EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN PERADILAN RAKYAT KARYA PUTU WIJAYA OLEHSISWA KELAS X SMA SWASTA MARISI MEDANTAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh Deby Maria Juliana Purba Drs. Sanggup Barus, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya oleh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan yang berjumlah 109 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X-1 yang berjumlah 36 orang. Dalam menentukan jumlah sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain two group post-test design. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif pilihan berganda. Nilai rata-rata kelas kontrol adalah 64,8 , sedangkan nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 77,7. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji “t”. Dari perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 7,96 selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df = n-1 = 36-1 = 36. Dari df = 35 diperoleh taraf signifikansi sebesar 2,03. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa th > ttabel , yakni 7,96 > 2,03. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya oleh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016. Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, cerpen, unsur intrinsik
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan usaha guru yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk membantu siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Guru memegang peranan penting di dalam kelas dan tidak hanya di dituntut memiliki kemampuan mengajar
1
secara teoretis saja, tetapi juga perlu dibekali kemampuan praktis guna menciptakan pembelajaran efektif dan efisien. Guru sebaiknya menerapkan berbagai pengetahuan yang dimilikinya ke dalam berbagi bentuk pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Hasil belajar pada dasarnya merupakan manifestasi dari pengalaman belajar. Hasil belajar tidak saja berwujud pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar nampak dari kemampuan siswa ketika menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, mengikuti dan berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi, menghasilkan suatu produk dan lain sebagainya. Sementara itu, kualitas belajar diukur dari kemampuan siswa menjawab tes hasil belajar. Apapun bentuk hasil dan kualitas belajar yang diinginkan, semuanya bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran. Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib di Sekolah Menengah Atas, dan menganalisis unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X. Namun pada kenyataannya nilai atau hasil belajar siswa dalam mencapai materi tersebut belum optimal. Pernyataan tersebut didukung oleh Dumeira Sinabutar (2011:59) yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa menemukan unsur-unsur intirinsik dalam cerpen siswa masih kurang. Skor rata-rata yang diperoleh dalam menemukan unsurunsur intirinsik dalam cerpen adalah 63,63. Kemudian Salim (2002) mengemukakan bahwa siswa kurang berminat dalam membaca cerpen sehingga tujuan pembelajaran cerpen tidak tercapai. Berdasarkan
2
kenyataannya 70% siswa kelas X-C di SMAN2 Rawalo kurang berminat membaca cerpen, kurang mampu mengidentifikasi dan menganalisis unsur intrinsik cerpen. Hal tersebut juga disebabkan karena kebanyakan guru dalam pembelajaran cerpen di SMA lebih menyukai dan cenderung memakai metode konvensional, yang lebih menekankan pada proses mendengarkan, mencatat dan mengerjakan tugas. Proses pembelajaran yang monoton memang menimbulkan kejenuhan, kebosanan dan tidak memacu siswa aktif di kelas. Pernyataan Salim (2002) tersebut juga didukung oleh Essoputra (2007:117) yang juga mengatakan kebanyakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA lebih menyukai dan memakai model pembelajaran yang bersifat ceramah, catat, dan tugas padahal teknologi berkembang pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu pencapaian tujuan pembelajaran memerlukan suatu iklim belajar yang kondusif. Iklim belajar yang dimaksudkan adalah kondisi-kondisi belajar yang diciptakan atau dikembangkan oleh guru selama proses pembelajaran melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (dalam Ibrahim, 2002), pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar akademik. Hasil penelitiannya ini menunjukkan bahwa modelmodel pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Berbagai model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satunya adalah Jigsaw. Isjoni (2010:54) menyatakan bahwa model Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong
3
siswa menjadi aktif dan saling membantu dalam menguasai materi untuk mencapai prestasi yang maksimal. Rusman (2010:218) dalam model pembelajaraan kooperatif Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagi materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Pembelajaran kooperatif jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda, tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kemudian hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Metode memegang peranan penting dalam suatu penelitian. Metode penelitian diharapkan dapat menjawab setiap permasalahan yang ada. Berhasil tidaknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh metode yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan metode penelitian yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian ini. Adapun metode yang dianggap tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Eksperimen dilakukan adalah untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:11) yang menyatakan metode penelitian eksperimen semu merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.
4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
1. Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen oleh Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen oleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki nilai rata-rata 77,7, dengan nilai tertinggi adalah 90 dan terendah adalah 60. Siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 11 siswa atau 30,56%, nilai dengan kateori baik sebanyak 16 siswa atau 44,44%, kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 19,44%, dan kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 5,56%. Identifikasi kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada kelas eksperimen di atas termasuk dalam kategori baik. 2. Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen oleh Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen oleh siswa dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori memiliki nilai rata-rata 64,8 dengan nilai tertinggi adalah 80 dan terendah adalah 50. Siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sebanyak 6 siswa atau 16,67%, kategori cukup sebanyak 17 siswa atau 47,22%, kategori kurang sebanyak 10 siswa atau 27,78% dan kategori sangat kurang sebanyak 3 siswa atau 8,33%. Identifikasi kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada kelas kontrol di atas termasuk dalam kategori cukup. 3. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
Tipe
Jigsaw
Terhadap
Berdasarkan uji analisis data normalitas yang diperoleh siswa merupakan data yang berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari uji normalitas data kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerpen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu Lhitung< Ltabel (0,08 < 0,14) dan uji normalitas normalitas
5
data kemampuan menganalisis unsur instrinsik cerpen dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori yaitu Lhitung < Ltabel (0,11 < 0,14). Dari uji homogenitas juga terbukti bahwa sampel penelitian ini berasal dari popoulasi yang homogen. Nilai uji homogenitas yaitu, Fhitung < Ftabel yakni 1,07 < 1,78. Setelah data terbukti normal dan homogen maka uji hipotesis dapat dilakukan. Dalam pembahasan sebelumnya telah diperoleh th= 7,36
yang selanjutnya
dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = n-1. Oleh karena th yang diperoleh lebih besar dari ttabel, yaitu 7,36 > 2,03 maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya.
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen oleh Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen oleh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan tahun pembelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memperoleh nilai rata-rata sebesar 77,7. Siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 11 siswa atau 30,56%, nilai dengan kateori baik sebanyak 16 siswa atau 44,44%, kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 19,44%, dan kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 5,56%. Identifikasi kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada kelas eksperimen di atas termasuk dalam kategori baik dan telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku pada sekolah tersebut yaitu 75. Peneliti
menjelaskan
bahwa
ketika
melakukan
pembelajaran
dengan
menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw, peneliti memberi siswa 20 butir soal tes pilihan berganda dengan pengklasifikasian sebagai berikut, 3 soal mengenai tema, 3
6
soal mengenai alur, 3 soal mengenai latar, 5 soal mengenai penokohan, 1 soal mengenai sudut pandang, 2 soal mengenai amanat dan 3 soal mengenai gaya bahasa dan dengan perhitungan jika siswa menjawab benar satu soal maka mendapatkan skor 5. Siswa menjawab tes kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen tersebut setelah melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dan berdasarkan hasil nilai rata-rata dengan dilakukannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tersebut, siswa dapat dikatakan mampu memenuhi indikator pembelajaran.
2. Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen oleh Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori Pada kelas kontrol model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran ekspositori dengan materi yang sama yaitu menganalisis unsur intrinsik cerpen. Setelah melakukan langkah-langkah model pembelajaran ekspositori, siswa pada kelas kontrol juga diberikan tes yang sama dengan siswa pada kelas eksperimen. Dan setelah melakukan penilaian peneliti mendapatkan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori adalah 64,8. Dengan rincian, siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sebanyak 6 siswa atau 16,67%, kategori cukup sebanyak 17 siswa atau 47,22%, kategori kurang sebanyak 10 siswa atau 27,78% dan kategori sangat kurang sebanyak 3 siswa atau 8,33%. Identifikasi kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada kelas kontrol di atas termasuk dalam kategori cukup namun belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah tersebut. 3. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Lebih besarnya nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
7
merupakan salah satu alasan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori. Adanya perbedaan yang signifikan dalam
dikarenakan selama pembelajaran berlangsung dengan model
pembelajaran tersebut, siswa berperan lebih aktif. Melalui pembagian kelompok dan sistem tim ahli yang ada dalam model pembelajaran kooperatif ini menjadikan siswa merasa lebih bertanggung jawab untuk menguasai materi yang telah dipercayakan kepadanya. Masing-masing siswa juga menjadi lebih serius berbagi ilmu di kelompok ahli agar ketika mereka kembali ke kelompok asal mereka dapat menyalurkan atau membagikan pengetahuan yang mereka peroleh dari kelompok ahli. Model pembelajaran ini juga membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam hal sosial misalnya membangun rasa percaya diri siswa karena setiap siswa dipercayakan sebuah materi yang berbeda sehingga tidak hanya siswa yang tergolong pintar saja yang berperan, namun semua anggota kelompok. Dan setelah melakukan prosedur penelitian, mulai dari uji normalitas, uji homogenitas hingga pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan secara pasti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen. Dilihat dari data kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa di kelas eksperimen dan data kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa di kelas kontrol merupakan data yang berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari uji normalitas data hasil kemampuan pada kelas eksperimen , yaitu Lhitung < Ltabel (0,08 < 0,14) dan uji normalitas data kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen siswa pada kelas kontrol , yaitu Lhitung < Ltabel (0,11 < 0,14). Dari uji homogenitas juga terbukti bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen, yaitu Fhitung < Ftabel yakni 1,07 < 1,78. Dan dari pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh to > ttabel (7,96 > 2,03) telah membuktikan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya oleh siswa SMA Swasta Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016.
8
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw oleh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016 memperoleh nilai rata-rata 77.7 dan berada pada kategori baik. Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen dengan model pembelajaran ekspositori oleh siswa kelas X SMA Swasta Marisi Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016 memperoleh nilai rata-rata 64.8 dan berada pada kategori cukup. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa thitung>ttabel (7,96> 2,03). Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Swasta Marisi
Medan
Tahun Pembelajaran
2014/2015. DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, M. dkk. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Lumbantoruan, S. 2010. Perbandingan Model Tipe Jigsaw dengan model konvensional pada materi system reproduksi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Budi Murni 2 Medan, Skripsi FMIPA. Medan: Universitas Negeri Medan Sinabutar, Dumeira. 2012. Pengaruh Model Kooperatif Tipe Petukaran Trio Memutar Terhadap Kemampuan Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik dalam cerpen “Senja-Senja yang Lampau” karya Arafat Nur siswa kelas X SMA Negeri 2 Pangururan Tahun Pembelajaran 20011/20012. Medan: UNIMED
9