MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X THP-1 SMK NEGERI 1 LIMBOTO.
OLEH Nama
: Nurdin Dunggio
Nim
: 911 409 132
Jurusan
: Pendidikan Ekonomi
Program Studi
: Pendidikan Ekonomi Perkantoran
Pembimbing I
: Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd
Pembimbing II
: Radia Hafid, S.Pd, M.Si
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan rumusan masalah: “apakah Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto?” Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sampel penelitian berjumlah 29 orang siswa dengan 22 orang laki-laki dan 7 orang perempuan di Kelas X THP-1 Pada mata pelajaran kewirausahaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan II. Berdasarkan kegiatan observasi kegiatan guru dan siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Untuk observasi kegiatan guru mengalami peningkatan sebesar 6,69% yang memiliki kategori baik dan Sangat baik yaitu dari 86,67% menjadi 93,33%, untuk
observasi kegiatan siswa mengalami peningkatan sebesar 7,69% yang memiliki kategori baik dan Sangat baik yaitu dari 84,62% menjadi 92,31%. Selanjutnya untuk hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari kegiatan observasi awal ke siklus I sebesar 24,13% yaitu dari 48,28% menjadi 72,41% pada siswa yang mendapat nilai ≥ 75. Selanjutnya peningkatan hasil belajar siswa pula terjadi pada kegiatan siklus I ke siklus II sebesar 13,79% siswa yang mendapat nilai ≥ 75 yaitu dari 72,41% menjadi 86,21% dengan nilai rata-rata kelas dari 70,14 menjadi 88,10. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika digunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada mata pelajaran kewirausahaan, maka hasil belajar siswa di Kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto akan meningkat”, dinyatakan terbukti benar dan dapat diterima.
Kata Kunci : Make A Match, Hasil Belajar Siswa.
PENDAHULUAN
Menurut Sardiman (2006:143) dalam pembelajaran di sekolah, guru berperan sebagai informator (sebagai pelaksana cara mengajar infromatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum), organisator (pengelola kegiatan akademik), motivator (meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa), pengarah director (membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan), inisiator (pencetus ide-ide dalam proses belajar), transmitter (penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan), fasilitator (memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar), mediator (penengah dalam kegiatan belajar siswa) dan evaluator (menilai prestasi belajar siswa).
Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dalam hasil belajar setiap materi yang diajarkan guru. Jika hasil belajar telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan,berarti siswa telah berhasil dalam belajar. Akan tetapi jika hasil belajar belum sesuai dengan harapan,maka diperlukan upaya dari guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Peningkatan hasil belajar siswa sangat penting,karena merupakan sasaran akhir dari kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini diperlukan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang maksimal. Seorang guru diharapkan dapat mampu mengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam bentuk penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang signifikan. Hasil belajar siswa sangat penting mendapat perhatian karena berkenaan kemampuan yang harus dicapai oleh siswa sesuai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum pembelajaran. Jika kompetensi dalam setiap mata pelajaran tersebut telah tercapai sesuai standar ketuntasan,artinya guru telah berhasil dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dan siswa telah memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Menurut Fudyartanto (2002:151) Hasil belajar adalah penguasaan sejumlah pengetahuan dan keterampilan baru serta sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk pemahaman dan penguasaan nilai-nilai. Menurut Sudjana (2009:39-40), bahwa “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”. Menurut Isjoni (2009:67) bahwa model mencari pasangan (Make A Match) yaitu model yang dikembangkan oleh Loma Curran (1994). Salah satu
keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Bentuk diskusi dengan mencari pasangan adalah bentuk pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas sambil bermain dengan teman, pada suasana yang menyenangkan tetapi mengena dan sampai pada sasaran, karena siswa berkompetisi untuk lebih cepat menemukan pasangannya dari kartu atau jawaban yang dibawa masing-masing siswa. Peserta didik yang mendapat kartu soal mencari peserta didik yang mendapat kartu jawaban yang cocok, demikian pula sebaliknya. Menurut Suprijono (2012:94) mengemukakan bahwa hal-hal yang pelru dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make A Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagikan kartu tersebut kepada siswa. Bagi siswa yang mendapat kartu soal maka dia harus memikirkan apa jawabannya sedangkan yang mendapat kartu berisi jawaban maka dia harus memikirkan soal apa yang jawabannya ada di kartu itu. Setelah siswa diberi waktu untuk berfikir, siswa mencari pasangannya dengan waktu yang ditentukan guru. Siswa yang berhasil mencocokan dengan cepat dan benar akan mendapatkan poin/nilai, kartu dikumpulkan lagi dan dikocok untuk babak berikutnya. Pembelajaran berikutnya seperti babak pertama, kemudian penyimpulan, evaluasi dan refleksi. Model Make A Match atau mencari pasangan ini merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu sesi disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konse atau topik dalam suasana yang menyenangkan
Model Pembelajaran mencari pasangan ini dikembangkan oleh Curran tahun 1994 (dalam Asikin, 2009:24) yang mempunyai langkah-langkah dalam
pembelajarannya. Langkah-langkah model mencari pasangan (Make A Match) menurut Mulyatiningsih (2011:233) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang 4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi point 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Demikian seterusnya 8. Kesimpulan/Penutup.
Model Make A Match atau mencari pasangan dapat digunakan untuk membangkitkan aktivitas peserta didik dan cocok digunakan dalam bentuk permainan karena didalam pembelajaran peserta didik ikut aktif dalam proses pembelajaran mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, siswa menjadi lebih senang dan tertarik untuk belajar. Akan tetapi seperti biasa tida ada gading yang tak retak, tidak ada model yang sempurna. Keunggulan dari model pembelajaran Make A Match adalah: a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran b. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis Kelemahan dari model ini ialah jika kelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-hatilah. Karena jika kurang bijaksana, maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Sedangkan sis kelemahan yang alain ialah memerlukan waktu lama dalam membuat RPP karena peneliti harus membuat kartu-kartu yang berisi topik yang akan dibahas. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kewirausahaan kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto, dari 29 siswa dikelas tersebut hanya
terdapat 14 Orang atau 14,28% yang memperoleh ketuntasan belajar sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75. Sedangkan sisanya 15 Orang atau 51,72% belum sesuai harapan (remedial). Berdasarkan data tersebut, diperoleh bahwa sebagian besar siswa memiliki minat belajar yang lemah dikarenakan masih kuatnya model pembelajaran dengan pola lama yang lebih berorientasi pada guru sebagai sumber materi sehingga siswa lebih banyak pasif, masih kurangnya daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan yang disebabkan oleh belum optimalnya guru dalam menumbuhkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Untuk memecahkan masalah tersebut peneliti menawarkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match cocok digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena pada model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk
berinteraksi
diciptakan
dengan
siswa
lain,
sebagai suasana permainan,
suasana belajar di kelas dapat ada kompetisi antar siswa untuk
memecahkan masalah yang terkait dengan topik pelajaran kewirausahaan serta adanya penghargaan (reward), sehingga siswa dapat belajar kewirausahaan dalam suasana yang menyenangkan. Permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang sangat menarik itu menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan mudah untuk diingat, dipahami dan dihargai. Adanya pemberian batasan waktu dalam penyelesaian permasalahan dan penghargaan (reward) dalam pembelajaran Make A-Match menimbulkan suasana persaingan yang sehat di antara para siswa. Suasana persaingan akan memberikan kesempatan para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Selain itu, belajar dengan bersaing akan menimbulkan upaya belajar yang sungguhsungguh. Sesuai dengan prinsip individu untuk selalu lebih baik dari orang lain, sehingga meningkatkan motivasi belajar yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa yang lebih baik. Pemberian penghargaan merupakan cara
efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju pada hasil belajar yang baik. Berdasarkan latar belakang di atas, dilaksanakan penelitian dengan formulasi judul : “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan di Kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto”.
METODE PENELITIAN Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri 1
Limboto, khususnya di Kelas X THP-1 dengan jumlah peserta didik 29 orang yakni 22 orang laki-laki dan 7 orang perempuan yang terdaftar di tahun ajaran 2012/2013. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan yakni: 1. Objek tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, selain itu data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian cukup memadai dan mudah untuk memperolehnya. 2. Dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang dibutuhkan masih dalam taraf kesanggupan peneliti. Penelitian dilakukan oleh peneliti selama 6 bulan yang dimulai pada bulan Februari sampai dengan Juli 2013 mencakup semua langkah-langkah penelitian, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan ujian skripsi. Variabel penelitian yang digunakan adalah vaiabel input, vairabel proses, variabel output. Adapun prosedur dalam penelitian ini terdiri atas (1)tahap perencanaan tindakan, (2)tahap pelaksanaan tindakan (3) tahap pemantauan dan evaluasi (4) tahap analisis dan refleksi. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang terdiri dari: (1) lembar pengamatan untuk menilai kegiatan guru, (2) lembar pengamatan untuk menilai kegiatan siswa, dan (3) lembar tes untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.
Pada pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini digunakan
beberapa teknik pengumpulan data yang terdiri dari: (1) lembar pengamatan untuk menilai kegiatan guru, (2) lembar pengamatan untuk menilai kegiatan siswa, dan (3) lembar tes untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.
Sedangkan
Analisis data dilaksanakan secara kuantitatif pada setiap akhir silkus pembelajaran. Data hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran serta hasil belajar siswa melalui penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada mata pelajaran Kewirausahaan di kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Hasil pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar yang memperoleh kategori baik dan sangat baik diharapkan meningkat menjadi 80%. 2. Hasil belajar siswa yang dikenakan tindakan memperoleh nilai minimal 75 pada materi yang diajarkan diharapkan meningkat dari 48,28% menjadi 80%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto Kabupaten Gorontalo melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terlebih dahulu Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan disampaikan secara singkat, Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban, Guru mengarahkan agar Setiap siswa mendapat satu buah kartu, Guru mengarahkan agar tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, Guru mengarahkan agar setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), Guru mengarahkan agar setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi point, Guru mengarahakan bahwa Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya., Demikian seterusnya dan selanjutnya Guru bersama siswa menarik Kesimpulan. Hasil penelitian pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan observasi awal ke siklus I sebesar 24,13% yaitu dari 48,28% menjadi 72,41% pada siswa yang mendapat nilai ≥ 75. Selanjutnya peningkatan hasil belajar siswa
pula terjadi pada kegiatan siklus I ke siklus II sebesar 13,79% siswa yang mendapat nilai ≥ 75 yaitu dari 72,41% menjadi 86,21%. Hal ini terjadi akibat alternatif tindakan yang dilakukan pada proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dimana siswa menjadi lebih senang dan tertarik untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Menurut Isjoni (2009:67) bahwa model mencari pasangan (Make A Match) yaitu model yang dikembangkan oleh Loma Curran (1994). Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Walaupun hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan, tetapi masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Ini disebabkan dalam pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang hasil belajarnya memperoleh nilai kurang dari 75. Dalam penerapan model pembelajaran tari bambo (Bamboo Dancing) memiliki beberapa kelebihan yaitu Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran, Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis, Akan menumbuhkan nilai-nilai kedisiplinan akan terbina dengan baik dan Kegiatan pembelajaran akan efektif dan tidak menegangkan peserta didik. Evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I menunjukkan bahwa dari 29 orang siswa yang dikenai tindakan, terdapat 21 orang siswa (72,41%) yang memperoleh nilai ≥ 75 dan 8 orang siswa (27,59%) yang memperoleh nilai kurang dari 75 dengan nilai rata-rata kelas 70,14. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya belum maksimalnya peranan guru dalam menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran, belum luasnya wawasan guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa, sehingga dalam menjelaskan materi terkesan terpaku pada buku, belum mampunya guru dalam melaksanakan teknik bertanya kepada siswa sehingga berakibat pada terbatasnya siswa mengemukakan pendapatnya secara lancar, Guru belum secara efektif memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat rangkuman materi yang
telah disampaikan, belum efektifnya koordinasi yang dilakukan guru sehingga masih banyak siswa yang hanya bermain dan peranan guru dalam menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan model pembelajaran masih rendah sehingga berakibat kurangnya perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai kekurangan yang terdapat pada siklus I selanjutnya disempurnakan pada siklus II. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada akhir pelajaran, menunjukkan bahwa dari 29 orang siswa yang dikenai tindakan yang mencapai ketuntasan adalah 25 orang siswa (86,21%) dengan nilai ≥ 75 dan 4 orang siswa (13,79%) memperoleh nilai kurang dari 75 dengan nilai rata-rata kelas 88,10. Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan kegiatan pembelajaran guru dan siswa. Hasil pengamatan kegiatan guru mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 6,67 yaitu dari 86,67% menjadi 93,33%. Hal ini di ikuti dengan peningkatan hasil observasi kegiatan siswa yang juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,69 yaitu dari 84,62% menjadi 92,31% Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi Jika digunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada mata pelajaran kewirausahaan, maka hasil belajar siswa di Kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto akan meningkat”, dinyatakan terbukti benar dan dapat diterima.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1.
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas Kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan observasi kegiatan guru dan siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Untuk observasi kegiatan guru mengalami peningkatan sebesar 6,69% yang berkategori baik dan sangat baik yaitu dari 86,67% mejadi 93,33%, untuk observasi kegiatan siswa mengalami peningkatan sebesar 7,69% yang berkategori baik dan sangat baik yaitu
dari 84,62% menjadi 92,31%. Selanjutnya untuk hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari kegiatan observasi awal ke siklus I sebesar 24,13% yaitu dari 48,28% menjadi 72,41% pada siswa yang mendapat nilai ≥ 75. Selanjutnya peningkatan hasil belajar siswa pula terjadi pada kegiatan siklus I ke siklus II sebesar 13,79% siswa yang mendapat nilai ≥ 75 yaitu dari 72,41% menjadi 86,21% dengan nilai rata-rata kelas dari 70,14 menjadi 88,10. 2.
Hipotesis tindakan yang berbunyi “Jika digunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada mata pelajaran kewirausahaan, maka hasil belajar siswa di Kelas X THP-1 SMK Negeri 1 Limboto akan meningkat”, dinyatakan terbukti benar dan dapat diterima.
SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih dan menganalisa model dan pendekatan pembelajaran yang tepat, serta tidak hanya berpatokan pada satu pendekatan pembelajaran saja. 2. Dari hasil penelitian ini, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh sebab itu guru perlu menerapkan model pembelajaran ini dalam kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA Fudyartanto. (2002). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mulyatiningsih, Endang. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan Dan Teknik. Yogyakarta: UNY Pers Sardiman. (2006). Inovasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana,Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Surabaya: Pustaka Pelajar.