STUDI KOMPARATIF ANALISIS PENGETAHUAN PESERTA SEBELUM DAN SESUDAH PELAKSANAAN DIKLAT GURU MATEMATIKA MTs (Studi Kasus pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado) OLEH : Drs. Swengli Umar, M.Si
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi
sumber daya
manusia
(pegawai) terhadap
organisasi. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung kepada manusia-manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh karena itu pegawai tersebut harus dikelola dengan baik sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditentukan. Menurut Sumarsih (2015:1), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. manajemen sumber daya manusia sering disamakan dengan Manajemen Personalia,
yakni
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan dan masyarakat.Tugas dan fungsi
1
Balai Diklat Keagamaan Manado itu sendiri yaitu melaksanakan pendidikan dan pelatihan diwilayah kerjanya memang dituntut untuk melaksanakan diklat yang berkualitas. Balai Diklat Keagamaan Manado sebagai unsur pelaksana Badan Penelitian dan Pengembangan Agama dan Diklat Keagamaan yang berada dibawah Kementerian Agama tetap eksis dalam menjalankan tugasnya didaerah yang wilayahnya mencakup Proponsi Sulawesi Utara, Propinsi Gorontalo dan Propinsi Maluku Utara. Balai Diklat Keagamaan Manado sebagai salah satu Balai Diklat Keagamaan yang keseluruhan berjumlah 13 (tiga belas) di seluruh Indonesia, melakukan pendidikan dan pelatihan di jajaran aparatur keagamaan untuk menciptakan sumber daya aparat yang berdayaguna dan berhasilguna. Sangatlah urgen bilamana sebagai lembaga penyelenggara diklat kurang memiliki Pegawai yang berpotensial, padahal sebagai lembaga yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur dituntut adanya etos kerja pegawai yang optimal untuk pencapaian tujuan lembaga sesuai dengan tugas dan fungsi yang di emban. Kenyataan di lapangan sering menemui kendala/hambatan dalam melaksanakan fungsinya sebagai aparatur yang menangani bidang pendidikan dan pelatihan keagamaan. Indikasinya ialah penyajian laporan yang kurang akuntable, penanganan arsip masih terbengkalai, barang inventaris kantor baik untuk kebutuhan kantor maupun kebutuhan pendidikan dan pelatihan tidak tertata dengan baik. Melalui pendidikan dan pelatihan maka diharpakan kompetensi sumber daya manusia akan mengalami peningkatan. Untuk itu perlu
2
melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas yang nantinya akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kompetensi peserta Diklat. Pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado ada salah satu jenis diklat yaitu Diklat Teknis. Diklat Teknis ini merupakan salah satu jenis diklat yang mempunyai fokus ada tenaga fungsional di lingkungan Kementerian Agama. Salah satu tenaga fungsional adalah pengajar dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Salah satunya adalah pengajar mata pelajaran pendidikan baik itu pendidikan MI, MTs, maupun MA. Pendidikan Matematika merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan karena merupakan salah satu yang akan di uji dalam ujian nasional. Untuk itu kompetensi dari pengajar matematika harus ditingkatkan. Pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado akan dilaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pengajar Matematika MTs. Untuk mengetahui perubahan kompetensi dari pengajar matematika maka perlu adanya suatu penelitian sehingga kita dapat mengetahui apakah peserta diklat meningkat kompetensinya atau tidak. Sehingga pada penelitian ini akan difokuskan pada pengujian kompetensi peserta Diklat Guru Matematika MTs menggunakan uji komparatif atau perbandingan tingkat pengetahuan peserta diklat sebelum dan sesudah pelaksanaan diklat. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui apakah kompetensi peserta diklat sebelum dan sesudah pelaksanaan diklat meningkat atau menurun atau tidak mengalami perubahan. Jadi dengan latar belakang masalah tersebut maka kita dapat mengetahui efektivitas pelaksanaan Diklat sebelum dan sesudah dengan
3
menggunakan paramter pengetahuan peserta. Pengetahuan peserta diklat akan dilihat dari aspek penilaian tes tertulis sebelum (pre tes) dan sesudah (pos tes) dari peserta Diklat Guru Matematika MTs. B. Rumusan Masalah 1.
Bagaimanakah pengetahuan peserta sebelum pelaksanaan Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado?
2.
Bagaimanakah pengetahuan peserta setelah pelaksanaan Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado?
3.
Bagaimanakah perbandingan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelaksanaan Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado?
C. Tujuan Penulisan 1.
Untuk mengatahui pengetahuan peserta sebelum pelaksanaan Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado.
2.
Untuk mengatahui pengetahuan peserta setelah pelaksanaan Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado.
3.
Untuk mengatahui perbandingan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelaksanaan Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado.
4
D. Manfaat Penulisan 1.
Manfaat Praktis Sebagai bahan pertimbangan Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado dalam melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pengajar.
2.
Manfaat Teoritis Sebagai bahan referensi untuk pengembangan penelitian tentang efektivitas pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan tenaga fungsional khusus pengajar.
5
BAB II HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Metodologi Penulisan 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian menggunakan statistik dalam bentuk uji komparatif yaitu membandingkan pengetahuan peserta diklat sebelum dan sesudah mengikuti Diklat Guru Matematika MTs.
2.
Populasi dan Sampel Populasi pada panelitian ini adalah Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pengajar Matematika MTs yang berjumlah 30 peserta. Karena jumlah populasinya
< 100 maka menurut Arikunto (2006) bahwa
semuanya dapat dijadikan sampel. Dengan demikian maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 peserta (n=30). 3.
Metode Pengambilan Data Metode pengumpulan data yaitu menggunakan tes tertulis yang dibagikan kepada peserta Diklat Sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
4.
Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan uji komparatif yaitu Uji Wilcoxon dimana membandingkan nilai peserta Diklat sebelum dan sesudah mengikuti pendidikan dan pelatihan.
B. Landasan Teori 1.
Konsep Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan
dan
pelatihan
adalah
merupakan
upaya
untuk
mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan
6
kemampuan intelektual dan kepribadian manusia (Notoatmodjo, 2003). Diklat adalah kata yang sangat akrab dengan kita sehari-hari, karena keterlibatan kita, baik sebagai penyelenggara, widyaiswara ataupun peserta diklat. Bisa juga karena obsesi kita untuk mengikuti suatu diklat. Walaupun sudah demikian akrab dengan kita, mari kita menyamakan persepsi mengenai pengertian diklat atau pelatihan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 101/2000 yang dimaksud dengan diklat adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil. Lebih lanjut dalam Inpres Nomor: 15 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pelaksanaan pembinaan diklat dikatakan bahwa diklat pegawai negeri sipil adalah pendidikan yang dilakukan pegawai negeri sipil untuk meningkatkan kepribadian, pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil. Pelatihan adalah proses belajar yang dimaksudkan untuk mengubah kompetensi kerja seseorang sehingga ia dapat berprestasi lebih baik dalam jabatannya (Mustopadidjaja dkk, 2003). Beberapa asumsi yang mendasari dua konsepsi pelatihan (Linton dan Pareek, 1984) yaitu sebagai berikut : a.
Konsepsi yang berlaku sekarang 1) Pemerolehan pengetahuan tentang pokok persoalan oleh peserta mengarahkan pada tindakan 2) Peserta mempelajari apa yang diajarkan oleh penatar. Pembelajaran merupakan suatu fungsi sederhana dari kemampuan peserta untuk belajar dan kemampuan penatar untuk mengajar
7
3) Tindakan perorangan mendorong timbulnya perbaikan dalam pekerjaan 4) Pelatihan merupakan tanggung jawab lembaga pelatihan. Pelatihan itu mulai dan berakhir dengan kursus tersebut b.
Konsep baru 1) Motivasi dan ketrampilan mengarah pada tindakan. Ketrampilan diperoleh melalui praktek. 2) Pembelajaran adalah suatu fungsi yang rumit dari motivasi dan kemampuan masing-masing peserta, norma kelompok pelatihan, metode pelatihan dan perilaku para penatar, serta suasana umum dalam lembaga. Motivasi dan cara penggunaan pelatihan oleh peserta dipengaruhi oleh suasana dan dukungan organisasi kerjanya 3) Perbaikan dalam pekerjaan merupakan fungsi yang rumit dari pengetahuan perorangan, norma kelompok kerja, dan suasana umum organisasi.
Pengetahuan
perorangan
yang
tidak
digunakan
menimbulkan frustasi. Pelatihan adalah tanggung jawab dari ketiga partner. Organisasi dari peserta dan lembaga pelatihan. Pembelajaran itu mencakup tahap persiapan, pra-pelatihan, dan kemudian suatu tahap pasca pelatihan. Semua itu sangat penting demi keberhasilan pelatihan. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor : 101/2000 yang dimaksud dengan diklat adalah proses pembelajaran belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai negeri sipil.
8
Tujuan pendidikan dan pelatihan menurut Peraturan Pemerintah No. 101/2000 tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil, yaitu : a.
Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap birokrasi pemerintah
b.
Memantapkan birokrasi pemerintah yang makin mampu sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa
c.
Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat
d.
Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintah umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.
2.
Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Tujuan dari kegiatan ini antara lain untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan-kemampuan apa yang diperlukan oleh karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi/institusi. Untuk mempertajam analisis ini seyogianya ditunjang dengan survey penjajagan kebutuhan ( need assessment) tahap ini pada umumnya mencakup 3 (tiga) jenis analisis (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a.
Analisis Organisasi, yang pada hakikatnya menyangkut pertanyaan ; di mana atau bagaimana di dalam organisasi atau institusi ada personel yang memerlukan pelatihan. Setelah itu dipertimbangkan biaya, alat-alat, dan perlengkapan yang dipergunakan. Kemudian dilakukan analisis iklim organisasi, sebab hal ini akan berpengaruh
9
terhadap keberhasilan suatu program pelatihan. Sebagai hasil dari analisis iklim organisasi dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan pelatihan. Aspek lain dari analisis organisasi ialah penentuan berapa banyak karyawan yang perlu di latih untuk tiap-tiap klasifikasi pekerjaan. Cara-cara untuk memperoleh informasi-informasi ini ialah melalui angket, wawancara, atau pengamatan. b.
Analisis pekerjaan (job analysis), yang antara lain menjawab pertanyaan : apa yang harus diajarkan atau diberikan dalam diklat, agar para karyawan yang bersangkutan mampu melakukan pekerjaan secara efektif. Tujuan utama analisis tugas ialah untuk memperoleh informasi tentang : 1) Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh karyawan 2) Tugas-tugas yang tleah dilakukan pada saat itu 3) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan, tetapi belum atau tidak dilakukan karyawan. 4) Sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi-informasi ini dapat dilakukan melalui tes-tes personel, wawancara, rekomendasi-rekomendasi, evaluasi rekan sekerja, dan sebagainya.
c.
Analisis pribadi, yang menjawab pertanyaan : siapa yang membutuhkan pendidikan dan pelatihan macam apa. Untuk hal ini diperlukan waktu untuk mengadakan diagnosis yang lengkap tentang masing-masing personel mengenai kemampuan-kemampuan mereka.
10
Untuk memperoleh informasi ini dengan dilakukan melalui achievement test, observasi, dan wawancara. Objekevaluasiakandapat di lihatdenganmudahdenganapa yang dikemukakandenganjenis / model evaluasi. Model evaluasi program Diklatbanyakjenisataumodelnya.Namunsalahsatu
model
evaluasiprgoramdiklatialahmenggambarkantentangkomponenkomponenDiklat
yang
perludipahami,
danevaluasi
yang
secaragarisbesardigambarkan (Pranoto J, 2003) sebagaiberikut: a.
Konteks (Contex) EvaluasiDiklatharusdipahamidalamkontekssosialpolitiktermasuk
konstrainkebijakandanbudayalingkungansetempat
yang
berkembang.Tanpapemahamaninievaluasi yang dilakukandapatsalaharah (misreading). b.
Masukan (Input) Masukanmerupakanfaktor
yang
turutmenentukankelancaran
proses danmutuhasilDiklat. BeberapamasukanpentingdalamDiklatadalah: 1) Pesertadiklat 2) Tujuandankurikulumdiklat 3) Metodedanbahan 4) Widyaiswara 5) Saranadanprasarana c.
Proses (Process)
Komponen proses mencakup: 1) Penyelenggaraan
11
2) Implementasikegiatanbelajarmengajar 3) Aktivitaspeserta 4) Penggunaansaranadan media d.
Produk (Output) Produkdiklatberupalulusan-lulusan
yang
diharapkandapatmenunjukkankinerjaditempatkerjamasingmasing.Olehkarenaitu, adaduahalpenting yang perlumendapatperhatian. 1) Sejauh
mana
pesertamenguasaipengetahuan,
keterampilandankualitaspribadisesuaidengantujuandiklat. 2) Bagaimanakinerjalulusan di tempatkerjanyamasing-masing 3.
Pengertian Metode Pembelajaran Metode
adalah
suatu
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan proses belajar mengajar yang telah ditetapkan. Menurut Abdurrahman Ginting, metode pembelajaran dapat diartikan cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pemblajaran pada diri pembelajar. Dengan kata lain metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang pengajar untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik.
12
Dalam kenyataannya, cara atau metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh
untuk
memantapkan
peserta
didik
dalam
menguasai
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Khusus metode pembelajaran di kelas, efektifitas metode dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor peserta didik, faktor situasi dan faktor pengajar itu sendiri. Dengan demikian metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting, karena keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada cara pengajar dalam menggunakan metode pembelajaran. Efektivitivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran sebagai persiapan tertulis. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaih, 1996:87). Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa anak didik adalah subjek pendidikan, ini berarti sebahagian besar keberhasilan pendidikan tergantung pada faktor metode pendidikan yang digunakan dan proses belajar mengajar tidak akan berhasil kalau metode yang dipakai tidak mempunyai daya tarik terhadap anak didi, hal ini akan menyebabkan motivasi belajar peserta didik akan menurun. Semua metode dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar termasuk menggunakan metode diskusi yang berfungsi untuk merangsang murid berpikir dan berani mengeluarkan pendapatnya sendiri atau dengan kata lain ada motivasi belajar. Karena metode menempati
13
posisi terpenting dari sederetan komponen-komponen, pengajar, tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. (Armai Arief, 2002:109) Strategi dalam meningkatkan efektivitas metode diskusi (Mubibbin Syah. 1995:207), yaitu: a.
Menyusun sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan pembahasan pada saat itu.
b.
Kemudian membagi peserta didik menjadi dua tim debat secara acak dan memberikan posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada kelompok lain.
c.
