PENGARTIII CAIRAN PERASAI\ BTJNGA PUKUL EMPAT (Mirabilis jalopal.) TERHADAP Ih{FEKSITobacco mosaic uirus (TMV) PN)A TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuuml
Oleh: Muhammad TotafiH)
ABSTRACT Tobacco mosaic virzs (TMV) is one of the pathogen which harming many chilli crops. Generally methods control of disease is using pesticed to contol the insect vector. Materials the used is sintetis insecticide has been negative effect to consumer and environment. Based on, needs alternative way to control the vector like using dilution exftct dilution of Mirabilis jalapa. One of the materials has been activity of antiviral is M. jatapa. The aim the research to know influence extract plant M. ialapa in reduce infection of TMV on big chilli plants (Capsicam annum). This research use Complete Random Desigr ( RAL) in pattem of factorial. Observation as conducted symptoms, incubation period, high plant and leaves amount, each week until eight week after inoculation. The Result of research show that extract plant M. jalapa with combination treatment of root, leaf and bar by various time of inoculation ( l, 8, and 24 haour after aplication) can reduce infection of TMV on chilli plant compared than control and decis Pesticde sintetis).
on
Key words: Mirabilis jalapa, &ract planl, tobacco mosaic viras
PEI\TDAHI]LUAI\I
Tanaman cabai (Capsicum annuum sayuran yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, juga
L.) adalah komoditas
dapat digunakan sebagai batran campuran pada berbagai industri pengelolaan obat-obatan. terus Kebutuhan dengan tahun sejalan meningkat
akan cabai
tiap jumlah penduduk
meningkatnya
dan
berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Menurut data Direktorat
Jenderal Bina Produksi Hortikultura, luas panen cabai merupakan luas panen terbesar di antara tanarnan sayuran lainnya yaitu berturutturut 174 dan 142 ribu ha untuk tahun 2000 dan 2001 (Ditlinhorti 2004). Kebutuhan akan
cabai dari tahun
ke
tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan akan tetapi
tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan. Di Sulawesi Tenggara tanaman cabai telah banyak ditanam dan dibudidayakan tetapi produksinya masih relatif sangat rendah, ini dapat dilihat dari hasil produksi cabai pada tahun 1999 dengan areal pertanian seluas 626
Ha hanya mampu memproduksi 11,366 kw atau produksi rata-rata
lE,l6 Kg/Ha.
Pada
tahun 2000 luas areal pertanian 597 Hadengan produksi 16,593 kw dan peningkatan produksi terjadi pada tahun 2001 yaitu 26,301kw pada
luas areal 691 Ha (BPS, 2002). Namun peningkatan ini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Sulawesi Tenggara. Salah satu yang menyebabkan rendahnya produksi cabai adalah infeksi virus tumbuhan seperti TIlfY (tobocco mosaic virus). Dampak
buruk infeksi TMV
mengakibatkan
munculnya gejala pada tanaman cabai yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Salah satu gejala tanaman cabai yang
terinfeksi TMV akan tumbuh kerdil, daun menunjukkan gejala mosaik atau nekrosis, terjadinya malformasi pada daun. Jika infeksi terjadi pada buah dapat menurunkan kualitas buah karena buah yang terbentuk akan keriput atau mengesil (Tarigan dan Wiryanta 2003). Sampai saat ini masih banyak petani yang tetap mengandalkan pengendalian penyakit tumbuhan dengan pestisida kimia termasuk pengendalian terhadap penyakit yang disebabkan oleh TMV. Mereka masih
sangat bergantung pada
penggunaan
insektisida untuk menekan populasi serangga vektornya, bahkan dengan frekuensi dan dosis yang melebihi anjuran. Tentunya tindakan ini
dapat memberikan dampak negatif terhadap 95
96
lingkungan, organisme bukan sasanan, terdapat
residu pestisida dan tidak efektif untuk mengurangi populasi serangga veltor (Gallitelli, 1998). Oleh lcarena itu perlu diterapkan teknik pengendalian yang ramah lingkungan seperti penggunaan tanaman sebagai bahan pestisida nabati.
Metode Pelaksanaan
1. Perbenyaken Isolat Virus Persiapan Tanaman
dan
uji
Isolat TMV diperbanyak melalui inokulasi secara mekanis ke tanaman inang perbanyakan, yaitu tembakau (N. tabacum). uji yang digunakan adalatr tanaman jenis cabai C. annuum. Benih cabai yang digunakan sebelum disemaikan diberi Tanaman
Verma dan Kumar (1998) batrwa akar, daun dan batang ld. jalapa menunjukkan aktivitas penghambatan yang tinggi melawan virus-virus tanaman. Lebih lanjut diielaskan bahwa ekstrak M. jalapa yang disemprotkan 24 jam sebelum infeksi virus, hasilnya menunjukkan pengurangan infeksi vinrs pada tanaman 50 600/o. Sementara di Indonesia
-
penggunaan bahan tanaman M. jalapa sebagai antivira masih sangat terbatas. Olah karena itu
ini bertujuan mengetahui aktivitas antiviral cairan perasan IuI jalapa untuk penelitian
melindungi tanaman dari infeksi buatan TMV.
BAIIAN DAI\{ METODE PEI\TELITIAN
perlakuan yakni direndam dalam air panas (50 selama I jam. Kernudian benih cabai
0C;
t
tersebut disemaikan menggunakan media kompos dan dipindahkan ke media tanam (campuran tanah dan pupuk kandang) setelah muncul daun pertama.
2.
Pembuatan Ekstrak Bahan Tanaman dan Buffer Inokulasi Daun, batang dan akar bunga pukul empat diambil dari lapangan, dicuci bersih lalu dikering anginkan kemudian dipotong kecilkecil dan dihaluskan dengan blender secara terpisah. Daun, batang dan akar bunga pukul
empat yang telatr halus masing-masing
Tempat dan Waktu Penelitien Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo pada bulan November 2006 sampai Januari 2007.
Rancangen Penelitian Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAt) dengan pola
faktorial dimana faktor I (cairan perasan) terdiri atas 5 tarafyaitu: : Tanpa Perlakuan B0 (Kontrol) :100g/l Aquades jalapo) B1(Daun M. 82 (Batang M. jalapa) : 100g/ I Aquades B:t (Akar M. jalopa) = l00g/ I Aquades 84 (Decis) = 0,4 mVl I Aquades Sedangkan faktor
II
wadah yang berbeda dan ditambahkan aquades
I L kemudian diinkubasikan selama 2 hari,
kemudian disaring.
Buffler inokulasi dibuat dengan cara mencampur 1,362 gwn KH2PO4 dan 1,781 gram Na2HPO4.2H2O masing-masing dalam I liter air. Selanjutrya diambil 51 ml larutan Na2HPOa dan dicampur dengan 49 ml larutan KH2PO4 kemudian pHnya diatur hingga 7,0.
3.
Aplikasi EkstrakBahanTanaman Cairan perasan yang telah dibuat diambil sebanyak 100 ml kemudian disemprotkan ke semua bagian tanaman uji sesuai perlakuan dengan menggunakan handsprayer.
(waktu inokulasi TMV)
terdiri dari 3 taraf yaitu: Tl (Satu jam setelatr aplikasi cairan perasan M. jalapa) T2 (Delapan jam setelatr aplikasi cairan perasan M. jalapa) T3 (Dua puluh empat jam setelah aplikasi cairan perasan M.
diambil sebanyak 100 g ditempatkan dalam
jalapa\
Sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan yang akan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 45 unit percobaan.
AGRIPLAS, Voluae 19
Noaot
4.
Inokulasi Virus Secara Mekanis Tanaman uji siap diinokulasi setelah muncul datrn ketiga. Cairan perasan (sap) disiapkan dengan menghaluskan daun sumber
inokulum
di dalam mortar dengan
ditambahkan buffer fosfat (100 ml buffer fosfat ditambah 20 ul Mercaptoethanol). Perbandingan daun yang digerus dengan buffer fosfat adalah l : 5 (b:v). Sebelum sap tanarnan dioleskan pada daun ketiga" terlebih dahulu permukaan atas daun ditaburi dengan karborundum 600 mesh. Inokulasi dilakukan
02
Mei
mP,
ISlgN
08*0nB
97
sesuai dengan penentuan waktu aplikasi TMV yang telah ditentukan.
5.
Pengamatan
Parameter yang diamati di dalam ini adalah: masa inkubasi dan
penelitian
6.
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, apabila hasil uji menunjukkan Fnit*g > Fu*r maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf keprcayaan95Vo.
pengamatan pertumbuhan
tanaman. Pengamatan dilakukan setiap hari sejak waktu
inokulasi hingga muncul gejala awal atau masa inkubasi dan karakterisasi gejala. Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai bagian tanaman tertinggi, sedangkan pengamatan jumlah daun dilakukan dengan
a.
menghitung pertumbuhan daun setiap minggu setelah inokulasi.
masa inkubasi tercepat yaitu 5,00 HSI terdapat pada
HASIL DAI\I PEMBAHASAI\I Hasil Masa Inkubasi
Hasil analisis menunjukkan
bahwa
interaksi perlakuan B3 dengan Tl memberikan masa inkubasi yang lebih lama yaitu 9,67 hari
setelah inokulasi (HSI), sedangkan
interaksi perlakuan B0 baik dengan perlakuan Tl,T2 maupun T3. (Tabel l).
Tabel
l.
Rata-rata Masa Inkubasi
TMV yang Dipengaruhi oleh Interaksi Cairan Perasan (B)
dan
Waktu (T)
Cairan Perasan
TT
(I
JSA
5.00 c
B0 (Kontrol)
P
Waktu T2 (8 JSA 5.00 c p 6.33 b q
T3
JSA 5.00 c p 8.00 b p 5.67 c
81(Daun M. jalapa\
6.67 b
82 (Batang M. jalapa)
7.30 b
6.20b
P
q
q
9.33 a p 5.64 bc
9.33 a p 5.00 c
3 = 0.94
4:0.97
83 (Akar M. jalapa)
9.67 a P
5.33 c
84 (Decis)
2 = 0.89
Keterangan:
2:0.89 3
:0.94
4: 0.97 5 = 0.99
P
DMRT
b.
a
DMRTnn5
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (a-c) dan baris (p-q) yang sama berbeda tidak nyata pada DMRTo.os
sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antar perlakuan pada umur pengamatan 4, 5, dan 6 HST sehingga dilakukan secara mandiri. Berdasarkan hasil pengamatan, tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2,
Tl
pada perlakuan T3 yang berbeda nyata dengan dan T2 (Tabel 2). Interaksi terlihat pada MSI dimana semua pengamatan' umur
Tl
7
kombinasi perlakuan cairan perasan lebih baik dibandingkan dengan kombinasi kontrol dan decis (Tabel 3).
AGRIPLAS,VoIang 79 Nomor 02Mei 20(P' ISSN088|'0U9
98
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai yang Diinokulasi TMV yang Dipengaruhi oleh Waktu (T) Secara Mandiri
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Umur Ke Perlakuan
Iv MSI Tr (l
V MSI
DMRTo.os
DMRTo,os Vr
27.87 a
MSr
DMRT6,65
33.08 a
JSA)
22.97 a
T2 (8 JSA)
21.76 a
2:2.03
26.57 a
2:2.06
31.42a
2=2.55
T3 (24 JSA)
19.17 b
3 = 2.13
23.43b
3 = 2.17
27.39b
3=2.69
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada DMRTo.os
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai yang Diinokulasi TMV yang Dipengaruhi oleh tnteraksi Cairan Perasan (B) dan Waktu (T)
Perlakuan
Rata-rata Tinggi Tananan (cm) Umur VII MSI
BOTl
44-40 a
BOT2
33.03 bc 31.07 cd 32.27 bcd 34.80 bc
2:6.72 3:7.06 4:7.28
32.90bc
6:7
38.63 abc 37.10 bc 30.83 cd 36.00 bc 33.37 ab 33.93 bc 35.87 bc 33.93 bc
7:7.65
BOT3
BlTI B1T2
BIT3 B2TI B2T2 B2T3
83T1 B3T2 83T3 B4TI B4T2
DMRTo,os
5
=7.44 .56
8 = 7.73 9 = 7.79
10:7.84.
ll:7.88
12= 7.92 13 = 7.95 14 = 7.98 B4T3 25.33d l5 : 8.00 Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada DMRTo.os; B0 : Kontrol; 81 : Cairan perasan daun .&l jalapa; 82 : Cairan pera$an batang M jalapa; B3 : Cairan perasan akar M. jalapa; B4 : Decis; Tl = I JSA; 12 = 8 JSA; T3:24 JSA.
c.
Jumlrrh Daun
Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antar perlakuan pada umur pengamatan 1,2,3, 4, 5, 6 dan 7 HST. Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan
waktu (T), secara mandiri jumlah
daun
tertinggi terdapat pada perlakuan
yang
Tl
berbeda nyata dengan perlakuan T2 pada umur
pengamatan 1,3,4,5,6 dan 7 MSI, sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan T3 (Tabel 4). Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan cairan perasan (B), secara mandiri jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B0 yang berbeda nyata dengan perlakuan 85 pada umur pengamatan 2,6 dan 7 MSI. (Tabel s).
AGRIPLUS,YaIUae 19 Nomor 02Mei 2009, ISSN(nt+0|%]
99
Tabel
4. Rata-rata Jumlah Daun Cabai
yang Diinokulasi TMV yang Dipengaruhi oleh Waktu (T)
Secara Mandiri
Rata-rata Jumlah Daun (helai) Umur Ke'
Perlakuan
III
I MSI 3.67 a 3.17 b 3.13 b
T1(l
JSA) T2 (8 JSA) T3 (24 JSA)
MSI
V MSI
8.07 a 7.03 b
10.66 a 9.07 b
13.57 a 12.20 a
6.20b
8.00 b
t0.27 b
TV
,l_ L_
2=0.36
DMRTqos
MSI
0.95
3-
3 = 0.38
2= 1.36 2=
3:1.43
3
1.56
= L64
MSI 16.53 a 15.46 a t2.40b
VII MSI
1.70
2:2.24
VI
2=
3:1.78
19.93 a 19.10 a 15.30 b
3=2.36
1.00
nyata pada DMRTo,os
Tabel
5.
Rata-rata Jumlah Daun Cabai yang Diinokulasi
TMV yang Dipengaruhi oleh
Cairan
Perasan (B) Secara Mandiri
Perlakuan BO
Rata-rata Jumlah l)aun (hehi) Umur
n
MSI DMRTnor
5.ll
VI
a
BI
4.11b
82 B3
4.56 4.33 b
B4
4.28b
ab
2:0.59 3 :0.62 4 = 0.64
MSI
16.16 a 15.94 a 14.44 ab 14.33 ab
Ke
DMRT0.05 VII
MSI
DMRT6.o5
20.1I a
2:2.19
19.44
a
2=2.90
ab
4:3.14
3 :2.31
1,7.66ab 3:3.05
4 =2.38
17.66
15.66b 5=3.21 5 = 2.43 13.1l b yang pada sama berbeda tidak yang kolom sama huruf yang diikuti dengan Keterangan: Angka nyata pada DMRTs,s5; B0 = Konhol; Bl = Cairan perasan daun i14 jalapa; B2 = Cairan perasan batang M. jalapa; 83 : Cairan peftNan akar M. jalapa; B4 : Decis 5 = 0.66
Pembahesen Berdasarkan hasil pengamatan masa
inkubasi terbukti bahwa aplikasi cairan perasan M. jalapa dapat memperlambat munculnya gejala TMV yang diinokulasi pada
masing-masing tanaman uji. Hal tersebut dapat dilihat pada perlakuan kontrol dan decis, dimana masa inkubasi TMV pada perlakuan tersebut lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Achyad dan Rasyidah (2000) telah
melaporkan bahwa ekshak M. ialapa mengandung senyawa tannin yang mampu menghambat replikasi virus di dalam tanaman. Sejalan dengan itu dijelaskan oleh Bos (lDO) bahwa zat tannin s@ara relatif dapat bersifat
inhibitor (penghambat) dan
inactivator
(menginaktifkan) bagi virus tumbuhan.
Menurut Matthews (1991) dan Hull 2002, bahwa tannin adalah senyawa fenol dari tanaman yang dapat menginaktifkan protein
virus
dengan cara
mengendapkannya
(merusak). Sementara itu, diketahui bahwa protein pada virus mempunyai peran utama sebagai pelindung yang menyelubungi asam nukleat sehingga jika selubung protein virus tersebut rusak maka asam nukleat yang merupakan komponen yang menentukan replikasi virus akan terdegradasi akibatnya terjadi inaktivasi virus (Semangun, 1996) Berdasarkan data yang diperoleh, penghambatan mungkin terjadi ketika virus telah masuk ke dalam tanarnan. Dugaan tersebut diperkuat bahwa semua tanaman uji menunjukkan gejala TMV. Namun mekanisme penghambatan belum diketahui dengan pasti, tetapi berdasarkan laporan dari Sitirpe et al.,
(1992) bahwa M. jalapa memiliki
RIPs
Qtrotein inaloivasi) yang diduga kuat bekerja untuk menghambat replikasi virus. RIPs tersebut mengganggu sistem metabolisme tanaman untuk menghasilkan protein-protein baru yang selanjutnya dapat menghambat pembentukan protein virus (Olsnes dan Pihl,
AGRIPLUS,Yolume 79 Nomor 02Mei 2009, ISSN08#0128
100
1982). Data pad^ Tabel
I dan
3
mengindikasikan bahwa bagian akar dan batang tanaman M. jalapa mungkin mengandung konsentrasi z.at yang dapat menghambat replikasi virus. Pengamatan masa inkubasi menunjukkan bahwa makin dekat rentang waktu antara aplikasi cairan perasan dengan inokulasi TMV maka makin baik penghambatan cairan perasan terhadap infeksi TMV. Diduga adanya residu cairan perasan pada permukaan daun atau senyawa yang dapat menghambat aktivitas virus pada permukaan daun dan di dalam tanaman lebih baik kemampuannya dibandingkan dengan rentang waktu yang lebih lama. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman cabai terlihat adanya kecenderungan yang sama dengan pengamatan masa inkubasi dan waktu aplikasi. Meskipun demikian terdapat beberapa data tinggi tanaman yang sedikit menyimpang dari kecenderungan tersebut. Diduga adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman seperti efek etiolasi sehingga pertumbuhan tanaman kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Faktor lain adalah dugaan bahwa adanya fenomena escqpe atau tanaman lolos dari infeksi patogen termasuk virus. Hal tersebut diduga disebabkan tidak diketahuinya jumlah virus yang diinokulasikan sehingga data yang diperoleh tidak konsisten. Agrios (1997)
mencatat bahwa suafu tanaman resisten terhadap patogen karena disebabkan oleh tanaman tersebut lolos dari patogen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata interaksi antara waktu inokulasi dengan jenis/bahan yang digunakan
hanya terjadi minggu ketujuh setelah inokulasi. Berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa semua interaksi perlakuan cairan perasan M jalapa lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan decis. Hal
Aplikasi cairan perasan M. jalapa dengan kombinasi perlakuan akar, batang dan daun dengan berbagai waktu inokulasi (1, 8, dan 24
JSA) terbukti mampu menghambat infeksi TMV pada tanaman cabai dibandingkan dengan kombinasi kontrol dan decis; (2) Kombinasi akar bahan M jalapa dengan waktu aplikasi satu jam sebelum inokulasi TMV memberikan masa inkubasi terpanjang dibandingkan dengan kombinasi lainnya yaitu 9,67 han; (3) Penggunaan batang tanaman M. jalapa dengan berbagai waktu aplikasi satu atau dua jam memberikan harapan untuk digunakan sebagai untuk
bahan
mengendalikan TMV.
DAFTAR PUSTAKA
Achyad dan Rasyidah, 2000.
http://www.
/ jamu /isi /Kembang Pukul Empat Mirabilis jalapa. asiamaya.com
Html.(Akses l5 Maret 2007)
Agrios GN., 1997. Plant Pathologt Ed Ke-4. Academic Press. Toronto. 635p.
Bos,
L.,
1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Terjemahan Triharso. Gadjah Mada
University Press. Yoryakarta.
Biro Pusat Statistik. 2002. Sulawesi Tenggara dalam Angka. BPS Sulawesi Tenggara
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura
(DJPTPH),
2002. Luas
Panen
Produktivitas dan Produk Tanaman Sayuran, Buah-Buahan dan Aneka Tanaman di Indonesia Tahun 2001 Angka Tetap. Direktorat Bina hogram Tanaman Pangan dan Hortikultura. Departemen Pertanian.
Gallitelli, 1998. Present status of controlling cucumber mosaic virus. Di dalam Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa H (ed). Plant Virus Disease Control. Minnessota: APS Pr. Hlm 507-523.
ini
mengindikasikan bahwa penggunaan batang tanaman M. jalapa dengan berbagai waktu aplikasi satu atau dua jam memberikan
Hull, R., 2002. Matthews' Plant Virology.
harapan untuk digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan TMV
Matthews, REF., 1991. Plant Virolory. Academic Press. San Fransisco.
Murayama et
al.,
1998. Plant Viruses
In
Gadjah Mada University
SIMPTILANT
Berdasarkan hasil dan pembatrasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut (l)
4'r'
Edition. San Diego: Academic press. l00l p.
Asia. Press.
Yogyakarta.
A., 1982. Toxic lectius and related protein. Pages 51 105 : Malecular action of toxins and viruses, p.
Olsnes, S and Phil,
AGRIPLAS,YoIaae 79 Nomor 02Mei 20Ur,
ISSN0SS'Q-0129
100
1982). Data pada Tabel
I dan
3
mengindikasikan bahwa bagian akar dan batang tanaman M. jalapa mungkin mengandung konsentrasi zat yang dapat menghambat replikasi virus. Pengamatan masa inkubasi menunjukkan bahwa makin dekat rentang waktu antara aplikasi cairan perasan dengan inokulasi TMV maka makin baik penghambatan cairan perasan terhadap infeksi TMV. Diduga adanya residu cairan perasan pada permukaan daun atau senyawa yang dapat menghambat aktivitas virus pada permukaan daun dan di dalam tanaman lebih baik kemampuannya dibandingkan dengan rentang waktu yang lebih lama. Hasil pengamatan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman cabai terlihat adanya kecenderungan yang sama dengan pengamatan masa inkubasi dan waktu aplikasi. Meskipun demikian terdapat beberapa data tinggi tanaman yang sedikit menyimpang dari kecenderungan tersebut. Diduga adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman seperti efek etiolasi sehingga pertumbuhan tanaman kontrol sedikit lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Faktor lain adalah dugaan bahwa adanya fenomena escqpe atau tanaman lolos dari infeksi patogen termasuk virus. Hal tersebut diduga disebabkan tidak diketahuinya jumlah virus yang diinokulasikan sehingga dat^ yang diperoleh tidak konsisten. Agrios (1997)
mencatat bahwa suatu tanaman resisten terhadap patogen karena disebabkan oleh tanaman tersebut lolos dari patogen.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata interaksi antara waktu inokulasi dengan jenis/bahan yang digunakan
