GAMBARAN ASUPAN ENERGI, ZAT GIZI MAKRO,STATUS GIZI LANSIA, DAN KEADAAN FISIK LANSIA DI POSYANDU LANSIA RW 05 KELURAHAN KURANJI KECAMATAN KURANJI KOTAPADANG TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program Studi DIII Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh : Kharisma Ayu Pratiwi Nim : 122110193
JURUSAN D.III GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2015
8
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat TuhanYang Maha Esa, denganserta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan KTIini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan maupun rintangan. Penyusunan dan penulisan KTI ini merupakan suatu rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi DIII Jurusan Gizi diPoliteknik Kesehatan Kemenkes Padang,dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan DIII Gizi pada masa akhir pendidikan. Judul KTI ini “Gambaran Asupan Energi, Zat Gizi Makro, Status Gizi Lansia dan Keadaan Fisik Lansia di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota PadangTahun 2015”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Ibu Marni Handayani, S.SiT, M.Kes dan ibu Novelasari, SKM, M.Kes selaku pembimbing KTI ini sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada : 1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Padang 2. IbuHasneli, DCN, M.Biomed, selaku Ketua Jurusan Gizi 3. IbuKasmiyeti, DCN, M.Biomed, selaku Ka. Prodi D III Jurusan Gizi 4. Kepala Kader Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji atas izin penelitian dan bantuan informasi data yang diperlukan.
5. Kepadakeluarga, terutama orang tua, abangdankakak
yang telah
memberikan motivasi, semangat dan do’a. 6. Selanjutny ateman-teman yang telah banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan KTI ini. 7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan dan penulisan KTI ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa dalam KTI ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran untuk kesempurnaan KTI ini. Penulis mengharapkan semoga KTI ini, dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang,
Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR…………………………………………………………… i DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii DAFTAR TABEL………………………………………………………………. v DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… vii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………... B. Rumusan Masalah …………………………………………………….. C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 1. Tujuan Umum………………………………………………………. 2. Tujuan Khusus……………………………………………………… D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….. E. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………...
1 5 5 5 6 6 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka………………………………………………………. 8 1. Pengertian Lanjut Usia……………………….……………………. 8 2. Perubahan Komposisi Tubuh Pada Lansia………………………… 9 3. Pola Makan……………………….…………………………………10 4. Perubahan Fisiologis Pada Lansia……………………….……….. 12 5. Kebutuhan Zat Gizi Makro Lansia……………………….………. 15 6. Angka Kecukupan Gizi Untuk Lansia……………………….…… 18 7. Pola Makan……………………….……………………………… 19 8. Penilaian Diet Pada Lansia……………………….……………….. 21 9.Pengukuran Status GiziLansia………………………….…..……... 22 10.Perhitungan Angka Kecukupan Energi Individu………….. ……. 27 B. Kerangka Teori………………………………………………………. 29 C. Kerangka Konsep…………………………………………………….. 29 D. Defenisi Operasional…………………………………………………. 30 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……………………………………………………... B. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………. C. Populasi dan Sampel…………………………………………………. D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data…………………………………... E. Pengolahan Data…………………………………………………….. F. Analisis Data…………………………………………………………..
33 33 33 34 35 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum……………………………………………………. 38 1. Gambaran Umum wilayah Posyandu………………………….... 38
2. Gambaran Umum Responden………………………………….... B. Hasil Penelitian………………………………………………………. 1. Asupan Energi Lansia…………………………………………. 2. Asupan Protein Lansia…………………………………...…… 3. Asupan Lemak Lansia…………………………………………. 4. Asupan Karbohidrat Lansia……………………………. .…. 5. Status Gizi ……………………………………………………. 6. Keadaan Fisik Lansia…………………………………… ..... C. Pembahasan…………………………………………………………. 1. Gambaran Asupan Energi…………………………………….. 2. Gambaran Asupan Protein…………………………………….. 3. Gambaran Asupan Lemak……………………………………. 4. Gambaran Asupan Karbohidrat……………………………….. 5. Status Gizi Lansia…………………………………………….. 6. Keadaan Fisik…………………………………………………..
38 41 41 .43 44 46 48 48 50 50 52 54 56 57 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………………….…. 61 B. Saran………………………………………………………………………… 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1. PerbandinganKomposisiTubuhPadaDewasadanLansia. ...................
10
Tabel 2. AngksaKecukupanGiziUntukLansia .................................................
18
Tabel 3.Contoh Menu LansiaSelamaSatuHari – Menu 1.................................
19
Tabel 4.Contoh Menu LansiaSatuHari – Menu 2 ............................................
20
Tabel 5.BerbagaiJenisMakananBerdasarkanSumberZatGizi ...........................
20
Tabel 6.Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT ...................................
27
Tabel 7.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ..........................
39
Tabel 8.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.............
40
Tabel 9.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ....................................
40
Tabel 10.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaa ......................................
41
Tabel 11.Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi ...............................
41
Tabel 12.Rata-rata Asupan Energi Lansia .......................................................
42
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Asupan Energi ...........
42
Tabel 14 Rata-rata Kebutuhan Asupan Energi ................................................
42
Tabel 15 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan protein ..............................
43
Tabel 16 Rata-rata Asupan Protein ..................................................................
43
Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Asupan Protein ..........
44
Tabel 18 Rata-rata Kebutuhan Asupan Protein berdasarkan proporsi tubuh ..
44
Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak .........................
45
Tabel 20 Rata-rata Asupan Lemak Lansia .......................................................
45
Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Asupan Lemak ..........
45
Tabel 22 Rata-rata Kebutuhan Asupan Lemak berdasarkan proporsitubuh ...
46
Tabel 23 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Karbohidrat ......................
46
Tabel 24 Rata-rata Asupan Karbohidrat Responden ........................................
47
Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Asupan karbohidrat ...
47
Tabel 26 Rata-rata Kebutuhan Asupan Karbohidratberdasarkan proporsi .....
47
Tabel 27 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan IMT ...........................
48
Tabel 28 Rata-rata Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan IMT ..........
48
Tabel 29 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan fisik ..............................
49
Tabel 30 Aspek Keadaan Fisik Lansia .............................................................
49
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Surat Izin Penelitian Lampiran B Master Tabel Lampiran C Out Put Lampiran D Halaman Persetujuan Responden Lampiran E Data Umum Responden Lampiran F Form Food Recall Lampiran G Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Populasi penduduk lanjut usia di Asia dan Pasifik meningkat pesat dari 410 juta jiwa pada tahun 2007 diprediksi akan menjadi 733 juta jiwa pada tahun 2025 dan mencapai 1,3 triliun pada tahun 2050.Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami peningkatan populasi penduduk lanjut usia dari 4,48% (5,3 juta jiwa) pada tahun 1971 menjadi 9,77% (23,9 juta jiwa) pada tahun 2010.1 Pada tahun 2011 mengalami penurunan jumlah lansia yaitu menjadi 7,58%.2 Tapi pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan penduduk lanjut usia sebesar 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa.1Indonesia termasuk Negara kelima yang akan memiliki populasi lansia terbesar setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan Meksiko (WHO 2002)2. Suatu wilayah akan dikatakan berstruktur tua jika presentase lansianya lebih dari 7%. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu dari 11 provinsi yang penduduk lansianya lebih dari 7% di wilayah Indonesia. Jumlah penduduk di Sumatera Barat 4.956.274 orang dan dari jumlah tersebut 393.862 orang adalah penduduk lansia (7,9%).4 Sedangkan jumlah lansia di kota Padang pada tahun 2009 sebanyak 62.027 jiwa dan menjadi 101.074 jiwa pada tahun 2013. Terjadi peningkatan jumlah lansia sebesar 61,36%. Daerah Belimbing merupakan wilayah peningkatan lansia paling tinggi yaitu pada tahun 2009 sebesar 3789 lansia menjadi 6883 lansia pada tahun 2013.5 Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas penduduk, perbaikan status
kesehatan dan status transisi epidemiologi, dan peningkatan usia harapan hidup (UHH), serta perubahan gaya hidup.2 Pertambahan jumlah lansia ini juga akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut, asupan makanan sangat mempengaruhi proses penuaan karena seluruh aktivitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup. Sementara itu perubahan biologi pada lanjut usia merupakan faktor internal yang pada akhirnya dapat mempengaruhi status gizi.6 Penurunan aspek tersebut sebagai dampak dari penuaan yang terjadi secara alami dan menyebabkan penurunan fungsi metabolisme dan alat gerak.7 Perubahan kecepatan metabolisme pada usia lanjut menurun sekitar 15-20%, hal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya massa otot dan juga karena aktivitas fisik lansia yang juga menurun, sehingga akan mempengaruhi kesehatan lansia.2 Masalah kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan karena penyakit yang dideritanya, kesulitan menelan karena berkurangnya air liur, cara makan yang lambat karena penyakit pada gigi, gigi yang berkurang, dan mual karena masalah depresi. Selain masalah kekurangan gizi, masalah obesitas (kegemukan) juga sering dialami oleh usia lanjut, yang dapat timbul karena aktivitas pada kelompok ini sudah berkurang sementara asupan makanan tidak dikurangi atau bahkan berlebihan. Obesitas pada usia lanjut berdampak pada peningkatan resiko
penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, hipertensi, dan penurunan fungsi tubuh.8 Hal ini menyebabkan kesehatan lansia perlu diperhatikan karena lansia adalah kelompok umur yang sangat rentan mengalami berbagai gangguan kesehatan.Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan memberikan kebutuhan gizi yang adekuat untuk lansia.9 Seperti menjaga pola makan yang baik dengan mengkonsumsi makanan sumber energi dan zat gizi makro yang seimbang, tidak berlebihan atau kurang, makan yang teratur sesuai dengan waktu makan dan jenis makanan yang sesuai dengan tidak mengabaikan manfaat dan kandungan gizinya.10 Kebutuhan energi pada lansia pun akan terus menurun dengan seiiring pertambahan usianya sehingga jumlah makanan yang dikonsumsinya berkurang. Oleh sebab itu, sebaiknya lansia mengkonsumsi jenis karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, havermout, jagung, ubi, dan umbiumbian. Serta mengurangi konsumsi gula sederhana sepeti gula pasir dan sirup.6 Sedangkan untuk kebutuhan protein beberapa penelitian menemukan bahwa kebutuhan protein untuk orang yang lebih tua atau semakin tua membutuhkan asupan yang lebih besar untuk memelihara keseimbangan nitrogen. Sedangkan penurunan asupan protein dapat berpengaruh besar pada penurunan fungsi sel, sehingga terjadi penurunan massa otot, penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit dll.Dan untuk kebutuhan lemak, bagi usia lanjut dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak tidak jenuh dan dilarang untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi.2
Bagi lanjut usia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya, selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.11 Semua pertumbuhan tersebut memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para lanjut usia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50 tahun, namun nafsu makan mereka cenderung terus menurun, karena itu harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.12 Boedie – darmojo melaporkan bahwa lansia di Indonesia yang dalam keadaan gizi kurang sebanyak 3,4%, berat badan kurang 28,3%, berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4% dan berat badan ideal 42,4%. Sedangkan konsumsi energi dan protein rata-rata lansia kurang 80% AKG.13 Penelitian Mykel B.Mainake dari FKM Universitas Sam Ratulangi Manado tentang hubungan antara tingkat asupan energi dengan status gizi lansia di Kelurahan Mapanget Barat Kecamatan Mapanget Kota Manado di dapatkan hasil yaitu tingkat asupan energi lansia tergolong lebih sebesar 14,5%, yang cukup sebesar 76,3%, dan yang kurang sebanyak 9,2%. Secara statistik ada hubungan antara tingkat asupan energi dengan status gizi lansia di Kelurahan Mapanget kecamatan Mapanget Kota Manado.14 Kemudian hasil penelitian Rahmianti, dkk dari Universitas Hasanuddin yang meneliti tentang hubungan pola makan, status gizi dan interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia suku
Bugis di dapatkan data bahwa ada
hubungan yang signifikan antara asupan energi, lemak dan asupan protein
dengan status gizi lansia dan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan status gizi lansia.11 Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Belimbing, jumlah lansia yang paling banyak terdapat di kelurahan Kuranji. Dikelurahan ini terdapat 2 posyandu lansia yang aktif, dari kedua posyandu ini yang paling banyak jumlah lansianya yaitu di Posyandu lansia RW 05. Hasil pengukuran status gizi lansia pada bulan Maret didapatkan lansia dengan status gizi kurus 28,57%, normal 46,43% , gemuk 14,29%, obesitas 10,71%.15 Berdasarkan data tersebut, penulis telah melakukan penelitian dengan judul“Gambaran Asupan Energi, Zat Gizi Makro, Status Gizi Lansia dan Keadaan Fisik Lansia di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015”. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran asupan energi, zat gizi makro, status gizi lansia dan keadaan fisik lansia di Posyandu Lansia Rw 05 kelurahan Kuranji kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk melihat gambaran asupan energi, zat gizi makro, status gizi lansia dan keadaan fisik lansia di Posyandu Lansia Rw 05 kelurahan Kuranji kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui asupan energi pada lansia di Posyandu Lansia Rw 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015. b. Mengetahui asupan protein pada lansia di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota padang Tahun 2015. c. Mengetahui asupan lemak pada lansia di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota padang Tahun 2015. d. Mengetahui asupan karbohidrat pada lansia di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota padang Tahun 2015. e. Mengetahui gambaran status gizi lansia di Posyandu Lansia Rw 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 f. Mengetahui gambaran keadaan fisik lansia di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam perkuliahan dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang gambaran asupan energi, zat gizi makro dan status gizi lansia. 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi tentang gambaran asupan energi, zat gizi makro dan status gizi pada lansia 3. Bagi Dinas Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan perencanaan program gizi terkait gambaran asupan energi, zat gizi makro dan status gizi lansia. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan energi, zat gizi makro, status gizi lansia dan keadaan fisik lansia di Posyandu lansia RW 05 di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Pengertian lanjut usia Lanjut usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.16 Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu : a. Usia pertengahan (middle age)
: usia 45-59 tahun
b. Lansia (elderly)
: usia 60-74 tahun
c. Lansia tua
: 75-90 tahun
d. Usia sangat tua
: usia diatas 90 tahun
Departemen kesehatan RI memberikan batasan lansia sebagai berikut : a. Virilitas (prasenium) masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senecen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini ( usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia diatas 65 tahun.1 Menurut kementerian kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi: a.
Pra lanjut usia (45-59 tahun)
b. Lanjut usia (60-69 tahun) c. Lanjut usia risiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan masalah kesehatan)1
Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan) b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.11 Pengertian lansia dibedakan atas dua macam, yaitu lansia kronologis (kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui dan dihitung, sedangkan lansia biologis berpatokan pada keadaan jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya.1 2. Perubahan fisiologis yang berhubungan
dengan aspek gizi pada
lansia dan pengaruhnya a. Semakin berkurangnya indra penciuman dan perasa umumnya membuat lansia kurang dapat menikmati makanan dengan baik . hal ini sering menyebabkan kekurangan asupan pada lansia atau penggunakan bumbu seperti kecap atau garam yang berlebihan yang tentunya dapat berdanpak kurang baik bagi kesehatan lansia. b. Berkurangnya sekresi saliva dapat menimbulkan kesulitan dalam menelan dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi. Separuh lansia telah banyak kehilangan gigi yang mengakibatkan terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi makanan dengan tekstur keras, sedangkan makanan yang memiliki tekstur lunak
biasanya kurang mengandung vitamin A, vitamin C, dan serat sehingga menyebabkan mudah mengalami konstipasi. c. Menurunnya sekresi HCL. HCl merupakan factor ekstrinsik yang membantu penyerapan vitamin B12 dan kalsium, serta utilisasi protein. Kekurangan HCL dapat
menyebabkan lansia mudah terkena
osteoporosis, defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia sehingga oksigen tidak dapat diangkut dengan baik. d. Menurunnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien. e. Penurunan sekreesi garam empedu mengganggu proses penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K. f. Terjadinya penurunan motilitas usus, sehingga memperpanjang waktu singgah
(transit
time)
dalam
saluran
gastrointestinal
yang
mengakibatkan pembesaran perut dan kostipasi.1 3. Perubahan Komposisi Tubuh Pada Lansia Penuan menyusutkan massa otot dan sekaligus menyuburkan massa lemak. Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak 6,3%, sementara massa lemak meningkat 2% dari berat badan per decade setelah usia 30 tahun. Dengan demikian, pertumbuhan lemak total sepanjang hayat diperkirakan sebesar 10-15%. Penyusutan massa otot ditaksir mencapai 5 kg (untuk wanita) sampai 12 kg (lelaki) pada usia antara 25 dan 70 tahun, sementara ukuran otot mengerut hingga 40%. Organ tubuh lain yang juga ikut mengecil adalah ginjal (9%), hati (18%), dan paru-paru (11%).
Sejalan dengan pengecilan ini, jumlah total cairan tubuh juga ikut berkurang, dari 70% menjadi 60%.17 Perubahan akibat pengaruh usia yang paling nampak dilihat adalah perubahan komposisi tubuh, karena komposisi tubuh bersifat dinamis. Penurunan otot dan massa tulang, peningkatan lemak tubuh terjadi karena tubuh makin menua, dan lemak subkutan terdistribusi dari ekstremitas ke batang tubuh yang dimulai pada usia awal 40 tahun.1 Tabel 1. Perbandingan komposisi tubuh pada dewasa muda dan lansia Komponen Protein / cell solid Air Mineral Lemak
Usia 20-25 tahun 19% 61% 6% 14%
Usia 70-75 tahun 12% 53% 5% 30%
Sumber: Data dari Chernoff, 1999 dalam Judith E Brown. Beberapa perubahan di atas terjadi karena menurunnya aktifitas hormon yang mengatur metabolisme seiring dengan bertambahnya usia seperti hormon insulin, androgen, dll. Ada pula aktifitas hormon yang meningkat seperti hormon prolaktin yang berkontribusi menurunkan massa otot dan selanjutnya terjadi peningkatan lemak tubuh. Proses penuaan tersebut dapat diperlambat apabila mempunyai tingkat kesegaran jasmani dan zat gizi yang baik. Lansia yang sehat dan bugar tidak akan menjadi beban bagi orang lain karena masih dapat mengatasi sendiri masalah kehidupan sehari-hari.10 4. Pola Makan Pola makan berarti suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan yang sehat. Kegiatan makan yang sehat meliputi pengaturan jumlah
kecukupan makanan, jenis makanan dan jadwal makan, didalam fungsinya untuk mempertahankan kesehatan.6 Pola makan pada lansia dalam pengaturan jumlah makanan sebagai sumber energi hendaknya harus mengandung semua unsur gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, air dan serat dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan lansia serta harus seimbang dalam komposisinya.16 Faktor-faktor yang mempengaruhi selera makan lansia : a. Kehilangan gigi Usia tua merusak gigi dan gusi sehingga menimbulkan kurangnya kenyamanan atas munculnya rasa sakit saat mengunyah makanan b. Kehilangan indra perasa dan penciuman Hilangnya indra perasa dan penciuman akan menurunkan nafsu makan. Selain itu sensitivitas rasa manis dan asin berkurang c. Berkurangnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin), dan enzim-enzim pencernaan proteolitik. Pengurangan ini mengakibatkan penyerapan protein tidak berjalan efisien. d. Berkurangnya sekresi saliva Kurangnya saliva dapat menimbulkan kesulita dalam menelan dan mempercepat terjadinya proses kerusakan pada gigi. e. Penurunan motilitas usus
Terjadinya penurunan motilitas usus yang memperpanjang waktu singgah (transit time) dalam saluran gastro intestinal mengakibatkan pembesaran perut dan konstipasi.1 5. Kebutuhan Zat Gizi makro Lansia a. Asupan energi pada lansia Energi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang dibutuhkan oleh orang dewasa karena perbedaan aktifitas fisik yang dilakukan. Selain itu energi juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik saat masih muda. Oleh karena itu mengatur pola makan setelah berusia 40 tahun keatas menjadi sangat penting.1 Orang yang makan berlebihan cendrung akan mengalami kematian lebih awal. Makanan yang berlebihan akan memberikan nilai energy yang berlebih pula. Kelebihan energy tersebut akan disimpan tubuh dalam bentuk timbunan lemak. Untuk lansia , kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 6069 tahun. Kecukupan energi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria adalah 2200 kalori dan pada wanita adalah 1850 kalori. Menurut WHO, seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya menurunkan konsumsi energy sebanyak 5% dari kebutuhan sebelumnya, kemudian pada usia 50 tahun diikurangi lagi sebanyak 5%. Selanjutnya pada usia 6070 tahun, konsumsi energy dikurangi lagi 10%, dan setelah berusia di atas 70 tahun sekali lagi dikurangi 10% (WHO).1
b. Asupan karbohidrat dan serat pada lansia Seiring dengan bertambahnya usia, gangguan-gangguan fungsional tubuh pada lansia sangat mempengaruhi aktifitas sel dalam tubuh. Hal ini tentunya akan mempengaruhi system pencernaan dan metabolism pada lansia. Begitu pula gangguan gizi yang umumnya muncul pada lansia dapat berupa kekurangan bahkan kelebihan gizi. munculnya gangguangangguan ini dapat menimbulkan penyakit tertentu atau sebagai akibat dari adanya suatu penyakit tertentu.1 Sebagai salah satu contoh adalah penurunan energi yang terjadi pada lansia. Setiap bertambahnya usia, terjadi rata-rata penurunan sebesar 12 kal/m2/jam untuk setiap tahun antar usia 20-90 tahun. Hal ini terjadi karena berkurangnya jaringan aktif (metabolizing tissue) seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, jumlah kebutuhan energy untuk aktifitas pada lansia cendrung lebih menurun dibandingkan kebutuhan energi untuk metabolism basal.1 Asupan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh berkurang seiring bertambahnya usia. Akan tetapi akibat penurunan asupan lemak pada lansia, kebutuhan kalori meningkat sedikit (tidak terlalu terlihat perbedaannya), sedangkan kebutuhan serat pada lansia memang tidak terlalu
banyak.
