KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI DAERAH PEDESAAN LAHAN KERING DI DESA PURPURA DAN DESA OIRATA BARAT KECAMATAN PULAU PULAU TERSELATAN KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA Raihana Kaplale Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura - Ambon
ABSTRACT Poverty is a complex multi-dimensional problem, so that partial poverty reduction policy often does not touch the poverty problem. The purposes of this study are to: (1) understand the concept of poverty by government and society, (2) understand the factors that cause poverty, (3) research poverty reduction programs, and (4) develop a sustainable strategy of poverty reduction in two villages of the study. The results showed that the average household expenditure was Rp. 193.157 per month which is still below the poverty standard of Sajogyo. These factors include the cultural causes of poverty, climate and policy and government programs that have not succeeded in helping people get out of the poverty cycle. Poverty reduction strategies need to be made from partial and sectoral approach to a holistic, comprehensive and cross-sector approach, focused on developing local and regional food processing industry, education and health subsidies, building and maintaining transportation infrastructure as well as productive incentives for the poor who are economically active. Keywords : Poverty, household, expenditure, standard of Sajogyo PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan multi dimensi yang cukup kompleks yang tetap ada dari waktu ke waktu. Berbagai kebijakan dan langkah upaya pengentasan kemiskinan telah dilakukan, tetapi kemiskinan tetap ada. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa upaya dan kebijakan yang diambil selama ini belum menyentuh akar permasalahan kemiskinan yang menjadi faktor penyebab muncul dan bertahannya kemiskinan dalam masyarakat di suatu daerah atau Negara (Usman & Moeis, 2006). Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi yang kaya akan sumber daya alam baik di darat maupun di laut. Sebagian besar kekayaan alam Maluku terdapat di daerah pedesaan, sehingga mayoritas masyarakatnya memiliki mata pencaharian yang lebih mengarah pada sektor pertanian. Desa Purpura dan Desa Oirata Barat merupakan desa yang terletak di Kabupaten Maluku Barat Daya tepatnya pada Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan. Menurut data BPM (2009), jumlah keluarga miskin pada kecamatan ini mencapai 2.346 jiwa. Angka kemiskinan yang
relatif besar pada kecamatan ini secara tidak langsung menggambarkan keadaan kemiskinan di kedua desa tersebut. Sebagian besar masyarakat baik Desa Purpura maupun Desa Oirata Barat berorientasi pada sektor pertanian, namun ketersediaan lahan yang dominan merupakan lahan kering turut mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan yang pada akhirnya juga turut mempengaruhi tingkat kemiskinan di kedua desa ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep kemiskinan menurut pemerintah dan masyarakat di Desa Purpura dan di Desa Oirata Barat, faktor-faktor penyebab kemiskinan, mengetahui program-program dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat di Desa Purpura dan di Desa Oirata Barat dalam menanggulangi masalah kemiskinan, serta mengembangkan strategi penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan pada kedua desa tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan agar lebih memfokuskan program-program penanggulangan kemiskinan sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin.
326
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 METODE PENELITIAN
dengan menganalisis faktor-faktor seperti: faktor sosial ekonomi, faktor iklim, dan faktor budaya, Dan masalah ketiga dianalisis dengan metode evaluasi yakni melihat dampak program terhadap rumah tangga. Caranya, membandingkan tingkat kemiskinan sebelum dan sesudah program. Masalah yang keempat dianalisis dengan menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Purpura dan di Desa Oirata Barat, Kecamatan Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya selama tiga bulan. Diambil sampel sebanyak 40 responden dari Desa Purpura (45 % dari jumlah populasi yakni 89 KK) dan 40 responden dari Desa Oirata Barat (36 % dari jumlah populasi yakni 110 KK) yang diambil secara acak sederhana (Simple Random Sampling).
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Kemiskinan Kriteria yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik BPS untuk mengukur garis kemiskinan adalah dengan membandingkan pengeluaran rumah tangga, baik pangan maupun non pangan untuk memenuhi kebutuhan seharihari. Pengeluaran masyarakat di Desa Purpura dan di Desa Oirata Barat berdasarkan disajikan pada tabel 1.
Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang disesuaikan dengan masalah penelitian. Masalah pertama dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif statistik deskriptif yakni dengan mengukur konsep kemiskinan melalui persepsi rumah tangga dan nilai rupiah.. Masalah yang kedua mengenai faktor-faktor penentu kemiskinan, dianalisis secara kualitatif, yakni Tabel 1. Pengeluaran Rumahtangga No
Pengeluaran
Pengeluaran pangan 1. *Serealia 2. Umbi-umbian 3. Pangan hewani 4. Minyak dan lemak 5. Kacang-kacangan 6. Sayur-sayuran 7. Buah-buahan 8. Jajanan 9. MP ASI 10. **Lain-lain Sub Total Pengeluaran non pangan 1. Kesehatan 2. Pendidikan 3. Dapur 4. Perumahan 5. Pakaian 6. Transportasi 7. ***Lain-lain Sub Total Total Pendapatan perkapita Standar BPS Standar Sajogyo Bias 20%
Sumber : Data Olahan,2009
Desa Oirata Barat (OB) Rp/RT/Bln
Persentase %
Desa Purpura Persentase (P) Rp/RT/Bln %
Rata-rata (OB + P) Rp/RT/Bln
Persentase %
215987 36250 133350 41812 28812 60212 19100 26825 8750
18,5 3,1 11,5 3,6 2,5 5,2 1,6 2,3 0,8
201060 14700 118221 30670 27060 49300 23480 18920 6760
16,2 1,2 9,5 2,5 2,2 4,0 2,0 1,5 0,5
208523.5 25475 125785.5 36241 27936 54756 21290 22872.5 7755
17.27 2.11 10.42 3.00 2.31 4.54 1.76 1.89 0.64
45000 616100
3,9 52,9
33710 523881
2,7 42,3
39355 569989.5
3.26 47.21
54100 91650 259911 13862 23625 48050 57825 549023 1165123 233025 217599 213333 186420
4,6 7,9 22,3 1,2 2,0 4,1 5,0 47,1 100
35930 73440 447086 12960 10550 104000 41500 715466 1239346 247869
2,9 5,9 36,1 1,0 0,9 8,3 3,3 57,7 100
45015 82545 353498.5 13411 17087.5 76025 49662.5 637244.5 1207234 241447
3.73 6.84 29.28 1.11 1.42 6.30 4.11 52.79 100.00
198295
193157
Miskin
Kemiskinan Rumah Tangga di Daerah Pedesaan Lahan Kering di Desa Purpura dan Desa Oirata Barat Kecamatan Pulau Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Ket: * Serealia : Beras, Jagung dan Tepung Terigu ** Lain-lain : Gula, Teh, Kopi dan Garam ***Lain-lain : Sumbangan (iuran/denda dan kado), Tabungan, Telpon dan pulsa, Rokok, Pembantu serta Zakat Pada Tabel 1 di atas terlihat angka pengeluaran non pangan untuk kategori dapur sangat besar. Hal ini disebabkan oleh adanya penggunaan kayu bakar dalam jumlah yang cukup besar, disamping penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar. Meskipun untuk memperolehnya tidaklah membutuhkan biaya (masyarakat mengambil di hutan), namun tetap diuangkan dengan harga Rp. 5000,- per ikat. Ratarata jumlah kayu bakar yang digunakan untuk Desa Oirata Barat dan Desa Purpura masingmasing adalah 50 ikat dan 89 ikat per bulan. Sehingga jika kayu bakar tidak dimasukan dalam pengeluaran rumah tangga maka pengeluaran pangan akan lebih besar dari non pangan. BPS mengukur kemiskinan dengan menggunakan pengeluaran rumah tangga yakni pangan dan non pangan, dimana jika pangan lebih besar dari non pangan maka dikatakan miskin. Pada Tabel di atas terlihat angka pengeluaran non pangan (53 %) lebih besar dari pangan (47 %), dimana pada kelompok pangan persentase tertinggi pada serealia dan pangan hewani serta non pangan pada kebutuhan dapur dan pendidikan. Namun jika kayu bakar tidak dimasukkan pada pengeluaran dapur, maka diperoleh pengeluaran pangan akan lebih besar dari non pangan. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa masyarakat pada kedua desa ini masih hidup dibawah garis kemiskinan. Pemerintah menetapkan pendapatan perkapita rata-rata masyarakat Maluku sebesar Rp. 367.350/kap/bln. Angka ini diperoleh dari jumlah pendapatan seluruh masyarakat kota dan
327
desa dibagi dua. Angka inilah yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyatakan bahwa Maluku tidak tergolong miskin. Kenyataan yang terjadi pada Desa Purpura dan Oirata Barat jelas membuktikan bahwa masih banyak masyarakat desa yang hidup di bawah garis kemiskinan. Di Desa Purpura persentase pengeluaran tertinggi ada pada kelompok non pangan yakni sebesar 58 persen dan terendah pada kelompok pangan yakni sebesar 42 persen. Dimana pengeluaran pangan tertinggi adalah seralia (16 %), disusul pangan hewani (10 %) serta sayursayuran (4 %), dan terendah adalah MP ASI (0,5 %), disusul Buah-buahan dan jajanan (2 %). Pada kelompok non pangan persentase pengeluaran non pangan tertinggi adalah dapur (36 %), disusul transportasi (8 %), serta pendidikan (6 %), dan terendah adalah pakaian dan perumahan (1 %). Konsep Kemiskinan Menurut Pemerintah Menurut Pemerintah masyarakat yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar baik pangan maupun non pangan. Khusus untuk kebutuhan pangan pemerintah berasumsi bahwa ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam hal ini beras, maka masyarakat tersebut tergolong miskin. Sehingga berdasarkan asumsi pemerintah tersebut, bantuan berupa raskin dan BLT merupakan salah satu jalan keluar yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan yang juga terjadi di daerah ini. Konsep Kemiskinan Menurut Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di lapangan dengan menggunakan pendekatan subjektif yakni menilai kemiskinan berdasarkan pendapat atau pandangan orang miskin itu sendiri, maka diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 2 berikut ini :
Raihana Kaplale
328
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Tabel 2. Persepsi Responden Terhadap Kemiskinan Rumah Tangga Desa Oirata Barat No Peubah n=40 % I. Persepsi terhadap Kemiskinan rumah tangga 1. Miskin 2. Tidak miskin 12 30 28 70 II. Alasan rumah tangga miskin 1.Tidak punya pekerjaan tetap 4 33,3 1 8,3 2.Tidak punya aset produktif (tanah, alat pertanian dan ternak) 3.Tidak punya barang berharga (barang-barang 3 25 elektronik) 4. Rumah tidak layak huni 2 16,7 5.Tidak punya akses ke air bersih, listrik, infor2 16,7 masi dan pasar
Sumber : Data Olahan, 2009 Pada Tabel 2. terlihat adanya perbedaan persepsi antara masyarakat desa Oirata Barat dan Purpura. Di Desa Oirata Barat 30 persen responden menyatakan dirinya tergolong miskin dan 70 persen tidak miskin. Alasan yang dikemukakan responden tertinggi adalah tidak punya pekerjaan tetap yakni sebesar 33,3 persen dan terendah adalah tidak punya aset produktif yakni sebesar 8,3 persen. Pada Desa Purpura persentase responden yang menyatakan dirinya tergolong miskin yakni sebesar 87,5 persen dan 12,5 persen tidak miskin. Alasan yang dikemukakan tertinggi adalah tidak punya pekerjaan tetap yakni sebesar 34,3 persen dan terendah adalah tidak punya aset produktif yakni sebesar 11,4 persen. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Menurut Ala (1981) penyebab kemiskinan dibedakan atas : pertama, faktor internal (dalam diri orang miskin) meliputi faktor budaya, sifat dan karakter; dan kedua, faktor eksternal (diluar diri orang miskin) meliputi faktor alam, faktor sosial, serta kebijakan dan program pemerintah. Selain itu ada 2 faktor yakni pendidikan dan kesehatan yang jika ditinjau dari segi sebab tergolong dalam faktor internal dan dari segi akibat tergolong dalam faktor eksternal. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor dimana individu itu sendirilah yang menyebabkan kemiskinan bagi dirinya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di lapangan, ditemukan adanya budaya yang melekat pada diri
Desa Purpura n=40
%
35 5
87,5 12,5
12 4
34,3 11,4
6
17,1
5 8
14,3 22,9
masyarakat yang merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan di daerah ini. Ada semacam kebiasaan yang telah lama ada dan masih sangat kental diterapkan dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini yakni budaya saling memberi/ membantu atau timbal balik (reciprocity. Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor dimana keadaan di luar diri individu tersebutlah yang menjadikannya miskin. Keadaan alam merupakan salah satu faktor penentu tingginya angka kemiskinan di daerah ini. Lahan yang kering serta rendahnya curah hujan menyebabkan masyarakat harus bekerja keras untuk dapat bertahan hidup. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan serta kerawanan pangan di daerah ini dirasa kurang maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sekaligus hasil wawancara dengan masyarakat di kedua desa, ada ketidakmerataan dalam pemberian bantuan sehingga ada kesenjangan sosial dimana masyarakat yang miskin akan tetap miskin karena mereka justru tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Faktor pendidikan dan kesehatan juga merupakan penyebab kemiskinan pada kedua Desa. Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan merupakan penyebab masyarakat sulit memperoleh pekerjaan sebagai pegawai negeri ataupun swasta. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan tertinggi pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama bekerja sebagai petani
Kemiskinan Rumah Tangga di Daerah Pedesaan Lahan Kering di Desa Purpura dan Desa Oirata Barat Kecamatan Pulau Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya
329
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 serta sebagian kecil dengan tingkat pendidikan tertinggi Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi bekerja sebagai Pegawai Negeri maupun Swasta. Demikian pula dengan kesehatan, jika kesehatan menurun maka seseorang tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Program-Program Pemerintah dan LSM dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan Dalam upaya penanggulangan kemiskinan Pemerintah memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat di kedua desa berupa : Bantuan
Langsung Tunai, Beras Miskin, Askeskin, Sembako murah, Dana BOS, PMT, dan lainlain. Bantuan-bantuan yang diberikan dapat dikatakan cukup berhasil, namun hanya pada saat mereka menerima bantuan tersebut, selebihnya mereka tetap merasa kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok seperti beras. Menurut hasil pengamatan di lapangan peran serta LSM dalam membantu masyarakat keluar dari masalah kemiskinan kurang bahkan belum dirasakan. Jenis-jenis program bantuan dari Pemerintah serta alasan keberhasilannya dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Program Bantuan Pemerintah dan Alasan Keberhasilan No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Desa Oirata Barat
Perubah Program-program Pemerintah a. BLT b. Raskin c. Aseskin d. Sembako murah e. BOS f. Keluarga harapan g. Makanan tambahan h. Bantuan Modal i. Bantuan Teknologi j. Bantuan Kredit Alasan keberhasilan program BLT • Cukup membantu Alasan keberhasilan program Raskin • Cukup membantu • Tidak membantu Alasan keberhasilan program Aseskin • Cukup membantu Alasan keberhasilan program Sembako Murah • Cukup membantu • Tidak dapat Alasan keberhasilan program BOS • Cukup membantu • Tidak dapat Alasan keberhasilan program Keluarga Harapan • Tidak dapat Alasan keberhasilan program Makanan Tambahan • Tidak dapat Alasan keberhasilan program Bantuan Modal • Tidak dapat Alasan keberhasilan program Bantuan Teknologi • Cukup membantu • Tidak dapat Alasan keberhasilan program Bantuan Kredit • Tdak dapat
Sumber : Data Olahan, 2009
Raihana Kaplale
Desa Purpura
n=40
%
n=40
%
40 40 40 40 40 0 0 0 15 0
100 100 100 100 100 0 0 0 37,5 0
40 40 40 23 5 0 0 0 7 0
100 100 100 57,5 12,5 0 0 0 17,5 0
40
100
40
100
25 15
62,5 37,5
40 0
100 0
40
100
40
100
40 0
100 0
23 17
57,5 42,5
40 0
100 0
5 35
12,5 87,5
40
100
40
100
40
100
40
100
40
100
40
100
15 25
37,5 62,5
7 33
17,5 82,5
40
100
40
100
330
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berkelanjutan Untuk mengatasi masalah kemiskinan dibutuhkan strategi-strategi khusus yang sesuai dengan masalah yang dihadapi sehingga dalam penanggulangannya dapat langsung menyentuh akar penyebab masalah kemiskinan. Melalui Analisis SWOT berdasarkan faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah dibahas sebelumnya, maka akan ditemukan strategistrategi yang sesuai dengan permasalahan kemiskinan yang ada pada daerah ini. a. Strategi Rumahtangga untuk Dapat Bertahan Hidup Dalam mengahadapi masa-masa sulit, untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga masyarakat dituntut untuk melakukan berbagai alternatif seperti: (1) mengalihkan pangan pokok ke pangan jenis lain yang lebih murah; (2) mengurangi jumlah pangan yang dikonsumsi; (3) mengurangi frekuensi makan perhari; (4) meminta bantuan pangan; (5) meminjam uang pada saudara atau kerabat; (6) meminjam uang pada orang lain; (7) menjual asset produktif dan non produktif: (8) tidak membayar biaya/uang sekolah anak atau bahkan memberhentikan pendidikan anak; (9) mencari pekerjaan di kota; serta upaya lainnya seperti mengolah hasil kebun lainnya untuk dijual. . Adapun berbagai alternatif tersebut diatas dilakukan sebagai bentuk upaya agar bisa bertahan di tengah masalah krisis pangan dan kemiskinan yang melanda mereka. Berdasarkan upaya yang dilakukan oleh masyarakat desa Oirata Barat untuk mengatasi masalah krisis pangan dan kemiskinan, yang terbanyak dan menjadi perioritas adalah dengan menjual aset-aset produktif (tanah, ternak, alat pertanian, dll) yakni sebesar 98 % dan 93 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama, disusul mengalihkan pangan pokok ke pangan pokok lainnya yang lebih murah yakni sebesar 98 % dan 8 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama, meminta bantuan pangan yakni sebesar 98 % dan 3 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama, serta mencari pekerjaan di kota/tempat lain yakni sebesar 3 % dan 3 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama.
Desa Purpura upaya yang dilakukan terbanyak dan menajadi prioritas utama adalah dengan mengalihkan pangan pokok ke pangan pokok jenis lain yang lebih murah yakni sebesar 95 % dan 75 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama serta 38 % mengulanginya setiap tahun, disusul menjual aset produktif (tanah, alat pertanian, dll) yakni sebesar 60 % dan 15 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama serta 23 % mengulanginya setiap tahun, mengurangi jumlah pangan yang dimakan yakni sebesar 45 % dan 8 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama serta 13 % mengulanginya setiap tahun, mencari pekerjaan di kota/tempat lain yakni sebesar 38 % dan 3 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama serta 8 % mengulanginya setiap tahun, dan upaya lain seperti mengolah hasil kebun lain untuk dijual yakni sebesar 8 % dan 3 % memilih strategi ini sebagai perioritas pertama serta 8 % mengulanginya setiap tahun. Disamping upaya diatas, upaya lainnya juga dilakukan namun tidak menjadi perioritas pertama yakni meminjam uang pada saudara/kerabat (43 %) dan 10 % mengulanginya setiap tahun, meminta bantuan pangan (35 %) dan 10 % mengulanginya setiap tahun, tidak membayar uang sekolah anak (20 %) dan 3 % mengulanginya setiap tahun, mengurangi frekuensi makan per hari (15 %) dan 3 % mengulanginya setiap tahun, menghentikan pendidikan anak (5 %), meminjam uang pada orang lain (rentenir, hutang di warung, dll) dan menjual aset non produktif (TV, radio, baju, dll) yakni sebesar 3 %. b. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Setelah menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah kemiskinan maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyusun strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Pada Tabel dibawah ini akan disajikan peluang, ancaman, kekuatan serta kelemahan yang ditemukan pada lokasi penelitian untuk kemudian dianalis dengan menggunakan Analisis SWOT sehingga akan diperoleh berbagai strategistrategi dalam upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang ada di daerah ini.
Kemiskinan Rumah Tangga di Daerah Pedesaan Lahan Kering di Desa Purpura dan Desa Oirata Barat Kecamatan Pulau Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya
331
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Tabel 4. Analisis SWOT Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
1.
Potensi lahan pertanian luas
Perilaku konsumtif
Permintaan pasar besar
Iklim kering dan tidak menentu
2.
Tenaga kerja cukup tersedia
Air kurang
Teknologi masih sederhana
3.
Kebutuhan pangan tinggi Bibit pangan lokal tersedia
Lahan kurang subur ; produksi rendah SDM petani rendah
Konsumen pangan, hortikultura dan peternakan kerbau dan domba tersedia (Kupang dan Surabaya) Pembuatan Biofuel dari Koli
Potensi laut cukup besar
Budaya (keterikatan terhadap adat istiadat)
4. 5
Sumber : Data Olahan, 2009 Dengan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk mengatasi kelemahan dan peluang untuk mengatasi ancaman serta berusaha untuk meminimalisir kelemahan dan ancaman maka ditemukan berbagai strategi yang tertuang dalam Tabel 5. Berdasarkan Tabel di atas dapat dirumuskan strategi-strategi penanggulangan kemiskinan sebagai berikut: a. Membangun kawasan tanaman Koli dan Jeruk b. Membangun industri pengolahan skala kecil. c. Membangun serta memantapkan sarana dan prasarana transportasi darat maupun laut yang lebih memadai. d. Peningkatan subsidi pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin. e. Mengadakan sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat khususnya petani. f. Peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat (peningkatan produksi tanaman pangan lokal) g. Penyediaan tempat penampungan bahan pangan/stok pangan (gudang pangan). h. Pemberian insentif produktif (berupa modal finansial dan teknis) oleh pemerintah bagi masyarakat miskin yang merata dan tepat sasaran dan bersifat preventif.
Adanya investor pertanian dan kelautan Potensi Pariwisata - Agrowisata - Wisata bahari
i.
Rendahnya intensitas penyuluhan Akses (sarana dan prasarana transportasi) terbatas Ketidakmerataan dan ketidakberlanjutan kebijakan/program pemerintah
Penguatan kelembagaan Petani Berdasarkan hasil Analisis SWOT, maka strategi penanggulangan kemiskinan di lokasi kajian dapat disajikan pada bagan 2. sistem kelembagaan pengentasan kemiskinan di lokasi kajian yang menggambarkan : (1). Identifikasi rumah tangga miskin yakni mengidentifikasi rumah tangga yang tergolong miskin berdasarkan kriteria BPS dan hasil pengamatan di lapangan. (2). Setelah mengidentifikasi rumah tangga yang tergolong miskin kemudian dicari penyebabnya. Penyebab kemiskinan terdiri atas 2 yakni: a. Internal yakni budaya (reciprocity dan kebiasaan mengkonsumsi minuman keras). b. Eksternal yakni Alam (lahan kering dan iklim tidak menentu) dan kebijakan pemerintah yang tidak merata dan tepat sasaran serta menciptakan ketergantungan masyarakat akan bantuan yang diberikan. (3). Koordinasi/kerjasama lintas sektor antara pemerintah, masyarakat dan perguruan tinggi. (4). Berdasarkan point 3, maka disusun programprogram spesifik untuk mengatasi penyebab internal dan eksternal. (5) Apabila strategi-strategi tersebut di implementasikan maka diharapkan dapat mengurangi jumlah rumah tangga miskin pada lokasi kajian.
Raihana Kaplale
332
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Tabel 5. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Internal Kekuatan 1. Potensi lahan pertanian luas 2. Tenaga kerja cukup tersedia 3. Kebutuhan pangan tinggi 4. Bibit pangan lokal tersedia 5. Potensi laut cukup besar
Peluang
E k s t e r n a l
1. Permintaan pasar besar 2. Konsumen pangan, hortikultura dan peternakan kambing dan domba tersedia 3. Pembuatan biofuel dari Koli 4. Adanya investor pertanian dan kelautan 5. Potensi Pariwisata - Agrowisata - Wisata bahari
Pemanfaatan luas lahan secara optimal untuk menjawab kebutuhan pasar
Peningkatan ketrampilan tenaga kerja yang tersedia untuk meningkatkan produksi
Peningkatan produksi tanaman pangan lokal dengan perbaikan benih (unggul) dan teknik budidaya
Peningkatan intensitas penyuluhan tentang inovasi dan teknologi baru
Ancaman 1. 2. 3. 4.
Iklim kering dan tidak menentu Teknologi masih sederhana Rendahnya intensitas penyuluhan Akses (sarana dan prasarana transportasi) terbatas 5. Ketidakmerataan dan ketidakberlanjutan kebijakan/program pemerintah
Meningkatkan aksessibilitas (penyediaan sarana dan prasarana transportasi darat dan laut yang lebih memadai)
Pembuatan saluran irigasi lahan kering untuk mengantisipasi musim kering berkepanjangan
Membangun kawasan tanaman Koli dan Jeruk
Sumber : Data Olahan, 2009
Peningkatan penguasaan aset produktif pertanian
Kelemahan 1. Perilaku konsumtif 2. Air kurang 3. Lahan kurang subur;produksi rendah 4. SDM petani rendah 5. Budaya (keterikatan terhadap adat istiadat) Peningkatan kualitas SDM petani dengan memberikan bantuanbantuan berupa penyuluhan dan pelatihan Menyediakan tempat penampungan bahan pangan/stok pangan (gudang pangan) Pemberian insentif berupa modal finansial dan teknis untuk meningkatkan produktifitas Penguatan Kelembagaan Petani Sosialisasi mengenai cara bercocok tanam pada lahan kering Penyesuaian inovasi/teknologi baru terhadap perilaku dan kebiasaan masyarakat Membangun industri pengolahan kecil Pemberian insentif produktif bagi masyarakat miskin merata dan tepat sasaran, serta bersifat preventif (menjawab kebutuhan masyarakat miskin) Subsidi pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas SDM dan kesejahteraan masyarakat
Kemiskinan Rumah Tangga di Daerah Pedesaan Lahan Kering di Desa Purpura dan Desa Oirata Barat Kecamatan Pulau Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya
333
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 KESIMPULAN DAN SARAN
4.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Masyarakat di Desa Purpura dan Desa Oirata Barat masih dikategorikan miskin. Hal ini dibuktikan dengan angka rata-rata pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 193.157,- berada dibawah standar Sajogyo yakni sebesar Rp. 213.333,- dan standar BPS yakni sebesar Rp. 217.599,- serta Pendapatan Perkapita yakni sebesar Rp. 233.025,-. 2. Persepsi pemerintah tentang kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar pangan (beras) maupun non pangan. 3. Konsep kemiskinan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yakni kemiskinan tidak hanya merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pangan (beras) dan non pangan tetapi juga kebutuhan lainnya yang bersifat produktif seperti aset produktif (ternak, ketrampilan) dan pekerjaan yang layak serta non produktif seperti rumah yang layak huni, akses ke air bersih, listrik, informasi, kesehatan dan pendidikan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan di Desa Purpura dan Oirata Barat antara lain faktor internal yakni budaya, sifat dan karakter serta faktor eksternal yakni faktor alam, faktor sosial, dan faktor kebijakan dan program pemerintah, selain dua faktor lain yakni pendidikan dan kesehatan.
Saran 1. Perspektif pengentasan kemiskinan yang berbasis pembangunan kawasan agribisnis pedesaan. 2. Pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan lebih melihat pada apa yang dibutuhkan masyarakat atau berdasarkan konsep kemiskinan menurut masyarakat miskin itu sendiri. 3. Pemerintah dalam memberikan bantuan bagi masyarakat haruslah merata dan tepat pada sasaran sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial. 4. Perhatian Pemerintah sangat diharapakan khusus bagi sarana dan prasarana yang belum tersedia atau memadai seperti sarana transportasi baik laut maupun darat, pendidikan dan kesehatan. Selain itu subsidi bahan bakar, pendidikan dan kesehatan perlu diadakan dan ditingkatkan untuk membantu perekonomian masyarakat. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, dkk, 2007, Dampak Pengembangan Sektor Pertanian Terhadap Pengentasan Kemiskinan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Ala. Andre Bayo, 1996, Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan, Liberty, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku, 2009, Maluku Dalam Angka, BPS Provinsi Maluku, Ambon. Badan Pusat Statistik (BPS) MTB, 2006, Maluku Tenggara Barat Dalam Angka, BPS MTB, Saumlaki. Badan Pusat Statistik (BPS) MBD, 2008, Pulau-Pulau Terselatan Dalam Angka, BPS MBD, Wonreli. Basri. F, 1995, Profil dan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, PT Gramedia, Jakarta. Binswanger. H.P. dan Brown. J, 1991, Technological Change Commerciallzation in Agriculture The Effect on The Poor, World Bank Research Observer, No.1:57-80. Girsang, W., dkk. 2009. Kajian Model Program Peningkatan Ketahanan Pangan Rumahtangga yang Terintegrasi dengan Pengentasan Kemiskinan Pada Dua Tipologi Wilayah. Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon. Raihana Kaplale
334
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Mubyarto, 1996, Kondisi Kemiskinan Perdesaan Indonesia Dewasa ini Dalam Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia, Prof. Dr. Sajogyo 70 tahun, PT Gramedia, Jakarta. Sayogyo, 1977, Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minim Pangan, Makalah pada Kongres Hiptis November 1977. Siamala. A, 1993, “Rural Credit and Rural Proverty”, Dalam; Quibria. M.G.(ed), Rural Proverty In Asia: Priority, Issues and Policy Option, Oxford University Press, Hongkong. PP.287299.
Kemiskinan Rumah Tangga di Daerah Pedesaan Lahan Kering di Desa Purpura dan Desa Oirata Barat Kecamatan Pulau Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya