
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap waktu dan biaya audit yang terbatas dikarenakan jasa audit yang kecil. Sedangkan, 54,3% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 31,4% responden menyatakan sangat setuju terhadap waktu dan biaya audit yang terbatas dikarenakan jasa audit yang kecil sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
7. Hasil
Kuesioner
Persepsi
Manajer
McDonald’s
terhadap
Independensi Akuntan Publik Dalam Hal Kejujuran Akuntan Publik Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 50 responden terhadap sepuluh pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap Independensi Akuntan Publik a. Auditor Bersikap tidak memihak Tabel 4.52. Hasil Kuesioner tentang Auditor Bersikap tidak memihak Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
7
20,0%
35
35
100%
142
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 14,3% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap auditor yang bersikap tidak memihak. Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor yang tidak memihak terhadap kepentingan siapapun sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Auditor dengan Kejujuran yang Tinggi akan Lebih Independen dalam Mendeteksi kekeliruan audit Tabel 4.53. Hasil Kuesioner tentang Auditor dengan Kejujuran yang Tinggi akan Lebih Independen dalam Mendeteksi kekeliruan audit Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
2
5,7%
4
Ragu-ragu
3
5
14,3%
15
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
5
14,3%
25
35
100%
136
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap auditor dengan kejujuran yang tinggi akan lebih independen dalam mendeteksi kekeliruan audit. Sebanyak 14,3% responden .Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor dengan kejujuran yang tinggi akan lebih independen dalam mendeteksi kekeliruan audit sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Auditor Harus Senantiasa mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental Tabel 4.54. Hasil Kuesioner tentang Auditor harus senantiasa mempertahankan Kebebasan dalam Sikap Mental Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
26
74,3%
104
Sangat Setuju
5
5
14,3%
25
35
100%
141
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi
auditor
terhadap
auditor
harus
senantiasa
mempertahankan kebebasan dalam sikap mental. Sedangkan, 74,3% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 14,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor harus senantiasa mempertahankan kebebasan dalam sikap mental sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Auditor Bebas dari prasangka yang meragukan independensinya Tabel 4.55. Hasil Kuesioner tentang Auditor Bebas dari prasangka yang meragukan independensinya Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
26
74,3%
104
Sangat Setuju
5
6
17,1%
30
35
100%
143
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap auditor yang harus bebas dari prasangka yang meragukan independensinya. Sedangkan, 74,3% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 17,1% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor yang harus bebas dari
prasangka
yang
meragukan
independensinya
sehingga
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Bukti Pemeriksaan yang Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan Secara Menyeluruh Tabel 4.56. Hasil Kuesioner tentang Bukti Pemeriksaan yang Telah dilakukan oleh Auditor dipublikasikan Secara Menyeluruh Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
1
2,9%
3
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
15
34,3%
75
35
100%
166
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 2,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap bukti pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor harus dipublikasikan secara menyeluruh. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 34,3% responden menyatakan sangat setuju terhadap bukti pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor harus dipublikasikan secara menyeluruh sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. Pengkajian dan penilaian yang layak (Objektif dan tidak Bias) Tabel 4.57. Hasil Kuesioner tentang Pengkajian dan penilaian yang layak (Objektif dan tidak Bias) Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
2
5,7%
6
Setuju
4
24
68,6%
96
Sangat Setuju
5
9
25,7%
45
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 5,7% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap pengkajian dan penilaian yang layak. Sedangkan, 68,6% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju terhadap pengkajian dan penilaian yang layak yang dilakukan oleh auditor akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
g. Auditor Tidak Mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang diperiksa Tabel 4.58. Hasil Kuesioner tentang Auditor Tidak Mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh Klien yang diperiksa Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
0
0
0
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
13
37,1%
65
35
100%
153
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor yang tidak mudah dipengaruhi atau dikendalikan oleh klien yang diperiksa maka akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
h. Auditor tidak dibenarkan Memihak Kepada Kepentingan Siapapun Tabel 4.59 Hasil Kuesioner tentang Auditor tidak dibenarkan Memihak Kepada Kepentingan Siapapun Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
25
71,4%
100
Sangat Setuju
5
7
20,0%
35
35
100%
144