Menurut
National
Cancer
Institute,
lansia
direkomendasikan untuk mengkonsumsi 20-30g/ hari. Akan tetapi, pada kenyataannya sangat berbeda dengan yang direkomendasikan yaitu sebanyak 50% lansia wanita mengkonsumsi sebesar 13% gr/hari lansia pria mengkonsumsi sebesar 17 gr/hari.1
dan
c. Protein Protein adalah suatu subtansi kimia dalam makanan yang terbentuk dari serangkaian atau rantai-rantai asam amino. Protein dalam tubuh sangat berguna untuk membangun dan memelihara sel, seperti sel otot, tulang, enzim, dan sel darah merah. Selain itu proin juga berfungsi sebagai sumber energy yang menyediakan 4 kalori per gram, namun sumber energi bukan merupakan fungsi utama protein.1 Asupan protein total yang dibutuhkan manusia akan menurun sesuai dengan perubahan usia seseorang. Hal ini berkaitan dengan penurunan fungsi sel-sel tubuh pada manusia. Akan tetapi pada sumber lain kebutuhan asupan protein cendrung tetap karena proses regenerasi tubuh akan terus berjalan sesuai laju regenerasi sel yang terjadi. Beberpa penelitian menemukan bahwa orang yang lebih tua atau semakin tua membutuhkan asupan proein yang lebih besar untuk memelihara keseimbangan nitrogen. Meskipun demikian, hubungan penurunan asupan protein dapat berpengaruh besar pada penurunan fungsi sel, sehingga seringkali terjadi penurunan massa otot, penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, dll.1 Sedangkan kebutuhan protein akan meningkat ketika seorang lansia berada pada keadaan klinis seperti infeksi berat, demam atau mengalami pembedahan.10 Besar kecukupan protein yang di anjurkan untuk orang Indonesia adalah 50 gr perhari untuk pria berusia di atas 60 tahun, dan cukup 40 gram sehari untuk wanita. Besar kebutuhan protein pada orang Indonesia lebihh kecil dibandingkan untuk orang asing. Hal ini mungkin akibat
ukuran tubuh yang lebih kecil sehingga massa sel tubuh lebih kecil, serta sejak awal asupan protein pada orang Indonesia tidak terlalu besar. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya dapat menyediakan 8-10% dari keseluruhan energi yang dibutuhkan per hari.1 Pemilihan protein yang baik untuk lansia sangat penting mengingat sintesis protein di dalam tubuh tidak sebaik saat masih muda, dan banyak terjadi kerusakan sel yang harus segera diganti. Dengan bertambahnya usia perlu pemilihan makanan yang kandungan proteinnya bermutu tinggi dan mudah dicerna. Pakar gizi menganjurkan kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang bernilai biologis tinggi seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya kerena kebutuhan asam amino esensial meningkat pada usia lanjut. Akan tetapi, harus diingat bahwa konsumsi protein yang berlebihan akan memberatkan kerja ginjal dan hati.1 d. Lemak Kebutuhan tubuh akan lemak tidak terlalu banyak. Lemak hanya diperlukan beberapa persen saja dari total konsumsi makanan. Dalam mengkonsumsi lemak bukan hanya kuantitas lemak yang diperhatikan tetapi juga kualitas dan jenis lemak.1 Kebutuhan lemak pada usia lanjut harus dibatasi yaitu, sekitar 20% dari total konsumsi energi. Satu gram lemak menyumbangkan 9 kalori, berarti lebih dari 2 kali lipat di bandingkan sumbangan kalori dari satu gram karbohidrat dan protein.10 e. Cairan
Cairan sangat dibutuhkan manusia karena sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air atau cairan. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang hilang karena aktivitas, manusi perlu menggantinya, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh. Selain itu, kekurangan cairan dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit pada system eksresi.1 Kebutuhan cairan yang tepat sangat esensial bagi kesehatan dan merupakan salah satu kebutuhan yang penting pada usia lanjut. Sejak dulu kebutuhan cairan terkait erat dengan kemungkinan dehidrasi pada manusia, khususnya pada usia lanjut. akan tetapi baru-baru ini efek negatif potensial dari kelebihan konsumsi air juga diperhatikan. Berdasarkan penemuan dari Lindeman dan teman kerjanya, didapat rekomendasi konsumsi enam gelas air per hari cukup untuk lansia yang dalam keadaan sehat, kecuali lansia yang mengalami stress atau situasi stres, karena keadaan stres ini akan meningkatkan resiko kehilangan cairan.1 Asupan air pada lansia harus lebih diperhatikan karena osmoreseptor kurang sensitif, sehingga mereka sering kali merasa tidak haus. Kecukupan asupan air pada lansia, meskipun telah dihitung dengan cermat, harus dipantau melalui eksresi urin. Volume minimal urin sehari adalah setengah liter, jenis minuman sebaiknya air buah, karena selain memasok cairan, sari buah juga mensuplai vitamin.1 6. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Lansia Tabel 2. Angka kecukupan gizi lansia
Kelompok
BB
unur Laki-laki
TB
Energi
Protein
Lemak Omega- Omega- KH
Serat Air
(kg) (cm)
(kkal)
(gr)
(gr)
6 (gr)
3 (gr)
(gr)
(gr)
(ml
62
168
2325
65
65
14,0
1,6
349
33
2600
60
168
1900
62
53
14,0
1,6
309
27
1900
58
168
1525
60
42
14,2
1,6
248
22
1600
55
159
1900
57
53
11,0
1,1
285
28
2300
54
159
1550
56
43
11,0
1,1
252
22
1600
53
159
1425
55
40
11,0
1,1
232
20
1500
50-64 thn Laki-laki 65-80 thn Laki-laki >80 thn Perempuan 50-64 thn Perempuan 65-80 thn Perempuan >80 thn Sumber : AKG Lansia 2013 Presentase kebutuhan zat gizi makro untuk lansia adalah 20-25% protein, 20% lemak, 55-60% karbohidrat. Dari berbagai jenis zat gizi yang tercantum dalam AKG, zat gizi yang mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya usia adalah energi. Sebenarnya, kebutuhan energi antara pria dan wanita di Indonesia tidak jauh berbeda, terutama pada masa usia produktif. Di dalam AKG, kebutuhan energi untuk pria dengan golongan usia 10-65 tahun ke atas cendrug stabil, yaitu 2050-2600 kkal. Sedangkan pada wanita usia 19 sampai 65 tahun ke atas terdapat perbedaan yang signifikan. Sejak usia 19 tahun, wanita mengalami
penurunan energi. Wanita yang berusia 16-18 tahun memiliki angka kecukupan energy ± 2200 kkal, sedangkan pada usia 19-29 tahun sebesar ± 1900 kkal, usia 30-45 tahun sebesar ± 1800 kkal, usia 50-64 tahun ±1750, dan usia 65 tahun ke atas sebesar ± 1600 kkal. Hal ini menunjukan bahwa mulai pada usia 19 tahun, wanita mengalami enurunan kebutuhan energi.1 7. Pola Menu Lansia Penyusunan menu pada lansia harus tetap berpedoman pada pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Beberapa penyakit yang diderita oleh sebagian lansia harus menjadi pertimbangan dalam menyusun menu mereka. Beberapa bahan makanan yang di anjurkan dan bahan makanan yang harus dihindari menjadi menjadi pertimbangan dalam memilih bahan makanan untuk lansia.1 Tabel 3. contoh menu lansia selama satu hari – menu 1 Jenis
bahan Pria
Wanita
makanan Nasi
3 x 200 gram
3 x 200 gram
(3 x 1,5 gelas belimbing)
( 2 x 1,5 gelas belimbing)
Lauk daging / ikan
1,5 x 50 gram
2 x 50 gram
Tempe
5x 25 gram ( 1 pt kecil)
4 x 25 gram (1 pt kecil)
Tahu
5 x 50 gram
4 x 50 gram
Sayur
1,5 x 100 gram
1,5 x 100 gram
(1,5 x 1 gelas penuh sayur)
Buah
2 x 100 gram ( 1 pt 2 x 100 gram 9 1 pt
Gula
sedang)
sedang)
2 sendok makan (sdm)
2 sendok makan (sdm)
Minyak ( santan 2 sdm (1,5 gelas)
2 sdm ( 1,5 gelas)
cair)
Tabel 4. Contoh menu lansia satu hari – menu 2 Waktu
Menu
Porsi per menu (gram)
Pagi
Havermut krispi tabor buah
100
Susu bebas lemak
20
Muffin jagung
100
Jus tomat strowberi
100
Jam 10.00
Makan malam
Jam 16.00
siang/ Nasi putih
100
Sup bakso ikan
50
Pepes tempe jamur
50
Selada padang
100
Jus jeruk
100
Puding jagung kelapa muda
100
Tabel 5. berbagai jenis makanan berdasarkan sumber zat gizi Kelompok makanan
Jenis makanan
Sumber karbohidrat
Nasi, jagung, ketan, bihun, biscuit, kentang, mie instan, mie kering, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, macaroni
Sumber protein hewani
Daging ayam, saging sapi, hati (ayam, sapi),
telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, bakso daging Sumber protein nabati
Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom
Buah – buahan
Papaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang ambon, sawo, semangka, tomat, sirsak
Sayuran
Bayam, buncis, beluntas, daun papaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, kecipir, sawi, wortel dan selada
Makanan jajanan
Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles
Susu
Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim.
