PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KOMITMEN PROFESI GURU SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA GURU (Survey pada Guru Ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan) Oleh : Cucu Suhartini Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen profesi guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan, (2) pengaruh budaya sekolah terhadap komitmen profesi guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan, (3) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan, (4) pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan, dan (5) pengaruh komitmen profesi guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Adapun untuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Ekonomi sebanyak 63 orang dari 19 SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan seluruh populasi dari subjek penelitian sebagai sampel. Dalam penelitian ini untuk jenis instrumen yang digunakan adalah jenis angket yang mengukur skala sikap dari Likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban. Adapun Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan path analysis (analisis jalur). Semua analisis dan perhitungan penulis menggunakan Program SPSS For Windows Versi 15.0. 1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) yang paling utama di sekolah yang merupakan garda terdepan dalam proses penyelenggaraan pendidikan secara langsung adalah guru. Guru memegang peranan penting dan merupakan kunci keberhasilan sekolah dalam menghasilkan mutu lulusan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Guru sebagai tenaga pendidik di sekolah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya tidak akan terlepas dari penyiapan bahan-bahan pelajaran, pembuatan rencana pelaksanan pembelajaran, menyiapkan metode dan media pembelajaran dan juga melakukan tahapan evaluasi yang akan memberikan penilaian berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Penilaian perlu dilakukan, karena
melalui penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Keberhasilan proses pendidikan di sekolah ada di tangan guru, dimana guru merupakan orang yang bersentuhan secara langsung dengan peserta didik, yang memoles dan mengasah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian sangat jelas bahwa guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan anak bangsa, dengan demikian guru haruslah memenuhi syarat minimal dan juga mempunyai kompetensi professional di bidangnya. Seorang guru yang kompeten dan mempunyai kemampuan di bidangnya, tentunya akan dapat menunjukkan kinerja terbaiknya, apalagi sekarang seorang guru dituntut untuk memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S-1. Bahkan dengan adanya program sertifikasi bagi guru, tentunya dapat merupakan sebuah pemacu untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya
lebih baik lagi, dan menghasilkan kinerja terbaiknya. Kinerja yang dihasilkan oleh seorang guru akan tercermin dari peserta didik dan mutu lulusannya yang di hasilkan, kesemuanya itu bisa berhasil apabila diikuti oleh serangkaian proses pembelajaran yang jelas dan terarah sejalan dengan tujuan pendidikan secara umum. Akan tetapi, sekarang ini melihat kondisi yang ada tampilan seorang guru professional yang mempunyai kompetensi di bidangnya sangatlah jauh dari apa yang di harapkan dan dicitacitakan. Tidak bisa dipungkiri masih banyak persoalan dan permasalahan yang berkaitan dengan performance seorang guru dari mulai masih kurangnya kualifikasi pendidikan yang dimiliki guru, serta ketidaksesuaian dalam mengajar dengan latar belakang pendidikannya. Banyak fenomena yang bisa kita lihat sendiri di lapangan bagaimana seorang guru dalam melaksankan tugas dan kewajibannya sepertinya tidak menghiraukan akan kinerja yang akan dihasilkannya. Kita dapat melihat sendiri tanpa harus menunjuk bahwa masih banyak terlihat dari keseharian guru yang seolah menyepelekan waktu dalam mengajar. Sekarang ini masih banyak guru yang menjalankan fungsi dan perannya tidak atas dasar komitmen dan kesepahaman dari dirinya akan profesinya hanya sekedar terpenuhinya apa yang harus dikerjakannya. Hal ini banyak terlihat dari keseharian guru di sekolah, banyak guru yang datang ke sekolah tidak tepat waktu (terlambat) sesuai dengan yang telah ditentukan, hal ini menunjukkan kurang disiplin seorang guru pada saat melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga secara tidak langsung akan berimbas kepada kinerja sebagai guru yang tentunya masih belum optimal dalam menjalankan tugasnya. Selain itu penulis pun melihat masih rendahnya tingkat kesadaran guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di sekolah. Hal ini diindikasikan pada saat bel berbunyi tanda mulai pembelajaran, masih
banyak terlihat guru mengobrol di ruang kantor guru begitu juga guru sering meninggalkan kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung. Bahkan masih banyak terlihat guru meninggalkan aktifitas mengajarnya hanya untuk melakukan pekerjaan sampingannya. Dia seolah tidak menyadari pekerjaan yang intinya adalah mengajar. Bahkan adakalanya ketika guru tersebut merasa dirinya sudah merupakan seorang senior merasa sudah berpengalaman dalam mengajar, terkadang membuat guru menjadi kurang kreatif. Guru malas mencoba sesuatu hal yang baru dalam pembelajarannya. Tidak ada upaya untuk menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dibuatpun dari tahun ketahun hanya sekedar menyalin dari tahun-tahun sebelumnya. Atau mencontek dari guru lain, bahkan hanya sekedar mendownload dari internet tanpa memperhatikan kebutuhan siswa serta keberadaan sekolah. Dalam bahan pelatihan pengawas PMPTK Depdiknas Tahun 2008 mengenai “Penilaian Kinerja Guru” diungkapkan bahwa : “Dalam kebiasaan masyarakat Indonesia sampai saat ini pekerjaan guru masih cukup tertutup. Bahkan atasan guru seperti kepala sekolah dan pengawas sekali pun tidak mudah untuk mendapatkan data dan mengamati realitas keseharian performance guru di hadapan siswa. Memang program kunjungan kelas oleh kepala sekolah atau pengawas, tidak mungkin ditolak oleh guru. Akan tetapi tidak jarang terjadi guru berusaha menampakkan kinerja terbaiknya baik pada aspek perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran hanya pada saat dikunjungi. Selanjutnya ia akan kembali bekerja seperti sedia kala, kadang tanpa persiapan yang matang serta tanpa semangat dan antusiasme yang tinggi”.
Hal di atas menandakan bahwa fenomena yang ada selama ini berkaitan dengan kinerja seorang guru, memang adanya dan merupakan bahan perbaikan semua pihak yang berkepentingan. Sekolah sebagai sebuah organisasi, tentunya harus dikelola dengan baik agar bisa menghasilkan apa yang diharapkan. Untuk pengelolaan ini tentunya tidak akan terlepas dari peranan seorang pemimpin di sekolah atau kepala sekolah yang mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan dan tujuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah menduduki peranan yang sangat dominan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sondang P. Siagian (1998:67) berpendapat bahwa “Kepemimpinan merupakan motor penggerak atau daya penggerak sumber-sumber-sumber daya organisasi.” Hal ini menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan, usahausaha pemberdayaan (empowerment) semua sumber daya merupakan fungsi kepemimpinan yang sangat penting. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di sekolah, seorang guru dapat menghasilkan sebuah kinerja terbaiknya tidak hanya dipengaruhi oleh keberadaan seorang pemimpin di sekolah, tetapi lebih dari itu seorang pemimpin di sekolah harus dapat menciptakan suatu suasana kerja yang kondusif yang bisa memberikan rasa nyaman dalam bekerja sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kerja daripada guru tersebut. Kepala sekolah hendaknya dapat menciptakan suatu suasana yang kondusif, di dalamnya terkandung makna, nilai-nilai dan norma yang di bentuk bersama diakui dan dilaksanakan secara bersama pula. Adanya saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya, bahkan dapat membentuk suatu kebiasaan positif juga mampu menegakkan aturan dan tata tertib yang dapat dilaksanakan oleh semua elemen sekolah tanpa kecuali. Hal ini tentunya merupakan sebuah identitas
diri yang tidak dimiliki sekolah lain dan akan membedakannya. Identitas sekolah yang di bangun dari kebersamaan seluruh elemen sekolah akan menghasilkan suatu budaya sekolah yang baik dan tentunya akan memberikan suatu perubahan kearah yang lebih baik, dan juga akan membawa rasa nyaman terutama kepada guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru akan mencurahkan semua dedikasi dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu mengelola dan menciptakan suatu budaya sekolah yang kondusif yang bisa dirasakan dan dilaksanakan oleh semuanya. Budaya sekolah muncul dari kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut sebuah sekolah dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Budaya sekolah dibentuk oleh semua elemen sekolah dalam interaksinya antara guru, siswa, tenaga administrasi, kepala sekolah, masyarakat sekitar dan juga stakeholder. Peran serta guru di sekolah dalam membentuk dan membangun sekolah yang efektif sangat di harapkan. Dimana didalamnya berlangsung proses pembelajaran yang kondusif antara guru dan siswa, adanya kebersamaan, penghargaan dan rasa memiliki yang ditunjukkan dengan perilaku yang positif, dalam menciptakan dan membangun sekolah yang bermutu. Pekerjaan guru adalah sebuah profesi yang mulia. Para guru hendaknya menyadari profesi mulia ini. Guru harus dapat memahami peran dan fungsinya di Sekolah. Guru sekarang bukanlah hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan dengan baik saja, tetapi juga mampu digugu dan ditiru untuk memberikan tauladan kepada anak didiknya. Anak didik kita butuh figure untuk menjadi tauladan. Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat besar sekali peranannya dalam memajukan sebuah sekolah. Dengan demikian tidaklah mudah untuk menjadi seorang pemimpin yang harus bisa menjadi figur dan juga mampu
mengelola manajerial sekolah tersebut. Kapabilitas seorang kepala sekolah akan nampak dan teruji dari keadaan serta kebiasaan dan keyakinan yang di pakai oleh semua elemen sekolah tersebut dalam berperilaku di sekolah tanpa kecuali guru atau siswa bahkan tenaga administrasi pun akan mengikutinya. 2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat ditentukan rumusan permasalahannya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen profesi guru ekonomi SMA di Kabupaten Kuningan ? 2. Bagaimana pengaruh budaya sekolah terhadap komitmen profesi guru ekonomi SMA di Kabupaten Kuningan 3. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA di Kabupaten Kuningan ? 4. Bagaimana pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA di Kabupaten Kuningan ? 5. Bagaimana pengaruh komitmen profesi guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan ? 3. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen profesi guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. 2. Untuk mengetahui pengaruh budaya sekolah terhadap komitmen profesi guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. 3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. 4. Untuk mengetahui pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja
guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. 5. Untuk mengetahui pengaruh komitmen profesi guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. 4. Kerangka Berfikir Sekolah merupakan sebuah organisasi yang memberikan layanan jasa pendidikan, dimana didalamnya terdapat seperangkat kurikulum yang menjadi acuan bagi para guru dalam melaksanakan serangkaian proses belajar mengajar. Keberlangsungan proses belajar mengajar siswa di sekolah sangat dipengaruhi oleh keberadaan seorang guru. Begitu pentingnya peran seorang guru di sekolah dalam pelaksanaan PBM, sehingga rasanya semua komponen pendukung dalam pembelajaran di sekolah tidak akan berarti apa-apa tanpa dilaksanakan oleh seorang guru dalam interaksi belajar dengan para siswa. Dengan demikian seorang guru tentunya harus mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang harus dipenuhi untuk menghasilkan suatu pembelajaran yang berkualitas yang tentunya akan menghasilkan suatu kinerja yang baik pula. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik, akan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal yang berasal dari dalam diri orang tersebut maupun faktor eksternal yang berasal dari luar diri yang bersangkutan dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang tenaga pendidik, seorang guru pasti ingin menunjukkan kinerja yang terbaik atas apa yang telah dilakukannya dalam proses belajar mengajar di sekolah, dari mulai pembuatan perencanaan pengajaran, pelaksanaaan pengajaran, dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kepemimpinan Kepala Kekolah sebagai penanggung jawab terhadap pengelolaan sekolah yang mencakup
personil sekolah (guru, siswa dan tenaga administrasi), proses belajar mengajar, sarana dan prasarana pendidikan, keuangan dan juga hubungan dengan masyarakat sekitar dan stakeholder. Keberadaan kepala sekolah sebagai pemimpin dan pemegang otoritas di sekolah, akan sangat berpengaruh terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya. Pada prinsipnya kepemimpinan seorang Kepala Sekolah merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kinerja guru dengan harapan bisa meningkatkan dan mengembangkan karir si guru itu sendiri maupun untuk peningkatan mutu kegiatan pembelajaran serta peningkatan kemampuan dan prestasi para siswa dalam bidang pendidikan. Kemampuan kepemimpinan seorang kepala sekolah dalam memberikan motivasi, bimbingan dan arahan terhadap para guru dalam melaksanakan tugasnya, tentunya akan dapat meningkatkan semangat dan gairah dalam mengajar, karena secara tidak langsung ada suatu bentuk perhatian dari seorang pimpinan terhadap bawahannya. Besarnya peranan seorang pemimpin sebuah sekolah, dalam mengelola dan menciptakan suatu suasana kerja yang bisa memberikan rasa nyaman bagi semua elemen sekolah, tentunya akan berdampak terhadap ketenangan dan kenyaman dalam bekerja bagi guru dan siswa dalam belajar. Kinerja guru merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
pelaksanaan setiap program pendidikan. Namun peningkatannya tidak begitu saja, akan tetapi keyakinan yang ada dan sudah tertanam dalam lubuk hati sang guru untuk menjadi bagian dari sekolah, mau untuk bekerja keras melaksanakan tugas dan kewajibannya serta meyakini akan nilai dan tujuan dari organisasi harus didukung oleh keberadaan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, yang bisa memotivasi, membimbing, mengarahkan dan mampu memberikan penghargaan terhadap guru, serta mampu menciptakan suatu suasana kerja yang kondusif, dimana suatu kondisi yang bisa memberikan rasa tenang dan nyaman bagi semua elemen sekolah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Pada akhirnya guru yang bekerja dalam situasi yang kondusif dan di bawah kepemimpinan seorang kepala sekolah yang mampu dalam mengelola segala sumber daya yang dimiliki, serta memberikan dukungan dan keleluasaan kepada para guru untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi sebagai seorang pendidik, dari mulai kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial, akan dapat meningkatkan kinerja dirinya sebagai seorang pendidik. Kerangka pemikiran dari apa yang telah diuraikan di atas mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap komitmen profesi guru serta implikasinya terhadap kinerja guru dapat terlihat pada bagan di bawah ini :
Gambar 1 Paradigma Penelitian
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Budaya Sekolah (X2)
Komitmen Profesi Guru (X3)
Kinerja Guru (Y)
5. Hipotesis Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : a) Terdapat pengaruh yang positif antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Komitmen Profesi Guru b) Terdapat pengaruh yang positif antara Budaya Sekolah dengan Komitmen Profesi Guru c) Terdapat pengaruh yang positif antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru. d) Terdapat pengaruh yang positif antara Budaya Sekolah dengan Kinerja Guru. e) Terdapat pengaruh yang positif antara Komitmen Profesi Guru terhadap Kinerja Guru. 6. Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional yang melihat hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. 7. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Ekonomi sebanyak 63 orang dari 19 SMA Negeri di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan pada data yang ada, maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan seluruh populasi dari subjek penelitian yaitu seluruh guru Ekonomi SMA Negeri di kabupaten Kuningan sebanyak 63 orang. 8. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah dengan menggunakan teknik komunikasi tidak langsung. Dan instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan angket dengan model skala likert. 9. Teknik Analisis Data a. Pengujian Instrumen Dalam pengujian instrumen yang berupa angket, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji realibilitas yang menggunakan bantuan program SPSS For Windows V. 15. b. Pengujian Asumsi Dasar Dalam pengujian asumsi dasar ini dilakukan dengan Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas dan Uji Autokorelasional. Untuk pengujiannya menggunakan bantuan SPSS For Windows V.15. c. Analisis Jalur (path Analysis) Melalui analisis jalur ini, dapat dilihat hubungan kausalitas pengaruh variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Budaya Sekolah (X2) dan Komitmen Profesi Guru (X3) terhadap variabel dependen (variabel terikat) yaitu Kinerja Guru (Y). Dan untuk penghitungan serta pengujian analisis jalur dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS For Windows V.15. 10. Hasil Penelitian 10.1. Pengujian Instrumen a) Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Adapun hasil perhitungan bulir validitas instrumen tiap Variabel, adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Perhitungan Analisis Bulir Uji Validitas Instrumen VARIABEL X1 X2 X3 Y Jumlah
Jumlah Item Valid 16 Item 18 Item 15 Item 20 Item 69 Item
Jumlah Item Tidak Valid 2 Item 4 Item 2 Item 8 Item
Dari hasil perhitungan menggunakan SPSS, bahwa dari 16 pernyataan yang diajukan untuk variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah) terdapat 14 pernyataan yang dapat dikategorikan valid, sedangkan dua pernyataan dinyatakan tidak valid. Untuk variabel X2 (Budaya Sekolah) dari 18 pernyataan yang diajukan, terdapat 14 pernyataan yang dapat dikategorikan valid, sedangkan empat pernyataan dinyatakan tidak valid. Untuk variabel X3 (Komitmen Profesi Guru) dari 15 pernyataan yang diajukan,
keseluruhannya dikategorikan atau dinyatakan valid. Sedangkan untuk variabel Y (Kinerja Guru) dari 20 pernyataan yang diajukan, terdapat 18 pernyataan yang dikategorikan valid dan dua pernyataan dikategorikan tidak valid. b) Uji Reliabilitas Dalam menguji reliabilitas, penulis menggunakan rumus Spearman Brown dengan metode Split Half, (SPSS for Windows). Adapun hasil perhitungan Uji Reliabilitas adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Hasil Perhitungan Analisis Bulir Uji Reliabilitas Instrumen VARIABEL RELIABEL KATEGORI X1 0,825 Tinggi / Kuat X2 0,675 Tinggi / Kuat X3 0,789 Tinggi / Kuat Y 0,712 Tinggi / Kuat Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Spearman Brown menggunakan program SPSS for Windows variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah) memperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,852. Koefisien reliabel 0,852 termasuk kategori Tinggi. Untuk variabel X2 (Budaya Sekolah) memperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,675. Koefisien reliabel 0,675 termasuk kategori Tinggi. Untuk variabel X3 (Komitmen Profesi Guru) memperoleh nilai reliabilitas sebesar
0,789. Koefisien reliabel 0,789 termasuk kategori Tinggi. Sedangkan untuk variabel Y (Kinerja Guru) memperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,712. Koefisien reliabel 0,712 termasuk kategori Tinggi. 4.1.1 Uji Asumsi Dasar a) Uji Normalitas Hasil perhitungan Uji Normalitas menggunakan Program SPSS For Windows terlihat seperti tabel berikut :
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Kepemim pinan 63
Budaya Sekolah 63
62,0000
61,5714 66,5397
79,6190
3,26269
3,15571 3,75811
3,56700
,128
,151
,115
,114
,128 -,080 1,019 ,251
,151 -,068 1,197 ,114
,115 -,109 ,917 ,370
,102 -,114 ,906 ,385
Komitmen 63
Kinerja 63
Terlihat dari hasil perhitungan menggunakan SPSS For Windows, diperoleh nilai signifikansi variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) sebesar 0,251; Nilai signifikansi variabel Budaya Sekolah (X2) sebesar 0,114; Nilai signifikansi variabel Komitmen Profesi Guru (X3) sebesar 0,370; dan nilai signifikansi variabel Kinerja Guru (Y) sebesar 0,385. Nilai signifikansi > 0,05 yang berarati bahwa data variabel
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Budaya Sekolah (X2), Komitmen Profesi Guru (X3) dan Kinerja Guru (Y) berdistribusi normal. b) Uji Multikolinieritas Hasil perhitungan Uji Multikolinieritas menggunakan Program SPSS For Windows terlihat seperti tabel berikut :
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Kolmogorov Smirnov Coeffici entsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance Kepemimpinan Buday a Sekolah Komitmen
VIF ,706 ,975 ,694
1,416 1,025 1,441
a. Dependent Variable: Kinerja
Terlihat dari hasil perhitungan menggunakan SPSS For Windows, diperoleh nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah) adalah sebesar 1,416 dan untuk variabel X2 (Budaya Sekolah) sebesar 1,025. dan untuk variable X3 (Komitmen Profesi Guru) sebesar 1,441. Nilai-nilai VIF
menunjukan VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terdapat Multikolinieritas. c) Uji Autokorelasi Hasil perhitungan Uji Autokorelasi menggunakan Program SPSS For Windows terlihat seperti tabel berikut :
Tabel 5 Hasil Uji Autokorelasi Model R 1 ,902(a)
R Square ,814
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate Durbin-Watson ,805 1,57711 1,797
Terlihat dari hasil perhitungan menggunakan SPSS For Windows, diperoleh nilai DW sebesar 1,797. Hasil DW = 1,797 jika disesuaikan dengan tabel klasifikasi nilai D-W, maka nilai tersebut terletak antara 1,55 - 2,46; yang menunjukan bahwa tidak adanya autokorelasi. 4.1.2 Analisis Data Penelitian Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis yang digunakan yaitu analisis jalur (path analysis) dengan model dan persamaan struktural serta diagram dikomposisi, adapun analisis data yang dilakukan a) Koefisien Korelasi antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Budaya Sekolah Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Program SPSS For Windows V.15.0 adalah sebagai berikut :
Tabel 6 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi X1 dengan X2 Kepemimpinan Kepemimpinan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1
Budaya Sekolah ,940(**) ,000 63 1
63 ,940(**) ,000 63 63 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Budaya Sekolah
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Budaya Sekolah adalah sebesar 0,940. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,940 menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat/tinggi antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Budaya Sekolah. b) Koefisien Jalur X1, X2terhadap X3 (X3 = F(X1 ; X2)) Tabel 7 Hasil Perhitungan Koefisien X1, X2terhadap X3 Unstandardized Coefficients Model Std. B Error 1 (Constant) 20,427 10,564 Kepemimpinan ,613 ,124 Budaya Sekolah ,132 ,129 a Dependent Variable: Komitmen Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur di atas, diketahui koefisien untuk variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) adalah ρx3x1 = 0,532 dan koefisien untuk variabel Budaya Sekolah (X2) adalah ρx3x2 = 0,410, serta hasil uji statistik uji-t masing-masing untuk tx3x1= 4,929 dengan sig. 0,000 dan tx3x2=4,023 dengan sig.0,010. Dari hasil perhitungan yang ditunjukan tabel di atas, dapat digunakan untuk menguji hipotesis dan uji signifikansi sebagai berikut : Dari Tabel 4.11, diperoleh ρx3x1 (beta) = 0,532 berarti ρx3x1 > 0, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan nilai sig = 0,00. berarti nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai sig. (0,05>0,00). Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Standardized Coefficients Beta ,532 ,410
t 1,934 4,929 4,023
Sig. ,058 ,000 ,010
Artinya : Kepemimpinan Kepala Sekolah Berpengaruh Terhadap Komitmen Profesi Guru. Dari Tabel 4.11, diperoleh ρx3x2 (beta) = 0,410 berarti ρx3x1 > 0, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan nilai sig = 0,010. berarti nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai sig. (0,05>0,010). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya : Budaya Sekolah Berpengaruh Terhadap Komitmen Profesi Guru. Selanjutnya, untuk mengetahui berapa persen besar pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Komitmen Profesi Guru diketahui besarnya Koefisien Determinasi R2X3X1X2 = 0,306 atau sama dengan 30,6%. Dan besarnya
pengaruh variabel lain (selain kepemimpinan kepala sekolah dan budaya sekolah) : ρx3ε1 = 1 – 0,306 = 0,694 = 69,4%, sehingga diperoleh nilai ρx3ε1 = √ 0,694 = 0,833.
X1
Jika nilai-nilai ρx3x1 = 0,532, ρx3x2 = 0,410 dan ρx3ε1 = 0,833 disubstitusi ke diagram jalur, maka dapat digambarkan sebagai berikut : ρx3ε1 = 0,833
ρx3x1 = 0,532
r = 0,940
X3
ρx3x2 = 0,410
X2 Gambar 2 Diagram jalur X1 dan X2 terhadap X3 Jika nilai-nilai ρx3x1 = 0,532, ρx3x2 = 0,410 dan ρx3ε1 = 0,833 disubstitusi ke persamaan struktural, maka dapat diperoleh : Persamaan Struktural : Y = ρx3x1.X1 + ρx3x2.X2 + ρx3ε1. ε1 Y = 0,532.X1 + 0,410.X2 + 0,833. ε1 Hasil analisis X3 = F (X1;X2) dapat diringkas sebagai berikut : Tabel 8 Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Jalur Koefi sien Jalur
Nilai Uji-t
X1 Terhadap X3
0,532
4,922
X2 Terhadap X3
0,410
Pengaruh Variabel
Antar
Nilai Uji-F
Hasil Pengujian
Koefisien Determinasi (R2)
13,217
Ha Diterima Ha Diterima
Koefisien Variabel Lain (ρx3ε2)
0,306 (30,6%)
0,694 (69,4%)
4,023
Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktural di atas, maka dapat diketahui bahwa : Besarnya koefisien jalur Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Komitmen Profesi Guru (X3) secara langsung adalah = 0,532 Besarnya koefisien jalur Budaya Sekolah (X2) terhadap Komitmen
Profesi Guru (X3) secara langsung adalah = 0,410 Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Budaya Sekolah (X2) terhadap Komitmen Profesi Guru (X3) secara langsung adalah R2X3X1X2 = 0,306 atau 30,6% sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diamati yaitu sebesar (ρε1) = 0,694 atau 69,4%.
c) Koefisien Jalur X1, X2 dan X3 terhadap Y (Y = F(X1; X2; X3)) Tabel 9 Hasil Perhitungan Koefisien X1, X2 dan X3 terhadap Y
1
Unstandardized Coefficients Model Std. B Error (Constant) 6,265 5,395 Kepemimpinan ,479 ,073 Budaya Sekolah ,741 ,064 Komitmen ,159 ,064 a Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien jalur di atas, diketahui koefisien untuk variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) adalah ρyx1 = 0,438; koefisien untuk variabel Budaya Sekolah (X2) adalah ρyx2 = 0,656 dan koefisien untuk variabel Komitmen Profesi Guru (X3) adalah ρyx3 = 0,167, serta hasil uji statistik uji-t masing-masing untuk tyx1= 6,557 dengan sig. 0,000; tyx2= 11,531 dengan sig.0,000; dan tyx3= 2,481 dengan sig. 0,016; Dari hasil perhitungan yang ditunjukan di atas, dapat digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut Dari Tabel 4.13, diperoleh ρyx1 (beta) = 0,438 berarti ρx3x1 > 0, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan nilai sig = 0,00. berarti nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai sig. (0,05>0,00). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya: Kepemimpinan Kepala Sekolah Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru.
Dari Tabel 4.13, diperoleh ρyx2 (beta) = 0,656 berarti ρx3x1 > 0, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan nilai sig = 0,000. berarti nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai sig. (0,05>0,000). Maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Standardized Coefficients
T
Sig.
1,161 6,557 11,531 2,481
,250 ,000 ,000 ,016
Beta ,438 ,656 ,167
Artinya : Berpengaruh Guru.
Budaya Terhadap
Sekolah Kinerja
Dari Tabel 4.13, diperoleh ρyx3 (beta) = 0,167 berarti ρyx3 > 0, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan nilai sig = 0,016. berarti nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai sig. (0,05>0,016). Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya : Komitmen Profesi Guru Berpengaruh Terhadap Kinerja Guru.