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor mengenai auditor yang tidak dibenarkan untuk tidak memihak kepada kepentingan siapapun. Sedangkan, 71,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju mengenai auditor yang tidak dibenarkan untuk tidak memihak kepada kepentingan siapapun sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut. 8. Hasil
Kuesioner
Persepsi
Manajer
McDonald’s
terhadap
Independensi Akuntan Publik Dalam Hal Keahlian Akuntan Publik Berikut ini ditampilkan hasil kuesioner untuk melihat frekuensi jawaban dari 50 responden terhadap empat pertanyaan yang diberikan mengenai persepsi manajer terhadap Independensi Akuntan Publik
a. Auditor Perlu Menjalankan Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi Persyaratan sebagai Seorang Profesional Tabel 4.60. Hasil Kuesioner tentang Auditor Perlu Menjalankan Pelatihan Teknis Untuk Memenuhi Persyaratan sebagai Seorang Profesional Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
6
17,1%
18
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
9
25,7%
45
35
100%
143
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 17,1% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap auditor yang perlu menjalankan pelatihan teknis untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 25,7% responden menyatakan sangat setuju terhadap terhadap auditor yang perlu menjalankan pelatihan teknis untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
b. Hasil Audit Harus Berdasarkan atas Kenyatan yang ditemukan Tabel 4.61. Hasil Kuesioner tentang Hasil Audit Harus Berdasarkan atas kenyatan yang ditemukan Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
10
28,6%
50
35
100%
147
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditor harus berdasarkan atas kenyatan yang ditemukan. Sedangkan, 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju terhadap hasil audit yang dilakukan oleh auditor harus berdasarkan atas kenyatan yang ditemukan akan dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
c. Penggunaan Tenaga Ahli dalam Melakukan Tugas Pemeriksaan suatu Perusahaan Klien Haruslah Tepat, Kritis dan Independensi Tabel 4.62. Hasil Kuesioner tentang Penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat, kritis dan independensi Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
3
8,6%
9
Setuju
4
25
71,4%
100
Sangat Setuju
5
7
20,0%
35
35
100%
144
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 8,6% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat dan kritis. Sedangkan, 71,4% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju terhadap penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat dan kritis sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
d. Auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya Tabel 4.63. Hasil Kuesioner tentang Auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
8
22,9%
24
Setuju
4
20
57,1%
80
Sangat Setuju
5
7
20,0%
35
35
100%
139
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 22,9% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien yang haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya. Sedangkan, 57,1% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 20% responden menyatakan sangat setuju terhadap auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien yang haruslah sesuai dengan kebenaran datadata akutansi yang diperiksanya sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
e. Banyaknya pengalaman oleh akuntan publik mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian Tabel 4.64. Hasil Kuesioner tentang Pengalaman Auditor yang mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian. Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
0
0
0
Setuju
4
22
62,9%
88
Sangat Setuju
5
13
37,1%
65
35
100%
153
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 62,9% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 37,1% responden menyatakan sangat setuju terhadap pengalaman auditor yang mampu melakukan pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, secara otomatis sebagai keahlian sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
f. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit. Tabel 4.65. Hasil Kuesioner tentang Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit. Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
21
60,0%
84
Sangat Setuju
5
10
28,6%
50
35
100%
146
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi auditor terhadap bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit. Sedangkan, 60% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 28,6% responden menyatakan sangat setuju terhadap bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh oleh auditor sebagai dasar yang memadai untuk penyajian laporan audit sehingga dapat mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
g. Pekerjaan audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Tabel 4.66. Hasil Kuesioner tentang Pekerjaan audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Jumlah
Persentase
Manajer
Manajer
1
0
0
0
Tidak Setuju
2
0
0
0
Ragu-ragu
3
4
11,4%
12
Setuju
4
23
65,7%
92
Sangat Setuju
5
8
22,9%
40
35
100%
144
Skala Penilaian
Bobot
Sangat Tidak Setuju
TOTAL
Skor
Sumber : Data primer Sebanyak 11,4% responden menyatakan ragu-ragu mengenai independensi
auditor
terhadap
pekerjaan
audit
yang
harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, 65,7% responden menyatakan setuju dengan adanya hal tersebut dan sebanyak 22,9% responden menyatakan sangat setuju terhadap pekerjaan audit yang harus
direncanakan
dengan
sebaik-baiknya
sehingga
mempengaruhi independensi dari suatu akuntan publik tersebut.
dapat
D. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Pada gambar 4.1 berikut ini merupakan hasil analisis data dengan menggunakan uji normalitas data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Menurut Ali Akbar (2005), jika probabilitas > 0,05 (asymp. sig. 2-tail > 0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Uji normalitas data diperoleh dengan menggunakan program SPSS 12.0 sehingga menghasilkan grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas data Pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas karena besarnya nilai asymp. sig. (2-tailed) > α. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas terhadap independensi akuntan publik. Untuk mengetahui besarnya nilai asymp. sig. (2-tailed) > α dapat dilihat pada tabel 4.67 berikut ini:
Tabel 4.67. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters (a,b)
Most Extreme Differences
Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien
Persaingan antar KAP
Pemberian jasa lain selain jasa audit
Lamanya penugasan audit
Ukuran suatu KAP
Besarnya audit fee
Independensi Akuntan Publik
35
35
35
35
35
35
35
24,77
28,60
25,14
25,09
25,06
24,91
70,51
2,170
2,416
2,290
2,369
2,100
2,092
4,314
,113
,145
,182
,171
,165
,116
,088
,182 -,094 1,077 ,197
,081 -,171 1,013 ,256
,122 -,165 ,979 ,293
,112 -,116 ,688 ,731
,084 -,088 ,519 ,951
Mean
Std. Deviation Absolute
Positive ,087 ,081 Negative -,113 -,145 Kolmogorov-Smirnov Z ,671 ,857 Asymp. Sig. (2-tailed) ,759 ,455 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Pada tabel 4.67, menunjukkan hasil uji normalitas data yang menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > α. Dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam analisis regresi linier berganda. Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala Multikolinieritas. Dalam penelitian ini digunakan standar VIF (Variance Inflation Factor) dengan nilai di bawah 10. Sedangkan
besarnya nilai Tolerance berkisar antara nol dan satu. Maka untuk mengetahui apakah hasil dari regresi linier berganda terhadap variabel independen tersebut terbebas dari gejala multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.68 berikut ini: Tabel 4.68. Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 22.556 8.019 Ikatan Kepentingan Keuangan dan .932 .416 .469 Hubungan Usaha dengan Klien Persaingan -.357 .352 -.200 antar KAP Pemberian jasa lain selain .307 .281 .163 jasa audit Lamanya penugasan .179 .297 .098 audit Ukuran suatu .245 .302 .119 KAP Besarnya .672 .333 .326 audit fee a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance VIF
2.813
.009
2.239
.033
.314
3.189
-1.013 .320
.353
2.832
1.093
.284
.618
1.617
.602
.552
.517
1.934
.813
.423
.637
1.569
2.020
.049
.529
1.892
berdasarkan tabel 4.68, besarnya nilai VIF pada seluruh variabel independen di bawah 10 dan besarnya nilai tolerance seluruh variabel independen mendekati satu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas antar variabel independen yang digunakan pada penelitian ini yang artinya bahwa variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain saling berkorelasi kuat
satu sama lain. Dengan demikian, model regresi tersebut dapat digunakan pada penelitian ini.
2. Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Pada
gambar
4.2
diatas
adalah
scatterplot
hasil
uji
heterokedastisitas, dimana titik-titik yang ada menyebar dan tidak membentuk pola tertentu atau dapat dikatakan random. Titik-titik tersebut tidak hanya di area tertentu saja, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu x, serta di sebelah kanan maupun sebelah kiri angka 0 pada sumbu y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas atau tidak ada perbedaan varian pada model regresi linier berganda ini. Dengan demikian, model regresi tersebut layak digunakan dalam penelitian ini.
E. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Uji T Parsial Tabel 4.69. Hasil Uji T Parsial Coefficients(a) Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta (Constant) 22.556 8.019 Ikatan Kepentingan Keuangan dan .932 .416 .469 Hubungan Usaha dengan Klien (X1) Persaingan antar KAP -.357 .352 -.200 (X2) Pemberian jasa lain selain .307 .281 .163 jasa audit (X3) Lamanya penugasan .179 .297 .098 audit (X4) Ukuran suatu .245 .302 .119 KAP (X5) Besarnya .672 .333 .326 audit fee (X6) a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
t
Sig.
2.813
.009
2.239
.033
-1.013
.320
1.093
.284
.602
.552
.813
.423
2.020
.049
Berdasarkan tabel 4.69, untuk melihat besarnya pengaruh secara parsial antara ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee terhadap independensi akuntan publik dari sudut pandang manajer perusahaan waralaba McDonald’s adalah sebagai berikut: a. Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien
Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien sebesar 2,239 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan demikian, thitung > ttabel (2,239 > 2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,033 < 0,05 maka hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga, variabel ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik. b. Persaingan antar KAP Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas persaingan antar KAP sebesar –1,013 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar -2,048. Dengan demikian, thitung > ttabel (-1,013 > -2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,320 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga, variabel persaingan antar KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik. c. Pemberian jasa lain selain jasa audit Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas pemberian jasa lain selain jasa audit sebesar 1,093 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan demikian, thitung > ttabel (1,093 < 2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,284 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga, variabel pemberian jasa lain selain jasa audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik. d. Lamanya penugasan audit Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas lamanya penugasan audit sebesar 0,602 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan demikian, thitung > ttabel (0,062 < 2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,552 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga, variabel lamanya penugasan audit tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik. e. Ukuran suatu KAP Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas ukuran suatu KAP sebesar 0,813 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan demikian, thitung > ttabel (0,813 < 2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,423 > 0,05 maka hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga, variabel ukuran suatu KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik. f. Besarnya audit fee Pada tabel 4.69 menunjukkan thitung atas besarnya audit fee sebesar 2,020 sedangkan ttabel (α : 5%, 28) sebesar 2,048. Dengan demikian, thitung > ttabel (2,020 < 2,048) dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,049 < 0,05 maka hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga, variabel besarnya audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independensi akuntan publik.
2. Uji F Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan antara ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee terhadap independensi akuntan publik dari sudut pandang manajer perusahaan waralaba McDonald’s adalah sebagai berikut:
Tabel 4.70. Hasil Uji F Simultan ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression 389.284 6 64.881 7.462 .000(a) Residual 243.459 28 8.695 Total 632.743 34 a Predictors: (Constant), Besarnya audit fee, Pemberian jasa lain selain jasa audit, Ukuran suatu KAP, Persaingan antar KAP, Lamanya penugasan audit, Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien b Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik Berdasarkan tabel 4.70 diperoleh hasil Fhitung sebesar 7,462 sedangkan Ftabel sebesar 2,455 dengan derajat kebebasan 28 (df = n-k1). Dengan demikian Fhitung > Ftabel dan taraf signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga diperoleh keputusan bahwa ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik. 3. Uji Koefisien Determinasi Tabel 4.71. Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary(b) Model 1
Adjusted Std. Error of DurbinR Square the Estimate Watson .784(a) .615 .533 2.949 2.097 a Predictors: (Constant), Besarnya audit fee, Pemberian jasa lain R
R Square
selain jasa audit, Ukuran suatu KAP, Persaingan antar KAP,
Lamanya penugasan audit, Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien b Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik Berdasarkan tabel 4.64 diatas diperoleh hasil uji koefisien determinasi dengan nilai Adjusted R Square sebesar 0,533 atau 53,3%. Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen (ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu KAP, dan besarnya audit fee) menjelaskan variabel dependen (independensi akuntan publik) sebesar 53,3%. Sedangkan, 46,7% dijelaskan oleh variabel lain menurut (Larkin, 1990) dalam (Trinaningsih, 2007:4) kemampuan (ability), komitmen profesional, motivasi, dam kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai kemampuan
dalam
hal
auditing
maka
akan
cakap
dalam
menyelesaikan pekerjaan. Auditor yang komitmen terhadap profesinya maka akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh auditor tersebut. Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan individu auditor tersebut untuk melakukan kegiatan – kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Adapun kepuasan kerja auditor adalah tingkat kepuasan individu auditor dengan posisinya dalam organisasi secara relatif dibandingkan dengan teman sekerja atau teman seprofesi lainnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik, besarnya audit fee terhadap independensi penampilan akuntan publik pada McDonald’s yang terletak di DKI Jakarta dan daerah Singapura. Responden penelitian ini berjumlah 35 orang Manajer McDonald’s. Data dan model regresi telah di uji berdasarkan uji asumsi klasik, dan hasilnya menunjukkan data penelitian ini berdistribusi normal, tidak terjadi atau bebas dari heterokedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik, besarnya audit fee berpengaruh terhadap independensi dari suatu penampilan akuntan publik. 2. Secara partial
faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap
independensi penampilan akuntan publik adalah ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien serta besarnya audit fee. Selanjutnya, faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik adalah persaingan antar KAP, pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran suatu kantor akuntan publik (KAP). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh (Oni Zamroni:2006) serta (Supriyono:1986).
Dalam
penelitian
Oni
Zamroni,
faktor
yang
berpengaruh secara signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik adalah faktor ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien dan lamanya penugasan audit oleh kantor akuntan publik. Sedangkan dalam penelitian Supriyono, ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), pemberian jasa lain selain jasa audit, lamanya penugasan audit, ukuran dari suatu kantor akuntan publik (KAP), dan besarnya audit fee berpengaruh signifikan terhadap independensi dari suatu penampilan akuntan publik. B. Implikasi Terdapat korelasi yang sangat erat antara pendidikan, praktik dan riset akutansi, sehingga setiap aktifitas dalam masing-masing bidang tertentu berdampak pada bidang lainnya. Penelitian ini mempunyai impilkasi yang luas untuk penelitian selanjutnya dalam bidang auditing khususnya mengenai masalah independensi. Selain itu, penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi organisasi Ikatan Akuntan Indonesia dalam memenuhi tuntutan
profesionalisme akuntan dalam menjalankan praktiknya sebagai organisasi profesi, serta dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dalam desain kurikulum jurusan akutansi bagi para praktisi. C. Saran Atas dasar kesimpulan tersebut di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area survei tidak hanya pada satu atau dua wilayah saja, sehingga penelitian selanjutnya lebih dapat digeneralisasikan. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah responden dan menambah sampel, sehingga penelitian selanjutnya lebih dapat akurat penelitiannya. 3. Akuntan publik hendaknya menghindari bekerja mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri, berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien atau bertindak sebagai penasehat dan memperhitungkan besarnya audit fee karena akan merusak dari suatu independensi penampilan suatu akuntan publik. 4. Membatasi suatu penugasan audit pada satu patner atau kantor akuntan publik dan selanjutnya melakukan pergantian patner audit atau kantor akuntan publik akan membawa perbaikan pada independensi akuntan publik secara keseluruhan.
5. Untuk menghindari dan mencegah persaingan tajam yang tidak sehat, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik Ikatan akuntan Indonesia (IAI) oleh Majelis Kehormatan IAI.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.A dan Loebbecke, J.K 1999. “auditing : Pendekatan Terpadu”. Salemba Empat, Jakarta Badan Pengawas Pasar Modal.2002.”Press Release Peraturan Bapepam No VIII.A.2 tentang Independensi akuntan yang memberikan Jasa Audit di Pasar
Modal.”
Artikel
didapatkan
18
Agustus
2007
dari
http://www.bapepam.go.id Christiawan, Yulius Jogi 2002. “Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Hasil Penelitian Empiris” Jurnal Akutansi & Keuangan Vol 4 No.2. November :79 – 92 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra. Dwi Ratnadi, Ni Made. 2006 . “ Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektifitas Penerapan struktur Pengendalian Intern pada Bank Pengkreditan Rakyat di Kabupaten Bandung”. Jurusan Akutansi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Hamid, Abdul. 2007. “Buku Panduan Penulisan Skripsi.” Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Mulyadi 2002. ”Auditing.” Edisi Keenam, Buku I, Salemba empat, Jakarta cet – 1. Purwanti, Liliek 2007. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi” Simposium Nasional Akutansi X, Unhas Makassar.
Prawira
Budi,
Triton.
2006
“SPSS
13.0.
Terapan
:Riset
Statistik
Parametrik”Penerbit ANDI Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2000. Buku latihan SPSS Statistik Parametri., Jakarta :Elex Media Komputindo. Supriyono. 1988. “Pemeriksaan Akuntan (Auditing) : Faktor – Faktor yang mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik.” edisi Pertama BPEFE-Yogyakarta,Cet-1 Susiana. 2007. “Analisis Pengaruh Independensi , Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan” Simposium Nasional Akutansi X, Unhas Makassar. Trisnaningsih, Sri 2007. “Independensi Auditor
dan Komitmen Organisasi
sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman GOOD GOVERNANCE, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisas iterhadap Kinerja Auditor” Simposium Nasional Akutansi X, Unhas Makassar. Zamroni, Oni 2006. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor-Faktor yang mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik.” .
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Kepada Yth Bapak/Ibu Manajer McDonald’s Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Riselvino Minanda NIM : 203082001942 Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Ilmu Sosial/Akutansi Dengan ini bermaksud melakukan penelitian sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Sastra Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Persepsi Manager Perusahaan Waralaba terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik”. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu Manager untuk menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap tapi sebelumnya saya mohon maaf apabila sudah mengganggu waktu kinerja Bapak/Ibu. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian saya sebagai tugas akhir sebagai mahasiswa Program Sastra Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan tidak digunakan sebagai penelitian sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/ibu bekerja, sehingga kerahasiaannya akan selalu saya jaga. Atas kesediaan Bapak/Ibu telah meluangkan waktunya untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner yang saya berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Riselvino Minanda Peneliti
KUESIONER
No
1
2
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI PERNYATAAN STS TS RG S SS IKATAN KEPENTINGAN KEUANGAN DAN HUBUNGAN USAHA DENGAN KLIEN Akuntan publik atau kantornya mempunyai hubungan usaha dan hutang piutang pada perusahaan waralaba, pada karyawan penting, atau pada pemegang saham utama perusahaan waralaba yang diperiksanya selama perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya. Suatu akuntan publik atau Kantornya mempunyai saham lebih besar dari 5% atau memegang kendali pada klien.
3
Akuntan publik meminjam sejumlah uang yang cukup besar jumlahnya dari Direktur perusahaan waralaba suatu klien.
4
Mayoritas pendapatan dari suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagian besar berasal dari klien. Jika suatu auditor menyewa gedung milik klien auditnya sebagai kantor cabang di kota lain dan harga sewanya mendapat potongan. PERSAINGAN ANTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
5
6 Tajamnya persaingan antar KAP kemungkinan mempunyai pengaruh yang besar terhadap independensi. 7
8 9 10 11
12 13 14 15 16
Jika pesaingan antar KAP relative tidak tajam, hal ini dapat merusak independensi dari suatu akuntan publik tersebut. Munculnya penggabungan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang satu dengan yang lain. Timbulnya Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berskala nasional dan internasional. Berdirinya Kantor Akuntan Publik (KAP) berskala kecil. Adanya perang tarif antar Kantor Akuntan Publik (KAP) jauh dibawah tarif minimun. PEMBERIAN JASA LAIN SELAIN JASA AUDIT Aktivitas Kantor Akuntan Publik (KAP) selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain. Jasa konsultasi manajemen kepada klien dapat merusak independensi akuntan ? Jasa akutansi dapat merusak independensi akuntan publik? Jasa pembukuan dapat merusak independensi akuntan akuntan publik sengaja mendatangani perusahaan klien untuk menawarkan jasanya.
17 18 19
20
21
LAMANYA PENUGASAN AUDIT Jika lamanya penugasan audit tersebut sudah lebih dari 5 tahun. Memperoleh Penugasan Audit kurang dari 5 Tahun. Penugasan audit yang lama kemungkinan meningkatkan independensi karena akuntan publik sudah familier, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien, dan lebih tahan terhadap tekanan klien? KAP atau Auditor dapat memberikan jasa audit kembali untuk klien yang sama setelah 3 tahun buku secara berturut-turut tidak mengaudit klien tersebut. Akuntan Publik harus dirotasi setelah mengaudit selama 5 tahun berturut-turut dan bertugas lagi setelah 5 tahun. UKURAN SUATU KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
22
23 24 25 26
27
28
29
Audit pada suatu perusahaan go-public mungkin dilakukan oleh kantor akuntan besar lebih menjamin independensinya. Audit yang diberikan oleh KAP Besar dapat memberikan hasil rekomendasi yang lebih bermanfaat? Sebaliknya, apakah audit yang dilakukan kantor akuntan kecil lebih menjamin independensinya. Audit yang diberikan oleh KAP kecil dapat memberikan hasil rekomendasi yang lebih bermanfaat. KAP yang lebih besar lebih independen dibandingkan dengan KAP kecil karena KAP besar tidak begitu bergantung pada salah satu kliennya saja sehingga hilangnya salah satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatannya. BESARNYA AUDIT FEE Jika audit fee diberikan oleh perusahaan klien yang diaudit untuk auditor dilakukan secara obyektif sesuai kompetisi, bobot tanggung jawab pekerjaan dan tingkat kebutuhan hidup. Audit fee yang diberikan oleh perusahaan klien yang diaudit berjumlah sangat besar sehungga mengakibatkan kemungkinan berkurangnya independensi dari suatu akuntan publik tersebut? Jika audit fee dari klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu kantor akuntan.
30 Jika audit fee dari klien merupakan sebagian kecil dari total pendapatan suatu kantor akuntan, apakah hal ini akan merusak independensi akuntan publik tersebut?
31
32 33 34 35 36
INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK KEJUJURAN Auditor mempunyai kebebasan dalam mengeluarkan pendapatnya secara jujur sebagai seorang ahli yang tidak memihak ke pihak manapun baik manajemen maupun pemegang saham Auditor dengan kejujuran yang tinggi akan lebih independensi dalam mendeteksi kekeliruan audit Auditor senantiasa mempertahankan kebebasan dalam sikap mental Auditor bebas dari prasangka yang meragukan independensinya? Bukti pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor terhadap klien dipublikasikan secara menyeluruh Pengkajian dan penilaian yang layak terhadap perusahaan klien (objektif dan tidak bias) KEAHLIAN
37
38
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor menjalani pelatihan teknis yang cukup Hasil audit harus berdasarkan atas kenyataan yang ia temui selama pemeriksaannya
39 Penggunaan tenaga ahli dalam melakukan tugas pemeriksaan suatu perusahaan klien haruslah tepat, kritis dan independensi 40 Auditor dalam memberikan opini mengenai laporan keuangan suatu perusahaan klien haruslah sesuai dengan kebenaran data-data akutansi yang diperiksanya 41 Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh akuntan publik melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan serta penilaian akan mempengaruhi keahlian
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters (a,b)
Most Extreme Differences
Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien
Persaingan antar KAP
Pemberian jasa lain selain jasa audit
Lamanya penugasan audit
Ukuran suatu KAP
Besarnya audit fee
Independensi Akuntan Publik
35
35
35
35
35
35
35
24,77
28,60
25,14
25,09
25,06
24,91
70,51
2,170
2,416
2,290
2,369
2,100
2,092
4,314
,113
,145
,182
,171
,165
,116
,088
,081 -,145 ,857 ,455
,182 -,094 1,077 ,197
,081 -,171 1,013 ,256
,122 -,165 ,979 ,293
,112 -,116 ,688 ,731
,084 -,088 ,519 ,951
Mean
Std. Deviation Absolute
Positive ,087 Negative -,113 Kolmogorov-Smirnov Z ,671 Asymp. Sig. (2-tailed) ,759 a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
LAMPIRAN 4 Uji Multikolinieritas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 22.556 8.019 2.813 Ikatan Kepentingan Keuangan dan .932 .416 .469 2.239 Hubungan Usaha dengan Klien Persaingan -.357 .352 -.200 -1.013 antar KAP Pemberian jasa lain selain .307 .281 .163 1.093 jasa audit Lamanya penugasan .179 .297 .098 .602 audit Ukuran suatu .245 .302 .119 .813 KAP Besarnya .672 .333 .326 2.020 audit fee a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.009
.033
.314
3.189
.320
.353
2.832
.284
.618
1.617
.552
.517
1.934
.423
.637
1.569
.049
.529
1.892
LAMPIRAN 5 Uji Heterokedastisitas
LAMPIRAN 6 Uji T Parsial Coefficients(a) Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta (Constant) 22.556 8.019 Ikatan Kepentingan Keuangan dan .932 .416 .469 Hubungan Usaha dengan Klien (X1) Persaingan antar KAP -.357 .352 -.200 (X2) Pemberian jasa lain selain .307 .281 .163 jasa audit (X3) Lamanya penugasan .179 .297 .098 audit (X4) Ukuran suatu .245 .302 .119 KAP (X5) Besarnya .672 .333 .326 audit fee (X6) a Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik
t
Sig.
2.813
.009
2.239
.033
-1.013
.320
1.093
.284
.602
.552
.813
.423
2.020
.049
LAMPIRAN 7 Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
b
Method
Besarnya Audit Fee, Persaingan Antar Kantor Akuntan Publik (KAP), Pemberian Jasa Lain selain Jasa Audit, Ukuran Suatu Kantor
. Enter
Akuntan Publik, Lamanya Penugasan Audit, Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dg Klien
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Independensi
Uji F Simultan ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression 389.284 6 64.881 7.462 .000(a) Residual 243.459 28 8.695 Total 632.743 34 a Predictors: (Constant), Besarnya audit fee, Pemberian jasa lain selain jasa audit, Ukuran suatu KAP, Persaingan antar KAP, Lamanya penugasan audit, Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien b Dependent Variable: Independensi Akuntan Publik