Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN SLEMAN DENGAN PENDEKATAN MODEL KONSERVASI AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS GREEN SPACE ANALYSIS IN NGEMPLAK DISTRICT OF SLEMAN BY WATER CONSERVATION MODEL USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Oleh: Rina Putri Utami, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.
[email protected] ABSTRAK Keberlanjutan fungsi ekologis suatu kawasan penting untuk diperhatikan seiring dengan menigkatnya kegiatan alih fungsi lahan di daerah resapan air. Salah satu unsur yang dapat mendukung lestarinya fungsi kawasan yaitu Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menyusun peta zona konservasi air aktual di Kecamatan Ngemplak. 2) Mengetahui pola sebaran zona konservasi air aktual di Kecamatan Ngemplak. 3) Mengetahui luasan RTH aktual di Kecamatan Ngemplak Tahun 2015. 4) Menganalisis hubungan antara luas RTH dengan tingkat konservasi air. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah interpretasi citra Landsat 8 OLI, cek lapangan, observasi, dan dokumentasi. Metode yang digunakan untuk penentuan zona konservasi air aktual yaitu skoring dan overlay, sedangkan untuk mengidentifikasi RTH dengan transformasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Penelitian ini juga menggunakan nearest neighbor analysis untuk mengetahui pola sebaran zona konservasi air aktual, dan uji Pearson Correlation untuk menganalisis hubungan antara luas RTH dengan tingkat konservasi air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat tiga Zona konservasi air aktual Kecamatan Ngemplak, yaitu zona konservasi air tinggi seluas 2.909,06 ha (64,13%), zona konservasi sedang seluas 499,60 ha (13,10%), zona konservasi rendah seluas 781,34 ha (28,88%) dari luas wilayah. 2) Pola sebaran pada setiap zona konservasi air bervariasi, zona konservasi air tinggi menunjukkan pola acak (random) pada seluruh desa dengan nilai T sebesar 1,11. Zona konservasi air sedang memiliki pola mengelompok (clustered) pada beberapa titik tertentu dengan nilai T sebesar 0,8. Zona konservasi air rendah memiliki pola acak (random) di hampir seluruh desa, mayoritas berada pada kawasan pusat kegiatan dan area permukiman. 3) Luas RTH Kecamatan Ngemplak pada tahun 2015 sebesar 2.857 ha atau 79,99% dari total luas wilayah. 4) Terdapat hubungan yang signifikan antara luas RTH dengan tingkat konservasi air aktual di Kecamatan Ngemplak. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 pada setiap tingkat konservasi air dan bertanda positif dengan nilai koefisien korelasi konservasi air tinggi sedang, dan rendah secara berurutan sebesar 0,922, 0,902, dan 0,964. Kata kunci: Konservasi air, RTH, Landsat 8, NDVI.
1
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
ABSTRACT The sustainability of ecology function of a territory is very important to be attended since there are increasing activities of land conversion in catchments. One of the factors that bolster the continuity of the catchment function is Green Space . This research is meant to: 1) Arrange the map of actual water conservation zone in Ngemplak District. 2) Discover the pattern of actual water conservation zone distribution in Ngemplak District. 3) Discover the extent of actual RTH in Ngemplak District in 2015. 4)Analyse the relation between RTH size with water conservation level. This research is a descriptive research using quantitative approach. The data collection techniques in this research are interpretations of Landsat 8 OLI Image, check field, observation, and documentation. The methods used in deciding actual water conservation zone are scoring and map overlay, while RTH is identified using transformation of Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). This research also utilize nearest neighbor analysis to identify the pattern of the extent of actual water conservation zone, and Pearson Correlation Test to analyse the relation between Green Space size and water conservation level. The result of the research shows that: 1) There are three actual water conservation zone in Ngemplak District which are high water conservation zone as much as 2.909,06 ha ( (64,13%), average water conservation zone as much as 499,60 ha (13,10%), and low water conservation zone as much as 781,34 ha (28,88%) of the total area. 2) The distribution pattern on each water conservation zone is vary, high water conservation zone shows random pattern in all village with the T score is 1,11. Middle water conservation zone has clustered pattern on several certain spot with T score is 0,8. Low water conservation zone has random pattern in almost all of the villages, mostly in the center of activities and settlement areas. 3) The total RTH of Ngemplak District in 2015 is 2.857 ha or 79,99% from the total area. 4) There is significant relation between the widths of the RTH with actual water conservation level in Ngemplak District. It is shown by the signification score that is smaller than 0,05 in every water conservation level and the correlation coefficient score is marked positive. Simultaneously, correlation coefficient in high, middle, and low conservation levels are 0,922, 0,902, and 0,964. Keywords: Water conservation, RTH, Landsat 8, NDVI.
2
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
sumber konflik sekitar 15 sampai 20 tahun yang akan datang. Laporan terbaru dari pentagon menyebutkan bahwa akan terjadi catastrophic shortage (kekurangan air yang dahsyat) dalam persediaan air di masa mendatang dan memicu terjadinya peperangan di sekitar tahun 2020”. Kondisi sumberdaya air yang
PENDAHULUAN Air, tanah, udara, serta sumberdaya alam lain yang ada di bumi umumnya tidak dimiliki perorangan, dan keberadaannya pun memiliki keterbatasan kemampuan tertentu. Penurunan kuantitas dan kualitas
semakin mengkhawatirkan perlu menjadi
sumberdaya dipastikan terus terjadi jika
perhatian
pemanfaatan sumberdaya yang ada kurang
mengingat
beberapa lokasi mengalami penurunan
rasa tanggung jawab terhadap lingkungan
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
ruang menjadi sangat penting dengan berbagai
pihak,
ketersediaan air cenderung tetap dan di
bijaksana. Oleh karena itu, penilaian serta
munculnya
semua
Melalui
permasalahan
siklus
keseluruhan
lingkungan pada saat ini.
hidrologi,
jumlah
air
secara
relatif
tidak
berkurang, melainkan berubah bentuk dan
Salah satu permasalahan lingkungan
berpindah
yang menjadi perhatian tersendiri adalah sumberdaya air, yaitu mengenai imbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
tempat
mengikuti
perkembangan
pemanfaatan
perubahan
penggunaan
setiap
air
dan lahan.
Pembangunan seringkali menjadi faktor
Sebagian besar pemenuhan kebutuhan
penyebab
manusia dicukupi dengan penggunaan
ekologi
airtanah, sedangkan jumlah air di bumi ini
menurunnya yang
secara
keseimbangan langsung
akan
berdampak pada siklus hidrologi (Zaini,
tetap, yaitu 99% berupa air laut dan 1%
2005:1).
berupa air tawar yang bisa dikonsumsi.
Kegiatan
Permasalahan air saat ini telah menjadi
pembangunan
intensif
terjadi di kota-kota besar, salah satunya
salah satu permasalahan global, seperti
Kota Yogyakarta yang merupakan pusat
yang dikemukakan oleh Effendi, (2012:93)
kegiatan dari Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai berikut:
(DIY). Keterbatasan kemampuan yang
“Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak air (25 kali rata-rata suplai dunia), namun krisis sumberdaya air diperkirakan sudah terjadi. Para pakar meramalkan bahwa sumber daya air ini akan menjadi
dimiliki kota dalam memenuhi kebutuhan warganya pemekaran
3
menimbulkan wilayah
kota
adanya ke
daerah
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
pinggirannya.
Kota
Yogyakarta
struktur
menuju
arah
maksimal;
beraglomerasi membentuk suatu kawasan
pengembangan ruang terbuka menuju arah
yang
Aglomerasi
minimal; kecenderungan mengubah wajah
(APY).
lingkungan alam”. Perkembangan kota
Kota
Yogyakarta
akan mendorong terjadinya perubahan tata
dan
kecenderungan
guna lahan yang pada akhirnya dapat
tertentu, yaitu terkonsentrasi di bagian
merubah komposisi kawasan lindung dan
tengah (Kota Yogyakarta), dan menuju
kawasan
lereng atas (Kabupaten Sleman). Laju
kawasan lindung dan kawasan tertentu
pertumbuhan penduduk sebagai salah satu
yang berubah menjadi kawasan budidaya,
pertanda adanya perkembangan wilayah ke
maka kemampuan kawasan tersebut secara
arah Kabupaten Sleman.
alami dalam menampung air akan menurun
dikenal
Perkotaan
sebagai Yogyakarta
Perkembangan membentuk
pola
Berdasarkan
data
Badan
Pusat
tertentu.
Semakin
banyak
pula.
Statistik tahun 2014, diketahui bahwa sejak
Kabupaten Sleman yang berada di
tahun 1980 sampai 2010 pertumbuhan
lereng Merapi merupakan kawasan lindung
penduduk di Kabupaten Sleman berada
bagi daerah di bawahnya. Salah satu peran
pada posisi lebih tinggi jika dibandingkan
yang dimiliki yaitu sebagai kawasan
dengan kabupaten lain di DIY dan angka
resapan air. Kawasan resapan merupakan
pertumbuhannya selalu selalu berada di
kawasan yang mempunyai kemampuan
atas
pertumbuhan
tinggi untuk meresapakan air hujan ke
penduduk provinsi DIY. Sesuai dengan
dalam tanah sehingga merupakan tempat
pemaparan data tersebut menunjukkan
pengisian air bumi (akuifer) yang berguna
adanya pemekaran wilayah dari Kota
sebagai sumber air (PP No. 32 tahun 1990).
Yogyakarta ke daerah di sekitarnya, salah
Bila kawasan ini terganggu oleh kegiatan
satunya yaitu Kabupaten Sleman.
manusia maka daerah dibawahnya akan
angka
rata-rata
Rustam Hakim & Hardi Utomo, (2003:
2)
mengemukakan
pemekaran
dan
cenderung
untuk
bahwa
pengembangan terus
mengalami dampak kekurangan pasokan
meluas
air dan sangat mungkin terlanda banjir
kota
(Sudibyakto, 2011: 72).
dan
Air merupakan sumber kehidupan.
menimbulkan gejala: “Pembangunan fisik
Pengamanan
4
dan
pengembangan
air
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
menduduki tempat utama dalam kerangka
berwawasan lingkungan dan berbasis pada
urutan prioritas pembangunan (Emil Salim,
mitigasi bencana.
1981: 27). Semakin menurunnya luasan
Peraturan
mengenai
dasar
kawasan yang mampu meresapkan air
pelaksanaan penataaan ruang sebenarnya
sebagai
telah diresmikan sampai pada tingkat
dampak
semakin
dari
pembangunan
mengkhawatirkan.
Kristiyani
selaku
Kepala
Ephipina
wilayah kabupaten/kota dalam bentuk
Kantor
peraturan
daerah.
Kenyataannya,
Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten
penyimpangan alih fungsi lahan masih saja
Sleman pada surat kabar Replubika Online,
terjadi, sehingga keseimbangan air di
(29-6-2014)
bahwa
wilayah tersebut terganggu. Saat musim
pembangunan menjadi salah satu faktor
penghujan tiba terjadi limpasan (runoff)
terjadinya penyempitan kawasan resapan,
dan sebaliknya saat musim kemarau terjadi
terlebih lahan kritis di wilayah lereng
kekeringan. Salah satu upaya yang dapat
Merapi sebagai dampak dari erupsi tahun
dilakukan yaitu dengan mempertahankan
2010 juga masih luas.
keberadaan Ruang terbuka Hijau (RTH).
mengatakan
Sudibyakto
(2011:
mengungkapkan
bahwa
77),
RTH memiliki beberapa fungsi,
semakin
diantaranya
yaitu
fungsi
ekologis.
minimnya kawasan resapan air hujan yang
Departemen PU, 2008: 5-6 menyebutkan
terjadi di Kabupaten Sleman selain karena
bahwa salah satu fungsi ekologis dari RTH
faktor perkembangan wilayah perkotaan
adalah perlindungan kawasan konservasi
Yogyakarta
adanya
air yaitu sebagai penyerap air hujan. Fungsi
ketidakberdayaan dan kelemahan fungsi
ekologis RTH di berbagai wilayah mulai
pemerintah
dalam
dipertanyakan, karena luasan RTH yang
melakukan alih fungsi lahan dan minimnya
semakin menurun. Proporsi minimal RTH
pengawasan
untuk sebuah kota/kawasan yaitu sebesar
juga
disebabkan
serta
masyarakat
dan
perkembangan
pengendalian yang
30%, sedangkan RTH di Kabupaten
ini
Sleman terhitung pada tahun 2013 hanya
pelajaran
sebesar 10%. Belum terpenuhinya RTH
bagaimana kebijakan penataan ruang harus
tersebut secara lengkap tertulis dalam Surat
berlangsung seharusnya
permukiman sangat
bisa
cepat.
dijadikan
Hal
5
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Kabar Harian Jogja (pada 04-04-2014)
mengalami perkembangan pembangunan
sebagai berikut:
dan laju pertumbuhan penduduk yang
“Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (P2K) Kabupaten Sleman pada 2013, dari luas wilayah yang mencapai 57.842 ha, hanya 6.148,9 ha atau sekitar 10% yang masih berfungsi sebagai hutan atau RTH. Kepala Bidang Kehutanan dan Perkebunan Dinas P2K, Rofiq Andriyanto menambahkan bahwa luas hutan Sleman tidak akan mampu mencapai 30%. Angka yang dapat dicapai hanya berkisar 17% hingga 18%”.
cukup pesat. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Ngemplak bersifat dinamis. Persentase laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 cukup besar, yaitu sebesar 1,5%.
contoh
adanya
tercatat dalam Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan
konflik
jumlah penduduk diprediksi bertambah sebesar 5.014 jiwa. Jumlah penduduk
semakin
tertinggi berada di Desa Wedomartani
meningkatnya kerusakan fungsi kawasan
dengan jumlah penduduk 5 kali dari jumlah
dan daya dukung lingkungan di kawasan
penduduk Desa Sindumartani.
lindung dan daerah resapan air Aca
Posisi Kecamatan Ngemplak yang
Sugandhy, 1994 dalam Lutfi Muta’ali
berada di kawasan APY menjadikan
(2012: 167).
kawasan ini menjadi salah satu tujuan
Berdasarkan Peta Rencana Kawasan
masyarakat kota untuk tinggal. Pusat
Lindung Kabupaten Sleman tahun 2011-
pertumbuhan yang ada di Kecamatan
2031 diketahui bahwa enam dari 17
Ngemplak, diantaranya yaitu Perguruan
kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman
Tinggi Kampus Terpadu Universitas Islam
termasuk sebagai kawasan resapan air, dan diantaranya
Ngemplak.
2012,
jiwa. Selama kurun waktu lima tahun,
dari perkembangan wilayah. Sehingga
satu
tahun
Ngemplak pada tahun 2019 sebesar 62,616
Fenomena tersebut timbul sebagai dampak
pada
Ngemplak
proyeksi jumlah penduduk Kecamatan
yang tidak efisien dan tidak terkendali.
pula
mendatang
Ngemplak akan terus bertambah. Hal ini
penggunaan ruang dan sumber daya alam
berdampak
tahun
diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan
Belum terpenuhinya RTH tersebut merupakan
Beberapa
yaitu
Kecamatan
Kecamatan
Ngemplak
Indonesia dan Akademi Keperawatan Pantirapih
yang
Umbulmartani.
6
terletak
di
Desa
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Semakin tingginya alih fungsi lahan
penurunan kualitas air tanah dan air
dari ruang terbuka menjadi area terbangun
permukaan di wilayah perkotaan (BLH
seiring
Kabupaten Sleman: 2013).
dengan
meningkatnya
angka
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Ngemplak
dikhawatirkan
Faktor alam berupa curah hujan
dapat
memiliki kontribusi yang cukup besar
mempengaruhi kurang optimalnya fungsi
disamping
ekologis kawasan sebagai daerah resapan
perubahan alih fungsi lahan secara cepat
air. Penggunaan lahan di Kecamatan
yang dapat menimbulkan genangan pada
Ngemplak sebagian besar berupa lahan
saat musim hujan. Pertumbuhan penduduk
pertanian. Tahun 1994 luas penggunaan
yang pesat memberikan dampak langsung
lahan sawah sebesar 2.393,94 ha (67,04%),
terhadap perluasan lahan permukiman. Hal
turun menjadi 1.942,53 ha (54,40%) di
ini dapat menyebabkan berkurangnya
tahun 2009 (Ratri Nurma Nugraha, 2013:
kawasan bervegetasi dan meningkatnya
72-74). Tahun 2012 luas penggunaan lahan
limpasan permukaan (run off), sehingga air
sawah kembali turun menjadi 53,6 %
yang meresap ke dalam tanah sedikit, dan
(Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah
menyebabkan kekeringan pada saat musim
Kabupaten Sleman tahun 2012). Ruang
kemarau. Salah satu desa di Kecamatan
terbuka di Kecamatan Ngemplak juga
Ngemplak yang mengalami kekeringan
mengalami
yaitu Desa Sindumartani.
penyusutan.
Tahun
1994
tindakan
manusia
dalam
diketahui ruang terbuka seluas 3.285,54 ha,
Menurut UU RI No. 26 Tahun 2007,
dan tahun 2009 menjadi 2.619,88 ha (Ratri
proporsi minimal luas RTH dalam suatu
Nurma Nugraha, 2013: 7).
kawasan adalah 30%. Luasan RTH di
Menurunnya kawasan
yang
luasan
berbagai
Ngemplak
sendiri
belum
untuk
diketahui, mengingat keterbatasan data.
meresapkan air ini memberikan dampak
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
yang
yaitu
kondisi RTH di Kecamatan Ngemplak,
penurunan kualitas air tanah dan cadangan
maka diperlukan kajian tentang penutupan
air tanah sebagai sumber air minum
lahan
penduduk.
wilayah
penginderaan jauh dan teknologi SIG
mengakibatkan
(Sistem Informasi Geografis). Metode ini
serius
setempat,
bagi
Tidak tetapi
berpotensi
Kecamatan
lingkungan,
hanya juga
di
7
yang
dianalisis
melalui
data
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
dapat didekati dengan model konservasi air
jelas oleh citra. Penelitian ini membahas
untuk mengetahui zona-zona kawasan
mengenai zona konservasi air aktual dan
konservasi
Kecamatan
pola sebarannya, luas RTH, serta hubungan
Ngemplak. Nearest neighbor analisys
antara luas RTH dengan tingkat konservasi
digunakan
pola
air. Beberapa teknik yang digunakan dalam
persebaran zona-zona konservasi air aktual
penelitian ini yaitu skoring, overlay,
di kecamatan ngemplak. Analisis korelasi
nearest neighbor analysis, NDVI, dan uji
Pearson digunakan untuk menilai apakah
korelasi Pearson.
air
aktual
untuk
di
mengetahui
ada hubungan antara luas RTH dengan zona
konservasi
air
di
Skoring dan overlay didasarkan pada
Kecamatan
pembobotan masing-masing variabel dan
Ngemplak. Berdasarkan latar belakang di atas,
kemudian
diklasifikasikan
mengetahui
zona
untuk
konservasi
dilakukan
air.
maka penulis tertarik untuk melakukan
Pembobotan
dengan
penelitian dengan judul “Analisis Ruang
menggunakan pendekatan faktor atau
Terbuka Hijau di Kecamatan Ngemplak
variabel yang paling berpengaruh. NDVI
Kabupaten Sleman dengan Pendekatan
untuk melakukan pengklasifikasian antara
Model Konservasi Air Menggunakan
RTH dan non-RTH. Nearest Neighbor
Sistem Informasi Geografis”.
digunakan untuk mengetahui pola sebaran zona konservasi air. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian
hubungan antara luas RTH dengan tingkat
deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang
konservasi
air.
Pendekatan
mengungkapkan
penelitian
ini
adalah
fakta-fakta
dengan
dalam
pendekatan
menggunakan angka dalam penyajiannya.
kelingkungan dengan melihat keterkaitan
Penelitian deskriptif dapat memberikan
antara aktivitas manusia dan pengaruhnya
gambaran
cara
terhadap lingkungan setempat. Konsep
interpretasi luas RTH dari citra satelit
geografi yang digunakan adalah konsep
Landsat 8 OLI, dilengkapi dengan data
lokasi,
sekunder
keruangan.
sebenarnya,
serta
cek
dengan
lapangan
untuk
melengkapi data yang tidak dapat terekam
8
pola,
morfologi
keterkaitan
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
E= Kesalahan yang diharapkan
Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,
Berdasarkan rumus perhitungan di
Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan
atas, jumlah titik sampel yang akan diuji di
pada bulan Januari 2016 sampai Maret
lapangan yaitu sebanyak 56 sampel.
2016. Variabel yang digunakan dalam
Sampel tersebut merupakan batas minimal,
penelitian ini adalah: tingkat konservasi
dalam penelitian ini sampel yang diuji
air, pola sebaran, luasan RTH, hubungan
sebanyak 60 sampel. Teknik pengambilan
tingkat konservasi air dengan luasan RTH.
sampel dalam penelitian ini menggunakan
Penelitian ini merupakan penelitian
teknik random sampling.
populasi, dimana seluruh lahanyang ada di
Teknik pengumpulan data
Kecamatan Ngemplak menjadi obyek
digunakan meliputi: interpretasi citra, cek
kajian dalam penelitian ini. Penutup lahan
lapangan, observasi, dan dokumentasi.
yang ada di daerah penelitian digunakan
Beberapa teknik yang digunakan dalam
untuk pengambilan sampel uji ketelitian
penelitian ini yaitu skoring, overlay,
hasil interpretasi citra Landsat 8 OLI.
nearest neighbor, NDVI, dan uji korelasi
Berdasarkan pengolahan citra Landsat 8
Pearson. Skoring dan overlay didasarkan
OLI tahun perekaman 2015 diketahui
pada pembobotan masing-masing variabel
bahwa jumlah unit penutup lahan di Kecamatan Ngemplak sebanyak 41.764 piksel.
Sampel
digunakan
untuk
yang
uji
kemudian
diklasifikasikan
mengetahui
zona
Pembobotan
ketelitian hasil interpretasi citra satelit
untuk
konservasi
dilakukan
air. dengan
menggunakan pendekatan faktor atau
Landsat 8 OLI serta analisis RTH. Jumlah
variabel
sampel dalam penelitian ini ditentukan
yang
paling
berpengaruh.
Pengklasifikasian RTH dan non RTH
dengan menggunakan formula Anderson
menggunakan
(Lo, 1996:277) yaitu:
Normalized
Difference
Vegetation Index (NDVI) selanjutnya
N= 4p.q E2
menghitung luas RTH dengan calculate geometry pada Arc.GIS. Nearest Neighbor
Keterangan: N= Jumlah sampel p = Ketelitian yang diharapkan q = Selisih antara 100 dan p
Analysis digunakan untuk mengetahui pola sebaran zona konservasi air. Uji korelasi
9
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Pearson digunakan untuk mengetahui ada
indeks yang digunakan untuk menentukan
tidaknya hubungan antara luas RTH
vegetasi dalam penelitian ini adalah 0,1.
dengan tingkat konservasi air.
Analisis korelasi yang digunakan dalam
Perumusan model konservasi air,
penelitian ini merupakan teknik analisis
dilakukan modifikasi model awal melalui
parametrik dari Pearson. Melalui program
beberapa parameter seperti curah hujan,
SPSS 17.0, pengolahan dapat dilakukan
penggunaan lahan, kemiringan lereng,
dengan memilih kotak menu Pearson pada
jenis tanah, dan geologi. Penentuan zona
corellation coefficients.
konservasi
air
dilakukan
dengan
persamaan berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
WC= (0,25xP) + (0,40xLU) + (0,15xS) +
A. Deskripsi
(0,1xST) + (0,1xG)
Wilayah
Keterangan:
Ngemplak
P = Precipitation/ Curah hujan ST = Soil type/ Jenis tanah LU = Land Use/ Penggunaan Lahan G = Geologi S = Slope/ Kelerengan
1. Kondisi Fisiografis a. Letak, luas, dan batas wilayah administratif Secara
pada
untuk mengetahui pola persebaran zona
110o24’30’’sampai110o29’03’’B
konservasi air, yang dientukan dengan indeks
penyebaran
astronomis
Kecamatan Ngemplak terletak
Analisis tetangga terdekat digunakan
melihat
Kecamatan
ujur Timur (BT) dan 7o40’05”
tetangga
sampai 7o45’24” Lintang Selatan
terdekat (T). Nilai T yang dihasilkan
(LS).
berkisar 0 - 2,15. Perhitungan luasan RTH
Kecamatan
Ngemplak
merupakan salah satu dari 17
di Kecamatan Ngemplak tahun 2015
kecamatan
dilakukan dengan menggunakan fungsi
yang
terdapat
di
Kabupaten Sleman.
calculate geometry yang terdapat pada
Kecamatan
software ArcGis 10.1. Transformasi NDVI
berbatasan
digunakan untuk mengetahui luas tutupan
dengan
Ngemplak beberapa
kecamatan lain diantaranya:
hijau atau RTH. Batas minimum nilai
1) Sebelah Utara:
10
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Kecamatan Pakem, Kecamatan
yaitu tanah regosol. Karakteristik
Cangkringan
tanah regosol yang bertekstur
2) Sebelah Timur: Kecamatan
pasir mempunyai porositas yang
Manisrenggo,
Kabupaten
besar
Klaten
sehingga
kemampuan
meresapkan air cukup besar
3) Sebelah selatan: Kecamatan
e. Kondisi Hidrologi
Kalasan, Kecamatan Depok
Kecamatan
4) Sebelah Barat: Kecamatan
Ngemplak
dilalui beberapa aliran sungai,
Ngaglik
antara lain Sungai Gendol, Sungai
b. Iklim
Opak, Sungai Kuning, Sungai Temperatur harian udara di
Kecamatan
Kladuan,
Ngemplak
berdasarkan diketahui
dan Sungai Tepus.
Sungai-sungai
tersebut
secara
Rumus
Braak
keseluruhan merupakan sungai
temperatur
harian
ephemeral periodic.
berkisar antara 23,25°C - 25, 69°
f. Topografi
c. Curah Hujan
Topografi
Kecamatan
Ngemplak
Kecamatan
Ngemplak relatif datar sampai
memiliki rata-rata curah hujan
bergelombang.
2450,6 mm/tahun. Berdasarkan
Ngemplak berada pada rentang
perhitungan
>100-500 mdpal
rumus
Schmidt
Fergusson, diperoleh nilai Q di
Kecamatan
g. Morfologi
Kecamatan Ngemplak sebesar
Kecamatan
Ngemplak
53,42 %, jika diklasifikasikan
termasuk bentang lahan dataran
dengan pembagian tipe iklim
kaki gunung api.
menurut
Schmidt
Ferguson,
h. Kondisi Geologis
termasuk dalam tipe iklim C atau
Sebagian besar batuan di
tipe Agak basah.
Kecamatan Ngemplak merupakan
d. Tanah Kecamatan
endapan merapi muda. Endapan Ngemplak
Merapi
hanya memiliki satu jenis tanah,
Muda
(Qmi)
yang
tersusun oleh material tufa, abu,
11
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
breksi, aglomerat, dan leleran lava
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian
tak terpisahkan.
1. Zona Konservasi Air dengan
i. Penggunaan Lahan
Pendekatan Model Konservasi Air
Penggunaan
di
Analisis fungsi konservasi air
Kecamatan Ngemplak terbagi ke
dilakukan dengan model konservasi
dalam
air yang dilakukan melalui skoring
sawah,
lahan
tanah
kering,
pekarangan, dan lain-lain.
pada
setiap
konservasi
2. Kondisi Demografis a. Jumlah Penduduk
air
parameter. yang
Model
digunakan
merupakan modifikasi dari model
Penduduk
Kecamatan
asli Kato et al., 1997 dan mengacu
Ngemplak sebesar 58.953 jiwa,
pada penelitian yang dilakukan oleh
yang terdiri dari penduduk laki-
Zain, 2002 dalam (Daisy Radnawati:
laki
jiwa
2005). Penentuan zona konservasi air
penduduk
menggunakan 5 parameter yaitu:
berjumlah
(48,16%) perempuan
29.294
dan
29.659 jiwa
atau
penggunaan lahan, curah hujan,
(51,84%).
kemiringan lereng, jenis tanah, dan
b. Persebaran Penduduk
geologi.
Sebagian besar penduduk
Zona
konservasi daerah
yang
berada di Desa Wedomartani,
berada
mencapai
sedangkan
terdapat 3 kelas, meliputi kelas IV
Desa Bimomartani dengan jumlah
(rendah), III (sedang), dan kelas 2
penduduk terkecil yaitu 12,91%.
(tinggi).
44,81%,
pada
air
penelitian
Desa Wedomartani dengan
Lahan dengan kelas II (tinggi)
luas wilayah terbesar memiliki
terdapat di beberapa wilayah dengan
tingkat kepadatan
penduduk
persentase paling besar (64,13%)
tertinggi, yaitu 2124 jiwa/km2,
mencakup lebih dari separuh luas
sedangkan kepadatan penduduk
daerah
terendah
Desa
sebesar 2.290.063 ha. Zona kelas III,
Bimomartani, kepadatannya 1264
yaitu tingkat konservasi sedang
jiwa/km2.
menempati luas 499,597 ha atau
berada
pada
12
penelitian
dengan
luas
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
13,99%, sedangkan zona kelas IV
kemudian
dengan tingkat konservasi rendah
mengetahui luasan RTH, dengan
memiliki luas sebesar 781,334 ha
calculate geometry.
setara dengan 21,88%.
digunakan
Kecamatan
untuk
Ngemplak
2. Pola Sebaran Zona Konservasi Air
memiliki luas RTH sebesar 79,99%
Pola sebaran zona konservasi
dari total luas wilayah. RTH tersebut
air ditentukan menggunakan analisis
terdistribusi hampir merata pada
average
nearest
setiap desa, dengan luas RTH
terdapat
pada
neigbor menu
yang
Analyzing
terbesar
berada
di
Desa
Pattern dari tool Spatial Statistics.
Wedomartani (26,63%) dan luas
Tingkat
tinggi
terkecil pada Desa Sindumartani
memiliki nilai T sebesar 1,11 yang
(11,06%). Semua desa di Kecamatan
menunjukkan pola acak (random)
Ngemplak juga telah memenuhi
hampir merata di seluruh wilayah
standar minimal luasan RTH (30%)
penelitian.Tingkat
dari luas wilayah.
konservasi
air
konservasi
air
sedang memiliki pola mengelompok
4. Hubungan Luas Ruang Terbuka
(clustured) pada titik-tertentu dengan
Hijau dengan Tingkat Konservasi
nilai T yaitu 0,8. Tingkat konservasi
Air
air rendah memiliki pola acak
Ada tidaknya hubungan antara
(random) dengan nilai T sebesar 0,79
luas RTH dengan tingkat konservasi
dan
pada
air dapat diketahui dengan uji
penggunaan lahan yang difungsikan
Pearson Correlation menggunakan
sebagai area permukiman.
program SPSS. Beberapa tahap yang
mayoritas
ditemui
harus dilalui sebelum melakukan
3. Analisis Luas Ruang Terbuka
analisis
Hijau Kecamatan Ngemplak Luas diperoleh
ruang dari
korelasi
terbuka
hijau
dilakukan
uji
pengolahan
citra
homogenitas.
yaitu normalitas
Analisis
perlu dan kedua
landsat 8 OLI dengan bantuan
variabel tersebut dilakukan pada
transformasi NDVI. Hasil dari proses
setiap tingkat konservasi air.
transformasi
NDVI
tersebut
13
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Terdapat
korelasi
yang
Nilai probabilitas pada output
signifikan antara luas RTH dengan
diketahui sebesar 0,008 yang mana
tingkat konservasi air tinggi. Hal ini
lebih kecil dari 0,05. Sesuai dengan
ditunjukkan dengan nilai probabilitas
ketentuan Hal ini berati ada korelasi
0,026 lebih kecil dari 0,05. Koefisien
yang signifikan antara luas RTH
korelasi luas RTH dengan tingkat
dengan zona konservasi air rendah.
konservasi air sebesar 0,922 bertanda
Besar koefisien korelasi luas RTH
positif, sehingga menunjukkan arah
dengan zona
korelasi keduanya positif. Di mana
diketahui sebesar 0,964 bertanda
semakin luas RTH maka semakin
positif, menunjukkan arah korelasi
tinggi pula tingkat konservasi airnya,
keduanya positif.
konservasi
rendah
dan sebaliknya semakin rendah luas RTH maka tingkat konservasinya
KESIMPULAN DAN SARAN
juga semakin rendah. Terdapat
Berdasarkan hasil penelitian
hubungan
yang
dan pembahasan Bab IV dapat
signifikan antara luas RTH dengan
diambil kesimpulan sebagai berikut:
tingkat konservasi air sedang. Hal ini
A. Kesimpulan
ditunjukkan dengan nilai probabilitas
1. Berdasarkan
yang lebih kecil dari 0,05. Nilai
konservasi
probabilitas diketahui sebesar 0,036.
disusun, Kecamatan Ngemplak
Hal ini berati ada korelasi yang
memiliki 3 zona konservasi air.
signifikan antara luas RTH dengan
Tiga zona konservasi air aktual
tingkat konservasi air pada zona
di Kecamatan Ngemplak, yaitu
sedang.
zona konservasi air tinggi
Besar Koefisien korelasi luas
seluas
peta air
zona
yang
2.9090,06
telah
ha
atau
RTH dengan tingkat konservasi air
64,13%, zona konservasi air
pada zona sedang sebesar 0,902
sedang memiliki luas sebesar
bertanda
499,60
positif,
sehingga
ha
setara
dengan
menunjukkan arah korelasi keduanya
13,10%, dan zona konservasi
positif.
air
14
rendah
memiliki
luas
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
781,34 ha atau 28,88% dari
aktual
luas wilayah. Tidak ditemui
Ngemplak pada tahun 2015
zona konservasi air sangat
seluas 2.857 ha atau 79,99%
tinggi dan zona konservasi air
dari total luas wilayah.
sangat
rendah
di
daerah
4. Terdapat
penelitian.
Kecamatan
hubungan
yang
signifikan antara luas RTH
2. Pola sebaran pada setiap zona konservasi bervariasi,
di
air di
dengan tiap zona konservasi air
aktual
di
Kecamatan
zona
Ngemplak. Koefisien korelasi
tinggi
nilai luas RTH dengan tingkat
acak
konservasi air tinggi sebesar
(random) pada seluruh desa
0,922, nilai korelasi antara luas
dengan nilai T sebesar 1,11.
RTH
Zona konservasi air sedang
konservasi air sedang sebesar
memiliki pola mengelompok
0,902, dan nilai korelasi untuk
(clustered) pada beberapa titik
luas
tertentu dengan nilai T sebesar
konservasi air rendah sebesar
0,8. Zona konservasi air rendah
0,964. Secara umum nilai
memiliki pola acak (random)
sigifikansi
di
konservasi menunjukkan
hampir
mayoritas
mana
aktual
air pola
dengan
RTH
tingkat
dengan
dari
tiap
tingkat
zona
seluruh
desa,
konservasi air lebih kecil dari
berada
pada
0,05
dan
korelasi
kedua
kawasan pusat kegiatan dan
variabel bertanda positif. Hal
area permukiman.
ini dapat menunjukkan bahwa
3. Berdasarkan analisis luasan
semakin tinggi nilai RTH maka
RTH citra Landsat 8 OLI tahun
semakin tinggi pula nilai zona
perekaman
2015
dengan
konservasi airnya. Begitupula
transformasi
indeks
NDVI
sebaliknya, semakin rendah
Difference
luas RTH maka nilai zona
Index)
konservasi air juga semakin
(Normalized Vegetation
menunjukkan bahwa luas RTH
rendah.
15
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
primer sehingga hasil
B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
yang diperoleh lebih
pelaksanaan penelitian, maka dapat
disampaikan
2. Bagi Pemerintah
saran-
a. Zona
saran sebagai berikut:
aktual
1. Bagi Masyarakat a. Zona
konservasi dapat
air
menjadi
masukan kepada instansi
konservasi
air
yang
terkait
dalam
aktual yang telah disusun
merumuskan kebijakan
dapat dijadikan sebagai
pembangunan
acuan bagi masyarakat
Kecamatan
dalam
dan
melaksanakan
kegiatan pembangunan,
dukung
dan
koordinasi
dan menjalin komunikasi
fungsi
antara pemerintah dan masyarakat
air
tata
daya
b. Kawasan dengan zona
dalam
rangka
pelestarian
tinggi
kawasan konservasi air.
dijaga
Salah satu hal yang dapat
dan
dilakukan yaitu melalui
pembangunan
kegiatan sosialisasi dan
hendaknya kelestariannya, kegiatan
perencanaan
b. Melakukan
kawasan
konservasi
Ngemplak
ruang.
dengan memperhatikan kemampuan
di
dipusatkan pada daerah sekitar
penghijauan.
kawasan
c. Mempertahankan luasan
perkotaan yang memang
RTH yang sudah ada dan
lebih sesuai dan cocok
dijaga
untuk dikembangkan.
sehingga
c. Pada penelitian sejenis
kelestariannya
fungsi
keberlanjutan ekologis
dalam menentukan zona
Kecamatan
konservasi
sebagai kawasan yang
air
menggunakan
dapat data
memiliki
16
Ngemplak
kemampuan
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
dalam
konservasi
air
RTH publik dan RTH privat
tetap terjaga.
serta tipe vegetasinya.
C. Keterbatasan Penelitian Setiap
metode
memiliki
tentu
DAFTAR PUSTAKA
kelemahan.
BPS.
Analisis fungsi konservasi air dilakukan
dengan
konservasi
air,
model
di
mana
Daisy Radnawati. 2005. Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kota Depok sebagai Kawasan Konservasi Air Menggunakan Data Satelit Multi Temporal (Tesis). Bandung: IPB.
dilakukan skoring pada tiap parameter. Parameter yang digunakan
meliputi:
penggunaan hujan,
lahan,
kemiringan
curah
Direktorat Jenderal Pentaan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Derektorat Jenderal Pentaan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.
lereng,
jenis tanah, dan geologi. Kelima
parameter
2015. Kecamatan Ngemplak dalam Angka Tahun 2015. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik
yang
digunakan tersebut diperoleh dari data sekunder, tentu akan lebih baik jika data yang
Emil Salim. 1981. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara
digunakan merupakan data primer. Beberapa parameter
Lutfi Muta’ali. 2012. Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pedesaan, Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.
lain seperti tipe vegetasi, intensitas air hujan dapat ditambahkan yang
yang
untuk lebih
hasil akurat.
Nirwono Joga dan Iwan Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Penelitian ini menggunakan citra satelit dengan resolusi spasial menengah sehigga tidak
dapat
mengklasifikasikan
antara
Nur Febrianti, Parwati Sofian. 2014. RTH di Jakarta Berdasarkan Analisis Spasial dan Spektral
17
Analisis Ruang Terbuka Hijau . . . (Rina Putri Utami)
Otto
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Sekretariat Negara. Jakarta
Soemarwoto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan
Rustam Hakim dan Hardi Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap PrisnsipUnsur dan Aplikasi Desain: Jakarta: Bumi aksara
Pemkot Sleman. 2013. Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman 2013. Sleman: Pemkot Sleman. Ratih
Sitanala Arsyad. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: IPB
Nirmalasari. 2013. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Oksigen di Kota Yogyakarta (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial: UNY
Soeriaatmadja. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB Sri Rahayu. 2009. “Pertumbuhan Penggunaan Lahan Non Pertanian di Kawasan Resapan Air Kabupaten Sleman Tahun 1990-2000”. Prosiding Lokakarya Nasional MenujuPengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem untuk Mereduksi Potensi Konflik Antar Daerah. Vol. 5, Desember 2009, Hal. 365‐372.
Ratri Nurma Nugraha. 2013. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Volume Resapan Air Tanah di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Tahun 19942009. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial: UNY Republik Indonesia. 2007. UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara. Jakarta
Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia Kemana?. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Meteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
18