Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
KONTRIBUSI PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN SAPU RAYUNG TERHADAP TOTAL PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA BOJONG KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG THE SAPU RAYUNG INDUSTRIAL REVENUE CONTRIBUTION TO THE TOTAL INCOME AND THE LEVEL OF CRAFTMEN HOUSEHOLD WELFARE IN DESA BOJONG KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG Oleh: Isti Faiyah, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1. Perbandingan faktor produksi industri kerajinan sapu rayung. 2. Hambatan industri kerajinan sapu rayung dan upaya mengatasi. 3. Total pendapatan rumah tangga pengrajin. 4. Kontribusi pendapatan industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin. 5. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian yaitu seluruh kepala rumah tangga pengrajin sapu rayung berjumlah 74 jiwa dari dua dusun 51 jiwa di Dusun Keprekan dan 23 jiwa di Dusun Dendengan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data meliputi editing, koding dan tabulasi. Teknik analisis data menggunakan tabel frekuensi dan analisis statistik regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Perbandingan faktor produksi: a. modal awal di Dusun Keprekan lebih besar dibandingkan Dusun Dendengan, b. pembelian bahan baku Dusun Keprekan lebih banyak dibanding Dusun Dendengan, c. di Dusun Keprekan lebih banyak menggunakan tenaga kerja upahan dibandingkan Dusun Dendengan, d. pemasaran sapu rayung Dusun Keprekan lebih luas dibandingkan Dusun Dendengan, e. transportasi dengan sepeda motor Dusun Keprekan lebih sedikit dibandingkan Dusun Dendengan, f. pemanfaatan sinar matahari Dusun Keprekan lebih banyak dibanding Dusun Dendengan. 2. Hambatan industri kerajinan sapu rayung, a. modal: Dusun Keprekan lebih rendah dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: meminjam pada keluarga, menyimpan uang hasil penjualan sebelumnya, b. bahan baku: Dusun Keprekan lebih besar dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: membeli banyak bahan baku di awal musim, c. tenaga kerja: Dusun Keprekan lebih tinggi dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: menambah tenaga kerja upahan dari luar, d. pemasaran: Dusun Keprekan lebih rendah dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: memasarkan secara mandiri, meningkatkan kualitas, inovasi, promosi online, e. sumber energi: Dusun Keprekan lebih banyak dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: persediaan rayung dijemur saat musim kemarau. 3. Total pendapatan rumah tangga Dusun Keprekan lebih tinggi dibandingkan Dusun Dendengan. 4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif pendapatan industri kerajinan sapu rayung Dusun Keprekan lebih besar dibanding Dusun Dendengan. 5. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin di Dusun Keprekan lebih tinggi dibandingkan Dusun Dendengan Kata kunci: pendapatan industri kerajinan sapu rayung, total pendapatan, tingkat kesejahteraan
1
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
ABSTRACT This research aims to obtain: 1. The comparison between the industrial production factors of sapu rayung craft. 2. The industrial barriers and the attempts to avoid the barriers in sapu rayung industry. 3. The craftsmen’s total income, 4. The sapu rayung industrial revenue contribution to the craftsmen’s total income, and 5. The level of craftsmen’s welfare. This research is a descriptive-quantative one. The research population are all the head of households working as sapu rayung craftsmen by the total of 74 people collected from two villages: 51 people from Keprekan village and 23 people from Dendengan village. The data collecting techniques used were interview, observation, and documentation. The data processing techniques used were editing, coding, and tabulation. The data analysis techniques used were frequency table and multiple regression statistical analysis. The results of the research show that: 1. The comparison production factors: a. the initial capital in Keprekan village is bigger than in the Dendengan village, b. the purchase of raw materials in Keprekan village is bigger than in Dendengan village, c. Keprekan village employ more wage labours than Dendengan village, d. the sapu rayung marketing broad of Keprekan village is larger than the one of Dendengan village, f. the utilization of sunlight in Keprekan village is much bigger than in Dendengan village. 2. The sapu rayung industrial barriers, a. capital: the one of Keprekan village is less than of Dendengan village, attempts: lending from families, saving the money from the previous sale, b. Raw materials: the one of Keprekan village is much more than of Dendengan village, attempt: buying more raw materials in the beginning season, c. labours: the one of Keprekan village is higher in number than of Dendengan village, attempt: adding the wage labours from outside the village, d. marketing: the one from Keprekan village is lower than from Dendengan village, attempts: selling independently, improving the quality, making innovation, promoting the products via online, e. Energy sources: the one in Keprekan village is more than in Dendengan village, attempt: drying the stock in summer. 3. The mean craftsmen’s total income of Keprekan village is higher than of Dendengan village. 4. The relative and effective industrial contributions from Keprekan village are bigger than from Dendengan village. 5. The level of household welfare among the craftsmen in Keprekan village is higher than in Dendengan village. Keywords: sapu rayung industrial revenue, total income, the level of welfare
2
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
berupaya mencukupi kebutuhan rumah
I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris
tangganya dengan mencari tambahan
yang sebagian besar masyarakatnya
pendapatan di sektor non pertanian,
tinggal di daerah perdesaan dan
yaitu di sektor industri.
bekerja di sektor pertanian. Luas lahan
Sektor industri merupakan sektor
pertanian semakin berkurang karena
utama dalam perekonomian Indonesia
banyaknya alih fungsi lahan dari
setelah sektor pertanian. Pembangunan
sektor pertanian ke non pertanian.
sektor
Pertumbuhan penduduk yang terus
menambah
meningkat menjadi faktor pendukung
masyarakat,
semakin tingginya tingkat alih fungsi
kesejahteraan
lahan. Penurunan luas lahan pertanian
memberikan
ini
perdesaan, seperti yang dikemukakan
akan
memberikan
beberapa
industri
akan
mampu
pendapatan
bagi
meningkatkan masyarakat peluang
kerja
dan di
dampak antara lain: 1) Kemunduran
oleh Philip Kristanto, (2004: 155):
dalam produksinya. 2) Kecilnya angka
Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan umat manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor industri.
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian. 3) Tenaga kerja manusia (man power) semakin tergeser dan sudah
banyak
digantikan
dengan
peralatan canggih untuk mengolah lahan pertanian. Lahan diketahui perdesaan. pertanian
pertanian identik
dengan
Penurunan ini
selama
tentu
luas
ini
daerah lahan
memberikan
dampak pada kondisi perekonomian masyarakat setempat. Berkurangnya
Industri di perdesaan mempunyai
pendapatan rumah tangga menjadikan kebutuhan
rumah
tangga
nilai yang lebih karena memanfaatkan
tidak
bahan baku lokal untuk menghasilkan
terpenuhi, sehingga masyarakat harus
3
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
barang dan jasa yang diperlukan.
terdapat 1.030.374 unit usaha baik
Beberapa
mikro,
alasan
yang
mendasari
kecil
dan
menyerap
perdesaan yaitu: 1) mengurangi angka
2.571.409 jiwa. Kabupaten Magelang
urbanisasi dari desa ke kota, 2)
merupakan daerah yang mempunyai
sifatnya yang padat karya
akan
kegiatan pengembangan perindustrian.
mampu menyerap tenaga kerja lebih
Industri yang ada mulai dari industri
banyak,
memungkinkan
berskala besar dan sedang, serta
tenaga kerja tetap melakukan aktivitas
didominasi oleh industri skala kecil
pertanian pada musim tertentu karena
sampai mikro (rumah tangga) dengan
masih satu lokasi dengan industri, 4)
jumlah total 405 unit, dan angka
menggunakan teknologi yang masih
penyerapan tenaga kerja mencapai
sederhana, sehingga mudah untuk
52.337 orang. Jenis industri yang ada
dipelajari (Hadi Prayitno dan Lincoln
di
Arsyad, 1987: 65). Industri yang
industri pengolahan, industri jasa,
banyak terdapat di perdesaan yaitu
industri kerajinan dan lain-lain (Dinas
industri kecil dan industri rumah
Perindustrian Koperasi dan UMKM
tangga, dengan karakteristik teknologi
Kabupaten Magelang tahun 2008).
masih
sederhana dalam pengelolaannya dan
Kabupaten
kerja
dan
pentingnya keberadaan industri di
3)
tenaga
UMKM
Magelang
sebesar
meliputi
Penelitian ini difokuskan pada
merupakan industri padat karya (Philip
sektor
Kristanto, 2004: 157). Peran industri
kerajinan
merupakan
di Indonesia sering dikaitkan dengan
industri
yang
masalah ekonomi dan sosial seperti
dikembangkan karena: 1) Sebagai
kemiskinan,
pengangguran
alternative
tinggi, distribusi pendapatan yang
sempitnya
tidak merata dan tingkat pembangunan
terbatasnya lapangan pekerjaan di
ekonomi di perdesaan yang masih
perdesaan. 2) Industri kerajinan tidak
terbelakang.
memerlukan
jumlah
Berdasarkan data Badan Pusat
industri
kerajinan.
salah
penting
mengatasi lahan
Industri
untuk
masalah
pertanian
jenjang
satu
dan
pendidikan
formal yang tinggi. 3) Keahlian dalam
Statistik, di Provinsi Jawa Tengah
4
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
keterampilan membuat kerajinan dapat
rayung dipengaruhi oleh beberapa
dipelajari dan dilatih.
faktor produksi dengan karakteristik
Salah satu industri kerajinan
masing-masing yang belum dikaji
yang ada di Kabupaten Magelang
secara optimal meliputi: modal, tenaga
yaitu industri kerajinan sapu rayung
kerja,
yang
Bojong,
pemasaran, dan sumber energi. Faktor
Kabupaten
produksi mempunyai pengaruh dalam
berada
Kecamatan
di
Desa
Mungkid,
bahan
baku,
transportasi,
Magelang yang dikenal sejak tahun
keberlangsungan
1950. Industri ini merupakan kerajinan
sapu rayung, namun kondisinya tidak
yang diwariskan dari generasi ke
selalu
generasi,
hambatan
pada
dimiliki pengrajin diperoleh secara
tersebut
menyebabkan
turun menurun. Peluang ini dapat
kerajinan sapu mengalami kondisi
digunakan
sebagai
fluktuasi.
masyarakat
untuk
dan
pengembangan
keterampilan
yang
motivasi melakukan
industri
stabil,
kerajinan
sehingga
menjadi
industri
Kondisi
mempengaruhi
kerajinan
industri
ini.
industri
ini
jumlah
Hal
akan
pendapatan
yang tidak menentu dari industri
sapu. Industri sapu rayung berpotensi
kerajinan
untuk dikembangkan karena mampu
berusaha
menambah pendapatan rumah tangga
mengatasi hambatan tersebut, namun
dari luar sektor pertanian, sehingga
belum optimal karena keterbatasan
diharapkan
pengetahuan yang dimiliki pengrajin.
dapat
kesejahteraan
meningkatkan
masyarakat
Desa
sapu.
Para
melakukan
Berdasarkan
Bojong.
pengrajin
upaya
observasi
untuk
oleh
peneliti pada hari Rabu. 18 Oktober
Desa Bojong terdiri dari 14
2015,
kedua
dusun
tersebut
dusun, akan tetapi hanya terdapat dua
mempunyai persamaan dan perbedaan
dusun yang
dilihat dari faktor geografis ataupun
memiliki penduduk
dengan mata pencaharian sebagai
non
pengrajin sapu, yaitu Dusun Keprekan
tercermin dari setiap dusun yang ada
dan
di Desa Bojong mempunyai tingkat
Dusun
Dendengan.
Pengembangan industri kerajinan sapu
geografis.
aksesibilitas
5
Faktor
yang
geografis
berbeda-beda.
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
Dusun Keprekan berjarak 100 m dari
Desa Bojong, oleh karena itu peneliti
jalan
mengangkat penelitian yang berjudul
raya
sedangkan
Dusun
Dendengan satu km dari jalan raya.
“Kontribusi
Hal tersebut akan berpengaruh pada
Kerajinan Sapu Rayung terhadap Total
waktu tempuh dan biaya transportasi
Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan
dalam distribusi bahan baku dan
Rumah Tangga Pengrajin Di Desa
pemasaran produksi kedua dusun.
Bojong
Faktor non geografis dari kedua dusun
Kabupaten Magelang”.
menunjukkan adanya perbedaan pada
historis,
Dusun
Industri
Kecamatan
Mungkid
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan
jumlah pengrajin sapu. Dilihat dari faktor
Pendapatan
penelitian deskriptif dengan analisis
Keprekan
sebagai tonggak industri kerajinan
kuantitatif
sapu memiliki jumlah pengrajin lebih
regresi
banyak jika dibandingkan dengan
dilaksanakan
Dusun Dendengan. Adanya berbagai
Kecamatan
perbedaan tersebut diindikasikan dapat
Magelang. Penelitian ini dilaksanakan
berdampak pada pendapatan yang
pada bulan Desember 2015 sampai
diterima dari kedua dusun mengalami
dengan bulan Mei 2016. Variabel
perbedaan.
dalam penelitian ini yaitu faktor
Pendapatan kerajinan
dari
sapu
rayung
berganda.
produksi
industri
menggunakan
di
statistik
Penelitian Desa
Mungkid
industri
ini
Bojong Kabupaten
kerajinan
sapu
rayung, hambatan industri kerajinan
akan
memberikan kontribusi pada total
sapu
pendapatan
hambatan, pendapatan rumah tangga
tangga
yang
diterima
pengrajin.
Besar
rumah
rayung,
pengrajin,
kecilnya
upaya
kontribusi
kontribusi pendapatan akan berbeda
industri
kerajinan
antara rumah tangga satu dan yang
terhadap
total
lainnya. Besar total pendapatan ini
tangga,
dan
nantinya
rumah
tangga.
akan
berpengaruh
pada
mengatasi
pendapatan
sapu
pendapatan tingkat
rayung rumah
kesejahteraan
Populasi
dalam
tingkat kesejahteraan rumah tangga
penelitian ini adalah seluruh kepala
pengrajin sapu rayung yang ada di
rumah tangga (KRT) pengrajin sapu
6
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
yang tersebar pada dua dusun di Desa
c. Sebelah
Bojong berjumlah 74 kepala rumah
Pabelan
tangga. Masing-masing 51 KRT di
Tamanagung
Dusun Keprekan dan 23 KRT di Dusun
Dendengan.
d. Sebelah
Teknik
Mungkid
pengumpulan data yang digunakan
Selatan:
Desa
dan
Desa
Barat:
Desa
dan
Desa
Paremono
dalam penelitian ini adalah observasi,
2. Kondisi Geografis
wawancara, dan dokumentasi. Teknik
a. Topografi dan Jenis Tanah
pengolahan data dalam penelitian ini
Desa
Bojong
adalah editing, koding, dan tabulasi.
merupakan
wilayah
Analisis data yang digunakan dalam
bertopografi relatif datar,
penelitian
ini
adalah
analisis
dengan tingkat kemiringan
kuantitatif
menggunakan
statistik
kurang dari 150 dan berada
regresi berganda.
di ketinggian kurang lebih 300-500
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian 1. Letak,
Luas,
dan
meter
permukaan
Batas
air
diatas laut
(mdpal).
Wilayah Penelitian
Jenis tanah yang ada
Letak astronomis Desa
di Desa Bojong yaitu tanah
Bojong yaitu pada 07 33’ 08”
regosol
LS-07 34’ 11” LS dan 110
sebagai tanah muda, karena
0
0
0
dikategorikan
15’ 23” BT-110 16’ 55” BT.
belum
menunjukkan
Luas wilayah keseluruhan desa
adanya
perkembangan
0
2
yaitu 255 ha atau 2,55 km .
horison tanah. Tanah yang
Batas-batas administrasi Desa
subur
Bojong yaitu sebagai berikut :
sebagian besar penduduk di
a. Sebelah
Desa
Utara:
Desa
Pagersari b. Sebelah Timur :
menyebabkan
Bojong
bermata
pencaharian sebagai petani Desa
khususnya
Gondowangi
komoditas padi.
7
untuk
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
b. Tata Guna Lahan
penjemuran
rayung
dan
Tata guna lahan di
penyimpanan dengan suhu
Desa Bojong yaitu terdiri
sedang, tidak terlalu panas
dari lahan sawah, lahan
ataupun lembab.
kering,
4. Kondisi Demografis
pekarangan/bangunan dan
Jumlah penduduk Desa
fasilitas umum.
Bojong menurut Badan Pusat
3. Kondisi Klimatologis
Statistik berjumlah 5.298 jiwa
a. Tipe Curah Hujan
dengan kepadatan penduduk
Berdasarkan
2.078 jiwa/km2. Besar sex ratio
penggolongan
Schmidth
Desa
Bojong
adalah
103.
dan Ferguson, curah hujan
Angka
Desa Bojong memiliki tipe
penduduk Desa Bojong adalah
C yaitu agak basah. Curah
49.
hujan sangat berpengaruh
penduduk Desa Bojong masih
terhadap
rendah mulai dari tidak tamat
produktivitas
industri
kerajinan
ketergantungan
Tingkat
pendidikan
sapu
SD sampai dengan tamat SMP
rayung di Desa Bojong.
sebesar 62,15% dengan jumlah
Jika curah hujan kecil,
3.006 jiwa. Tingkat pendidikan
maka produktivitas tinggi,
yang rendah memberi dampak
sebaliknya jika curah hujan
sulitnya mencari pekerjaan di
tinggi, maka produktivitas
sektor formal, oleh karena itu,
rendah.
penduduk Desa Bojong banyak
b. Temperatur
bermata pencaharian disektor
Temperatur rata-rata
informal seperti buruh tani,
harian di Desa Bojong yaitu
24,470C
23,250C. Desa
sampai
Temperatur Bojong
mendukung
petani,
pedagang,
dan
yang
tidak
pengrajin
di
membutuhkan
akan
tingkat
pendidikan yang tinggi untuk
untuk
melakukannya.
8
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
dengan
B. Karakteristik Responden 1. Alamat
Tempat
Tinggal
Dusun
Dendengan
sebesar 13,04%.
Responden
5. Lama Usaha
Pengrajin sapu rayung di
Lama
usaha
industri
Desa Bojong hanya terdapat di
rumah tangga kerajinan sapu
dua
Dusun
rayung di Dusun Keprekan
Keprekan dengan jumlah 51
lebih lama yaitu lebih dari 30
responden
tahun
dusun
Dusun
yaitu
(68,91%)
dan
Dendengan
23
responden (31,09%). 2. Umur Responden
sebesar
43,13%,
sedangkan
di
Dusun
Dendengan
baru
dijalani
selama 10-19 tahun dengan
Umur responden berkisar
persentase
sebesar
39,14%.
antara 30 tahun sampai dengan
Persentase terkecil di Dusun
60 tahun ke atas.
Keprekan yaitu 13,73% lama
3. Jenis Kelamin Responden
usaha satu sampai sembilan
Responden penelitian di
tahun, sedangkan di Dusun
kedua dusun sebagian berjenis
Dendengan
kelamin laki-laki dan beberapa
dengan lama usaha satu sampai
perempuan (janda cerai mati
sembilan tahun dan 20 sampai
atau hidup).
29 tahun.
4. Tingkat Pendidikan Responden
6. Jumlah
Tingkat pendidikan dasar
Tangga
sebesar
Anggota
30,43%
Rumah
SD dan SMP Dusun Keprekan
Jumlah anggota rumah
dan Dusun Dendengan yaitu
tangga responden dari kedua
76,47%
dusun sama yaitu 3-4 jiwa
dan
86,96%.
Responden yang menempuh
dengan
pendidikan menengah sebesar
masing sebesar 92,16% di
23,53% di Dusun Keprekan
Dusun Keprekan dan 91,3% di
lebih
Dusun Dendengan. Persentase
tinggi
dibandingkan
persentase
masing-
terkecil dengan jumlah anggota
9
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
rumah tangga 1-2 jiwa dengan
diperlukan
persentase di Dusun Keprekan
produksi.
sebesar 7,84% dan di Dusun
2. Bahan Baku
Dendengan
8,7%.
Rata-rata
untuk
proses
Periode pembelian bahan
untuk setiap rumah tangga
baku
responden terdiri dari ayah,
responden sebagian besar sama
ibu, dua anak yang disebut
yaitu
juga dengan keluarga kecil.
persentase yaitu
C. Perbandingan Faktor Produksi
yang
dilakukan
oleh
mingguan.
Besar
masing-masing
86,27%
Dusun
Industri Kerajinan Sapu Rayung
Keprekan
1. Modal
Dusun Dendengan. biaya yang
Modal
responden
dari
dan
di
73,91%
di
dikeluarkan responden untuk
kedua dusun merupakan modal
membeli
sendiri
bahan tambahan di
Dusun
masing-masing yaitu Dusun
Keprekan
Dusun
Keprekan 96,07% sedangkan
Dendengan sama yaitu antara
di Dusun Dendengan 86,96%
Rp 1.000.000-Rp 5.000.000
dan
yang
sebesar 60,79% dan 86,96%.
memanfaatkan pinjaman dari
Responden yang mengeluarkan
bank. Rata-rata modal awal
biaya antara Rp 13.000.000-
pengrajin di Dusun Keprekan
≥Rp 17.000.000 hanya terdapat
lebih tinggi yaitu sebesar Rp
di Dusun Keprekan dengan
429.039
Dusun
persentase 7,84%. Rata-rata
Dendengan lebih rendah yaitu
biaya untuk membeli bahan
Rp 299.000. modal operasional
baku dan bahan tambahan
digunakan
membeli
Dusun Keprekan lebih tinggi
bahan baku, bahan tambahan,
yaitu Rp 4.754.518 sedangkan
biaya transportasi, upah tenaga
Dusun
kerja non rumah tangga, bahan
rendah yaitu Rp 2.703.030.
dengan
hanya
persentase
16,97%
sedangkan
untuk
bakar dan biaya lainnya yang
bahan
dan
Dendengan
3. Tenaga Kerja
10
baku
dan
lebih
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
Di
Dusun
Keprekan
Rata-rata
biaya
yang
sebesar 62,74% dengan jumlah
dikeluarkan responden Dusun
tenaga
orang,
Keprekan lebih tinggi yaitu Rp 62.294 dibandingkan dengan
kerja
3-4
sedangkan
di
Dusun
Dendengan
sebesar
65,21%
responden tenaga
Dusun
menggunakan
kerja
Sebagian
1-2
besar
mempunyai
lebih
rendah yaitu Rp 36.478.
orang.
6. Sumber Energi
responden
tenaga
Dendengan
Penelitian menunjukkan
kerja
lebih banyak responden di
dengan status tenaga kerja
Dusun Keprekan menggunakan
keluarga.
sinar matahari dibandingkan
4. Pemasaran
dengan
Sebesar responden
70,58%
Dusun
memasarkan
Dendengan.
Keprekan
kerajinan
responden
Dusun
Bahan
bakar
digunakan untuk membakar
sapu
bambu. Rata-rata biaya yang
rayung langsung ke konsumen,
dikeluarkan responden Dusun
sedangkan 60,87% pengrajin
Keprekan lebih besar yaitu Rp
Dusun
71.282
Dendengan
memasarkan ke pengepul.
sedangkan
Dusun
Dendengan lebih kecil yaitu
5. Transportasi
Rp 28.356.
Transportasi yang banyak
D. Hambatan Industri Kerajinan
digunakan oleh responden di
Sapu Rayung beserta Upaya
kedua
1. Hambatan Modal
dusun
yaitu
sepeda
motor dengan status milik pribadi.
biaya
Hambatan modal yang
transportasi
dirasakan responden di kedua
perbulan di Dusun Keprekan
dusun
dan Dusun Dendengan sama
Dusun Keprekan, sedangkan di
yaitu
Dusun
dengan
26,09%. Upaya yang dilakukan
persentase
masing-
masing 68,63% dan 95,65%.
sebesar
Dendengan
responden
11
13,73%
untuk
di
sebesar
menutupi
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
kekurangan
modal
yaitu
bukan
meminjam
modal
pada
tersebut.
keluarga, hasil
menyimpan penjualan
uang periode
Hambatan dialami
2. Hambatan Bahan Baku
sedangkan
35,29%
sedangkan
Dusun
mencoba
Upaya
pemasaran
di
Dendengan 21,74%.
yaitu
13,73%
responden
membeli
Dusun
yaitu
responden melakukan
secara
mandiri,
meningkatkan
rayung
sebanyak-banyaknya
di
Dendengan 43,48% responden. Upayanya
dilakukan
pemasaran
oleh
responden di Dusun Keprekan,
yang
dusun
responden di Dusun Keprekan,
Hambatan bahan baku oleh
dari
4. Hambatan Pemasaran
sebelumnya.
dirasakan
berasal
kualitas,
menambah variasi sapu rayung
pada
yang
diproduksi
dan
awal musim di bulan Agustus
melakukan promosi kerajinan
dan September. Jika tidak,
sapu rayung secara online.
pemilik
modal
besar
akan
5. Hambatan Sumber Energi
membelinya
dan
dijual
Proses produksi kerajinan
kembali
saat
akhir
musim
mengalami hambatan sumber
dengan
keuntungan
yang
energi.
Persentase
masing-
berlipat (pengepul).
masing dusun yaitu 5,88%
3. Hambatan Tenaga Kerja
responden Dusun Keprekan,
Sebesar
31,71%
sedangkan 4,35% responden
responden Dusun Keprekan,
Dusun Dendengan mengalami
sedangkan 4,35% responden
hambatan
Dusun Dendengan mengalami
matahari
hambatan tenaga kerja. Upaya
rayung. Upaya mengatasi yaitu
untuk mengatasi yaitu mencari
semua
tenaga kerja upahan dari non
dijemur dahulu hingga kering
anggota rumah tangga dan
dan disimpan di tempat kering
12
sumber untuk
persediaan
energi menjemur
rayung
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
dan tidak lembab atau rayung
Pendapatan
tertinggi
diperoleh
responden
diproses menjadi sapu lalu
yang
dipanaskan
adalah Rp 583.333 sedangkan
menggunakan
kompor, setelah itu serbuk-
pendapatan
serbuk halus dapat dibersihkan.
sebesar Rp 84.583. Rata-rata
rumah
adalah
pendapatan non industri yang
E. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan
terendah
tangga
diterima
responden
Dusun
dalam penelitian ini adalah jumlah
Keprekan sebesar Rp 180.875
pendapatan yang diterima oleh
sedangkan Dusun Dendengan
seluruh anggota rumah tangga dari
sebesar Rp 344.040.
industri kerajinan sapu rayung,
3. Pendapatan Anggota Rumah
non industri kerajinan sapu rayung
Tangga Lain
dan anggota rumah tangga lainnya
Pendapatan
tertinggi
yang bekerja.
yang diperoleh anggota rumah
1. Pendapatan Industri Kerajinan
tangga responden adalah Rp
Sapu Rayung
850.000 sedangkan pendapatan
Pendapatan
tertinggi
diperoleh
responden
(tidak
4.429.000
pendapatan
yang adalah
Rp
sedangkan
terendah adalah sebesar Rp 0
pendapatan
tangga
ada).
Rata-rata
anggota
responden
rumah Dusun
terendah adalah sebesar Rp
Keprekan yaitu Rp 780.000,
545.150. Rata-rata pendapatan
sedangkan responden Dusun
industri kerajinan sapu yang
Dendengan yaitu Rp 650.000.
diperoleh responden di Dusun
4. Total
Keprekan lebih tinggi yaitu Rp
Pendapatan
Rumah
Tangga Pengrajin
1.759.010, sedangkan di Dusun
Total pendapatan rumah
Dendengan lebih rendah yaitu
tangga tertinggi yang diperoleh
Rp 1.394.592.
rumah tangga pengrajin adalah
2. Pendapatan
Non
Industri
Rp
Kerajinan Sapu Rayung
4.644.500
pendapatan
13
sedangkan
rumah
tangga
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
terendah adalah sebesar Rp
sedangkan
915.000.
yaitu total pendapatan (Y).
Rata-rata
pendapatan
yang
total
diperoleh
variabel
dependent
1. Sumbangan Relatif
rumah tangga pengrajin Dusun
Sumbangan relatif dari
Keprekan lebih tinggi yaitu Rp
industri kerajinan sapu rayung
2.231.107 sedangkan Dusun
di Dusun Keprekan sebesar
Dendengan lebih rendah yaitu
62,6% sedangkan di Dusun
Rp 1.843.327.
Dendengan
terhadap
Sapu Total
45,6%.
Sumbangan relatif dari industri
F. Kontribusi Pendapatan Industri Kerajinan
sebesar
sapu
Rayung
rayung
Keprekan
Pendapatan
di
Dusun
lebih
besar
dibandingkan dengan Dusun
Rumah Tangga Kontribusi
pendapatan
Dendengan.
industri kerajinan sapu terhadap
2. Sumbangan Efektif
total pendapatan rumah tangga
Persentase
sumbangan
yaitu besarnya pendapatan yang
efektif Dusun Keprekan dan
dihasilkan oleh pengrajin dari
Dusun Dendengan adalah dari
kegiatan industri terhadap total
pendapatan industri kerajinan
pendapatan rumah tangga dalam
sapu rayung yaitu 39,2% dan
waktu satu bulan yang dihitung
25,7%.
menggunakan
industri Dusun Keprekan lebih
analisis
regresi.
Analisis regresi digunakan untuk
besar
mengetahui
Dusun
seberapa
besar
Sumbangan
efektif
dibandingkan
dengan
Dendengan,
karena
pengaruh variabel independent (X)
jumlah pemasaran sapu rayung
terhadap variabel dependent (Y).
di Dusun Keprekan lebih tinggi
Variabel
dibandingkan
independent
dalam
penelitian ini yaitu pendapatan industri
(X1),
pendapatan
industri
(X2)
dan
Dendengan.
non
pendapatan
anggota rumah tangga lainnya (X3)
14
di
Dusun
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
yaitu (86,96%). Rata-
G. Tingkat Kesejahteraan Rumah
rata
Tangga Pengrajin Persentase terbesar yaitu
modal
responden
awal
di
Dusun
pada tahap keluarga sejahtera 1
Keprekan lebih tinggi
dengan
yaitu
persentase
72,54%
Rp
Dusun Keprekan dan 91,3%
sedangkan
Dusun Dendengan. Persentase
Dendengan
terendah yaitu pada tingkat
rendah
keluarga
299.000.
sejahtera
sebesar
429.039, Dusun lebih
yaitu
Rp Modal
27,46% (Dusun Keprekan) dan
operasional dikeluarkan
21,74% (Dusun Dendengan).
responden adalah untuk
Secara
membeli bahan baku,
keseluruhan
rumah
tangga pengrajin di Dusun
bahan
Keprekan
transportasi,
lebih
sejahtera
tambahan, bahan
dibandingkan dengan Dusun
bakar dan membayar
Dendengan.
tenaga kerja. b. Bahan Baku
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perbandingan
Responden faktor
membeli bahan baku
produksi industri kerajinan
dengan
sapu rayung:
mingguan
a. Modal
Keprekan
Responden
di
periode di
Dusun
(86,27%)
lebih
banyak
kedua
dusun
dibandingkan
dengan
menggunakan
modal
responden
Dusun
di
awal berasal dari modal
Dendengan
sendiri
Rata-rata biaya bahan
di
Dusun
(73,91%).
Keprekan
sebesar
(96,07%)
sedangkan
dikeluarkan responden
Dendengan
Dusun keprekan lebih
Dusun
baku
15
yang
harus
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
besar
yaitu
Rp
memasarkan kerajinan
dibanding
sapu rayung mencakup
Dusun
Pulau Jawa dan Bali,
Dendengan yaitu Rp
sedangkan responden di
2.615.174.
Rata-rata
Dusun
biaya untuk membeli
hanya
bahan baku yang harus
Tengah
dikeluarkan responden
Yogyakarta. Jangkauan
di
pemasaran
4.576.735, dengan
di
Dusun
Keprekan
lebih
tinggi
Dendengan wilayah
Jawa dan
kerajinan
sapu rayung di Dusun
dibandingkan di Dusun
Keprekan
Dendengan.
dibandingkan dengan di
c. Tenaga Kerja
luas
Dusun Dendengan.
Jumlah
tenaga
e. Transportasi
kerja industri kerajinan sapu
lebih
di
Alat transportasi
Dusun
yang
digunakan
Keprekan (3-4 orang)
responden
di
lebih
banyak
dusun mayoritas adalah
dibandingkan di Dusun
sepeda motor, di Dusun
Dendengan (1-2 orang).
Keprekan
Rata-rata
upah
Dusun
diterima
tenaga
yang di
kedua
(68,62%) Dendengan
(95,66%).
Rata-rata
Dusun Keprekan lebih
biaya yang dikeluarkan
besar
responden
(Rp
627.700)
dibandingkan
Dusun
Dendengan 100.000). d. Pemasaran
Dusun
Dusun
Keprekan lebih besar
(Rp
Responden
di
di
(Rp
62.294)
dibandingkan
dengan
responden
Dusun
Dendengan
Keprekan
36.478).
16
di
(Rp
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
f. Sumber Energi
modal yaitu meminjam
Jumlah responden Dusun
modal pada keluarga,
Keprekan
menyimpan uang hasil
(94,11%) lebih banyak
penjualan
yang
sebelumnya.
memanfaatkan
sinar matahari untuk
periode
b. Bahan baku: responden
menjemur
rayung
Dusun
dibandingkan
dengan
(35,29%)
responden
Dusun
hambatan bahan baku
Dendengan
(30,43%).
Keprekan mengalami
lebih
banyak
Rata-rata biaya yang
dibandingkan
dengan
dikeluarkan
responden
Dusun
untuk
di
membeli bahan bakar
Dendengan
(21,74%).
di
Solusi
mengatasi
Dusun
Keprekan
lebih tinggi yaitu Rp
hambatan bahan baku
71,282 sedangkan di
membeli
Dusun Dendengan Rp
jumlah banyak ketika
28,350.
harga
bahan
baku
Industri
murah
pada
awal
Rayung
musim
2. Hambatan Kerajinan
Sapu
beserta Upaya
dengan
(Agustus-
september).
a. Modal:
responden
Dusun
Keprekan
responden
mengalami
Keprekan
(31,37%)
hambatan modal lebih
mengalami
hambatan
rendah
dibandingkan
tenaga
kerja
dengan responden di
banyak
dibandingkan
Dusun
dengan responden di
(13,73%)
c. Tenaga
Dendengan
(26,09%).
Solusi
mengatasi
hambatan
Dusun (4,35%).
17
kerja: di
Dusun
lebih
Dendengan Solusi
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
mengatasi tenaga
hambatan kerja
Solusi
yaitu
mengatasi
hambatan
sumber
menambah tenaga kerja
energi yaitu pada saat
upahan dari luar dusun.
musim kemarau tiba,
d. Pemasaran:
13,73%
semua
persediaan
responden
Dusun
rayung
Keprekan
mengalami
dijemur dahulu hingga
hambatan
pemasaran
kering, dibersihkan dan
yang
ada
lebih
rendah
disimpan
dibandingkan
dengan
yang kering dan tidak
Dusun
Dendengan
43,48%.
hambatan
pemasaran
yaitu
tempat
lembab.