8. Penilaian Diet pada Lansia Penialaian energi didefinisikan sebagai yang menggambarkan kualitas dan kuantitas asupan dan pola makan lansia melalui pengumpulan data dalam survey konsumsi makanan. Metode-metode yang digunakan dalam survey konsumsi makanan yaitu : a. Jangka pendek. Mengumpulkan informasi data makanan saat ini (current). Alat ukur : 24 hours food recall dan lebih dari 2 hari (dietary record).
b. Jangka panjang. Mengumpulkan informasi tentang makanan yang biasa dikonsumsi sebulan atau setahun yang lalu. Alat ukur : dietary history atau food frekuecy questionnaire (FFQ).1 9. Pengukuran Status Gizi Lansia a. Penilaian Antropometri Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimens kerangka tubuh manusia secara kuantitatif. Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau ukuran tubuh , yaitu tinggi badan (TB) dan berat badan (BB). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat microtoice dengan ketelitian 0,1 cm. Akan tetapi pada lansia yang mengalami kelainan tulang dan tidak dapat berdiri, tidak dapat dilakukan pengukuran tinggi badan secara tepat. Menurut Chumlea, bagi lansia yang tidak dapat berdiri ataupun bongkok, maka pengukuran tinggi lutut dapat dilakukan untuk memperkirakan tinggi badan. Sementara itu, Schlenker (1993) menyebutkan bahwa ada metode lain yang dapat dipakai untuk memprediksi tinggi badan, yaitu dengan pengukuran tinggi lutut dan panjang depa.1 Cara pengukuran antropometri pada lanjut usia 1. Pengukuran tinggi badan a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mikrotoa 2 meter b) Alat sudah ditera c) Letakkan mikrotoa di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak lurus, tarik pita meteran ke atas sampai menunjukan angka nol, paku/temple kan ujung pita pada dinding (2m).
d) Tarik kepala mikrotoa ke bawah dan di fiksasi sekitar 50 cm dari atas e) Meteran microtoice diturunkan hingga mengenai kepala anak f) Hasil pengukuran dibaca pada skala (garis merah) dengan ketelitian 0,1cm. g) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala.6 Cara pengukuran : a) Posisikan lansia berdiri tegak pada permukaan tanah/lantai yang rat tanpa memakai alas kaki (sandal, sepatu) b) Posisikan ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian jari-jari kaki c) Pandangan mata lurus kedepan d) Kedua lengan menggantung santai menenmpel di dinding tembok e) Pada waktu mengukur TB, punggung, tumit, pantat dan belakang kepala menempel pada tembok, posisi kepala tegak dan pandangan mata lurus kedepan, lengan menggantung di sisi.6 2. Pengukuran berat badan a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan pegas b) Alat sudah ditera c) Letakkan di lantai yang rata posisikan angka sampai menunjukan angka nol d) Hasil pengukuran di baca pada skala dengan ketelitian 0,1 cm e) Upayakan mata pengukur sejajar dengan skala.6
Cara pengukuran : a) Lansia berdiri tegak dengan memakai pakaian seminimal mungkin, tidak membawa beban atau benda apapun dan tanpa alas kaki (sandal, sepatu) b) Mata menutup lurus kedepan, dan tubuhh tidak membungkuk c) Pembacaan dilakukan pada alat secara langsung.6 3. Pengukuran panjang depa Kondisi/Syarat pengukuran : a) Lansia yang diukur harus memiliki kedua tangan yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam posisi lurus mendatar/ horizontal dan tidak dikepal. b) Jika salah satu kedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit atau sebab lainnya, maka pengukuran ini tidak dapat dilakukan c) Panjang depa tidak dianjurkan diukur dalam posisi berbaring atau telentang karena dapat mengurangi tingkat ketelitian hasil pengukuran sehingga hasilnya kurang akurat.6 Cara pengukuran : a) Lansia berdiri dengan kaki dan bahu menempel membelakangi tembok sepanjang pita pengukuran yang ditempel di tembok. b) Bagian atas kedua lengan hingga ujung telapak tangan menempel erat didinding sepanjang mungkin c) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri.6
4. Pengukuran tinggi lutut: a) Kondisi syarat pengukuran: Tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan sehingga sering digunakan untuk memperkirakan tinggi badan seseorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang tidak dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya b) Alat pengukuran: Penggaris kayu/ stailess stell dengan mata pisau menempel pada sudut 90° pada kaki kiri. Cara pengukuran : a) Lansia diukur dalam posisi duduk atau berbariing/ tiduran di atas lantai atauu kasur dengan permukaan rata/ flat tanpa menggunakan bantal atau alas kepala (topi) apapun b) Segitiga kayu diletakkan pada kaki kiri antara tulang kering dengan tulang paha membentuk sudut 90° c) Penggaris kayu/ stailess stell ditempatkan diantara tumit sampai bagian tertinggi dari tulang lutut. Pembacaan dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.6 Menurut Gibson, tinggi lutut memiliki korelasi yang erat dengan tinggi badan sehingga tinggi badan lansia pria dan wanita dapat dirumuskan dari data tinggi lutut sebagai berikut : a) TB pria
= 64,19 – (0,04 – usia dalam tahun) + (2,02 – tinggi
lutut dalam cm)
b) TB wanita
= 84,88 – (0,24 – usia dalam tahun) + (1,83 – tinggi
lutut dalam cm).1 5. Pengukuran tinggi duduk Kondisi syarat pengukuran : a) Bila lansia tidak dapat berdiri tegak dan atau merentangkan kedua tangannya sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan tidak dikepal. b) Jika salah satu atau kedua pergelangan tangan tidak dapat diluruskan karena sakit atau sebab lainnya. Alat pengukuran: a) Alat ukur terdiri dari bangku duduk duduk dari kayu dengan panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 40 cm bagi lansia lakilaki dan 35 cm bagi lansia perempuan. b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding Cara pengukuran : a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-ka dulu sampai lantai b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak, kepala dan tulang belakang/ punggung menempel rapat ke dinding c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi) e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding bangku dan mata menatap lurus kedepan
f) Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di dinding tepat di atas kepala, setelah dikurangi tinggi bangku.6 Tabel 6. Kategori status gizi lansia berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Status Gizi Kurus Normal Gemuk Obesitas
IMT <18,5 18,5 – 25,0 25,1 – 27, 0 >27,0
Sumber: Depkes RI tahun 20056 10. Perhitungan Angka Kecukupan Energi Individu Energi dibutuhkan manusia untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik sehari-hari dan untuk memprtahankan kehidupan, yaitu untuk menggerak semua proses-proses dalam tubuh, seperti sirkulasi darah, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan proses-proses fisiologis lainnya. Karbohidrat, lemak dan protein adalah sumber energi bagi kebutuhan tubuh. Energi yang masuk dalam tubuh melalui makanan harus seimbang dengan energi yang dibutuhkan oleh masing-masing individu. Kelebihan dan kekurangan energi pada msing-masing individu dapat diukur dengan melihat berat badannya. Akibat masukan energi yang berlebihan darei kebutuhan, akan menyebabkan kegemukan. Sementara masukan energi yang kurang dari kebutuhan menyebabkan berat badan kurang.19 Pada kelompok usia lanjut hasil perhitungan AKE perlu dikoreksi karena jumlah subyek yang kecil dan overestimasi, yaitu overestimasi 9 % pada lansia laki-laki dan 11% pada lansia perempuan mulai usia 65 tahun.
Pada lansia juga dilakukan koreksi penurunan kebutuhan energi dengan bertambahnya umur yaitu 5% pada usia 50-64 tahun, 7.5 % pada usia 6579 tahun, dan 10% pada usia >=80 tahun sebagai akibat penurunan jumlah sel-sel otot, beragam kompleks penurunan fungsi organ.19 Menghitung angka kecukupan energi bagi orang dewasa dan lanjut usia hanya memperhitungkan energi kegiatan dan faktor kelipatan EMB. Energi pertumbuhan tidak termasuk faktor yang diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena pada masa dewasa dan lanjut usia, energi dibutuhkan hanya untuk melakukan aktifitas dan bukan untuk pertumbuhan.19 Rumus menghitung energi metabolisme basal untuk lansia: Pria > 60 Tahun, EMB = 1 kal x BB x 24 jam Wanita > 60 Tahun, EMB = 0,9 x BBx 24 jam B. Kerangka Teori Berdasarkan landasan teori tersebut maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut: Perubahan fisiologis pada lansia -
Berkurangnya
-
indra penciuman Berkurangnya sekresi saliva
-
Menurunnya sekresi Hcl
-
Menurunnya sekresi pepsin
-
Menurunnya sekresi garam empedu
Perubahan komposisi tubuh pada - Penurunan motilitas usus lansia -
Menyusutnya massa otot
-
Meningkatnya lemak tubuh
Asupan Gizi Lansia
Status gizi lansia
C. Kerangka Konsep Asupan energi lansia
Asupan zat gizi makro lansia : Karbohidrat, Protein, dan Lemak
Keadaan fisik Lansia
Status gizi lansia
Definisi Operasional N0
Varabel
Defenisi
Alat ukur
Cara ukur
Hasil ukur
Skala
Merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi, yang di ukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) pada usia 60 tahun ke atas.
Timbangan elektrik untuk menimbang berat badan. Microtoise untuk mengukur tinggi badan. Pita meteran untuk menggukur tinggi lutut.
Mengukur berat badan dan tinggi badan lansia. Dan pengukuran tinggi lutut dilakukan jika lansia tidak dapat berdiri dengan sempurna.
1.Kurus jika IMT < 18,5 kg/m2 2. Normal jika IMT 18,5 – 25,0 kg/m2 3.Gemuk jika IMT 25,1 – 27, 0 kg/m2 4.Obesitas jika IMT > 27,0 kg/m2
Ordinal
1
Status gizi Lansia
2
Asupan Jumlah energi yang energi lansia dikonsumsi responden dari makanan sehari-hari dalam satuan kkal. Menggunakan recall 1x 24 jam selama 2 hari
Food recall 1 x 24 jam selama 2 hari
Wawancara
Berdasarkan AKG : 1.Kurang bila, <80% AKG 2.Cukup, bila ≥80% AKG. Berdasarkan proporsi kebutuhan individu
Ordinal
3
Asupan zat gizi makro lansia
Food recall 1 x 24 jam
Wawancara
1.kurang, bila < 80% AKG 2.Cukup, bila ≥ 80%
Ordinal
Zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan
satuan gram yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi makro yang dibutuhkan oleh tubuh adalah karbohidrat, lemak, dan protein. a
b
AKG 1.Kurang, bila < 80% AKG 2.cukup, bila ≥ 80% AKG Serta berdasarkan kebutuhan ketiga zat gizi makro.
Asupan karbohidrat
Banyaknya / jumlah makana yang dikonsumsi mengandung karbohidrat yang dikonversi ke dalam gram, menggunakan recall 1 x 24 jam selama 2 hari
Food Recall 1 x 24 jam
Wawancara
1.Kurang , bila < Ordinal 80% AKG 2.Cukup, bila ≥ 80% AKG Berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat: 1.Kurang, bila asupan karbohidrat < 60% 2.Cukup, bila asupan karbohidrat ≥ -60%
Asupan protein
Banyaknya / jumlah Food recall Recall makanan yang 1 x 24 jam dikonsumsi mengandung protein yang dikonversi ke dalam gram, menggunakan recall 1
Wawancara
1.Kurang , bila <80% AKG Ordinal 2.Cukup, bila ≥ 80% AKG Berdasarkan proporsi energi dari protein : 1.Kurang, bila asupan
x 24 jam selama 2 hari
c
Asupan lemak
Banyaknya / jumlah makanan yang dikonsumsi mengandung lemak yang di konversi ke dalam gram, menggunakan recall 1 x 24 jam selama 2 hari
4.
Keadaan fisik lansin
Yaitu untuk melihat bagaimana keadaan fisik pada lansia
protein < 20% 2.Cukup, bila asupan protein ≥20% Wawancara
Kuusiner
Wawamcara
1.Kurang , bila < Ordinal 80% AKG 2.Cukup, bila ≥ 80% AKG Berdasarkan proporsi energi dari lemak: 1.Kurang, bila asupan lemak < 20% 2.Cukup, bila asupan lemak ≥20% 1.Baik bila skor ≥ 6 Ordinal 2.Tidak baik bila skor <6
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu melihat gambaran asupan energi, zat gizi makro, status gizi lansia dan keadaan fisik lansia di posyandu lansia RW 05 di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia RW 05 di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji kota Padang, dari bulan September 2014 - Juni 2015. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang terdata berumur 60-70 tahun dan tinggal di wilayah Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2015 dengan jumlah 42 orang. Semua populasi dijadikan subjek penelitian dengan kriteria : a.
Bersedia dijadikan sampel
b. Tidak sakit pada saat penelitian c. Bisa berkomunikasi dengan baik D. Jenis dan Cara pengumpulan data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1.
Data Primer Data primer meliputi :
a. Asupan energi dan asupan zat gizi makro Untuk mengetahui asupan energi dan asupan zat gizi makro responden perhari, digunakan food recall dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Wawancara lansung kepada responden oleh pewawancara 2. Menanyakan jenis dan jumlah seluruh makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam terakhir sebelum wawancara berlangsung 3. Untuk mendapatkan data kualitatif, maka, harus dilengkapi dengan pertanyaan ukuran rumah tangga (URT) seperti ukuran sendok, gelas, atau food model. 4. Analisis bahan makanan yang didapatkan dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) atau program Nutri Survey 5. Bandingkan data yang didapatkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan (DKGA/AKG). b. Status Gizi Lansia Status gizi dikumpulkan dengan metoda antropometri dengan melakukan pengukuran Berat badan (BB) dengan menggunakan timbangan elektrik dan tinggi badan
(TB) dengan menggunakan
microtoice dengan ketelitian 0,1 cm dan bagi lansia yang memiliki kelainanan tulang dan tidak bisa berdiri smpurna dilakukan pengukuran tinggi lutut dengan menggunakan pita meteran. Kemudian dihitung IMT nya. c. Keadaan Fisik Lansia
Data keadaan fisik lansia dikumpulkan dengan metode wawancara dengan form kuisioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari posyandu lansia tentang daftar lansia dan status gizi lansia pada bulan maret 2014 di RW 05, 06, dann 07 di kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota padang. E. Pengolahan Data Pengolahan
data
dilakukan
secara
komputerisasi
dengan
menggunakan program SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap : 1. Editing (Pemeriksaan Data) Editing yaitu memeriksa kembali jawaban responden, tentang asupan energi dan zat gizi makro sebagai faktor yang dapat mmpengaruhi status gizi. Tujuan editing ini adalah untuk melengkapi data yang masih kurang maupun memeriksa kesalahan untuk diperbaiki yang berguna pada saat pengolahan. 2. Coding (Pemberian Kode) Coding
bertujuan
mempemudah
analisa
dan
mempercepat
pemasukan data. a. Tahap kegiatan memberikan kode terhadap hasil pengukuran status gizi, dikategorikan : 1. Kurus IMT < 18,5
=0
2. Normal IMT 18,5 – 25,0
=1
3. Gemuk IMT 25,1- 27,0
=2
4. Obesitas IMT > 27,0 d.
=3
Tahap kegiatan memberikan kode terhadap hasil food recall untuk asupan energi lansia :
1. Kurang, bila < 80% AKG
=0
2. Cukup, bila ≥80% AKG
=1
b. Tahap kegiatan memberikan kode terhadap hasi food recall asupan zat gizi makro: 1) Asupan karbohidrat lansia a. kurang, bila < 80% AKG
=0
b. Cukup, bila ≥ 80% AKG
=1
Berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat: a. Kurang, bila asupan karbohidrat < 55% = 0 b.
Cukup, bila asupan karbohidrat ≥ 60% = 1
2) Asupan protein lansia a. Kurang, bila < 80% AKG
=0
b. cukup, bila ≥ 80% AKG
=1
Berdasarkan proporsi energi dari protein : a. Kurang, bila asupan protein < 20%
=0
b. Cukup, bila asupan protein ≥25%
=1
3) Asupan lemak lansia a. Kurang , bila < 80% AKG
=0
b. Cukup, bila ≥ 80% AKG
=1
Berdasarkan proporsi energi dari lemak: a. Kurang, bila asupan lemak < 20%
=0
b. Cukup, bila asupan lemak ≥20%
=1
c. Tahap kegiatan memberikan kode terhadap hasil kuisioner untuk keadaan fisik lansia: a. Kurang bila skor > 6
=0
b. Baik bila skor ≥ 6
=1
3. Entry (Memasukkan Data) Memasukkan data tstatus gizi
yang sudah di edit pada program
Ms.Excel dan memasukkan data asupan energi dan asupan zat gizi makro pada program nutri survei, setelah mendapatkan hasilnya data tersebut di ekspor ke program SPSS. 4. Cleaning (Pembersihan Data) Data yang telah dimasukan di cek kembali untuk memastikan data tersebut telah bersih dari kesalahan. Cleaning dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi masing- masing variabel apabila terdapat tempat nilainilai ekstrim maska dilakukan pengecekan kembali untuk melihat kesalahan-kesalahan dalam entri data. F. Analisis Data Analisa data dilakukan secara univariat. Analisi univariat adalah analisis statistik yang menggunakan satu variabel yang menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, disajikan dengan tabel distribusi frekuensi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum 1.
Gambaran Umum wilayah Posyandu lansia RW 05 kelurahan Kuranji Posyandu lansia RW 05 Kelurahan Kuranji merupakan salah satu Posyandu lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang.Dimana wilayah kerja Puskesmas Belimbing ini meliputi 9 kelurahan. Nama dari Posyandu ini Posyandu Lansia RW 05akan tetapi sebenarnya posyandu ini hanya meliputi RW 05 saja. Posyandu ini terletak di RW 05 Kelurahan Kuranji dan lansia yang hadir di Posyandu ini adalah lansia dari RT 1, 2, 3, dan 4 dengan jumlah lansia yang terdaftar yaitu sebanyak 72 orang. Awalnya Posyandu ini didirikan oleh mahasiswa STIKes Indonesia yang melakukan praktek kerja lapangan diwilayah ini, namun sekarang posyandu lansia ini sudah semakin baik dan aktif dalam mengadakan posyandu dalam tiap bulannya.Posyandu lansia ini mempunyai 3 orang kader. Dalam setiap kali kegiatan posyandu selalu dihadiri oleh tim dari Puskesmas yang mengadakan pengobatan dan pemeriksaan kesehatan.
2. Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 37 orang. Awalnya sampel yang diambil adalah lansia yang berumur 60-70 tahun dengan jumlah 42 orang, akan tetapi responden yang memenuhi karakteristik untuk dijadikan sampel sebanyak 37 orang. Hal ini disebabkan karena
beberapa alasan seperti adanya responden yang sudah tutup usia, beberapa orang responden yang berpergian jauh saat melakukan penelitian dan ada juga data dari posyandu tersebut yang salah dalam menentapkan umur sehingga responden ini belum bisa dijadikan sampel. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Adapun gambaran umum umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan, dapat dilihat di bawah ini: a. Umur Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu lansia di RW 05 Kelurahan Kuranji Tahun 2015 Rata-rata 63.64
Med 63.0
SD 2.98
Min 60
Mak 69
Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa umur responden rata-rata adalah 64 tahun dengan umur tertinggi sebesar 69 tahun dan umur terendah sebesar 60. b. Jenis Kelamin Gambaran distribusi frekuensi respondenberdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan Kuranj Tahun 2015 Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan Total
n 18 19 37
% 48.6 51.4 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak 19 orang (51.4%). c. Tingkat Pendidikan Gambaran distribusi Pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Posyandu lansia di RW 05 Kelurahan Kuranji Tahun 2015 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Total
n 6 18 4 4 5 37
% 16,2 48.6 10.8 10.8 13,5 100.0
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden adalah SD sebanyak 48.6 % d.
Pekerjaan Gambaran distribusi pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Posyandu lansia di RW 05 Kelurahan Kuranji Tahun 2015 Pekerjaan Tidak bekerja Tani Pedagang Total
n 26 9 2 37
% 70,3 24.3 5,4 100.0
Padatabel 10 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata responden sudah tidak bekerja lagi yaitu sebanyak 70,3%. B. Hasil Penelitian 1.
Asupan Energi Lansia Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan energi dan berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh dapat dilihat pada tabel 11, 12, 13 dan 14.
Tabel 11 Rata-rata Kebutuhan Energi Lansia Berdasarkan Proporsi Kebutuhan Tubuh di Posyandu RW 05 Kelurahan KuranjiKecamatan Kuranji KotaPadang Tahun 2015 Rata-rata 1672.67
Med 1679.97
SD 334.982
Min 1068
Max 2454
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan energi responden yaitu sebesar 1672.67 kkal dengan kebutuhan energi terendah 1068 kkal dan kebutuhan energi tertinggi 2454 kkal .
Tabel 12 Rata-rata Asupan Energi Lansia di Posyandu RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 1433.42
Med 1523.65
SD 345.54
Min 674
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui energi responden yaitu sebesar 1433.42 kkal
Max 1953
bahwa rata-rata asupan dengan asupan energi
terendah 674 kkal dan asupan energi tertinggi 1953 kkal Tabel 13 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi Lansia di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 AupanEnergi Lansia Cukup ( ≥80% AKG). Kurang (<80% AKG)
n 18 19 37
Jumlah
% 48.6 51.4 100
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa responden dengan asupan energi kurang sebanyak 19 orang (51.4%). Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Asupan Energi Lansia di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Proporsi energy Cukup Kurang Jumlah Berdasarkan tabel 14
n 23 14 37
% 62.2 37.8 100.0 dapat diketahui bahwa asupan energi
responden berdasarkan proporsi kebutuhantubuh yang kurang sebanyak 14 orang (37.8%).
2. Asupan protein lansia Gambaran distribusi responden berdasarkan asupan protein menurut AKG dan proporsi kebutuhan tubuh dapat dilihat pada tabel 15, 16, 17, 18. Tabel 15 Rata-rata Kebutuhan Asupan Protein Responden di Posyandu RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 83,33
Med 83,40
SD 16,99
Min 53
Max 123
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan protein responden yaitu sebanyak 83.33 gr dengan kebutuhan protein terendah sebesar 53 gr dan kebutuhan protein tertinggi sebesar 123 gr. Tabel 16 Rata-rata Asupan Protein Lansia di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 43.73
Med 46.65
SD 9.941
Min 17
Max 58
Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa rata-rata asupan protein
responden yaitu sebanyak 43.73 gr dengan asupan protein
terendah sebesar 17 gr dan asupan protein tertinggi sebesar 58 gr. Tabel 17 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Protein Lansia di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Aupan protein Lansia Cukup ( ≥80% AKG).
n
%
18
48.6
Kurang (<80% AKG)
19 37
51.4 100
Jumlah
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa responden dengan asupan protein kurang sebanyak 19 orang (51.4%). Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Asupan Protein di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Proporsi Protein Cukup Kurang
n 0 37 37
Jumlah
% 0 100 100
Pada tabel 18 dapat diketahui bahwa asupan protein responden berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh dominan kurang yaitu sebanyak 100% 3. Asupan Lemak Lansia Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan lemak menurut AKG dan proporsikebutuhantubuh dapat dilihat pada tabel 19, 20, 21, 22. Tabel 19 Rata-rata Kebutuhan Asupan Lemak Responden di Posyandu RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 37.21
Med 37.33
SD 7.39
Min 24
Max 54
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui rata-rata kebutuhan asupan lemak
responden yaitu sebanyak 37.21 gr dengan kebutuhan lemak
terendah sebesar 24 gr dan kebutuhan lemak tertinggi sebesar 54 gr.
Tabel 20 Rata-rata Asupan Lemak Lansia di RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 39.64
Med 38.35
SD 11.972
Min 15
Max 63
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui asupan rata-rata lemak responen yaitu sebanyak 39,64 gr dengan asupan lemak tertinggi 63 gr dan asupan lemak terendah 15 gr. Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak Di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Aupan Lemak Lansia Cukup ( ≥80% AKG). Kurang (<80% AKG) Jumlah
n 16 21 37
% 43.2 56.8 100
Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui asupan lemak responden sebagian besar kurang sebanyak 21 orang (56.8%).
Tabel 22 Distribusi Responden BerdasarkanProporsi KebutuhanLemak di RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Proporsi Protein Cukup Kurang Jumlah
n 23 14 37
% 62.2 37.8 100
Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui bahwa asupan lemak responden berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh kurang sebanyak 14 orang (37,8%).
4. Asupan Karbohidrat Lansia Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan karbohidrat menurut AKG dan proporsi kebutuhan tubuh dapat dilihat pada tabel 23, 24, 25, dan 26. Tabel 23 Rata-rata Kebutuhan Asupan Karbohidrat Responden di RW 05 Kelurahan kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata
Med
SD
Min
Max
251.67
251.30
50.473
160
368
Berdasar kan tabel 23 dapat diketahui rata-rata kebutuhan asupan karbohidrat
responden
yaitu
sebanyak
251,67
gr
dengan
kebutuhankarbohidrat terendah sebesar 160 gr dan kebutuhan lemak tertinggi sebesar 368 gr. Tabel 24 Rata-rata Asupan Karbohidrat RespondendiPosyandu RW 05 Kelurahan kuranci Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 211.30
Med 220.35
SD 54.21
Min 89
Max 287
Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui bahwa asupan karbohidrat rata-rata responden yaitu sebanyak 211,30 gr dengan asupan karbohidrat tertinggi yaitu 287 gr dan asupan karbohidrat terendah yaitu sebanyak 89 gr.
Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat di RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Asupan karbohidrat Lansia
n
%
Cukup ( ≥80% AKG).
13
35.1
24 37
64.9 100
Kurang (<80% AKG) Jumlah
Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui asupan karbohidrat lansia yang cukup yaitu sebanyak 13 orang (35.1%) dan asupan karbohidrat kurang yaitu sebanyak 24 orang (64.9%). Tabel 26 Distribusi Responden Berdasarkan Proporsi Kebutuhan Asupan karbohidrat di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Proporsi Protein Cukup Kurang Jumlah
n 7 30 37
% 18.9 81.1 100
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa asupan karbohidrat responden berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh yang kurang sebanyak 30 orang (81,1%). 5. Status Gizi Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan Status Gizi dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 27 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Gizi di Posyandu Lansia RW 05 Kelurahan Kuranji kecamatan Kuranci Kota Padang Tahun 2015 Status Gizi
n
%
Kurus Normal Gemuk Obesitas Total
9 20 3 5 37
24.3 54,1 8.1 13.5 100.0
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa responden yang gizi kusrus sebanyak 24,3%, gemuk 8,1%, dan obesitas 13,5%. Table 28 Rata-rata Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan IMT di Posyandu RW 05 Kelurahan Kuranji kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2015 Rata-rata 21.74
Med 21.05
SD 4.01
Min 15.96
Max 32.20
Berdasarkan tabel 28 dapat dilihat bahwa rata-rata IMT responden adalah sebesar 21.74.dengan IMT tertinggi 32,2 dan IMT terendah sebesar 15,96. 6. Keadaan Fisik Responden Distribusi frekuensi responden berdasarkan keadaan fisik lansia, dapat dilihat pada tabel 28. Tabel 29 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaan fisik Lansia diPosyandu lansia di RW 05 Kelurahan Kuranji Tahun 2015 Keadaan Fisik Kurang Baik Total
n 14 23 37
% 37.8 62.2 100.0
Berdasarkan tabel 29 dapat diketahui bahwa keadaan fisik responden yang baik adalah sebesar 29.7% dan 70.3% nya kurang. Tabel 30 Keadaan Fisik responden NO 1
2
3
4
5
Aspek Fisik Responden Penurunan nafsu makan - Berat - Ringan - Tidak ada penurunan Kurang nafsu makan disebabkan kekurangan gigi geligi - Iya - Sedikit - Tidak Mengalami sakit atau stress psikologis - Iya sering - Kadang-kadang - Tidak Mengkonsumsi obat-obatan - Iya - Kadang-kadang - Tidak Berapa kali makan dalam sehari - 1 kali - 2 kali - 3 kali
N
%
4 20 13
10,8 54,1 35,1
2 20 15
5,4 54,1 40,5
8 28 1
21,6 75,7 2,7
12 25 0
32,4 67,6 0
0 17 20
0 45,9 54,1
Pada tabel diatas dapat dilihat rata-rata responden mengalami penurunan nafsu makan ringan sebanyak 54,1%, penurunan nafsu makan yang disebabkan oleh kekurangan gigi geligi sebanyak 54,1%, responden yang kadang-kadang mengalami sakit dan stress psikologis sebanyak 75,7%,responden yang kadang-kadang mengkonsumsi obatobatan sebanyak 67,7% dan kebiasaan makan responden 3 kali sehari seebanyak 54,1%. C. Pembahasaan 1. Gambaran Asupan Energi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran asupan energi lansia yang cukup sebanyak 18 orang (48,6%) dan kurang sebanyak 19 orang (51,4%) orang. Jika dibandingkan dengan AKG rata-rata asupan energi yaitu sebesar 1433 kkal dengan asupan energi tertinggi yaitu sebesar 1953 dan asupan energi terendah yaitu sebesar 674. Sedangkan angka kecukupan energi berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh adalah yang cukup sebanyak 62,2% kurang 37%. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Desi dari Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2014 diiperoleh gambaran asupan energi lansia yang kurang sebanyak52.9%.20 Energi yang dibutuhkan oleh lansia berbeda dengan energi yang dibutuhkan oleh orang dewasa karena perbedaan aktifitas fisik yang dilakukan.Selain itu energi juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga selsel maupun organ-organ dalam tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik saat masih muda.1 Masih kurangnya asupan energi ini disebabkan karena adanya penurunan nafsu makan sedang yang dialami oleh lansia sebanyak 20 orang (54.1%) dan penurunan nafsu makan berat sebanyak 4 orang (10,8%). Dan penurunan nafsu makan ini juga disebabkan oleh keadaan fisik responden dimana rata-rata responden pernah mengalami sakit dan stress psikologis sebesar 28 orang (75,7%).Dan kurangnya nafsu makan ini juga disebabkan oleh responden sering sakit-sakitan sehingga nafsu makannya berkurang dan juga karena kekurangan gigi geliginya.Ini juga disebabkan oleh factor ekonomi dan kemampuan responden dalam
menyediakan makanan untuk kebutuhannya.Seperti diketahui keadaan umum rata-rata penduduk di tempat dilakukannya penelitian ini adalah bermata pencarian petani. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah pekerjaan, umur, jenis kelamin dan keadaan fisik responden. Dimana pada penelitian ini masih ada lansia yang bekerja sebagai petani ( 24%), pedagang (5.4%), tidak bekerja (70,3%). Jenis pekerjaan ini juga mempengaruhi asupan energi responden dimana kebutuhan energi untuk orang yang bekerja dibandingkan yang tidak bekerja berbeda. Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berkurangnya aktifitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang juga tergantung dari pekejaan sehari-hari : ringan, sedang, berat. Makin berat pekerjaan seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaan fisik berat memerlukan zat gizi dan energi yang lebih banyak.12 Begitu juga dengan jenis kelamin, kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan juga berbeda dimana pada penelitian ini banyaknya responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 19 orang. Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energi,protein dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas permmukaan tubuh laki-laki lebih luas dari wanita.17
Faktor umur pada lanjut usia akan menyebabkan kebutuhan energi dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. 17. Makanan yang berlebihan akan memberikan nilai energi yang berlebih pula. Kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh dalam bentuk timbunan lemak. Untuk lansia , kebutuhan kalori akan menurun sekitar 5% pada usia 40-49 tahun dan 10% pada usia 50-59 tahun serta 6069 tahun. Kecukupan energi yang dianjurkan untuk lansia (>60 tahun) pada pria adalah 2200 kalori dan pada wanita adalah 1850 kalori. 2. Gambaran Asupan Protein Berdasarkan hasil penelitian yang yang dilakukan didapatkan gambaran asupan protein responden yang cukup yaitu sebanyak sebanyak 18 orang (48.6%) dan asupan protein kurang sebanyak 19 orang (51.4%) dengan asupan protein rata-rata yaitu sebesar 43,73 gr dengan asupan protein terendah sebesar 17 gr dan asupan protein tertinggi sebesar 58 gr. Sedangkan
kecukupan protein berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh
seemua responden masih dalam kategori angka kecukupan protein kurang 100% dengan rata-rata kecukupan asupan protein adalah 83,3 gr dengan kebutuhan terendah sebanyak 53 gr dan kebutuhan tertinggi sebanyak 123 gr. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar tahun 2014 di dapatkan asupan protein responden yang cukup sebesar 64.6% dengan asupan protein sebesar 96.36% AKG.
Hal ini menunjukan bahwa asupan protein total yang dibutuhkan manusia akan menurun sesuai dengan perubahan usia seseorang. Hal ini berkaitan dengan penurunan fungsi sel-sel tubuh pada manusia.Beberpa penelitian menemukan bahwa orang yang lebih tua atau semakin tua membutuhkan asupan protein yang lebih besar untuk memelihara keseimbangan nitrogen. Meskipun demikian, hubungan penurunan asupan protein dapat berpengaruh besar pada penurunan fungsi sel, sehingga seringkali terjadi penurunan massa otot, penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, dll. Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa.Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.21. Tingginya beberapa asupan protein responden disebabkan karena kebiasaaan makan responden yaitu yang hoby mengkonsumsi ikan asin, dan teri. Dimana ikan asin dan teri memiliki kalori dan kandungan protein yang cukup besar bila dibandingkan dengan ikan segar biasa. Dan adanya beberapa responden yang memiliki asupan protein kurang yaitu disebabkan karena responden makan tetapi tidak mengkonsumsi lauk hewani
ataupun
nabati
sedikitpun
ini
dipengaruhi
oleh
faktor
ekonomi.Dimana mayoritas penduduk ditempat dilakukannya penelitian ini adalah kampung maka sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan berdagang, sehingga berpengaruh pada daya beli untuk konsumsi lauk hewani dan nabati untuk kebutuhan sehari-hari.
Dengan bertambahnya usia perlu pemilihan makanan yang kandungan proteinnya bermutu tinggi dan mudah dicerna. Pakar gizi menganjurkan kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang bernilai biologis tinggi seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya kerena kebutuhan asam amino esensial meningkat pada usia lanjut. Akan tetapi, harus diingat bahwa konsumsi protein yang berlebihan akan memberatkan kerja ginjal dan hati.1 3. Asupan Lemak Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan terhadap gambaran asupan lemak responden di dapatkan konsumsi lemak yang cukup sebesar 16 orang (43.2%) dan asupan lemak kurang sebanyak 21 orang (56.8%), dengan asupan rata-rata konsumsi lemak responden adalah sebesar 39,64 gr dengan asupan lemak tertinggi 63 gr dan asupan lemak terendah 15 gr. Sedangkan kebutuhan lemak berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh di dapatkan kecukupan lemak yang cukup sebanyak 62,2%, kurang 37,8% dengan rata-rata kecukupan asupan lemak sebesar 37,21 gr dengan kebutuhan terendah sebanyak 24 gr dan kebutuhan tertinggi sebanyak 54 gr. Sedangkan menurut
penelitian yang dilakukan oleh Desi dari
Universitas Hasannudin Makassar tahun 2014 di dapatkan asupan lemak kurang 49.5% responden dengan asupan lemak 54% AKG.20 Kebutuhan tubuh akan lemak tidak terlalu banyak. Lemak hanya diperlukan beberapa persen saja dari total konsumsi makanan. Dalam mengkonsumsi lemak bukan hanya kuantitas lemak yang diperhatikan tetapi juga kualitas dan jenis lemak.
Kurangnya asupan lemak ini dipengaruhi oleh variasai menu yang di makan oleh responden tidak beraneka ragam dan cara pengolahannya juga tidak bervariasi. Contohnya kebiasaan makan responden yaitu mereka hanya memasak satu kali dalam sehari dan jenis makanan yang dimakannya pun juga itu.Jadi tidak bervariasinya makanan dan jenis pengolahannya ini mengakibatkan asupan lemak rata-rata responden kurang. Dan juga ada beberapa responden yang memiliki asupan lemak tinggi ini disebabkan kebiasaan responden yang suka makan makanan yang digoreng, bersantan kental dan juga sering mengkonsumsi gorenggorengan. Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi tidak di anjurkan, karena akan menambah resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal dan lainlain. Sumber lemak yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-kacangan, alpokat, minyak jagung, minyak zaitun. Lanjut usia sebaiknya mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi. Kebutuhan lemak pada usia lanjut harus dibatasi yaitu, sekitar 20% dari total konsumsi energi. Satu gram lemak menyumbangkan 9 kalori, berarti lebih dari 2 kali lipat di bandingkan sumbangan kalori dari satu gram karbohidrat dan protein. 4. Asupan Karbohidrat Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan gambaran asupan karbohidrat responden yang cukup yaitu sebanyak 13 orang
(35.1%) dan asupan karbohidrat kurang yaitu sebanyak 24 orang (64.9%) dengan rata-rata asupan karbohidrat responden adalah sebesar 211,30 gr dengan angka kecukupan paling rendah adalah sebesar 89 gr, dan tertinggi sebesar 287 gr. Sedangkan kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh di dapatkan angaka kecukupan karbohidrat sebanyak 18,9 %, kurang 81,1 %. Dengan rata-rata kecukupan kerbohidrat berdasarkan proporsi kebutuhan tubuh adalah sebanayk 251,67 gr dengan kebutuhan tertinggi 365 gr dan terendah sebanyak 160 gr. Masih kurangnya kecukupan karbohidrat ini dipengaruhi oleh frekuensi makan lansia yang tidak teratur. Dan juga di pengaruhi oleh berkurangnya asupan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh seiring dengan berambahnya usia. Akan tetapi akibat penurunan asupan lemak pada lansia, maka kebutuhan kalori menjadi sedikit meningkat. Masih kurangnya asupan karbohidrat ini juga disebabkan oleh frekuensi makan responden yang tidak teratur, kemudian pemilihan bahan makanan yang mengandung karbohidrat yang tidak terpenuhi. Dimana sebagian besar lansia hanya makan nasi dan jarang mengkonsumsi jenis karbohidrat kompleks berupa beras merah, jagung, ubi-ubian, biji-bijian dan kacang- kacangan. Dan adanya beberapa responden yang memiliki angka kecukupan asupan karbohidrat sebanyak 88% AKG dipengaruhi oleh ada sebagian responden yang tidak bekerja dan biasanya sering makan nasi dan sering mengkonsumsi kue, biskkuit yang diikuti dengan minum teh manis.
Bagi lansia dianjurkan agar mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup. 5. Status Gizi lansia Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwah gambaran status gizi responden yaitu kurus sebanyak 24.3%, normal 54,1%, gemuk 8,1% obesitas 13.5%. Sedangkan rata-rata IMT respondenyaitu
21.74
dengan IMT terendah yaitu 15.96 dan IMT tertinggi yaitu 32.20. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih Delimaniar Universitas Riau tahun 2013 tentang gambaran status Gizi lansia di dapatkan status gizi lansia obesitas lebih tinggi (17,5%), dan gemuk juga lebih tinggi (15%), sementara untuk status gizi kurus lebih rendah (5%) . Hasil ini juga cukup berbeda dengan hasil yang di laporkan oleh Boedie – Darmojo tentang statu gizi lansia di Indonesia yaitu dalam keadaan gizi kurang sebanyak 3,4%, kurus 28,3%, gemuk 6,7%, obesitas 3,4% dan normal sebanyak 42,4%. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan.Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan, panjang lutut. Status gizi normal adalah keadaan dimana terdapat keseimbangan antara asupan gizi dan energi yang dikeluarkan oleh seseorang, status gizi kurang adalah keadaan dimana asupan gizi yang dikonsumsi seseorang lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan sedangkan status gizi lebih adalah keadaan terbalik dari status gizi kurang dimana
asupan gizi yang dikonsumsi lebih banyak dan energi yang dikeluarkan sedikit. Data tersebut menunjukan bahwa masalah gizi pada lansia masih cukup tinggi.Adanya data responden yang didapatkan kelebihan berat badan dan obesitas ini disebabkan oleh asupan yang berlebih pada responden, karena adanya beberapa responden yang sudah tidak bekerja lagi dan juga disebabkan oleh factor umur. Dimana aktifitas atau kegiatan fisik berkurang maka energi yang terpakai sedikit dan cendrung akan mengakibatkan kegemukan atau obesitas.17 Sedangkan masih tingginya angka kurus yang didapatkan disebabkan karena ketidak sesuaian antara zat gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Dimana sebagian dari responden walaupun sudah lanjut usia tetapi masih melakukan pekerjaan yaitu seperti bertani dan berdagang. Sehingga asupan yang dimakan kadang tidak sesuai dengan aktifitass fisik yang mereka lakukan. Kemudian faktor ekonomi juga berpengaruh dimana daya beli responden terhadap bahan makanan kurang
sehingga asupan makannya juga kurang akan
menyebabkan status gizinya kurang. Status gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan lansia yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan lansia. 6. Keadaan Fisik Lansia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan keadaan fisik responden yang baik adalah sebesar 29.7% dan 70.3% nya kurang.Dengan kategori
pertanyaan yang diberikan melalui wawancara yaitu dengan menyanyakan langsung kepada responden Rata-rata responden yang mengalami penurunan nafsu makan berat sebanyak 4 orang (10,8%), penurunan nafsu makan sedang sebanyak 20 orang (54.1%), tidak ada penurunan nafsu makan sebanyak 13 orang (35,1%). Untuk penurunan nafsu makan yang di sebabkan oleh kekurangan gigi geligi sebanyak 2 orang (5,4%), 20 orang (54,1%) lagi menyatakan nafsu makannya agak berkurang sedikit karena kekurangan gigi geligi dan indra penciuman,sedangkankan 15 orang (40,5%) menyatakan tidak ada kekurangan nafsu makan yang disebabkan oleh kekurangan ggigi geligi dan indra penciuman. Responden yang sering mengalami sakit atau stress psikologis adalah sebanyak 8 orang (21,6%), responden yang kadang-kadang mengalami sakit atau stress sebanyak 28 orang (75,7%), dan responden yang tidak pernah mengalami sakit atau stress sebanyak 1 orang (2,7%) Responden yang sering mengonsumsi obat-obatan dirumah sebanyak 12 orang (32,4%), dan sebanyak 25 (67,6%) orang lagi tetap mengkonsumsi obat-obatan tetapi tidak terlalu sering Rata-rata responden yang mengkonsumsi makanan lengkap sehari yaitu sebanyak 2 kali sehari sebanyak 17 orang (45,9%), dan 3 kali sehari sebanyak 20 orang (54,1%).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebanyak 51,4% responden asupan energinya kurang dari AKG, sedangkan berdasarkan proporsi kebutuhan energy sebanyak 37,8% kebutuhan energinya kurang . 2. Sebanyak 51,4% responden asupan proteinnya kurang dari AKG, sedangkan berdasarkan proporsi keutuhan tubuh di dapat kebutuhan protein responden kurang 100% dari kebutuhan. 3. Sebanyak 56,8% responden asupan lemak kurang dari AKG, sedangkan berdasarkan proporsi kebutuhan lemak sebanyak 37,8% kebutuhan lemak kurang 4. Sebanyak 64,9% responden asupan karbohidratnya kurang dari AKG, sedangkan berdasarkan proporsi kebutuhan karbohidrat sebanyak 81,1% kebutuhan energinya kurang. 5. Di dapatkan gambaran status gizi lansia yaitu kurus sebanyak 24.3%, obesitas 13.5%, Gemuk 8.1%, dan normal sebanyak 54.1%. 6. Di dapatka gambaran keadaan fisik lansia yang baik yaitu sebanyak 62,2% dan yang kurang sebanyak 37,8%.
B. Saran Berdasarkan temuan-temuan masalah dalam penelitian ini, penulis memberikan saran. 1. Kepada ahli gizi maupun petugas kesehatan di Puskesmas agar memberikan penyuluhan mengenai kecukupan gizi lansia yang harus di penuhi dan contoh-contoh makanan yang dianjurkan kepada lansia di Posyandu Lansia ini. Hal ini sebagai usaha untuk mencegah terjadinya status gizi kurang dan status gizi lebih pada lansia. 2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan untuk dapat melihat gambaran asupan energi, zat gizi makro dan status gizi lansia dengan melihat kebiasaan bahan makanan yang sering dikonsumsi dalam sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA 1. Fatmah . Gizi Usia lanjut. Jakarta ; Erlangga. 2010 2. BPS RI- susenas 2011 3. Sinthania, Debby. Pengalaman Interaksi lansia Dengan Sesama Lansia Dan Pengasuh di Panti Sosial Tresna Werda Sicincin. Skripsi. Padang: Unand; 2012 4. BPS Sumbar 2011 5. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2009 dan 2013. 6. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi lansia. Jakarta; Kementerian Kesehhatan RI. 2012 7. Riza. Identifikasi Keadaan Sosial ekonomi, Pola Konsumsi makan, Status Gizi, Tingkat Sres, serta Status Kesehatan Lansia. Skripsi. Bogor. IPB. 2010 8. Zulfa Hanum. Gambaran Status Gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Cot Bada Tunong. Jurnal. Aceh. 2013 9. Ismayanti dkk. Hubungan antara Pola Konsumsi dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Yogyakarta.jurnal . FKM Universitas Ahmad dahlan.2011 10. Rian. Pengaruh Faktor Motivasi diri, Perasaan dan Emosi serta Dukungan keluarga terhadap Pola Makan Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Skripsi. USU. 2012 11. Rahmianti, dkk. Hubungan Pola Makan, Status Gizi, Dan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Suku Bugis Kabupaten Pangkep. Jurnal. Makasar. Universitas Hasanuddin. 2014 12. Maulida, dkk. Gambaran Periilaku Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Lanjut Usia di Tanjung Pura. Jurnal.2012. 13. Darmoyo, Boedhi, Buku Ajar Boedhi-Darmoyo geriatri, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2011 14. Mainake, Mykel.Hubungan Antara Tingkat Asupan Energi Dengan Status Gizi Lansia di Kelurahan Mapanget Barat Kecamatan Mapanget Kota Manado. Jurnal. FKM Universitas Sam Ratulangi Manado.2012 15. Posyandu Lansia RW 05,06 07 Kelurahan Kuranji bulan Maret 2014
16. Maryam, dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: salemba Medika. 2011 17. Kemenkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi lansia. Jakarta; Kementerian Kesehatan RI. 2014 18. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. 2004 19. Imfrantomi. Angka Sriwijaya.2013
Kecukupan
Energi
Individu.
Universitas
20. Desi. Pola Konsumsi dan Status Gizi Lansia.Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.2014 21. Setiawati Tuning. Gizi Pada Lansia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Isti Ekatana Upaweda. Yogyakarta. 2012.