PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XA SMA NEGERI 2 GORONTALO
Oleh Lila Amana Nim. 211 408 198
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013
ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi di kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dan tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi di kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo?.Dalam penelitian ini penulis menetapkan populasi adalah seluruh siswa kelas X yang ada di SMA Negeri 2 Gorontalo dengan jumlah 4 kelas, namun dalam penelitian ini yang ditetapkan menjadi sampel adalah dua kelas terdiri dari kelas X2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X7 sebagai kelas kontrol.Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat dilihat bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi ” Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe Think Pair Share (TPS)
PENDAHULUAN Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Djamarah dan Zain (2010:10), “Belajar adalah proses perubahan perilaku pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.”. Setiap model pembelajaran tersebut memiliki karakteristik yang membedakannya dari model pembelajaran yang lain. Ada empat rumpun model pembelajaran menurut Joice Weil, yaitu: (1) rumpun model pengolahan informasi; (2) rumpun model personal; (3) rumpun model interaksi sosial; (4) rumpun model sistem perilaku. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Menurut Purwanto (2002: 101) mengemukakan bahwa "Hasil belajar adalah prestasi yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan". Dimyati dan Mujiono (2002: 97) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran di mana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 895) menjelaskan prestasi adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan di mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angkat yang diberikan oleh guru. Hamalik (dalam Mulyasa 2004: 170) mengemukakan bahwa evaluasi itu adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi). Pengalaman, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik. Setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi/derajat perubahan perilaku yang bersangkutan Dengan adanya penerapan model pembelajaran yang baik maka hasil belajar yang diharapkan akan baik pula sehingga prestasi belajar dari peserta didik akan meningkat. Oleh karena itu pengelolaan kelas sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil interaksi dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan. Secara
garis besar faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi dalam dua bagian, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri siswa (faktor eksternal). Djamarah (2008:13) mendefenisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitifk, afektif, dan psikomotor. Selanjutnya, Dalyono (2009:49) mengungkapkan bahwa “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya” SMA Negeri 2 Gorontalo sebagai salah satu lembaga pendidikan formal dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan peserta didiknya terus mengadakan berbagai upaya dan berbagai inovasi-inovasi baru khususnya yang berkaitan dengan penerapan model-model pembelajaran. Namun dengan berbagai model pembelajaran yang ada, di sekolah ini belum dimaksimalkan sepenuhnya oleh guru khususnya pada penerapan model pembelajaran kooperatif. Ini didasarkan pada hasil observasi penulis bahwa dalam melaksankan kegiatan belajar mengajar, kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, namun sudah ada sebagian guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dari hasil penelitian Lundgren (dalam Muslimin, 2003: 17) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Dengan kurangnya penerapan model
pembelajaran akan berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa yang kurang optimal. Menurut Hamalik (2008:32-33) “Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas X yang tersebar di sembilan (9) kelas yakni kelas X1 sampai dengan kelas X9 pada tahun ajaran 2012/2013, bahwa dari jumlah 236 orang siswa hanya sekitar 98 orang atau 41,53% yang memperoleh nilai di atas standar kelulusan minimal untuk mata pelajaran akuntansi sedangkan sisanya sebanyak 138 orang atau 58,46% yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan minimal dengan memiliki tingkat pemahaman akuntansi yang berbeda-beda. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor siswa itu
sendiri yang kurang siap dalam menerima pelajaran, faktor guru dalam mengajar khususnya dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang belum sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa. Akibatnya, siswa kurang antusias dan aktif dalam pembelajaran, siswa mengantuk, bosan serta tidak bersemangat dalam proses belajar, ketidaksiapan siswa dan belum maksimalnya guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran tersebut akan berdampak pada hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Sthal (dalam Marpung, 2002: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) belajar dari teman, (2) tatap muka dengan teman, (30 mendengarkan dari anggota, (4) belajar dari teman sendiri dari kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produk berbicara atau mengemukakan pendapat, dan (7) siswa membuat keputusan. Berdasarkan hasil penelitian Slavin (dalam Muslimin, 2003: 16) menunjukkan bahwa teknikteknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Dari hasil penelitian Lundgren (dalam Muslimin, 2003: 17) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya. Selanjutnya, Slavin dalam Lie (2002: 59) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis menduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karenanya peneliti sangat tertarik untuk mengadakan penelitian dengan formulasi judul ”Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Akuntansi di Kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo. Pembelajaran kooperatif yang efektif disebut STAD. STAD merupakan belajar kooperatif
yang sangat sederhana. Guru menggunakan STAD, juga mengacu pada belajar
kelompok siswa, menjadikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan
persentase verbal
atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dipecah menjadi
kelompok dengan anggota 4-5 orang (Lie. 2002: 85). Menurut Salvin dalam Ibrahim, dkk (2006: 31-35) STAD terdiri dari satu siklus pengajaran biasa, belajar koperatif dalam tim kemampuan capur, dan kuis dengan penghargaan atau ganjaran lain diberikan kepada tim yang anggotaanggotanya paling tinggi melampaui sendiri yang terlebih dahulu.. Cholis (2006: 12)
mengemukakan bahwa model Think Pair Share (TPS) adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca (Lie, 2002: 82). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi di kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo.
METODE PENULISAN Penelitan ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Gorontalo tahun ajaran 2012/2013 dengan mengambil kelas X yang terdiri dari 7 kelas sebagai populasi. Untuk sampel penelitian dipilih 2 kelas secara purposive sampling yaitu kelas X2
yang berjumlah 25 orang sebagai kelas
eksperimen yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas X7 yang berjumlah 28 orang sebagai pembanding yang dalam hal ini disebut kelas kontrol yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, karena pada materi yang diajarkan pada 2 kelas ini belum diajarkan dan menurut informasi yang peneliti peroleh dari guru mitra bahwa kemampuan siswa yang tersebar dari 2 kelas ini homogen karena di kelas X tidak terdapat kelas khusus. Oleh karena itu peneliti tidak melakukan lagi pre test. Untuk menjawab atau mencapai tujuan tersebut, dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen berupa test. Nilai
yang diperoleh dari test kemudian diolah secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik yang ditentukan. Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian di mana ada perlakukan (treatment) terhadap variable independent. Penelitian eksperimen dapat memberikan penjelasan tentang “alasan mengapa”. Hubungan sebab akibat bias diketahui oleh karena peneliti dimungkinkan untuk melakukan perlakuan (treatment) terhadap obyek penelitian. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain two group post test only. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penggunaan teknik pembelajaran yang berbeda, maka dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pengendali/kontrol. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan desain two group post test only. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah peneranan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe think pair share (TPS). Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu berupa: Observasi, Tes meliputi: pre test dan post test, dan Dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X1 (Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD): skor terendah adalah 70 dan skor tertinggi 100 sehingga diperoleh Range = 30, kelas interval = 6, dan panjang kelas = 5, median (Me) = 90 dan modus (Mo) = 92.5. Pada frekuensi skor hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD nampak bahwa skor nilai terbanyak berada pada kelas interval 90 - 96, dan skor nilai terendah adalah pada kelas interval 75 – 78. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X2 (Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS) : skor terendah 70 dan skor tertinggi 100 sehingga diperoleh Range = 30, kelas interval = 6, dan panjang kelas = 5, median (Me) = 85.93 dan modus (Mo) = 90.21. Pada frekuensi skor hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS nampak
bahwa skor nilai terbanyak berada pada kelas interval 90 – 94, dan skor nilai terendah adalah pada kelas interval 80 – 84. Pengujian hipotesis menggunakan statistik uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t. Berdasarkan data skor kemampuan siswa yang diperoleh nilai thitung = 3.426. Sedangkan kriteria pengujian pada taraf signifikan α = 0.01 dengan dk = n1 + n2 – 2 terima Ho jika –t(1-1/2α) < thitung < t(1-1/2α) dimana t(1-1/2α) didapat dari daftar tabel distribusi t dengan dk == n1 + n2 – 2 dan peluang (1-1/2α), untuk harga lainnya Ho ditolak. Sehingga diperoleh t(1-1/2(0,01)(25 + 28-2) t(0,995)(51) = 2.021. Oleh karena thitung lebih besar dari tdaftar dan thitung tidak berada pada daerah penerimaan yaitu = 2.021 6 sampai dengan + 2.021 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Think Pair Share (TPS) di kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian atau hasil post test , untuk kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh skor minimum 70 dan skor maksimum 100, dari rentang skor minimum dan skor maksimum diperoleh skor rata-rata 86. Sedangkan untuk kelas pembanding (kelas kontrol) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), diperoleh skor minimum 70 dan skor maksimum 100 dari rentang skor minimum diperoleh skor rata-rata 83.21. Data selengkapnya dapat dilihat lampiran (7) hal ini berarti hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Setelah kedua kelas tersebut homogen, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kelas eksperimen. Pelaksanaan eksperimen yang dimaksud adalah pembelajaran akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe Think Pair Share (TPS). Setelah pelaksanaan eksperimen, dilanjutkan dengan pemberian post-test. Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Adanya pengaruh hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang diberikan perlakuan atau kelas eksperimen (menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki pemahaman yang lebih terhadap materi
yang diajarkan dibandingkan dengan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe dan Think Pair Share (TPS) atau kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas yang dikenai tindakan (kelas eksperimen) lebih termotivasi dalam belajar sehingga mereka lebih tertarik dan lebih konsentrasi pada saat belajar. Sesuai hasil pada langkah pengujian hipotesis diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eskperimen (X1) = 86 dan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol (X2) = 83.21, dari hasil ini diperoleh nilai thitung = 3.426 untuk α = 0.05 diperoleh nilai tdaftar = 2.021, hal ini menunjukan bahwa H0 tolak, jadi terima Ha. atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi. Memperhatikan rata-rata skor hasil post test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, ternyata bahwa kelas yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh adanya kurangnya penerpakan model pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan, sehingga berakibat pada hasil belajar siswa kurang maksimal, khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Dengan demikian, maka hipotesis yang berbunyi: terdapat perbedaan yang signifikan belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi di Kelas X SMA Negeri 2 Gorontalo, dinyatakan diterima.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi. Hal ini sesuai dengan kriteria pengujian –t(1-1/2α) < thitung < t(1-1/2α) dimana t(1-1/2α) diperoleh thitung = 0.05 dan tdaftar = 2.021 dimana 2.021 < 3.426, sehingga H0 jatuh pada daerah penolakan, maka terima Ha. 2. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol, yakni 86 > 83.21. 3. Penyajian materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran akuntansi terutama pada materi jurnal penyesuaian, karena dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat berdampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa. 2. Diharapkan dalam pembelajaran akuntansi terutama selain materi jurnal penyesuain dapat diteliti keefektifan dari penerapan model pembelajaran kooperatif agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002 Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Ilmu Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineke Cipta Djamaroh, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta Djamarah, Saiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Strategi Belanajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara Ibrahim, M, dkk. 2006. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bbandung: Alfabeta. Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo. Mahmud. 2010. Psikoogi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia Marpaung, 2002. Model Pembelajaran Kooperatif di Sekolah. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada Mulyasa. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Usaha Nasional; Surabaya. Muslimin, 2002: Pembelajaran Kooperatif. Dirjen DIKDASMEN. Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian (Cetakan ke Delapan). Bandung: Alpa Beta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pres.
Usman, Uzer. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Cholis, Sa’dijah. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS. Malang: Lembaga Penelitian UM (http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/07140038.pdf) . Dikutip 22 Februari 2013
Sugandi, A.I. 2002. Pembelajaran Pemecahan Masala Matmatika Melalui Model Belajar Kooperatif Tope Jigsaw. (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas Satu SMU Negeri di Tasikmalaya).
Tesis
PPS
UPI:
Tidak
diterbitkan.
binatalenta.com/artikel_ina.pdf. dikutip 10 Oktober 2012.
(http://www.sd-