ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN PUPUK BOKASHI (Suatu Studi pada Kelompok Tani Pertanian Organik Bambong Makmu di Kecamatan Delima Kabupaten Pidie) Oleh : Edy Marsudi (Dosen Jurusan SEP Fakultas Pertanian Unsyiah) ABSTRACT The farmer groups Bambong Makmu sell each unit processed bokashi fertilizer it produces less than the price of fine bran, sawdust, and EM-4 which is the raw material of the bokashi fertilizer. The aim of this study was to assess whether bokashi fertilizer processing business could provide a decent profit. The research method used is a case study. The result showed that the bokashi fertilizer processing business farmer groups of Bambong Makmu can provide a decent profit. It can be shown from the acquisition of RC ratios every Rp1 production costs incurred for sure can generate production value amounting to Rp1, 24. So it is advisable to be able to continue and expand its business. Besides setting a lower selling price of raw materials that can be practiced during these continue to be maintained. Keywords: Business processing, Profitability Analysis, and Bokashi Fertilizer PENDAHULUAN Bokashi merupakan pupuk organik yang diproduksi secara cepat yang dilakukan melalui hasil fermentasi dengan menggunakan teknologi EM-4 (effective microorganism turunan ke-empat), dimana EM-4 berfungsi sebagai stimulan yang dapat melipatgandakan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Dampak penggunaan pupuk bokashi secara ekonomi adalah dapat menghemat penggunaan biaya produksi pada usahatani, memberikan nilai guna bagi limbah pertanian, dapat meningkatkan produktivitas tanaman, yang semuanya bermuara untuk memperbesar pendapatan usahatani. Munculnya fenomena kelangkaan pupuk an-organik yang disertai dengan meningkatnya harga pupuk dan pestisida kimia, telah mendorong petani di beberapa tempat untuk mengurangi penggunaan pupuk an-organik. Namun di pihak lain, tuntutan kebutuhan pupuk masih sangat besar terutama untuk mempertahankan produktivitas usahataninya agar tidak mengalami penurunan. Hal ini yang menggiring petani untuk mencari alternatif pemakaian pupuk lain yang lebih murah, alami, dan mudah digunakan.
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Salah satu kelompok tani yang sangat giat dalam berusaha untuk melepaskan ketergantungannya kepada pupuk anorganik adalah kelompok tani Bambong Makmu, yang merupakan kelompok tani pertanian organik yang beranggotakan petani yang berasal dari delapan desa dalam Kemukiman Bambong Kecamatan Delima. Kelompok tani ini belajar mengolah sendiri pembuatan pupuk organik yang ditujukan guna dipakai bagi kalangan sendiri kelompok taninya. Namun belakangan karena adanya permintaan pasar, terutama para pembeli yang datang langsung untuk memesan pupuk bokashi dalam jumlah banyak, maka usaha pengolahan pupuk yang tadinya hanya dikhususkan untuk penggunaan bagi kalangan sendiri tersebut, kemudian berkembang dan menjadi usaha pengolahan pupuk bokashi yang ditujukan untuk diperjualbelikan di pasar lokal. Kelompok tani Bambong Makmu memasang harga jual pupuk bokashi sebesar Rp.900/kilogram, yang secara nyata lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk bokashi yang berasal dari Medan dan Banda Aceh yang harus ditebus dengan harga mencapai Rp.1100/kilogram. Konsumen yang berminat untuk membeli pupuk bokashi harus mengambil sendiri ke lokasi pengolahan, karena kelompok tani
ini tidak menyediakan sarana transportasi untuk memobilisasi pupuk yang dijualnya. Mengingat harga bahan baku untuk menghasilkan pupuk bokashi perkilogram seperti harga dedak halus yang mencapai Rp.3500/kilogram, di samping harga serbuk kayu, EM-4, dan bahan-bahan penunjang lainnya yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual pupuk bokashi, maka timbul sebuah keraguan yang perlu diketahui lebih lanjut apakah usaha pengolahan pupuk bokashi yang diusahakan kelompok tani pertanian organik Bambong Makmu dapat memberikan keuntungan yang layak?. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi Kelompok Tani Bambong Makmu di Kemukiman Bambong Kecamatan Delima. Metode yang digunakan adalah studi kasus (case study), karena dalam metode ini memusatkan perhatian dan mengungkapkan kebenaran pada suatu kasus secara mendetail yang terdapat dalam suatu objek penelitian, yaitu usaha pengolahan pupuk bokashi. Data yang dikumpulkan terdiri dari 2 jenis: (1) data primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah dipersiapkan, dan (2) data skunder, yang diperoleh dari studi kepustakaan, laporan-laporan, dinas dan instansi terkait dengan penelitian ini. Di samping itu juga digunakan buku-buku bacaan, jurnal, majalah, dan laporanlaporan yang relevan dengan penelitian ini sebagai literatur. Data yang telah dikumpulkan dari pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara dengan sejumlah responden kemudian diolah dengan mentabulasikan dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk pencapaian tujuan penelitian digunakan analisis Revenue Cost Ratio dengan formula sebagai berikut: RC ratio =
P.Q ri .X i
dimana:
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
RC ratio = Revenue Cost Ratio P.Q = Nilai Produksi (Rp/bulan) ri Xi = Biaya Produksi (Rp/bulan) Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: RC ratio ≤ 1 : Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi Kelompok Tani Bambong Makmu tidak memberikan keuntungan yang layak RC ratio > 1 : Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi Kelompok Tani Bambong Makmu dapat memberikan keuntungan yang layak Untuk menilai besarnya harga pokok penjualan perkilogram dan omzet produksi pupuk bokashi minimal persatuan waktu dikaji dengan menggunakan model perhitungan keadaan titik pulang pokok (break even point) dengan formula sebagai berikut: a). Besarnya Harga Pokok BEPhj =
r .X i
i
Q
dimana: BEPhj = Break Even Point Menurut Harga Pokok (Rp/kilogram) ri.Xi = Biaya Produksi (Rp/bulan) Q = Besarnya Produksi (kilogram/bulan) b). Besarnya Omzet Produksi BEPop =
r .X i
i
P
dimana: BEPop = Break Even Point Omzet Produksi (kilogram/bulan) ri.Xi = Biaya Produksi (Rp/bulan) P = Harga Jual (Rp/kilogram) Setelah itu dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan pemaknaan dan
penjelasan terhadap berbagai kondisi, fakta, dan informasi yang diperoleh. Interpretasi data juga dilakukan terhadap fenomena yang terdapat dalam realitas yang terdapat di lapangan.
dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap diterjemahkan sebagai biaya yang tidak habis dipakai dalam sekali periode produksi, seperti biaya tempat usaha pengolahan, pembelian kereta sorong, cangkul, sekop, dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali periode produksi, seperti biaya pengadaan bahan baku pengolahan (dedak, serbuk gergaji, kohi, abu sekam, dan EM-4). Besarnya penggunaan biaya produksi pada masingmasing jenis usahatani sayuran daun di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1
HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Biaya Produksi Perhitungan penggunaan biaya produksi sangat diperlukan dalam membuat suatu keputusan dalam menjalankan suatu usaha. Ada dua bentuk biaya produksi yang dikeluarkan pada kegiatan pengolahan pupuk bokashi baik dibayar tunai maupun tidak tunai, yaitu biaya tetap (fixed cost) Tabel 1. Penggunaan Biaya Produksi pada Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi di Daerah Penelitian, Tahun 2011. No. Komponen Biaya Besarnya (Rp/bulan) Kontribusi (%) 1. Biaya Tetap 500.000 1,81 Sewa Tempat Usaha 166.000 0,60 Penyusutan Peralatan 200.000 0,72 Pajak, dll 2. Biaya Tidak Tetap Bahan Baku 10.800.000 39,01 o Dedak Halus 5.400.000 19,50 o Serbuk Gergaji 1.980.000 7,15 o Kohi 540.000 1,95 o Abu Sekam 900.000 3,25 o EM-4 7.200.000 26,01 Tenaga Kerja 3. Biaya Total 27.686.000 100,000
Penggunan biaya produksi yang Produksi adalah besarnya pupuk paling besar yang dikeluarkan pada usaha bokashi yang dapat dihasilkan dalam satuan pengolahan pupuk bokashi adalah biaya waktu kilogram perbulan. Besarnya pengadaan bahan baku, dengan porsi yang produksi yang dihasilkan dalam jangka paling tinggi dialokasikan untuk pengadaan waktu satu bulan dikalikan dengan harga dedak halus. Hal ini dikarenakan faktor jual, sehingga diperoleh nilai produksi yang kelangkan dedak, sehingga para pengolah dinyatakan dalam satuan rupiah/bulan. harus menebusnya dengan harga Rata-rata produksi, harga jual, dan nilai perkilogram berkisar antara Rp.1500 produksi yang diperoleh usaha pengolahan sampai dengan Rp 2500. Sementara porsi pupuk bokashi kelompok tani Bambong biaya yang paling kecil adalah biaya Makmu dalam jangka waktu satu bulan penyusutan peralatan kerja. dapat dilihat pada Tabel 2. Produksi dan Nilai Produksi Tabel 2. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, dan Nilai Produksi Pupuk Bokashi dalam Satu Bulan di Daerah Penelitian, Tahun 2011. No. 1. 2. 3.
URAIAN Produksi Harga Jual Nilai Produksi
SATUAN Kilogram/bulan Rupiah/kilogram Rupiah/bulan
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
NILAI 38.000 900 34.200.000
Ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa harga jual pupuk bokashi kelompok tani Bambong Makmu adalah sebesar Rp.900/kilogram, yang secara nyata lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk organik yang berasal dari Banda Aceh dan Medan. Hal ini dimaksudkan agar volume penjualan dapat ditingkatkan sehingga pengolahan dapat dilakukan secara kontinyu dan konsumen lokal dapat
memperoleh pupuk bokashi dengan harga yang terjangkau. Keuntungan Usaha Keuntungan usaha merupakan selisih antara nilai produksi yang diperoleh selama satu bulan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode yang sama, dan dalam satuan rupiah perbulan. Besarnya keuntungan usaha pengolahan pupuk bokashi kelompok tani Bambong Makmu per-bulan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Besarnya Keuntungan Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi di Daerah Penelitian, Tahun 2011. No. U R A I A N SATUAN JUMLAH 1. Nilai Produksi Rupiah/bulan 34.200.000 2. Biaya Produksi Rupiah/bulan 27.686.000 3. Keuntungan Usaha Rupiah/bulan 6.514.000 Rata-rata besarnya keuntungan usaha yang diperoleh kelompok tani Bambong Makmu adalah mencapai Rp.6.514.000/bulan. Nilai keuntungan tersebut telah dapat dikatakan cukup besar bila dibandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Besarnya tingkat keuntungan usaha selanjutnya digambarkan dalam bentuk Ratio Revenue Cost (RC ratio) dan Break Even Point (BEP). RC
ratio merupakan kemampuan dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan nilai produksi, sementara BEP menggambarkan titik pulang pokok yang diperlihatkan dalam bentuk harga pokok penjualan dan omzet penjualan minimal. Adapun besarnya RC ratio dan BEP usaha pengolahan pupuk bokashi dapat dilihat secara lebih terinci pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai RC ratio, BEPhj, dan BEPop pada Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi di Daerah Penelitian, Tahun 2011. 1. RC ratio 1,24 2. BEPhj Rupiah/kilogram 728,58 3. BEPop Kilogram/bulan 30.762,22
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa RC ratio usaha pengolahan pupuk bokashi adalah sebesar 1,24. Nilai tersebut memberi makna bahwa setiap Rp.1 biaya produksi yang dikeluarkan secara pasti dapat menghasilkan nilai produksi sebesar Rp.1,24. Dengan kata lain usaha pengolahan pupuk bokashi tersebut telah dapat memberikan keuntungan kepada pihak pengelolanya sebesar 24 % perbulan. Nilai tersebut telah dapat dikatakan cukup menguntungkan karena investasi yang ditanam akan terus mengalami pertumbuhan sebesar 24 % setiap bulan, dan nilai tersebut jauh lebih besar bila dibandingkan dengan suku bunga bank. Nilai BEP harga jual yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan besaran Rp.728,58 perkilogram, yang memberi makna bahwa apabila hasil produksi pupuk bokashi dijual dengan harga tersebut maka akan diperoleh keadaan titik impas pulang pokok. Karena harga jual pupuk bokashi adalah sebesar Rp.900/kilogram, maka dapat dikatakan bahwa setiap kilogram pupuk bokashi yang dihasilkan tersebut terjual akan memberikan keuntungan sebesar Rp.171,42 perkilogram. Dengan demikian penetapan harga jual sebagaimana yang telah diimplementasikan tersebut masih dapat terus untuk dipertahankan. Nilai BEP omzet penjualan yang didapat memberi makna bahwa usaha pengolahan pupuk bokashi akan mencapai titik impas apabila produksi yang dihasilkan hanya sebesar 30.762,22 kilogram perbulan. Kenyataan yang ada, besarnya produksi rata-rata perbulan telah mencapai 38.000 kilogram perbulan. Usaha pengolahan pupuk bokashi akan dapat memperbesar keuntungan bila kemampuan produksi dapat ditingkatkan lagi.
ratio yang membuktikan bahwa setiap Rp.1 biaya produksi yang dikeluarkan secara pasti dapat menghasilkan nilai produksi sebesar Rp.1,24. Nilai BEP harga jual memberi makna bahwa setiap kilogram pupuk bokashi yang terjual akan memberikan keuntungan sebesar Rp.171,42 perkilogram. Sedangkan BEP omzet penjualan member pertanda bahwa usaha pengolahan pupuk bokashi akan dapat memperbesar keuntungan bila kemampuan produksi dapat ditingkatkan lagi. Saran a. Disarankan kepada usaha pengolahan pupuk bokashi Kelompok Tani Bambong Makmu untuk dapat melanjutkan dan mengembangkan usahanya, mengingat usaha ini cukup menguntungkan. b. Penetapan harga jual sebagaimana yang telah diimplementasikan selama ini masih dapat terus untuk dipertahankan. DAFTAR PUSTAKA Community for Participatory Social Management. 2002. Panduan Pelatihan Pemandu Perencanaan Strategis. Lembaga Perlindungan Anak (LPA). Jakarta. Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa dan Associate. 2002. Pelatihan Konsultan Pendamping Program Pembangunan Kecamatan. Proyek PPK Kerja-sama Dirjen PMD dan Associate. Jakarta. Indriani, Yovita Hety. 2010. Membuat Kompos Secara Kilat. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan pupuk bokashi Kelompok Tani Bambong Makmu dapat memberikan keuntungan yang layak. Hal ini dapat diperlihatkan dari perolehan RC
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Kardinan, Agus. 2000. Pestisida Nabati: Ramuan & Aplikasi. PT.Penebar Swadaya. Jakarta Kartasapoetra, A.G. 1989. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bina Aksara. Jakarta
Marsudi, Edy. 2010. Studi Perbandingan Keuntungan Usahatani Padi Metode SRI di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agrisep Vol 11 No.2 Desember 2010 halaman 48-52. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Darussalam Banda Aceh. Mubyarto.
1995. Pengantar Pertanian. Yogyakarta.
Ekonomi LP3ES.
Munawir,
S. 1981. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jakarta.
Murbandono. 2007. Membuat Kompos, Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Musnamar, Effi Ismawati. 2008. Pupuk Organik, Cair & Padat, Pembuatan, dan Aplikasi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Nasir. 2008. Pengaruh Pembuatan Pupuk Bokashi Pada pertumbuhan dan Produksi Padi Palawija dan Sayuran. http://www.deptan.go.id/ daerah_new/banten/dispertana k_pandeglang/artikel_13.htm. Dikutip tanggal 14 November 2008
Nita, Wayan. 2007. Pupuk Bokashi Versus Kompos. http://forum.detik.com /arhive/index.php/t71162.html. Dikutip tanggal 14 November 2008 Samosir, A.M. 1985. Alat-Alat Analisis dalam Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Nomensen. Medan
Sains Riset Volume 1 - No. 2, 2011
Suharyanto, Suprapto, dan Rubiyo. 2004. Analisis Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Perkebunan Berbasis Kelapa di Kabupaten Tabanan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Vol. 7, No.2, Juli 2004; halaman 146154. Soekartawi. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta. Sutanto,
Rachman. 2011. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan & Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo, Mul Mulyani. 2004. Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Wahyuni, Eti. 2007. Menakar Efektifitas Kompos dan Bokashi. Medan Bisnis. http://www.sintesa.or.id. Dikutip tanggal 14 November 2008. Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava Media. Yogyakarta. Zahara, Ayulia Winda. 2008. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Pupuk Bokashi Di Desa Jruek Balee Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Laporan Kuliah Kerja Profesi (Tidak dipublikasikan). Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsyiah. Darussalam Banda Aceh.