Selanjutnya membuat dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat dan memerintahkan tiap sub kelompok untuk menyusun argumen bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar panjang argumen yang mungkin akan mereka didiskusikan
dan
pilih.
Pada
akhirnya
diskusi
pengajar
memerintahkan sub kelompok untuk memilih juru bicara. d.
Dalam hal ini sebagai pengajar, hendaknya menyiapkan dua hingga empat kursi bagi para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra. Kemudian peserta didik yang lain diposisikan di belakang tim debat mereka. Sehingga diskusipun dimulai dengan meminta par ajuru bicara mengemukakan pendpaat mereka. Proses ini disebut sebagai argumen pembuka.
e.
Setelah semua peserta didik mendegarkan argumen pembuka, diskusipun dihentikan dan pengajar menyuruh mereka kembali ke
14
sub kelompok awal mereka. Penelitipun menerintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka merangkum argumen pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi
pengajar
memerintahkan tiap sub kelompok memilih juru bisara dengan menggunakan orang baru. f.
Sekembalinya mereka untuk berdiskusi lagi dengan juru bicara baru, mereka diberi tugas untuk memberikan argumen tandingan. Pembicara dalam hal ini selalu diselangi antara kedua belah pihak. Selain itu pengajar juga memberikan tugas kepada sisiwa yang lain untuk memberikan catatan yang memuat argumen tandingan atau bantahan kepada pendiskusi mereka. Untuk membuat diskusi ini lebih hidup pengajar juga menganjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim diskusi mereka. Seblum peserta didik diperintahkan untuk kembali berkumpul
membentuk satu lingkaran diskusi diakhiri tanpai menyebutkan siapa pemenangnya.
Kemudian
peserta
didik
diminta
untuk
duduk
bersebelahan dengan peserta didik yang berasal dari pihak lawan diskusi. Diskusi dalam satu kelas penuh pun dilakukan untuk mengetahui apa yang didapatkan oleh sisiwa dari persoalan yang didiskusikan. Juga diperintahkan kepada sisiwa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak. Banyak metode yang bisa dipilih oleh seorang pengajar dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu setiap pengajar yang akan
15
mengajar diharapkan untuk memilih metode yang baik. Karena Baik dan tidaknya suatu metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar terletak pada ketepatan memilih suatu metode sesuai dengan tuntutan proses belajar mengajar. Adapun ciri-ciri metode yang baik untuk proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: a.
Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya yang sesuai dengan watak murid dan materi.
b.
Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan mengantarkan murid pada kemampuan praktis.
c.
Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan materi.
d.
Memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan pendapat.
e.
Mampu menempatkan pengajar dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran. Sedangkan dalam penggunaan suatu metode pembelajaran harus
memperhatikan beberapa hal berikut : a.
Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid.
b.
Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid.
c.
Metode yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk mewujudkan hasil karya.
d.
Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan peserta didik untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
16
e.
Metode yang digunakan dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh ilmu pengetahuan melalui usaha pribadi.
f.
Metode yang digunakan dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
g.
Metode yang digunakan dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai serta sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa suatu
metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar bisa dikatakan baik jika metode itu bisa mengembangkan potensi peserta didik. Menurut Bruner (dalam S.Nasution 2005) dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni : informasi, transformasi, dan evaluasi.Untuklebihjelasnyasebagaimanadiuraikandibawahini, yaitu :
a.
Informasi Setiap belajar kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita
miliki, ada
yang
memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya b.
Transformasi
17
Informasi
yang
diperoleh
harus
dianalisis
dan
ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini peran dari widyaiswara sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan secara konseptual. c.
Evaluasi Pengetahuan yang kita peroleh dan ditransformasikan itu kemudian dievaluasi
sehingga dapat
dimanfaatkan
untuk
memahami gejala-gejala lain. Dalam proses belajar ketiga episiode itu selalu ada, hanya saja berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan, berapa lama waktu tiap episiode, untuk tiap orang mungkin tidak sama. Hal ini bargantung pada tujuan yang diharapkan, motivasi belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal:
a.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar;
b.
Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan
c.
Norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk
18
bertindak dalam rangka mencapai sa-saran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. C. Temuan dan Pembahasan 1.
Temuan Penulisan Profil peserta Pendidikan dan Pelatihan Pengajar Matematika MTS di Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado, yaitu:
12 peserta atau 40% 18 peserta atau 60%
Laki-Laki Perempuan
Sumber: Balai Diklat Keagamaan Manado Gambar-1 Jenis Kelamin Peserta Diklat Guru Matematika MTs
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa berdasarkan jenis kelamin peserta Diklat Guru Matematika MTs yang laki-laki berjumlah 18 peserta (60%) dan perempuan berjumlah 12 peserta (40%). Selanjutnya tingkat pendidikan peserta Diklat Guru Matematika MTs, yaitu:
19
25 20 atau 67% 20 15 10 6 atau 20% 4 atau 13%
5 0 D.III
S.1
S.2
Sumber: Balai Diklat Keagamaan Manado Gambar-2 Tingkat Pendidikan Peserta Diklat Guru Matematika MTs
Berdasarkan tabel berdasarkan tingkat pendidikan terlihat bahwa lulusan pendidikan D. III berjumlah 6 peserta (20%), S.1 berjumlah 20 peserta (67%), dan S.2 berjumlah 4 peserta (13%). Hal ini dapat dimaknai bahwa tingkat pendidikan Peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada pendidikan Sarjana S1. Selanjutnya profil peserta Diklat Guru Matematika MTs pada aspek tingkat umur, yaitu:
16 14
14 atau 47% 12 atau 40%
12 10 8 6
4 atau 13%
4 2 0 25-35 Tahun
36-45 Tahun
46-60 Tahun
Sumber: Balai Diklat Keagamaan Manado
20
Gambar-3 Umur Peserta Diklat Guru Matematika MTs Berdasarkan tabel diatas berdasarkan tingkat umur peserta Diklat Guru Matematika MTs yaitu 25-35 tahun berjumlah 12 peserta (40%), 36-45 tahun berjumlah 14 peserta (47%), 46-60 tahun berjumlah 4 peserta (13%). Hal ini dapat dimaknai bahwa umur peserta dominan pada rentang 36-45 tahun. Setelah
menguraikan
tentang
profil
peserta
Diklat
Guru
Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado dilihat dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan umur responden, selanjutnya dibawah ini akan diuraikan tentang hasil tes peserta diklat sebelum dan sesudah pembelajaran pada Diklat Guru Matematika MTs. Uraian Tes tertulis sebelum mengikuti Diklat Guru Matmatika MTs (post-tes)diperoleh hasil, yaitu: Setelah uraian penilaian sebelum dan sesudah pembelajaran pada Diklat Guru Matematika MTs selanjutnya akan dibandingkan dengan menggunakan Uji-Wilcoxon.Uraian masing-masing hasil pre dan post tes peserta Diklat Guru Matematika MTs, sebagaimana uraian dibawah ini: Tabel-1 Hasil Pre Tes Peserta Diklat GuruMatematika MTs Nilai
Frekuensi
Persen (%)
60-70 71-80 81-90 Total
20 7 3 30
66.7 23.3 10.0 100.0
Persen Kumulatif 66.7 90.0 100.0
Sumber: Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado
21
Dari tabel diatas terlihat bahwa hasil pre tes peserta Diklat Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado yaitu dengan interval nilai 60-70 berjumlah 20 peserta (66,7%), nilai 71-80 berjumlah 7 peserta (23,3%), dan nilai 81-90 berjumlah 3 peserta (10%). Hal ini dapat dimaknai bahwa nilai pre tes peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada nilai 60 – 70. Selanjutnya hasil post tes peserta Diklat Guru Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado, yaitu:
Tabel-2 Hasil Post Tes Peserta Diklat GuruMatematika MTs Nilai
Frekuensi
Persen (%)
60-70 71-80 81-90 Total
12 12 6 30
40.0 40.0 20.0 100.0
Persen Kumulatif 40.0 80.0 100.0
Sumber: Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado Dari hasil post tes peserta Diklat Guru Matematik MTs dengan interval nilai 60-70 berjumlah 12 peserta (40%), 71-80 berjumlah 12 peserta (40%), 81-90 berjumlah 6 peserta (10%). Dari hasil tersebut maka dapat dimaknai nilai peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada nilai 60-70 dan 71-80. Setelah diuraikan dari masing-masing tes baik itu pre tes dan post tes, selanjutnya maka akan dibandingkan nilai tersebut. Untuk itu digunakan uji Wilcoxon. Dengan menggunakan uji Wilcoxon dan bantuan SPSS 21 dipeorleh hasil, yaitu:
22
Tabel-3 Hasil Komparatif Pre dan Post Tes Mean Sum of n Rank Ranks Negative Ranks Positive Ranks Post - Pre Ties Total a. Post < Pre b. Post > Pre c. Post = Pre
0a 22b 8c 30
.00 11.50
.00 253.00
Sig (2Tailed) 0.000
Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa pengujian komparatif kenaikan pre dan post tes sebesar 22 peserta (Post>Pre), yang nilainya turun tidak ada (Post
2.
Pembahasan Dalam proses belajar mengajar widyaiswara dalam menentukan metode hendaknya tidak asal pakai, widyaiswara dalam menentukan metode harus melalui seleksi yang sesuai dengan perumusan tujuan pembelajaran. Metode apapun yang dipilih dalam kegiatan belajar mengajar hendaklah memperhatikan ketepatan (efektifitas) metode pemebelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
23
Acuan memilih metode pembelajaran orang dewasa perlu ada pendekatan-pendekatan
khusus
yang
harus
digunakan,
sehingga
pembelajaran efektif dan efisien. Adapun metodenya yang harus diperhatikan adalah hubungan komunikasi antara widyaiswara dengan peserta dan bagaimana cara pengajar berkomunikasi. Hasil pre tes peserta Diklat Matematika MTs pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Manado yaitu dengan interval nilai 60-70 berjumlah 20 peserta (66,7%), nilai 71-80 berjumlah 7 peserta (23,3%), dan nilai 81-90 berjumlah 3 peserta (10%). Hal ini dapat dimaknai bahwa nilai pre tes peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada nilai 60 – 70. Untuk
meningkatkan
pengetahuan
peserta
Diklat
maka
widyaiswara harus mempunyai keterampilan mengajar yang baik. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Boyer (dalam Elliot, 1999:69) menyatakan bahwa keterampilan pengajar mengajar berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dengan siswa, pengetahuan yang dimiliki serta bagaimana menginformasikan pengetahuan tersebut kepada siswa sehingga siswa menjadi sadar terhadap pengetahuan tersebut. Pintrich dan Schunk (2002:89) menambahkan bahwa pengajar yang memiliki keterampilan mengajar akan menerapkan praktek-praktek pengajaran yang bervariasi dalam kelas mereka. Terdapat enam aspek yang menggambarkan keterampilan pengajar (widyaiswara) mengajar (Pintrich dan Schunk, 2002:90). Keenam aspek tersebut yaitu:
24
Mengulas pembelajaran sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan pengulangan singkat mengenai pembelajaran sebelumnya, periksa tugas yang diberikan di hari sebelumnya, dan ajarkan kembali materi tersebut jika
dibutuhkan.
Keterampilan
ini
bertujuan
untuk
membantu
mempersiapkan siswa dalam belajar materi yang baru dan menciptakan kesadaran awal mengenai kemampuan siswa dalam belajar. Selain itu, pengajar dapat mengeluarkan informasi di dalam memori jangka panjang siswa dan memberikan suatu struktur kognitif untuk memasukkan materi baru. Akan lebih mudah bagi siswa untuk memperoses informasi jika mereka
menggabungkan
informasi
baru
dengan
pembelajaran
sebelumnya karena akan membangun jaringan pengetahuan yang lebih terorganisir. Memberikan materi baru. Pemberian materi baru dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sederhana serta instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail. Langkah-langkah yang sederhana bertujuan untuk memastikan bahwa kemampuan siswa dalam memproses informasi tidak berlebihan (overload) dan siswa dapat memproses informasi dengan efektif dan menyimpannya dalam memori sebelum materi yang baru diberikan. Instruksi dan penjelasan yang jelas dan mendetail bertujuan untuk memastikan siswa memahami isi materi dan tidak terikat dalam proses mental yang kompleks untuk memahami apa yang pengajar katakan. Memberikan latihan. Latihan yang diberikan harus disertai dengan bimbingan pengajar sehingga pengajar dapat memeriksa pemahaman
25
siswa. Latihan merupakan suatu bentuk dari pengulangan, yang akan membantu untuk mengorganisasikan dan menyimpan informasi dalam memori. Dengan latihan yang berulang, materi dan keahlian yang dipelajari dapat dipahami dengan sedikit perhatian. Memberikan umpan balik (feedback). Umpan balik merupakan sumber
lain
dari
pembelajaran
yang
efektif.
Pengajar
yang
memberitahukan kepada siswa bahwa penampilan mereka baik, memberikan informasi yang benar saat terjadi kesalahpahaman pada siswa, dan jika dibutuhkan mengajarkan kembali materi yang belum dipahami siswa akan membantu memperkuat kesadaran awal siswa mengenai kemampuan mereka dalam belajar. Memberikan latihan mandiri. Latihan mandiri dapat meningkatkan kemampuan. Siswa yang bisa mengerjakan tugas karena kemampuan mereka sendiri akan merasa sangat mampu dalam belajar dan termotivasi untuk meningkatkannya. Mengulas kembali materi yang telah diajarkan dengan interval berjarak (mingguan atau bulanan). Pengulangan secara periodik dimana siswa memiliki penampilan yang baik menunjukkan bahwa siswa telah belajar dan mempertahankan informasi, yang akan meningkatkan motivasi untuk pembelajaran selanjutnya karena hal tersebut memastikan kepercayaan siswa mengenai kemampuan mereka. Hasil post tes peserta Diklat Guru Matematik MTs dengan interval nilai 60-70 berjumlah 12 peserta (40%), 71-80 berjumlah 12 peserta (40%), 81-90 berjumlah 6 peserta (10%). Dari hasil tersebut maka dapat
26
dimaknai nilai peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada nilai 60-70 dan 71-80. Sebagaimana uraian diatas bahwa fungsi komunikasi memegang peranan penting dalam peningkatan pemahaman peserta Diklat. Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan-pesan lewat media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya “Sosiologi Komunikasi” (2008 : 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa, sebagai berikut : a.
Fungsi Pengawasan. Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.
b.
Fungsi Social Learning (Pembelajaran Sosial). Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan
pencerahan-pencerahan
kepada
masyarakat
dimana
komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas. c.
Fungsi Penyampaian Informasi. Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian
27
informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat. d.
Fungsi Hiburan. Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa sehingga fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan tidak lepas dari fungsi-fungsi lainnya dalam komunikasi massa.
Setelah diuraikan dari masing-masing tes baik itu pre tes dan post tes, selanjutnya maka akan dibandingkan nilai tersebut. Untuk itu digunakan uji Wilcoxon. Dengan menggunakan uji Wilcoxon dan bantuan SPSS 21 dipeorleh hasil, yaitu: Pengujian komparatif kenaikan pre dan post tes sebesar 22 peserta (Post>Pre), yang nilainya turun tidak ada (Post
28
Pelatihan Keagamaan Manado. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran terlihat efektif dan efisien. Sebagaimana menurut Mulyasa (2006) Ketika seorang pengajar dalam memilih metode pembelajaran untuk digunakan dalam praktik mengajar, maka harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a.
Tidak ada metode yang paling unggul karena semua metode mempunyai
karakteristik
yang
berbeda-beda
dan
memiliki
pembelajaran
sejumlah
kelemahan serta keunggulannya masing-masing. b.
Setiap
metode
hanya
sesuai
untuk
kompetensi tertentu dan tidak sesuai untuk pembelajaran sejumlah kompetensi lainnya. c.
Setiap kompetensi memiliki karakteristik yang umum maupun yang spesifik sehingga pembelajaran suatu kompetensi membutuhkan metode tertentu yang mungkin tidak sama dengan kompetensi yang lain.
d.
Setiap peserta didik memiliki sensitifitas berbeda terhadap metode pembelajaran.
e.
Setiap peserta didik memiliki bekal perilaku yang berbeda serta tingkat kecerdasan yang berbeda pula.
f.
Setiap materi pembelajaran membutuhkan waktu dan sarana yang berbeda.
g.
Tidak semua sekolah memiliki sarana dan fasilitas lainnya yang lengkap.
29
h.
Setiap pengajar memiliki kemampuan dan sikap yang berbeda dalam menerapkan suatu metode pembelajaran. Dengan alasan di atas, jalan terbaik adalah menggunakan
kombinasi dari metode yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan, karakteristik peserta didik, kompetensi pengajar dalam metode yang akan digunakan dan ketersediaan sarana prasarana dan waktu. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan metode pembelajaran (Sardiman, 2002) adalah sebagai berikut : a.
Tujuan yang hendak dicapai Tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar harus menjadi perhatian utama bagi seorang pengajar dalam menentukan metode apa yang dipakai (serasi).
b.
Kemampuan pengajar. Efektif tidaknya suatu metode pembelajaran juga sangat dipengaruhi pada kemampuan pengajar dalam menggunakannya. Misalnya seorang pengajar yang mahir dalam berbicara, maka bisa menggunakan metode ceramah disamping metode yang lain sebagai pendukungnya.
c.
Anak didik Pengajar
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
harus
memperhatikan anak didik. Karena mereka mempunyai kemampuan, bakat, minat, kecerdasan, karakter, latar belakang ekonomi yang berbeda-beda. Oleh karena itu dengan latar belakang yang
30
berbedabeda pengajar harus pandai dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. d.
Situasi dan kondisi proses belajar mengajar dimana berlangsung. Situasi dan konsidi proses belajar mengajar yang berada dilingkungan dekat pasar yang ramai akan berdampak pada metode pembelajaran yang akan digunakan. Sehingga pengajar bisa menentukan metode pembelajaran yang sesuai di lingkungan tersebut.
e.
Fasilitas yang tersedia Tersdianya fasilitas seperti, alat peraga, media pengajaran dan fasilitas-fasilitas lainnya sangat menentukan terhadap efektif tidaknya suatu metode.
f.
Waktu yang tersedia Disamping hal-hal di atas, masalah waktu yang tersedia juga harus diperhatikan. Apakah waktunya cukup jika menggunakan metode yang akan dipakai atau tidak. Dari masing-masing metode yang ada, tentu memiliki kebaikan
dan kekurangan. Kekurangan suatu
metode bisa dilengkapi dengan
metode yang lain. Oleh karena itu pengajar harus bisa mepertimbangkan metode mana yang akan digunakan. Adapun prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2002) adalah sebagai berikut : a.
Prinsip motivasi dan tujuan belajar.
31
Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam proses belajar mengajar. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa. Demikian juga tujuan, proses belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan yang jelas akan tidak terarah. b.
Prinsip kematangan dan perbedaan individual Semua perkembangan pada anak memiliki tempo yang berbeda-beda, karena itu setiap pengajar agar memperhatikan waktu dan irama perkembangan anak, motif, intelegensi dan emosi kecepatan menangkap pelajaran, serta pembawaan dan faktor lingkungan.
c.
Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis Belajar dengan memperhatikan peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi anak didik dan pengalaman langsung akan lebih memiliki makna dari pada belajar verbalistik.
d.
Integrasi pemahaman dan pengalaman Penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu proses belajar mengajar.
e.
Prinsip fungsional Belajar
merupakan
proses
pengalaman
hidup
yang
bermanfaat bagi kehidupan berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak bisa lepas dari nilai manfaat, sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritis atau praktis bagi kehidupan sehari-hari. f.
Prinsip penggembiraan
32
Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa henti, tentu seiring kebutuhan dan tuntutan yang terus berkembang. Berkaitan dengan kepentingan belajar yang terus menerus, maka metode mengajar jangan sampai memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran pada anak untuk belajar cepat berakhir. Dengan
memperhatikan
prinsip-prinsip
penentuan
metode
pembelajaran di atas, diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat lebih efektif dan efisien dan dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan yang hendak dicapai, karena dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut seorang pengajar bisa mempertimbangkan mana metode yang sesuai yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya, manusia telah melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual, yakni peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengertian belajar menurut Soedijarto (1989:49) adalah suatu proses secara langsung dan aktif pada saat pelajar itu mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di sekolah, proses belajar mengajar tersebut dapat terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian seorang pelajar dikatakan sedang belajar apabila pelajar tersebut terlibat secara langsung dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
33
Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya (W.H. Burton, dalam Moh. Uzer Usman 1995:2). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang dikatakan telah belajar apabila telah terjadi suatu perubahan pada dirinya. Perubahan tersebut terjadi berkat adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Sehingga untuk dapat belajar seorang pelajar tidak dapat terlepas dari orang lain, dalam hal ini widyaiswara dan teman belajar. Dengan demikian dapat dikatakan seorang pelajar tidak dapat belajar dengan baik bila hanya sendirian saja, dia juga perlu widyaiswara untuk membimbing dan teman untuk berdiskusi. Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan tadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Model pembelajaran
yang
tepatakanmemberikandampak
positifdalamkontekspembelajaran. pembelajaranmerupakansuaturancangan
yang Model
yang
sistematis
yang
dapatdigunakanpengajaruntukmentransferilmupengetahuan.
34
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Nilai pre tes peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada penilaian 60-70
2.
Nilai pos tes peserta Diklat Guru Matematika MTs dominan pada penilaian 60-70 dan 71-80.
3.
Ada perbedaan hasil Pre dan pos tes pada Diklat Guru Matematika MTs dimana secara rata-rata ada peningkatan kompetensi peserta dilihat dari aspek pengetahuan siswa.
B. Rekomendasi 1.
Perlu mempertahankan metode pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan terdiri dari metode ceramah, curah gagasan, diskusi, dan demonstrasi.
2.
Harus ada dukungan dari panitia kediklatan yaitu menyiapkan segala sesuatu termasuk peralatan yang mendukung proses pembelajaran seperti, flipchart, laptop, dan LCD.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2008) Abu Ahmadi – Joko Tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005) ArikuntoSuharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta :RinekaCipta.
35
Brophy, J. 2004. Motivating Student to Learn (2nded). London : Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Elliot Stephen. 1999. Educational Psychology (Effective Teaching Effective Learning). Singapore: McGraw-Hill. Fitriani Nur. 2011. Efektivitas Proses Pembelajaran. Penerbit PT. Tjipta Utama. Bandung. Kambey, D.C. 1999.ManajemenSumberDayaManusia. Manado: Triganesha Nusantara Ketut Dewa Sukardi. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Modjiono dan Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud Moh. Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2003. Metode- metode dala pendidikan. Penerbit Multi Media. Jakarta Rae, Lesli. 2001. Mengukur Efektivitas Pelatihan. Penerbit PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Retherford, Robert D. 1993. Statistical Models For Causal Analysis. Program onPopulation East-West Center, Honolulu, Hawaii Roestiyah. 2008.Strategi Belajar Mengjar. Rineke Cipta. Jakarta Rohyatun.2008. Pengaruh Evaluasi Formatif Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi SKI Pada Siswa Kelas VIII MTs Maarif Karanganyar.http://repository.stain-pekalongan.ac.id/556/Di dowload pada tanggal 25 Mei 2014 Sardiman AM. 2004. InteraksidanMotivasiBelajar.Penerbit Raja GrafindoPersada.Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Penerbit PT.Rineka Cipta. Jakarta Sugiyono. 2005. MetodologiPenelitian. EdisikeEmpat.PenerbitRosdaKarya Bandung. Suporahardjo. 2005. ManajemenKolaborasi. Pustaka Latin. Bogor Singarimbun dan Effendi. 2006. MetodePenelitian Survey. CetakankeDelapanBelas.PenerbitPustaka LP3ES. Jakarta.
36
Thursan Hakim. 2000. BelajarSecaraEfektif. PuspaSwara. Jakarta Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Winkel, W.S. 1996. PsikologiPengajaran. Media Abadi.Yogyakarta
37