MEDIA DIGITAL, PEMENUHAN HAK, DAN PERLINDUNGAN ANAK Hasil Monitoring, Telaah Regulasi, Problematika dan Rekomendasi
Oleh Dr. Asrorun Ni’am Sholeh, MA Komisioner KPAI/Ketua Divisi Sosialisasi
Bahan Presentasi dalam Seminar Internasional “Penggunaan Media Digital di Kalangan Anak dan Remaja” oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika di hotel Borobudur Jakarta, 18 Februari 2014
PENDAHULUAN
Dalam Pasal 1 UU Perlindungan Anak ditegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. lingkup perlindungan anak adalah meliputi anak yang masih dalam kandungan hingga sebelum usia 18 tahun. Perkembangan TIK memungkinkan anak mengakses informasi dengan mudah, dengan munculnya berbagai alternatif media informasi komunikasi Kemudahan akses terhadap informasi, khususnya melalui media digital nberdampak positif bagi tumbuh kembang anak dan pemenuhan hak anak, khususnya hak memperoleh informasi. Di samping dampak positif, anak juga rentan terhadap “eksploitasi” dan dampak negatif akibat penyelahgunaan media analog. Presentasi ini akan mengulas tentang manfaat dan bahaya media digital bagi anak, khususnya dalam konteks pemenuhan hak dan perlindungannya. Pembahasan diawali dg; (i) kelembagaan KPAI; (ii) seputar media digital dan pemenuhan hak anak; (iii) manfaat; (iv) kasus-kasus perlindungan anak yang berelasi dg media digital; rekomendasi 2
Prinsip Dasar Konvensi Hak Anak Kepentingan terbaik bagi anak
Kelangsungan Hidup dan tumbuh Kembang
Nondiskriminasi
Partisipasi
3
LINGKUP PERLINDUNGAN ANAK
Pertama: Pemenuhan Hak (hak agama, hak kesehatan, hak pendidikan, hak sipil, hak memperoleh informasi, hak mendapatkan jaminan sosial). Kedua: Perlindungan Khusus (perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi, perlindungan khusus bagi ABH, korban trafiking, penyalahgunaan napza, korban bencana alam dan konflik sosial, serta anak dg disabilitas)
MEDIA DIGITAL DAN PEMENUHAN HAK ANAK
Terminologi Media
Secara bahasa, Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti “perantara” atau “pengantar”. Definisi Media al: ◦ Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram, 1977). ◦ Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969). ◦ Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970). ◦ Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977). ◦ Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne, 1970). ◦ Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989).
MEDIA DIGITAL Media digital merupakan bentuk media elektronik dimana data disimpan dalam bentuk digital. Media digital juga dapat diartikan sebagai aspek teknis penyimpanan dan transmisi informasi (misalnya: hard disk drives atau jaringan komputer) atau produk akhirnya (misalnya: digital video, augmented reality atau digital art).
7
SIFAT MEDIA Mudah
diduplikasi/didistribusikan. Contoh: CD
/ VCD / DVD, download / upload, SMS-MMS, infra red,dll
Anonim
= siapa saja bisa hadir sebagai nara sumber Cakupan luas = Antarkota, antarprovinsi, antarnegara. Heterogen = latar belakang khalayak berbeda. Netral = tergantung konten dan penyikapannya
PEMENUHAN HAK ANAK DALAM MEMPEROLEH INFORMASI
Pasal 10 UUPA “Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan” Dengan demikian, pemberian informasi terhadap anak harus memenuhi hal: ◦ Sesuai tingkat kecerdasan ◦ Sesuai usianya ◦ Sesuai nilai-nilai kesusilaan ◦ Sesuai kepatutan 9
PERLINDUNGAN ANAK DARI PENGARUH BURUK DARI PENYALAHGUNAAN MEDIA DIGITAL
Pasal 15 UU Pornografi “Setiap orang berkewajiban melindungi anak dari pengaruh pornografi dan mencegah akses anak terhadap informasi pornografii Pasal 43 UU Nomor 33/2009 tentang Perfilman menegaskan “Pelaku usaha perfilman dilarang melakukan sulih suara film impor ke dalam bahasa Indonesia, kecuali film impor untuk kepentingan pendidikan dan/atau penelitian”. Pasal 38 ayat (3) UU Penyiaran, “Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja... “ Pasal 27 UU ITE tentang yang menegaskan larangan mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dan perjudian Pasal 59 UUPA “Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran”.
10
MEDIA DIGITAL: PENDEKATAN DUA SISI Pada dasarnya media digital, sebagai sebuh sarana, bersifat netral Dapat memiliki manfaat yang baik bagi anak, tetapi juga dapat membahayakan Kuncinya adalah:
◦ ◦ ◦ ◦
penyediaan konten yang baik, pencegahan atas konten yang buruk, edukasi kepada anak; dan kontrol terhadap konten
11
ARTI PENTING MEDIA DIGITAL BAGI ANAK
Jaminan pemenuhan akses informasi Digital Library E-Library Digital Learning E-Learning Digital Edutainment Kuncinya adalah: ◦ ◦ ◦ ◦
penyediaan konten yang baik, pencegahan atas konten yang buruk, edukasi kepada anak; dan kontrol terhadap konten
12
DAMPAK POSITIF MEDIA DIGITAL BAGI ANAK
Sebagai sarana pembelajaran efektif dan pengembangan keterampilan teknis Sarana bersosialisasi dengan teman secara online Sarana komunikasi lintas batas memperluas pertemanan seluas luasnya karena tidak dibatasi oleh luas wilayah Sarana pengembangan diri banyak anak-anak berprestasi sebab media digital
13
DAMPAK NEGATIF MEDIA DIGITAL BAGI ANAK
Asosial Situs jejaring social dapat membuat anak-anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain Karena sifatnya, semua konten bisa diakses oleh anak, yang bisa berakibat pada akses konten yang tidak layak anak Kriminalitas banyak contoh akitab penyalahgunaan, baik karena ketidaktahuan atau karena kesengajaan pelaku kriminal
14
HASIL SURVEY, PEMANTAUAN, TELAAHAN KPAI TERKAIT DENGAN PENYALAHGUNAAN MEDIA DIGITAL
Survey tentang Kekerasan Anak 2012 Pemantauan “Media Permainan Anak Berbasis Digital di Pusat Perbelanjaan” 2012 FGD tentang Meteri Pornografi dan kekerasan Terhadap Anak Data Pengaduan KPAI terkait dengan Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) 2013
SURVEY TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK KPAI 2012
16
SURVEY TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK KPAI 2012
Survey dilaksanakan di sembilan provinsi, meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, DIY, Lampung, Jambi, Sumbar, dan Kaltim Sebanyak 2113 responden 91 % anak mengaku pernah mendapatkan perlakuan tindak kekerasan di keluarga 87,6 % anak mengaku mengalami tindak kekerasan di lingkungan sekolah 66,5 % memperoleh kekerasan dari guru 74,8 % pernah memeproleh kekerasan dari teman sekelas 56,3 % pernah memperoleh kekerasan dari teman lain kelas 17,9 % anak mengaku pernah mengalami perlakuan kekerasan di masyarakat. Persepsi guru dan lingkungan pendidikan terhadap hakekat kekerasan belum seragam Persepsi orang tua terhadap kekerasan dan ancaman kekerasan anak belum memadai
17
PEMANTAUAN MEDIA PERMAINAN ANAK DI PUSAT PERBELANJAAN KPAI 2012 Pemantauan dilaksanakan di sembilan provinsi; (Jatim, Jateng, Jabar, Banten, DIY, Lampung, Jambi, Sumbar dan Kaltim; terus dilanjutkan Jabodetabek). Sebanyak 32 lokasi Temuan;
1.
2. 3. a.
b.
c. d. e.
Seluruh tempat permainan menyajikan jenis permainan anak yang cenderung menampilkan adegan perang dan kekerasan; beberapa nama permainannya “timecrisis3” dan “crisis zone” Banyak tempat permainan yang menyajikan jenis2 permainan yang berkonten judi, spekulasi, dan untung-untungan; beberapa nama permainannya “sweetland2, discowinner, oceanpoart, slam a winner, big cannon, stupid cupid, dinosaur, pirates island, bluewhalw, space tune, fun city gamen, golden fish, western dream. Banyak tempat permainan yang tidak memberikan aturan usia permainan, petunjuk, manfaat dll Belum ada regulasi yang memadai untuk mengatur konten permainan keluarga di pusat perbelanjaan Kontrol pemerintah terhadap konten permainan anak longgar
18
PEMANTAUAN MEDIA PERMAINAN ANAK DI PUSAT PERBELANJAAN KPAI 2012
Pada awal April 2012, selama delapan hari KPAI melakukan monitoring dan pengawasan terhadap faktor-faktor kekerasan terhadap anak. Salah satu obyek monitoring adalah pusat permainan anak di pusat perbelanjaan. Temuan KPAI: mayoritas menampilkan adegan kekerasan yang secara langsung atau tidak langsung melahirkan budaya kekerasan. Hal ini harus ditangani secara serius. KPAI selama 8 hari melakukan kunjungan untuk kepentingan monitoring perlindungan anak, salah satu obyeknya ke pusat permainan anak yang ada di mal dan pusat perbelanjaan di Jawa Timur. Jenis permainannya beragam, ada ketangkasan, video game dan jenis permainan lainnya. Secara keseluruhan , Pusat Permainan Anak Berbasis Digital menyajikan jenis permainan dengan konten adegan kekerasan, dan perjudian. Ada jenis permainan dengan konten edukasi dan kemahiran. Di samping ada yang bersifat edukatif, tapi tidak diberikan petunjuk atau pembatasan pada permainan yang mengarah pada kekerasan seperti tinju, perang-perangan, baik yang visual maupun yang interaktif. Dalam temuan KPAI, visualisasi kekerasan akan berpengaruh pada budaya kekerasan di anak. Sebab menurut teori imitatif, anak-anak cenderung meniru dan mempraktikkan apa yang dilihat dari tontonan, tayangan dan permainan. KPAI juga menemukan praktek perjudian juga banyak yang tanpa sensor, di mana banyak permainan dengan gambling, spekulasi dan perjudian. Seperti ketangkasan yang kalau dilihat secara seksama ada mimpi untuk memperoleh sesuatu dengan jalan pintas, seperti misalnya satu koin untuk mendapatkan puluhan koin. KPAI berharap pemerintah lebih selektif memberi izin pada pusat-pusat permainan. Selain itu pengusaha asosiasi rekreasi keluarga juga harus bertanggung jawab terhadap jenis permainan yang disediakan, jangan hanya berorientasi pada keuangan semata. KPAI menilai, ini bisa jadi hulu dari fakta terjadinya kekerasan seperti yang terjadi di sekolah, tawuran, sadisme dan sebagainya. Karena kita temukan adanya korelasi erat antara jenis permainan dan tontonan yang mengekspresikan kekerasan dengan tindak dan budaya kekerasan di anak. 19
Pemantauan KPAI bersama Mitra
PORNOGRAFI DAN KEKERASAN SEKSUAL
Data Bareskrim Mabes Polri
Pemantauan KPAI bersama Mitra
PORNOGRAFI DAN KEKERASAN SEKSUAL
Data Bareskrim Mabes Polri
Gadis
SMU Juara Olimpiade Matematika Dunia menjadi korban video porno di Indramayu. Akibat sering menonton film porno seorang ABG sodomi 12 bocah.
Pemantauan KPAI bersama Mitra
FACEBOOK DAN EKSPLOITASI SEKSUAL
Data Bareskrim Mabes Polri
Pemantauan KPAI bersama Mitra
FACEBOOK DAN EKSPLOITASI SEKSUAL
Data Bareskrim Mabes Polri
Pemantauan KPAI bersama Mitra
EKSPLOITASI SEKSUAL DAN YOUTUBE
DBU (20 TH)
EKSPLOITASI SEKSUAL DUA ANAK KECIL DAN DI UPLOAD KE YOUTUBE
DILAPORKAN OLEH YOUTUBE KE NATIONAL CENTER FOR MISSING AND EXPLOITED CHILDREN (NCMEC) US ICE POLRI
SAAT INI DALAM PROSES PERSIDANGAN
Data Bareskrim Mabes Polri
Hasil Pemantauan KPAI
FACEBOOK DAN PENCULIKAN
KAMIS, 16 JANUARI 2014 | 14:28 WIB
Siswi SMP Diculik, Korban Kenal Pelaku di Facebook
Ilustrasi. windowstorussia.com
TEMPO.CO, Tangerang - Polisi membongkar kasus penculikan terhadap Ip, 16 tahun, seorang siswi SMP di Kota Tangerang. Berdasarkan keterangan keluarga, korban dan tersangka berkenalan lewat situs jejaring social Facebook. “Mereka baru berkenalan awal Januari,” kata kata Ardiansyah, paman korban, Kamis, 16 Januari 2014. Ardiansyah tidak mengetahui secara pasti isi percakapan antara korban dan pelaku selama meraka berhubungan. Yang jelas, pelaku mengajak korban untuk bertemu di sebuah warung internet di Larangan, Kota Tangerang, pada 9 Januari lalu. “Sejak saat itu, korban menghilang,” kata Ardiansyah.
Malam hari, pada tanggal yang sama, pelaku menghubungi kakak korban, Putri, 27 tahun. Pelaku menyatakan korban ada bersamanya dan dia meminta tebusan Rp 87 juta. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi, pelaku mengancam akan membunuh korban. Keluarga akhirnya melaporkan kasus ini ke Polres Metropolitan Tangerang. Berdasarkan nomor rekening yang diberikan pelaku, diketahui penculik itu bernama Gintala Laraska alias Aska, 24 tahun, pemuda pengangguran yang berdomisili di Yogyakarta. Polisi kemudian melacak sinyal telepon selular pelaku. Beberapa kali pelaku berpindah dari Wonosobo, Serang, dan Temanggung. Terakhir kali, sinyal telepon pelaku berada di Purwokerto, Jawa Tengah. Di kota itulah polisi kemudian membekuk tersangka. Korban juga ditemukan di tempat yang sama.
Hasil Pemantauan KPAI
FACEBOOK DAN PERKOSAAN ANAK
Berawal dari Facebook, ABG Jadi Korban Pemerkosaan Bergilir Oleh 10 Pemuda Wed, 11/12/2013 - 13:18 WIB
RIMANEWS - Kisah seperti yang dialami Murni (bukan nama sebenarnya), 15, patut menjadi perhatian para orang tua. ABG (anak baru gede) asal Banjaranyar, Kelurahan Wates, Kota Mojokerto, tersebut menjadi korban pemerkosaan para pemuda bejat. Dia digilir sepuluh pemuda di area persawahan Desa Leminggir, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Pemerkosaan itu bermula dari perkenalan korban dengan salah seorang pelaku melalui jejaring sosial Facebook. Meski baru berkenalan, mereka sudah saling bertukar nomor handphone (HP). Murni pun kemarin (10/12) melaporkan kejadian tersebut ke Polres Mojokerto. Dia diantar Sinta, 40, tetangganya. Sinta menceritakan kejadian itu bermula ketika korban dijemput seorang kenalannya di rumah pada Senin malam (9/12) sekitar pukul 20.00. ''Dia (Murni, Red) keluar bersama teman yang baru dia kenal lewat Facebook,'' tutur Sinta kepada Jawa Pos Radar Mojokerto kemarin. Setelah Marni keluar bersama temannya, Sinta menyatakan tidak mengetahui apa yang terjadi. Namun, dirinya maupun tetangga sekitar kaget ketika korban diantar pulang oleh salah seorang satpam Perumahan Mutiara Garden dengan kondisi tubuh yang berantakan. ''Di rumah, dia mengaku telah diperkosa temannya,'' ujarnya. Tidak terima dengan kejadian tersebut, Murni bersama Sinta melapor ke polisi. Awalnya, mereka melapor ke Polres Mojokerto Kota. Setelah olah tempat kejadian perkara (TKP), ternyata tempat kejadian pemerkosaan itu diketahui berada dalam wilayah hukum Polres Kabupaten Mojokerto. ''Sama polisi di sana (kota, Red), kami disuruh melapor ke sini (kabupaten),'' ujar Sinta. Ketika dikonfirmasi secara terpisah, Kasubbaghumas Polres Mojokerto AKP Lilik Achiril Ekawati membenarkan soal laporan pemerkosaan tersebut. Berdasar pemeriksaan, menurut dia, korban baru kembali ke rumah sekitar pukul 24.00.(yus/jpn)
FGD KPAI ANAK DALAM ANCAMAN PORNOGRAFI
28
VCD dan Situs Porno Mengorbankan Anak Hasil Pengaduan dan Pemantauan Bidang ABH KPAI 2013, ABH
sebagai korban yang tertinggi adalah korban perkosaan dan pencabulan (sebanyak 136 kasus), sementara ABH sebagai pelaku tertinggi kedua adalah perkosaan. Dan dari hasil monitoring, 90% anak pelaku kekerasan seksual didahului oleh akses media pornografi. Penelitian PUSKA UI menunjukkan jumlah kasus kriminal anak pada tahun 2009 sebanyak 7.847 kasus, dan 353 di antaranya kasus merupakan kasus kesusilaan. Hasil investigasi LBH P2I Makasar terhadap 201 kasus perkosaan tahun 2001-2004 yang termuat di koran, menunjukkan 56,71% diakui pelaku akibat melihat film atau VCD porno. Fakta LBH APIK Jakarta terhadap 185 kasus kekerasan seksual yang diterimanya selama tahun 2005 menunjukkan bahwa apabila pelaku kejahatannya adalah anak-anak dan remaja, umumnya mereka melakukan kejahatan karena dipicu oleh VCD porno dan pengaruh minuman keras.
VCD dan Situs Porno Mengorbankan Anak Survey Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi
(MTP) terhadap 1.178 siswa SMA di DKI Jakarta pada tahun 2006 menunjukkan bahwa para pelajar yang mengakses pornografi disebabkan karena dua hal; dorongan dari teman sebaya dan media pornografi yang bebas. Temuan gerakan Jangan Bugil Depan Kamera (JBDK) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa di internet mendekati 700 video porno amatir yang dibuat dengan menggunakan handycam dan kamera digital lainnya, dengan 90% di antaranya dibuat oleh pelajar dan mahasiswa.
Kasus Pornografi Survey Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) terhadap
1.675 pelajar SD di Jadebotabek pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 98% anak-anak kelas 4 sampai 6 SD sudah terbiasa mengakses media-media yang menampilkan pornografi.
ALASAN ANAK MELIHAT MEDIA PORNOGRAFI 2013
2012 suka tidak filmnya lain2 0% 4% 0% terpengar pernah iseng u missin h teman 4% g 4% 1% penasaran 9% takut kupe r 1%
missing terpengar iseng 0% uh teman 4% lain-lain 4 % 1% penasara n 8% tdk sengaja 77%
tdk sengaja 83% Lain-lain: Tidak pernah, Muncul sendiri, tidak ada alasan, mbah, tidak tahu, disuruh.
Catatan Penting Alasan anak melihat media pornografi, sebagian besar
adalah karena TIDAK SENGAJA. Artinya, anak menjadi korban karena orang dewasa abai dan lalai orang tua yang lengah regulator yang kebobolan
penyedia jasa yang tidak sensitif “penjahat” yang sengaja menjebak
33
Data ABH Sebagai Pelaku KPAI Tahun 2013 JENIS PENGADUAN NO
PEMANTAUAN MEDIA
BIDANG ANAK SEBAGAI PELAKU Langsung
Surat
Telp
Email
JML
Online
Cetak
Elektroni k
JM L
1
ABH Sebagai Pelaku Kekerasan Fisik
5
5
2
25
37
23
31
26
80
2
ABH Sebagai Pelaku Kekerasan Psikis
1
1
1
12
18
10
11
11
32
3
ABH Sebagai Pelaku Kekerasan Seksual (Pemerkosaan)
5
8
7
27
47
23
24
21
68
4
ABH Sebagai Pelaku Perbuatan Asusila / Pencabulan / Sodomi
1
2
5
16
27
12
15
19
46
5
ABH Sebagai Pelaku Pembunuhan
0
1
0
7
8
5
9
6
20
6
ABH Sebagai Pelaku Penganiayaan Pengeroyokan / Perkelahian
1
0
0
3
4
5
4
3
12
7
ABH Sebagai Lintas
1
0
2
3
6
7
4
9
20
8
ABH Sebagai Pelaku Pencurian
5
0
0
9
14
9
5
5
19
9
ABH Sebagai Pelaku Aborsi
0
0
0
3
3
7
4
3
14
10
ABH Sebagai Pelaku Pelaku Penculikan
0
0
0
4
4
5
6
4
15
11
ABH Sebagai Pelaku Membawa Senjata Tajam
3
0
1
5
9
4
6
9
19
22
17
18
114
171
110
119
116
345
JUMLAH
/
Pelaku Kecelakaan Lalu
Kepemilikan
/
34
Data ABH Sebagai Korban KPAI Tahun 2013 JENIS PENGADUAN NO
PEMANTAUAN MEDIA
BIDANG ANAK SEBAGAI PELAKU Langsung
Surat
Telp
Email
JML
Online
Cetak
Elektronik
JML
1
ABH Sebagai Pelaku Kekerasan Fisik
5
5
2
25
37
23
31
26
80
2
ABH Sebagai Korban Kekerasan Psikis
9
2
6
14
31
16
17
7
40
3
ABH Sebagai Korban Kekerasan Seksual (Pemerkosaan)
31
8
4
46
89
42
25
18
85
4
ABH Sebagai Korban Asusila / Pencabulan / Sodomi
25
5
3
20
53
26
14
13
53
5
ABH Sebagai Korban Pembunuhan
0
2
0
14
16
34
14
6
54
6
ABH Sebagai Korban Pencurian
1
0
0
3
4
5
8
3
16
7
ABH Sebagai Korban Penculikan
1
0
0
9
10
14
7
3
24
8
ABH Sebagai Korban Lintas
0
0
0
5
5
14
12
6
32
9
ABH Sebagai Korban Bunuh Diri
0
0
0
3
3
4
4
2
10
88
23
16
135
262
172
121
73
366 8
Kecelakaan Lalu
JUMLAH 1
ABH Sebagai Saksi
3
0
0
3
6
3
3
2
1
Anak Dalam Proses Peradilan (Penyidikan, Tahanan, Pengadilan, Dsb)
3
0
0
3
6
5
5
2
12
35
DATA KASUS KRIMINALITAS ANAK DI LAPAS TAHUN 2009
Kasus Pencurian
Jumlah 4.211
Persentase (%) 53.7
Kesusilaan
353
4.5
Penganiayaan
663
8.4
Narkotika
548
7
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
544
6.9
Perjudian
239
3.04
Ketertiban Umum
163
2.08 36
CATATAN REKOMENDAI Perlu terus mensosialisasi dan kampanye literasi media Pengontrolan konten media digital dan pemastian penyediaan konten ramah anak Edukasi Orang tua menjadi pendidik Seksualitas anak sendiri Sosialisasi Undang-undang Pornografi dan penerapannya Mendorong dan Menfasilitasi penyediaan konten media permainan anak berbasis digital yang positif.
37
TERIMA KASIH SALAM SENYUM ANAK INDONESIA 38