Selanjutnya, untuk mengetahui berapa persen besar pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komitmen Profesi Guru terhadap Kinerja Guru diketahui besarnya Koefisien Determinasi R2YX3X1X2 = 0,814 atau sama dengan 81,4%. Dan besarnya pengaruh variabel lain (selain kepemimpinan kepala sekolah, budaya sekolah dan komitmen profesi guru) : ρyε2 = 1–0,814 = 0,186 = 18,6%, sehingga diperoleh nilai ρyε2 = √0,186 = 0,431. Jika nilai-nilai ρyx1 = 0,438; ρyx2 = 0,656; ρyx3 = 0,167 dan ρyε2 = 0,431 disubstitusi ke diagram jalur, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
ρyε2 = 0,431
ρyx1=0,438
ρyx3=0,167
r = 0,940
X3
Y
ρyx2=0,656
X2
Gambar 3 Diagram jalur X1; X2 dan X3 terhadap Y Jika nilai-nilai ρyx1 = 0,438; ρyx2 = 0,656; ρyx3 = 0,167 dan ρyε2 = 0,431 disubstitusi ke persamaan struktural, maka dapat diperoleh : Persamaan Struktural : Y = ρyx1.X1 + ρyx2.X2 + ρyx3.X3 + ρyε2. ε2 Y = 0,438.X1 + 0,656.X2 + 0,167.X3 + 0,431. ε2 Hasil analisis Y = F (X1;X2;X3) dapat diringkas sebagai berikut : Tabel 10 Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Jalur Pengaruh Koefi Koefisien Nilai Nilai Hasil Antar sien Determinasi Uji-t Uji-F Pengujian Variabel Jalur (R2) Ha X1 Terhadap Y 0,438 6,557 Diterima Ha 0,814 X2 Terhadap Y 0,656 11,531 86,052 Diterima (81,4%) X3 Terhadap Y 0,167 2,481 Ha Diterima Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktural di atas, maka dapat diketahui bahwa : Besarnya koefisien jalur Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Guru (Y) secara langsung adalah = 0,438 Besarnya koefisien jalur Budaya Sekolah (X2) terhadap Kinerja Guru (Y) secara langsung adalah = 0,656 Besarnya koefisien jalur Komitmen Profesi Guru (X3) terhadap Kinerja Guru (Y) secara langsung adalah = 0,167
Koefisien Variabel Lain (ρyε2) 0,186 (18,6%)
Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Budaya Sekolah (X2) dan Komitmen Profesi Guru (X3) terhadap Kinerja Guru (Y) secara langsung adalah R2YX1X2X3 = 0,814 atau 81,4% sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diamati yaitu sebesar (ρε2) = 0,186 atau 18,6% Diagram hubungan kausal empiris dari hasil pengujian selengkapnya dapat digambarkan sebagai berikut :
X1
0,833
0,431 0,438
0,532
X3
r = 0,940
0,167
Y
0,410
X2
0,656 Gambar 4 Struktur hubungan kausal antar variabel
Hasil pengujian hipotesis penelitian tersebut dapat dirangkum dengan menggunakan perhitungan manual untuk menghitung besar pengaruh totalnya. Adapun perhitungannya disajikan dalam tabel berikut : Tabel 11 Proses Perhitungan Manual Pengaruh Total Pengaruh Variabel X1 X2 X3 X1 X2
terhadap Y terhadap Y terhadap Y terhadap X3 terhadap X3
Pengaruh Kausal Langsung ρyx1 ρyx2 ρyx3 ρx3x1 ρx3x2
Tidak Langsung (Melalui X3) (ρx3x1) (ρyx3) (ρx3x2) (ρyx3) -
Total (Langsung+Tdk Langsung ρyx1+ (ρx3x1) (ρyx3) ρyx2+ (ρx3x2) (ρyx3) ρyx3 ρx3x1 ρx3x2
Setelah nilai setiap koefisien jalur variabel-variabelnya disubstitusikan, maka diperoleh nilai sebagai berikut : Tabel 12 Hasil Perhitungan Manual Pengaruh Total Pengaruh Kausal Pengaruh Total (Langsung+Tdk Tidak Langsung Variabel Langsung Langsung (Melalui X3) (0,532)(0,167) = X1 terhadap Y 0,438 0,438 + 0,089 = 0,527 0,089 (0,410)(0,167) = X2 terhadap Y 0,656 0,656 + 0,068 = 0, 724 0,068 X3 terhadap Y 0,167 0,167 X1 terhadap X3 0,532 0,532 X2 terhadap X3 0,410 0,410 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa : Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) secara langsung terhadap Kinerja Guru (Y) adalah 0,438 atau sebesar 43,8%. Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) secara tidak
langsung terhadap Kinerja Guru (Y) melalui Komitmen Profesi Guru (X3) adalah 0,527 atau sebesar 52,7%. Besarnya pengaruh Budaya Sekolah (X2) secara langsung terhadap Kinerja Guru (Y) adalah 0,656 atau sebesar 65,6%.
Besarnya pengaruh Budaya Sekolah (X2) secara tidak langsung terhadap Kinerja Guru (Y) melalui Komitmen Profesi Guru (X3) adalah 0,809 atau sebesar 80,9%. Besarnya pengaruh Komitmen Profesi Guru (X3) secara langsung terhadap Kinerja Guru (Y) adalah 0,167 atau sebesar 16,7%. Besarnya pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) secara langsung terhadap Komitmen Profesi Guru (X3) adalah 0,532 atau sebesar 53,2%. Besarnya pengaruh Budaya Sekolah (X2) secara langsung terhadap Komitmen Profesi Guru (X3) adalah 0,410 atau sebesar 41%.
11. Pembahasan Dari hasil perhitungan dan pengujian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara keempat variabel (Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Komitmen Profesi guru dan Kinerja Guru). Disamping itu, arah hubungan dalam analisis jalur menunjukan arah yang linier (searah) sehingga persamaannya pun bersifat linier. Hal ini menunjukan bahwa Kinerja Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Kuningan dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Komitmen Profesi guru secara signifikan dengan arah hubungan yang linier atau searah. Lebih lanjutnya hasil pengujian ini dapat diuraikan sebagai berikut : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Kepemimpinan Kepala Sekolah yang dilaksanakan mempunyai pengaruh langsung yang positif terhadap Kinerja Guru, dengan koefisien jalur sebesar 0,438; Hasil penelitian tersebut searah dengan pendapat Maman Ukas, (2004:268), bahwa “Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan”. Hasil penelitian menunjukan pengaruh sebesar 0,438 atau 43,8%. Hal
ini menunjukan bahwa Kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah, telah mampu meningkatkan kinerja guru diantaranya mampu memberikan bimbingan dan arahan kepada para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan inspirasi bagi sekolah dalam mencapai tujuan. Selain itu kepala sekolah juga telah mampu menjadi panutan bagi semua personil sekolah (guru, siswa dan tenaga administrasi), memiliki kecakapan dalam pengelolaan serta ilmu pengetahuan yang mumpuni sehingga bisa mengayomi semua elemen sekolah, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan program perencanaan tersebut dengan hasil yang maksimal. Dalam tataran praktis, kepemimpinan kepala sekolah harus mampu mengembangkan perannya sebagai pemimpin formal yang beorientasi pada tugas dan tanggungjawabnya dalam mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan secara umum dan khusus dengan berupaya menggerakkan semua bawahannya, sehingga bisa menghasilkan lulusan yang sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat secara umum. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah-langkah strategis dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kinerja para guru, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja yang tinggi. Dari penjelasan di atas, secara implisit dapat dikatakan bahwa melalui kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan dapat mengarahkan dan meningkatkan kinerja para guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di sekolah sebagai seorang pendidik dengan penuh rasa tanggung jawab. Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru Budaya Sekolah mempunyai pengaruh langsung yang positif sebesar 0,656; Hasil penelitian menunjukan pengaruh sebesar 0,656 atau sebesar 65,6%. Hal ini menunjukan bahwa
Budaya Sekolah mampu meningkatkan kinerja guru, diantaranya dalam hal adanya suatu nilai, norma dan keyakinan bersama yang dilaksanakan dalam pola kehidupan interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, yang ditunjukan dengan mentaati aturan serta tata tertib yang berlaku, sikap dan profeionalisme guru dalam mengajar serta kesungguhan dari para peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bukan hanya itu interaksi sosial di luar kegiatan belajar mengajar antara guru dan tenaga administrasi, siswa dengan tenaga administrasi sekolah, juga dengan kepala sekolah selaku pimpinan tertinggi di sekolah yang nampak dari sikap dan toleransi satu dengan yang lainnya, dalam menjalankan tugas dan kewajibannya untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian budaya sekolah yang terbentuk dari kebiasaan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya akan mampu menciptakan suatu iklim sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurkholis (2002:203), ”bahwa faktor yang berpengaruh terhadap budaya sekolah, diantaranya : antusiasme guru dalam mengajar dan penguasaan materi yang diajarkan, kedisiplinan sekolah, dan proses belajar mengajar, jadwal yang ditepati, sikap guru terhadap siswa dan kepemimpinan kepala sekolah”. Dalam tataran praktis, budaya sekolah merupakan salah satu program prioritas yang harus dilaksanakan dalam upaya pencapaian tujuan-tujuan sekolah. Budaya sekolah ini dimaksudkan sebagai suatu identitas dalam meningkatkan dan mengembangkan sekolah secara umum yang salah satunya tercermin dari kinerja para guru. Sehingga diharapkan dengan adanya suatu budaya sekolah yang diyakini dan dapat dilaksanakan bersama dengan penuh kesadaran akan dapat meningkatkan kinerja yang tinggi. Dari penjelasan di atas, secara implisit dapat dikatakan bahwa melalui budaya sekolah akan dapat
mengarahkan dan meningkatkan kinerja para guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di sekolah, dimana didalamnya tercipta suatu keadaan yang dapat memberikan rasa nyaman adanya penghargaan dan aturan yang dapat dilaksanakan dan ditepati bersama. Pengaruh Komitmen Profesi Guru terhadap Kinerja Guru Komitmen Profesi Guru mempunyai pengaruh langsung yang positif terhadap Kinerja Guru, dengan koefisien jalur sebesar 0,167. Hasil penelitian menunjukan pengaruh sebesar 0,167 atau sebesar 16,7%. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Mowday (1982:239) organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan komitmen dalam diri pegawainya karena : “Semakin tinggi tingkat komitmen pegawai maka semakin lama ia ingin tetap berada dalam organisasi dan semakin tinggi pula produktivitasnya kepada organisasi dan tingkat keluar masuknya pegawai akan semakin rendah.” Tingkat kinerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari luar dan lingkungan sekitar saja, tetapi adanya suatu keyakinan yang datang dari dalam dirinya sendiri berkaitan dengan keterpihakan dan keberpihakan secara psikologis dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Seseorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannyanya di sekolah yang disertai dengan komitmen yang tinggi akan menunjukkan kinerja yang tinggi pula tetapi demikian sebaliknya. Kinerja terbaik seorang guru akan nampak terlihat dalam pengelolaan proses belajar mengajar di sekolah serta kegiatan-kegiatan lain diluar jam mengajar. Dengan demikian secara implisit dapat dikatakan bahwa seorang guru yang memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaannya, akan dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai sebuah kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab,
dengan menunjukkan yang positif.
suatu
kinerja
Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Komitmen Profesi Guru Budaya Sekolah mempunyai pengaruh langsung yang positif terhadap Komitmen Profesi Guru, dengan koefisien jalur sebesar 0,410. Hasil penelitian menunjukan pengaruh sebesar 0,410 atau sebesar 41%. Hasil positif menunjukan bahwa perilaku atau kebiasaan nyata para guru di sekolah sudah dapat menunjukan budaya sekolah yang baik. Artinya para guru telah mampu memahami dan menjalankan apa yang manjadi sistem nilai norma serta kebiasaan yang dianut oleh sekolah dengan penuh kesadaran tanpa adanya suatu paksaan. Dengan adanya suatu budaya sekolah yang baik bisa dilaksanakan oleh semua elemen sekolah, akan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif, sehingga akan berpengaruh terhadap komitmen para guru dalam melaksanakan tugasnya. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Komitmen Profesi Guru Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh langsung yang positif terhadap komitmen profesi guru dengan koefisien jalur sebesar 0,532. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh sebesar 0,532 atau 53,2%. Hasil positif menunjukkan bahwa peranan seorang pemimpin sekolah dalam hal ini kepala sekolah sangat di butuhkan dalam meningkatkan komitmen para guru terhadap profesinya, dimana para guru dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga pengajar dengan penuh dedikasi, loyalitas dan integritas yang tinggi terhadap profesinya sebagai seorang pendidik. Keberadaan seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat memberikan suatu nilai lebih bagi para bawahnnya, dimana seorang pimpinan bisa menjadi sebuah inspirasi bagi bawahannya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan demikian kehadiran seorang pemimpin di sekolah
yaitu kepala sekolah hendaknya dapat memberikan tauladan bagi civitas akademika di sekolah tersebut, sehingga secara tidak langsung akan dapat berpengaruh terhadap psikologis para guru dalam mengajar serta elemen sekolah yang lainnya. Tinggi rendahnya komitmen guru terhadap pekerjaannya, selain di pengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya sendiri, juga dipengaruhi faktor dari luar, diantaranya adalah faktor kepemimpinan kepala sekolah. Seorang kepala sekolah harus mampu mengayomi dan mengarahkan semua elemen sekolah untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting kehadiran seorang pemimpin dalam sebuah organisasi, dimana bisa menumbuhkan rasa memiliki, motivasi dan loyalitas bawahannya dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehingga dengan demikian secara perlahan kehadiran pemimpin organisasi di sekolah yaitu kepala sekolah dapat meningkatkan komitmen para guru dalam melaksakan tugas pokok dan fungsinya sebagai seorang tenaga pendidik. 12. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap Komitmen Profesi Guru, artinya semakin efektif Kepemimpinan Kepala Sekolah yang dilaksanakan maka semakin tinggi Komitmen Profesi Guru. 2) Budaya Sekolah berpengaruh positif terhadap Komitmen Profesi Guru, artinya semakin kondusif Budaya Sekolah maka semakin tinggi Komitmen Profesi Guru. 3) Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru, artinya semakin efektif Kepemimpinan Kepala Sekolah yang dilaksanakan maka
Kinerja Guru akan semakin meningkat. 4) Budaya Sekolah berpengaruh positif terhadap Kinerja Guru, artinya semakin kondusif Budaya Sekolah maka Kinerja Guru akan semakin meningkat.
5) Komitmen Profesi Guru memiliki pengaruh yang positif terhadap Kinerja Guru, artinya semakin tinggi Komitmen Profesi yang dimiliki oleh Guru, maka akan meningkatkan Kinerja Guru.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (1993). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Engkoswara. (1984). Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bina Aksara. Fatah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFE Mulyasa E. (2004). Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution. (1997). Didaktik: Azas-Azas Mengajar. IKIP Bandung. Nurkholis, (2008). Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Grasindo Rohiat, (2008). Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, Bandung Refika Aditama Ruky, Ahmad. (2001). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia. Sagala, Syaiful (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung : Alfabeta Sedarmayanti, (2010). Manajemen Sumberdaya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : Refika Aditama Siagian, Sondang P. (1998) Organisasi dan Perilaku Administrasi. Jakarta : Haji Masagung Siagian, Sondang P. (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian (1998) Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT.Midas Surya Grafindo Somantri, Ating, Drs. dan Sambas Ali Muhidin, S.Pd. (2006) Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia. Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif dan R dan D, Bandung : Alfabeta Suharsaputra, Uhar (2010) Administrasi Pendidikan, Bandung : Refika Aditama Surakhmad, W. (1998). Dasar-dasar Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung : Tarsito Susanto, A.B. (1997). (2004) Menjadi Super Company. Jakarta; Quantum Bisnis & Manajemen (PT Mizan Publika) Wahjosumidjo, (2002), Kepemimpinan Pendidikan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Yuniarsih, Tjutju dan Suwatno (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian, Bandung : Alfabeta Depdiknas, (2008). Penilaian Kinerja guru, Bahan pelatihan Pengawas PMPTK. Jakarta. Depdikbud, (1999). Pembinaan Profesi Guru dan Pembinaan personalia, Bahan pelatihan Calon kepala Sekolah. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Undang-Undang Guru Nomor 15 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen Permen Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar kepala Sekolah/Madrasah Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru