PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS GAYAM, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik
Oleh : Marchelinus Renato NIM: 111124019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku, yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan finansial, Adik-adikku, seluruh keluargaku dan seluruh sahabatku yang selalu memotivasi diriku, Pacarku yang selalu menemani dan memberi semangat, Siswa-siswi SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan bagi studiku.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Mungkin semua tidak sesuai seperti yang kita inginkan, tetapi percayalah apa yang sudah kita peroleh adalah hal yang terbaik yang Tuhan berikan bagi kita”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Judul skripsi PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS GAYAM, YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan pada saat penulis mendapat kesempatan untuk PPL di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta bahwa dalam setiap proses belajar mengajar siswa-siswi kurang bersemangat dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik (PAK). Menurut pandangan siswa, mengikuti pelajaran agama membosankan karena cara mengajar guru yang monoton. Dalam proses belajar mengajar, cara mengajar guru kurang menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Bertitik tolak dari kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu guru agama di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta mendapatkan cara baru dalam mengajar dengan menggunakan Pola Naratif Eksperiensial karena Pendidikan Agama berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana guru agama mampu memberikan motivasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik dan pola macam apa yang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar yang melibatkan pengalaman siswa dalam mengkomunikasikan imannya. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu wawancara dengan guru agama dan beberapa siswa dari perwakilan setiap kelas di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dilakukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang reflektif, sehingga diperoleh gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan Pola pembelajaran bagi guru agama. Hasil akhir menunjukkan bahwa Pola Naratif Eksperiensial merupakan suatu metode pembelajaran yang bersifat komunikasi iman. Pola ini bertujuan untuk membantu guru agama agar memiliki suatu pendekatan pembelajaran yang handal dan efektif sehingga siswa memiliki motivasi belajar dalam mengikuti proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik. Pola Naratif Eksperiensial mempunyai lima langkah pokok ialah penampilan cerita kehidupan/cerita rakyat, pendalaman cerita, peneguhan cerita Kitab Suci atau Tradisi Gereja dan rangkuman. Oleh karena itu, guru agama perlu mengenal dan memahami pola pembelajaran ini. Untuk keperluan itu penulis mengusulkan program pendekatan pembelajaran Pola Naratif Eksperiensial, sekaligus penjabarannya. Hasil dari pelaksanaan usulan tersebut membuktikan bahwa Pola Naratif Eksperiensial yang dicapai dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The title of the thesis is DEVELOPING THE STUDENTS’ MOTIVATION THROUGH THE PATTERN OF NARRATIVE EXPERIENTIAL IN CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION (PAK) IN SMP KANISIUS GAYAM OF YOGYAKARTA. This title t is chosen based on the fact of the learning process in the school, which is apprehensive. The writer found that students were less enthusiastic in attending each course of Catholic Religious Education. For them, attending the course was boring because the way its teacher taught was monotonous. Based on this fact, this thesis aims to help the teacher of Catholic Religious Education of the school to have a new method in organizing the course using the Pattern of Narrative Experiential for Catholic Religious Education is different from any other course in school. The main problem of the thesis is how does the teacher of Catholic Religious Education motivate students during the course and what kind of teaching pattern, which could help the teacher in involving students’ experiences in communicating their faith. The accurate data is needed to examine the problem. Therefore, the writer interviewed the teacher and some students representing each class of the school. The writer also made a study on literature to find some reflective thoughts, in order to have ideas that could be used as contributions for teaching pattern for religion teachers. The result shows that the Pattern of Narrative Experiential is a teaching method, which has a character of faith communication. This pattern aims to help teachers on religion to have an effective teaching approach so that students may have learning motivation in following the course of Catholic Religious Education. The Pattern of Narrative Experiential has five main steps, such as presenting the life story or folk story, deepening the story, confirmation of Biblical story or Church traditions and the summary. Therefore, the teachers on religion must know and understand this pattern. For that sake, the writer proposes a program of teaching approaches of the Pattern of Narrative Experiential, as well as its description. The result of implementing the proposal proves that the Pattern of Narrative Experiential could develop the students’ learning motivation in attending the Catholic Religious Education.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATAPENGANTAR Pujidan syukur kepada Allah Bapa atas berkat dan kasih-Nya yang melimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis bahwa siswasiswi SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta kurang memiliki motivasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik. Permasalahannya adalah dari pihak guru kurang bervariasi dalam mengolah bahan dengan menggunakan berbagai metode. Guru sudah berusaha memberikan motivasi kepada siswa dalam mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru mengajar Pendidikan Agama Katolik. Menjawab keprihatinan itu, penulis mengusulkan suatu usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Usaha yang dimaksudkan adalah penggunaan metode pola Naratif Eksperiensial dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Skripsi ini disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Romo Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi, SJ,M.A selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan perhatian dan sumbangan pemikiran, serta memotivasi penulis dalam menuangkan gagasan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari awal hingga akhir skripsi ini. 2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto SJ, selaku dosen Pembimbing Akademik yang terus menerus membimbing dan mendampingi penulis dengan penuh kesetiaan dan kesabaran selama menjalani studi di kampus PAK Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, MPd, selaku dosen penguji yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah mendidik, membimbing dan memberi teladan bagi penulis selama studi hingga selesainya penulisan skripsi ini. 5. Bapak, Ibu, dan adikku serta keluarga besarku yang telah memberi semangat dan dukungan moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta. 6. Teman-temanku mahasiswa PAK-USD, khususnya angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi, berbagi pengalaman hidup, dan berjuang bersama dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan untuk menjadi katekis yang bermutu dan bijaksana. 7. Bapak Benedictus Grilyadi serta seluruh karyawan di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melengkapi materi dalam menyelesaikan skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….....
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..
iv
MOTTO…………………………………………………………………...
v
PENYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………….
vii
ABSTRAK………………………………………………………………..
viii
ABSTRACT………………………………………………………………
ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
x
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………….
1
B. Rumusan Permasalahan………………………………………….
3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………...
4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….
4
E. Metode Penelitian………………………………………………..
5
BAB II. POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK A. Pola Naratif Eksperiensial………………………………………
6
1. Pengertian Naratif Ekperiensial………………………………
6
2. Cerita dalam Pendidikan……………………………………..
8
3. Macam-macam Cerita………………………………………..
10
4. Langkah-langkah Pengajaran Pola Naratif Eksperiensial…….
12
B. Motivasi…………………………………………………………. 14 1. Pengertian Motivasi………………………………………….
14
2. Motivasi Belajar Anak-anak dalam Mengikuti PAK………..
16
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pendidikan Agama Katolik……………………………………..
18
1. Pendidikan Agama Katolik di SMP…………………………
20
2. Proses Belajar Mengajar PAK di Sekolah…………………..
24
BAB III. PEMBELAJARAN PAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA A. Proses Belajar Mengajar PAK di SMP…………………………
29
B. Pengaruh Pola Naratif Eksperiensial terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam PAK di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta……………... 34 1. Metodologi Penelitian………………………………………..
34
a. Tujuan Penelitian………………………………………….
34
b. Metode Penelitian………………………………………....
35
c. Instrumen Penelitian………………………………………
36
d. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………….
37
e. Responden Penelitian……………………………………...
37
f. Teknik Pengolahan Data…………………………………..
38
g. Variabel Penelitian………………………………………...
38
C. Hasil Penelitian………………………………………………….
40
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………
47
1. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………....
47
2. Keterbatasan Hasil Penelitian………………………………...
55
BAB IV. USULAN PROGRAM POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PROSES BELAJAR MENGAJAR PAK DI SEKOLAH A. Pengertian Program……………………………………………..
57
B. Latar Belakang Program………………………………………..
58
C. Tujuan Program…………………………………………….......
59
D. Pemilihan Program……………………………………………..
59
1. Pola Pembelajaran PAK…………………………………. …
60
2. Pengertian Naratif Eksperiensial…………………………….
61
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pola Naratif Eksperiensial…………………………………...
63
4. Pola Naratif Eksperiensial di SMP………………………….
64
E. Usulan Program Pola Naratif Eksperiensial……………………
65
F. Penjabaran Usulan Program……………………………………
66
G. Pengembangan Program……………………………………….
71
H. Laporan dan Refleksi atas Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pola Naratif Eksperiensial di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta dengan Tema “Masyarakat” dan Materi Pelajaran “Pemuka Masyarakat” 77 1. Tema………………………………………………………...
78
2. Tujuan……………………………………………………….
78
3. Pengembangan Langkah……………………………………
79
a. Kelancaran……………………………………………….
79
b. Keruntutan………………………………………………
80
c. Kesinambungan………………………………………….
80
4. Komunikasi Iman…………………………………………...
80
5. Sarana dan Metode…………………………………………
81
6. Suasana Pembelajaran………………………………………
84
7. Tanggapan dan Keterlibatan Siswa…………………………
85
8. Penguasaan Bahan dalam Penguasaan Materi……………...
85
9. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa……………………….
85
10. Hal-hal yang Perlu Ditingkatkan………………………….
86
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………..
87
B. Saran……………………………………………………………
89
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...
92
LAMPIRAN Lampiran 1 : Pertanyaan Wawancara……………………………...
(1)
Lampiran 2 : Hasil Wawancara Guru PAK………………………..
(2)
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Siswa……………………………..
(3)
Lampiran 4 : Catatan Proses Pertemuan Usulan Program…………
(21)
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian………………………………….
(25)
Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian…………………………
(26)
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman yang mengandung unsur pengetahuan, unsur pergaulan dan unsur penghayatan iman dalam pelbagai bentuk. Dalam komunikasi iman itu jemaat memerlukan sarana yaitu bahan. Bahan itu diketahui dan diinterpretasikan serta diaplikasikan dalam kehidupan nyata, agar bahan menjadi partner dalam komunikasi hidup. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa-siswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Hasil pengalaman peneliti mengajar materi Pendidikan Agama Katolik selama semester gasal menunjukkan bahwa hasil pembelajarannya kurang maksimal. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian, siswa masih banyak yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimalnya kurang dari 75. Kondisi semacam ini terjadi, disebabkan siswa kurang minat membaca dalam belajar. (Dalyono, 1997 : 20) Metode yang digunakan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kurang bervariasi. Pengetahuan yang ditransformasikan oleh guru hanya untuk meningkatkan hasil belajar dalam kemampuan mengingat atau kognitif saja. Sedangkan kemampuan dalam ranah afektif atau pemahaman dan ranah psikomotorik atau penerapan kurang diperhatikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Salah satu metode yang kiranya cocok untuk diterapkan dalam PAK adalah Metode Naratif Eksperiensial, yang dapat meningkatkan keaktivan belajar siswa melalui cerita yang mengandung pengalaman. Menurut Ruedi Hofmann S.J, ”naratif” berarti bahwa pola tersebut berdasarkan cerita, sedangkan kata ”eksperiensial” menunjuk pada hubungannya dengan pengalaman. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan pola ”naratif-eksperiensial” kita harapkan umat akan memperoleh cerita yang berhubungan dengan pengalamannya sendiri (Komkat KWI, 1994). Metode Naratif Eksperiensial juga diartikan sebagai suatu metode yang mengutamakan cerita. Salah satu kekuatan cerita adalah komunikasi lisannya seturut dengan awal terjadinya cerita. Kenyataan terjadi karena dahulu kebanyakan orang belum mengenal budaya baca tulis, maka cerita sangat dominan. Cerita disampaikan secara lisan dan mudah diingat, asalkan mengetahui tokohtokoh, ucapan-ucapan penting dan alur cerita. Itulah pokok terpenting dalam proses pendidikan guna meningkatkan keaktivan belajar dan prestasi belajar siswa. Diharapkan penerapan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. (Hardjana, 2007 : 15) Fakta ini juga menyadarkan peneliti untuk membantu siswa Sekolah Menengah Pertama dalam memperkembangkan imannya melalui pengalaman hidupnya. Melihat perkembangan anak SMP, memudahkan guru untuk menerapkan Metode Naratif Eksperiensial guna meningkatkan keaktivan dan prestasi belajar siswa di kelas. Pengalaman anak SMP bersama teman sekelompoknya membawa pengaruh dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Mereka juga mampu mengalami keberadaan Allah karena dalam metode pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, proses belajar mengajar lebih menampilkan pengalaman manusia dan fakta yang membuka pemikiran. Pengalaman yang mengena keadaan anak akan diterapkan dalam hidup sehari-hari. Penyampaian komunikasi iman membutuhkan sarana yang dapat membantu anak dalam memahami pengetahuan yang baru yaitu cerita. Menurut Ruedi Hofmann S.J yang dimaksudkan dengan cerita adalah laporan mengenai suatu peristiwa dimana terjadi ketegangan dan juga kelegaan. Dalam cerita selalu terdapat tokoh-tokoh yang saling berhubungan. Peristiwa yang diceritakan dapat sungguh-sungguh terjadi (historis), tetapi juga dapat merupakan khayalan (fiktip). Cerita dalam arti ini sangat dipentingkan dalam komunikasi iman (Komkat KWI, 1997). Berdasarkan pengertian cerita, metode yang bersifat naratif – eksperiensial adalah metode cerita pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman (eksperiensi). Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman dan penghayatan sehari-hari siswa (Jacobs, 1992 : 10-11). Melalui cerita anak dapat mengkomunikasikan imannya karena mudah dipahami dan konkrit terlebih dalam usia ini anak memiliki banyak pengalaman dalam pergaulannya bersama teman sekelompoknya dan masyarakat. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta : 1. Apa itu metode Naratif Eksperiensial ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
2. Apakah penerapan metode Naratif Eksperiensial pada pembelajaran PAK dapat meningkatkan motivasi belajar siswa-siswi dalam PAK ? 3. Bagaimana pola Naratif Eksperiensial dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar PAK ?
C. TUJUAN PENULISAN Sesuai dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan melalui Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa-siswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui keadaan guru PAK sebagai pendidik dalam memahami dan menerapkan Pola Naratif Eksperiensial terhadap proses belajar mengajar di SMP Kanisius Gayam. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pola Naratif Eksperiensial dalam meningkatkan motivasi belajar anak dalam proses belajar mengajar PAK di SMP Kanisius Gayam. D. MANFAAT PENULISAN a. Bagi Siswa: Dapat memberi pengalaman bagi siswa untuk berani mengungkapkan pendapat, menggali pengalaman hidup siswa untuk memecahkan suatu masalah kehidupan sehari-hari. b. Bagi Guru Guru memiliki variasi dalam memilih metode-metode pembelajaran, memiliki cara bagaimana membuat pengalamannya.
siswa bekerja mandiri
dan berani
mengekspresikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
c. Bagi Sekolah Sebagai pengembangan perbaikan kurikulum, upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. E. METODE PENULISAN Penulisan skripsi ini menggunakan metode penulisan deskriptif analisis. Untuk itu penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan menggambarkan situasi nyata melalui sumber-sumber yang relevan dan mendukung serta studi pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK)
A. Pola Naratif Eksperiensial 1. Pengertian Naratif Eksperiensial Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak suka mendengarkan cerita sebelum tidur. Cerita yang disampaikan biasanya cerita yang berbentuk dongeng, legenda atau mite. Cerita dapat berasal dari tradisi yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan turun temurun secara lisan atau melalui gambar sebagai alat bantu untuk memudahkan orang untuk mengingat isi cerita. Cerita yang berasal dari tradisi lisan hanya mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa dan nyanyian rakyat. (Danandjaja, 1984: 1-2, 5). Oleh sebab itu, cerita dapat juga diartikan sebagai laporan mengenai suatu peristiwa di mana terjadi ketegangan dan juga kelegaan. Dalam cerita selalu terdapat tokoh-tokoh yang saling berhubungan. Peristiwa yang diceritakan dapat sungguh-sungguh terjadi (historis), tetapi dapat juga merupakan khayalan (fiktif) (Komkat KWI, 1994: 2). Pengertian cerita sangat dipentingkan dalam komunikasi iman sehubungan dengan peristiwa-peristiwa nyata atau fiktif. Salah satu kekuatan cerita adalah komunikasi lisan seturut dengan awal terjadinya cerita. Cerita disampaikan secara lebih hidup, menarik dan membantu daya imajinasi pendengar terhadap tokoh-tokoh, alur cerita dan latar belakang permasalahannya, sehingga pendengar mudah mengingat ceritanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Digunakannya pola naratif eksperensial berarti orang diajak untuk berdialog menentukan sikap sendiri melalui cerita. Oleh sebab itu, orang zaman dahulu pada saat belum ada budaya tulis, mereka menyampaikan hal-hal penting kepada orang banyak dan kepada keturunannya dalam bentuk cerita. Mulai abad ke empat setelah Yesus lahir, Kitab Suci sering ditulis dengan huruf indah dan dilengkapi dengan lukisan berwarna yang dapat dinikmati orang yang buta huruf. Cerita-cerita zaman dahulu oleh banyak orang dikenal lewat gambar sebelum mereka mengenal belajar membaca. Gambar-gambar itu diberi nama “Kitab Suci Kaum Kecil” karena pada waktu itu mereka masih buta huruf. Setelah adanya buku murah, Kitab Suci tidak dikenal lagi sebab sumber cerita yang hidup adalah teks. Oleh sebab itu untuk mengenal Kitab Suci, orang harus belajar membaca, sehingga buta huruf dianggap sebagai keterbelakangan dalam hal agama (Hofmann, 1994: 28- 29). Pada zaman sekarang orang mendapat informasi melalui radio maupun televisi, namun dalam penyampaiannya masih bersifat uraian, pernyataan atau kesimpulan, sehingga banyak orang kurang berminat menerima informasi lewat televisi. Pada akhirnya yang diminati banyak orang adalah cerita, karena segala bentuk cerita yang bervariasi dapat menyentuh dan mengesan untuk mata dan telinga (Komkat KWI, 1994: 7).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Cerita dalam Pendidikan Pendidikan bagi anak-anak usia SMP merupakan hal yang sangat berperan bagi perkembangan dirinya. Oleh sebab itu, pendidikan wajib diperhatikan agar anak dapat berkembang dengan baik. Dalam dunia pendidikan perkembangan anak SMP lebih diarahkan kepada perkembangan iman yang berpangkal pada pengalaman iman anak, namun harus dibedakan antara iman dan pengungkapan iman dalam pengalaman dan penghayatan iman anak-anak berdasarkan tingkatan. Pendidikan iman anak SMP lebih diarahkan pada pengalaman iman yang diungkapkan. Artinya segala perbuatan dan tindakan secara khusus dan eksplisit yang bertujuan untuk mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman. (Jacobs, 1992: 57). Dalam komunikasi iman bahan menjadi mitra dialog yang bersaksi. Supaya bahan menjadi mitra dialog yang hidup, menarik dan tidak memaksa, bahan diolah dalam bentuk cerita. Dalam dialog terjadi komunikasi iman yang hidup antar siswa dalam
kelas
sehingga
melalui
cerita,
siswa
mampu
mengekspresikan,
mengungkapkan dan menyatakan iman dalam bentuk cerita pengalaman. Dengan demikian, dalam menyampaikan cerita dibutuhkan pola yaitu pola yang bersifat Naratif Eksperiensial. Berdasarkan pengertian cerita, pola yang bersifat naratif-eksperiensial adalah pola cerita pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman (eksperiensi). Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman dan penghayatan (eksperiensi) sehari-hari siswa (Jacobs, 1992: 10-11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Pola Naratif Eksperiensial tidak langsung diarahkan pada “hidup baik”, namun memiliki tujuan supaya siswa-siswi memiliki cerita yang menjadi bekal, sehingga dapat memampukan dirinya untuk mengatur hidupnya sendiri (Komkat KWI, 1994: 15). Cerita yang didengar oleh siswa tidak semata-mata baik bagi pengalaman hidupnya, melainkan siswa diharapkan mengolah dan menyaring cerita serta menyikapi cerita untuk bekal hidupnya. Dengan demikian cerita sangat berperan penting dalam perkembangan iman anak untuk mengkomunikasikan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Macam-macam cerita Dalam Injil Yesus nampak sebagai pencerita yang unggul, maka ciri khas dari cerita adalah komunikasi. Cerita yang dipakai Yesus adalah cerita kanonis (Perjanjian Lama), cerita rakyat (Galilea) dan cerita kehidupan. Melalui sudut pandang fungsional, banyak cerita disampaikan sebagai perumpamaan. Oleh sebab itu, cerita dapat dipakai sampai sekarang dengan menyesuaikan
perkembangan
hidup manusia. Di bawah ini beberapa macam cerita yang diwariskan Yesus kepada kita yaitu:
a. Cerita Kanonis Cerita Kanonis adalah cerita yang termasuk daftar cerita Kitab Suci. Umumnya suatu peristiwa disampaikan secara lisan dahulu dan diberi penafsiran oleh tokoh- tokoh yang ada hubungannya dengan Allah. Misalnya dari Perjanjian Baru, pendamping dapat menggunakan cerita mengenai Yesus yang memaklumkan Kerajaan Allah lewat perumpamaan-perumpamaan. Kerajaan Allah adalah misteri. Allah hadir dan bertindak menyelamatkan kita, namun kita tidak dapat menangkap sepenuhnya dan Allah tetap merupakan rahasia bagi kita. Kita sebagai pendamping hendaknya dapat menceritakannya sesuai dengan bahasa anak-anak dan usia perkembangannya. Dengan demikian cerita kanonis adalah cerita yang paling berharga bagi Gereja yaitu semua cerita yang terdapat dalam Kitab Suci (Hofmann, 1994: 37). Pada zaman sekarang kita dapat menggunakan cerita kanonis dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang berguna bagi perkembangan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
b. Cerita Rakyat Cerita Rakyat adalah cerita yang merupakan warisan dari kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang. Biasanya yang masih memiliki cerita adalah orang tua yang buta huruf di daerah terpencil. Pada zaman Yesus, cerita rakyat dari Galilea dan cara Yesus berkomunikasi adalah melalui cerita yang mudah dimengerti oleh rakyat dan seirama dengan agama dan filsafat yang diperoleh dari nenek moyang (Komkat KWI, 1994: 17). Saat ini cerita rakyat dapat berasal dari asal-usul atau tempat kejadian di suatu daerah. Cerita rakyat yang disampaikan kepada anak-anak hendaknya mencerminkan kebijaksanaan hidup bersama. Yang paling penting adalah pendamping
memanfaatkan
cerita
rakyat
sebagai
cerita
yang
dapat
memperkembangkan hidup beriman anak. Selain itu menyiapkan pendamping untuk menjadi pencerita yang baik dan mampu menyampaikan pesan lewat cerita. Dalam buku Pelajaran Agama Katolik Kurikulum 1994, cerita rakyat dapat bersifat dongeng, mite dan legenda.
c. Cerita Pengalaman Cerita Pengalaman adalah cerita nyata mengenai kehidupan seseorang atau pengalaman hidup sendiri atau pengalaman orang lain, sesuatu yang sungguhsungguh dialami kemudian di dalamnya para pendengar dapat menemukan maknanya. Tujuan cerita kehidupan adalah supaya anak dalam mengikuti pelajaran agama semakin mampu menceritakan cerita mereka sendiri, cerita individual mereka, cerita keluarga mereka, dengan membandingkan cerita rakyat dan cerita kanonis (Hofmann,
1994:
39-40).
Cerita
hendaknya
disampaikan
dengan
penuh
penghayatan, sehingga cerita yang disampaikan tidak membosankan bagi anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
4. Langkah-langkah Pengajaran Pola Naratif Eksperiensial Secara garis besar, langkah-langkah pola Naratif Eksperiensial menurut buku pegangan Guru 1, 2 dan 3 PAK untuk SMP (Komkat KWI, 1994) adalah sebagai berikut: a. Langkah I: Penampilan cerita rakyat/cerita kehidupan/pengalaman pribadi Cerita ini berfungsi sebagai sarana untuk membuka wawasan siswa terhadap situasi yang ada di sekitar kehidupannya baik melalui cerita rakyat maupun peristiwa kehidupan yang ada di sekitar lingkungannya. b. Langkah II: Pendalaman cerita rakyat/cerita kehidupan/pengalaman pribadi. Melalui cerita yang ditampilkan, siswa diajak untuk mengenal, mengerti, memahami dan mendalami isi cerita serta nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita tersebut. c. Langkah III: Pandangan dalam Terang Kitab Suci. Setelah siswa memiliki pemahaman terhadap peristiwa kehidupan yang ada di sekitarnya, siswa perlu diberi arah pemahaman yang benar sebagai seorang kristiani dengan penampilan cerita Kitab Suci atau Tradisi Gereja. d. Langkah IV: Proses Pergumulan. Dalam proses ini siswa yang sudah memiliki konsep atau pengalaman dari cerita rakyat/kehidupan perlu memperoleh pigura yang sesuai dengan iman kristiani mereka, maka pengalaman itu perlu dikonfrontasikan dengan peristiwa yang terjadi di dalam Kitab Suci. Dengan demikian pengalaman/nilai yang terdapat dalam cerita rakyat/kehidupan memperoleh makna baru setelah direfleksikan dalam terang iman. Penginternalisasian makna yang baru inilah menjadi kekuatan dalam penghayatan iman siswa sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
e. Langkah V: Rangkuman Rangkuman dibuat dengan melibatkan siswa. Dalam hal ini guru berperan aktif sebagai fasilitator dalam merumuskan kalimat dan rangkuman ini hanya berupa pokok-pokok atau garis besarnya saja. Dalam rangkuman diperlukan adanya langkah konkrit untuk mewujudkan pengalaman iman dalam hidup sehari-hari agar tidak sekadar menerima materi saja melainkan ada wujud nyatanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Menurut para ahli, ada berbagai macam pengertian mengenai motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 1992: 9). Menurut Mahfudh Shalahuddin (1990: 113-114), secara etimologi; kata motivasi berasal dari kata motiv, yang artinya dorongan, kehendak, alasan atau kemauan. Maka, Motivasi adalah tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan individu. Motivasi bukanlah tingkah laku, melainkan kondisi internal yang kompleks, dan tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi memengaruhi tingkah laku. Berdasarkan pengertian di atas jelas bahwa motivasi berasal dari dorongan, kehendak atau kemauan dari dalam diri seseorang. Motivasi adalah tenaga yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan seseorang. Motivasi bukan tingkah laku, melainkan keadaan yang tidak dapat diamati secara langsung namun memengaruhi tingkah laku atas dorongan, kehendak atau kemauan. Timbulnya dorongan, kehendak atau kemauan dapat berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar diri seseorang. Oleh sebab itu, timbulnya motivasi dipengaruhi oleh dua macam segi, yaitu segi instrinsik dan segi ekstrinsik. Segi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain atau kemauan diri sendiri. Segi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu karena ada ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain, sehingga dengan keadaan demikian anak akan melakukan sesuatu untuk mengikuti kegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Dalam meningkatkan motivasi diperlukan faktor internal atau eksternal untuk memengaruhi tingkah laku seseorang dalam melakukan tindakan atas dorongan, kehendak atau kemauan dari dalam maupun luar diri seseorang. Oleh sebab itu, guru sebagai pendidik diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip motivasi dalam mengajar, yaitu dengan merangsang motivasi belajar siswa agar memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran. Dalam membangkitkan motivasi dibutuhkan proses yang diarahkan kepada objek-objek dalam lingkungan siswa atau sekitarnya. Guru tidak hanya memberi motivasi, melainkan guru mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan motivasi siswa untuk memperoleh kebutuhan dalam mencapai tujuan yaitu belajar. Secara skematis untuk mencapai tujuan belajar dapat dijabarkan sebagai berikut (Mahfudh Shalahuddin 1990: 116-118): Tujuan Kelakuan Ketegangan-ketegangan Kebutuhan Dasar dan Kebutuhan Sosial
Kebutuhan-kebutuhan dapat dicapai tanpa ada kesulitan, namun sering terjadi ketegangan-ketegangan atau rintangan baik dari dalam diri siswa maupun dalam luar diri siswa seperti lingkungan sekolah maupun di luar sekolah yang mempengaruhi kelakuan, sehingga sulit mencapai tujuan. Kebutuhan dasar merupakan suatu keinginan yang ada dalam diri siswa, sedangkan kebutuhan sosial merupakan kebutuhan atas perlakuan orang lain terhadap siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Motivasi Belajar Anak Motivasi membawa pengaruh besar terhadap perkembangan siswa baik iman maupun pengetahuan berdasarkan dorongan atas kemauan dari dalam diri siswa yang dipengaruhi oleh cara mengajar guru dalam mementingkan prinsip-prinsip motivasi. Oleh sebab itu, dalam dunia pendidikan, motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses yang bersifat: a. Membawa siswa ke arah pengalaman belajar yang terjadi b. Menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa c. Memusatkan perhatian siswa pada suatu arah dan pada suatu waktu (Mahfudh Shalahuddin, 1990: 114). Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam diri siswa yang digambarkan sebagai harapan, keinginan dan sebagainya yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan siswa untuk bertindak dalam memenuhi kebutuhan, sehingga dengan adanya motivasi tidak akan ada tujuan dan tingkah laku yang terorganisasi. Sedangkan menurut rumusan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama ”motivasi” adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang menunjang kegiatan ke arah tujuan belajar. Dalam membangkitkan motif-motif pada siswa guru hendaknya (Mahfudh Shalahuddin, 1990: 122): a. Mengatur dan menyediakan situasi-situasi yang memungkinkan timbulnya persaingan yang sehat antar siswa, b. Membangun self-competition dengan jalan membangkitkan perasaan puas dan lega terhadap hasil yang diraih siswa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
c. Membiasakan siswa-siswi untuk mendiskusikan suatu pendapat mereka masingmasing, d. Memberikan contoh-contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat e. Membangun motivasi intrinsik pada siswa-siswi dengan mendorong mereka untuk belajar. Pada zaman ini siswa diharapkan memiliki motivasi dalam belajar di sekolah, supaya komunikasi iman dalam pelajaran agama semakin membantu siswa untuk mem perkembangkan iman yaitu melalui pendidikan. Pendidikan menjadikan siswa memiliki pengalaman yang memungkinkan perubahan perilaku. Oleh karena itu, agar siswa semakin berkembang imannya, dibutuhkan bahan yang membantu siswa untuk memiliki motivasi dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah dan bahan tersebut adalah cerita. Dengan materi yang diberikan dalam pelajaran agama yang diolah dalam bentuk cerita, siswa semakin termotivasi untuk mengikuti pelajaran agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
C. Pendidikan Agama Katolik Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Agama Katolik merupakan salah
satu
usaha
dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Agama Katolik merupakan tugas orang tua, keluarga dan masyarakat lingkungan serta Gereja. Sekolah memiliki peran penting dalam pengembangan Pendidikan Agama Katolik karena merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Komkat KWI, 1999: 5). Sedangkan undangundang terbaru tentang sistem Pendidikan Nasional tertera dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 menyebutkan Pendidikan Agama Katolik memegang beberapa prinsip, yakni pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai kultural dan kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksana pewarta Kristus demi perubahan batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda untuk mengembangkan kemampuannya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Maksudnya di dalam PAK, iman kepada Kristus dibicarakan dan diolah bersama dengan tetap memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama di masyarakat sebagai wujud persatuan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Dalam Gravissimum Educationis tentang pendidikan Kristen, Hardawiryana menyatakan bahwa : pendidikan pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia seperti telah diuraikan, melainkan untuk mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis, langkah demi langkah semakin mendalami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima; supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (lih. Yoh. 4:23) terutama dalam perayaan Liturgi; supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati (Ef. 4: 22-24); supaya mereka dengan demikian mereka, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (lih. Ef. 4: 13), dan ikut serta dalam mengusahakan pertumbuhan tubuh mistik. Kecuali itu hendaknya umat beriman menyadari panggilan mereka, dan melatih diri untuk memberi kesaksian tentang harapan yang ada dalam diri mereka (lih. Ptr. 3: 15) serta mendukung perubahan dunia menurut tata-nilai kristen. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pendidikan memiliki tujuan selain pendewasaan pribadi manusia, juga untuk mencapai keselamatan dan menyadari karunia iman yang diterima bagi mereka yang telah dibaptis. Di samping itu juga, supaya mereka dapat menjalankan apa yang sudah ada dalam Kitab Suci. Kita sebagai manusia beriman, kendaknya mengakui adanya keberadaan Allah Tritunggal Maha Kudus yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus terutama dalam perayaan Liturgi. Menjadi manusia beriman berarti kita diharapkan dapat menghayati hidup kita sebagai manusia baru agar mencapai kepenuhan seperti Kristus. Pada dasarnya manusia tidak akan sampai pada kepenuhan Kristus, maka dibutuhkan pendampingan dalam mengembangkan iman. Pengembangan iman untuk sampai pada kepenuhan Kristus, kita peroleh melalui pendalaman iman dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pendalaman iman di dalam keluarga kita peroleh dari orang tua yang telah mengajarkan kita untuk berdoa, menghargai sesama melalui sudara kita, ikut serta dalam kerja dalam keluarga. Sedangkan di lingkungan sekolah kita memperoleh pengetahuan-pengetahuan dari Kitab Suci maupun Tradisi Gereja yang mengajarkan hal-hal baru dalam mengolah iman. Pengetahuan dari Kitab Suci dan Tradisi Gereja direalisasikan dengan pengalaman hidup anak sehari-hari.
1. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Pendidikan Agama Katolik menurut Purwatma (Komkat KWI, 2001: 12) adalah suatu pelajaran agama yang mengutamakan pengetahuan dan ketrampilan dengan
“menggumuli/menginterpretasikan
hidup
dalam
terang ajaran iman
Katolik”. Sedangkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama merupakan salah bentuk komunikasi dan interaksi (tanya
jawab
dan
dialog) iman katolik. Kegiatan komunikasi atau interaksi iman katolik terjadi di sekolah antara guru dengan siswa dan antar siswa dengan siswa.
Kegiatan
komunikasi harus berkisar pada hidup iman (Komkat KWI, 1999: 5).
b. Tempat dan peranan Pendidikan Agama Katolik Lokakarya mengenai tempat dan peranan PAK di sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino (1981) mengemukakan bahwa PAK merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidup dari segi pandang Kristiani dengan demikian menjadi manusia paripurna (beriman).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Berikut ini adalah penjelasan menurut Nina Komala (1992: 27) dalam pandangannya mengenai tempat dan peranan PAK. Pertama, siswa SMP lebih mudah mengalami Allah sebagai yang menjawab kebutuhan afektifnya. Allah dipandang sebagai yang penuh pengertian namun pertumbuhan iman yang dinamis pada remaja juga diwarnai konflik dan krisis. Oleh sebab itu guru hendaknya memperlakukan mereka seperti orang dewasa, kendati mereka belum dewasa. Kedua, pendidikan agama tidak hanya berisi perintah dan aturan yang disampaikan karena kurang cocok bagi mereka melainkan hendaknya lebih mem perhatikan perkembangan sikap batin. Guru hendaknya turut serta mendengarkan dan mempertimbangkan apa yang menjadi hidup dalam jiwa mereka. Ketiga, melalui aktivitas belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik mereka perlu dibimbing untuk menanggapi problem-problem dengan jujur menurut suara hati yang sejati meskipun dalam mengolah perasaan tidak mudah menemukan bimbingan suara hati. Keempat, di dalam diri siswa perlu ditanamkan sikap-sikap sosial terhadap masyarakat sekitar dan diajak untuk lebih memerhatikan sesama karena manusia saling membutuhkan atau istilah lain saling ketergantungan satu sama lain.
c. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Katolik Materi Pendidikan Agama Katolik, menurut pakar teologi dan Kitab Suci, sebaiknya mengandung 4 dimensi atau aspek dari ajaran iman kita yaitu (Komkat KWI, 2004: 8):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1) Dimensi atau aspek pribadi siswa, termasuk relasinya dengan sesama dan lingkungan hidupnya: Materi PAK harus menyentuh pribadi siswa dan pengalaman hidupnya. 2) Dimensi diri dan pribadi Yesus Kristus: Dia adalah pribadi penentu dalam ajaran iman Kristiani. Kekhasan ajaran iman Kristiani diwarnai oleh pribadi yang satu yaitu Yesus Kristus. 3) Dimensi Gereja: Gereja sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang melanjutkan karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan berkembang dalam persekutuan ini. 4) Dimensi kemasyarakatan: Kehidupan Yesus dan Gerejanya bukan untuk diriNya sendiri, tetapi untuk dunia. Dimensi kemasyarakatan hendaknya menjadi materi Pendidikan Agama Katolik. Dalam materi Pendidikan Agama Katolik terdapat satuan pelajaran dalam rangka pendidikan iman. Oleh sebab itu, diperlukan lima segi arah dasar dalam membuat
satuan-satuan
pelajaran
Pendidikan
Agama
Katolik
di
sekolah
(Setyakarjana, 1982: 5-14) yaitu: 1) Mengembangkan kehidupan yang berpola Kristiani melalui berbagai macam cara dan saling melengkapi. 2) Hendaknya sesuai dengan pembaharuan pendidikan modern dan sekaligus penunjang pembaharuan. 3) Bersifat komunikatif dan sebagai proses. 4) PAK di sekolah adalah penting, namun terbatas pada ajaran di sekolah. 5) PAK di sekolah berkisar pada murid, masyarakat dan Tradisi Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
d. Pola atau Pendekatan Pengajaran PAK di Sekolah Pola atau pendekatan PAK merupakan suatu segi pendidikan iman yang menyeluruh dan mengandalkan kebebasan batin bagi setiap orang, maka Pendidikan Agama Katolik di SMP tidak menggunakan pola indoktrinasi (memaksakan suatu paham tertentu) kepada diri siswa. Oleh sebab itu, pola yang sesuai yaitu pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat Naratif-Eksperiensial. Pola ini berdasarkan kurikulum 1994 yang bertujuan memperluas pengetahuan iman katolik, membantu pergumulan agar dapat menghayati hidup beriman dan dialog antar iman umat beragama (Dapiyanta, 2008b: 73). Dalam pola ini kisah diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog dalam pengalaman hidup sehari-hari siswa (eksperiensial). Kisah dapat diambil dari Kitab Suci, riwayat hidup orang Kudus, cerita rakyat dan lain sebagainya. Sedangkan mitra dialog narasi adalah pengalaman (eksperiensial) hidup sehari-hari siswa (Komkat KWI, 1999: 8). Dalam buku Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Dasar (Dapiyanta, 2008b: 73) dijabarkan suatu pola atau pendekatan untuk Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah: 1) Pendekatan Pergumulan (hasil lokakarya PAK di Malino) 2) Pendekatan Naratif Eksperiensial 3) Pendekatan Pembelajaran Aktif- Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) 4) Pendekatan pembelajaran kooperatif dan beberapa pendekatan yang lain. Sedangkan pendekatan yang dipakai hendaknya
menunjang
siswa
sendiri, (Komkat KWI 2004: 7) yakni: 1) Memungkinkan siswa untuk aktif. Dia menjadi partisipan aktif dalam proses PAK.
itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2) Kalau siswa menjadi partisipan, diandaikan dalam proses PAK ada interaksi antar siswa serta antara siswa dan guru. 3) Interaksi yang terjadi hendaknya terarah, sehingga diandaikan ada suatu
proses
yang berkesinambungan. 4) Interaksi yang berkesinambungan bertujuan untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran iman dalam hidup nyata, sehingga siswa menjadi semakin beriman.
2. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dalam proses belajar mengajar ada kegiatan belajar dan mengajar, kegiatan belajar erat hubungannya dengan metode belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari bahan dari guru. Sedangkan kegiatan mengajar erat hubungannya dengan metode mengajar yang berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa (Nana Sudjana, 1989b: 72). Para ahli psikologi dan pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar (Nana Sudjana, 1989a: 7-8). Pandangan pertama, mengajar diartikan sebagai “menyampaikan Ilmu Pengetahuan (bahan pelajaran) kepada siswa”. Istilah ini sering disebut “berpusat pada guru” (teacher centered) karena siswa dianggap sebagai objek atau hanya menerima (pasif) apa yang diberikan guru. Pandangan kedua, mengajar diartikan sebagai mengajar yang memberikan tekanan kepada kegiatan optimal siswa belajar. Mengajar adalah membimbing, mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Rumusan ini berpusat pada siswa yang belajar (student centered) dengan melihat hakikat mengajar sebagai proses, yakni proses yang dilakukan oleh guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain, hasil proses mengajar adalah proses belajar, dan proses belajar menghasilkan tingkah laku. Pandangan di atas tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar karena terjadi adanya interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar mengacu pada guru sebagai pemimpin belajar. Kedua konsep terpadu dalam suasana kegiatan, maka terjadilah hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam interaksi antara guru dan siswa terjalin komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi. Guru menempatkan diri sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Demikian juga dengan siswa dapat sebagai penerima aksi dan pemberi aksi, sedangkan komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah. Komunikasi ini tidak hanya terjadi antara guru dan siswa tetapi siswa dengan siswa lainnya. Di sini siswa dituntut lebih aktif dari pada guru. Siswa dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa sendiri (Nana Sudjana, 1989a: 10). Di samping itu juga yang terpenting dalam komunikasi adalah keaktivan siswa karena bertujuan untuk menumbuhkan perhatian dan kesadaran belajar siswa. Kesadaran belajar siswa akan mengantar pada “belajar sejati”, yaitu proses belajar seumur hidup yang tumbuh dari diri siswa sendiri (Dedy Pradipto, 2007: 116).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Melalui pola komunikasi banyak arah atau transaksi menjadikan siswa aktif. Dengan demikian peranan guru dalam proses belajar mengajar (Nana
Sudjana
1989a: 32-35) yaitu: a. Sebagai pemimpin belajar 1) Guru merencanakan: menentukan tujuan belajar siswa, apa yang dilakukan siswa dan sumber bahan apa yang disediakan. 2) Mengorganisasi: menentukan dan mengarahkan bagaimana cara siswa melakukan kegiatan belajar, mengatur lingkungan belajar siswa, mengoptimalkan sumber- sumber belajar dan mendorong motivasi belajar siswa. 3) Melaksanakan: melakukan rencana di atas dalam bentuk tindakan nyata untuk membantu siswa belajar. 4) Mengontrol kegiatan siswa belajar: mengawasi, memberi bantuan, membimbing, memberi petunjuk, mencatat kekurangan dan kesalahan untuk dibahas dan diperbaiki. 5) Menilai proses belajar, dan hasil belajar yang dicapai: dalam proses belajar mengajar harus ada kegiatan belajar yang demokratis. Artinya adanya partisipasi semua siswa dalam belajar, kebebasan siswa untuk mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dipelajari, adanya kesediaan siswa menerima dan mempertimbangkan pendapat siswa lain serta kesempatan siswa untuk menarik kesimpulan dari hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Fasilitator belajar Guru memberikan kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya, yaitu dengan menyediakan fasilitas belajar seperti buku penunjang, alat peraga dan alat belajar. Guru juga menyediakan waktu belajar yang cukup kepada semua siswa dan memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah.
c. Moderator belajar atau pengatur arus kegiatan belajar siswa. Guru menampung persoalan yang diajukan siswa dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada siswa lain untuk dijawab dan dipecahkan bersama. Dengan demikian setiap siswa dikondisikan untuk aktif memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan. Guru tidak hanya mengatur jalannya kegiatan, melainkan bersama siswa harus menarik kesimpulan atas jawaban sebagai hasil belajar siswa.
d. Motivator belajar Guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar sebagai pendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individu maupun kelompok. Rangsangan belajar dapat ditumbuhkan dalam diri siswa (intrinsik) maupun dari luar diri siswa (ekstrinsik). Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari kebutuhan siswa untuk belajar, maka yang harus diupayakan guru adalah dengan menumbuhkan kesadaran siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi dari luar diri siswa yang mem pengaruhi siswa untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
e. Evaluator Guru wajib memantau proses belajar siswa dan hasil-hasil belajar yang dicapai dengan penilaian yang objektif dan komprehensif. Guru juga melakukan upaya perbaikan proses belajar siswa, agar siswa mampu memperbaiki prestasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III PEMBELAJARAN PAK DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP KANISIUS GAYAM, YOGYAKARTA
Dalam bab ini penulis menguraikan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, terutama Sekolah Menegah Pertama (SMP). Kemudian dilanjutkan dengan penelitian tentang Pengaruh Pola Naratif Eksperiensial terhadap motivasi belajar Siswa dalam PAK untuk menunjukkan bahwa pola Naratif Eksperiensial memengaruhi motivasi belajar siswa atau tidak. Dalam penelitian ini penulis menjabarkan hasil penelitian dan pembahasannya. Di samping itu juga penulis mengungkapkan keterbatasan hasil penelitian sebagai batasan yang mampu dicapai penulis dalam penelitian ini.
A. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Katolik di SMP Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan dalam rangka membantu para siswa agar semakin beriman. PAK merupakan suatu proses pendidikan yang berjalan secara berkesinambungan dan sarana untuk membantu siswa dalam mencapai kedewasan iman (Telaumbanua, 1999: 111). Oleh sebab itu proses pendidikan yang berkesinambungan dijelaskan untuk mengetahui proses belajar mengajar yang seharusnya dalam PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Menurut Nana Sudjana (1989a: 28), belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan siswa yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang dilakukan guru sebagai pengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan tingkah laku pada individu untuk belajar. Tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari diri individu seperti kemampuan yang dimilikinya, minat dan perhatiannya, kebiasaan, usaha dan motivasi serta faktor-faktor lainnya (Nana Sudjana, 1989a: 5-6). Minat dan perhatian akan mata pelajaran tertentu membuat siswa mendorong dirinya untuk mempelajarinya. Melalui kebiasaan belajar, siswa akan berusaha untuk mempelajari sendiri tanpa ada dorongan dari luar, sehingga muncullah motivasi atau timbul tingkah laku untuk belajar. Siswa yang tidak memiliki minat dan perhatian terhadap mata pelajaran tertentu akan malas untuk belajar ataupun mempelajari pelajaran lainnya, maka sering terlihat ada beberapa siswa yang unggul dalam bidang yang disukainya namun rendah dalam bidang lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan dorongan dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga yang berperan aktif dalam belajar siswa adalah orang tua. Orang tua mendorong siswa belajar sebagai proses lanjutan dari proses belajar mengajar di sekolah. Siswa mendapat pengetahuan kemudian dipelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kembali di rumah atau keluarga agar apa yang didapat lebih diperdalam lagi. Lingkungan masyarakat juga memengaruhi siswa untuk belajar terutama lingkungan tempat tinggal siswa yang pada umumnya orang-orang yang memiliki semangat untuk belajar atau mengenyam pendidikan. Lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa dalam proses belajar-mengajar seperti guru, sarana belajar, kurikulum, teman-teman sekelas, kedisiplinan, peraturan sekolah dan lain-lain (Nana Sudjana, 1989a: 6). Guru dalam proses belajar mengajar memiliki peranan sebagai fasilitator, pendorong atau motivator agar motif- motif yang positif pada diri siswa dapat dibangkitkan dan ditingkatkan guna mencapai hasil belajar. Motif-motif positif yang ada pada diri siswa dibangkitkan dan ditingkatkan dengan memberikan rangsangan berupa sarana belajar yang disukai siswa, sesuai dengan taraf dan perkembangannya dalam menyampaikan kurikulum (Semiawan, 1985: 10). Dalam buku Cara Belajar Siswa Aktif (Nana Sudjana, 1989: 8) terdapat konsep mengajar: Proses Mengajar
Proses Belajar Siswa
Proses Tingkah laku Siswa
Konsep mengajar di atas bertitik tolak pada peranan guru bukan sebagai pengajar melainkan sebagai pembimbing belajar, pemimpin belajar atau fasilitator belajar. Dikatakan pembimbing karena dalam proses tersebut guru memberikan bantuan kepada siswa agar siswa itu sendiri yang melakukan kegiatan belajar. Dikatakan pemimpin karena guru yang menentukan ke mana kegiatan siswa diarahkan, dan dikatakan fasilitator karena guru harus menyediakan fasilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Inti dari proses mengajar adalah menumbuhkan kegiatan siswa belajar, sehingga keterpaduan dua konsep ini melahirkan konsep baru yang disebut “proses belajar mengajar”. Dalam proses belajar mengajar terutama dalam PAK, dibutuhkan interaksi antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa lainnya. Interaksi siswa dengan guru dibangun atas dasar tujuan, isi atau bahan, metode dan alat, serta penilaian. Dalam interaksi siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalui bahan pengajaran yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan metode dan alat kemudian dinilai untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada diri siswa setelah menyelesaikan proses belajar mengajar. Keberhasilan interaksi antara guru-siswa tergantung pada bentuk komunikasi yang digunakan guru pada saat berinteraksi dengan siswa. Komunikasi yang sesuai yaitu komunikasi sebagai transaksi yang menuntut keaktivan dari siswa (Nana Sudjana, 1989: 9-10). Pelajaran Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman. Komunikasi iman itu mengandung unsur pengetahuan iman, pergumulan iman dan unsur penghayatan iman dalam pelbagai bentuk. Bagi siswa yang beriman katolik dan memiliki pengetahuan mengenai iman katolik, komunikasi iman diharapkan membantu mereka dalam menggumuli dan menghayati hidup beriman. Hidup beriman juga tidak hanya bagi yang beriman katolik, melainkan siswa yang beragama lain pun dapat mengkomunikasikan imannya melalui agamanya sendiri. Dengan adanya keterbukaan, pengharapan dan kebebasan dari masing- masing agama komunikasi iman antar siswa semakin diperkaya (Jacobs, 1992: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dalam Silabus Pendidikan Agama Katolik (Jacobs, 1992: 10-11) diterangkan bahwa pelajaran agama di sekolah diharapkan dapat menumbuhkan sikap untuk bekerja sama dengan saudara beriman lainnya dan semua orang yang berkehendak baik. Kegiatan komunikasi juga memerlukan sarana yaitu bahan. Bahan ini bukanlah bahan mati melainkan mitra dalam dialog yang bersaksi dan menggairahkan siswa untuk ikut dalam gerakan Kerajaan Allah. Supaya bahan menjadi mitra dialog yang hidup, menarik dan tidak memaksa, bahan perlu diolah dalam bentuk cerita. Dalam dialog terjadi komunikasi iman yang hidup antar siswa dalam kelas sehingga melalui cerita, siswa mampu mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman dalam bentuk cerita pengalaman. Dengan demikian dalam menyampaikan cerita, dibutuhkan pola yaitu pola yang bersifat Naratif Eksperiensial. Berdasarkan pengertian cerita pola yang bersifat naratif-eksperiensial adalah pola cerita pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman (eksperiensi). Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman dan penghayatan (eksperiensi) sehari-hari siswa. Dalam pola komunikasi cerita membantu siswa untuk membuka dan menyapa pengalamannya secara terbuka, tidak memaksa dan tidak mengindoktrinasi, sehingga terjadi komunikasi yang menciptakan iklim untuk memperkembangkan kreativitas siswa. Pola komunikasi juga diharapkan dapat membantu penghayatan hidup beriman siswa melalui sharing pengalaman hidup siswa sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Oleh sebab itu, pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP merupakan salah satu bentuk komunikasi dan interaksi (tanya jawab dan atau dialog) iman katolik. Kegiatan PAK harus berkisar pada ajaran Gereja Katolik dan hidup Kristiani yaitu bertumpu pada iman akan Yesus Kristus, Allah yang mendatangi manusia. Pendidikan Agama Katolik di SMP juga dilaksanakan untuk memberikan sumbangan bagi pembentukan dan pembangunan hidup beriman Kristiani para siswa untuk mengenal dan mencintai Yesus Kristus serta menerapkan iman Kristiani dalam hidup sehari-hari (Komkat KWI, 1999: 5-6).
B. Pengaruh Pola Naratif Eksperiensial terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pendidikan Agama Katolik di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta
Untuk mengetahui motivasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik di SMP Kanisius Gayam, penulis melakukan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pola Naratif Eksperiensial terhadap hasil belajar siswa dalam PAK. Penelitian ini diarahkan pada proses belajar mengajar dengan pola Naratif Eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik. Hasil penelitian kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata yang dialami siswa maupun guru PAK selama proses belajar mengajar PAK berlangsung.
1. Metodologi Penelitian a. Tujuan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan tujuan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1) Untuk Guru PAK a) Mengetahui latar belakang tenaga pendidik SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta. b) Mengetahui proses belajar mengajar di SMP Kanisius Gayam selama mengikuti pelajaran PAK. c) Mengetahui seberapa besar usaha guru meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses belajar pengajar. 2) Untuk Siswa a) Mengetahui proses belajar mengajar di SMP Kanisius Gayam dalam pencapaian tujuan PAK. b) Mengetahui sarana/media dan pola pembelajaran yang digunakan Guru PAK dalam memotivasi belajar siswa. c) Mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar PAK.
b. Metode Penelitian Dalam kegiatan penelitian ini penulis menggunakan metode survei. Dalam survei, informasi atau data yang diperoleh melalui keterangan-keterangan kepada responden. Pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sampel dimana informasi dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi yang ada (Singarimbun & Sofian Effendi, 1989: 3). Dalam mencari data-data mengenai tenaga pendidik dan proses belajar mengajar di SMP Kanisisus Gayam, penulis mencari data tertulis yang sudah dipersiapkan oleh sekolah. Selain itu juga penulis menggunakan metode survei dengan wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Adapun maksud dari penulis menggunakan metode survei, yaitu untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh Pola Naratif Eksperiensial. Selain itu, metode ini berguna untuk mengetahui sejauh mana guru PAK menggunakan pola dan metode yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar PAK. Untuk mengetahui lebih jauh peranan guru dalam memberi motivasi belajar PAK sehingga meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis mewawancarai responden, yaitu siswa dan guru yang terkait dalam proses belajar mengajar. Informasi atau data berupa jawabanjawaban atas pertanyaan yang diajukan dengan wawancara dapat langsung tergali dari responden dan nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian ini.
c. Instrumen Penelitian Instrumen sebagai alat pengumpulan data harus dirancang dan dibuat sedemikian rupa, sehingga menghasilkan data empiris apa adanya (Sudjana & Ibrahim, 2004: 97). Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen wawancara yaitu mendapat informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden yaitu guru PAK dan siswa (Irawati dalam Singarimbun, 1989: 192). Instrumen penelitian berguna sebagai sarana memperlancar penelitian agar dapat terlaksana dengan baik dan efisien. Alat yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah alat perekam suara sebagai alat bantu dalam memperoleh data melalui wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
d. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Kanisisus Gayam. Sedangkan waktu penelitian dilaksakan pada tanggal 3 Februari 2016 dan 7 Februari 2016 dengan mewawancarai guru dan siswa secara langsung. Penulis memilih SMP Kanisius Gayam , Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan peneliti mengenal sekolah itu melalui proses Persiapan Pelaksanaan Lapangan (PPL) selama satu semester. Pertimbangan lain bahwa permasalahan yang sama belum pernah diteliti di SMP Kanisius Gayam.
e. Responden Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Purposive Sampling (penentuan sampel secara sengaja) untuk mendapatkan data, yaitu responden sampel ditentukan berdasarkan ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri-ciri populasi yaitu guru dan siswa (Hermawan Wasito 1995: 59). Guru yang dijadikan responden adalah seorang guru yang mengajar pelajaran agama dan siswa kelas 7, 8 dan 9. Berdasarkan data kesiswaan tahun terakhir tahun ajaran 2015/2016 siswa SMP Kanisisus Gayam berjumlah 130 orang dan mereka beragama Katolik. Namun dari data di atas penulis hanya mengambil sampel sebanyak 18 orang sebagai responden untuk penelitian. Setiap kelas pararel mewakili 3 orang yaitu 7A berjumlah 3 orang, 7B berjumlah 3 orang, 8A berjumlah 3 orang, 8B berjumlah 3 orang 9A berjumlah 3 orang dan 9B berjumlah 3 orang. Siswa diambil sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa mereka telah dipilih langsung oleh guru agama karena dianggap mampu memberikan keterangan mewakili siswa- siswi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
f. Teknik Pengolahan Data Data yang berhasil dikumpulkan dilakukan reduksi data yaitu dengan menulis data dalam bentuk uraian yang terinci, kemudian disusun secara sistematis sehingga lebih mudah memberikan kode kepada aspek- aspek tertentu. Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 128), pengolahan data bertujuan untuk mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus, sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Guna
mendukung
dalam
memberikan
kesimpulan
tersebut
peneliti
mempelajari tulisan-tulisan yang terkait dengan permasalahan data yang ada. Dalam hal ini peneliti menggunakan tulisan-tulisan mengenai pengaruh Pola Naratif Eksperiensial terhadap motivasi belajar anak dalam PAK.
g. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu yang dapat dijadikan sebagai faktor yang berperan dalam gejala yang diteliti. Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pola Naratif Eksperiensial dalam Pendidikan Agama Katolik” adalah latar belakang pendidikan guru, peranan Guru PAK dalam mengajar, situasi dalam proses belajar mengajar PAK dan usaha guru dalam mengaktifkan proses belajar mengajar. Alasan dijabarkan karena guru yang mengajar PAK sesuai bidangnya dan memahami akan pengertian Pola Naratif Eksperiensial serta dapat menerapkan Pola Naratif Eksperiensial. Selain itu juga untuk mencapai tujuan PAK, yaitu memampukan siswa untuk membangun hidup yang semakin beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Dari beberapa variabel tersebut dijabarkan lagi dengan beberapa item-item pertanyaan sebagai panduan wawancara terhadap responden baik melalui guru maupun siswa. Berikut ini tabel variabel untuk Guru PAK dan siswa: 1) Variabel wawancara untuk Guru PAK Tabel 1: Variabel yang diungkap untuk Guru PAK (N= 1) No.
Variabel
Aspek yang diungkap
No. Soal
(1)
(2)
(3)
(4)
1
Latar Belakang
Mengajar sesuai dengan bidang
1
Pendidikan Guru PAK 2
Peranan Guru PAK dalam Mengajar
a. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
2
b. Sarana/media dan pola pembelajaran yang digunakan dalam mengajar PAK
3
c. Kendala-kendala dalam proses belajar 4
mengajar 3
Usaha Mengaktifkan PBM
a. Cara mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar b. Keterlibatan
siswa
5 dalam
proses 6
belajar mengajar c. Keterlibatan
siswa
dengan
teman
sekelas dalam proses belajar mengajar
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2) Variabel wawancara untuk Siswa Tabel 2: Variabel yang diungkap untuk Siswa (N= 18) No.
Variabel
Aspek yang diungkap
No. Soal
(1)
(2)
(3)
(4)
1
2
Tujuan PAK
a. Kesan mengikuti PAK
1
b. Manfaat mengikuti PAK
2
c. Saran agar pelajaran PAK lebih menarik
3
Peranan Guru
a. Cara mengajar Guru PAK
4
PAK dalam
b. Sarana/media yang digunakan oleh Guru
Mengajar
PAK
5
c. Tanggapan atas cara mengajar Guru PAK d. Paham akan materi yang disampaikan
6
oleh Guru PAK 7 3
Situasi dalam
a. Pendukung proses belajar mengajar PAK
8
Proses Belajar
b. Penghambat proses belajar mengajar PAK
9
Mengajar PAK
c. Minat mengikuti proses belajar mengajar PAK
C.
10
Hasil Penelitian Pada bagian ini disajikan hasil wawancara sebagai jawaban dari masing-
masing responden. Peneliti akan menuliskan hasil penelitian yang dilakukan 2 kali yaitu tanggal 3 Feb 2016 dan 7 Feb 2016. Tanggal 3 Feb 2016 peneliti mewawancarai Guru PAK dan siswa. Namun dikarenakan ada perbaikan dengan jumlah responden, wawancara dengan siswa diulang kembali pada tanggal 7 Feb 2016 dan bertempat di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta. Adapun responden yang dipilih oleh peneliti adalah siswa-siswi kelas 7, 8 dan 9 Periode 2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Peneliti memperoleh data penelitian melalui metode wawancara. Data hasil wawancara diperoleh dari hasil wawancara 18 siswa sebagai responden.
a.
Hasil Wawancara dengan Guru PAK Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti melalui
metode wawancara kepada guru PAK. Wawancara berlangsung tanggal 3 dan 7 Feb 2016 pada saat guru PAK tidak mengajar. Tabel 3: Latar Belakang Pendidikan Guru PAK (N=1) Pernyataan
Jawaban
(1)
(2)
(3)
1
Mengajar sesuai bidang
Saya mengajar sesuai dengan bidang saya. Saya
No. Soal
tidak hanya mengajar di SMP ini, saya pernah mengajar di SD dan SMP lainnya sebelumnya.
Tabel 4: Peranan Guru PAK dalam Mengajar (N=1) No.
Pernyataan
Jawaban
(2)
(3)
Soal (1) 1
Metode yang digunakan
Kami di dalam kelas mengasuh dalam
dalam proses belajar
persiapan, dengan menggunakan cerita, tanya
mengajar
jawab, diskusi kelompok, menyanyi, atau tambahan sedikit dengan sharing
2
Sarana, dan pola
Sarana/alatnya memakai gambar, CD tapi
pembelajaran yang
jarang dan itu kalau kebetulan sesuai dengan
digunakan dalam mengajar pelajaran. Saya sering menggunakan pola PAK
naratif ekperiensial disesuaikan dengan mata pelajaran saat itu untuk interaksi, tanya jawab dengan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3
Kendala-kendala yang
Pada
saat
dialami dalam proses
berlangsung, ada salah seorang siswa keluar
belajar mengajar
pergi
ke
proses
toilet,
belajar
namun
mengajar
siswa
lainnya
menemukan siswa ini merokok di dalam kamar toilet. Cara mengatasi: saya terus mendampingi, saya dekati dan saya pantau
Tabel 5: Usaha Mengaktifkan Proses Belajar Mengajar (N=1) Pernyataan
Jawaban
(1)
(2)
(3)
1
Cara mengaktifkan siswa
Memberikan suatu pertanyaan dan tugas baik
dalam proses belajar
dalam kelas maupun di rumah
No. Soal
mengajar 2
Keterlibatan siswa dalam
Sebagian besar anak-anak senang dengan
proses belajar mengajar
agama.
Namun
ada
anak-anak
tertentu
mengganggu karena tidak senang agama. Mereka suka ngomong sendiri. 3
b.
Keterlibatan siswa
Anak-anak terlibat dalam belajar mengajar.
dengan teman sekelas
Namun ada beberapa siswa yang tidak ikut
dalam proses belajar
terlibat untuk diskusi tetapi dia menjawab
mengajar
dengan jawaban sendiri.
Hasil Wawancara dengan Siswa Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti melalui
metode wawancara kepada 18 siswa pada saat jam pelajaran dan jam istirahat. Walaupun wawancara ini mengganggu jam pelajaran, peneliti sudah mendapat ijin dari Kepala Sekolah, Guru bidang studi dan Guru PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 6: Peranan Guru PAK dalam Mengajar (N=18) No,
Pernyataan
Jawaban
Jumlah
Prosen
(2)
(3)
(4)
(5)
12
66,67%
5
27,77%
penutup.
1
5,56%
Sarana/media
Buku pelajaran dan film
4
22,22%
yang
Buku pelajaran dan cerita
3
16,67%
digunakan
Buku pelajaran dan KS
5
27,78%
Guru PAK
Buku pelajaran
1
5,56%
CD film
2
11,11%
Buku pelajaran, cerita dan KS
2
11,11%
Kitab Suci dan cerita
1
5,56%
Tanggapan
Positif: Baik/menarik
6
33,33%
terhadap cara
Negatif:
mengajar
Kurang tegas
2
11,11%
Guru PAK
Membosankan/kurang menarik
7
38,89%
Kadang-kadang keluar konteks
1
5,56%
Supaya dijelaskan lagi
1
5,56%
1
5,56%
Soal (1) 1
Cara mengajar Pembukaan, penampilan cerita Guru PAK
kehidupan, penampilan cerita Kitab Suci jarang, pengolaha cerita, sharing, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup. Berdoa, pembahasan materi, pertanyaan, pembahasan soal, tanya jawab dan penutup. Pembukaan, pendalaman Kitab Suci, memberi soal, dikumpul dan
2
3
Tergantung dengan cara guru mengolah bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(1) 4
(2)
(3)
Paham akan
Memahami
materi yang
Kadang-kadang memahami
(4)
(5)
7
38,89%
disampaikan
disesuaikan suasana kelas yang
Guru PAK
ramai dan mood
8
44,45%
Sedikit memahami
3
16,67%
Berdasarkan cara mengajar guru, 66,67% siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru bertolak pada penampilan cerita kehidupan atau penampilan cerita Kitab Suci, pengolahan cerita, sharing dan pembahasan contoh praktik hidup sehari- hari, sedangkan 5,56% siswa berpendapat lebih pada cara mengajar guru yang berpusat pada pendalaman Kitab Suci dan memberi soal. Cara mengajar guru yang mendapat tanggapan paling besar ternyata memberikan pengaruh negatif terhadap 38,89% siswa. Mereka merasa bosan dengan cara guru mengajar karena cara mengajar guru dalam menyampaikan cerita hanya dibacakan saja dan tidak menggunakan cara lain. Sedangkan tanggapan positif dari 33,33% siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sudah baik dan menarik karena sarana yang digunakan guru PAK menurut 27,78% siswa adalah buku pelajaran dan Kitab Suci saja dan
buku pelajaran saja atau Kitab Suci dan cerita berdasarkan
tanggapan 5,56% siswa. Dengan demikian 44.45% siswa kadang-kadang memahami materi yang disampaikan guru PAK dan 16,67% siswa lebih sedikit memahami materi karena disesuaikan dengan keadaan kelas dan mood.
Adapun hasil tentang kesan, manfaat dan saran tertera pada tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 7: Tujuan PAK (N=18) No.
Pernyataan
Jawaban
Jumlah
Prosen
(2)
(3)
(4)
(5)
14
77,78%
1
5,56%
Kadang Senang dan membosankan
3
16,67%
Manfaat
Iman semakin bertambah
2
11,11%
mengikuti
Menambah wawasan
9
50%
PAK
Menghargai pendapat orang lain
2
11,11%
Membantu mengatasi masalah
1
5,56%
4
22,22%
Soal (1) 1
Kesan mengikuti PAK
Positif: menyenangkan, menarik, mendapat kesempatan Negatif: membosankan karena guru kurang tegas
2
Dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari 3
Saran agar
Cerita dan nonton film
5
27,78%
pelajaran
Game dan hadiah
1
5,56%
PAK lebih
Penambahan fasilitas/sarana
6
33,33%
menarik
Diselingi berbagai macam sarana
1
5,56%
Sharing diperbanyak
1
5,56%
Suasana kelas yang mendukung
1
5,56%
Menyediakan waktu bagi siswa
1
5,56%
Penjelasan yang maksimal
1
5,56%
Belajar diluar kelas
1
5,56%
Kesan mengikuti PAK bagi 77,78% siswa ternyata positif, sedangkan 5,56% siswa memberi kesan negatif selama mengikuti PAK karena membosankan dan guru kurang tegas. Manfaat mengikuti PAK berdasarkan 50% siswa adalah untuk menambah wawasan sedangkan 5,56% siswa lebih pada agama dapat membantu mengatasi masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Saran dari 33,33% siswa lebih memilih pada penambahan fasilitas atau sarana, sedangkan 5,56% siswa lebih memilih saran agar pelajaran PAK menarik seperti adanya game dan hadiah, diselingi berbagai macam sarana, sharing diperbanyak suasana yang mendukung, menyediakan waktu bagi siswa, penjelasan yang maksimal dan belajar di luar kelas. Adapun hasil wawancara tentang pendukung, penghambat dan minat dalam proses belajar mengajar tertera pada tabel berikut: Tabel 8: Situasi dalam Proses Belajar Mengajar PAK (N=18) No
Pernyataan
Jawaban
Jumlah
Prosen
(2)
(3)
(4)
(5)
Soal (1) 1
Pendukung
Tidak ada yang mendukung
1
5,56%
dalam proses
Kerjasama
1
5,56%
Belajar
Faktor dari dalam diri sendiri, 5
27,78%
Pencapaian nilai/membahas ulangan
2
11,11%
Cara mengajar guru PAK
1
5,56%
Ketenangan/suasana kelas
7
38,89%
Fasilitas mendukung
1
5,56%
Penghambat
Ketidakketenangan (ramai)
12
66,67%
dalam proses
Faktor dari dalam diri sendiri
3
16,67%
Belajar
Tidak ada yang menghambat suasana
1
5,56%
mengajar PAK
kelas dan guru kurang Tegas
2
11,11%
Minat dalam
Kurang berminat (60-69%)
3
16,67%
Mengikuti
Cukup berminat (70-79%)
11
61,11%
proses belajar
Berminat (80-89%)
2
11,11%
mengajar PAK
Sangat berminat (90-100%)
2
11,11%
mengajar PAK niat/mood
2
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Ketenangan atau suasana kelas mendapat perhatian dari 38,89% siswa dalam memilih pendukung proses belajar mengajar dan 5,56% siswa memilih tidak ada pendukung, kerjasama, cara mengajar guru PAK dan fasilitas. Sedangkan 66,67% siswa memilih ketenangan atau suasana kelas sebagai penghambat proses belajar mengajar dan 5,56% siswa memilih tidak ada yang menghambat dalam proses belajar mengajar. Sehingga 16,67 siswa kurang berminat mengikuti proses belajar PAK, 61,11% siswa merasa cukup berminat mengikuti proses belajar mengajar PAK dan 11,11% siswa merasa berminat serta 11,11% juga sangat berminat mengikuti proses belajar mengajar PAK. D.
Pembahasan Hasil Penelitian Berikut ini merupakan pembahasan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti melalui metode wawancara yakni guru PAK dan siswa-siswi SMP Kanisius Gayam kelas 7, 8 dan 9 Periode 2015/2016 yang dimulai tanggal 3 Feb 2016 dan 7 Feb 2016.
1. Pembahasan Hasil Penelitian a. Wawancara dengan Guru PAK Bapak Benedictus Gerilyadi adalah Guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Dalam setiap proses belajar mengajar, beliau selalu membuat persiapan untuk mengajar dengan metode yang digunakan yaitu bercerita (cerita KS/rakyat), tanya jawab, diskusi kelompok, menyanyi, atau tambahan sedikit dengan sharing pengalaman (lihat tabel 4: 1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Guru PAK sudah dapat menggunakan cerita dengan baik dan menggunakan buku tidak hanya buku pegangan saja melainkan buku penunjang lainnya yang mendukung proses belajar mengajar yaitu buku PAK dan Pendidikan Religiositas. Dengan demikian peranan guru sesuai dengan apa yang diharapkan Nana Sudjana (1989a: 32-35) dalam proses belajar mengajar yakni peranan guru sebagai pemimpin belajar. Guru merencanakan belajar dengan menentukan tujuan belajar siswa, apa yang dilakukan siswa dan sumber bahan apa yang disediakan, serta mengorganisasi dengan menentukan dan mengarahkan bagaimana cara siswa melakukan kegiatan belajar, mengatur lingkungan belajar siswa, mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan mendorong motivasi belajar siswa. Sarana atau alat yang digunakan guru PAK disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan saat itu. Guru PAK terkadang menggunakan CD ataupun cerita. Pola yang digunakan untuk proses belajar mengajar yaitu pola Naratif Eksperiensial. Pola ini dirasa sangat membantu dalam proses belajar mengajar terutama untuk mata pelajaran yang menekankan pada sharing pengalaman siswa terutama perkembangan iman (lihat tabel 4: 2). Dengan demikian pernyataan guru di atas sesuai dengan pandangan Dapiyanta (2008b: 73) bahwa pola yang sesuai dalam PAK yakni pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat Naratif-Eksperiensial. Pola ini berdasarkan kurikulum 1994 yang bertujuan memperluas pengetahuan iman katolik, membantu pergumulan agar dapat menghayati hidup beriman dan dialog antar iman umat beragama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kendala-kendala pada saat proses belajar mengajar selalu dialami oleh guru seperti yang dialami Pak Gril. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, ada salah seorang siswa keluar untuk pergi ke toilet dan siswa lainnya mengetahui siswa ini merokok di kamar toilet melalui asap yang keluar dari cendela toilet tersebut. Tindakan ini segera dilaporkan oleh guru PAK selaku guru yang membimbing siswa yang bermasalah. Guru PAK segera bertindak dengan memantau kegiatan siswa yang merokok selama di sekolah. Apakah siswa yang merokok masih melakukan tindakannya setiap hari ataukah ada perubahan? Apabila tindakan itu sering dilakukan, guru PAK mendekati dan menanyakan dengan baik agar tidak menyinggung, apa yang menjadi masalah sampai bisa merokok. Guru PAK tidak hanya menanyakan masalahnya tetapi memberikan solusi dengan cara seperti mengganti rokok dengan permen (lihat tabel 4: 3). Nina Komala (1992: 26) memberikan penegasan bahwa pada usia 13-15 tahun siswa SMP hendaknya lebih memperhatikan perkembangan sikap batin dengan menanggapi problem-problem menurut suara hati meskipun tidak mudah menemukan bimbingan suara hati. Oleh sebab itu usaha yang dilakukan guru PAK, yaitu berusaha menanggapi problemproblem siswa agar tidak mengulang kembali tindakan yang salah. Selama pelajaran PAK berlangsung siswa ikut terlibat dalam proses belajar mengajar. Hal ini ditampakkan melalui sikap senang terhadap agama. Siswa yang tidak senang dengan agama mengikuti pelajaran dengan membuat suasana gaduh atau ramai (lihat tabel 5: 2). Melihat masalah ini, guru PAK berusaha untuk membimbing mereka terus menerus dengan memberikan rangsangan bagi siswa agar siswa dapat fokus mengikuti pelajaran agama dan mendapatkan hasil yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Hal ini sesuai dengan pandangan Nana Sudjana (1989a: 32-35) bahwa guru hendaknya memberikan rangsangan belajar yang ditumbuhkan dalam diri siswa yaitu motivasi intrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang muncul dari
kebutuhan siswa akan belajar, maka yang harus diupayakan guru adalah dengan menumbuhkan kesadaran siswa. Pemberian rangsangan itu dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan dalam setiap materi pelajaran dan tugas baik secara berkelompok maupun pribadi (lihat tabel 5: 1). Hal ini sesuai dengan pandangan Warkitri, dkk (1990: 23-25) bahwa guru berusaha memberikan motivasi intrinsik terhadap siswa yaitu salah satunya dengan melibatkan siswa dalam tugas, istilah lain dapat dikatakan motivasi tugas (task Motivation). Membangkitkan motivasi intrinsik merupakan bagian dari usaha guru untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar karena tugas guru adalah memberikan motivasi untuk mencapai hasil belajar yang baik (Soeitoe, 1982: 53). Demikian pula keterlibatan siswa dengan siswa lain, guru hendaknya membiasakan siswa untuk mendiskusikan suatu pendapat mereka masing-masing pada saat diskusi kelompok (Mahfudh Shalahuddin, 1990: 122). Pada saat proses kegiatan diskusi berlangsung, guru PAK menemukan masalah yaitu salah seorang siswa menolak diskusi bersama teman satu kelompoknya. Namun pada akhir diskusi, siswa ini mampu mengumpulkan hasil pertanyaan diskusi dengan jawaban sendiri (lihat tabel 5: 3). Tindakan yang dilakukan siswa ini sangat mengganggu proses belajar mengajar karena dalam kegiatan diskusi dibutuhkan jawaban atas hasil kerja sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Melalui pengalaman ini kendala-kendala yang sudah dialami guru PAK mampu ditangani dengan cara memberikan pendampingan dan pengarahan kepada siswa terus menerus bahwa kita saling membutuhkan satu sama lain. Pendampingan secara terus menerus membuat siswa ini semakin berubah disaat ia membutuhkan bantuan dengan orang lain. Tindakan guru PAK harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar sebagai pendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar dan mendapatkan hasil yang memuaskan, baik kegiatan individu maupun kelompok (Nana Sudjana, 1989a: 32-35).
b. Wawancara dengan Siswa Kegiatan belajar mengajar PAK di SMP Kanisius Gayam sudah berjalan sesuai pelaksanaan proses belajar mengajar PAK. Pola Naratif Eksperiensial ternyata memberikan pengaruh terhadap kelancaran belajar mengajar PAK. Berdasarkan cara mengajar guru agama, 66,67% siswa menjawab bahwa pada saat pelajaran secara umum guru memulai pelajaran dengan penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita atau Kitab Suci, pengolahan cerita, dan pembahasan contoh praktik hidup sehari-hari (lihat tabel 6: 1). Cara mengajar guru seperti ini lebih menampilkan unsur ceritanya baik melalui cerita yang ada di buku pelajaran, cerita rakyat atau cerita Kitab Suci. Namun 38,89% siswa mengatakan mengikuti pelajaran agama itu membosankan dan kurang menarik karena cara mengajar guru PAK monoton atau penyampaian materi berupa cerita hanya dibacakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Dalam pemakaian sarana guru PAK menyesuaikannya dengan materi pelajaran saat itu. Sarana/media yang digunakan adalah buku pelajaran, cerita, Kitab Suci dan film. Pendapat dari 27,78 % siswa sarana yang digunakan yakni buku pelajaran dan Kitab Suci, 16,67% siswa memilih buku pelajaran dan cerita, 11,11% siswa memilih buku pelajaran, cerita dan Kitab Suci (lihat tabel 6: 2). Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap proses belajar mengajar guru menggunakan pola Naratif Eksperiensial karena sarana yang digunakan adalah cerita. Buku pelajaran tidak pernah lepas dalam proses belajar mengajar karena merupakan buku panduan yang membantu guru dalam menyampaikan materi. Sedangkan cerita, Kitab Suci dan film merupakan sarana pendukung proses belajar mengajar. Namun sarana lain juga masuk dalam pola naratif, yaitu 22,22% siswa memilih buku pelajaran dan film (cerita gambar bergerak) (lihat tabel 6: 2). Pandangan ini sesuai dengan Drewers (1996 No 01: 8) yang mengatakan bahwa unsur cerita dapat disajikan melalui sarana lain seperti film. Berdasarkan 33,33% siswa mengatakan bahwa cara mengajar guru sudah baik dan menarik karena mereka melihat sisi dari diri sendiri yang peka terhadap penjelasan materi dari guru (lihat tabel 6: 3). Pengertian ini harus dilandasi atas dasar pengetahuan akan cara-cara pengolahan cerita bentuk lain. Dengan demikian siswa akan merasa senang dan membangkitkan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam pelajaran PAK. Pemahaman akan materi yang disampaikan guru PAK membawa pengaruh bagi 38,89% siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru karena mereka menyadari akan pentingnya pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sebanyak 44,44% siswa kadang- kadang memahami akan materi yang disampaikan guru karena disesuaikan dengan suasana kelas dan mood (lihat tabel 6: 4). Pengaruh dari luar ternyata membawa dampak bagi motivasi siswa yaitu mood. Mood ini ada karena reaksi dari luar seperti suasana kelas yang ramai sehingga siswa menjadi malas mengikuti pelajaran. Didukung pula suara guru saat menjelaskan, bertabrakan dengan suara siswa yang ramai sehingga 16,67% siswa merasa sedikit memahami materi yang disampaikan guru (lihat tabel 6: 4) dengan alasan suara guru kurang keras. Kesan siswa selama mengikuti PAK ternyata memberi pengaruh positif dan negatif. Sebanyak 77,78% siswa menyatakan kesan yang positif terhadap PAK bahwa pelajaran agama menyenangkan, dan menarik daripada pelajaran lainnya (lihat tabel 7: 1) karena dengan mempelajarai agama, wawasan kita semakin bertambah. Hal ini sesuai dengan pendapat 50% siswa yang menyatakan bahwa manfaat mempelajari agama adalah untuk menambah wawasan terutama dalam mengenal agama Kristiani maupun agama lain. Di Indonesia memiliki berbagai macam agama, maka berdasarkan 11,11% siswa, melalui agama kita diajarkan untuk saling menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda agama demikian pula iman kita semakin bertambah kuat dan kokoh. Di samping itu 22,22% siswa menyatakan bahwa melalui belajar agama kita dapat menerapkan sikap dalam hidup sehari-hari melalui contoh hidup saling menghargai yang sudah diterapkan di Indonesia pada saat perayaan hari besar keagamaan. Pendapat lain 5,56% siswa juga mengatakan pelajaran agama mampu membantu siswa dalam memecahkan masalah pribadi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Faktor pendukung dalam proses belajar mengajar 38,89% siswa mengatakan bahwa ketenangan dan suasana kelas sangat memengaruhi terjadinya proses belajar mengajar PAK. Faktor lain juga dipengaruhi dari dalam diri siswa yaitu, 27,78% siswa menanggapi pendukung bahwa proses belajar mengajar dipengaruhi oleh niat atau mood. Sedangkan fasilitas menurut 5,56% siswa juga menjadi pendukung dalam proses belajar mengajar (lihat tabel 8: 1). Kalaupun tidak ada fasilitas, diharapkan seorang guru memiliki keahlian dalam mengolah pelajaran karena terkadang siswa merasa bosan dengan penyampaian cerita yang biasa. Selain itu, di jaman yang sudah maju, guru diharapkan memanfaatkan teknologi yang ada, agar siswa semakin bersemangat dan mendapat pengetahuan baru. Ketenangan dan suasana kelas juga menjadi penghambat besar dalam proses belajar mengajar berdasarkan 66,67% siswa. Apabila kondisi ini memungkinkan siswa untuk tetap memperhatikan guru mengajar, proses belajar mengajar menjadi lancar karena 16,67% siswa mengatakan bahwa faktor dalam diri siswa seperti mood dan niat ternyata dapat menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar PAK (lihat tabel 8: 2). Jika siswa membuat suasana belajar menjadi ramai guru harus berperan aktif, karena 11,11% siswa mengatakan bahwa pada saat suasana kelas menjadi ramai, guru kurang memberikan peringatan dengan tegas kepada siswa yang membuat masalah. Dengan demikian 33,33% siswa memberikan saran agar pelajaran PAK lebih menarik yaitu penambahan fasilitas belajar siswa. Karena itu guru hendaknya memanfaatkan teknologi yang ada berupa macam-macam sarana seperti cerita yang divisualisasikan melalui gambar, patung, foto, alam, ataupun audio visual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Cerita dan nonton film masih mendapat perhatian dari 27,78% siswa sebagai pendukung agar pelajaran PAK lebih menarik siswa (lihat tabel 7: 3). Kesempatan ini merupakan usaha siswa dalam keprihatinannya terhadap pelajaran PAK yang dirasa membosankan. Oleh sebab itu guru diharapkan peka terhadap keinginan dan pendapat siswa. Usaha ini merupakan upaya siswa dalam penyampaian inspirasi mereka terhadap pelajaran agama. Daya tarik siswa berbeda-beda, maka dibutuhkan keterampilan khusus yang dimiliki seorang guru dalam meningkatkan semangat belajar siswa yang dapat membantu peningkatan hasil belajar siswa. Sebanyak 5,56% siswa mengemukakan pendapat bahwa game dan hadiah masih dibutuhkan untuk meningkatkan semangat belajar siswa (lihat tabel 7: 3). Sedangkan 5,56% siswa juga mengharapkan belajar di luar kelas agar pelajaran agama tidak membosankan sebab dapat memunculkan ide baru pada saat menyatu dengan alam.
2. Keterbatasan Hasil Penelitian Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki khususnya dalam pelaksanaan penelitian ini. Salah satunya adalah kurangnya jumlah responden yang diteliti. Jumlah responden yang diteliti sebagai sampel tidak memenuhi standar yang diharapkan, maka dari itu diharapkan selanjutnya bagi penulis untuk lebih mencermati jumlah sampel sebagai responden yang diteliti sebanding dengan populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Keterbatasan lain yang dialami peneliti adalah keterbatasan waktu. Peneliti merasa terlalu santai dalam melakukan penelitian padahal pihak sekolah sudah sejak lama mempersilahkan peneliti untuk melakukan penelitian. Karena peneliti terlalu santai dalam pengerjaannya, penelitian baru bisa terlaksana bulan Februari 2016 yang lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV USULAN PROGRAM POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PROSES BELAJAR MENGAJAR PAK DI SEKOLAH
Pada bab ini penulis membahas upaya pengembangan pembelajaran dengan menggunakan pola Naratif Eksperiensial dalam rangka meningkatkan motivasi siswa mengikuti proses belajar mengajar PAK di SMP Kanisisus Gayam, Yogyakarta. Bagian ini menyampaikan usulan program pembelajaran Pendidikan Agama Katolik bagi siswa-siswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Usulan program ini dibuat berdasarkan hasil wawancara dari Guru PAK dan siswa- siswi SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta.
A. Pengertian Program Program adalah suatu hasil rancangan yang akan dijalankan yang bersifat jangka panjang atau jangka pendek dalam bentuk persiapan, pelaksanaan dan evaluasi (DGI 1979: 16). Hasil rancangan tersebut diusulkan untuk dilaksanakan guna memperoleh hasil yang diharapkan. Usulan program tersebut berupa program pembelajaran di sekolah yang berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Pola Naratif Eksperiensial. Usulan program ini hanya sebatas usulan berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di lapangan sebagai upaya penggunaan pola Naratif Eksperiensial untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. Dalam program ini peneliti menggunakan pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Naratif Eksperiensial sebagai pola pembelajaran di SMP Kanisius Gayam, Yogyakarta.
B. Latar BelakangProgram Berdasarkan keadaan nyata yang dialami oleh siswa-siswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, mereka mengakui bahwa mengikuti pendidikan agama memiliki manfaat yang positif yaitu menambah wawasan bagi mereka. Melalui belajar agama, mereka dapat mempelajari berbagai macam agama. Melalui belajar agama, siswa mampu menerapkan sikap dalam kehidupan sehari-hari karena dalam agama siswa diajarkan untuk hidup saling menghargai teman yang beda agama. Selama mengikuti pelajaran PAK di sekolah, sebagian siswa (38,89%) merasa bosan karena cara mengajar guru yang kurang menarik (lihat tabel 6: 3 pada Bab III). Dalam kegiatan proses belajar mengajar guru terkadang menggunakan pola naratif eksperiensial, namun disesuaikan dengan materi pembelajaran karena kurangnya fasilitas yang disediakan oleh sekolah seperti alat-alat elektronik yaitu CD film. Cerita sebenarnya dapat diolah dalam berbagai bentuk dengan menggunakan sarana lain seperti: film, video, cergam, permainan ataupun menyanyi. Itu semua dapat diolah berdasarkan kemampuan guru dalam mengolah cerita. Apabila guru memberikan nuansa lain terhadap cerita, dapat dipastikan siswa tidak akan merasa bosan. Kalaupun hanya dibacakan, itu mudah saja karena semua siswa dapat membacakan cerita. Cerita lebih menarik bila cerita tersebut memiliki manfaat atau nasihat baik bagi siswa untuk di praktikkan dalam hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk membuat suatu usulan program dengan membuat persiapan pelajaran agama melalui pola naratif eksperiensial. Adapun tujuan pola naratif eksperiensial adalah untuk memberikan warna dan bentuk pengajaran yang berbeda dari biasanya dan dapat membantu siswasiswi lebih bersemangat dalam belajar serta memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran agama. Selain itu, pola naratif eksperiensial juga menjadi masukan bagi guru agama sebagai salah satu bentuk pengajaran yang berbeda.
C. Tujuan Program Tujuan program ini adalah sebagai program/pegangan bagi guru agama dalam kegiatan proses belajar mengajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik bagi siswasiswi SMP Kanisius Gayam Yogyakarta khususnya kelas 8.
D. Pemilihan Program Dalam usulan program ini penulis memilih metode menggali pengalaman atau Katekese Eksperiensial dengan menggunakan pola Naratif Eksperiensial yang bertitik tolak dari cerita kehidupan seseorang, cerita pengalaman, permainan dan bernyanyi yang diolah dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Melalui metode ini, siswa diajak untuk mengalami dan bukan untuk mengetahui (Telaumbanua, 1999: 129). Sebelumnya penulis akan menjelaskan secara singkat pengertian pola naratif eksperiensial agar menjadi lebih memahami sebelum melaksanakan program tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1. Pola Pembelajaran PAK Pola atau pendekatan PAK merupakan suatu segi pendidikan iman yang menyeluruh dan mengandalkan kebebasan batin bagi setiap orang, maka Pendidikan Agama Katolik di SMP tidak menggunakan pola indoktrinasi (memaksakan suatu paham tertentu) kapada diri siswa. Oleh sebab itu, pola yang sesuai yaitu pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat Naratif-Eksperiensial. Pola yang dipakai dapat dikatakan sebagai pola interaksi (komunikasi) aktif untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran iman dalam hidup nyata. Pola ini diusulkan berdasarkan kurikulum PAK tahun 1994 dan menjadi pola alternatif dalam proses belajar mengajar PAK (Komkat KWI 2004c: 8) dan bertujuan memperluas pengetahuan iman katolik, membantu pergumulan agar dapat menghayati hidup beriman dan dialog antar iman umat beragama (Dapiyanta 2008 b: 73). Dalam pola ini kisah diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog dalam pengalaman hidup sehari-hari siswa (eksperiensial). Kisah dapat diambil dari Kitab Suci, riwayat hidup orang Kudus, cerita rakyat dan lain sebagainya. Sedangkan mitra dialog narasi adalah pengalaman (eksperiensial) hidup sehari-hari siswa (Komkat KWI 1999:8). Dalam buku Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Dasar (Dapiyanta 2008 b: 73) dijabarkan suatu pola atau pendekatan untuk
Pendidikan
Katolik di sekolah sebagai berikut: a. Pendekatan pergumulan (hasil lokakarya PAK di Malino) b. Pendekatan Naratif Eksperiensial c. Pendekatan Pembelajaran Aktif- Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
d. Pendekatan pembelajaran kooperatif dan beberapa pendekatan yang lain. Berdasarkan buku pegangan guru PAK, pendekatan yang hendaknya menunjang kompetensi siswa yakni: a. Memungkinkan siswa untuk aktif. Dia menjadi partisipan aktif dalam proses PAK. b. Apabila siswa menjadi partisipan, diandaikan dalam proses PAK ada interaksi antar siswa serta antara siswa dan guru. c. Interaksi yang terjadi hendaknya terarah, sehingga diandaikan ada suatu proses yang berkesinambungan. d. Interaksi yang berkesinambungan bertujuan untuk menginterpretasikan dan mengaplikasikan ajaran iman dalam hidup nyata, sehingga siswa menjadi semakin beriman.
2. Pengertian Naratif Eksperiensial Dalam sejarah cerita berasal dari tradisi yaitu tradisi kebudayaan yang diwariskan turun temurun secara lisan atau melalui gambar sebagai alat bantu untuk memudahkan orang utnuk mengingat isi cerita. Cerita yang berasal dari tradisi lisan hanya mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa dan nyanyian rakyat. (Danandjaja, 1984: 1-2, 5). Cerita dapat diartikan sebagai laporan mengenai suatu peristiwa di mana terjadi ketegangan dan juga kelegaan. Dalam cerita selalu terdapat tokoh-tokoh yang saling berhubungan. Peristiwa yang diceritakandapat sungguh-sungguh terjadi (historis) tetapi dapat juga merupakan khayalan (fiktif) (Komkat KWI, 1994:2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pengertian cerita sangat dipentingkan dalam komunikasi iman sehubungan dengan peristiwa-peristiwa nyata atau fiktif. Salah satu kekuatan cerita adalah komunikasi lisan seturut dengan awal terjadinya cerita. Cerita disampaikan secara lebih hidup, menarik dan membantu daya imajinasi pendengar terhadap tokohtokoh, alur cerita dan latar belakang permasalahannya, sehingga pendengar mudah mengingat ceritanya. Digunakannya pola Naratif Eksperensial berarti orang diajak untuk berdialog menentukan sikap sendiri melalui cerita. Cerita dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, cerita kanonis/Kitab Suci, cerita rakyat dan cerita kehidupan/pengalaman. Tiga jenis cerita mempunyai kekhasan untuk pelajaran agama dan cerita inilah yang diutamakan di dalam metode naratif eksperiensial (Komkat KWI 1994: 15). Oleh sebab itu, penjelasan dari tiga jenis cerita yaitu:
a. Cerita Kanonis/Kitab Suci adalah cerita yang termasuk daftar cerita Kitab Suci. Umumnya suatu peristiwa disampaikan secara lisan dahulu dan diberi penafsiran oleh tokoh-tokoh yang ada hubungannya dengan Allah. Misalnya dari Perjanjian Lama, pendamping dapat menggunakan cerita mengenai Yesus memaklumkan Kerajaan Allah lewat perumpamaan-perumpamaan. Kerajaan Allah adalah misteri. Allah hadir dan bertindak menyelamatkan kita, namun kita tidak dapat menangkap sepenuhnya dan Allah tetap merupakan rahasia bagi kita. Kita sebagai pendamping hendaknya dapat menceritakannya sesuai dengan bahasa anak- anak (Hofmann, 1994: 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
b. Cerita Rakyat adalah cerita yang merupakan warisan dari kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang. Cerita rakyat yang disampaikan kepada anakanak hendaknya mencerminkan kebijaksanaan hidup bersama. Yang paling penting adalah pendamping memanfaatkan cerita rakyat sebagai cerita yang dapat memperkembangkan hidup beriman anak. Selain itu perlu menyiapkan pendamping untuk menjadi pencerita yang baik dan mampu menyampaikan pesan lewat cerita (Komkat KWI, 1994:17). c. Cerita Kehidupan/Pengalaman adalah cerita nyata mengenai kehidupan seseorang atau pengalaman hidup sendiri atau pengalaman orang lain. Cerita hendaknya
disampaikan
dengan
penuh
penghayatan,
sehingga
tidak
membosankan anak- anak. Ide cerita harus disesuaikan dengan materi dan bahasa yang sesuai dengan tingkatan umur anak (Komkat KWI, 1994:20).
3. Pola Naratif Eksperiensial Dalam Dapiyanta (2008 b: 73) diketahui bahwa pengetahuan tentang iman Katolik pada anak-anak sangat kurang, maka tujuan yang hendak dikembangkan dalam PAK kurikulum 1994 adalah memperluas pengetahuan iman Katolik anak, membantu pergumulan untuk dapat menghayati hidup beriman anak dan dialog antar iman anak. Pelajaran Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman. Komunikasi iman itu mengandung unsur pengetahuan iman, pergumulan iman dan unsur penghayatan iman dalam pelbagai bentuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Bagi siswa yang beriman Katolik dan memiliki pengetahuan mengenai iman Katolik, komunikasi iman diharapkan membantu mereka dalam menggumuli dan menghayati hidup beriman. Hidup beriman juga tidak hanya bagi yang beriman
Katolik
melainkan
siswa
yang
beragama
lain
pun
dapat
mengkomunikasikan imannya melalui agamanya sendiri. Dengan adanya keterbukaan, pengharapan dan kebebasan dari masing-masing agama, komunikasi iman antar siswa semakin diperkaya (Jacobs 1992: 9). Berikut ini langkah-langkah pembelajaran pola Naratif Eksperiensial (Dapiyanta 2008 b:74): a. Cerita pengalaman/cerita kehidupan/cerita rakyat b. Pendalamancerita c. Cerita Kitabsuci d. Pendalamancerita e. Refleksi
4. Pola Naratif Eksperiensial di SMP
Pola Naratif Eksperiensial diterapkan dalam PAK dapat merangsang imajinasi siswa, menyapa siswa secara menyeluruh, baik segi kognitif maupun afektif dan bersifat menawarkan, membebaskan dan tidak menjejali (Komkat KWI 2004: 8). Kegiatan PAK harus berkisar pada ajaran Gereja Katolik dan hidup Kristiani yaitu bertumpu pada iman akan Yesus Kristus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Pendidikan Agama Katolik di SMP juga dilaksanakan untuk memberikan sumbangan bagi pembentukan dan pembangunan hidup beriman Kristiani para siswa untuk mengenal dan mencintai Yesus Kristus serta menerapkan iman Kristiani dalam hidup sehari-hari (Komkat KWI 1999:5-6). Menurut Ruedi Hofmann (1994:1), dalam kurikulum 1994 untuk pendidikan agama katolik di Indonesia dimana digunakan pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat “naratif eksperiensial”. “Naratif” berarti pola tersebut berdasarkan cerita, sedangkan kata “Eksperensial” menunjuk pada hubungannya dengan pengalaman. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan pola “naratif-eksperensial” kita harapkan umat kita akan memperoleh cerita yang berhubungan dengan pengalamannyasendiri. Pengertian di atas menjelaskan bahwa ”Naratif” adalah cerita, sedangkan ”Eksperiensial” adalah pengalaman. Naratif Eksperiensial adalah cerita pengalaman. Cerita pengalaman dapat berupa cerita kehidupan pribadi seseorang, kehidupan orang lain atau kehidupan tokoh-tokoh baik dalam Kitab Suci maupun tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.
E. Usulan Program Pola Naratif Eksperiensial Berikut ini adalah usulan program rencana pelaksanaan pembelajaran yang bisa digunakan dalam Pelajarana Agama Katolik secara khusus bagi kelas 8. Dalam penulisan ini penulis mengambil tema “masyarakat” dengan materi pokok “Pemuka Masyarakat” sebagai contoh persiapan pembelajaran dengan Pola Naratif Eksperiensial dalam PAK. Pada pengembangan program, penulis menjabarkan materi pokok yaitu “Pemuka Masyarakat” dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pola Naratif Eksperiensial sebagai materi yang akan dipraktikkan di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F.
Penjabaran Usulan Program
Tema umum: Orang Beriman Menanggapi Karya Keselamatan Allah dalam Memperjuangkan Lingkungan Hidup Tujuan umum: Memahami sebagai manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dan mampu menghormati agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama, bermasyarakat serta memperjuangkan lingkungan hidup.
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
Pertemuan 1
Beragama
a. Mampu
Pembukaan
Informasi
Kaset CD VCD
menjelaskan
- Doa pembuka
Nonton film
pengertian agama,
- Pengantar memasuki
Tanya jawab
hidup beragama dan kebebasan
Pelajaran Langkah I: Pemutaran
beragama menurut
film kehidupan “Rantai
pandangan Gereja
Perdamaian” (produk
katolik.
tidak jelas)
Sharing pengalaman Refleksi
Player
Yan van Paassen. (1986). Beberapa Masalah Hidup
TV
Beragama Dewasa Ini.
Alkitab
Jakarta: Obor.
Lagu-lagu
Konsili Vatikan II, Nostra Aetate. Art. 1.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
Pertemuan b. Mampu mengungkapkan perasaan prihatin terhadap hidup beragama dalam masyarakat saat ini. c. Mengungkapkan
Langkah II: Pendalaman film kehidupan Langkah III: Peneguhan Terang Tadisi Gereja. Langkah IV: Pergumulan film dan Tradisi Kristiani. Langkah V: Rangkuman Penutup.
Afra Siauwarjaya dan Th. Huber. (1987). Mengenal Iman Katolik. Jakarta Obor. A. Heuken. Ensiklopedi Gereja (A-G). AM. Harjana. (1993).
usaha-usaha yang
Agama yang Oetentik
dapat dilakukan
dan Tidak Oetentik.
untuk
Yogyakarta: Kanisius.
memperbaiki
Majalah Utusan. No.
hidup beragama di
4, tahun ke 51, April
masa sekarang.
2001, hal 2-5.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
Pertemuan 2
Beriman
a. Mampu menceritakan
Pembukaan Doa pembuka
pengalaman hidup Pengantar beriman seharihari dalam hubungannya dengan hidup beragama. b. Mampu memberikan
Langkah I: Penampilan cerita kehidupan Langkah II: Pendalaman cerita kehidupan Langkah III: Pandangan dalam Terang Kitab Suci. Langkah IV: Pergumulan
Informasi
Alkitab
Cerita KS
Lagu-lagu
KWI. (1996). Iman Katolik, Buku
Tanya jawab
Informasi dan
Sharing
Referensi. Yogyakarta
pengalaman Refleksi
Kanisius dan Obor. Afra Siauwarjaya dan Th. Huber. (1987). Mengenal Iman Katolik. Jakarta Obor. Majalah Hidup. No.
rencana-rencana
cerita kehidupan dan
17 tahun ke- 57 april
konkret dalam
Kitab Suci.
2003. Hal. 19.
mengamalkan
Langkah V: Rangkuman
iman yang taat
Penutup
AM. Harjana. (1993). Agama yang Oetentik
dalam hidup
dan Tidak Oetentik.
sehari-hari.
Yogyakarta: Kanisius.
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
Pertemuan
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Pemuka Masyarakat
a. Mampu
Pembukaan
menyebutkan
- Doa pembuka
nama dan
- Pengantar memasuki
mendeskripsikan
pelajaran
arti pemuka
Langkah I & II:
masyarakat.
Penampilan &
b. Mampu menjelaskan peran masyarakat yang baik dan benar. c. Mampu
pendalaman cerita pengalaman pribadi Langkah III: Pandangan dalam lagu “Bung Hatta” Langkah IV: Pergumulan
merencanakan dan
cerita pengalaman dengan
melaksanakan
lagu dan Kitab Suci.
Sharing pengalaman Informasi Diskusi
Pengalaman siswa Teks lagu “ Bung Hatta
Tanya jawab MP3 Refleksi
Leory Eims. (1981). 12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif. Terj. C. Th. Enni Sasanti, SP
Speaker
Bandung: Yayasan
Buku PAK
Kalam Hidup.
dan Religiositas
Mangunhardjana. (1976). Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. Lagu “Bung
pengamatan sikap
Langkah V: Rangkuman
Hatta”
masyarakat
Penutup
(dinyanyikan
terhadap pemuka
oleh Iwan Fals).
masyarakat.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No
Judul
Tujuan Pertemuan
Uraian materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
Pertemuan 4
Menjaga
a. Mapu memberikan Pembukaan
Kelestarian
cerita-cerita kasus
- Doa pembuka
Lingkungan
perusakan alam
- Pengantar memasuki
Hidup
ciptaan beserta penyebab dan akibat-akibatnya. b. Mampu menyebutkan
Sharing pengalaman Informasi
Pengalaman siswa Teks cerita
Buntaran, Frendy. (1996). Saudara Bumi Saudara Manusia
Rakyat
“Sikap Iman dan
Betung
Kelestarian
Buku PAK
Lingkungan”.
pendalaman cerita
dan
Yogyakarta: Kanisius.
pengalaman pribadi
Religiositas Depdikbud. (1992).
Pelajaran Langkah I & II: Penampilan &
Diskusi Tanya jawab Refleksi
upaya-upaya untuk Langkah III: Pandangan
Pesen-pesan
melestarikan
dalam cerita rakyat
Keseimbangan
lingkungan hidup
“Betung”
Lingkungan dalam
c. Menyusun rencana Langkah IV: Pergumulan untuk membuat
cerita pengalaman dengan
gerakan cinta
cerita rakyat
lingkungan hidup di sekolah dan
Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tengah.
Langkah V: Rangkuman Penutup
dirumah
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
G. Pengembangan Program RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN POLA NARATIF EKSPERIENSIAL 1. Identitas a. Kelas
: 8B
b. Materi Pokok
: Pemuka Masyarakat
c. Waktu
: 2 X 45 Menit
d. Kompetensi Dasar Menyadari hak dan kewajibannya sebagai orang beriman Kristiani di tengah masyarakat yang dipanggil untuk ikut bertanggung jawab dalam membangun hidup bersama dan bermasyarakat. e. Indikator ▪
Mampu menyebutkan nama dan mendeskripsikan arti pemuka masyarakat.
▪
Mampu menjelaskan peran masyarakat yang baik dan benar.
▪
Mampu merencanakan dan melaksanakan pengamatan sikap masyarakat terhadap pemuka masyarakat.
f. Bahan Kajian ▪
Nama dan arti pemuka masyarakat.
▪
Peran pemuka masyarakat yang baik dan benar.
▪
Sikap masyarakat terhadap pemuka masyarakat.
g. Metode
: Sharing pengalaman, Informasi, Diskusi, Tanya jawab, Refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
h. Sarana
: Pengalaman siswa, Teks lagu “Bung Hatta” dan MP3.
i. Sumber Bahan ▪
Leory Eims. (1981). 12 Ciri Kepemimpinan yang Efektif. Terj. C. Th. Enni Sasanti, SP Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
▪
Mangunhardjana. (1976). Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius.
▪
Lagu “Bung Hatta” (dinyanyikan oleh Iwan Fals).
2. Pemikiran Dasar Pemimpin adalah seseorang yang mampu memberi contoh yang baik dan benar terhadap anak buahnya atau anggotanya. Begitu juga dengan istilah di dalam sekolah, setiap kelas harus memiliki ketua kelas. Pemilihan ketua kelas berdasarkan kepercayaan dari teman-temanya atas dasar tertentu. Mereka memilih salah satu temannya untuk menjadi pemimpin agar menjadi contoh bagi teman lainnya. Namun kesempatan ini dimanfaatkan bagi mereka yang menjadi ketua kelas dengan melakukan tindakan yang kurang logis atau hanya sekedar dimanfaatkan untuk bermain-main. Seperti halnya pada saat SMP, ketua kelas terkadang mengajak teman-teman untuk membolos ataupun membuat suasana gaduh. Dalam situasi saat ini mencari pemimpin yang baik dan benar dirasa sulit karena mereka manfaatkan untuk kepentingan pribadi. Pemimpin yang baik mengarahkan tindakannya berdasarkan kehendak Allah dan kepentingan anggotanya. Pemimpin yang mengarahkan tindakannya kepada Allah ia akan berusaha melakukan tindakan-tindakan berdasarkan kehendak Allah. Dengan kepercayaan ini, pemimpin merasa dikenal olah Allah, maka dia berani dan tidak ragu-ragu dalam melaksanakan tindakannya karena sesuai dengan kehendak Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Ia yakin akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya memenuhi harapan dan kebutuhan anggotanya. Contoh pemimpin yang baik dalam Perjanjian Lama adalah Musa. Musa sebagai pemimpin, hadir di depan bangsanya untuk menampilkan kehadiran Allah yang menyelamatkan mereka. Di samping itu juga masih banyak tokoh seperti Musa dalam Kitab Suci yaitu Gideon, Samuel, Daud dan Yesus dalam Perjanjian Baru. Pemimpin yang baik sebagai simbol kehadiran Allah dan pantas dihormati. Gereja dan agama-agama lain mengajarkan sikap hormat dan taat terhadap pemimpin antara lain mentaati pemimpin yang sah sebagai simbol kehadiran Kerajaan Allah. Melalui proses pembelajaran ini, melalui pemahaman pemimpin yang baik, para siswa diharapkan sejak dini siap mengarahkan dan mengembangkan diri menjadi pemimpin yang baik di masa depan. Mereka dapat mengembangkan diri kearah kepemimpinan Kristiani dengan mulai mencermati dan meneladan yang baik melalui pemuka masyarakat ataupun tokoh masyarakat yang baik. Di samping itu pula para siswa diharapkan dapat tertarik dan terpanggil menjadi pemimpin masyarakat yang baik.
3. Proses Pembelajaran Aktivitas
Alat/Bahan/
Alokasi
Guru
Siswa
Sarana
Waktu
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pembuka ▪ Mengucapkan salam kepada para siswa
5 menit ▪ Menjawab sapaan dari guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(1) ▪ Meminta salah satu siswa untuk memimpin doa
(2)
(3)
(4)
▪ Memimpin doa pembuka
pembukaan ▪ Menyampaikan materi yang akan dibahas
▪ Menyimak dan mendengarkan guru
2. Inti
30 menit
a. Langkah I & II: Menyampaikan cerita dan pendalaman pengalaman ▪ Memulai tanya jawab
▪ Tanya jawab dengan guru
tentang menjadi pemimpin
tentang menjadi
dengan panduan pertanyaan:
pemimpin
✓ Apakah anda pernah menjadi pemimpin? ✓ Bagaimana kesanmu menjadi pemimpin? ✓ Bagimana sikap anda menjadi pemimpin pada saat itu? ✓ Apa yang harus anda lakukan untuk menjadi pemimpin yang baik dan benar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(1) ▪ Memberikan kesempatan
(2) ▪ menceritakan
kepada beberapa siswa
pengalamannya
untuk menceritakan
menjadi
pengalamannya menjadi
pemimpin
(3)
(4)
▪ Pengalaman Siswa
pemimpin. ▪ Mengajak siswa untuk
▪ Masing-masing
merefleksikan diri tentang
siswa
pemimpin yang baik dan
merefleksikan
benar.
diri
b. Langkah III: Pemantapan
30 menit
melalui cerita pengalaman dengan lagu dan Kitab Suci ▪ Mengajak siswa untuk
▪ Menyanyikan
menyanyikan lagu “Bung
lagu bersama-
Hatta” (lampiran 4, hal. 22)
sama
▪ Mengajak siswa
▪ Mendiskusikan
▪ Teks lagu “Bung Hatta” ▪ MP3 ▪ Speaker
mendiskusikan lagu dalam
lagu dalam
(pengeras
kelompok kecil dengan
kelompok kecil
suara)
panduan pertanyaan: ✓ Berdasarkan lagu tersebut, sebutkan sifatsifat yang menonjol dari Bung Hatta? ✓ Bagaimana kesan anda terhadap Bung Hatta? ✓ Sebutkan dan jelaskan tokoh-tokoh idola anda yang adalah pemuka masyarakat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(1)
(2)
(3)
c. Langkah IV: Pergumulan
20 menit
cerita pengalaman dengan lagu dan Kitab Suci. ▪ Memberikan kesempatan
▪ Mempresentasi
siswa untuk
kan hasil diskusi
mempresentasikan hasil
kelompok.
diskusi kelompok. ▪ Memberikan kesempatan
▪ Melakukan
kepada siswa untuk
Tanya jawab
bertanya kepada kelompok
kepada
lain.
kelompok lain.
▪ Mengajak siswa untuk
▪ Menghubungkan
menghubungkan pandangan
pandangan dari
dari cerita pengalaman
cerita pengalan
dengan lagu tentang pemimpin yang baik dan benar yang mampu menjadi teladan bagi anggotanya. ▪ Memberikan penegasan dan
▪ Mendengarkan
▪ Kitab Suci
peneguhan melalui Kitab
dan menyimak
atau teks
Suci perjanjian Lama dari
penegasan dan
Kitab Suci
Kel 3: 7-10 tentang
peneguhan dari
Kel 3:7-10
perjalanan Musa memimpin
guru dengan
bangsa Mesir keluar dari
lagu
negaranya menuju ke Tanah Kanaan (Tanah Terjanji).
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
(1)
(2)
d. Langkah V: Rangkuman ▪ Bersama siswa
(3)
(4) 4 menit
▪ Menyimak
menyimpulkan hasil
pembicaraan
pembelajaran.
siswa lain dan guru
3. Penutup ▪ Mengajak siswa untuk
1 menit ▪ Memimpin doa
menutup proses pembelajaran dengan doa.
H. Laporan dan Refleksi atas Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pola Naratif Eksperiensial di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta dengan tema “Masyarakat” dan materi pelajaran “Pemuka Masyarakat”
Pada bagian ini akan disajikan refleksi atas Pelaksanaan Pembelajaran setelah penulis melaksanakan usulan program berupa program pembelajaran di sekolah yang berbentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Pola Naratif Eksperiensial bagi siswa-siswi di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Pelaksanaan program ini dilaksanakan tanggal 18 Maret 2016, pukul 10.30 - 11.45 WIB kelas 8B dengan mengambil jam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Dalam refleksi ini penulis mengambil tema Masyarakat dan secara khusus mengambil sub tema Hidup di Tengah dan Bersama Masyarakat dengan materi pokok Pemuka Masyarakat sebagai contoh persiapan pembelajaran dengan Pola Naratif Eksperiensial dalam PAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Berikut ini pokok-pokok yang akan direfleksikan dalam pelaksanaan pembelajaran bagi siswa-siswi di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta dengan materi pokok Pemuka Masyarakat: a. Tema Tema dalam pembelajaran di SMP Kanisius Gayam adalah ”Masyarakat” dengan membahas materi pelajaran Pemuka Masyarakat. Tema dan materi pelajaran diangkat berdasarkan diskusi yang mendalam antara penulis dan guru PAK. Dalam materi pelajaran Pemuka masyarakat, penulis mengajak siswa- siswi untuk memahami arti, peran dan tugas serta merencanakan suatu pengamatan sikap masyarakat terhadap Pemuka Masyarakat. Setelah mempelajari tema tentang “Pemuka Masyarakat”, siswa-siswi diajak untuk memiliki peranan yang baik dan benar menjadi pemimpin di masa depan agar apa yang menjadi tindakannya dapat menuai hasil demi kesejahteraan anggotanya.
b. Tujuan Tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran yang telah kami laksanakan adalah memahami keberadaan pemuka masyarakat, maka dari itu kita hendaknya memahami arti, peran dan tugas serta merencanakan suatu pengamatan sikap masyarakat (kita) terhadap Pemuka Masyarakat. Dengan bantuan tugas dari guru PAK yaitu mencari dan mewawancarai Pemuka Masyarakat yang ada dalam lingkungan tempat tinggal siswa. Pemuka masyarakat identik dengan pemimpin. Maka Oleh sebab itu, siswa dibantu untuk mengungkapkan pengalamannya atau fakta yang telah dialami menjadi seorang pemimpin seperti Ketua OSIS, Ketua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kelas, Ketua Regu Pramuka dan masih banyak lagi. Pengalaman atau fakta yang telah diungkapkan siswa ditanggapi dan didalami bersama-sama dalam proses tanya jawab. Melalui proses pendalaman pengalaman tersebut, siswa dapat menyadari bahwa apa yang menjadi contoh sebagai seorang pemimpin yang baik dan benar sulit dijalankan. Tujuan pembelajaran dapat dikatakan tercapai, tetapi tidak sepenuhnya karena kendala dari kurangnya waktu yang disediakan sekolah.
c. Pengembangan langkah Dalam pengembangan langkah penulis membuat skema untuk mempermudah dalam melihat proses pembelajaran: a. Pembuka b. Inti 1) Langkah I & II: Menyampaikan dan pendalaman cerita pengalaman 2) langkah III: Pemantapan melalui cerita pengalaman dengan lagu “Bung Hatta” 3) Langkah IV: Pergumulan cerita pengalaman dengan lagu dan Kitab Suci. 4) Langkah V: Rangkuman c. Penutup i. Kelancaran Pembelajaran yang telah kami laksanakan dapat berjalan lancar walaupun mengalami sedikit hambatan yaitu siswa yang sering membuat suasana gaduh atau keributan dengan siswa lainnya, sehingga perlu menyapa mereka yang membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
keributan dulu agar dapat memperhatikan dan mendengarkan siswa lainnya yang ingin menyampaikan pendapat.
ii. Keruntutan Pembelajaran yang telah kami laksanakan tidak berjalan runtut sesuai dengan apa yang telah kami rencanakan. Dalam pelaksanaan, terutama pada saat membahas lagu ”Bung Hatta”, kami ganti dengan tanya jawab kepada siswa secara langsung. Hal ini tidak dimungkinkan karena waktu yang digunakan akan habis untuk diskusi dengan melihat keadaan siswa yang sulit untuk benar-benar memperhatikan guru. Namun pada saat kami mengajak siswa untuk menghubungkan pandangan dari cerita pengalaman dengan lagu tentang pemimpin yang baik dan benar, kami membuat beberapa pertanyaan untuk didiskusikan bersama teman satu meja (lihat lampiran 21).
iii. Kesinambungan Pembelajaran yang telah kami laksanakan dapat berlangsung secara berkesinambungan antara langkah yang pertama dengan langkah berikutnya (lihat lampiran 21).
d. Komunikasi Iman Pola Naratif Eksperiensial yang telah kami gunakan dalam proses pembelajaran PAK, terjadi komunikasi iman antara pengalaman siswa/fakta dengan Kitab Suci sudah cukup sempurna (lihat lampiran 21). Keterbatasan waktu menjadi kendala dalam proses pembelajaran sehingga beberapa siswa tidak sempat mengungkapkan pengalamannya yang dikomunikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dengan Kitab Suci dan agama lainnya. Oleh sebab itu, setelah bel pergantian pelajaran, kami menyempatkan waktu 5 menit untuk menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah disampaikan yaitu menjadi seorang pemimpin yang baik dan benar. Pemimpin yang baik dan benar adalah pemimpin yang mampu memberikan contoh yang baik bagi anggotanya.
e. Sarana dan Metode Sarana yang kami gunakan dalam pembelajaran adalah lagu ”Bung Hatta” dan Kitab Suci dari Injil Yohanes (Yoh 10: 11-15) tentang Gembala yang Baik karena dengan lagu dan Kitab Suci dapat membantu siswa untuk menggali pengalaman dalam mendalami peranan pemimpin yang baik dan benar. Setelah pembelajaran dilaksanakan, kami melihat bahwa beberapa siswa memahami lagu tersebut dengan ikut menyanyikan lagu tersebut. Lagu dapat membantu siswa mengungkapkan pengalamannya maupun fakta-fakta yang ada di sekitarnya. Metode yang kami gunakan dalam pembelajaran adalah sharing pengalaman, mendengarkan lagu, tanya jawab, diskusi dan informasi. Setelah kami refleksikan, metode yang kami pilih sesuai dan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Dengan metode sharing pengalaman, kami memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pengalamannya dengan bantuan metode tanya jawab sehingga memancing siswa untuk dapat mengungkapkan pengalamannya. Metode mendengarkan lagu, sangat membantu siswa untuk berefleksi tentang peranan pemuka masyarakat sehingga membantu siswa melakukan metode diskusi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
membahas permasalahan, sedangkan metode informasi, kami memberikan masukan ataupun kesimpulan pada siswa yang tentunya berguna bagi pengetahuan siswa. Cerita dalam bentuk pengalaman siswa dalam hidup sehari-hari dapat membuat siswa semakin bersemangat untuk mengungkapkan pengalamannya. Mereka berani mengungkapkan pengalamannya dan berani menjawab atas pertanyaan/respon dari teman-temannya. Dalam hal ini siswa-siswi lebih banyak diajak untuk berbicara dari pada mendengarkan informasi atau penjelasan guru. Siswa diajak untuk mengolah pengalamannya agar mereka dapat berbagi dengan teman lainnya. Sebaliknya pada saat kami memberikan peneguhan dalam bentuk informasi, sebagian siswa-siswi lebih suka bermain dan berbicara dengan teman satu meja. Dengan demikian, melalui dua kasus di atas menyatakan bahwa cerita membawa dampak positif bagi motivasi belajar siswa-siswi dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik karena mereka berperan aktif dalam menggali cerita.
f. Suasana pembelajaran dalam Kelompok Setelah kami refleksikan, suasana pembelajaran dalam kelompok dapat terjalin keakraban antara sesama siswa lainnya maupun antara guru (penulis) dengan siswa. Pembelajaran yang kami laksanakan dapat hidup karena peserta mau terlibat aktif dengan mengungkapkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
g. Tanggapan dan keterlibatan siswa-siswi Tanggapan siswa cukup baik, hal itu ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tanggapan siswa yang cukup baik, kami merefleksikan bahwa tujuan akan dapat tercapai jika siswa memberikan tanggapan yang baik pula.
h. Penguasaan bahan dan penyajian materi Dalam penguasaan bahan, kami merasa sudah menguasai bahan yang akan disajikan. Kami sudah berusaha untuk mempelajari dan merenungkan isi lagu dan Kitab Suci sehingga dapat kami pahami. Penguasaan bahan mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran. Bahan sudah kami kuasai dengan baik maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan materi dapat disajikan dengan baik sehingga siswa terlibat dan mengikuti jalannya proses pembelajaran.
i. Peningkatan Motivasi Belajar Belajar Siswa Dalam proses belajar mengajar siswa, dibutuhkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik karena dengan adanya motivasi dari siswa-siswi dapat secara otomatis meningkatkan hasil belajar siswa . Oleh sebab itu, selama
proses
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Katolik,
kami
berusaha
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan melakukan tanya jawab. Tanya jawab ini berfungsi sebagai tindakan yang dapat meningkatkan motivasi siswa mengikuti pelajaran agama. Hasilnya, siswa bersemangat mengungkapkan pendapatnya yang disertai dengan pendapat dari siswa lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
j. Hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran Setelah kami melaksanakan proses belajar mengajar dan merefleksikan, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam pembelajaran, yaitu: i. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menggunakan waktu sebaikbaiknya dalam mengkomunikasi iman, sehingga tidak hanya inventarisasi pengalaman siswa saja, karena yang dibutuhkan dalam pola Naratif Eksperiensial adalah komunikasi iman. ii. Kami sebagai guru yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran, hendaknya memahami keadaan psikologi siswa usia SMP. Usia SMP memengaruhi proses pembelajaran karena mereka masih suka bermain-main. Oles sebab itu diperlukan kesabaran bagi guru dalam membina mereka. iii. Motivasi masih perlu ditingkatkan lagi dengan berbagai macam cara agar apa yang kita berikan demi peningkatan hasil belajar belajar siswa dapat benar-benar berjalan dengan baik. Dengan demikian, tugas guru tidak hanya mengajar melainkan memberikan motivasi belajar siswa untuk mencapai tujuan bersama yaitu peningkatan hasil belajar siswa .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Pada akhir skripsi ini, penulis membahas dua bagian pokok yaitu kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan membahas tentang gagasan-gagasan pokok dari keseluruhan penulisan skripsi ini. Bagian saran membahas usaha yang diharapkan untuk mendukung proses pembelajaran PAK di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa.
A. Kesimpulan Pembelajaran dengan pola Naratif Eksperiensial merupakan pendekatan dengan bahan/materi yang disampaikan melalui cerita (narasi) sebagai mitra dialog dalam pengalaman hidup siswa yang dialami bersama sebagai saksi penghayatan iman siswa (eksperiensial), sehingga diperoleh pengalaman yang baru dalam menghayati iman hidup sehari-hari. Pola Naratif Eksperiensial merupakan suatu sistem pengajaran yang memiliki kerangka tertentu antara lain penampilan cerita kehidupan/rakyat, pendalaman cerita, penampilan cerita Kitab Suci/Tradisi Gereja, refleksi dan rangkuman. Pelajaran agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi atau interaksi iman. Komunikasi iman itu mengandung unsur pengetahuan iman, pergumulan iman dan unsur penghayatan iman dalam pelbagai bentuk. Dalam pola komunikasi bahan diharapkan menjadi mitra dialog yang hidup, menarik dan tidak memaksa bagi peserta, maka bahan diolah dalam bentuk cerita. Cerita membantu siswa dalam membuka dan menyapa pengalamannya
secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88 terbuka, tidak memaksa dan tidak mengindoktrinasi sehingga terjadi komunikasi yang menciptakan iklim untuk memperkembangkan kreativitas siswa. Pola komunikasi juga diharapkan dapat membantu dalam penghayatan hidup beriman siswa melalui sharing pengalaman hidup siswa sehari-hari. Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa mengikuti pendidikan agama Katolik, guru dapat menerapkan pembelajaran dengan pola Naratif Eksperiensial untuk memungkinkan siswa terlibat aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan pola Naratif Eksperiensial berarti mendorong siswa mengikuti proses belajar mengajar PAK yang menarik dari pelajaran lainnya. Guru adalah penentu arah kemana kegiatan siswa diarahkan. Guru juga diharapkan menyediakan fasilitas untuk menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu juga guru diharapkan menumbuhkan sikap kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam tugas atau motivasi tugas (Task Motivation). Membangkitkan motivasi intrinsik merupakan bagian dari usaha guru dalam mengaktifkan siswa, karena tugas guru adalah memberikan motivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan agar anak mendapat perubahan perilaku yang diharapkan. Faktor pendukung dalam proses belajar mengajar adalah ketenangan dan suasana kelas karena sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar PAK. Selain itu, dijaman sekarang, guru diharapkan dapat memanfaatkan berbagai macam sarana yang dapat membantu dalam menyampaikan cerita yaitu melalui gambar, patung, foto, alam, ataupun audio visual agar siswa semakin bersemangat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89 mendapat pengetahuan baru. Di samping itu juga unsur permainan atau pemberian hadiah memacu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti PAK.
B. Saran 1. Saran bagi Sekolah Dalam rangka pembelajaran dengan pola Naratif Eksperiensial di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, penulis menyarankan kepada pihak sekolah agar menyediakan fasilitas yang dapat menunjang atau mendukung pengembangan pembelajaran pola Naratif Eksperiensial. Disamping itu juga, pihak sekolah hendaknya memberi kesempatan kepada para guru khususnya guru agama untuk menggunakan sistem pembelajaran dengan pala Naratif Eksperiensial dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru yang menggunakan Pola Naratif Eksperiensial, pengalaman siswa dapat digali melalui kehidupan sehari-hari sehingga tidak hanya memberikan materi dari buku panduan saja melainkan dari pengalaman siswa yang nyata.
2. Saran bagi Guru PAK Pengabdian
seorang
guru
PAK
merupakan
sumbangan
berharga
bagi
perkembangan pendidikan dan pembelajaran PAK di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Maka dari itu penulis menyarankan kepada guru PAK agar selalu membuka diri terhadap perkembangan zaman dan perkembangan siswa-siswi agar terjadi komunikasi iman dalam menjawab panggilan sebagai pendidik Kristiani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90 Dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa mengikuti pendidikan agama Katolik, penulis menyarankan kiranya guru dapat menggunakan pendekatan/pola Naratif Eksperiensial sebagai pendekatan yang mementingkan pengalaman siswa. Dengan demikian siswa dapat menggumuli pengalaman imannya dalam hidup sehari-hari. Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran, maka dari itu penulis menyarankan supaya pengembangan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam proses komunikasi dalam kelompok maupun dengan guru. Maka dari itu, penulis menyarankan kepada guru agama hendaknya memperhatikan perkembangan psikologi anak usia SMP. Dengan demikian, guru dapat menggunakan berbagai macam cara sesuai perkembangannya untuk mengaktifkan siswa seperti memberikan cerita dalam bentuk permainan, nyanyian, cerita lucu atau puisi. Pola Naratif Eksperiensial tidak langsung diarahkan pada “hidup baik” namun memiliki tujuan supaya siswa-siswi memiliki cerita yang menjadi bekal, sehingga dapat memampukan dirinya untuk mengatur hidupnya sendiri. Oleh sebab itu penulis menyarankan kepada guru PAK dalam memberikan cerita tidak hanya sebatas menceritakan saja namun membantu siswa dalam mengarahkan isi cerita agar lebih bermakna bagi hidup siswa. Demikianlah kesimpulan saran yang disampaikan penulis kepada pihak sekolah dan guru PAK sebagai bahan pertimbangan dalam mewujudkan pembelajaran dengan pola Naratif Eksperiansial yang memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91 dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Semoga melalui pendidikan agama, iman siswa semakin berkembang dan semakin memiliki motivasi untuk belajar dan terus belajar dalam memujudkan cita-cita demi masa depan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
Daftar Pustaka Danandjaja, J. 1984. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-Lain. Jakarta: Grafiti Pers. Dalyono. Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia. Dapiyanta, FX. (2008a). Pendidikan Agama Katolik pada Tingkat Pendidikan Dasar. Yogyakarta : IPPAK-USD. . (2008b). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama IPPAK-USD.
Katolik. Yogyakarta:
Dedy Pradipto, J. (2007). Belajar Sejati VS Kurikulum Nasional. Yogyakarta: Kanisius. Depdikbud. (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar: landasan, program dan pengembangan. Jakarta. . (1989). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV. Eko Jaya Jakarta. Dewan Gereja-gereja di Indonesia. (1979). Pedoman Perencanaan Program. Jakarta: Institut Oikoumene Indonesia. Drewers. (19960. Penafsiran Naratif. Ekawarta, No. 01/XV. Drost, J.I.M. (1998). Sekolah: Mengajar atau Mendidik?. Yogyakarta: Kanisius. Handoko., Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius. Hofmann, Ruedi. (1988). Sebuah Gagasan: Kitab Suci dan Sekolah Minggu. Rohani, Januari, hh. 10-13. . (1994). Pola Naratif – Eksperiensial dalam Pendidikan Agama.
Ekawarta,
No.4/XIV, hh. 26-43. Hermawan Wasito. (1997). Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) dan PT Gramedia Pustaka Utama. Jacobs, Tom. (1992). Silabus Pendidikan Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Nina Komala. (1992). Kemampuan Mengajar Agama Katolik. Seri Pastoral 215. Nana Sudjana. (1989a). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru. . (1989b). Dasa-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Setyakarjana, J. (1982). Bagaimana Membuat Satuan-satuan Pelajaran ”Pelajaran Agama Katolik di Sekolah” dalam Rangka Pendidikan Iman. Yogyakarta: Pradnyawidya. Shalahuddin, Mahfudh. (1990). Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT Bina Ilmu. Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor. Warkitri, H. & dkk. (1990). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Karunika Universitas Terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1
A. Pedoman wawancara untuk Guru PAK dalam proses belajar mengajar Pertanyaan: 1. Apakah Anda mengajar sesuai dengan bidangnya? 2. Apakah metode yang Anda gunakan dalam proses belajar mengajar? 3. Sarana/media dan pola pembelajaran seperti apakah yang Anda gunakan dalam mengajar PAK? 4. Bagaimana cara Anda mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar? 5. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar? 6. Bagaimana keterlibatan siswa dengan teman sekelas saat sedang mengadakan proses belajar mengajar? 7. Apa kendala-kendala saat terjadinya proses belajar mengajar? B. Pedoman wawancara untuk untuk siswa/i kelas 7, 8 dan 9 Pertanyaan: 1. Bagaimana cara mengajar Guru PAK? 2. Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK? 4. Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat dalam mengukuti PAK? 7. Apa saran Anda agar pelajaran PAK lebih menarik? 8. Hal apa saja yang mendukung dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan guru PAK Bapak Benedictus Gerilyadi Guru Agama Katolik SMP Kanisius Gayam Pertanyaan Wawancara 1. Apakah anda mengajar sesuai dengan bidangnya? 2. Apakah metode yang Anda gunakan dalam proses belajar mengajar? 3. Sarana, media dan pola pembelajaran seperti apakah yang Anda gunakan dalam mengajar PAK? 4. Bagaimana cara Anda mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar? 5. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar? 6. Bagaimana keterlibatan siswa dengan teman sekelas saat sedang mengadakan proses belajar mengajar? 7. Apa kendala-kendala saat terjadinya proses belajar mengajar?
Jawaban Responden Saya mengajar sesuai dengan bidang saya. Saya tidak hanya mengajar di SMP ini, saya pernah mengajar di SD dan SMP lainnya sebelumnya. Kami didalam kelas mengasuh dalam persiapan, dengan menggunakan cerita, Tanya jawab, diskusi kelompok, menyanyi, atau tambahan sedikit dengan sharing Sarana/alatnya memakai gambar, CD tapi jarang dan itu kalau kebetulan sesuai dengan pelajaran. Saya sering menggunakan pola naratif ekperiensial disesuaikan dengan mata pelajaran saat itu untuk interaksi, tanya jawab dengan murid. Memberikan suatu pertanyaan dan tugas baik dalam kelas maupun dirumah Sebagaian besar anak-anak senang dengan agama. Namun ada anak-anak tertentu yang mengganggu karena tidak senag agama. Mereka suka ngomong sendiri. Keterlibatan anak-anak dalam belajar mengajar cukup baik. Namun ada beberapa siswa yang tidak ikut terlibat untuk diskusi tetapi dia menjawab dengan jawaban sendiri. 1. Ada anak yang tidak ingin kerja kelompok tetapi mau mengumpulkan tugasnya dengan hasil karya sendiri. 2. Suatu hari saya pernah menemukan anak yang ijin ke toilet untuk buang air, namun ternyata ada salah satu temannya yang menemukannya sedang merokok di toilet dan temannya itu melaporkannya ke saya. Saran saya, terhadap anak-anak mengalami masalah (merokok) saya dekati dan saya pantau dan saya tanya
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 Hasil wawancara dengan siswa Responden 1 Kelas 7A Saudari Monrica Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
2. Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat dalam mengukuti PAK? 7. Apa saran Anda agar pelajaran PAK lebih menarik? 8. Hal apa saja yang mendukung dalam proses belajar mengajar PAK?
Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab suci jarang, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup Buku dan TV, alat tulis Sedikit, kadang-kadang keluar konteks Sedikit-sedikit karena tergantung keadaan kita Seru, menyenangkan, bisa mendalami apakah itu agama Banyak, bisa lebih mengenal agamaagama lain, lebih mendalami agama yang kita anut Lebih banyak sharing, kedekatan guru dengan murid dan murid juga harus ada interaksi baik dengan guru Dukungan dari orang tua. Cara mengajar guru yang fokus pada pelajaran sehingga mudah disangkut pautkan dengan kehidupan sehari-hari Keadaan kelas yang ramai
9. Hal apa saja yang menghambat dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam 80% mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 2 Kelas 7A Saudara Evan Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
2. Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat dalam mengukuti PAK? 7. Apa saran Anda agar pelajaran PAK lebih menarik? 8. Hal apa saja yang mendukung dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam belajar mengikuti proses mengajar PAK?
Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab suci, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup Film Sudah baik dan cocok Kadang-kadang tergantung mood
Senang, dapat belajar banyak Kita bisa belajar dengan apa yang diajarkan Suasana harus mendukung, terkadang ada yang ramai Ketenangan kelas
Suasana kelas yang ribut
75%
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 3 Kelas 7A Saudari Rosa
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
Jawaban Responden 1. Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab suci jarang, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup 2. Sarana manakah yang digunakan Buku, nonton film oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Sudah baik dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi Kadang-kadang, tergantung hati, kalau yang disampaikan oleh Guru tidak mood jadi malas ikut pelajaran PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Menarik PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Kita bisa sharing antar agama lain, kita dalam mengukuti PAK? dapat ajaran agama-agama lain, kita tidak membeda-bedakan 7. Apa saran Anda agar pelajaran Sharing, nonton film, belajar diluar kelas PAK lebih menarik? atau praktek 8. Hal apa saja yang mendukung Ketenangan kelas dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Ramai dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam 60% mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 4 Kelas 7B Saudara Yulian
1. 2. 3. 4.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK? Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK?
Jawaban Responden Pembukaan, cerita, mengerjakan soalsoal, sharing dan ditutup dengan doa Memakai film, lagu-lagu Supaya lebih di jelaskan lagi, diberi pertanyaan-pertanyaan, Sedikit memahami karena belum jelas
Senang, bisa banyak ilmu, bisa bersosialisasi dengan teman yang beda agama 6. Manfaat apa yang Anda dapat Bisa mengetahui sejarah-sejarah Kristus, dalam mengukuti PAK? tambah wawasan yang menurut anak-anak 7. Apa saran Anda agar pelajaran Dibuat PAK lebih menarik? menyenangkan, menyediakan waktu untuk saling mensharkan keinginan siswa agar pelajaran disukai siswa 8. Hal apa saja yang mendukung Saling kerjasama dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana kelas yang ramai dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 75% belajar mengikuti proses mengajar PAK? 5.
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 5 Kelas 7B Saudari Ajeng
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
Jawaban Responden 1. Berdoa, pembahasan materi, pertanyaan, pembahasan soal, tanya jawab dan penutup 2. Sarana manakah yang digunakan Papan tulis, film, buku panduan oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Menarik dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi Memahami yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Lebih leluasa karena kita diberi PAK? kesempatan untuk sharing 6. Manfaat apa yang Anda dapat Lebih terbuka untuk mengatasi masalahdalam mengukuti PAK? masalah 7. Apa saran Anda agar pelajaran Diberi penjelasan yang lebih maksimal PAK lebih menarik? 8. Hal apa saja yang mendukung Mencapai nilai baik, pendalaman iman dalam proses belajar mengajar religiositas PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana kelas yang terlalu ramai, dalam proses belajar mengajar terkadang ada murid yang tidak peduli PAK? dengan guru 10. Bagaiman minat Anda dalam 70% mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 6 Kelas 7B Saudari April Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
Jawaban Responden 1. Berdoa, pembahasan/ penjelasan dari guru, latihan soal, hari berikutnya kita ulangan 2. Sarana manakah yang digunakan Buku religiositas nonton TV, bermain oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Terkadang membosankan karena dengan cara mengajar Guru PAK pelajaran agama hanya di kelas, kalau bisa diadakan pelajaran agama katolik di luar kelas. 4. Apakah Anda memahami materi Sebagaian besar saya memahami karena yang disampaikan oleh Guru suasana kelas yang gaduh, kita sering PAK? menyepelekan guru dan guru sudah tua 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Senang, bangga, menyenagkan PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Kita dapat manfaat dari pelajaran agama dalam mengukuti PAK? tersebut. Dengan pelajaran agama kita sadar akan tugasnya seperti pergi kegereja sendiri dan tidak perlu di suruh 7. Apa saran Anda agar pelajaran Diluar kelas, guru lebih tegas, belajar di PAK lebih menarik? luar kelas atau memberi cerita 8. Hal apa saja yang mendukung Tidak adanya suasana gaduh dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana gaduh dalam kelas, terkadang dalam proses belajar mengajar pembahasan menyeleweng dari materi PAK? yang dibahas seperti ceritanya 10. Bagaiman minat Anda dalam Menghargai guru, sekarang jaman modern mengikuti proses belajar mengajar dan manfaatkan teknologi yang ada. PAK? Minat mengikuti PAK 70%
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 7 Kelas 8A Saudara Bagus Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK? Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK?
Jawaban Responden Pembukaan, penjelasan materi, tugas dan penutup Buku
Manfaat apa yang Anda dapat dalam mengukuti PAK? 7. Apa saran Anda agar pelajaran PAK lebih menarik? 8. Hal apa saja yang mendukung dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam mengikuti proses belajar mengajar PAK?
Kita bisa tahu agama katolik dan bisa mempelajari agama lain juga Ditambah sarananya seperti: tidak hanya buku tetapi main diluar kelas Niat mengikuti pelajaran agama
1. 2. 3. 4.
5.
6.
Kurang menarik, kalau perlu ditambah cerita atau nonton film Terkadang paham karena disesuaikan dengan suasana kelas yang mendukung untuk mendengarkan guru Biar tambah ilmunya
Kalau ada teman lagi berisik atau saya ngobrol sendiri Minat mengikuti PAK 75%
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 8 Kelas 8A Saudari Tika
1. 2. 3.
4.
5.
6.
7. 8.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK? Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK
Jawaban Responden Pembukaan, materi disampaikan, latihan, materi dibahas, penutup Buku, cerita dan diskusi kelompok
Guru kurang efektif karena tidak ada prakteknya, hanya teori sehingga kita tidak tahu jalan keluarnya Apakah Anda memahami materi Sedikit memahami, kalau materinya kita yang disampaikan oleh Guru suka jadi paham PAK? Bagaimana kesan Anda mengikuti Membosankan karena gurunya kurang PAK? tegas, sarana yang dipakai kurang, monoton dan tidak ada cara yang lain Manfaat apa yang Anda dapat Memperdalam iman, bisa mengetahui dalam mengukuti PAK? tentang agama sendiri dan agama lain, bisa buat masa depan Apa saran Anda agar pelajaran Ditambah praktek lapangan, sarana PAK lebih menarik? ditambah dan guru yang tegas Hal apa saja yang mendukung Tidak ada yang mendukung, karena dalam proses belajar mengajar kasihan terhadap orang tua kalau kita PAK? tidak sekolah
9. Hal apa saja yang menghambat Teman-teman suka ramai dan guru yang dalam proses belajar mengajar kurang tegas PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 70% mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 9 Kelas 8A Saudari Desi
1. 2. 3. 4.
5. 6.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK? Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK? Manfaat apa yang Anda dapat dalam mengukuti PAK? Apa saran Anda agar pelajaran PAK lebih menarik?
Jawaban Responden Pembukaan, pembahasan materi, cerita, kasih soal dan dibahas, penutup Buku dan kitab suci Membosankan karena hanya itu-itu saja Fifty-fifty tergantung mood atau niat
Senang/biasa saja dan fine-fine saja.
Mendalami iman, pelajari agama lebih dalam Sarananya ditambah, gurunya yang lebih 7. bagus dan bermutu, karena cara mengajarnya membuat siswa tidak krasan 8. Hal apa saja yang mendukung Suasana di kelas dan mood dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana kelas dan mood dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 69% mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 10 Kelas 8B Saudara Irvan Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab Suci, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup 2. Sarana manakah yang digunakan Cerita, buku, Kitab Suci, diskusi oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Kurang menarik karena tidak ada dengan cara mengajar Guru PAK permainan, tidak ada hiburan seperti nonton film 4. Apakah Anda memahami materi Sedikit memahami materi karena suara yang disampaikan oleh Guru guru yang kurang keras, faktor dari dalam PAK? yaitu diri sendiri sering sibuk sendiri, dan suasana kelas yang ribut 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Senang tetapi bosan karena kurang PAK? memberi semangat 6. Manfaat apa yang Anda dapat Bisa mengamalkan dalam kehidupan dalam mengukuti PAK? sehari-hari, dapat pengetahuan lebih 7. Apa saran Anda agar pelajaran Tambah sarana (praktek, nonton film), PAK lebih menarik? suara kelas, guru tegas terhadap siswa yang ribut. 8. Hal apa saja yang mendukung Suasana tenang, guru menjelaskan bagus, dalam proses belajar mengajar suaranya keras, guru tegas, sarana PAK? mendukung 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana kelas, diri sendiri, kurang sarana dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 60% mengikuti proses belajar mengajar PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 11 Kelas 8B Saudari Alvi
1.
2. 3.
4.
5.
6. 7.
8.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab suci, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup Sarana manakah yang digunakan Buku, dan indra, cerita, diskusi oleh Guru PAK? Bagaimana tanggapan anda Membosankan karena setiap pertemuan dengan cara mengajar Guru PAK hanya itu-itu saja dan tidak ada menyanyi, permainan, menonton. Apakah Anda memahami materi Memahami juga karena dirumah diulang yang disampaikan oleh Guru lagi dan terkadang kalau sedang tidak PAK? mood hanya buka buku sembarangan dan terkadang Bagaimana kesan Anda mengikuti Menyenangkan PAK? membosankan karena cara guru mengajar kurang sreg Manfaat apa yang Anda dapat Bisa menerapkan dalam kehidupan seharidalam mengukuti PAK? hari Apa saran Anda agar pelajaran Ditambah permaianan dan menyanyi yang PAK lebih menarik? menyenangkan dengan tambah prasarana seperti nonton CD film karena selama ini CD nya tidak ada. Hal apa saja yang mendukung Faktor dari dalam diri saya, ada keinginan dalam proses belajar mengajar untuk bisa naik kelas, ada keinginan PAK? melanjutkan materi-materi
9. Hal apa saja yang menghambat Malas, ngobrol dengan teman, ribut dalam proses belajar mengajar sendiri PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Tergantung mood, 70% belajar mengikuti proses mengajar PAK?
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 12 Kelas 8B Saudari Dita Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab suci, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup 2. Sarana manakah yang digunakan Buku pedoman dan kitab suci oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Kurang tegas sehingga teman jadi ramai, dengan cara mengajar Guru PAK bosan, karena hanya dijelaskan dan diceritakan 4. Apakah Anda memahami materi Terkadang memahami, karena banyak yang disampaikan oleh Guru teman-teman yang ramai jadi ikutan ramai PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Senang PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Bisa lebih mendalami agar berguna bagi dalam mengukuti PAK? kehidupan sehari-hari 7. Apa saran Anda agar pelajaran Ada permaianan, bisa praktek langsung PAK lebih menarik? seperti pergi ke Panti Asuhan 8. Hal apa saja yang mendukung Kemauan sendiri dan suasana kelas yang dalam proses belajar mengajar mendukung PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana kelas yang ribut jika diajarkan dalam proses belajar mengajar dengan guru yang kurang tegas PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 75% mengikuti proses belajar mengajar PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 13 Kelas 9A Saudara Cahyo Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, pengolahan cerita, mengkaitkan dengan isi kitab suci, pembahasan dan penutup 2. Sarana manakah yang digunakan Kitab suci, potret-potret kehidupan oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Tergantung gurunya bisa mengolah bahan. dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi Paham yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Menyenangkan PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Misalkan tema sekarang menhargai orang dalam mengukuti PAK? lain, contohnya ada sikap-sikap untuk menghargai orang lain 7. Apa saran Anda agar pelajaran Bercerita tentang kehidupan atau tentang PAK lebih menarik? tokoh-tokoh 8. Hal apa saja yang mendukung Bantuan dari teman-teman juga/ temandalam proses belajar mengajar teman yang tidak ramai, lingkungan yang PAK? nyaman 9. Hal apa saja yang menghambat Teman-teman yang ribut dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 70% mengikuti proses belajar mengajar PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 14 Kelas 9A Saudari Gitta Jawaban Responden Pembukaan, penampilan cerita kehidupan, penampilan cerita Kitab suci, pengolahan cerita, pembahasan contoh praktek hidup sehari-hari, penutup 2. Sarana manakah yang digunakan Buku paket, kitab suci, cerita kitab suci oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Cara mengajar guru sudah baik dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi Memahami yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Menyenangkan PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Bisa memahami ajara-ajaran agama dalam mengukuti PAK? katolik kita bisa lebih memahami misalnya: dulunya kita tidak tahu, dengan mengikuti, kita bisa tahu 7. Apa saran Anda agar pelajaran Dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari PAK lebih menarik? sehingga lebih mudah dipahami 8. Hal apa saja yang mendukung Suasana kelas yang tidak rebut dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Suasana kelas yang ribut dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 70% mengikuti proses belajar mengajar PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 15 Kelas 9A Saudari Raras Jawaban Responden Sharing pengalaman, membahas cerita, penampilan cerita kehidupan/Kitab Suci, pendalaman materi KS dan pengalaman, langkah konkrit, aksi nyata 2. Sarana manakah yang digunakan Kitab suci, cerita-cerita yang berhubungan oleh Guru PAK? dengan kitab suci 3. Bagaimana tanggapan anda Tiap materi pelajaran kita diajak untuk dengan cara mengajar Guru PAK terbuka. Mendalami materi untuk bersikap terbuka terhadap sesama kita 4. Apakah Anda memahami materi Memahami yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Lebih mendalami pelajaran agama PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Kita bisa melakukan dalam kehidupan dalam mengukuti PAK? sehari-hari tidak hanya omong kosong saja. 7. Apa saran Anda agar pelajaran Apa yang telah kita dapat atau setelah PAK lebih menarik? selesai pelajaran, kita tidak hanya mendengarkan saja atau sebagai angina lalu tetapi kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari 8. Hal apa saja yang mendukung Iman saya, walaupun suasana kelas ribut dalam proses belajar mengajar namun bila kita sendiri mampu PAK? konsentrasi kita mampu untuk berinteraksi dengan Tuhan dan sesama 9. Hal apa saja yang menghambat Kalau berasal dari diri kita sendiri dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Tergantung bagaimana saya menghayati., mengikuti proses belajar mengajar umumnya 75% PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 16 Kelas 9B Saudara Nandes
1. 2. 3. 4.
5. 6.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK? Sarana manakah yang digunakan oleh Guru PAK? Bagaimana tanggapan anda dengan cara mengajar Guru PAK Apakah Anda memahami materi yang disampaikan oleh Guru PAK? Bagaimana kesan Anda mengikuti PAK? Manfaat apa yang Anda dapat dalam mengukuti PAK?
Jawaban Responden Pembukaan, pendalaman kitab memberi soal, dikumpul, penutup Buku dan cerita
suci,
Kurang kreatif Terkadang paham kadang tidak. karena yang diajarkan itu-itu saja seperti cerita setiap hari dan memberi soal Senang
Banyak, kita dapat hidup saling mengasihi, saling menghormati agama lain 7. Apa saran Anda agar pelajaran Hari ini Kitab Suci, besok cerita terus PAK lebih menarik? nonton. Setiap pelajaran tidak harus cerita namun diselingi nonton 8. Hal apa saja yang mendukung Membahas ulangan dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Tidak ada dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 90% mengikuti proses belajar mengajar PAK?
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 17 Kelas 9B Saudara Gandang Jawaban Responden Pembukaan dengan doa, menjelaskan cerita, menjelaskan materi, sharing pengalaman/ mengerjakan tugas, penampilan cerita kitab suci, penutup jadi tidak pasti. 2. Sarana manakah yang digunakan Buku pelajaran, kitab suci oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Sudah baik tetapi perlu diubah sedikit dengan cara mengajar Guru PAK 4. Apakah Anda memahami materi Kadang-kadang paham karena kalau yang disampaikan oleh Guru materinya cocok atau asik jadi paham tapi PAK? kalo tidak suka jadi tidak paham 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Biasa saja, jadi membosankan karena PAK? cara mengajar guru monoton 6. Manfaat apa yang Anda dapat Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat dalam mengukuti PAK? menerapkan pelajaran itu 7. Apa saran Anda agar pelajaran Menambah sarana seperti nonton film PAK lebih menarik? sehingga tahu nyatanya 8. Hal apa saja yang mendukung Niat dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Kalau teman-teman pada ramai dalam proses belajar mengajar PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 80% mengikuti proses belajar mengajar PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 18 Kelas 9B Saudara Yudith Jawaban Responden Doa pembukaan, materi kemudian diambil cerita, membahas cerita dengan mencari inti cerita, memberikan aksi nyatanya, menjalankan tugas materi untuk dikerjakan sendiri 2. Sarana manakah yang digunakan Kitab suci dan buku paket oleh Guru PAK? 3. Bagaimana tanggapan anda Sudah baik namun gurunya belum tegas, dengan cara mengajar Guru PAK sehingga anak-anak bisa ramai dan dapat membantah perintah guru 4. Apakah Anda memahami materi Paham yang disampaikan oleh Guru PAK? 5. Bagaimana kesan Anda mengikuti Senang PAK? 6. Manfaat apa yang Anda dapat Membuat masa depan tidak salah karena dalam mengukuti PAK? pendidikan agama mengajarkan moral yang baik 7. Apa saran Anda agar pelajaran Biar tidak bosan ada juga mengajak PAK lebih menarik? nonton film, apa yang diambil film kita ada hikmatnya sehingga tidak didalam kelas dan ada hiburannya 8. Hal apa saja yang mendukung Ada buku dan kitab suci dalam proses belajar mengajar PAK? 9. Hal apa saja yang menghambat Teman-teman yang ribut dan kalau dalam proses belajar mengajar diajarkan guru PAK pasti ribut. PAK? 10. Bagaiman minat Anda dalam Minat mengikuti PAK 100% mengikuti proses belajar mengajar PAK? 1.
Pertanyaan Wawancara Bagaimana cara mengajar Guru PAK?
(20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4 Catatan Proses Pertemuan Usulan Program Pada tanggal 18 Maret 2016 penulis telah melaksanakan usulan program yang diajukan ke sekolah SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, dimana dalam pelaksanaan usulan program ini penulis terlibat sebagai guru PAK yang saat itu mengajar murid-murid kelas 8B di SMP Kansius Gayam dan sudah mendapat ijin dari guru PAK. Materi pokok yang diajarakan pada hari itu adalah tentang “Pemuka Masyarakat”. Saat masuk kelas saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu sebagai pembukaan dan menyapa para siswa, walaupun sebagian besar anak-anak sudah mengenal saya saat saya PPL dulu namun saya belum mengenal anak-anak dengan baik. Oleh sebab itu di pembukaan ini kami saling mengenal satu sama lain agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan lancar. Setelah kami perkenalan, saya langsung saja menjelaskan materi yang saya berikan kepada mereka dan tujuan dari pertemuan ini. Mereka terlihat antusias menerima materi ini hal itu terlihat dari jawaban mereka “ya Pak, kami mau mengikuti”. Setelah saya menjelaskan materi yang akan dibahas saya langsung menceritakan pengalaman ayah saya saat menjadi ketua RT dilingkungan tempat saya tinggal, saat saya bercerita terlihat anak-anak dengan serius mendengarkan dan beberapa kali mereka tertawa saat saya menyelipkan candaan di tengah-tengah cerita saya. Setelah saya bercerita tentang pengalaman ayah saya, saya memberikan pertanyaan singkat kepada anak-anak yaitu : 1. Apakah diantara kalian pernah menjadi pemimpin ? 2. Mengapa ayah saya diminta masyarakat untuk menjadi ketua RT ? 3. Dari cerita saya tadi, hal-hal apa saja yang bisa kalian pelajari saat kalian nanti diminta menjadi pemimpin ? (21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Beberapa dari anak-anak tersebut menjawab dengan spontan dan jawaban yang mereka lontarkan pun sangat baik. Setelah kami melakukan tanya jawab, saya meminta salah satu siswa untuk menceritakan pengalamannya saat menjadi pemimpin di depan kelas. Satu siswa yang mau menceritakan pengalaman nya saat itu bernama Ditta, dia bercerita pengalaman nya saat menjadi ketua kelas di SD. Saat Ditta bercerita di depan kelas anak-anak lainnya pun ikut mendengarkan cerita tersebut walaupun ada beberapa anak laki-laki yang duduk dibelakang sedikit membuat gaduh di kelas. Sebenarnya ada banyak siswa yang ingin menceritakan pengalamannya di depan kelas namun karena keterbatasan waktu saya meminta anak-anak untuk merefleksikan saja atas pengalaman mereka masing-masing saat menjadi pemimpin. Untuk memantapkan materi yang saya berikan, saya mengajak anak-anak menyanyikan lagu yang berjudul “Bung Hatta”. Setelah kami selesai bernyanyi bersama saya meminta membagi anak-anak ke dalam kelompok-kelompok kecil yang dimana dalam kelompok kecil tersebut mereka akan membahas beberapa pertanyaan yang saya berikan seputar lagu yang berjudul “Bung Hatta” tadi. Pertanyan-pertanyan nya adalah : 1. Berdasarkan lagu tadi, sebutkan sifat-sifat yang menonjol dari Bung Hatta ? 2. Bagaimana kesan anda terhadap Bung Hatta ? 3. Sebutkan tokoh-tokoh idola anda yang kalian kenal sebagai pemuka masyarakat ? dan berikan alasannya ! Setelah mereka selesai berdiskusi saya memberikan kesempatan untuk setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka. Semua kelompok mampu mempresentasikan hasil diskusi mereka dengan baik dan jawaban dari mereka pun sangat baik, sebagai contoh saya menunjukkan jawaban hasil diskusi dari salah satu kelompok : (22)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. sifat-sifat yang menonjol dari Bung Hatta dari lagu tadi yaitu Bung Hatta terlihat tegas dan tangguh, Bung Hatta selalu berbagi kepada sesama terutama kaum miskin yang dianggap pantas untuk mendapatkan bantuan 2. Kesan kami terhadap Bung Hatta adalah kami terinspirasi dengan Bung Hatta dan kami akan berusaha akan menjadi pemimpin seperti Bung Hatta agar kami disegani dan dihormati oleh masyarakat. 3. Tokoh idola kami yang kami kenal sebagai pemuka masyarakat adalah Bapak Jokowi, karena sebagai presiden bapak Jokowi tidak segan untuk berbaur dengan masyarakat yang tergolong miskin dan disetiap masalah yang ada Pak Jokowi sebisa mungkin turut terlibat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Contohnya kasus banjir, Pak Jokowi tidak takut untuk mendatangi tempat yang mengalami kebanjiran. Setelah setiap kelompok selesai mempresentasikan hasil diskusi mereka saya mengajak siswa menghubungkan cerita pengalaman ayah saya saat menjadi ketua RT, dan lagu Bung Hatta serta hasil dari diskusi kelompok tadi. Disitu saya menjelaskan kepada mereka bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik dan dihormati oleh masyarakat pemimpin harus bisa berbaur dengan masyarakatnya, setelah itu pemimpin juga harus memperhatikan masyarakatnya dan dapat memimpin dengan adil dan bijaksana agar masayarakat mempercayai bahwa pemimpin yang mereka pilih itu adalah pemimpin yang baik. Saat saya menjelaskan beberapa anak sudah mulai bosan namun suasana di dalam kelas tetap kondusif. Disini terlihat bahwa para siswa sangat tertarik dengan cerita dan lagu yang saya berikan karena walaupun mereka terlihat bosan tetapi saat saya bercerita dan mengajak mereka bernyanyi mereka antusias untuk mengikuti nya dan para siswa pun termotivasi dengan cerita dan lagu yang saya berikan.
(23)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Setelah menjelaskan saya mengajak anak-anak untuk menyimpulkan hasil pembelajaran pada hari itu dan merefleksikan nya bersama. Selesai berefleksi bersama saya berpamitan kepada anak-anak dan berterima kasih karena mereka mau mengikuti pembelajaran dengan baik. Dan akhirnya pun saya menutup pertemuan hari itu dengan mempimpin doa penutup.
(24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI