ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI, NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri)
Oleh
Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI, NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP: 150 317 955
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP: 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2008 M
ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI, NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP: 150 317955
Indo Yama Nasarudin, SE., MAB NIP: 150 317 593
Penguji Ahli
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2008 M
Hari ini Rabu 20 Juni Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Dida Yunta Hendrasman NIM: 103081029184 dengan judul Skripsi: “ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI, NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri). Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manjemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2007
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
Heryanto, SE., MSi Sekretaris
DAFTAR RIWAYAT HIDUP DIDA YUNTA HENDRASMAN Tempat, tanggal
:
Purwakarta, 05 Agustus 1985
Jenis kelamin
:
Laki - laki
Agama
:
Islam
Alamat
:
Kp. Mekarsari RT 05/02 Cibatu Purwakarta
lahir
Jawa Barat 41181 Telepon
:
HP: 021-91565998
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2003–2008
:
Jurusan
Manajemen
Keuangan,
Fakultas
Ekonomi & Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri, Jakarta 2000-2003
:
MAN Purwakarta, Purwakarta, Jawa Barat
1997-2000
:
MTs Darul Hikmah, Purwakarta, Jawa Barat
1991-1997
:
SDN 1 Cibatu, Purwakarta, Jawa Barat
PENGALAMAN KERJA 2008 – 2009
:
Staff Finance PT Sumber Alfaria Trijaya Cabang Serpong
ABSTRACT
This research has aim to analyzed influence of Deposit, Stakeholders’ Equity, Non Performing Financing, Percentage of Profit Sharing and Profit Mark Up to Financing in Syariah Mandiri Bank by using dynamic linear model that is Error Correction Model. Data used in this research are monthly time series data since January 2003 until December 2006. Based on the result of this study, Presentation of Profit sharing and Mark Up of Profit have significant influence in the short run. And Deposit and Stakeholders’ Equity have significant influence In the long run. The result of F-test analysis shows that Deposit, Equity, Non Performing Financing, Presentation of Profit Sharing and Mark Up Profit have significant influence simultaneously in the short run and long run.
Keywords:
Deposit, Stakeholders’ Equity, Non Performing Financing, Presentation Percentage of Profit Sharing and Profit Mark Up, Financing, and Error Correction Model.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Financing, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Syariah Mandiri dengan menggunakan model linear dinamis yaitu Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series secara bulanan dari bulan Januari 2003 sampai Desember 2006. Berdasarkan hasil pengujian, variabel Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam jangka pendek. Sedangkan variabel Simpanan atau Dana Pihak Ketiga dan variabel Ekuitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam jangka panjang. Hasil dari uji F-test menunjukan bahwa Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Financing, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap Pembiayaan. Kata kunci: Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Financing, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan, Pembiayaan, dan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model).
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢأﻠﻠﮫأﻠﺮﺤﻤﻦأﻠﺮﺤﯿﻢ Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Sang Penguasa Alam yang merajai di hari akhir dengan segala nikmat yang diberikan-Nya dan Sang Pemberi kekuatan akal pikiran dengan segudang inspirasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat beserta Salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW Sang Revolusioner yang tak tergantikan di segala zaman sebagai pembawa kebenaran bagi umatnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis baik baik dalam pengetahuan maupun dalam teknik penulisannya, oleh karena itu dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun dari semua pihak. Penyelesaian ini skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi beberapa pihak, karenanya penulis penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak secara langsung yang membantu, mendorong serta memberikan inspirasi sehingga skripsi ini bias selesai sesuai dengan target. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Ibunda tercinta Ati Sukmiati yang senantiasa memberikan doa, bimbingan kesabaran, keikhlasannya bagi penulis. Kakak-kakakku Pipih Herliani, Wiwi Widianingsih, Yuyun Su’aidah serta Deni Haryandi yang telah menemani penulis sampai sejauh ini, semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan memberikan berkah-Nya atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr Ahmad Rodoni, MM. selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan serta memberikan solusi ditengah permasalahan yang muncul dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Indo Yama Nasarudin SE. MAB. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Moh. Faisal Badroen, MBA. Selaku dekan Fakulatas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid, MS. Selaku penguji ahli terimakasih atas nasehat dan masukan dalam proses penyempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh dosen, karyawan dan petugas perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas semua curahan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanannya, semoga bermanfaat bagi kami. 7. Sahabat-sahabatku telah memberikan motivasi, bantuan dan pelajaran hidup bagi penulis, Bom2, Afrian, Yayan, Aristoteles, Arief, Yasser, Jaji, Misbah, Didi, Syaiful, Ridwan, Zikri, Rizki, Yusuf, Ahyar, serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dengan segala kekuasaan yang dimilikiNya. Kahade Ulah hilap ka Pribados……… Akhirnya hanyalah sebuah do’a yang terucap yang akan senantiasa mengiringi kepada kita semua agar selalu mendapat perlindungan serta ridho-Nya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk semua kalangan. Amiiin
Jakarta, 07 Pebruari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................
i
Abstract .......................................................................................................
ii
Abstrak ........................................................................................................
iii
Kata Pengantar ............................................................................................
iv
Daftar Isi ......................................................................................................
vi
Daftar Tabel ................................................................................................
ix
Daftar Gambar .............................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
12
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
12
D. Perumusan Masalah ...............................................................
13
E. Tujuan dan Manfaat ...............................................................
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan Islami........................................
15
B. Tinjauan Umum Perbankan Islami 1. Pengertian Pembiayaan ....................................................
18
2. Tujuan Pembiayaan..........................................................
19
3. Fungsi Pembiayaan ..........................................................
21
4. Jenis Pembiayaan .............................................................
20
C. Simpanan
............................................................................
D. Modal Sendiri
27
.....................................................................
30
E. Non Performing Financing ...................................................
33
F. Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan..................
37
G. Kerangka Pemikiran ..............................................................
41
H. Hipotesis.................................................................................
43
I. Penelitian Terdahulu. .............................................................
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
46
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................
46
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................
46
D. Metode Analisis 1. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) ..............................................................................
48
2. Uji Stasioneritas ...............................................................
50
3. Uji Kointegrasi .................................................................
51
4. Uji t. .................................................................................
51
5. Uji F .................................................................................
52
6. Uji Koefisien Determinasi (R2)........................................
53
E. Operasional Variabel .............................................................
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ............................
55
2. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ...........................
57
B. Hasil Analisa dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif ...........................................................
59
2. Uji Stasioneritas ...............................................................
67
3. Uji Kointegrasi .................................................................
70
4. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Jangka Pendek ....................................................
70
5. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction
6.
Model) Jangka Panjang ...................................................
74
Interpretasi .....................................................................
77
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. ........................................................................................Kesimp ulan......................................................................................
81
B. ........................................................................................Implikas i............................................................................................
82
Daftar Pustaka ..........................................................................................
84
Lampiran
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Jumlah asset Perbankan Syariah (Dalam Jutaan Rupiah ..........
5
1.2
Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri ........................................
6
4.1
Jumlah Pembiayaan Bank Syariah Mandiri .............................
60
4.2
Jumlah Simpanan Bank Syariah Mandiri .................................
63
4.3
Jumlah Modal Sendiri Bank Syariah Mandiri...........................
64
4.4
NPF Bank Syariah Mandiri.......................................................
66
4.5
Nilai Bagi Hasil dan Mark up keuntungan Bank Syariah Mandiri .....................................................................................
67
4.6
Hasil Uji Unit Root Pada Tingkat Level ..................................
68
4.7
Hasil Uji Unit Root dengan Pembedaan Pertama .....................
69
4.8
Hasil Uji Kointegrasi dengan Pembedaan Pertama ..................
70
4.9
Hasil Pengujian ECM Jangka Pendek.......................................
72
4.10
Hasil Pengujian ECM Jangka Panjang......................................
75
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.1
Keterangan
Halaman
Bagan Kerangka Pemikiran ................................................
42
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan syari’ah sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) di dunia internasional sedang mengalami peningkatan dalam beberapa akhir tahun ini. Hal ini ditandai dengan adanya restrukturisasi institusi keuangan atau perbankan dengan menggunakan konsep Islam di beberapa negara seperti Mesir, Malaysia, Iran, Pakistan termasuk di beberapa negara eropa seperti Denmark, Luxemburg, Switzerland dan Inggris. Jika kita melihat kembali ke belakang, sejak pertengahan 1970-an perbankan Islam telah meluas di sekitar 70 negara meliputi sebagian negara muslim. Sebagai contoh, Faisal Islamic Bank Mesir yang didirikan pada tanggal 27 agustus 1977 di Kairo telah mencatat keberhasilan dengan total asset lebih dari $500 juta di beberapa provinsi di3 Mesir (Amin:2007:34). Studi statistik yang dilakukan Samad dan Hasan tahun 1999 (Algaoud dan Lewis:2001:18) mengenai kinerja Bank Islam Malaysia Berhad dihubungkan dengan bankbank komersial lainnya dari 1984 sampai 1997, secara keseluruhan Bank Islam Malaysia Berhad dianggap sebagai bank yang lebih likuid dan agak kurang beresiko dibanding bank-bank lainnya. Melihat adanya perkembangan perbankan syari’ah di beberapa negara tersebut, secara tidak langsung membawa perubahan terhadap perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia. Hal ini sesuai dengan ungkapan Iwan
Triyuwono (Sabirin:2003:415) yang menjelaskan bahwa, secara historis perkembangan
perbankan
perkembangan
dan
syari’ah
kemajuan
di
Indonesia tidak
perbankan
syari’ah
terlepas
dari
internasional
(Surbakti:2005:2). Menurut Maruf Amin (2007:3-4) berkembangya perbankan syariah di Indonesia disebabkan oleh berbagai hal. Pertama, potensial market bank syariah di Indonesia cukup besar dengan mayoritas umat beragama Islam. Kedua, umat Islam sendiri pada akhirnya akan memilih bank syariah apalagi setelah MUI menyatakan bahwa system bunga dan semua transaksi dengannya adalah haram pada tanggal 16 desember 2003. Ketiga, bank syariah ternyata tidak menimbulkan resistensi bagi mereka yang bukan Muslim bahkan nasabah bank syariah tidak hanya terdiri dari umat Islam melainkan juga dari kalangan non muslim. Keempat, bank syariah ternyata memiliki keunggulan kompetitif seperti memberikan bagi hasil yang lebih besar kepada pemilik dana dibanding dengan bank konvesional. Kelima, bank syariah tidak mengenal negative spread karena bank syariah tidak membayar bunga deposito yang besarnya bisa melampaui pendapatan bank. Keenam, bank syariah telah berhasil menggerakan potensi ekonomi syariah sehingga tanpa disadari telah terjadi Gerakan Ekonomi Syariah (GES) yang meliputi terjadinya sinergi antar potensi ekonomi syariah. Ketujuh, melalui bank syariah, fiqih muamalah dapat diterapkan secara optimal. Selain itu, Sutan Remy (2002:13) mensyaratkan bahwa suatu perbankan syari’ah memerlukan lima unsur penting agar sistem tersebut dapat tumbuh dan berkembang, yaitu:
a. Adanya jumlah pemain (kantor cabang bank syari’ah) yang banyak b. Jenis instrumen perbankan syari’ah harus beraneka ragam c. Tersedianya pasar keuangan syari’ah d. Sistem tersebut harus merefleksikan nilai-nilai ekonomis dalam Islam, baik dalam substansinya maupun dalam bentuknya e. Perundang-undangan yang memadai Lahirnya Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menjadi awal bagi perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia. Perkembangan ini dimulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank umum syari’ah pertama yang menerapkan konsep bagi hasil. Bahkan sejak krisis ekonomi pada tahun 1997, hanya bank syari’ah saja yang tidak mengalami negative spread dibandingkan dengan bank-bank konvesional yang saat itu mengalami bancrupty. Menurut Arifin (2003) seperti yang dikutip Muhammad (2005:22), contoh dari krisis ekonomi tahun 1997 adalah Bank Exim yang menawarkan suku bunga sebesar 72.5% untuk deposito 12 bulan yang menyebabkan bank tersebut menjadi banking crash. UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan telah memberikan keleluasaan bagi perbankan syari’ah untuk memperluas jaringannya ke berbagai daerah walaupun pada saat itu hanya ada satu bank syariah Bank Muamalat dan sekitar 70 BPR Syariah. Salah satu aturan yang terdapat dalam UU tersebut antara lain melalui izin pembukaan kantor cabang syariah (KCS) oleh bank umum konvensional.
Adanya pembukaan kantor cabang syari’ah tersebut diperkuat dengan pendapat
Hariman
(Hasbi:2005)
yang
menyatakan
perlu
adanya
pengembangan pada dual banking system dengan didasarkan atas berbagai pertimbangan. Pertama, pengalaman krisis perbankan yang terjadi sejak 1998 membuktikan bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan di tengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga bank yang tinggi. Kedua, perbankan syariah pada awalnya terutama ditujukan dalam rangka pemenuhan pelayanan jasa perbankan bagi segmen masyarakat yang belum memperoleh pelayanan jasa perbankan karena sistem perbankan konvensional dipandang tidak sesuai dengan prinsip syariah yang diyakini. Keadaan ini didukung oleh karakteristik kegiatan usaha bank syariah yang melarang bunga bank (riba) dan menggunakan nisbah bagi hasil sebagai penggantinya (profit/loss sharing contract), serta melarang transaksi keuangan yang bersifat spekulasi (al-gharar). Ketiga, kegiatan pembiayaan bank syariah didasarkan investasi riil dan participation system suplai uang dari sistem perbankan syariah sangat terkait erat dengan kebutuhan transaksi pelaku ekonomi secara riil. Hal ini terlihat financing to deposit ratio (FDR) yang melebihi 100 persen, artinya seluruh dana pihak ketiga (DPK) dipergunakan kembali dalam bentuk pembiayaan. Indikator utama untuk mengukur perkembangan perbankan syari’ah adalah melihat besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan kepada nasabahnya. Secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini mengenai
pembiayaan mulai dari Desember 2006 sampai September 2007 berdasarkan statistik perbankah syari’ah Bank Indonesia pada September 2007.
Tabel 1.1 Jumlah Asset Perbankan Syariah (Dalam juta Rupiah) Keterangan
Des-06
Jul-07
Agu-07
Sep-07
Kas Penempatan pada BI Penempatan pada bank lain Pembiayaan yang diberikan Penyertaan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Aktiva tetap dan invetaris Rupa-rupa aktiva Jumlah
346,114 3,640,734 991,377 20,444,907 5,660
487,365 3,042,103 1,110,417 23,687,318 40,660
367,890 2,420,532 1,121,823 24,637,850 40,660
410,271 2,941,506 1,214,436 25,589,806 40,660
(514,724)
(805,964)
(869,517)
(867,661)
270,397 1,495,482 26,722,030
275,229 2,034,409 29,034,409
274,559 2,120,121 30,144,504
273,354 2,171,749 31,802,773
Sumber: Statistik Perbankah Syari’ah Bank Indonesia September 2007.
Tabel 1 menunjukan secara keseluruhan jumlah asset perbankan syariah terus meningkat dari bulan ke bulan khususnya pada pembiayaan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada asset bulan Agustus sebesar 24,6 triliun yang lebih tinggi dibandingkan jumlah asset bulan Juli sebesar 23,6 trliun rupiah. Terakhir bulan September mempunyai asset yang lebih tinggi sebesar 25,6 triliun rupiah dibandingkan bulan Agustus sebesar 24,6 triliun rupiah. Contoh bank syari’ah yang sedang mengalami peningkatan dari segi pembiayaan adalah Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri merupakan bank kedua setelah Bank Muamalat yang berdiri sebagai bank umum syariah. Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri meningkat secara signifikan baik dari
segi pembiayaan, dana pihak ketiga, maupun asset secara keseluruhan pada tahun 2004 sampai 2006.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri
Keterangan
Pertumbuhan Bank Syariah Mandiri (dalam jutaan Rupiah)
Asset
2004 6.869.949
2005 8.272.965
2006 9.554.967
Dana Pihak Ketiga
5.888.102
7.067.757
8.219.267
Pembiayaan
5.253.985
5.866.876
7.414.757
Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah.
Tabel 2 dapat dilihat bahwa asset Bank Syariah Mandiri meningkat dari tahun 2004 sampai tahun 2006. Tahun 2004 aset bank tersebut sebesar 6,8 triliun rupiah, tahun 2005 sebesar 8,2 triliun rupiah dan tahun 2006 jumlah asset sebesar 9,5 triliun rupiah. Dari segi penghimpunan dana pihak ketiga, Bank Syariah Mandiri mampu menghimpun dana pihak ketiga sebesar 5,8 triliun rupiah pada tahun 2004. Sedangkan tahun 2005 dan 2006 masingmasing dana pihak ketiga sebesar 7,06 triliun rupiah dan 8,2 triliun rupiah. Terakhir, dana yang disalurkan untuk pembiayaan sebesar 5,2 triliun rupiah dan 5,8 triliun rupiah pada tahun 2004 dan 2005. Dan tahun 2006 jumlah pembiayaan yang disalurkan sebesar 7,4 triliun rupiah. Besarnya kontribusi aktiva pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri menimbulkan permasalahan yang harus dipecahkan. Permasalahan tersebut
adalah faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan perbankan syari’ah kepada para nasabahnya. Pembiayaan memiliki kaitan erat dengan tingkat pendapatan yang dihimpun oleh perbankan syariah. Secara tidak langsung dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendapatan perbankan syari’ah maka semakin tinggi pula pembiayaan yang disalurkan. Oleh karena itu perlu dikaji pula faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi jumlah pendapatan perbankan syari’ah. Seperti yang dikutip oleh Priatin dan Adnan (2005:36), Rose-Kolari menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi pendapatan lembaga keuangan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain perubahan teknologi pengiriman jasa, kompetisi dari lembaga keuangan lainnya, hukum dan peraturan mengenai lembaga keuangan, dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi sistem ekonomi dan keuangan. Faktor internal antara lain efisiensi penggunaan sumber daya, pengendalian biaya, kebijakan manajemen perpajakan, posisi liquiditas, dan posisi resiko. Menurut Muhammad faktor-faktor lingkungan secara umum dikelompokan menjadi lingkungan umum dan lingkungan khusus. Faktor lingkungan umum yang mempengaruhi kinerja perbankan syari’ah antara lain kondisi politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, teknologi, kondisi lingkungan alamiah, dan keamanan negara. Faktor lingkungan khusus yang berpengaruh antara lain pelanggan atau nasabah, pemasok atau penabung, pesaing, serikat pekerja, dan kebijakan bank sentral sebagai regulator.
Faktor internal misalnya effisiensi sumber daya yang ada pada bank syaria’ah tersebut dan pengendalian biaya dan posisi resiko. Penggunaan sumber daya secara effisien dapat mempengaruhi tingkat pendapatan perbankan syari’ah sekaligus mempengaruhi tingkat pembiayaan yang disalurkan. Sumber daya yang dihimpun perbankan syari’ah bersumber dari simpanan atau dana pihak ketiga, pinjaman serta modal sendiri (ekuitas). Hal ini sesuai dengan pendapat Rose-Kolari yang dikutip oleh Pratin dan Adnan (2005:36) bahwa sumber-sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan adalah simpanan (giro, tabungan, deposito berjangka), pinjaman bank sentral (pinjaman liquiditas), pinjaman dari institusi keuangan internasional, dan modal ekuitas (modal disetor, laba ditahan, cadangan). Simpanan dan modal sendiri merupakan bagian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Simpanan atau dana pihak ketiga merupakan harta titipan dari masyarakat sekaligus menjadi sumber pendapatan bagi bank syari’ah. Jika bank syari’ah tidak dapat menggunakan simpanan dengan sebaik-baiknya dalam memenuhi aktiva pembiayaan, maka tingkat pendapatan yang diperoleh bank syari’ah akan berkurang. Semakin tinggi simpanan yang dihimpun bank syari’ah, semakin tinggi pula peluang untuk menyalurkan pembiayaan kepada para nasabah dengan berbagai variatif pembiayaan seperti pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja maupun pembiayaan investasi. Sumber dana kedua yang dapat digunakan untuk pembiayaan adalah modal sendiri yang terdiri dari modal disetor para pemegang saham, laba ditahan dan cadangan-cadangan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Zainul Arifin
(2005:18) yang menyatakan bahwa modal sendiri dapat digunakan untuk mendanai kegiatan operasional bank khususnya pada aktiva pembiayaan (financing). Baik simpanan atau dana pihak ketiga maupun modal sendiri keduanya merupakan sumber daya bank syari’ah yang harus digunakan seefisien mungkin guna memenuhi ekspansi aktiva pembiayaan ke berbagai sektor pembiayaan. Selain pengaruh jumlah simpanan dan modal sendiri, tingkat pengendalian biaya dan posisi resiko pun dapat mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan perbankan syariah. Faktor ini dapat dilihat dari tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang ada pada perbankan syariah. Istilah dalam kredit bermasalah, bank konvesional menggunakan istilah Non Performing Loan (NPL), sedangkan bank syari’ah menggunakan istilah Non Performing Financing (NPF). Menurut Djoko Retnadi dkk (2005:113), angka NPL yang tinggi bagi sebuah bank komersial merupakan salah satu indikator yang sering dipakai untuk memprediksi prospek kelangsungan hidup (sustainability) bank itu sendiri. Survey yang dilakukan konsultan Booz Allen and Hamilton terhadap penyebab kebangkrutan 200 bank international pada tahun 1987, ternyata masalah perkreditan menduduki ranking pertama sebesar 61%. Hasil survey tersebut semakin diperkuat dengan kenyataan bahwa sumber utama terjadinya krisis perbankan di tanah air maupun di negara lain pada tahun 1997 disebabkan angka NPL yang sangat besar. Tingginya tingkat kredit bermasalah merepresentasikan tingginya resiko pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah.
Dari faktor eksternal yang mempengaruhi pembiayaan bank syari’ah misalnya dilihat dari adalah kompetensi dari lembaga keuangan lainnya. Kompetensi ini dicerminkan dengan tingkat prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan yang ada pada perbankan syariah. Muhammad Syafi’i Antonio (2001:139) menambahkan bahwa nisbah bagi hasil (profit sharing ratio) mempunyai pengaruh dalam perhitungan bagi hasil pada suatu bank. Bank syari’ah semaksimal mungkin menetapkan tingkat bagi hasil sama dengan atau lebih besar dari suku bunga bank konvesional serta menerapkan kebijakan mark up keuntungan yang lebih rendah dibandingkan suku bunga kredit bank konvesional. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank syari’ah kepada masyarakat, diantaranya simpanan (DPK), ekuitas (modal sendiri), Non Performing Financing (NPF), prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan. Simpanan dan ekuitas sebagai faktor efisiensi penggunaan sumber daya, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan sebagai faktor yang menunujukan tingkat kompetensi dari lembaga keuangan (bank), dan tingkat NPF sebagai faktor pengendalian biaya dan posisi resiko. Penelitian dilakukan pada Bank Syariah Mandiri dengan jangka waktu selama 4 tahun dari tahun 2003 sampai 2006. Pertimbangan dipilihnya tahun 2003 sampai 2006 karena pada bulan Desember tahun 2003 Majelis Ulama Indonesia menetapkan fatwa bunga bank haram. Hal ini membawa pengaruh kepada masyarakat khususnya yang beragama muslim untuk memilih bank
syariah daripada bank konvesional yang mengandung unsur riba. Penelitian ini berjudul “ANALISIS PENGARUH SIMPANAN, MODAL SENDIRI, NON PERFORMING FINANCING, PROSENTASE BAGI HASIL DAN MARK UP KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri).
B. Identifikasi Masalah a. Menganalisis kinerja Bank Syari’ah Mandiri dari tahun 2003 sampai 2006 dengan
menggunakan
indikator
pembiayaan
sebagai
alat
ukur
pertumbuhan. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan pada bank syari’ah baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal dengan menggunakan model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM).
C. Pembatasan Masalah a. Dari beberapa variabel yang mempengaruhi pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri, penulis hanya menganalisis beberapa variabel yaitu variabel simpanan yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito, variabel modal sendiri atau ekuitas, variabel Non Performing Financing atau kredit bermasalah, dan variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan. Simpanan dan ekuitas sebagai faktor efisiensi penggunaan sumber daya, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan sebagai faktor yang menunujukan tingkat kompetensi dari lembaga keuangan (bank), dan tingakt NPF sebagai faktor pengendalian biaya dan posisi resiko. b. Data yang digunakan adalah laporan neraca, laporan laba rugi dan data tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Financing secara bulanan yang ada pada Bank Syariah Mandiri dengan alat analisis model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM).
D. Perumusan Masalah Perumusan masalah untuk uraian diatas sebagai berikut: a. Apakah simpanan (DPK), ekuitas (modal sendiri), Non Performing Financing (NPF), prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan mempunyai pengaruh terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri? b. Dari keempat variabel bebas tersebut, variabel manakah yang mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri?
E. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh simpanan (DPK), ekuitas (modal sendiri), Non Performing Financing (NPF), prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri dengan menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model) b. Untuk menganalisis variabel manakah yang mempunyai pengaruh besar terhadap jumlah pembiayaan pada Bank Syari’ah Mandiri.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi penulis Sebagai ruang inspirasi untuk mengaplikasikan berbagai teori yang didapat selama di bangku kuliah baik secara formal maupun informal serta meningkatkan pemahaman kepada penulis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi
pembiayaan
di
Bank
Syariah
Mandiri
sekaligus
mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi pembiayaan di Bank Syariah Mandiri. b. Bagi akademis Sebagai bahan referensi tambahan untuk melakukan penelitian serupa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pada bank syariah. c. Bagi investor Sebagai bahan referensi untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Hal ini berguna bagi para investor untuk dapat mempertimbangkan ulang apakah layak atau tidak dalam menginvestasikan dananya pada bank tersebut maupun pada bank syari’ah lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perbankan Islami Bank syari’ah merupakan lembaga intermediasi yang beroperasi dengan mengikuti prinsip-prinsip syari’ah prinsip-prinsip syariah (syariah compliance). Kepatuhan akan prinsip-prinsip syari’ah tersebut menjadi sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan bank syari’ah dalam melakukan berbagai transaksi seperti penghimpunan dana (funding) dari para nasabah maupun pembiayaan (financing)
baik secara individual maupun secara kerjasama
dengan pihak ketiga. Selain itu menurut Zainul Arifin (2006:11), adanya aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka pelaksanaan dua ajaran AlQur’an yaitu prinsip At-Ta’awun dan prinsip menghindari Al Iktinaz yaitu menahan uang atau dana dan membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat untuk umum. Dari berbagai prinsip-prinsip syari’ah yang dijalankan, larangan riba (prohibition of usury) merupakan prinsip yang paling dikenal masyarakat dan prinsip yang membedakan secara fundamental antara bank syari’ah dengan bank konvesional. Selain larangan riba, ada berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh bank syari’ah. Menurut Mohamed Ibrahim dalam bukunya Zainul Arifin (2006:12) bahwa prinsip utama yang diikuti oleh bank syari’ah adalah sebagai berikut:
a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah c. Memberikan zakat. Pendapat lain diungkapkan oleh Jafril Khalil (2002:47), prinsip utama dalam syari’ah yang senantiasa mendasari jaringan perbankan dengan sistem syariah adalah: a. Perbankan yang menerapkan larangan riba b. Perniagaan halal c. Adanya keridhaan pihak-pihak dalam berkontrak d. Pengurusan dana yang amanah, jujur dan bertanggungjawab. Pramuraharjo (2005:29) mengungkapkan bahwa setidaknya bank Islam memiliki prinsip-prinsip yaitu larangan atas riba pada semua jenis transaksi, pelaksanaan aktifitas bisnis atas dasar kesetaraan (equality), keadilan (fairness), keterbukaan (transparency), pembentukan kemitraan yang saling menguntungkan, dan keuntungan yang didapat harus dari usaha dengan cara yang halal. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa larangan riba adalah prinsip yang paling dikenal oleh masyarakat dan faktor pembeda dengan bank konvesional. Imam Sarakhzi menyatakan dalam bukunya Adiwarman Karim (2004:34) bahwa riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisinis tanpa adanya padanan (iwad) yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut. Menurut pakar perundangan Islam, riba artinya suatu
kontrak atas harta tertentu yang tidak diketahui persamaan dan ukurannya ketika akad dilaksanakan atau melambatkan penyerahan barang yang dipertukarkan atau melambatkan salah satunya (Jafril Khalil:2002:47). Ilmu fiqih membagi riba kedalam tiga bagian yaitu sebagai berikut (Karim:2004:32-37): a. Riba Fadl Riba fadl disebut juga riba buyu’, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi criteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa-an bi sawain) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin). Contohnya dapat ditemui pada transaksi jual beli valuta sing yang tidak dilakukan secara tunai. b. Riba Nasi’ah Riba nasi’ah disebut juga riba duyun, yaitu riba yang timbul akibat hutang piutang yang tidak memenuhi criteria untung bersama risiko (al ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi dhaman). Contohnya dalam transaksi pembayaran bunga kredit dan pembayaran bunga tabungan, deposito dan giro. c. Riba Jahiliyah Riba jahiliyah adalah hutang yang dibayar melebihi pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan. Contohnya dapat ditemui dalam transaksi kartu kredit yang tidak dibayar penuh tagihannya.
B. Tinjauan Umum Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. “Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah,
antara
(mudharabah),
lain
pembiayaan
pembiayaan
berdasarkan
berdasarkan
prinsip
prinsip
bagi
penyertaaan
hasil modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”. Sedangkan menurut Muhammad (2005:17) pembiayaan atau financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah. Zainul Arifin (2006:200) berpendapat bahwa kegiatan pembiayaan merupakan tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pendanaan yang dilakukan oleh bank syari’ah kepada pihak-pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit unit) dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. 2. Tujuan Pembiayaan Tujuan dari pembiayaan menurut Zainul Arifin (2006:52) adalah untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat resiko yang rendah, dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi liquiditas tetap aman. Menurut Rose-Kolari seperti yang dikutip oleh Priatin dan Adnan (2005:37) tujuan dari investasi pembiayaan adalah sebagai berikut: a.
Untuk memperoleh pendapatan utama dalam jenis pendapatan bunga (markup murabahah)
b. Memaksimalkan keuntungan c. Penetrasi pasar d. Mengembangkan jasa bank lainnya e. Mengembangkan aktivitas ekonomi f. Melakukan fungsi moneter.
Menurut Muhammad (2005:17-18) tujuan dari pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu: a. Secara makro Secara makro tujuan dari pembiayaan adalah adanya peningkatan ekonomi umat atau masyarakat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha atau ekspansi perusahaan, meningkatkan produktivitas usaha yang dijalani, membuka lapangan kerja baru, serta terjadinya distribusi pendapatan sebagai hasil dari usaha yang mereka jalankan b. Secara makro Secara mikro tujuan dari pembiayaan adalah adanya upaya memaksimalkan laba, upaya meminimalkan resiko, pendayagunaan sumber ekonomi, serta penyaluran kelebihan dana. 3. Fungsi Pembiayaan Ada beberapa fungsi dari pembiayaan (Muhammad:2004:184-186) diantaranya meningkatkan daya guna uang, meningkatkan daya guna barang, meningkatkan peredaran uang, menimbulkan kegairahan berusaha, meningkatkan stabilitas ekonomi secara makro, sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional, sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 4. Jenis Pembiayaan Menurut Karim (2006:231-254) jenis-jenis pembiayaan yang ada pada bank syari’ah adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan modal kerja syariah Pembiayaan modal kerja syari’ah adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum satu tahun dan dapat diperpanjang
sesuai
dengan
kebutuhan.
Pemberian
fasilitas
pembiayaan modal kerja kepada debitur atau calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan bank. b. Pembiayaan investasi syariah Pembiayaan investasi syariah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang utnuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan pendirian proyek baru, rehabilitasi, moderinisasi, ekspansi, dan relokasi proyek yang sudah ada. Pembiayaan investasi menurut Zainul Arifin (2006:207) merupakan pembiayaan yang digunakan nasbah untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru. c. Pembiayaan konsumtif syariah Pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan diluar usaha dan umumnya bersifat perorangan. d. Pembiayaan sindikasi Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan
tertentu. Pembiayaan sindikasi ini mempunyai tiga bentuk yaitu lead syndication, club deal, dan sub syndication. e. Pembiayaan berdasarkan take over Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi nonsyariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. f. Pembiayaan Letter of Credit (L/C) Pembiayaan Letter of Credit (L/C) adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. Menurut tujuan penggunaannya, produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori sebagai berikut yaitu (Karim:2006:97), pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Pembiayaan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Menurut Zainul Arifin (2006:18) musyarakah adalah suatu kontrak antara kedua belah pihak atau lebih yang masing-masing pihak mengumpulkan modal untuk membentuk sebuah perusahaan sebagai
badan hukum (legal identity) dengan pembagian
keuntuangan secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal masing-masing. Bila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut
dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal. Karim
(2004:103)
berpendapat
bahwa
pembiayaan
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini termasuk dalam bentuk natural centatinty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of return (keuntungan yang ingin diperoleh). Pembayaran murabah dapat dilakukan secara cicilan (muajjal) atau secara sekaligus (lump sum). Menurut Zainul Arifin (2006:23) secara etimologis salam berarti salaf (pendahuluan). Bai’ as salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Menurut Zainul Arifin (2006:24) bai’ al ishtishna adalah akad jual beli antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan produsen atau penjual (shani’) dimana barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang jelas. Ishtishna memiliki perbedaan dengan salam. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera, sedangkan pada ishtishna pembayarannya boleh diawal, ditengah atau diakhir, baik sekaligus (lump sum) ataupun secara bertahap (muajjal).
b. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Pembiayaan dengan prinsip ini dibagi menjadi dua yaitu: pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Menurut Zainul Arifin (2006:19) mudharabah adalah hubungan kontrak antara penyedia dana (shahibul maal) dengan enterpreuneur (mudharib) dimana mudharib akan mengembalikan modal tersebut kepada shahibul maal berikut porsi keuntungan yang telah disetujui sebelumnya. Bila terjadi kerugian maka seluruh kerugian dipikul oleh shahibul maal, sedangkan mudharib kehilangan keuntungan atau mbalan bagi hasil atas kerja yang telah dilakukannya. Mudharabah terbagi menjadi dua bagian Karim (2004:200201), pertama mudharabah mutlaqah (Unrestricted Investment Account) Investment
dan
kedua
mudharabah
muqayyadah
Account).
Mudharabah
mutlaqah
(Restricted (Unrestricted
Investment Account) adalah mudharabah yang sifatnya mutlaq dimana shahibul maal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada mudharib. Mudharabah muqayyadah (Restricted Investment Account) terbagi menjadi dua bentuk, yakni on balance sheet dan off balance sheet. Dalam mudharabah muqayyadah on balance sheet, aliran dana terjadi dari satu nasabah investor kepada pelaksana usaha dalam beberapa sektor terbatas, misalnya pertanian, manufaktur dan jasa. Dalam mudharabah muqayyadah
off balance sheet, aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan dan bank syari’ah hanya bertindak sebagai perantara saja. c. Pembiayaan dengan prinsip jual beli Pembiayaan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Menurut Zainul Arifin (2006:18) musyarakah adalah suatu kontrak antara kedua belah pihak atau lebih yang masing-masing pihak mengumpulkan modal untuk membentuk sebuah perusahaan sebagai
badan hukum (legal identity) dengan pembagian
keuntuangan secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal masing-masing. Bila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal. Karim
(2004:103)
berpendapat
bahwa
pembiayaan
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini termasuk dalam bentuk natural centatinty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of return (keuntungan yang ingin diperoleh). Pembayaran murabah dapat dilakukan secara cicilan (muajjal) atau secara sekaligus (lump sum).
Menurut Zainul Arifin (2006:23) secara etimologis salam berarti salaf (pendahuluan). Bai’ as salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Menurut Zainul Arifin (2006:24) bai’ al ishtishna adalah akad jual beli antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dengan produsen atau penjual (shani’) dimana barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang jelas. Ishtishna memiliki perbedaan dengan salam. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera, sedangkan pada ishtishna pembayarannya boleh diawal, ditengah atau diakhir, baik sekaligus (lump sum) ataupun secara bertahap (muajjal). d. Pembiayaan dengan prinsip sewa Pembiayaan dengan prinsip sewa dibagi menjadi dua yaitu: pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya biltamlik/wa iqtina. Menurut
fatwa
Dewan
Syari’ah
Nasional
No:9/DSN/MUI/IV/2000 bahwa ijarah adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat atas serta barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Ijarah muntahia bittamlik merupakan kombinasi antara sewamenyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah diakhir masa sewa.
Dalam ijarah muntahia bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu cara berikut Karim (2004:139): 1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang akan disewakan tersebut pada akhir masa sewa 2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
C. Simpanan (Dana Pihak Ketiga) Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan itu”. Secara umum yang dimaksud dengan simpanan adalah jumlah keseluruhan dana yang dihasilkan dari berbagai produk penghimpunan dana seperti giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan dan deposito mudharabah. Adapun pengertian giro, deposito, dan tabungan menurut syariah adalah sebagai berikut:. a. Giro Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan. Giro yang dijalankan berdasarkan dua prinsip yaitu giro wadiah dan giro mudharabah. Giro wadiah merupakan giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki (Karim:2004:291). Giro
wadiah
juga
terbagi
menjadi
dua
bagian
(Slamet
Wiyono:2005:68), pertama Wadiah Yad Al Amanah. Prinsip ini merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika dalam selama penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titpan tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya titpan. Kedua, Wadiah Yad Ad Dhamanah yang merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Giro yang kedua adalah giro mudharabah, yang dimaksud dengan giro mudharabah
adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad
mudharabah, baik mudharabah mutlaqah maupun mudharabah muqayyadah (Karim:2004:294). b. Tabungan Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan yang dijalankan berdasarkan dua prinsip, pertama tabungan wadiah dan kedua tabungan mudharabah. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Sedangkan tabungan mudharabah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, bahwa mudharabah terbagi kedalam dua bagian yaitu mudharabah mutlaqah maupun mudharabah muqayyadah (Karim:2004:265). c. Deposito Syariah Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dan bank. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No:9/DSN/MUI/IV/2000, bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dahlan Siamat (2004:118) berpendapat bahwa sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal dibandingkan sumber dana lainnya. Namun, keuntungan bagi bank
adalah penyediaan liquiditas untuk kebutuhan penarukan dana ini hampir dapat diprediksi secara akurat.
D. Modal Sendiri Secara
tradisional,
menurut
Zainul
Arifin
(2005:135)
modal
didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan nilai buku dari kewajiban (liabilities). Menurut Johnson and Johnson seperti yang dikutip oleh Zainul Arifin (2006:136) modal bank mempunyai tiga fungsi yaitu pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Kedua, sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum oemberian kredit. Ketiga, modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para pertisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Dahkan Siamat (2004:99) modal bank memiliki tiga fungsi yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan, dan fungsi pengamanan dan pengaturan. Keseluruhan fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Memberikan perlindungan kepada nasabah b. Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank c. Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris d. Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
f. Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank g. Sebagai indikator kekayaan bank h. Meningkatkan effisiensi operasional bank Modal terdiri atas dua bagian yaitu modal inti (primary capital) dan modal pelengkap (secondary capital). Dalam penelitian ini hanya akan membahas tentang modal sendiri yang terdiri beberapa komponen yaitu (Lukman Dendawijaya:2001:46-47): a. Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi bank yang berbadan hokum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. b. Agio saham Agio saham adalah selisih lebih setoranmodal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Cadangan umum Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-massing. d. Cadangan tujuan Cadangan umum adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
e. Laba ditahan Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. f. Laba tahun lalu Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. g. Laba tahun berjalan Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank dan
lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. Menurut Siamat (1993), Rose dan Kolari (1995), Syafi’i Antonio (2001), Suyatno (2001), Muhammad (2002), Sudarsono (2003) dan Karim (2004) salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan (loan) adalah modal sendiri, sehingga semakin besar sumber dana (simpanan) yang ada maka bank akan dapat menyalurkan pembiayaan semakin besar pula (Priatin dan Adnan:2005:38).
E. Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) merupakan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh debitur pada suatu jenis pembiayaan tertentu. Lukman Dendawijaya (2001:86) memberikan pengertian tentang Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) yaitu kredit-kredit yang kategori kolektibilitasnya masuk dalam kriteria kurang lancar (substandar), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Dahlan Siamat (2004:174) memberikan pengertian kredit bermasalah sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur. Tingkat Non Performing Financing (NPF) pada suatu bank dapat dilihat dari kualitas aktiva produktif. Pengertian kualitas menurut Dahlan Siamat (2004:135) dimaksudkan sebagai keadaan pembayaran pokok atau
angsuran pokok dan bunga kedit atau bagi hasil pembiayaan oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali yang ditanamkan dalam suratsurat berharga atau sering disebut juga dengan istilah kolektibilitas. Penilaian kolektibilitas pembiayaan diolongkan kedalam lima kelompok yaitu lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandar), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Adapun kategori kolektibilitas kredit bermasalah terdiri dari tiga bagian sebagai berikut (Lukman Dendawijaya:2001:86): a. Kurang lancar (substandar) Kredit pembiayaan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan. b. Diragukan (doubtful) Kredit pembiayaan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali lipat dari jadwal yang telah diperjanjikan. c. Macet (loss) Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. Menurut Rose-Kolari faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan yang buruk ini antara lain karakter buruk peminjam, adanya praktek kolusi dalam pencarian pembiayaan, kelemahan manajemen, pengetahuan dan
keterampilan, dan perubahan kondisi lingkungan. Untuk menekan atau meminimalkan tingkat NPF ini perlu dilakukan analisis pembiayaan (Priatin dan Adnan:2005:38). Menurut Dahkan Siamat (2004:175-177) faktor-faktor penyebab kredit bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah kebijakan pembiayaan yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur pembiayaan, lemahnya sistem administrasi dan pengawasan pembiayaan, lemahnya sistem informasi pembiayaan, dan itikad kurang baik dari pihak bank. Dari faktor eksternal yang menyebabkan pembiayaan bermasalah adalah penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit atau tingkat mark up keuntungan, pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur, kegagalan usaha debitur, dan debitur mengalami musibah. Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa sebagai berikut (Lukman Dendawijaya, 2001:86): 1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. 2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (bad debt ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisiahan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR (Capital Adequacy Ratio). 4. Return on assets (ROA) mengalami penurunan. 5. Sebagai akibat dari komplikasi tersebut adalah menurunnya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings, Liquidity). Menurut
Priatin dan Adnan (2005:38) semakin ketat kebijakan
kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan manajemen bank (semakin ditekan tingkat NPL) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan oleh masyarakat turun. Hal ini disebabkan karena waktu proses pembiayaan yang cukup lama, analisis pembiayaan yang mendalam, bahkan ada calon nasabah yang merasa privasinya terganggu karena adanya analisis karakter yang mendalam, sehingga mereka merasa lebih baik meminjam (pindah) ke bank lain yang lebih lunak dalam melakukan analisis pembiayaan/kebijakan kredit. Menurut Siamat (1993), Rose dan Kolari (1995), Syafi’i Antonio (2001), Suyatno (2001), Muhammad (2002) dan Karim (2004) pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan sebaliknya (Priatin dan Adnan:2005:38).
F. Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan a. Penetapan Margin Keuntungan Menurut Karim (2004:253) margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin keintungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Menurut syari’at, keuntungan margin dalam perdagangan itu tidak dibatasi oleh hitungan persentase, tetapi tergantung pada permintaan dan penawaran (supply and demand) banyak atau sedikitnya. Tetapi dianjurkan bagi seoranga muslim , baik seorang pedagang atau bukan untuk memberi kemudahan dan toleransi dalam jual beli, tidak terlalu tinggi dalam mengejar keuntungan serta hendaklah hak-hak ukhuwah Islamiyah senantiasa sijunjung tinggi. Hal ini didasarkan pada perintah nabi
Muhammad
SAW
untuk
sikap
toleran
dalam
bermu’amalah.Qhardawi mengatakan bahwa menjual kredit dengan menaikkan harga diperkenankan. Rasullullah s.a.w sendiri pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo untuk nafkah keluarganya. Jumhur (mayoritas) ulama membolehkan jual beli kredit ini, karena pada asalnya boleh dan nash yang mengharamkannya tidak ada. Jual beli kredit tidak bisa dipersamakan dengan riba dari segi manapun. Oleh karena itu, seorang pedagang boleh menaikkan harga
menurut yang pantas, selama tidak sampai kepada batas pemerkosaan dan kezaliman (Syahrir:2006:27). Bank syariah menetapkan margin keuntungan terhadap produkproduk pembiayaan yang berbasis Natural Centainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna. Adapun penetapan besarnya margin keuntungan dilakukan dengan referensi margin keuntungan,
yaitu margin keuntungan
yang
ditetapkan rapat ALCO (Assets and Loan Commitment) bank syariah. Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul
dan
saran
dari
tim
ALCO
bank
syariah
dengan
mempertimbangkan beberapa hal ini (Karim:2004:254-255): a. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR Yang dimaksud dengan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syari’ah, atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank syari’ah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung, atau tingkat margin keuntungan bank syari’ah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat.
b. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan nasional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvesional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvesional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak lansung terdekat. c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI) Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga. d. Acquiring Cost Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang lansung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. e. Overhead Cost Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. Karim (2004:253) berpendapat bahwa tingkat biaya pembiayaan (margin keuntungan) berpengaruh terhadap jumlah permintaan pembiayaan syariah. Bila tingkat margin keuntungan lebih rendah
daripada rata-rata suku bunga perbankan nasional, maka pembiayaan syariah semakin kompetitif. b. Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Menurut Karim (2004:260), bank syariah menerapkan nisbah bagi hasil terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC), yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount)
maupun
waktu
(timing),
seperti
mudharabah
dan
musyarakah. Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan mempertimbangkan referensi tingkat (margin) keuntungan dan perkiraan tingkat keuntungan bisnis/proyek yang dibiayai. Adapun referensi tingkat (margin) keuntungan adalah Referensi tingkat (margin) keuntungan yang ditetapkan oleh rapat ALCO. Sedangkan perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyek yang dibiayai dihitung dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan, lama cash to cash cycle (seperti lama proses barang, persediaan dan piutang), perkiraan biaya-biaya langsung, perkiraan biaya-biaya tidak langsung, dan delayed faktor. Karim (2004:253) berpendapat bahwa tingkat bagi hasil kepada dana
pihak
ketiga
berpengaruh
terhadap
jumlah
permintaan
pembiayaan syariah. Bila tingkat bagi hasil kepada dana pihak ketiga lebih besar daripada rata-rata suku bunga perbankan nasional, maka
pembiayaan
syariah
semakin
kompetitif
dengan
bank-bank
konvesional.
G. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menganalisis pengaruh simpanan. modal sendiri, non performimg financing, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini didasarkan atas pendapat Rose-Kolari dalam Priatin dan Adnan (2005:36) yang menyebutkan bahwa simpanan dan ekuitas dapat digunakan untuk pembiayaan sebagai faktor efisiensi penggunaan sumber daya. Prosentase bagi hasil sebagai factor yang menunjukan tingkat kompetisi dari lembaga keuangan (bank), dan Non Performing Financing sebagai faktor pengendalian biaya dan posis resiko.
Untuk mengurangi heterogenitas, semua data variabel baik
variabel terikat maupun variabel bebas dibuat menjadi skala rasio perbandingan terhadap total aktiva kecuali data tingkat NPF dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan. Setelah data dibuat skala rasio prosentase, maka dilakukan uji stasioneritas data dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika ada data variabel
yang tidak stationer, maka
dilakukan pembedaan tingkat pertama (first differencing). Kemudian data-data variabel yang telah stationer diuji dengan pengujian kointegrasi untuk melihat apakah variabel-variabel bebas memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang dengan variabel terikat yaitu pembiayaan. Hubungan keseimbangan jangka panjang ini dilihat dari nilai residual pada output uji Augmented
Dickey Fuller (ADF) apakah signifikan atau tidak. variabel terikat yaitu pembiayaan. Jika terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel terikat dengan variabel bebas, maka dilakukan pengujian model koreksi kesalahan atau Error Correction Model untuk melihat hubungan jangka pendeknya. Dari output hasil analisis Error Correction Model, maka dapat dilihat variabel bebas manakah yang memiliki hubungan jangka pendek secara signifikan dengan variabel terikat yaitu pembiayaan dengan menggunakan kriteri uji t, uji F serta melihat koefisien error correction term apakah signifikan atau tidak.
Simpanan
Modal Sendiri Pembiayaan Non Performing Financing
Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Pada penelitian ini hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho : βi = 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan. H1 : βi ≠ 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan.
I. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Maryanah tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Syariah Mandiri” menunjukan bahwa dalam jangka panjang variabel Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan bagi hasil dengan peningkatan sebesar 2,639%. Dalam jangka pendek variabel Dana Pihak Ketiga tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel pembiayaan bagi hasil. Variabel kedua yaitu profit (keuntungan) mempunyai pengaruh terhadap variabel pembiayaan bagi hasil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek pembiayaan bagi hasil akan mengalami peningkatan sebesar 1,276% sedangkan dalam jangka panjang sebesar 0,273%. Variabel ketiga yaitu Non Performing Financing (NPF) mempunyai
pengaruh baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hanya saja hal ini bertentangan dengan teori yang ada, karena tingkat NPF seharusnya mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan bagi hasil. Pratin dan Akhyar Adnan (2005) melakukan penelitian tentang “Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Loan, Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan Terhadap Pembiayaan” dari Desember tahun 2001 sampai September 2004. Hasilnya menunjukan bahwa simpanan secara parsial (uji t) mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pembiayaan dengan koefisien signifikan sebesar 0.000. Variabel modal sendiri (ekuitas) secara parsial mempunyai hubungan positif secara tidak signifikan terhadap pembiayaan. Hubungan yang tidak signifikan ini antara lain disebabkan karena ekuitas digunakan sebatas penghitungan CAR dan bank merupakan lembaga leverage. Secara parsial variabel NPL mempunyai hubungan positif tidak signifikan terhadap pembiayaan. Hal ini disebabkan karena permintaan pembiayaan yang cukup tinggi di bank syariah. Secara parsial variabel margin mempunyai hubungan negatif tidak signifikan terhadap pembiayaan. Ketidaksignifikanan ini disebabkan karena sebagian nasabah adalah syariah minded, penetapan margin mengacu tingkat suku bunga rata-rata perbankan, dan permintaan pembiayaan yang cukup tinggi di bank syariah. Penelitian Mohamad Hasyim Asy’ari tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah” pada tahun 2004 dengan variabel-variabel sebagai berikut:
suku bunga rata-rata pinjaman,
bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), jumlah uang beredar dan dana pihak ketiga. Setelah diuji secara simultan, ternyata keempat variabel tersebut signifikan mempengaruhi tingkat pembiayaan dengan nilai signifikan sebesar 8,723 dimana nilai F tabel sebesar 2,61. Setelah diuji secara parsial atau uji t menunjukan bahwa hanya variabel dana pihak ketiga yang secara signifikan mempengaruhi tingkat pembiayaan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Kurniawan (2001:61) menunjukan bahwa suku bunga pinjaman mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap penyaluran dana kredit usaha kecil oleh bank-bank di Indonesia, sementara kurs dan inflasi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap penyaluran dana kredit usaha kecil (Priatin dan Adnan:2005:39). Penelitian yang dilakukan oleh Vina Kharisma Dewi tentang “Analisis Perhitungan Risiko Pembiayaan dengan Menggunakan Metode Pendekatan Internal dan Standar (Studi Kasus Bank Syariah X)” tahun 2005 mempunyai beberapa kesimpulan. Diantaranya besarnya tingkat nilai risiko pembiayaan pada Bank Syariah X jika ditinjau dari nilai VAR adalah bahwa pembiayaan dengan pola murabahah lebih aman dibandingkan dengan pola istishna’. Besarnya persentase nilai VAR yaitu pembiayaan murabahah 0,222% dan pembiayaan istishna 8,025%.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menganalisis pengaruh simpanan. modal sendiri, Non Performing Financing, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri dengan jangka waktu penelitian dari Januari 2003 sampai Desember 2006.
B. Metode Penentuan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Time Series (Runtun Waktu). Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri. Pertimbangan dipilihnya Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian karena Bank Syariah Mandiri merupakan bank umum syariah yang memiliki asset lebih tinggi dibandingkan dengan bank umum syari’ah lainnya. Dengan asset yang tinggi, Bank Syariah Mandiri lebih leluasa untuk melakukan pembiayaan dan lebih liquid dalam memenuhi kewajibannya terutama kewajiban dalam jangka pendek.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data ini diambil dari data laporan keuangan Bank Syariah Mandiri seperti laporan neraca, laporan laba rugi dan kualitas aktiva produktif secara bulanan dari
periode Januari 2003 sampai Desember 2006 dengan mengakses website www.syariahmandiri.co.id dan www.bi.go.id. Secara rinci, data-data yang digunakan dalam penelitian yaitu: a. Data mengenai jumlah total dana simpanan atau dana pihak ketiga diperoleh dari data laporan keuangan (neraca) Bank Syariah Mandiri giro
wadiah,
tabungan
mudharabah,
dan
deposito
berjangka
mudharabah. b. Data mengenai jumlah total modal sendiri yang diperoleh dari data laporan keuangan (neraca) dalam bentuk modal ekuitas. c. Data mengenai tingkat Non Performing Financing (NPF) yang diperoleh dari laporan keuangan yaitu perhitungan rasio keuangan dalan bentuk rasio NPF. d. Data mengenai tingkat prosentase margin keuntungan dan bagi hasil diperoleh dari laporan keuangan (rugi laba) dalam bentuk pendapatan margin dan bagi hasil dibagi jumlah pembiayaan rata-rata sederhana. Perhitungan ini diadopsi dari penentuan tingkat bunga dengan pendekatan biaya dana pinjaman (cost of loanable fund).
Sehingga pada bank syari’ah menjadi:
Jumlah pembiayaan rata-rata sederhana diperoleh dari jumlah pembiayaan seperti tercantum pada laporan keuangan periode tersebut ditambah jumlah pembiayaan pada laporan keuangan periode sebelumnya, hasilnya dibagi dua. e. Data mengenai jumlah pembiayaan diperoleh dari laporan keuangan bulanan Bank Syariah Mandiri. Sumber lain yang digunakan dalam penelitian ini berupa literaturliteratur seperti buku-buku, jurnal, dan majalah yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
D. Metode Analisis 1. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh simpanan. modal sendiri, Non Performing Financing, prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan terhadap pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri. Model koreksi kesalahan (Error Correction Model) menurut Nachrowi dan Usman (2006:371) adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang
yang diperkenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger. ECM merupakan salah satu bentuk model linier dinamis yang menjelaskan gambaran jalur waktu atau time path nilai regressan dan hubungannya dengan nilai sebelumnya (lagged) dengan alasan sebagai berikut (Jonni dkk :2005 :225-227): 1. Alasan Psikologis Perilaku konsumsi masyarakat mungkin tidak merubah pada perubahan harga dan pendapatan karena proses perubahan konsumsi mempengaruhi utilitas. Berdasarkan alasan waktu, masyarakat dapat belajar dari pengalaman mengkonsumsi periode sebelumnya karena perubahan harga dan pendapatan tersebut belum tentu permanen atau sementara. 2. Alasan Teknis Misalkan harga rekatif modal terhadap tenaga kerja turun, pergantian tenaga kerja dengan modal secara ekonomis adalah layak. Akan tetapi jika harga modal turun secara temporer maka perusahaan mungkin tidak mengganti tenaga kerja karena pengetahuan tidak sempurna menghitung lag. 3. Alasan Kelembagaan Misalkan tenaga kerja kontrak mungkin mencegah perusahaan untuk mengganti tenaga kerja atau bahan baku terhadap faktor produksi lain.
Persamaan ECM dalam jangka pendek sebagai berikut: D log Pt a0 a1 D log DPK t a 2 DEKU t a3 DNPFt a 4 D log PBM t a5 t 1 et
Dimana : P
= Pembiayaan
DPK
= Simpanan atau Dana Pihak Ketiga
EKU
= Modal sendiri atau ekuitas
NPF
= Non Performing Financing
PBM
= Prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan
a1, a2, a3, a4 = Koefisien jangka pendek DXt
= Xt - Xt-1
μt-1
= Pt-1 – β0 – β1DPKt-1 – β2EKUt-1 + β3NPFt-1 + β4PBMt-1
Persamaan ECM dalam jangka panjang dapat dinotasikan sebagai berikut :
log Pt a0 a1 log DPK t a2 EKU t a3 NPFt a 4 log PBM t et
2. Uji stasioneritas Menurut Terry & Keith (Komariyah:2005:48) stationarity ini ditujukan dari stabilnya nilai mean dan variance. Data time series dikatakan stationer jika mean tersebut konstan, variancenya konstan dan covariancenya tetap sama dalam berbagai lag dan waktu observasi.
Uji stasioneritas data ini menggunakan uji unit root. Uji unit root merupakan pengujian yang diperkenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Dari uji ini diketahui nilai critical value (CV) dan uji ADF Test. Jika nilai critical value lebih besar dari nilai ADF Test maka data dikatakan stasioner, jika tidak sebaliknya. Untuk data yang tidak stasioner maka dilakukan pembedaan tahap pertama (first difference). Dalam uji ADF kita dapat memilih tiga model, pertama model dengan intercept dan trend, kedua model yang hanya menggunakan intercept saja, dan ketiga model yang menggunakan tanpa intercept dan trend.
3. Pengujian Kointegrasi Menurut Jonni dkk (2005 :325) kointegrasi merupakan dua atau kebih
variabel
yang
dinyatakan
berkointegrasi
bila
mempunyai
keseimbangan atau hubungan jangka panjang. Dengan kata lain, pengujian ini untuk melihat apakah variabel-variabel yang diamati mempunyai hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Keseimbangan jangka panjang tersebut dilihat dari signifikannya residual pada output uji Augmented Dickey Fuller.
4. Uji t Uji t-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (Nugroho:2005:54). Nilai dari uji t-test dapat dilihat pada
masing-masing variabel independen, jika thitung > ttabel dengan taraf nyata 5% maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Ho : βi = 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan secara parsial. H1 : βi ≠ 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan secara parsial.
5. Uji F Uji F diperuntukan guna melakukan uji hipotesis koefisien (slope) regresi secara bersamaan (Nachrowi dan Usman:2006:355). Hasil F-test menunjukan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, jika Fhitung > Ftabel maka H0 diolak dan H1 diterima. F tabel dihitung dengan ketentuan degree of freedom (df)= n-k-1, dimana k adalah jumlah variabel dependen dan independen.
Ho : βi = 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan secara simultan.
H1 : βi ≠ 0 : Variabel simpanan, modal sendiri, NPF, dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan secara simultan.
6. Uji koefisien determinasi (R2) Koefisien dterminasi (Goodness of fit), yang dinotasikan dengan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya (Nachrowi dan Usman:2006:20).
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel dependen (Y) Variabel dependen dari penelitian ini adalah pembiayaan dengan skala rasio. 2. Variabel independen (X) a. Simpanan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan itu. Skala yang digunakan adalah skala rasio.
b. Modal sendiri (ekuitas) Modal didefinisikan sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan. Modal ini merupakan jumlah modal disetor, agio saham, dan cadangan-cadangan. Skala yang digunakan adalah skala rasio. c. Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan yang buruk yaitu pembiayaan yang tidak tertagih. Nilai NPF ini merupakan jumlah dari pembiayaan kurang lancar (substandar), diragukan (doubtful), dan macet (loss) pada kualitas aktiva produktif. Skala yang digunakan adalah skala rasio. d. Prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan 1) Prosentase bagi hasil Prosentase nisbah bagi hasil ditetapkan terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC. 2) Prosentase margin keuntungan Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin keintungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Skala yang digunakan pada variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan adalah skala rasio.
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah. PT. Bank Susila Bakti yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero). PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero). PT
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
2. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri a. Pendanaan (Funding) Produk pendanaan atau penghimpunan dana (funding) yang dilakukan Bank Syariah Mandiri adalah tabungan, deposito, giro dan obligasi. 1) Tabungan Jenis-jenis tabungannya antara lain yaitu Tabungan Berencana BSM, Tabungan Simpatik BSM, Tabungan BSM, Tabungan BSM Dollar, Tabungan Mabrur BSM, Tabungan Kurban BSM, dan Tabungan BSM Investa Cendekia.
2) Deposito Deposito Bank Syariah Mandiri terdiri dari Deposito BSM dan Deposito BSM Valas. 3) Giro Giro Bank Syariah Mandiri terdiri dari Giro BSM EURO, Giro BSM, Giro BSM Valas, dan Giro BSM Singapore Dollar. 4) Obligasi Obligasi ini dikenal dengan obligasi BSM Syariah Mudharabah. b. Pembiayaan (Financing) Pembiayaan yang dilakukan Bank Syariah Mandiri diantaranya adalah Pembiayaan Resi Gudang, Pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk
Para
Anggotanya
(PKPA),
Pembiayaan
Edukasi
BSM,
Pembiayaan Implan, Pembiayaan Dana Berputar, Pembiayaan Griya BSM, Gadai Syariah Mandiri, Pembiayaan Mudharabah BSM, Pembiyaan Musyarakah BSM, Pembiayaan Murabahah BSM, dan Pembiayaan Talangan Haji BSM. c. Jasa (Services) 1) Jasa Produk BSM Card, Sentra Bayar BSM, BSM SMS Banking, BSM Mobile Banking GPRS, Jual Beli Valas BSM, Bank Garansi BSM, BSM Electronic Payroll SKBDN BSM, BSM Letter of Credit, dan BSM SUH (Saudi umrah & Haj Card).
2) Jasa Operasional Layanan Kiriman Uang Domestik dan Luar Negeri Western Union, Kliring BSM, Inkaso BSM, BSM Intercity Clearing, BSM RTGS (Real Time Gross Settlement), Transfer Dalam Kota (LLG), Transfer Valas BSM, Pajak Online BSM, Pajak Import BSM, Referensi Bank BSM, dan BSM Standing Order. 3) Jasa Investasi Jasa investasi Bank Syariah Mandiri adalah reksa dana yang dikenal dengan nama Reksa Dana BSM Investa Berimbang.
B. Hasil Analisa dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan software Eviews 5.0. Analisis deskriptif ini untuk mengetahui nilai mean, nilai median, nilai minimum dan nilai maksimum dari variable yang diamati. 1) Pembiayaan Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata pembiayaan pada Bank Syariah Mandiri sebesar 4.528.570 atau sekitar 4,5 triliun rupiah. Dan nilai median pada pembiayaan sebesar 5.346.440 atau sekitar 5,3 triliun rupiah yang mempunyai arti bahwa pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah Madiri sebesar 5,3 triliun rupiah diatas 50%. Jumlah pembiayaan tertinggi sebesar 7.448.333 atau 7.4 triliun rupiah pada
bulan November 2006. sedangkan terendah pada bulan Januari 2003 sebesar 1.126.980 atau 1.12 triliun rupiah.
Tabel 4.1 Jumlah Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (Dalam Jutaan Rupiah) 2003 2004 2005 2006 1.126.980 1.173.567 1.236.616 1.348.028 1.409.696 1.452.874 1.500.495 1.588.917 1.602.095 1.704.911 1.996.502 1.987.309
2.235.799 2.339.318 2.763.121 3.144.583 3.348.751 3.762.783 4.033.066 4.476.058 4.875.793 4.884.927 5.088.139 5.253.519
5.439.360 5.681.704 6.100.193 6.242.956 6.407.558 6.045.030 6.128.956 6.145.914 5.948.969 5.902.095 5.654.939 5.866.876
5.630.028 5.829.111 6.237.920 6.419.049 6.716.757 6.978.622 7.015.759 7.140.364 7.223.766 7.418.505 7.448.333 7.414.757
Mean
Median
Maximum
Minimum
4.528.570
5.346.440
7.448.333
1.126.980
Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah.
Tabel 4.1 menunjukan bahwa secara keseluruhan pembiayaan Bank Syariah Mandiri meningkat dari tahun ke tahun. Misalnya jumlah pembiayaan akhir bulan Desember tahun 2004 sebesar 5,25 triliun rupiah lebih besar dibandingkan dengan bulan Desember akhir tahun 2003 sebesar 1,98 triliun rupiah. Peningkatan pembiayaan Bank Syariah Mandiri dari tahun ke tahun disebabkan oleh jumlah pembiayaan yang semakin membesar. Dalam situs resmi Bank Syariah Mandiri (www.syariahmandiri.co.id),
tahun 2004 Bank Syariah Mandiri menerima dana sebesar Rp 250 milyar dari Surat Utang Pemerintah (SUP) yang akan disalurkan untuk kredit Usaha Kecil Menengah (UKM). Selain itu, Bank Mandiri Syariah dipastikan akan membiayai seluruh pembangunan kebun rakyat di Tapanuli Selatan, Sumut, yang merupakan mitra usaha PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) dengan tahap awal senilai Rp 90 miliar untuk membuka sekitar 6.000 hektare kebun sistem plasma. Tahun 2005 Bank Syariah Mandiri telah memberikan pembiayaan
pertambangan
sebanyak
Rp
211,577
miliar
dan
pembiayaan perumahan dan properti berakad murabahah senilai Rp 260,86 miliar dengan dominasi pasar menengah dan kecil. Tahun 2006 Bank Syariah Mandiri menyalurkan dana pinjaman untuk kepemilikan sepeda motor sebesar Rp 100 miliar kepada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) dan penyaluran pinjaman untuk Federal International Finance sebesar Rp 100 milyar. Selain itu, Bank Syariah Mandiri mengucurkan dana Rp100 miliar untuk mendanai program Arrahn (gadai) untuk usaha mikro kecil atau disingkat Arum. Pada tahun yang sama pula, Bank Syariah Mandiri dipilih menjadi penyalur pembiayaan program Debt for Nature Swap (DNS) senilai Rp 68 miliar dari pemerintah Jerman melalui Kreditansntalt fur Wiederaufbau (KfW) untuk usaha mikro dan kecil.
2) Simpanan atau Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga merupakan dana yang dihimpun bank dari masyarakat baik yang berupa tabungan, giro maupun deposito. Tabel 4.2 menunjukan jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Syariah Mandiri dalam bulanan. Jumlah simpanan yang dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri secara keseluruhan semakin meningkat. Jumlah simpanan akhir bulan Desember 2006 8,25 triliun rupiah lebih besar dibandingkan akhir bulan Desember tahun 2005 sebesar 7,07 triliun rupiah. Pada tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun Bank Syariah Mandiri adalah 4.925.504 atau sekitar 4,9 triliun rupiah. Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Syariah Mandiri 50% diatas 5.947.152 atau sekitar 5,94 triliun rupiah. Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Syariah Mandiri 50% diatas 5.947.152 atau sekitar 5,94 triliun rupiah. Jumlah simpanan terendah Bank Syariah Mandiri terjadi pada bulan Januari tahun 2003 sebesar 1.175.725 atau 1.2 triliun rupiah, sedangkan simpanan tertinggi pada bulan Desember tahun 2006 sebesar 8.259.136 atau 8.26 triliun rupiah. Tingginya minat masyarakat terhadap produk Bank Syariah Mandiri seperti Tabungan BSM dan Deposito BSM menyebabkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Minat masyarakat pun
didorong oleh Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama (MUI) seIndonesia yang menetapkan fatwa bahwa bank, asuransi, pasar modal, pegadaian, koperasi, dan lembaga keuangan lainnya maupun individu yang
melakukan
praktik
pembungaan
adalah
haram
(Zainul
Ali:2008:118). Tabel 4.2 Jumlah Simpanan Bank Syariah Mandiri
Bulan 2003 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Simpanan Bank Syariah Mandiri (Dalam Jutaan Rupiah ) 2004 2005
2006
1.175.725 1.220.376 1.361.569 1.448.543 1.567.729 1.690.811 1.760.749 1.861.106 2.097.687 1.348.297 1.432.254 1.552.912
3.148.980 3.236.286 3.282.854 3.611.716 3.791.712 4.448.185 4.513.330 4.920.183 5.184.425 5.226.604 5.620.259 5.888.102
6.099.715 6.055.059 6.293.803 6.511.357 6.560.243 6.275.478 6.388.336 6.408.626 6.092.547 6.126.716 6.006.201 7.067.757
7.004.617 7.063.061 7.039.882 7.038.801 7.289.531 7.397.275 7.196.053 7.528.498 7.615.263 7.811.085 7.904.774 8.259.136
Mean 4.925.504
Median 5.947.152
Maximum 8.259.136
Minimum 1.175.725
Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah
3) Modal Sendiri Modal sendiri atau ekuitas yang dihimpun Bank Syariah Mandiri pada tabel 4.3 mempunyai rata-rata sebesar 549.406,8 atau sekitar 549 milyar rupiah. Ukuran median menunjukan bahwa modal yang dihimpun bank lebih dari 50% diatas 553.560,5 atau sekitar 553 milyar rupiah. Jumlah modal sendiri terendah terjadi pada bulan
Desember tahun 2003 sebesar 429.925 atau 430 milyar rupiah. Dan jumlah modal sendiri tertinggi adalah 677.035 atau 677 milyar rupiah pada bulan November 2006. Rendahnya modal sendiri pada bulan Desember 2003 disebabkab oleh keuntungan yang diperoleh oleh Bank Syariah Mandiri hanya sebesar Rp 71,5 milyar yang lebioh kecil dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Tabel 4.3 menunjukan jumlah modal sendiri Bank Syariah Mandiri secara bulanan dengan jumlah peningkatan yang relatif signifikan. Jumlah modal sendiri mulai dari bulan September tahun 2004 mencapai angka 505 milyar rupiah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang hanya mencapai angka kurang lebih 400 milyar rupiah. Tabel 4.3 Jumlah Modal Sendiri Bank Syariah Mandiri Bulan 2003 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Modal Sendiri Syariah Mandiri (Dalam Jutaan Rupiah) 2004 2005
2006
437.956 439.816 438.871 443.138 446.337 447.245 443.393 442.776 445.196 444.993 444.524 429.925
450.231 450.502 448.683 454.148 464.995 474.083 482.793 492.650 505.826 515.703 528.992 549.122
557.999 566.287 583.987 596.874 609.333 590.794 621.636 632.546 641.312 635.459 641.261 651.327
652.744 644.518 650.335 656.652 653.406 663.073 668.105 663.692 673.353 664.496 677.035 653.406
Mean 549.406,8
Median 553.560,5
Maximum 677.035
Minimum 429.925
Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah
4) Non Performing Financing Tabel 4.4 menunjukan nilai Non Performing Financing atau kredit macet pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah Mandiri mempunyai
rata-rata
sebesar
0.040584
atau
4,06%.
Median
menunjukan angka sebesar 0.035662 atau 3,6% yang mempunyai arti bahwa tingkat NPF pembiayaan 50% diatas angka 3,5% dari periode data penelitian. Tingkat NPF tertinggi adalah 0.0718 atau 7.18% pada bulan Oktober tahun 2006. Dan tingkat NPF terendah terjadi pada bulan April tahun 2004 sebesar 0.0207 atau 2.07%. Tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai NPF semakin besar terutama pada akhir-akhir bulan pada tahun 2006. Tingginya tingkat NPF merepresentasikan jumlah pembiayaan yang tinggi pula. Misalnya saja, tingkat NPF pada bulan Oktober, November, dan Desember pada tahun 2006 mencapai 7%. Walaupun tingkat NPF sebesar 7% dinilai terlalu tinggi, hal ini belum dapat dijadikan tolak ukur sebagai kelangsungan hidup bagi Bank Syariah Mandiri. Dalam
situs
resmi
Bank
Syariah
Mandiri
www.syariahmandiri.co.id tingginya NPF Bank Syariah Mandiri pada akhir-akhir 2006 disebabkan oleh kondisi perekonomian pada sector riil yang belum benar-benar tumbuh kembali. Efek dari tingginya NPF ini berpengaruh terhadap laba Bank Syariah Mandiri menjadi moderat atau tidak terlalu tinggi.
Tabel 4.4 NPF Bank Syariah Mandiri Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
NPF Syariah Mandiri 2003
2004
2005
2006
0,0321 0,0354 0,0345 0,0338 0,0355 0,0444 0,0596 0,0439 0,0423 0.0358 0.0310 0.0294
0.0311 0.0282 0.0271 0.0207 0.0271 0.0248 0.0230 0.0266 0.0248 0.0251 0.0248 0.0242
0.0278 0.0329 0.0271 0.0345 0.0382 0.0382 0.0573 0.0584 0.0626 0.0500 0.0557 0.0350
0.0458 0.0499 0.0473 0.0456 0.0449 0.0435 0.0467 0.0621 0.0680 0.0718 0.0702 0.0694
Mean 0,040584
Median 0,035662
Maximum 0,071800
Minimum 0,020700
Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah
5) Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan Rata-rata prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan Bank Syariah Mandiri pada tabel adalah 63.754,15 atau sekitar 64 milyar rupiah. Jumlah prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan terendah sebesar 7.948 milyar rupiah pada bulan Desember tahun 2003. Sedangkan jumlah prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan tertinggi adalah 114.843 milyar rupiah pada bulan Desember tahun 2006. Jumlah
prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan
mengalami naik turun dari tahun ke tahun. Namun secara keseluruhan, dari tahun ke tahun jumlah
prosentase bagi hasil dan mark up
keuntungan mengalami peningkatan.
Rendahnya nilai prosentase bagi hasil Bank Syariah Mandiri pada akhir Desember 2003 disebabkab oleh rendahnya tingkat keuntungan yang diperoleh oleh Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 71,5 milyar. Rendahnya keuntungan yang diperoleh ini berpengaruh terhadap rendahnya tingkat prosentase bagi hasil terhadap nasabah.
Tabel 4.5 Nilai Bagi Hasil dan Mark up Keuntungan
Bulan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Prosentase Bagi Hasil dan Mark up Keuntungan (Dalam Jutaan Rupiah) Bank Syariah Mandiri 2003
2004
2005
2006
21.332 21.895 18.264 29.482 26.079 25.407 26.715 29.354 32.488 30.046 31.369 7.948
38.012 34.061 47.834 45.123 43.054 60.602 60.683 69.479 68.528 66.586 70.973 89.924
68.179 70.060 89.314 84.501 80.755 60.991 111.107 79.846 80.663 79.526 80.194 100.262
71.216 77.722 90.430 79.322 90.206 88.121 90.497 88.012 103.707 85.794 99.693 114.843
Mean 63.754,15
Median 69.769,50
Maximum 114.843
Minimum 7.948
Sumber: Laporan Keuangan Bank Indonesia, data diolah
2. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas ini menggunakan uji akar unit (Unit Root Test) untuk melihat apakah data yang digunakan bersifat stationer atau tidak. Jika
data
yang
digunakan
tidak
bersifat
stasioner
maka
akan
mempengaruhi validitas hasil hipotesis yang diambil. Parameter yang
digunakan apakah data bersifat stationer atau tidak dilihat dari output uji akar unit dengan menggunakan taraf nyata 1%, 5% dan 10%. Jika nilai ADF statistik < nilai critical values Mac Kinnon maka data dapat dikatakan stationer. Sedangkan jika nilai ADF statistik > nilai critical values Mac Kinnon maka data tidak stationer.
Tabel 4.6 Hasil Uji Unit Root pada tingkat level Variabel
Lag
Augmented Dickey-Fuller Test Statistic
Pembiayaan
0
-1.830898
DPK
1
-2.881287
1
-6.058158
0
-1.168141
1
-5.672868
Ekuitas
NPF Bagi Hasil dan Mark Up
MacKinnon (1996) Test Critical Values 1% level 5% level 10% level 1% level 5% level 10% level 1% level 5% level 10% level 1% level 5% level 10% level 1% level 5% level 10% level
-3.577723 -2.925169 -2.600658 -3.581152 -2.926622 -2.601424 -3.581152 -2.926622 -2.601424 -3.577723 -2.925169 -2.600658 -3.577723 -2.925169 -2.600658
Keterangan
I (0)
I (0) I (0)
I (0) I (0)
Sumber: Data diolah
Tabel 4.6 merupakan output uji akar unit terhadap kelima data variabel yang digunakan dalam penelitian, variabel ekuitas dan prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan telah bersifat stationer pada taraf nyata 1%, 5%, dan 10% dengan nilai ADF statistik lebih kecil dari
nilai critical values Mac Kinnon. Variabel DPK telah
stasioner hanya pada taraf nyata 10%, sedangkan pada taraf nyata 1%,
5% tidak stasioner. Untuk lebih meyakinkan variabel DPK agar stasioner pada semua taraf nyata, maka dilakukan pembedaan (differencing) tahap pertama. Dua variabel lainnya yaitu pembiayaan dan Non Performing Financing masih belum stationer pada semua taraf nyata sehingga perlu dilakukan pembedaan (differencing) tahap pertama terhadap kedua variabel tersebut. Menurut Komariyah (2005:48) differencing tahap pertama yaitu pengujian derajat integrasi untuk mengetahui pada derajat perbedaan ke berapa data yang diamati akan stationer. Lag yang digunakan maksimum 4 lag, jika lag yang digunakan melebihi 4 lag maka akan mengurangi jumlah data observasi. Tabel 5.2 menunjukan bahwa kedua variabel yaitu pembiayaan dan Non Performing Financing telah stationer pada taraf nyata 1%, 5% maupun 10% dengan differencing tahap pertama.
Tabel 4.7 Hasil Uji Unit Root dengan Pembedaan Pertama Augmented Dickey-Fuller Test Statistic
Variabel
Lag
Pembiayaan
0
-8.222771
DPK
1
-4.814875
NPF
1
-4.346091
Sumber:Data diolah
MacKinnon (1996) Test Critical Values 1% level 5% level 10% level 1% level 5% level 10% level 1% level 5% level 10% level
-3.581152 -2.926622 -2.601424 -3.584743 -2.928142 -2.602225 -3.584743 -2.928142 -2.602225
Keterangan
I(I)
I(I)
I(I)
3. Uji Kointegrasi Pengujian kointegrasi ini menggunakan uji Augmented Dickey Fuller yang bertujuan untuk melihat apakah nilai residual telah stasioner atau tidak. Menurut Nachrowi dan Usman (2006:367) jika data telah stasioner
maka
dipastikan
variabel-variabel
yang
diamati
saling
berkointegrasi dalam kondisi keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium). Saling berkointegrasinya variabel-variabel yang diamati menyimpulkan bahwa regresi tersebut bukanlah regresi palsu (spurious regression) tetapi regresi yang yang terkointegrasi.
Tabel 4.8 Hasil Uji Kointegrasi dengan Pembedaan Pertama Augmented Dickey-Fuller Test Statistic
MacKinnon (1996) Test Critical Values
-8.412371
1% level -3.581152 5% level -2.926622 10% level -2.601424
Keterangan
I(I)
Sumber:Data diolah
Pada tabel 5.3 menunjukan bahwa nilai nilai ADF statistik lebih kecil dari nilai critical values Mac Kinnon pada taraf nyata 5% dan 10%. Hal ini menunjukan bahwa residual stasioner dan variabel terikat berkointegrasi dengan variabel-variabel bebasnya. Dengan adanya kointegrasi antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebasnya, maka dapat
dilakukan
pengujian
dalam
jangka pendek
menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model).
dengan
4. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Jangka Pendek Setelah
dilakukan
pengujian
kointegrasi
untuk
melihat
keseimbangan jangka panjang dari variabel-variabel yang diamati, maka selanjutnya
dilakukan pengujian dalam jangka pendek dengan
menggunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model). Tabel 5.5 menunjukan bahwa nilai error correction term (ECT) telah signifikan pada taraf nyata 5%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model sudah valid dan menunjukan adanya kointegrasi antar variabelvariabel bebas dengan variabel terikatnya.. Menurut pendapat Insukindro (1990:8) seperti yang dikutip oleh Rini (2004:89), dari hasil estimasi ECM dapat diperoleh nilai error correction term (ECT) signifikan secara statistik yang mengindikasikan valid spesifikasi model dan menunjukan adanya kointegrasi antar variabel. Disamping itu nilai R2 tidaklah dijadikan tolak ukur dari pengujian ECM. Ukuran yang paling cocok dalam ECM ditunjukan oleh signifikansi dari error correction term (ECT). T. Parulian Sihombing (2006:85) menjelaskan pula bahwa jika 0 < error correction term (ECT) < 1 dan signifikan secara statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa spesifikasi model adalah sahih dan selaras dengan hasil yang diperoleh dengan regresi kointegrasi.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian ECM Jangka Pendek Dependent Variable: DLOG(PEMBIAYAAN) Method: Least Squares Date: 04/03/08 Time: 13:21 Sample (adjusted): 2 48 Included observations: 47 after adjustments Variable
Coefficient Std. Error
C 0.005047 DLOG(DPK) -0.024089 D(EKUITAS) 0.340501 D(NPF) 0.080760 DLOG(BAGI_HASIL_DAN_M) 0.043502 ECT 0.404662 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.251134 0.159809 0.045699 0.085625 81.54614 1.854858
0.008488 0.066830 1.213318 0.989846 0.021264 0.165390
t-Statistic
Prob.
0.594597 -0.360443 0.280637 0.081589 2.045806 2.446716
0.5554 0.7204 0.7804 0.9354 0.0472 0.0188
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.003021 0.049856 -3.214729 -2.978540 2.749885 0.031216
Sumber: Data diolah
Output hasil pengujian ECM dari table 5.5 adalah sebagai berikut: Estimation Equation: ===================== DLOG(PEMBIAYAAN) = C(1) + C(2)*DLOG(DPK) + C(3)*D(EKUITAS) + C(4)*D(NPF) + C(5)**DLOG(BAGI_HASIL_DAN_MARK_UP) + C(6)**ECT Substituted Coefficients: ===================== DLOG(PEMBIAYAAN) = 0.005047052728 - 0.0240885624*DLOG(DPK) + 0.3405014424*D(EKUITAS) + 0.08076041728*D(NPF) + 0.04350229705**DLOG(BAGI_HASIL_DAN_M) + 0.4046620182**ECT
Keterangan: * = Tidak signifikan ** = Signifikan pada taraf nyata 5%
Berdasarkan pengujian model koreksi kesalahan (ECM) dihasilkan beberapa penjelasan sebagai berikut: a. Variabel DLOG(DPK) Variabel DLOG(DPK) mempunyai nilai thitung sebesar 0.360443 dengan nilai probabilitas >0.05, sedangkan nilai ttabel sebesar 2.0154 yang berarti -0.360443 <2.0154 atau thitung
0.05 dan nilai thitung sebesar 0.280637. Hal ini menunjukan bahwa nilai thitung0.05 dan nilai thitung sebesar 0.081589. Nilai thitung
d. Variabel DLOG(BAGI_HASIL_DAN MARK_UP) Variabel DLOG(BAGI_HASIL_DAN MARK_UP) merupakan satu-satunya variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel DLOG(PEMBIAYAAN) dalam jangka pendek. Kriteria signifikan dari variabel ini dilihat dari nilai thitung> ttabel atau 2.045806>2.0154 dan nilai probabilitas sebesar 0.0472 yang lebih kecil dari 0.05. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. e. Error Correction Term (ECT) Nilai error correction term (ECT) pada tabel 5.5 sebesar 0.404662 berada pada syarat yang ditentukan yaitu 0<ECT<1. Nilai ECT ini mempunyai pengaruh signifikan signifikan terhadap variabel DLOG(PEMBIAYAAN) dengan nilai thitung 2.446716 lebih besar dari nilai ttabel sebesar 2.0154 pada taraf nyata sebesar 5%.
5. Pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) Jangka Panjang Tujuan dari pengujian Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) jangka panjang untuk melihat variabel bebas manakah yang berpengaruh terhadap variabel terikatnya dalam jangka jangka. Dibawah ini merupakan hasil dari pengujian ECM dalam jangka panjang.
Tabel 4.10 Hasil Pengujian ECM Jangka Panjang
Dependent Variable: LOG(PEMBIAYAAN) Method: Least Squares Date: 04/03/08 Time: 13:25 Sample: 1 48 Included observations: 48 Variable
Coefficient
C -0.296383 LOG(DPK) 0.189781 EKUITAS -0.854133 NPF 1.016065 LOG(BAGI_HASIL_DAN_M) -0.022123 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.568387 0.528237 0.065108 0.182281 65.65270 0.803758
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.193922 -1.528366 0.077603 2.445552 0.233224 -3.662289 0.681746 1.490386 0.043897 -0.503978 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.1337 0.0186 0.0007 0.1434 0.6168 -0.301073 0.094793 -2.527196 -2.332279 14.15657 0.000000
Sumber: Data diolah
Dari hasil pengujian
ECM jangka panjang menghasilkan
persamaan sebagai berikut: Estimation Equation: ===================== LOG(PEMBIAYAAN) = C(1) + C(2)*LOG(DPK) + C(3)*EKUITAS + C(4)*NPF + C(5)*LOG(BAGI_HASIL_DAN_MARK_UP) Substituted Coefficients: ===================== LOG(PEMBIAYAAN) = -0.2963831754 + 0.1897810626**LOG(DPK) 0.8541333855**EKUITAS + 1.016064702*NPF 0.0221229265*LOG(BAGI_HASIL_DAN_MARK_UP)
Keterangan: * = Tidak signifikan ** = Signifikan pada taraf nyata 5%
Hasil dari pengujian ECM jangka panjang pada tabel 5.4 menunjukan bahwa variabel DPK dan variabel Ekuitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan. Hal ini dilihat dari nilai thitung sebesar 2.445552 pada variabel DPK yang lebih besar dari nilai ttabel dengan taraf nyata 5% sebesar 2.0154. Variabel ekuitas pun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan dengan nilai thitung sebesar -3.662289 pada taraf nyata 5%. Sementara dua variabel bebas lainnya yaitu variabel NPF dan variabel Bagi Hasil dan Mark Up mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel pembiayaan disebabkan nilai thitung dari kedua variabel tersebut tidak signifikan pada taraf nyata 5%. Nilai Fhitung dari output tabel 5.4 sebesar 14.15657 dengan nilai probabilitas 0.000000. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, maka nilai Fhitung tersebut dibandingkan dengan nilai Ftabel sebesar 2.61 pada derajat penyebut 43. Nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabell 14.79780>2.61, maka pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat sangat nyata. Koefisien determinasi sebesar 56,8% yang berarti bahwa variabel-variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikatnya sebesar 56,8% sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
6. Interpretasi Hasil pengujian model koreksi kasalahan (Error Correction Model) jangka pendek pada table 4.9 menunjukan bahwa hanya variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan saja yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan, sedangkan variabel simpanan, modal sendiri, dan Non Performing Financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam jangka pendek. Validnya pengujian ini dilihat dari signifikannya nilai error correction term (ECT) dengan syarat jika nilai error correction term (ECT) 0 < error correction term (ECT) < 1. Pengujian model koreksi kasalahan (Error Correction Model) jangka panjang pada tabel 4.10 memberikan kesimpulan bahwa variabel simpanan dan variabel modal sendiri atau ekuitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap pembiayaan. Sedangkan variabel
Non Performing
Financing dan variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan. Dari pengujian variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pembiayaan dalam jangka pendek disebabkan oleh kepercayaan nasabah terhadap Bank Syariah Mandiri untuk melakukan pembiayaan dalam jangka pendek. Kepercayaan nasabah dalam melakukan pembiayaan jangka pendek karena nasabah lebih bersikap averse to risk atau lebih memilih resiko yang
rendah. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan atas penanggungan resiko yang akan muncul lebih besar. Variabel simpanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam pengujian model koreksi kasalahan (Error Correction Model) jangka panjang. Signifikannya variabel ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rose dan Kolari bahwa salah satu sumber dana yang dapat digunakan untuk pembiayaan salah satunya adalah simpanan. Variabel modal sendiri atau ekuitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam pengujian model koreksi kasalahan (Error Correction Model) jangka panjang. Pengaruh yang signifikan ini memiliki arti bahwa dalam jangka panjang tidak hanya variabel simpanan saja yang dapat dijadikan sebagai sumber dana untuk pembiayaan tetapi ekuitas pun dapat dijadikan sebagai sumber dana untuk pembiayaan. Walaupun pada dasarnya ekuitas digunakan hanya sebatas untuk penghitungan CAR (Capital Adequacy Ratio) sebagai indikator kemampuan penyerapan kerugian dan sebagai batas maksimum pemberian pembiayaan, Bank Syariah Mandiri menjadikan ekuitas ini sebagai tambahan modal untuk pembiayaan. Variabel Non Performing Financing mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel pembiayaan baik dalam jangka maupun dalam jangka panjang dengan pengujian model koreksi kasalahan (Error Correction Model). Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya
bahwa
variabel
Non
Performing
Financing
merupakan
faktor
pengendalian biaya dan posisi resiko dalam pembiayaan. Jika tingkat Non Performing Financing ini ditekan semaksimal mungkin besar kemungkian keuntungan yang diperoleh Bank Syariah Mandiri pun bertambah dengan sedikitnya resiko yang diterima serta secara tidak langsung kepercayaan nasabah pun menjadi bertambah. Menurut Priatin dan Akhyar Adnan (2005:46), mengapa perubahan tingkat Non Performing Loan atau Non Performing Financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama permintaan pembiayaan di bank syariah yang cukup tinggi. Kedua penanganan pembiayaan bermasalah pada bank syariah. Menurut Muhammad (2002:268) dalam Priatin dan Akhyar Adnan (2005:46) penanganan pembiayaan bermasalah khususnya pembiayaan yang diragukan atau macet oleh bank syariah lebih banyak dilakukan dengan cara rescedulling, yaitu menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran, reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha,
dan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam
bentuk pembiayaan al-qardhul hasan, yaitu mengangsur pengembalian pokok saja daripada melakukan eksekusi jaminan. Ketiga kecilnya peluang moral hazard pada bank syariah. Menurut Rose dan Kolari (1995) dalam Priatin dan Akhyar Adnan (2005:47) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan penbiayaan yang buruk antara lain karakter buruk peminjam, adanya praktek kolusi dalam pencairan pembiayaan, kelemahan
manajemen, pengetahuan dan keterampilan, dan perubahan kondisi lingkungan. Sesuai dengan pernyataan Rose dan Kolari, penulis berpendapat kecilnya peluang moral hazard yang terjadi di Bank Syariah Mandiri khususnya umumnya pada bank syariah lainnya disebabkan oleh analisis pembiayaan yang ketat sehingga peluang untuk melakukan moral hazard sangat kecil kemungkinannya. Variabel prosentase bagi hasil dan mark up keuntungan tidak mempunyai pengaruh signifikan dalam pengujian model koreksi kasalahan (Error Correction Model) jangka panjang. Pengaruh yang tidak signifikan ini menurut Priatin dan Akhyar Adnan (2005:45 disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: pertama sebagian besar nasabah syariah minded. Artinya nasabah yang menjadi pelanggan bank syariah adalah pelanggan yang kritis dalam system syariah (syariah minded). Kedua penetapan margin yang mengacu tingkat margin rata-rata perbankan. Tingkat margin yang ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri diusahakan berada dibawah atau minimal setingkat dengan tingkat bunga rata-rata perbankan. Karim (2004:253-254) berpendapat bahwa idealnya bank syariah menerapkan margin keuntungan pembiayaan yang lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvesional, dan penetapan margin keuntungan pada suatu bank syariah antara lain mempertimbangkan tingkat margin keuntungan rata-rata pada pasar perbankan syariah sebagai kompetitor langsung, dan tingkat suku bunga rata-rata pada pasar perbankan konvesional sebagai kompetitor tidak langsung.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN Penelitian mengenai variable-variabel yang mempengaruhi jumlah pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah Mandiri, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Variabel simpanan atau Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh terhadap jumlah pembiayaan Bank Syariah Mandiri hanya dalam jangka panjang sedangkan dalam jangka pendek variabel DPK mempunyai tidak signifikan terhadap variabel pembiayaan. b. Variabel modal sendiri atau ekuitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan dalam jangka panjang sedangkan dalam jangka pendek variabel ekuitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan. Pengaruh signifikan variabel ekuitas pada jangka panjang disebabkab karena Bank Syariah Mandiri menjadikan ekuitas ini sebagai tambahan sumber dana dalam pembiayaan. c. Variabel Non Performing Financing mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap variabel pembiayaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Variabel Non Performing Financing tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pembiayaan disebabkan oleh: pertama tingginya permintaan akan pembiayaan, kedua penanganan pembiayaan bermasalah. Untuk mengatasi hal ini, seyogyanya pihak bank
melakukan rescedulling, yaitu menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran, reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha,
dan pengalihan atau
pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan al-qardhul hasan, yaitu mengangasur pengembalian pokok saja daripada melakukan eksekusi jaminan. Ketiga kecilnya peluang moral hazard pada bank syariah. d. Variabel Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel pembiayaan dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh tingginya kepercayaan nasabah untuk melakukan pembiayaan dengan pihak bank. Sedangkan dalam jangka panjang variabel Prosentase Bagi Hasil dan Mark Up Keuntungan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pembiayaan. Pengaruh yang tidak signifikan dalam jangka panjang disebabkab oleh sebagian besar nasabah syariah minded dan penetapan margin yang mengacu tingkat margin rata-rata perbankan. B. IMPLIKASI Implikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengingat Dana Pihak Ketiga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan dalam jangka panjang, maka penghimpunan Dana Pihak Ketiga harus diusahakan semaksimal mungkin. Berbagai cara untuk menghimpun Dana Pihak Ketiga oleh Bank Syariah Mandiri diantaranya mengembangkan produk-produk inovatif yanf efektif dan efisien bagi para deposan.
b. Ekuitas sebagai ukuran terhadap kebutuhan modal minimum (CAR) harus tetap dipertahankan walaupun dalam jangka panjang variabel ekuitas ini mempuyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan. c. Penetapan tingkat bagi hasil dan mark up keuntungan diusahakan tetap mengacu pada tingkat bunga yang ada di pasar perbankan. d. Tingkat Non Performing Financing sebagai indikator tingkat kesehatan sebuah bank diharapkan memiliki tingakt NPF yang rendah dengan mengacu pada peraturan Bank Indonesia. Salah satunya adalah menerapkan kebijakan kredit atau analisis pembiayaan secara ketat atau sesuai dengan peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Algaoud, L.M.dan M.K.Lewis, “Perbankan Syari’ah Prinsip Praktek Prospek”, Penerjemah Burhan Wirasubrata, Cetakan Kedua, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2004. Amin, Ma’ruf, “Prospek Cerah Perbankan Islam”, Cetakan Pertama, Lembaga Kajian Agama & Sosial, Jakarta, 2007. Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cetakan Ketiga, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2005. Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Cetakan Keempat, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006. Asy’ari, Mohamad Hasyim, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah”, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan”, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001. Dewi, Vina Kharisma, “Analisis Perhitungan Risiko Pembiayaan dengan Menggunakan Metode Pendekatan Internal dan Standar (Studi Kasus Bank Syariah X)”, Tesis Ekonomi keuangan Syariah Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 2005. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 1/DSN-MUI/IV/2000
Harahap, Sofyan Syafri, Wiroso dan Muhammad Yusuf, “Akuntansi Perbankan Syariah”, Edisi Revisi, LPFE Universitas Trisakti, Jakarta, 2006. Hasbi, Hariandy,” Potensi, Eksistensi dan Prospek Perbankan Syariah”, Kerjasama Republika Jabar dengan Himbanas, Jumat, 29 Juli 2005. Manurung, Jonni, Adler Haymans Manurung dan Ferdinand Dehoutama, “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005. Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan”, Edisi ketiga, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006. Khalil, Jafril, “Prinsip Syariah dalam Perbankan”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 20 Agustus-September, Jakarta, 2002. Komariyah, Oom, “Analisis Pengukuran Risiko Harga Saham Syariah dengan Pendekatan Model Variance Covariance dan Historical Simulation”, Tesis PSTTI, UI, 2005. Muhammad, ”Bank Syari’ah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia”, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005. Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah”, UPP Manajemen Perusahan YPKN, Yogyakarta, 2005.
Akademi
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Fakultas Ekonomi Univeritas Indonesia, Jakarta, 2006. Nugroho, Bhuono Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2005. Pramuraharjo, Budi, “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Deposito Pembiayaan dan Liquiditas Perbankan Syariah di Indonesia”, Tesis, PSTTI, UI, 2005. Priatin dan Akhyar Adnan, “Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL, Prosentase Bagi Hasil dan Mark up Keuntungan Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI)”, Edisi Khusus on Finance, Sinergi, Program Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia, 2005. Raharti, Rini, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bunga Nominal Di Indonesia Tahun 1988.1-2000.2”, Javanisi Vol.7 No.1, 2004. Republik Indonesia, “Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan”, Jakarta, 1998. Retnadi, Djoko dkk, “Obligasi Rekapitalisasi Perbankan: Geneologi, Masalah dan Solusi”, Cetakan Pertama, Masyarakat Profesional Madani, Jakarta, 2005.
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Sihombing, T. Parulian, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah”, Jurnal MARKET Volume 5 No. 1 September , 2006. Sjahdeini, Sutan Remy, “Perbankan Syariah Suatu Alternatif Kebutuhan Pembiayaan Masyarakat”, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 20 AgustusSeptember, Jakarta, 2002. Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) September 2007, Direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia, Jakarta, 2007. Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2005. Surbakti, Muhammad Syarif, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Non Performing Financing Studi Kasus Pada Bank Syari’ah “X” Di Jakarta”, Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islami Eksis Vol.1 No.1 Januari 2005/Dsulqa’idah- Dzulhijjah 1425 H, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta 2005. Wiyono, Slamet, “Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasar PSAK dan PAPSI”, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2005. www.bi.go.id www.syariahmandiri.co.id