Solusi
mengatasi
di
3. Total Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin Rata-rata
total
mencoba memasarkan
pendapatan yang diperoleh
kerajinan sapu rayung
rumah tangga pengrajin di
secara
Dusun
mandiri,
Keprekan
lebih
meningkatkan kualitas,
tinggi yaitu Rp 2.231.107,
menambah variasi sapu
dibandingkan
rayung yang diproduksi
Dendengan
dan melakukan promosi
1.843.327.
secara online.
4. Kontribusi
e. Sumber
di
Dusun
yaitu
Rp
Pendapatan
energi:
Indsutri
Kerajinan
Sapu
responden
Dusun
Rayung
Terhadap
Total
Keprekan
(5,88%)
mengalami
hambatan
sumber
energi
banyak
dibandingkan
responden Dendengan
Pendapatan Rumah Tangga
di
Pengrajin
lebih
Kontribusi pendapatan
Dusun
kerajinan
(4,35%).
industri sapu
rayung
terhadap total pendapatan
18
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
telah diuji menggunakan
(78,26%).
statistik
keseluruhan rumah tangga
regresi
berganda
linier
menunjukkan
Secara
pengrajin
di
Dusun
bahwa kontribusi industri
Keprekan lebih sejahtera
kerajinan
dibandingkan
sapu
rayung
terhadap total pendapatan rumah
tangga
memberikan
Dusun Dendengan.
pengrajin
B. Saran
sumbangan
1. Bagi Pemerintah
relatif sebesar (62,6%) di Dusun
Keprekan
dengan
a. Dinas
Perindustrian
lebih
Perdagangan dan Koperasi
besar dibandingkan dengan
perlu melakukan kerjasama
di Dusun Dendengan yaitu
dengan
(45,6%).
Sumbangan
rayung yang ada di Desa
efektif industri kerajinan
Bojong khususnya untuk
sapu
memonitoring
rayung
Dusun
Keprekan sebesar (39,2%)
di
Dendengan
b. Perlu diberikan penyuluhan
Dusun
kepada
sebesar
tentang
strategi
pengembangan
industri
(25,7%). 5. Tingkat
Kesejahteraan
c. Memberikan
dan
kepada
Dendengan
sebesar
a. Perlu
persentase
(72,54%)
pengrajin
atau
2. Bagi Pengrajin Sapu
tahapan keluarga sejahtera dengan
subsidi
pinjaman tanpa bunga.
sebagian besar berada pada
1
sehingga
lebih maksimal
rumah tangga pengrajin di
Dusun
sapu
sapu
hasil yang dicapai dapat
Tingkat kesejahteraan
Keprekan
pengrajin
kerajinan
Rumah Tangga Pengrajin
Dusun
sapu
keberlangsungan industri.
lebih besar dibandingkan dengan
pengrajin
meningkatkan
kreativitas
dan
untuk
19
dan
membuat
inovasi jenis
Kontribusi Pendapatan Industri . . . (Isti Faiyah)
produk
kerajinan
Eva Banowati. (2013). Geografi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Faisal Kasryno. dkk. (1988). Prosiding Patanas Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi Berimbang. Bogor: Pusat Penelitian Agro Ekonomi Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian. Faisal Kasryno. (1984). Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Bogor: Yayasan Obor Indonesia. Hadi Prayitno dan Lincolin Arsyad. (1987). Petani Desa dan Kemiskinan. Yogyakarta: BPFE. Hartono. (2008). SPSS 16.0: Analisis Data Statistika dan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ida Bagoes Mantra. (2004). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iqbal Hasan. (2013). Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Edisi Ke2). Jakarta: Bumi Aksara. Irsan Azhari Saleh. (1986). Industri Kecil: Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES Juliansyah Noor. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Keputusan Gubernur Jawa Tengah. (2015). Nomor 560/66 Tentang Upah Minimum pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Media Center Kominfo Jateng. (2015). Meraup Untung Dari Sapu Rayung. Diakses dari http://jatengprov.go.id/id/wisata/merau p-untung-dari-sapu-rayung pada tanggal 26 November 2015 pukul 06:28 WIB.
sapu
rayung agar tidak homogen dan monoton. b. Lebih
membuka
diri,
berbagi pengalaman, dan bekerjasama antar sesama pengrajin. DAFTAR PUSTAKA Ance Gunarsih Kartasapoetra. (2008). Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara. Atang Tedja Sutisna. (2004). Kewirausahaan. Bandung: Armica. Badan Pusat Statistik Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2015). Jawa Tengah dalam Angka 2015. Diakses melalui http://jatengprov.bps.go.id pada tanggal 2 Februari 2016 pukul 19:45. Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang. (2015). Kecamatan dalam Angka 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Bambang Prasetyo, dan Lina Miftakhul Jannah. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Press. Bayong Tjasyono. (2004). Klimatologi. Bandung: ITB Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. (1979). Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. Daldjoeni. (1992). Geografi Baru: Organisasi Keruangan Dalam Teori Dan Praktek. Bandung: Alumni. Dinas ESDM. (2005-2015). Data Curah Hujan Tahun 2005-2015. Magelang: Dinas ESDM.
20