hanya terjadi minggu ketujuh setelah inokulasi. Berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa semua interaksi perlakuan cairan perasan M. jalapa lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan decis. Hal
Aplikasi cairan perasan M. jalapa dengan kombinasi perlakuan akar, batang dan daun dengan berbagai waktu inokulasi (1, 8, dan 24
JSA) terbukti mampu menghambat infeksi TMV pada tanaman cabai dibandingkan dengan kombinasi kontrol dan decis; (Z) Kombinasi akar bahan M. jalapa dengan waktu aplikasi satu jam sebelum inokulasi TMV memberikan masa inkubasi terpanjang dibandingkan dengan kombinasi lainnya yaitu 9,67 hafi; (3) Penggunaan batang tanaman M. jalapa dengan berbagai waktu aplikasi satu atau dua jam memberikan harapan untuk digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan TMV.
DAFTAR PUSTAKA
Achyad dan Rasyidah, 2000.
http://www.
/ jamu /isi lKembang Pukul Empat Mirabilk jalapa. asiamaya.com
Html.(Akses 15 Maret 2007)
Agrios GN., 1997. Plant Pstholog Ed Ke4. Academic hess. Toronto. 635p.
Bos,
L.,
1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Terjemahan Triharso. Gadjah Mada
University Press. Yoglakarta.
Biro Pusat Statistik. 2002. Sulawesi Tenggara dalam Angka. BPS Sulawesi Tenggara
Direklorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura
(DJPTPH), 2002.
Luas
Panen
Produktivias dan Produk Tanaman Sa;ruan, Buah-Buatran dan Aneka Tanaman di Indonesia Tahun 2001 Angka Tetap. Direktorat Bina hogram Tanaman
Pangan
dan Hortikultura.
Departemen
Pertanian.
Gallitelli, 1998. Present status of controlling cucumber mosaic virus. Di dalam Hadidi A, Khetarpal RK, Koganezawa H (ed). Plant Virus Disease Control. Minnessota: APS Pr. Hlm 507-523.
ini
mengindikasikan bahwa penggunaan batang tanaman IuI jalapa dengan berbagai waktu aplikasi satu atau dua jam memberikan
Hull, R., 2002. Matthews' Plant Virology.
harapan untuk digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan TMV
Matthews, REF., 1991. Plant Virology. Academic
4'h
Edition. San Diego: Academic press. l00l p.
Press. San Fransisco.
al., 1998. Plant Viruses In Asia. Gadjah Mada University press.
Murayama et
SIMPTILAI\I Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikue (l)
Yogyakafra. Olsnes, S and Phil,
related
A.,
1982. Toxic lectius and
protein.
Pages
51
105
:
Malecular action of toxins and viruses, p.
AG&IPLAS,Volume 19 Nomor 02Mei 2Ut9, ISSNQSStb0ng
101
Cohem and
S. Van.
Heyningen.
Eds
Elsevier Biomedical Press. Amsterdam. Semangun,
Tarigan dan Wiryanta 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.
H., 1996. Pengantar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Gadjah Mada UniversitY Press. Yoryakarta.
Sitirpe, F., 1992. Ribosome. tnactivating proteins from plants: Present status and future prospects. Bio/technologis l0 ; 405 -
Tjatrjadi,
N., 1992.
Bertanam
Cabai. Kanisius.
Yoryakarta. Verma dan Kumar, 1980. Frevention of plant virus diseases by Mirabilis i alapa leaf Extact. New Botanist 7 :87 -91.
412.
AGkIPLUS'Voluae 79 Nomor 02Mei 20M' ISSN08*0121]