GRAND STARTEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA ANTARA KONSEP DAN IMPLEMENTASI. Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : Annafi Fatiha Annuria NIM : 107046101838
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Maret 2011
Annafi Fatiha Annuria
i
Abstrak
Dalam tahap perngembangannya, perbankan syariah melalui Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesai memiliki langkah- langkah konkrit yang tersusun dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Dimana program yang dikembangkan dalam konsep Grand Strategy tersebut mencakup enam program diantaranya visi pengembangan pasar dan target, program pencitraan baru, pemetaan baru segmentasi pasar perbankan syariah, program pengembangan produk, program peningkatan layanan, program sosialisasi dan komunikasi industri. Uraian yang disajikan dalam penulisan skripsi ini penulis berfokus pada tahun 2008 hingga tahun 2010. Skripsi hanya membandingkan antara konsep dari Grand Strategy tersebut dengan implementasinya dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Pada bab I hingga bab IV telah dijelaskan hal- hal yang terkait dengan konsep dan implementasi dari Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Kata Kunci: Grand Strategy Bank Indonesia, Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia: antara Konsep dan Implementasi”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., MA., sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas
iii
meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir. 3.
Bapak Dr. H. Anwar Abbas, M.Ag., MM., selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.
4.
Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
5.
Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang, Bapak Bastianon S.H., M.H. dan Ibu Dra. Isnaini Baroroh, yang dengan tulus selalu mendo’akan, memberi dorongan dan semangat
tiada
henti kepada
penulis,
sehingga
penulis
mampu
menyelesaikan tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada orang tua. Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Ibu dan Bapak, dibawah payung kasih sayang-Nya. Amin 6.
Kepada adikku tercinta Mikail Hamidum Majid, secara tidak langsung telah menyumbangkan ide- idenya dalam penulisan skripsi ini juga memberikan semangat kepada penulis yang sedang menjalankan tugas akhir ini agar cepat selesai.
iv
7.
Kakak
yang
selalu
menyemangati
dan
meluangkan
waktunya
demi
terselesaikannya tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya. 8.
Teman-teman semua, Ratna, Maya, Pwe, Lyaly, Tika, Mae, Farah, Acha, Dwi, Opi, Nur, Amel, Jaja, Hilwa, Yuke dan teman-teman lain seangkatan dan seperjuangan selama masa kuliah, perhatian dan kebaikan kalian tiada pernah terlupakan.
9.
Ibu Srie Muliaty selaku Peneliti Bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Ibu Tita di Direktorat Sumber Daya Manusia Bank Indonesia, Ibu Endang di Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan Bank Indonesia, yang telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh data-data dan keterangan yang penulis butuhkan dari Bank Indonesia.
10. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis, menyemangati dan menghibur penulis selama proses penyelesaian tugas akhir ini. Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.
Jakarta, 30 Maret 2011
Annafi Fatiha Annuria
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
8
E. Kerangka Teori
12
F. Metode Penelitian
15
G. Sistematika Penulisan
17
BAB II
GRAND
STRATEGY
BANK
INDONESIA
DALAM
PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008-1010 A. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia
19
vi
B. Konsep – Konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar
BAB III
Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
22
1. Visi Pengembangan Pasar dan Target
23
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah
25
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah
27
4. Program Pengembangan Produk
27
5. Program Peningkatan Layanan
27
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi
28
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah
30
B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah
32
C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah
38
D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah
43
E. Kekuatan, Kendala, Peluang, dan Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
45
1.
Kekuatan
45
2.
Kendala
50
3.
Peluang
54
4.
Tantangan
56
vii
BAB IV
ANALISIS KESESUAIAN ANTARA KONSEP GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DAN IMPLEMENTASI TAHUN 2008-2010 A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia 1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
57
2. Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah
58
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah
59
4. Program Pengembangan Produk
62
5. Program Peningkatan Layanan
65
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi
67
B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia 1.
Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
72
2.
Program Pencitraan Banru Perbankan Syariah
76
3.
Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah
79
4.
Program Pengembangan Produk
86
5.
Program Peningkatan Kualitas Layanan
93
6.
Program Sosialisasi dan Komunikasi
101
viii
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
112
B. Saran
116
DAFTAR PUSTAKA
118
ix
DAFTA GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Grand Strategy Pengembangan Pasar
22
4.1
Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%)
63
4.2
Produk Simpanan Jangka Pendek Per Segmen (%)
77
x
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah
23
2.2
Tema Sosialisasi Beyond Banking
28
4.1
Aset Perbankan Syariah
58
4.2
Perubahan citra industri perbankan syariah
60
4.3
Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah
61
4.4
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
65
4.5
Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010
73
4.6
Program pencitraan baru perbankan syariah
74
4.7
Program pencitraan baru perbankan syariah
76
4.8
Segmen nasabah
76
4.9
Program pengembangan produk
80
4.10
Program peningkatan kualitas layanan
82
4.11
Program sosialisasi dan komunikasi
85
xi
xii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perbankan syariah terus menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang pesat. Bahkan perbankan syariah kini telah mampu menjadi alternatif transaksi perbankan yang makin dikenal dan diminati masyarakat. Dalam konteks bisnis, perbankan syariah juga menjadi alternatif bisnis yang memiliki potensi yang amat besar . Terbitnya UU No. 20 tahun 2008 sangat mendukung perkembangan dunia perbankan terutama dalam kemajuan ekonomi syariah. Dengan adanya legalitas yang jelas maka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat maupun bagi calon investor perbankan syariah baik asing maupun domestik. Secara kelembagaan, saat ini jumlah bank syariah telah mencapai 11 BUS, 23 UUS, dan 149 BPRS dengan jaringan kantor sebanyak 1.625 kantor pada akhir September 2010. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat dilebih dari 89 kabupaten/kota di 33 propinsi. 1
Pertumbuhan Perbankan Syariah Per
Desember 2008, tercatat lima BUS , 28 UUS dan 131 BPRS, dalam jumlah ini terdapat 131 kantor jaringan belum termasuk jaringan kantor office chanelling 1
http://www.detikfinance.com/read/2010/12/13/145628/1523388/5/aset-perbankan-syariah tembus-rp-130-triliun-tahun-depan / di akses pada 21 Desember 2010.
2
yang jumlahnya hampir 1500 ( Desember 2008 ).2 Padahal di awal perkembangannya tahun 1992 hingga tahun 2006 hanya terdapat tiga BUS dan 19 UUS jumlah kantor Bank Syariah 415 buah dan jumlah BPRS 92 buah. 3 Terbukti perkembangan perbankan syariah begitu pesat tentunya juga disertai dengan pertumbuhan asetnya. Menurut data statistik perbankan indonesia dari segi aset yang perbankan syariah , di tahun 2008 aset perbankan syariah Rp 49 Triliun, pada november 2009 aset perbankan syariah bertambah menjadi Rp 61.36 Triliun, dan pada November 2010 aset perbankan syariah juga mengalami peningkatan yaitu menjadi Rp 90.39 Triliun. Jika dilihat dari pertumbuhan asetnya maka kinerja perbankan syariah sudah cukup baik terlihat dengan pertumbuhan aset yang dimiliki. Namun sejatinya belum memenuhi target dari konsep grand strategi perbankan syariah yang di buat oleh Bank Indonesia. Baik pancapaian di tahun 2008, 2009 maupun 2010. Dalam tahap perjalananya Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia bertujuan untuk meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di
Indonesia”.
Pengembangan
perbankan
syariah
diarahkan
untuk
2
A. Riawan Amin. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional. (disampaikan pada PidatoPengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 11 Juli 2009, h 72. 3
Gemala Dewi, Aspek- aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), Edisi revisi Cetakan ke 5, h 64.
3
memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya. Harapan di tahun 2010, perbankan syariah di Indonesia menjadi terkemuka di kawasan ASEAN. Hal ini merupakan pencapaian yang termaktub dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis Grand Strategy) seperti dirumuskan oleh Bank Indonesia. Grand Strategy masuk dalam kerangka program akselerasi pengembangan pasar perbankan syariah Indonesia yang telah di cantumkan dalam 3 fase dalam tahapan pertama.4 Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia masih kalah dengan pangsa pasar perbankan syariah di negara lain, seperti Malaysia. Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia baru menyentuh ke angka 3,1 persen dari pangsa pasar nasional. Sementara perbankan syariah di Malaysia telah 4
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/12/23/1323022/Menjadi.Terkemuka.di.ASEA N, diakses 21 Desember 2010.
4
menyentuh angka 20 persen. Disini terlihat bahwa target pencapaian Bank Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu menjadi perbankan syariah yang terkemuka di ASEAN. 5 Banyak kendala yang dialami perbankan syariah di Indonesia untuk peningkatan pangsa pasar tersebut. Dari sisi kualitas pertumbuhan perbankan syariah juga menunjukan peningkatan signifikan. Setidaknya hal itu terlihat dari rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing) yang tetap terjaga pada posisi rendah dengan kisaran 1,64 persen, rasio penyaluran pembiayaan dibandingkan dana pihak ketiga (DPK) relatif tinggi yang mencapai 95,4 persen. Sedangkan porsi pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sektor produktif tetap dominan dalam portfolio pembiayaan bank syariah. Pada tahapan pertama konsep Grand Strategi Bank Indonesia memuat tiga fase, dimana pada fase pertama di tahun 2008 target aset sebesar Rp 50 Triliun, namun dalam implementasinya sangat baik yaitu sebesar Rp 49.5 Triliun. Fase kedua di tahun 2009 target aset yang ingin dicapai Rp 87 Triliun, dalam implementasinya Rp. 66.1 Triliun, dan pada fase ke tiga di tahun 2010 target yang ingin di capai Rp 124 Triliun, implementasinya hingga November 2010 aset perbankan syariah baru mencapai Rp 90.39 Triliun Dari data- data yang telah di paparkan sebelumnya menunjukkan bahwa antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia dan implementasi 5
“Industri Keuangan Syariah Masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010, h. 21.
5
masih ada kesenjangan sehingga target belum tercapai. Ketidak tercapaiaan target ini menunjukkan masih banyak permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh Perbankan Syariah di Indonesia dalam pencapaian strategi Peningkatan Perbankan Syariah. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan serta upaya- upaya dari semua pihak untuk mengatasi masalah- masalah yang sedang dihadapi agar target Bank Indonesia terhadap perkembangan Bank Syariah tercapai. Indepedensi Bank Indonesia dari segi ekonomi dapat dilihat dari ketentuan UU No. 3 thun 20004 pasal 8 dan pasal 10ayat 1 (a), dalam ketentuan ini disebutkan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, namun dalam menetapkan sasaran- sasaran moneter diharuskan menetapkan sasaran laju inflasi. Bank Indonesia tidak diberi batasan dan Bank Indonesia diberi otonomi untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.6 Menurut penulis Bank indonesia dalam hal ini telah membuat suatu langkah konkrit terkait dengan peningkatan perbankan syariah melalui enam tahap yang dimuat dalam konsep Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Di masing- masing tahapannya sudah memiliki arahan yang jelas, maka dari segi strategi- strategi yang dijalankan untuk peningkatan perbankan syariah perlu perhatian khusus.
6
Maqdir Ismail, Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum, (Yogyakarta: Navila Idea, 2009), h.198.
6
Dengan Bertitik pangkal dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam melalui skripsi ini yang berjudul
GRAND
STARTEGY
BANK
INDONESIA
DALAM
PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA: ANTARA KONSEP DAN IMPLEMENTASI.
B. Batasan dan Rumusan Masalah Pembahasan mengenai Grand Strategy Bank Indonesia dalam peningkatan perbankan syariah ini sangat luas, untuk itu penulis membatasi skripsi ini pada Grand Startegy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia antara Konsep dan Implementasi Tahun 2008 – 2010 studi di kantor Pusat Bank Indonesia. Adapun perumusan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah? 2. Bagaimana Potret Implementasi dari Grand Strategy
Bank Indonesia
dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah? 3. Bagaimana Kesesuaian antara Implementasi dengan Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah ?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian tentang implementasi kebijakan bank indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah. Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana gambaran perkembangan perbankan syariah di Indonesia. 2. Mengetahui langkah konkrit bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah. 3. Mengetahui sejauh mana implementasi konsep strategi bank indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia Sedangkan manfaat yang di harapkan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Dapat memberi gambaran kepada masyarakat tentang sejarah singkat perkembangan perbankan syariah 2. Untuk memberikan informasi mengenai implementasi target bank indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah 3. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait kebijakan bank Indonesia terhadap pengembangan pasar perbankan syariah.
8
4. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam penelitian selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian yang lain. D. Tinjauan Kajian Terdahulu Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang diteliti berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang telah lebih dahulu membahas terkait dengan pengembangan pasar perbankan syariah, diantaranya adalah: 1.
Ahmad Busaeri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. “Peran dan Upaya Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Dalam Pengembangan Perbankan Syariah”. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif, dalam penelitian Ahmad menyatakan bahwa perkembangan perbankan syariah di tahun 2006 telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Pencapaian total aset perbankan syariah hingga November 2006 sebesar Rp 25 Triliun. Namun perkembangan perbankan syariah tidak terlepas dari faktor pendukung seperti karakteristik operasional dan produk perbankan syariah dan ada faktor lainnya, sedangkan faktor penghambatnya adalah lemahnya daya saing dalam hal kualitas pelayanan, variasi fitur produk, jaringan kantor ATM, perilaku nasabah serta calon nasabah yang masih sensitif terhadap fluktuatif tingkat suku bunga.
9
Dalam skripsi yang saya buat, Annafi selaku peneliti lebih konsentrasi pada pertumbuhan perbankan syariah pada tahun 2008-2010 yang terkonsep pada Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia. Peneliti membandingkan antara konsep yang dibuat dan realisasi dari konsep tersebut. 2.
Yuria Pratiwhi Cleopatra, Kajian Timur Tengah dan Islam: Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia , 2008. ”Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Proporsi Aset Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian ini Yuria menyatakan bahwa Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang signifikan
mempengaruhi
proporsi
aset
bank
syariah
terhadap
keseluruhan aset perbankan nasional Indonesia adalah variabel Non Performing Financing (NPF), tingkat suku bunga SBI, Inflasi (Inf), tingkat suku bunga kredit bank konvensional (BKBK), Financing to Deposit Ratio bank syariah (FDR), dan porsi pembiayaan bagi hasil bank syariah (PBH). Model yang terbentuk dari MLR telah memiliki sifat BLUE (Best, Linear, Unbiased Estimator), dan terbebas dari penyakit multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Menurutnya untuk meningkatkan pertumbuhan aset perbankan syariah perlu di buka Bank Umum Syariah baru dan Unit Usaha Syariah baru. Dari segi margin juga bank syariah harus bisa lebih kecil dibanding dengan tingkat bunga kredit
10
di bank konvensional. Hal yang membedakan dengan penelitian saya adalah dalam melihat pertumbuhan proporsi aset perbankan syariah saya tidak menggunakan metode- metode seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuria, namun saya lebih melihat faktor- faktor yang mempengaruhinya yang sesuai dengan konsep Grand Strategy Perbankan Syariah tahun 2008-2010 yang dibuat oleh Bank Indonesia. 3.
Ellyn Herlia Nur Hidayah, Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam: Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, Program Pasca Sarjana , Universitas Indonesia, 2008 “Faktor yang Mempengarhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah” Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh variabel yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah variabel DPK (dana pihak ketiga), dan variabel SBI (suku bunga Sertifikat Bank Indonesia). Variabel non performing financing dan return on assets tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. Setiap kenaikan satu satuan dana pihak ketiga akan meningkatkan aset sebesar 1,298 persen dan setiap kenaikan satu satuan SBI akan meningkatkan aset sebesar 0,169 persen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,993 berarti variabel dana pihak ketiga dan SBI dapat menjelaskan variabel terikat aset sebesar 99,3 persen, sedangkan sisanya 0,7 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Selain
dana
pihak
ketiga,
bank
syariah
perlu
memperhatikan
11
perkembangan suku bunga bank indonesia terutama untuk jangka panjang, terutama melihat kondisi makro indonesia sebagai negara yang terus berkembang sampai saat ini. Pada penelitian Ellyn terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset dan faktor yang tidak mempengaruhi. Namun dalam penelitian saya dalam hal pertumbuhan aset yaitu seberapa besar tingkat pertumbuhannya dan apa saja yang mempengaruhinya tentunya faktor- faktornya yang telah dicanangkan dalam Grand Strategy Bank Indonesia Dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Di Indonesia. 4.
Dr. Harif Amali Rivai, SE., M.Si. dkk, Penelitian ini merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dan Center for Banking Research (CBR)-Andalas University, 2006. “Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen Dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah Vs Bank Konvensional” Berdasarkan hasil pengolahan analisis dalam penelitian ini ditemukan lima dimensi penentu perilaku nasabah dalam memilih bank syariah dan bank konvensional, faktor internal yang mempengaruhi konsumen untuk memilih bank syariah versus bank konvensional relatif berbeda. Pada konsumen yang memilih bank syariah, faktor internal yang sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih bank tersebut adalah; (1) persepsi, (2) biaya dan manfaat, dan (3) agama. Sementara itu, yang mempengaruhi keputusan memilih bank konvensional terdiri dari; (1) motivasi rasional,
12
(2) biaya dan manfaat, dan (3) gaya hidup. Dan untuk faktor eksternal bank syariah meliputi (1) personal selling, (2) keluarga, sedangkan bank konvensional meliputi(1) keluarga ,(2) promosi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harif, Ia mengidentifikasi faktor kunsumen yang memilih untuk menggunakan jasa layanan bank syariah. Namun dalam penelitian saya lebih fokus pada program- program pengembangan pasar perbankan syariah yang dijalankan oleh Bank Indonesia dan melihat hasilnya pada pertumbuhan aset perbankan syariah.
E. Kerangka Teori Menurut Geraats ada beberapa aspek yang harus ada untuk menilai apakah kebijakan bank sentral transparan atau tidak, salah satu aspeknya adalah adanya informasi mengenai strategi moneter dan pertimbangan kebijakan internal. 7 Dalam sebuah aturan dalam hal ini berbentuk kebijakan dapat mengarahkan suatu masyarakat yakni sebagai kontrol sosial, teori ini dinyatakan oleh Pound yang terkenal bahwa law is a tool of social engineering. Kebijan dalam hal ini yang dimuat dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah adalah suatu bentuk sarana kontrol sosial yang khusus, yang harus diefektifkan berdasarkan seperangkat norma
7
Ibid., h. 313
13
kewenangan
sebagaimana
didayagunakan
sebagai
proses-
proses
administratif. 8 Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka
Bank
Indonesia
telah
merumuskan
sebuah
Grand
Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. 9 Berbagai langkah konkrit telah dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah yang dibuat dalam enam tahapan untuk target tahun 2008 hingga 2010. Program – program yang dimuat dalam Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah harus didukung oleh semua pihak, di dalam Teori dinyatakan bahwa dalam industri perbankan sifatnya sangat volatile, sehingga kebocoran informasi yang sensitif dapat menciptakan reaksi yang tidak rasionaldari 8
Prof. Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya. (Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002), h. 70. 9
2010.
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ diakses pada 21 Desember
14
masyarakat yang akan mengakibatkan perkembangan pasar perbankan terhambat.10 Dahulu dalam memanfaatkan suatu aset dan cara menjaganya Nabi pernah mengingatkan pengikutnya, jika merea menjual suatu aset maka hasil penjualannya jangan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, namun hendaknya digunakan untuk membeli aset dari jenis yang sama agar berkah uang tetap terjaga.11 Begitu pula dalam menjaga aset perbankan syariah, hendaknya aset yang telah dimiliki di investasikan lagi agar tidak berkurang dan memiliki potensi untuk bertambah. Pada saat krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 muncul paradigma baru yang berkembang yaitu perlu dikembangkan ekonomi lerakyatan dimana pertumbauhan ekonomi di dorong dari bawah. Hal iniberarti diperlukannya alokasi sumberdaya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan koperasi. Kepemilikan alat- alat produksi yang penting serta prasarana ekonomi yang strategis perlu di restrukturisasi sehingga tidak dikuasai oleh segelintir orang.12 Ketika bank- bank syariah telah dominan dan meluas maka bank syariah harus mengedepankan aspek profesionalisme dan mengutamakan 10
Yunus Husein, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), h.219. 11
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
151. 12
Widyaningsih, SH., MH. dkk, Bank dan asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), Edisi revisi cetakan ketiga, h.158.
15
service excellence kepada customer. Jika telah menjalankan dengan excellence maka umat islam akan lebih percaya terhadap bank syariah. Para praktisi bank syariah juga harus menyakinkan bahwa bank syariah itu lebih baik. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor pelayanan sangat menentukan pilihan masyarakat dalam memilih bank- bank syariah.13
F. Metode Penelitian Model penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara menelaah litaratur kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data dengan cara wawancara. Penelitian deskriptif ini merupakan kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan.14 1.
Jenis Data Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menggunakan jenis data
kualitatif yang menghasilkan data deskrptif berupa kata-kata tertulis dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi. 15. dimana penulis menggunakan
13
Adrian Sutedi, S.H., M.H., Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), .h 46. 14
Consuelo G Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h.71. 15 Lexy Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), ed: Revisi , h.4.
16
program Grand Strategy yang dicanangkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia untuk dijadikan landasan dengan realisasi yang terjadi di tahun 2008 hingga 2010. Adapun jenis data yang digunakan adalah: a. Data primer Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data berupa data primer yang di dapat langsung dari hasil wawancara dengan pihak yang berkompeten yaitu di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia. b. Data sekunder Yang didapat dari literatur kepustakaan seperti buku-buku seperti Out Look Perbankan Syariah tahun 2008-2010, data statistik perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun, karya ilmiah lain yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dijalankan penulis.
2.
Teknik Pengumpulan Data Penelitiandilakukan dengan cara meneliti melalui media wawancara langsung kepada Tim Penelitian dan Pengembangan Pengembangan Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia sehingga dapat memberikan keterangan tentang masalah yang ingin dibahas, serta menganalisis melalui dokumen-dokumen hasil pengumpulan data di lapangan.
17
3.
Teknik analisan data Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan data-data menjadi kata-kata tertulis dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi yang diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti fokus
pada
enam
konsep
Grand
Strategy Bank
Indonesia
dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, dimana peneliti membandingkan kesesuaian antara konsep dan implementasi yang terjadi mulai tahun 2008 hingga tahun 2010.
4.
Teknik Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
18
BAB II
Grand strategy bank indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah tahun 2008- 2010 yang meliputi Pengertian, Fungsi Dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia, Konsep – Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Tahun 2008- 2010.
BAB III
Perbankan syariah di Indonesia yang meliputi Pengertian Pasar Perbankan Syariah, Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah, Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah, Pangsa Pasar Perbankan Syariah, Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah.
BAB IV
Analisis Kesesuaian Antara Konsep Grand Strategy Bank Indonesia Dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Dan Implementasi Tahun 2008- 2010 yang meliputi Potret tentang Implementasi
Grand
Strategy
Bank
Indonesia
dalam
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia, Analisis terhadap Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy
Bank
Indonesia
dalam
Pengembangan
Pasar
Perbankan Syariah di Indonesia. BAB V
Penutup yang memuat kesimpulan dan saran, dari bahasan babbab sebelumnya.
19
BAB II GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2008- 2010
A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Grand Strategy Bank Indonesia Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Pengertian umum strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara / upaya bagaimana agar rencana tersebut tetap tercapai. 16 Menurut kamus umum bahasa Indonesia strategi adalah ilmu untuk mencapai suatu maksud.17 Strategi juga berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi yang di maksud dalam grand strategy Bank Indonesia adalah rencana yang disusun secara cermat dalam rangka mengembangkan pasar perbankan syariah di Indonesia agar tercapainya suatu target yang telah ditentukan. Fungsi menurut kamus bahasa Indonesia adalah kegunaan suatu hal. Fungsi dalam arti lain yaitu jabatan (pekerjaan) yang dilakukan.18 Fungsi
16
DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diunduh 24 Desember 2010, pukul 12.35 17
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 965. 18
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), diakses 29 Maret 2011 http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
20
dalam konsep grand strategy dapat diartikan dengan sesuatu yang berguna dalam menjalankan tugasnya agar dari strategi- strategi yang di buat dalam konsep grand strategy dapat di jalankan dengan maksimal. Tujuan menurut kamus bahasa Indonesia adalah arah haluan (jurusan). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia tujuan adalah maksud ialah sasaran.19 Dalam konteks ini berarti tujuan grand strategy Bank Indonesia dalam pengembangan pasar perbankan syariah di Indonesia memiliki arah, maksud dan sasaran yang jelas dalam menetapkan targetnya baik di tahun 2008, 2009 maupun di tahun 2010. Disisi lain Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki tujuan utama yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur dan mengawasi bank.20 Fungsi utama bank sentral adalah mengelola sistem moneter disuatu negara. Sasarannya dan cara pengelolaan
moneter
tergantung
pada
waktu
dan
negara
yang
melaksanakannya sambil tetap menetapkan tujuan (goals) ekonomi dan
19
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia , (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), h. 1094 20
Kasmir, SE., MM., Pemasaran Bank, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.14.
21
struktur kelembagaan negara yang bersangkutan. Namun tujuan utama bank sentral adalah stabilitas ekonomi dan pertumbuhan.21 Dalam pembahasan ini lebih menfokuskan pada pengembangan perbankan syariah dimana tujuan bank syariah, sebagaimana bank konvensional, bank syariah di Indonesia selain berfungsi sebagaimana lazimnya suatu lembaga keuangan perbankan. Namun yang lebih di titik beratkan dalam keberadaan bank syariah di Indonesia bukan hanya ditujukan untuk sekelompok atau segolongan rakyat tertentu, melainkan untuk kepentingan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan tanpa kecuali. 22 Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah dibuat sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka
Bank
Indonesia
telah
merumuskan
sebuah
Grand
Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yang meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang
21
22
Eugene A. Diulio, Uang dan Bank, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 108.
Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 46.
22
lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank. B. Konsep – Konsep Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Tahun 2008- 2010 Gambar 2.1
Sumber: MarkPlus&Co / Bank Indonesia / Direktorat Perbankan Syariah / Mei 2008
Bank Indonesia khususnya Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dalam menentukan target pasar perbankan syariah pada tahun 2008, 2009 dan tahun 2010 telah membuat langkah- langkah konkrit yang dibuat
23
dalam beberapa tahap, yang di tiap tahapannya mempunyai arahan yang jelas. Dalam uraiannya antara lain: 1.
Visi Pengembangan Pasar dan Target a. Fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40% b. Fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. c. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%. Dalam mengimplementasikan target yang telah ditentukan, Bank
Indonesia memperhitungkan skenario pertumbuhan agresif, moderat, dan konservatif yang akan di jelaskan pada tabel berikut: Tabel 2.1 Skenario Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah23 Tahun 2008 AGRESIF Nilai aset: 62 T Pertumbuhan aset: 81 % MODERAT Nilai aset: 50 T Pertumbuhan aset: 44% 23
Tahun 2009 AGRESIF Nilai aset: 87 T Pertumbuhan aset: 75% MODERAT Nilai aset: 68 T Pertumbuhan aset: 37%
Tahun 2010 AGRESIF Nilai aset: 124 T Pertumbuhan aset: 81 % MODERAT Nilai aset: 97 T Pertumbuhan aset: 43%
Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008.
24
KONSERVATIF Nilai aset: 45 T Pertumbuhan aset: 32%
KONSERVATIF Nilai aset: 57 T Pertumbuhan aset: 25%
KONSERVATIF Nilai aset: 72 T Pertumbuhan aset: 26%
Tahun 2008 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 62 triliun rupiah yang artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 55 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 44 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 45 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 32 persen. Tahun 2009 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 87 triliun rupiah yang artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 75 persen. Sedangkan skenario moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 68 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 37 persen. Skenario konservatiaf tercapai jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 57 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 25 persen. Tahun 2010 Bank Indonesia memproyeksikan dalam skenario agresif jika pencapaian aset pada tahun tersebut sebesar 124 triliun rupiah yang artinya mengalami pertumbuhan aset sebesar 81 persen. Sedangkan skenario moderat tercapai jika aset perbankan syariah sudah mencapai 97 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 43 persen. Skenario konservatiaf tercapai
25
jika nilai aset perbankan syariah mencapai target sebesar 72 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 26 persen.
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. a. Positioning
baru
bank
syariah
sebagai
perbankan
yang
saling
menguntungkan kedua belah pihak (di konkretkan dalam program pengembangan segmen pasar) b. Differentiation meliputi: 1) Content : beragam produk dengan skema variatif 2) Context : transparan agar adil bagi kedua belah pihak (Pada poin 1 dan 2 di konkretkan lewat program pengembangan produk). 3) People : Kompeten dalam keuangan dan beretika a) Kompeten meliputi, Mengerti masalah keuangan dan Memahami financial structure dari produk perbankan syariah b) Beretika meliputi, Mengerti masalah syariah dan Mengikuti prosedur- prosedur yang syariah (syariah comply) 4) Technology : IT system yang update dan user friendly a) User
Friendly
:
simulasi
konsep
skema
produk
untuk
memudahkna customer service dalam menjelaskan pada nasabah
26
b) Update : selalu diperbarui sehingga menampilkan info- info terbaru mengenai performasi produk berdasarkan skema / akad syariah yang digunakan 5) Facility : Fasilitas yang tersedia di setiap Bank Syariah a) Ahli Investasi; yang akan membantu melakukan prioritas industri yang akan mendapatkan pendanaan perbankan syariah yang memahami trend domestik dan internasional sektor industri tertentu (bisa dilakukan juga melalui pertemuan reguler yang difasilitasi asosiasi perbankan syariah dan Bank Indonesia dengan para ahli di sektor industri tertentu). b) Ahli
keuangan
dan
perbankan;
yang
akan
membantu
pengembangan produk baru atau modifikasi produk perbankan syariah yang punya akseptabilitas tinggi. c)
Ahli syariah; yang dapat memberikan keyakinan akan kesesuaian transaksi terhadap prinsip perbankan syariah.
c. Branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”. 24
24
Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008
27
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. Dalam konsep grang strategy pengembangan pasar perbankan syariah ini, Bank Indonesia mmbagi segmen nasabah bank syariah menjadi lima segmen, diantaranya segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional)
4. Program Pengembangan Produk Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.
5. Program Peningkatan Layanan Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu
28
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi Program sosialisasi dan komunikasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 25 Dalam penerapannya program ini grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah ini memilah menjadi dua cara yaitu ATL (above the line) & BTL (Below the line). Yang termasuk above the line dan below the line akan dijelaskan pada uraian berikut: Tabel 2.2 Tema Sosialisasi Beyond Banking26 Proporsi kegiatan sosialisasi Communication channel
Visualisasi (30% ATL)
Aktivasi (70 % BTL)
iklan tv iklan radio outdoor media iklan cetak.
Prioritas sasaran audiens
nasabah perbankan partisipan industri
media kreatif event publik eksebisi / pameran brand ambassador website & internet –based dialog & workshop seminar & konferensi. nasabah perbankan partisipan industri
25
186-189
26
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h.
Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008
29
stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan
Tujuan
Pesan yang akan diangkat
Inisiatif program
peningkaatan awareness kampanye edukasi / sosialisasi industri menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB (Possitioning, Defferentiation, Branding) menjelaskan keunggulan perbankan syariah mengajak menggunakan bank syariah
bank (DPbS).
indonesia
stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan stakehoders yang terkait langsung dengan pengembangan peningkatan jumlah account / transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak menggunakan bank syariah mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah.
menjelaskan keunggulan perbankan syariah penjelasan mengenai konsep produk syariah mengajak menggunakan bank syariah melakukan sosialisasi terhadap visi dan programprogram untuk pengembangan membantu penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan perbankan syariah bank indonesia (DPbS) kegiatan event eksebisi seperti pameran akan dilakukan menggalang partisipasi pelaku perbankan bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing
30
BAB III PERBANKAN SYARIAH DI INDONESI
A. Pengertian Pasar Perbankan Syariah Pasar, menurut para ahli, merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar- menawar, sehingga dengan demikian terbentuklah harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan perngertian yang lain tentang pasar, yakni merupakan kumpulan orang- orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. 27 Pasar dalam bab ini yang dibahas adalah pasar perbankan syariah, berarti mengandung kesimpulan orang- orang yang memenuhi keinginannya dengan daya beli (kemampuan) serta tingkah lakunya dalam manggunakan jasa atau fasilitas bank yang sesuai dengan prinsip syariah.
27
Dr. Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis,( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) , h. 35
31
1. Sistem Perbankan di Indonesia Untuk mengetahui bagaimana kedudukan bank syariah dalam sistem perbankan nasional, perlu terlebih dahulu dipahami bagaimana sistem perbankan yang saat ini berlaku di Indonesia. Pengertian sistem perbankan itu sendiri adalah menurut Emirzon (1998, h.23) “suatu tatanan yang didalamnya terdapat berbagai jenis bank yang terkait satu sama lain dan merupakan suatu kesatuan dengan mengikuti suatu aturan tertentu.” Sedangkan dalam redaksi lain, menurut Hermansyah (2006, h. 18) sistem perbankan adalah “ suatu sistem yang menyangkut tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.” Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa sistem perbankan itu merupakan suatu tatanan yang didalamnya terdapat unsur mengenai bank, baik menyangkut kelembagaannya, kegiatan usahanya serta cara dalam melaksanakan kegiatan usahanya dengan mengikuti aturan tertentu. Sistem perbankan yang ada di Indonesia harus mengacu pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Mengacu pada UU tersebut salah satu aspek yang perlu dipahami dalam sistem perbankan di Indonesia adalah diakui adanya bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah disamping perbankan konvensional, yang dikenal
32
dengan istilah dual banking system. 28 Disinilah salah satu letak kekhasan dari sistem perbankan di Indonesia, yang membedakan dari sistem perbankan yang berlaku di negara- negara lain (Sjahdeni 1999, h. 198). Yang sampai saat ini eksistensi bank syariah di Indonesia sudah sedemikian kukuh dengan terbitnya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 29
B. Landasan Hukum Terkait Perbankan Syariah 1. Urgensi UU Perbankan Syariah UU Perbankan Syariah sendiri sangat diperlukan karena beberapa alasan, yaitu: Pertama, sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, yang berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan. Kedua, bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa – jasa Perbankan Syariah semakin meningkat, seiring dengan kesadaran mamsyarakat muslim dan bahkan non muslim bahwa jasa- jasa bank syariah lebih sesuai dengan kebutuhan
28
Dual Banking system adalah penerapan dua sistem perbankan, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah dalam satu yurisdiksi negara (Faisal 2006, h. 59) 29
Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 36
33
riil masyarakat seperti pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).30 Ketiga, Perbankan syrariah memiliki kekhususan dibandingkan dengan perbankan konvensional nseingga memerlukan pengaturan khusus. Kekhususan itu seperti fokus pada sektor riil dan pengembangan bisnis yang halal. Keempat, pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan belum spesifik sehingga perlu diatur dalam Undang – undang tersendiri. Kelima, Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi pengembangan ekonomi nasional, salah satu saarana vital yang mendukung adalah adanya perngaturan yang memadai dan sesuai dengan karakteristik perbankan syariah sebagaimana telah tercantum dalam UU No. 21 Tahun 2008.31 2. Hierarki Hukum Nasional Dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan Perundang- undangan, hierarki hukum di Indonesia adalah (1) Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia 30
Zubairi Hasan, Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan Hukum Nasional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 10 31
Ibid, h. 11-12
34
Tahun 1945, (2) Undang- Undang (UU), (3) Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu), (4) peraturan Pemerintah (PP) , (5) Peraturan Presiden (Perpres), dan (6) Peraturan Daerah (Perda). Peraturan perundang- undangan berada diurutan teratas untuk itu peratuan yang berada
dibawahnya
tidak
boleh
bertentangan
dengan
peraturan
perundang- undangan yang berada diatasnya. 32 Dalam pembentukkan undang- undang DPR dan Presiden karena kalau satu pihak tidak menyetujui pasal- pasal dalam rancangan undangundang, maka rancangan undang- undang tidak dapat disahkan menjadi undang- undang. 3. Perbankan Syariah dalam UUD Dukungan konstitusi terhadap Perbankan Syariah dapat dilihat dalam pasal 33 ayat (4) UUD yang berbunyi:” Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi,
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Perbankan Syariah memenuhi kriteria yang terdapat dalam pernyataan dalam undang- undangan di atas, karena (1) Perbankan Syariah Sesuai dengan aspirasi masyarakat serta sangat tepat untuk masyarakat indonesia yang sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil dan 32
Ibid, h. 13
35
menengah
(asas
demokrasi
ekonomi),
(2)
Perbankan
Syariah
mengutamakan kemajuan bersama bukan kemajuan individu (asas kebersamaan), (3) Perbankan syariah sebagai solusi pembiayaan (asas keadilan dan kemandirian), (4) Perbankan Syariah tidak boleh bermitra dengan perusahaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan (asas keberlanjutan dan lingkungan), (5) Perbankan Syariah menggabung antara kepentingan duniawi dan ukhrawi (asas keeimbangan), (6) Perbankna Syariah sangat memajukan kemajuan sektor riil (asas kesatuan ekonomi nasional). 33Dengan adanya dukungan konstitusi di atas semestinya undang- undang perbankan syariah sudah disahkan sejak dulu. 4. Perbankan Syariah dalam UU Awalnya sudah ada UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaiman di ubah dengan UU No. 10 Tahun 1998. Namun, dalam UU tersebut ketentuan yang mengatur tentang perbankan syariah masih sangat minim, dalam pasal 6
UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
menyatakan bahwa Bank Umum dapat menyediakan pembiayaan bagi nasabah dengan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, dalam Undangundang ini telah dinyatakan akad- akad syariah dan ketentuan lain yang mengulas tentang perbankan syariah hanya 8 pasal yaitu Pasal 1 angka 33
Ibid, h. 17
36
(12), Pasal 6 huruf (n), Pasal 7 huruf (c), Pasal 8 ayat (1) dan (2), pasal 11 ayat (1) dan (4a), pasal 13, Pasal 29 ayat (3), dan Pasal 37 ayat (1) huruf (c). dari ke delapan pasal tersebut menimbulkan kerancuan antara ketentuan Bank Umum dan BPR dapat pula mengatur perbankan Syariah. Saat ini telah ada UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dalam UU ini telah di atur secara spesifik hal- hal apa saja yang dibutuhkan dalam perbankan syariah, untuk mendukung terlaksananya dari UU ini maka di dukung pula oleh beberapa pihak dan ketentuanketentuan lain yang membantu terlaksananya UU ini, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang di reppesentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS), fatwa yang dikeluarkan MUI melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI), dan di dalam interen Bank Indonesia sendiri di bentu Komite Perbankan Syariah (KPS) yang keanggotaannya terdiri dari perwakilan dari Bank Indnesia, Departemen Agama danunsur masyarakat yang komposisinya berimbang. Serta dalam hal penyelesaian sengketa terlibat pula peran Peradilan Agama.34 5. Perbankan Syariah dalam Peraturan Pemerintah Ada empat peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perbnkan Syariah., yaitu : Pertama, PP No. 70 Tahun 1992 tentang modal disetor pada Bank Umum, yang berubah menjadi PP No. 38 Tahun 1998. Kedua, PP No. 71 Tahun 1992 tentang BPR, dimana BPR yang menjalankan 34
Ibid, h. 18
37
berdasarkan prinsip bagi hasil harus mencantumkan secara tegas bahwa kegiatan bank semata- mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketiga, PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Keempat, PP No. 30 Tahun 1999, maka dengan adanya PP ini semua regulasi yang mengatur perbankan secara umum dan Perbankan Syariah secara Khusus tidak tidak lagi melalui PP melainkan melalui PBI. Kekuasaan untuk membina dan mengawasi bank selanjutnya beralih dari emerintah melalui Departemen Keuangan ke Bank Indonesia.35 6. Perbankan Syariah dalam Peraturan Bank Idonesia Peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah peraturan yang dikeluarkan ole Bank Indonesia untuk mengawasi dan membina semua bank yang berbadan hukum Indonesia atau beroperasi di Indonesia. Dalam UU Perbankan Syariah banyak pasal- pasal yang memerintahkan “ketentuan lebih lanjut mengenai hal tertentu diatur dalam PBI”.36 7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Salah satu sumber rujukan hukum tentang Perbankan Syariah adalah Fatwa MUI yang biasanya digodok oleh Dewan Syariah Nasioonal MUI (DSN MUI). Dengan adanya UU Perbankan Syariah maka fatwa MUI juga mempunyai pijakan. Hal ini karena UU Perbankan Syariah menentukan bahwa perincian mengenai prinsip syariah difatwakan oleh
35 36
Ibid, h. 20 Ibid, h. 22
38
MUI, yang kemudian diupayakan melalui PBI. Setelah melalui penggodokan di Komite Perbankan Syariah yang dibentuk oleh Bank Indonesia. Dalam pasal 26 UU Perbankan Syariah dinyatakan bahwa : (1) Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan/ atau produk dan Jasa Syariah, wajib tunduk kepada Prinsip Syariah; (2) Prinsip Syariah itu difatwakan oleh MUI; (3) Fatwa MUI dituangkan dalam PBI; (4) Dalam rangka penyusunan PBI, Bank Indonesia membentuk Komite Perbankan Syariah. Dengan demikian fatwa MUI tentang Perbankan Syariah dapat menjadi hukum positif yang diakui keabsahaannya dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. 37
C. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah Sejarah perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia diawali dari aspirasi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk memiliki sebuah alternatif sistem perbankan yang Islami. Selain itu, masyarakat meyakini bahwa sistem perbankan syariah yang menerapkan bagi hasil sangat menguntungkan, baik untuk nasabah dan bank. Pada awal tahun 1980-an, rintisan pendirian perbankan syariah mulai dilakukan. Maraknya seminar dan diskusi tentang urgensi bank syariah yang dilakukan masyarakat dan
37
Ibid, h. 26
39
akademisi kian memantapkan langkah untuk mendirikan sistem perbankan yang sesuai syariah. Sebagai sebuah uji coba, muncullah gagasan tentang bank syariah dalam skala kecil. Sejak itu, berdirilah Bait Al-Tamwil Salman di Institut Teknologi Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta. Keberadaan badan usaha pembiayaan non-bank yang mencoba menerapkan konsep bagi hasil ini semakin menunjukkan, bahwa masyarakat Indonesia membutuhkan hadirnya alternatif lembaga keuangan syariah untuk melengkapi pelayanan lembaga keuangan konvensional yang sudah ada. Mencermati aspirasi masyarakat untuk memiliki lembaga keuangan syariah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) selanjutnya menindaklanjuti aspirasi tersebut dengan melakukan pendalaman konsep-konsep keuangan syariah, termasuk sistem perbankan syariah. Pada tanggal 18-20 Agustus 1990, MUI menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Keempat MUI di Jakarta pada 22-25 Agustus 1990. Hasilnya, lahirnya amanat untuk pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam pertama di Indonesia. Kelompok kerja ini disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas untuk menindaklanjuti aspirasi dan keinginan masyarakat tersebut serta melakukan berbagai persiapan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasil kerja dari Tim Perbankan MUI ini adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI). Akte pendirian BMI
40
ditandatangani pada tanggal 1 November 1991 dan BMI mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Selain BMI, pionir perbankan syariah yang lain adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Mardhatillah dan BPR Berkah Amal Sejahtera yang didirikan pada tahun 1991 di Bandung, yang diprakarsai oleh Institute for Sharia Economic Development (ISED). Dukungan Pemerintah dalam mengembangkan sistem perbankan syariah ini selanjutnya terlihat dengan dikeluarkannya perangkat hukum yang mendukung sistem operasional bank syariah, yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan PP No. 72 Tahun 1992. Ketentuan ini menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan dengan prinsip bagi hasil. Dalam sistem perbankan ganda ini, kedua sistem perbankan secara sinergis dan bersama-sama memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta mendukung pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Pada tahun 1998, terjadi perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Perubahan itu semakin mendorong berkembangnya keberadaan sistem perbankan syariah di Indoneisa. Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, Bank Umum Konvensional diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Dalam UU ini pula untuk pertamakalinya nama “bank
41
syariah” secara resmi menggantikan istilah “bank bagi hasil” yang telah digunakan sejak tahun 1992. Dalam perjalanan waktu, pengalaman membuktikan bahwa sistem perbankan syariah telah menjadi salah satu solusi untuk membantu perekonomian nasional dari krisis ekonomi dan moneter tahun 1998. Sistem perbankan syariah terbukti mampu menjadi penyangga stabilitas sistem keuangan nasional ketika melewati guncangan. Kemampuan itu semakin mempertegas posisi sistem perbankan syariah sebagai salah satu potensi penopang perekonomian nasional yang layak diperhitungkan. Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Dengan positioning khas perbankan syariah sebagai “lebih dari sekedar bank” (beyond banking), yaitu perbankan yang menyediakan produk dan jasa keuangan yang lebih beragam serta didukung oleh skema keuangan yang lebih bervariasi, diyakini bahwa di masa mendatang minat masyarakat Indonesia akan semakin tinggi untuk menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya, hal tersebut akan meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam mendukung stabilitas sistem keuangan nasional, bersama-sama secara sinergis
42
dengan bank konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem perbankan ganda) Arsitektur Perbankan Indonesia (API).38 Di indonesia Bank Syariah pertama kali didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bila dibandingkan dengan negaranegara lain memang perkembangan bank syariah di Indonesia dinilai terlambat, namun saat perkembangan bank syariah di Indonesia terus berkembang terlihat dari jumlah kelembagaan bank syariah yang terus bertambah. Bila pada periode 1992- 1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, di tahun 2005 jumlah bank syariah di Indonesia sudah bertambah menjadi 3 Bank Umum Syariah dan 17 Unit usaha syariah. Sementara itu BPRS juga bertambah hingga tahun 2004 mencapai 88 buah. Data Bank Indonesia tahun 2005 prospek perbankan syariah di Indonesia cukup baik. Di tahun 2004 volume usaha bank syariah telah mencapai 14.0 Triliun rupiah, dengan tingka pertumbuhan sebesar 88,6 persen. Target Bank Indonesia di tahun 2005 diperkirakan mencapai 24 Triliun rupiah, ternyata pangsa pasar perbankan syariah mencapai 20.88 Triliun rupiah. Terlihat target bank indonesia dalam mengejar pangsa pasar yang lebih besar belum tercapai. Perkembangan perbankan syariah ini tentunya harus didukung oleh sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun
38
http://ib.eramuslim.com/2008/12/01/sejarah-perkembangan-industri-perbankansyariah-di-indonesia/ diakses 24 Febuari 2011
43
kualitasnya. Namun, realitas yang ada masih banya sumber daya insani yang tidak memiliki pengalamanpraktis maupun akademis dalam bidang perbankan syariah
yang
tentu
saja
mempengaruhi
tingkat
produktivitas
dan
profesionalisme perbankan syariah.39
D. Pangsa Pasar Perbankan Syariah Peluang pengembangan perbankan syariah di Indonesia dimasa datang sungguh sangat memiliki potens yang besar. Pertama:, penduduk Indonesia mayoritas beragama muslim, sekitar 88 persen dari jumlah penduduknya sehingga size market yang dapat digarap jumlahnya cukup besar. Kedua: kekayaan alam Indonesia yang sangat banyak, sumber daya alam yang beragam, sehingga berpotensi proyek- proyek yang dijalankan dapat dibiayai dengan skim syariah dari beberapa sektor yang dijalankan di Indonesia. Ketiga: market share perbankan syariah di Indonesia memang cukup kecil bila dibandingkan dengan negara- negara lain yang sudah jauh lebih dulu mengembangkan
perbankan
syariah.
Namun,
dilihat
dari
tren
pengembangannya bank syariah di Indonesia jauh lebih pesat, dari segi kelembagaan sudah terlihat bertambahnya jumlah lembaga keuangan syariah setiah tahunnya. Menurut Bank Indonesia perkembangan & pertumbuhan
39
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E, M.B.A., M.A.E.P, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), edisi ketiga h. 25-27
44
pasar keuangan (khususnya perbankan) syariah nasional yang semakin meningkat. Keempat: banyaknya dukungan baik dari pemerintah maupun Bank Sentral yaitu Bank Indonesia. Dengan adanya UU tentang perbankan syariah, dan UU tentang SBSN dan UU lain yang lebih spesifik dengan akad syariahnya, itu dapat menjadi tanda bahwa pemerintah serius dalam mengembangkan lembaga keuangan syariah dan juga perbankan syariah. Selain itu juga peran Bank Indonesia dalam membuat ide office channeling sehingga memudahkan membuat jaringan perbankan syariah untuk semakin berkembang. Kelima: adanya dukungan dari organisasi keagamaan seperti dari Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Dimana peran organisasi tersebut sangat membantu perkembangan perbankan syariah dan kebijakan – kebijakan yang di buat oleh pemerintah dan bank Indonesia terkait dengan perbankan syariah juga tidak dapat berjalan maksimal tanpa dukungan dari organisasi masyarakat.40 Keenam, Socio-cultural masyarakat Indonesia dipandang sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem ekonomi dan keuangan syariah misalnya gotong royong dalam berbagi hasil. Di Pasar Global pangsa pasar perbankan syariah sekitar 1,3 miliar penduduk muslim dunia merepresentasikan 20% populasi dunia. Potensi 40
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta :UIN press, 2009), h. 104-105
45
sumber daya alam negara-negara muslim mendominasi potensi sumber dauya alam dunia. Perbankan syariah bukan hanya menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia tapi juga telah menjadi kecenderungan dunia internasional, termasuk negara- negara non-muslim, seperti Inggris & beberapa negara Eropa, China, India, dan Singapura.41
E. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah. Perbankan Syariah memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi keunikan sekaligus keunggulan jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Namun disisi lain untuk mengembangkan perbankan syariah masih banyak kendala yang dihadapi, serta memiliki tantangan tersendiri untuk lebih menoptimalkan potensi serta memperbesar pasar perbankan syariah. 1. KEKUATAN a. Karakteristik utama yaitu menerapkan prinsip syariah selama ini masih ada masyarakat yang menganggap religius yang masih enggan menyimpankan dananya di bank karena adanya riba berupa bunga, maka dengan kehadiran Bank Syariah, segmen masyarakat tersebut akhirnya memiliki solusi untuk menyimpan 41
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
46
dana. Karena kondisi kedaruratan yang selama ini menjadi dasar masyarakat muslim untuk menabung di bank konvensional telah hilang seiring dengan telah hadirnya bank syariah di Indonesia. Sehingga apabila masih ada orang yang berargumentasi menabung di bank konvensional boleh secara agama karena situasi darurat maka itu adalah argumentasi keliru. Produk-
produk
perbankan
syariah
baik
produk
penghimpunan dana maupun produk penyaluran dana keduanya sesuai dengan prinsip syariah. Jika pada bank konvensional terjadi tidak adanya integrasi yang terpisah antara nasabah penabung dengan pihak bank, dan antara nasabah peminjam dengan pihak bank. Dan keuntungan yang diperoleh oleh bank adalah adanya selisih bunga yang dikenakan kepada nasabah peminjam dengan bunga yang diberikan kepada nasabah penabung. Sedangkan pada bank syariah ada integrasi baik antara pihak bank , nasabah penabung dan nasabah peminjam. Dimana sistem yang diterapkan adalah bagi hasil, jadi jika hasil yang didapatkan dari nasabah peminjam kecil maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung juga kecil dan sebaliknya. Di bank konvensional, dana- dana yang dihimpun dari nasabah dapat disalurkan ke sektor – sektor usaha yang bebas tanpa syarat kesyariatan. Jadi nasabah tidak perlu khawatir dana yang
47
ditaruh di bank syariah di pergunakan untuk hal- hal yang bertentangan dengan syariat, selain itu di bank syariah juga memiliki dewan pengawas syariah yang bertugas mengawasi bank syariah. 42 b. Menjunjung Keadilan dan Menentramkan Umat Dalam perbankan syariah sistem yag diterapkan lebih adil baik dari segi nasabah penabung maupu nasabah peminjam. Danadana yang disimpan dalam bank syariah di prioritaskan untuk digunakan membiayai pada sektor riil. Jadi nasabah tidak perlu lagi takut kehilangan dananya seperti yang terjadi saat krisis tahun 1997 dimana banyak bank yang dilikuidasi, namun karena bank syariah
lebih fokus ke sektor riil maka lebih tahan terhadap
goncangan krisis ekonomi. Lebih adil disini terlihat dari besarnya bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung, karena jika nasabah peminjam memberikan bagi hasil yang tinggi maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah penabung juga tinggi. 43 Nasabah yang ingin membangun usaha dengan meminjam dana di bank juga tidak perlu takut lagi dengan adanya bunga yang tinggi. Karena besarnya bunga disesuaikan dengan besarnya pendapatan usaha. Jika pendapatan usaha yang dijalankan oleh 42
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 151 43 Ibid, h. 152
48
nasabah peminjam tinggi maka bagi hasil usaha juga tinggi dan jika pendapatan usaha nasabah peminjam rendah maka bagi hasil juga rendah, hal in terbukti lebih adil jadi bank ikut merasakan beban usaha yang ditanggung oleh nasabah peminjam. Nasabah lebih tentram dan merasa adil karena tidak ada pihak yang dirugikan. c. Lebih tahan menghadapi krisis Di tahun 1997 Indonesia pernah dilanda krisis moneter sehingga nilai rupiah mengalami depresiasi besar. Uang tidak lagi hanya sekedar berfungsi sebagai alat tukar melainkan sudah menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif spekulasi dari para pemegang uang. Sehingga sektor moneter seringkali telah lebih maju daripada sektor riil yang mengakibatkan munculnya fenomena bubble economic, yaitu seakan- akan ekonomi mengalami pertumbuhan yang tinggi namun tanpa memiliki fondasi yang kuat, sehingga apabila diterpa sedikit masalah akan langsung goyah dan telah terbukti dengan adanya krisis ekonmi tahun 1997. Ketidakterkaitan antara sektor riil dan sektor moneter ini mengakibatkan persoalan serius. Baban bunga yang tinggi tidak akan mungkin mampu ditanggung oleh para pengusaha. Namun karena pengusaha memerlukan likuiditas kredit bunga tinggi
49
terpaksa diambil. Tahap berikutnya bank tersebut mengalami kredit macet, karena para pengusaha tidak mampu membayar beban yang harus ditangungnya. Hal ini berbeda dengan sistem keuangan syariah yang menganggap uang hanya sebagai alat tukar. Sebagai alat tukar uang tidak akan menghasilkan nilai tambah apapun kecuali apabila dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian setiap transaksi keuangan harus dilatarbelakangi dengan sektor riil. Ketika bank banyak bank konvensional yang mengalami negative spread dan mengalami kesulitan likuiditasnya, Bank Muamalat Indonesiasebagai bank Syariah yang pertama di Indonesia mampu melewati krisis ekonomi ini. Hal ini menunjukkan Bank Syariah tidak akan mengalami gejolak yang berarti apabila terjadi krisis ekonomi, karena segala aktivitas Perbankan Syariah selalu mempunyai sandaran sektor riil. 44 d. Payung hukum yang jelas Saat ini dengan adanya Undang- undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbakan Syariah,
menjadi payung hukum
perbankan syariah dalam menjalankan operasional perbankan syariah di Indonesia. Selama ini kendala dalam pengembangan
44
Ibid, h. 153
50
perbankan syariah adalah ketiadaannya payung hukum yang tersendiri mengatur tentang perbankan syariah. Sampai tahun 1998 hanya ada satu perbankan syariah di Indonesia, namun seiring waktu sebagai pembuktian bank syariah yang tahan krisis maka lahirlah undang- undang No. 10 tahun 1998 yang mulai mengakui bank berdasarkan prinsip syariah. Namun seiring perjalanan perbankan syariah masih dibutuhkan undang- undang yang khusus mengatur tentang perbankan syariah, dan hal yang dinantika ini akhirnya terwujud dengan lairnya undang- undang No. 21 tahun 2008. Diharapkan dengan lahirnya undang- undang ini diharapkan target penguasaan market share Perbankan Syariah sebesar 5 persen yang tidak tercapai pada tahun 2008 mampu merealisasikan di tahun 2009. Dan semoga kedepannya perbankan syariah mampu memiliki penguasaan market share yang seimbang dengan perbankan konvensional.
2. KENDALA a. Jaringan Rendah dan Pemerataan Ini merupakan salah satu hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk melihat preferensi masyarakat terhadap bank syariah. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi mayarakat terhadap bank syariah yang dilakukan Bank
51
Indonesia
menunjukkan tingginya
minat
masyarakat
terhadap
perbankan syariah. Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas layanan termasuk ketersediaan jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang salah satu caranya diatasi dengan office channeling, yaitu bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah dapat membuka konter layanan syariah di cabang konvensionalnya. Apabila sebelumnya bank yang memiliki unit usaha syariah hanya dapat melayani nasabah yang ingin membuka rekening di unit usaha syariah harus datang ke cabang syariah. Maka dengan adanya office channeling ini mereka tidak perlu datang ke cabang syariah, tapi bisa dilayani di cabang konvensionlanya yang membuka counter layanan syariah. Bank bank Umum syariah yang mengambil kebijakan untuk bekerjasama dengan bank konvensional atau instansi lain dalam rangka memperluas pasarnya.45 b. Loyalitas Nasabah Bank Syariah Nasabah yang mempergunakan jasa Bank Syariah terbagi menjadi dua segmen nasabah, yaitu yang pertama adalah nasabah yang loyal terhadap perbankan syariah, dimana ia menggunakan jasa layanan bank syariah karena semangatnya untuk menegakkan syariat. Sehingga ia tidak akan mempersoalkan bagaimana besarnya prosentase bagi hasil yang diberikan oleh bank syariah jika 45
Ibid, h. 155
52
dibandingkan dengan besaran tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Nasabah segmen kedua adalah nasabah yang tidak loyal pada perbankan syariah, dimana mereka menabung di Bank Syariah dengan memperbandingkan berapa besaran presentase bagi hasil di bank syariah dengan tingkat suku bunga di bank konvensional. Dengan selisih sekitar dua persen (dari tingkat bunga bank konvensional), segmen nasabah ini masih loyal di bank Syariah, tetapi lebih dari itu segmen nasabah ini bisa berpindah ke bank konvensional. Di Triwulan ketiga pada tahun 2005 tren meningkatnya suku bunga berdasarkan analisis BI juga sempat membuat perbankan syariah mengadapi resiko pengalihan dana (dari bank syariah ke bank konvensional). Diperkirakan lebih dari Rp 1 Triliun dana nasabah dialihkan pada triwulan ketiga pada tahun 2005. Namun, kepercayaan deposan pada Perbankan Syariah terbukti dapat dipulihkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yangmencapai Rp 2.2 Triliun pada akhir tahun. 46 Kenaikan akumulasi dana pihak ketiga Perbankan syariah merupakan peluang, sekaligus tantangan karena tanpa pengelolaan yang tepat justru masalah akan datang.
46
Ibid, h. 156-157
53
c. Sosialisasi dan Edukasi Masyarakat Kurang sosialisasi dan komunikasi serta edukasi. Masih banyak masyarakat yang berasumsi bahwa tidak ada perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional hanya sekedar menambah lebel Syariah dibelakang nama banknya serta merubah istilah bunga menjadi bagi hasil. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui sistem bagi hasil karena kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Upaya sosialisasi, pelatihan dan edukasi publik akan intensif, baik yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia maupun pihak- pihak terkait lainnya, memberi harapan akan adanya tambahan jumlah SDM yang berkualitas di bidang perbankan disamping juga adanya peningkatan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal terkait dengan perbankan syariah. 47 d. Sumber Daya Manusia Bank syariah saat ini masih kekurangan sumber daya manusia yang menguasai aspek fiqh tentang Perbankan Syariah dan pengetahuan menejemen perbankan praktis. Hal ini terutama dirasakan di unit usaha syariah di bank konvensional, karena sebagian karyawannya adalah karyawan bank konvensional yang dipekerjakan 47
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
54
di bank syariah dengan hanya diberikan pelatihan secukupnya, hal ini menyebabkan mereka kurang mengerti tentang sistem perbankan syariah secara menyeluruh. 48
3. PELUANG Walaupun menghadapi berbagai kendala , upaya pengembangan perbankan syariah tetap memiliki peluang dan prospek yang masih sangat terbuka, peluang Perbankan syariah antara lain: a. Perluasan Market share Perbankan Syariah Pengembangan perbankan dan keuangan syariah sebagai salah satu agenda nasional dengan dukungan koordinasi dan kerjasama antar lembaga negara serta pihak-pihak lainnya yang terkait terhadap upaya pengembangan tersebut. Perkembangan instrumen investasi dan pasar keuangan syariah yang semakin pesat sebagaimana ditunjukkan oleh semakin meluasnya penggunaan sukuk sebagai instrumen sumber dana baik oleh swasta maupun pemerintah dan volume transaksi pasar keuangan yang cukup tinggi. 49 Dengan berkembangnya berbagai
48
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 159-160 49
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT
55
instrumen maka berpeluang untuk meraup pangsa pasar yang lebih besar. b. Keunggulan Usaha Bank Syariah Produk, usaha yang ada di Bank Syariah ada yang tidak dapat dilakukan oleh bank konvensional. Dengan demikian bank syariah dapat menawarkan jasa- jasa lebih dari yang ditawarkan oleh sebuah investment banking, karena jasa- jasa bank syariah merupakan suatu kombinasi yang dapat diberikan oleh commercial bank, finance company dan merchant bank. Kegiatan Bank Umum Syariah lebih luas jika dibandingkan oleh Unit Usaha Syariah dari sebuah Bank Konvensional. Tidak semua usaha yang dilakukan oleh bank umum syariah dapat dilakukan oleh unit usaha syariah.50 c. Penduduknya Mayoritas Muslim Penduduk
yang
dominan
dengan
masyarakat
muslim
menjadipeluang utama bagi tumbuhnya perbankan syariah. Kuantitas penduduk yang besar bukan saja menjadi objek pasar tetapi juga sebagai objek islamisasi ekonomi (bank Syariah) sehingga dengan semakin banyak masyarakat yang mempunyai kesadaran tentang
50
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009, h. 162
56
ekonomi islam sehingga banyak pula penduduk yang menjadi nasabah ekonomi islam. 51
4. TANTANGAN a.
Sumber Daya Manusia (SDM) : Masih belum memadainya SDM di bidang perbankan syariah, baik secara kuantitas maupun kualitas yakni SDM pelaksana operasional bank syariah, SDM pengawas bank syariah di BI, SDM sektor penunjang (sektor keuangan lainnya, pendidikan, pengamat, dll). b.
Lingkungan Makroekonomi : Sifat operasional perbankan syariah yang secara langsung bersentuhan
dengan
sektor
riil
sangat
terkait
dengan
perkembangan lingkungan makroekonomi sehingga upaya untuk mewujudkan dan menjaga kondisi makroekonomi yang stabil merupakan
tantangan
yang
perlu
diperhitungkan
dalam
pengembangan perbankan syariah.52
51
Ibid, h. 164 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT 52
57
BAB IV ANALISIS KESESUAIAN ANTARA KONSEP GRAND STRATEGY BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN PASAR PERBANKAN SYARIAH DAN IMPLEMENTASI TAHUN 2008- 2010 A. Potret tentang Implementasi Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia 1. Implementasi Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010: Tabel 4.1 Aset Perbankan Syariah (dalam Triliun) Tahun
Aset BUS
Aset UUS
Aset BPRS
Total Aset
2008 2009 2010
34.036 48.014 79.186
15.519 18.076 18.333
1.693 2.126 2.739
51.248 68.216 100.258
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 9, No. 1, Desember 2010
Dari segi perkembangan aset perbankan syariah terus meningkat dari tahun 2008, 2009 hingga 2010. Di tahun 2008 aset Bank Umum Syariah mencapai 34 triliun rupiah, untuk unit usaha syariah mencapai aset seesar 15.5 triliun rupiah, dalam bank pembiayaan rakyat syariah aset tercapai sebesar 1. 7 triliun rupiah sehingga total aset di 2008 mencapai 51, 2 triliun rupiah. Tahun 2009 aset Bank Umum Syariah sebesar 48 triliun rupiah, untuk unit usaha syariah aset yang dapat di capai sebesar 18.1 triliun rupiah, sedangkan untuk bank pembiayaan rakyat syariah aset yang dimiliki sebesar
58
2.1 triliun rupiah, sehingga total aset perbankan syariah di tahun 2009 sebesar 68.2 triliun rupiah. Pada tahun 2010 total aset yang dicapai sebesar 100.26 triliun rupiah. Pencap[aian aset sebesar ini dirasa sangat menggembirakan.53 Di tahun 2010 aset bank umum syariah sebesar 79.2 triliun rupiah, sedangkan untuk unit usaha syariah mencapai 18.3 triliun rupiah. Aset yang dapat di capai oleh bank pembiayaan rakyat syariah adalah sebesar 2.7 triliun rupiah.
2. Program Pencitraan Baru Perbankan Syariah Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB (ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.54 Berikut ini citra yang melekat di industri perbankan syariah:
53
Hasil wawancara dengan peneliti bank di Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.
54
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 62
59
Tabel 4.2 Perubahan citra industri perbankan syariah Aspek Citra sekarang55 Positioning Bank untuk kalangan muslim / orang yang mau naik haji Atribut
Lebih menekankan ke simbol keislaman
Produk
Tabungan bagi hasil Pinjaman tanpa bunga tapi serupa dengan perbankan konvensional Banyak menggunakan istilah arab yang sebetulnya tidak banyak dimengerti oleh pelanggan atau calon pelanggan Jaringan terbatas Fasilitas layanan sering tidak bisa digunakan Bank yang adil dan menentramkan
Cara penawaran
Servis
Brand
Citra di masa depan56 Untuk semua kalangan yang menginginkan keuntungan kedua belah pihak: bank & pelanggan Lebih menekankan ke substansi/universal (sbg rahmatan lil alamin, kemanfaatan bagi semua) Produk dengan skema keuangan perbankan yang variatif
Selain tetap menggunakan istilah bahasa arab sebagai ciri khas juga menggunakan istilah lain selain istilah Arab yang lebih mudah dimengerti Jaringannya luas Fasilitas layanan bisa diandalkan Lebih dari sekedar bank (Beyond Banking)
3. Pemetaan Baru Segmentasi Pasar Perbankan Syariah Dalam konsep grand strategy ini Bank Indonesia menfokuskan untuk memetakan segmen nasabah perbankan syariah menjadi 5 segmentasi: (5 segmen nasabah tersebut adalah segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus,
55
Sumber: hasil riset focus group discussions (FGD) dalam modul Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, DPbS Juli 2008 56
Sumber: hasil riset FGD In depth Interview, dan Desk Research dalam modul Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, DPbS Juli 2008
60
segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional) Untuk mendukung pencitraan baru, terutama dalam mengubah persepsi tentang perbankan syariah yang ekslusif untuk golongan tertentu. Program pengembangan segmentasi akan berguna untuk mengkonkretkan langkah positioning ke benak konsumen yang menjadi target market. Sebagai acuan para pelaku untuk mengembangkan pasar perbankan syariah, telah dipetakan
segmentasi
baru
konsumen
perbankan
syariah
Indonesia
berdasarkan orientasi perbankan dan profil psikografisnya menjadi lima segmen:
Mereka yang sangat mengutamakan penggunaan Bank Syariah
(“pokoknya
Syariah”),
Mereka
yang
ikut-
ikutan,
Mereka
yang
mengutamakan benefit seperti kepraktisan seperti transaksi dan kemudahan akses, Mereka yang menggunakan Bank Syariah sebagai sarana pembayaran gaji dan transaksi bisnis, dan segmen mereka yang mengutamakan penggunaan jasa bank konvensional yang telah ada. Tabel 4.3 Segmentasi Nasabah Perbankan Syariah Bagi saya, riba adalah haram Menurut saya, bank berbasiskan bunga (konvensional) adalah termasukriba Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas Saya akan menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau sebagian besar teman/ atau saudara memakainya
Pokoknya Syariah (apapun kondisinya, pakai perbankan syariah)
Ikut Arus (mau pakai perbankan syariah
61
Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas & jaringan layanan sudah bagus Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional) Saya akan menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya Menurut saya bank yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga (syariah) memiliki keunikan masing- masing, saya akan menggunakan sesuai kebutuhan Saya akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah) supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan Saya belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah) dapat di praktekkan Saya belum menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami Saya akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga (syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya Saya akan tetap memakai bank yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai Saya akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem, persyaratan dan istilahnya sudah saya pahami Saya akan tetap memakai bank berbasis bunga (konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus Sumber: hasil riset kuantitatif DPbS BI
kalau sudah banyak yang pakai)
Sesuai kebutuhan (memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulannya)
Terpaksa (memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan)
Pokoknya konvensional (apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal)
62
Gambar 4.1 produk simpanan jangka pendek per segmen (%) 9% 34%
16%
24%
17%
terpaksa sesuai kebutuhan ikut arus pokoknya syariah pokoknya konvensional
4. Program Pengembangan Produk a. Tahun 2008: Produk perbankan syariah yang dikeluarkan masih relatif sama dengan tahun 2007, di tahun 2008 hanya menambah variasi produk yang ada sebelumnya, seperti: kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi emas iB, tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad mudharabah atau musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on balance sheet (akad mudharabah muqayadah)57 b. Tahun 2009: Produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI adalah produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB (jual beli mata uang asing Al- Sharf). Sedangkan produk produk yang telah ada sebelumnya yang disertai penambahan fitur misalnya tabungan wadiah / mudharabah iB dengan fasilitas bebeas biaya administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar dengan fasilitas safe
57
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13
63
deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk nasabah perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan dengan ATM dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada produk transfer antar negara.58 c. Tahun 2010: Produk baru yang diberikan persetujuan oleh Bank Indonesia adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan pengembangan produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu pembiayaan mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah mutlaqah keseluruhan dana berasal dari bank (shahibul maal), maka dalam pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana nasabah yang ditanamkan dalam suatu usaha/proyek. Sedangkan Produk pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’ seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE (heavy equipment).59
58
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27
59
DPbS BI, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, November 2010, h. 28
64
Tabel 4.4 Jaringan Kantor Perbankan Syariah Kelompok Bank
2007
2008
2009
2010
Bank Umum Syariah
3
5
6
10
Unit Usaha Syariah
26
27
25
23
Jumlah Kantor BUS & UUS
597
822
998
1388
Jumlah Layanan Syariah
1195
1470
1792
1140
Sumber: OUTLOOK PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2011
Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Sampai dengan triwulan III 2010 jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah meningkat seiring dengan munculnya pemainpemain baru baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS yang pada akhir tahun 2009 berjumlah 6 BUS bertambah 4 BUS dimana 2 BUS merupakan hasil konversi Bank Umum Konvensional dan 2 BUS hasil spin off Unit Usaha Syariahnya (UUS) sehingga jumlah UUS di tahun 2010 ini berkurang menjadi 23 UUS. Peningkatan jaringan kantor BUS dan UUS sampai triwulan III 2010 meningkat sebanyak 387 kantor, peningkatan ini terutama dari
65
pembukaan kantor cabang terutama kantor cabang pembantu. Sedangkan untuk layanan syariah mengalami penurunan sebanyak 652 menjadi 1140 pada triwulan III 2010. Penurunan ini dikarenakan adanya penutupan 2 UUS akibat spin off yang secara kelembagaan juga menutup layanan syariahnya. Namun demikian, penurunan jangkauan layanan syariah ini tidak akan menurunkan jangkauan layanan bank syariah kepada nasabah, mengingat penyebaran jaringan kantor bank syariah yang luas dan diperkirakan akan semakin bertambah di akhir tahun 2010 menyusul dikeluarkannya izin usaha PT. Bank Maybank Syariah pada Oktober 2010.
5. Program Peningkatan Layanan Untuk meningkatkan kualitas layanan yang didukung oleh kualitas SDM yang kompeten Bank Indonesia mengadakan Technical Assistance untuk meningkatkan kompetensi SDM perbankan syariah. Pelaksanaan edukasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan personil/SDM bank syariah dalam menganalisis dan memanfaatkan setiap peluang ekspansi pembiayaan serta kemampuan merancang dan menerapkan strategi pemasaran yang efektif. Kegiatan yang dilakukan meliputi serangkaian pelatihan analisis pembiayaan serta pelatihan strategic marketing (iB Marketeers Club). Tujuan pembentukan club tersebut adalah memberikan technical assistance yang
66
mendalam terhadap ilmu marketing modern yang diharapkan dapat membantu para iBankers untuk melakukan praktek pemasaran yang lebih inovatif. Berbeda dengan pelatihan lainnya, personil bank yang menjadi peserta pelatihan strategic marketing juga menjadi anggota marketeers club sehingga berkesempatan untuk bertukar pengalaman dan menambah wawasan dari praktisi dan pemerhati marketing yang bergerak di berbagai sektor usaha. Kegiatan Training of Trainers (TOT) pendidik, terutama dosen perguruan tinggi. Tujuan kegiatan TOT adalah untuk meningkatkan ketersediaan pengajar perbankan syariah. Selama tahun 2010 kegiatan TOT telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta, Palu, Surabaya, Banda Aceh, Ternate, Tasikmalaya dan Depok. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan TOT tersebut diupayakan secara terintegrasi dengan sosialisasi melalui event-event seperti Festival Nusantara ke-5, seminar dan pameran, sehingga proses komunikasi yang dilakukan berdampak lebih luas. Selain itu, sejalan dengan strategi komunikasi yang mengedepankan pengalaman langsung masyarakat berinteraksi dengan bank syariah, maka dalam setiap TOT disertakan wakil dari perbankan syariah. Secara umum antusiasme peserta terhadap kegiatan komunikasi terintegrasi ini cukup tinggi, termasuk di lokasi yang karena belum terdapat operasi bank syariah, maka untuk mendukung rangkaian kegiatan TOT penyelenggara mendatangkan bank syariah dari kota terdekat.
67
6. Program Sosialisasi dan Komunikasi Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah, strategi komunikasi yang ditempuh Bank Indonesia melalui pelaksanaan berbagai aktivitas edukasi guna menciptakan dan memperbesar demand terhadap produk dan layanan perbankan syariah, yang tertuang dalam media plan program sosialisasi dan edukasi masyarakat (iB Campaign) tahun 2010. Penyelenggaraan “iB Expo” dan/atau partisipasi “iB Paviliun” di beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta maupun di beberapa kota besar di Indonesia. Kegiatan ini merupakan refocusing dari kegiatan Festival Ekonomi Syariah (FES) yang telah dilaksanakan tahun 2008 dan 2009. Tujuan dari kegiatan ini iB Expo/iB Paviliun adalah untuk mendekatkan masyarakat perbankan
syariah
(interaksi langsung)
sekaligus
mendorong
dengan produk-produk
pengenalan
produk
serta
mengakomodir aktivasi langsung masyarakat terhadap produk dan layanan perbankan syariah. Konsep iB Paviliun merupakan penyediaan tempat khusus (pulau) untuk stand-stand bank syariah di daerah sebagai salah satu bentuk kegiatan kampanye (iB Campaign) bersama perbankan syariah, terutama bank-bank syariah yang memiliki budget terbatas untuk kegiatan promosi dan komunikasi. Sepanjang tahun 2010 telah terselenggara beberapa kegiatan iB Paviliun antara lain:
68
a. iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta (3-7 Maret 2010), diikuti oleh seluruh bank syariah di wilayah kerja KBI Yogyakarta dengan pencapaian nilai transaksi perbankan syariah sebesar Rp. 7.1 Milyar. b. Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo 1-9 Mei 2010 di Jakarta, yang diikuti oleh 9 bank syariah terkemuka berhasil membukukan transaksi pembiayaan KPR-iB sebesar Rp.249 Milyar. c. IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010, diikuti oleh 9 bank syariah dengan nilai transaksi mecapai Rp.150 Milyar. d. iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta diikuti oleh 5 bank syariah terkemuka dan 12 stakeholder perbankan syariah antara lain: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Masyarkat Ekonomi Syariah (MES), IAEI, BWI, ASBISINDO, ABSINDO, Perempuan Ekonomi Syariah (PES) e. Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta (Oktober 2010) Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta (November 2010) f. Bursa Properti iB di Surabaya (Desember 2010) Sosialisasi perbankan syariah kepada masyakarat luas, dilakukan dengan
strategi
sosialisasi
berbasis
komunitas
yaitu
strategi
komunikasi lebih terfokus terhadap segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah 5 segmen
69
nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional). Untuk tahun 2010 prioritas komunitas yang menjadi sasaran utama kegiatan sosialiasasi adalah: komunitas wanita dan pemuda (women and youth), komunitas pengusaha (entrepreneurs) dan komunitas pengguna internet (netizen). Pelaksanaan strategi pengembangan pasar melalui kegiatan komunikasi dan edukasi tidak terlepas dari sinergi dan kerjasama yang terus dikembangkan dengan berbagai institusi domestik seperti perguruan tinggi dan lembaga pelatihan, pemerintah daerah, Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBISINDO), Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), serta media massa. Dalam konteks yang berbeda, Bank Indonesia juga menjalin kerjasama strategis dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Kerjasama dimaksud dilaksanakan antara lain melalui program benchmarking ke otoritas dan perbankan internasional, diskusi fatwa / standar akuntansi, dan pelatihan perbankan dan sertifikasi kepada DPS perbankan syariah. Melalui kerjasama tersebut, diharapkan koordinasi, kesepahaman dan sinergi yang terbentuk dapat secara efektif memberikan solusi dan mendorong berkembangnya produk perbankan
70
syariah yang lebih variatif dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Disamping pengembangan aliansi domestik, Bank Indonesia juga secara aktif mengembangkan kerjasama dengan organisasi/forum internasional seperti Islamic Financial Services Board (IFSB), International Islamic Financial Market (IIFM), Asia Middle East Dialogue (AMED) melalui perantaraan Departemen Luar Negeri RI, dan Asia Pacific Rural and Agricultural Credit Association (APRACA). Sebagai salah satu pendiri, Bank Indonesia berpartisipasi dalam pengambilan keputusan strategis di IFSB dan IIFM. Selain itu, partisipasi dan kerjasama juga dilaksanakan melalui keanggotaan dalam sejumlah working group perumusan standar keuangan syariah internasional, serta penyelenggaraan seminar dan pertemuan regular di kedua lembaga internasional tersebut. Sementara itu kerjasama dengan AMED dan APRACA dilakukan melalui program pelatihan bagi negara-negara anggota. Pada tahun 2010 APRACA telah memberikan penghargaan Center of Excellence dan bersama AMED menjadikan Bank Indonesia sebagai pusat pelatihan perbankan syariah bagi negara-negara anggotanya Bentuk-bentuk kegiatan yang telah terlaksana sepanjang tahun 2010 antara lain:
71
a. Sosialisasi mengenai produk-produk perbankan syariah (product knowledge) kepada masyarakat luas melalui media massa (Above The Line) dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll), media elektronik (radio, TV, inflight vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta Api, Megatron dll) dan media online/internet. b. Seminar, Workshop, gathering seperti: Workshop Mahasiswa, Blogshop (pelatihan penulisan di media online), Workshop Wirausaha, gathering dengan komunitas wanita, komunitas pendengar radio, cobranding dengan kegiatan komunitas dan lain-lain akan dilaksanakan secara terintegrasi dengan beberapa kegiatan sosialisasi.Selain kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia secara aktif juga melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan dan narasumber. Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga cukup besar, sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan lebih dari 120 kegiatan sosialisasi.
72
B. Analisis Kesesuaian antara Implementasi dan Konsep Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah di Indonesia 1. Aset Perbankan Syariah Tahun 2008-2010 Konsep yang tercantum dalam grand strategy Bank Indonesia dalam segi pencapaian aset pada tahun 2008 hingga 2010 masing- masing memiliki skenario yang cukup jelas yaitu konservatif, moderat maupun agresif seperti yang sudah dipaparkan pada bab kedua. Pada tahun 2008 konsep dari Grand Strategy pada skenario agresif ditargetkan pada tahun 2008 mencapai aset perbankan syariah sebesar 62 triliun rupiah dan pertumbuhan aset sebesar 81 %, dalam skenario moderat nilai aset yang ditargetkan sebesar 50 triliun rupiah untuk pertumbuhan asetnya sebesar 44%, sedangkan dalam skenario konservatif nilai aset yang di targetkan adalah sebesar 45 triliun dan untuk pertumbuhan asetnya sebesar 32%. Dalam implementasinya di tahun 2008 nilai aset yang dicapai oleh perbankan syariah adalah sebesar 51 triliun rupiah. Jika disandingkan antara konsep dan implementasi maka skenario target dari grand strategy bank Indonesia yang tercapai adalah target moderat, karena nilai dari target moderat tersebut sebesar 50 triliun rupiah. Dan untuk pertumbuhan asetnya pada tahun 2008 pertumbuhan aset perbankan syariah lebih dari 44%.
73
Pada tahun 2009 target dari Grand strategy bank Indonesia juga memiliki skenario dengan pola yang sama seperti pada tahun 2008, yaitu skenario agresif, moderat, dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset yang ditargetkan adalah sebesar 87 triliun, untuk pertumbuhan aset sebesar 75% , dalam skenario moderat nilai aset yang ingin dicapai adalah sebesar 68 triliun untuk pertumbuhan aset sebesar 37%, dalam skenario konservatif target dalam pencapaian aset sebesar 57 triliun dan pertumbuhan aset sebesar 25%. Tahun 2009, implementasi aset perbankan syariah yang tercapai adalah sebesar 68 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa pada tahun 2009 target dari konsep grand strategy bank Indonesia yang tercapai pada tahun 2009 adalah dalam skenario moderat yaitu taerget
dan
implementasi aset perbankan syariah sebesar 68 triliun rupiah dengan tingkat pertumbuhan industri sebesar 37%. Pada fase ketiga yaitu tahun 2010, dimana telah melalui dua fase sebelumnya yaitu tahun 2008 dan 2009, maka di tahu 2010 juga memiliki skenario yang sama yaitu agresif, moderat dan konservatif. pada skenario agresif nilai aset yang ditargetkan pada perbankan syariah adalah sebesar 124 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 81 %, dalam skenario moderat nilai aset yang ditargetkan dalam konsep grand strategy adalah sebesar 97 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 43%. Pada
74
skenario berikutnya yaitu skenario konservatif nilai aset yang ditargetkan adalah sebesar 72 triliun rupiah dengan pertumbuhan aset sebesar 26%. Dalam implementasinya di tahun 2010 pencapaian aset perbankan syariah adalah sebesar 100 triliun rupiah. Hal ini menandakan bahwa telah melampaui target moderat yaitu sebesar 97 triliun rupiah namun juga belum mencapai target agresif yaitu sebesar 124 triliun rupiah. Jadi pada tahun 2010 pencapaian target lebih dari moderat namun belum mencapai agresif. Dengan nilai aset sebesar 100 triliun rupiah maka pertumbuhan aset industri perbankan syariah sebesar 47%.60 Untuk lebih singkatnya dijelaskan pada tabel berikut:
TARGET/ KONSEP IMPLEMENTASI
ANALISIS
60
Tabel 4.5 Tahun 2008; nilai aset 62 T Tahun 2009; nilai aset 87 T Tahun 2010; nilai aset 124 T
Tahun 2008 Nilai aset 51 T Tahun 2009 Nilai aset 68 T Tahun 2010 Nilai aset 100 T Tahun 2008 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar > 44% Tahun 2009 tercapainya target Moderat yaitu dengan adanya pertumbuhan sebesar 37% Tahun 2010 melebihi moderat > 97 T namun belum sampai ke target agresif <124 T
Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011 http://zonaekis.com/search/data-pertumbuhan-industri-indonesia-2011
75
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia yaitu 202 juta jiwa, industri keuangan syariah sebenarnya berpotensi berkembang pesat di Indonesia. Namun, dibandingkan dengan banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya, industri keuangan syariah Indonesia masih tertinggal cukup jauh sehingga belum mampu menempatkan Indonesia sebagai pemain utama di industri keuangan syariah global. Salah satunya adalah aspek perpajakan. Masalah netralisasi pengenaan pajak berganda atas transaksi murabahah di perbankan syariah baru diakomodasi saat UU No. 42 tahun 2009 tentang PPN berlaku saat 1 April 2010. Malaysia sudah mengakomodir hal ini sejak satu dekade yang lalu. Bahkan, di Singapura, Monetary Authority of Singapore juga melakukan revisi terkait pajak berganda di Industri keuangan syariah di negara tersebut pada tahun 2005. Perbankan syariah di Malaysia nilai aset tahun 2005 sebesar 12 persen, dan ditahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar 20 persen. 61 Perbankan syariah Indonesia memiliki target untuk menjadikan perbankan syariah Indonesia menjadi perbankan syariah yang terkemuka di ASEAN. Pada tahun 2010 pertumbuhan perbankan syariah
61
“Industri Keuangan Syariah masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010, h. 21
76
Malaysia sebesar 20%62, jika dilihat dari besarnya nilai aset perbankan syariah di Malaysia sebesar 337600000000 ringgit setara dengan 2500 rupiah berarti angka aset Perbankan Syariah Malaysia jika disetarakan dengan rupiah maka setara dengan 844.000.000.000.00063 rupiah atau 844 triliun sedangkan perbankan syariah Indonesia hanya memiliki aset sebesar 100 triliun. Dari segi aset saja Indonesaia belum bisa menandingi Malaysia. Jadi target menjadi perbankan syariah yang terkemuka di ASEAN belum tercapai. 2. Program pencitraan baru perbankan syariah Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning dalam konsep grand strategy ini adalah perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak. Dimana antara nasabah dan bank sebagai pengelola danadana keduanya saling memberikan keuntungan daru usaha- usaha yang dijalankannya. Sehingga antara nasabah pemilik dana yang menitipkan dananya untuk dikelola oleh bank merasa diuntungkan dengan bank dapat amanah dalam menjaga dananya. Dan dari segi bank maka bank merasa mendapatkan tanggung jawab dari dana- dana di amanatkan oleh nasabah 62
Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011. http://republika.co.id:8080/koran/126/125990/Menilik_Perbankan_Syariah_di_2011. diakses 2 April 2011 63
Choir, Sukuk Sumbangkan 20% Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http://zonaekis.com/sukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankan-syariah-malaysia
77
yang
telah
mempercayainya
untuk
mengelola
sesuai
dengan
kkesepakatan, yang diharapkan nantinya dapat memberikan keuntungan bagi keduanya. Dalam program possitioning ini akan dikonkretkan pada program pemetaan segmentasi nasabah. Dalam program differentiation yang meliputi program keberagaman produk dengan skema variatif, transparan agar adil bagi kedua belah pihak, kompeten dalam keuangan dan beretika, IT system yang update dan user friendly, Ahli investasi, keuaangan dan syariah. Dalam program keberagaman produk dengan skema variatif akan lebih di konkritkan dalam poin program pengembangan produk. Dan untuk program lainnya akan lebih dijelaskan pada poin edukasi dan kualitas layanan bank syariah. Sedangkan Branding perbankan syariah saat ini adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking” yang dibuat oleh bank Indonesia sebagai motto dari perbankan syariah Indonesia. 64 Tabel 4.6 TARGET/ KONSEP
64
Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning: perbankan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak Differentiation: (dijabarkan dalam segmen pengembangan produk)
Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
78
IMPLEMENTASI
ANALISIS
a. Beragam produk dengan skema variatif b. Transparan agar adil bagi kedua belah pihak c. Kompeten dalam keuangan danberetika d. IT system yang update dan user friendly e. Ahli investasi, keuaangan dan syariah Branding: “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking” Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB (ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali.65 Brand dari perbankan syariah sudah mulai dikenal oleh masyarakat dengan logo iB (ai-bi), “bank syariah lebih dari sekedar bank”dan nasabah perbankan syariah yang tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga non muslim (semua kalangan) 66
Dari aspek lain possitioning baru bank syariah sebagai perbankan yang menguntungkan kedua belah pihak hali ini masih banyak dikomentari, salah satunya adanya anggapan bahwa di bank syariah terjadi selingkuh kepentingan. Selingkuh kepentingan yang dimaksud adalah situasi dimana satu pihak atau seseorang yang sama dihadapkan pada kepentingan yang berbeda. Dalam konteks perbankan syariah selingkuh kepentingan sangat jelas terlihat dalam posisi bank yang pada saat bersamaan bertindak selaku
65
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 62
66
Hasil wawancara oleh peneliti Bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
79
shahibul maal, dan mudharib sekaligus. Dimana bank syariah memutar uang- uang yang bukan miliknya dan menciptakan uang- uang dari ketiadaan.67 Masyarakat yang menggunakan jasa perbankan syariah memang memiliki alasan yang berbeda- beda. Aspek differensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans, yang selalu up date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah Bank Syariah Lebih dari sekedar Bank atau Beyond Banking.” Visi baru pengembangan sebagai pasar yang atraktif itu akan dipayungi program pencitraan baru dengan memposisikan perbankan syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
3.
Program pengembangan segmen pasar perbankan syariah Dalam
pengembangan
dari
konsep
grand
strategy
ini
pengembangan segmen pasar perbankan syariah di tandai dengan nasabah yang menggunakan perbankan khususnya perbankan syariah dengan beberapa alasan. Pengelompokan segmen nasabah bank syariah dibagi menjadi 5 segmen yang dari masing- masing segmen memiliki alasan yang berbeda- beda. Segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah dikategorikan menjadi lima
67
h.169
Zaim Saidi, Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Delokomotif, 2010),
80
segmen nasabah yaitu segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional. Pertama, Segmen pokoknya syariah yang berarti apapun kondisinya, pakai perbankan syariah. Segmen ini memiliki pemahaman bahwa bagi mereka riba adalah haram, bank yang berbasiskan bunga (konvensional) adalah termasuk riba, dan mereka akan menggunakan bank yang tidak berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas. Nasabah pada segmen ini menempati urutan keempat dari hasil riset bank Indonesia menunjukkan segmen nasabah ini sebesar 16 %. Kedua, ikut arus pada segmen ini nasabah mau pakai perbankan syariah kalau sudah banyak yang pakai. Ciir dari nasabah pada segmen ini adalah mereka menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau sebagian besar
teman atau saudara
memakainya,
mereka akan
menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas & jaringan layanan sudah bagus, dan mereka akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional). Nasabah pada segmen ini menempati urutan ketiga yaitu sebesar 17%. Ketiga, pada segmen sesuai kebutuhan yang artinya memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulan yang dimiliki banknya.
81
Nasabah pada segmen ini memiliki ciri tersendiri yaitu menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya, bank yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai, Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga (syariah) memiliki keunikan masing- masing, mereka akan menggunakan sesuai kebutuhan. Nasabah pada segmen “sesuai kebutuhan” menempati urutan kedua sebanyak 24%. Keempat, terpaksa disini berarti memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan. Nasabah segmen ini memiliki ciri- ciri sebagai berikut: mereka akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah) supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan, mereka belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah) dapat di praktekkan, mereka belum menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami dan yang terakhir mereka akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga (syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya. Nasabah pada segmen ini menempati urutan terakhir yaitu ke lima dari lima segmen yaitu sebesar 9%. Kelima, Pokoknya konvensional nasabah pada segmen ini berarti apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal. Yang menjadi ciri nasabah pokoknya konvensional adalah mereka akan tetap memakai bank yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai, mereka
82
akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem, persyaratan dan istilahnya sudah saya pahami, mereka akan tetap memakai bank berbasis bunga (konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus. Nasabah pada segmen ini menempati urutan pertama yaitu sebesar 34%. Dari data- data dan hasil riset bank Indonesia yang telah dipaparkan di atas maka disini jelas terlihat bahwa nasabah perbankan di Indonesia masih banyak pada perbankan konvensional. Jadi di Indonesia memang perbankan konvensional masih dominan dalam segi menjaring nasabah dalam penempatan dana pada produk simpanan jangka pendek. Tabel 4.7 TARGET/ KONSEP
IMPLEMENTASI ANALISIS
Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. Dijelaskan pada tabel setelah ini. Dalam pengembangan dari konsep grand strategy ini pengelompokan segmen nasabah bank syariah dibagi menjadi 5 segmen. Yang dari masing- masing segmen memiliki alasan yang berbeda- beda.
Segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah (5 segmen nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional), akan dijelaskan pada tabel berikut:
83
Tabel 4.8 Bagi saya, riba adalah haram Menurut saya, bank berbasiskan bunga (konvensional) adalah termasukriba Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasiskan bunga (syariah) meskipun fasilitas dan jaringan layanannya sangat terbatas Saya akan menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) kalau sebagian besar teman/ atau saudara memakainya Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika fasilitas & jaringan layanan sudah bagus Saya akan menggunakan bank yang tidak berbasis bunga (syariah) jika dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan bank berbasis bunga (konvensional) Saya akan menggunakan bank berbasis dan tidak berbasis bunga (syariah) sama banyaknya Menurut saya bank yang tidak berbasis bunga (syariah) hanyalah alternatif bank berbasis bunga (konvensional) dan kedua- duanya bisa dipakai Karena bank berbasis bunga dan tidak berbasis bunga (syariah) memiliki keunikan masingmasing, saya akan menggunakan sesuai kebutuhan Saya akan memakai bank yang tidak berbasis bunga (syariah) supaya saya terlihat taat ajaran agama atau saya terbuka dalam soal keuangan Saya belum percaya bank tidak berbasis bunga (syariah) dapat di praktekkan Saya belum menggunakan bank tidak berbasis bunga (syariah) karena istilah dan sistem auditnya sulit dipahami Saya akan menggunakan bank tidak berbasiskan bunga (syariah) jika diminta oleh teman/ partner bisnis saya Saya akan tetap memakai bank yang berbasis bunga (konvensional) karena dari dulu sudah pakai Saya akan menggunakan bank berbasis bunga (konvensional) karena sistem, persyaratan dan
Pokoknya Syariah (apapun kondisinya, pakai perbankan syariah)
Ikut Arus (mau pakai perbankan syariah kalau sudah banyak yang pakai)
Sesuai kebutuhan (memakai syariah atau konvensional berdasarkan keunggulannya)
Terpaksa (memakai jasa perbankan syariah karena dituntut lingkungan)
Pokoknya konvensional (apapun kondisinya pakai perbankan konvensioanal)
84
istilahnya sudah saya pahami Saya akan tetap memakai bank berbasis bunga (konvensional) meski sekarang sudah ada bank tidak berbasis bunga dengan fasilitas dan jaringan yang bagus Sumber: hasil riset kuantitatif DPbS BI Gambar 4.2 produk simpanan jangka pendek per segmen (%) 9% 34%
16%
terpaksa sesuai kebutuhan ikut arus pokoknya syariah pokoknya konvensional
24%
17%
Citra yang melekat selama ini pada perbankan syariah adalah bank yang diperuntukkan untuk kalangan muslim/orang yang mau naik haji, dengan atribut yang menekankan kepada simbol keislaman, produk yang hampir serupa dengan produk konvensional dan layanan yang masih terbatas dengan brand “Bank yang adil dan menentramkan.” Setelah menjadi fenomena global dan menarik perhatian luas, perbankan syariah Indonesia semestinya memiliki citra baru yang bisa menarik muslim abangan, setengah santri atau non muslim. Perbankan Syariah adalah
untuk
semua
kalangan
yang
menginginkan keuntungan kedua belah pihak, bank dan pelanggan dengan atribut yang lebih menekankan ke substansi (universal values) sebagai rahmatan lil ‘alamin kemanfaatan bagi semua. Berbagai produk
85
dengan skema yang variatif, jaringan yang luas, serta fasilitas layanan yang bisa diandalkan, maka layaklah disematkan bahwa brand baru bank syariah, yakni “ Lebih dari sekedara Bank.” Melalui riset pasar terhadap nasabah perbankan syariah dan konvensional terlihat adanya paradoks dalam perilaku konsumen perbankan. Paradoks pengguna disebabkan oleh pengguna perbankan syariah di Indonesia cenderung berperilaku pragmatis, bahkan nasabah dari segmen “pokoknya syariah” ternyata juga adalah nasabah bank konvensional. Potret nasabah perbankan di Indonesia umumnya sudah memahami keunggulan masing- masing perbankan dimana perbankan konvensional unggul dalam jaringan yang luas dan memiliki fasilitas layanan yang handal dan luas yang pada saat ini belum bisa ditanda tangani oleh perbankan syariah. Disisi lain, perbankan syariah unggul karena karakteristik produk, sehingga mereka ingin menggunakan kedua jenis perbankan. Untuk merealisasikan pencitraan industri perbankan syariah “lebih dari sekedar bank”, diperlukan sebuah program pengembangan produk yang akan dapat mendorong pelaku untuk melakukan inovasi produk dan dapat mengeksplorasi kekayaan dengan perbankan konvensional. Program ini menjadi keharusan agar keunikan dan value proposition yang solid yang dimiliki perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional lebih terlihat jelas.
86
4.
Program pengembangan produk Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Dalam hal ini Bank Indonesia di tiap tahunnya mengalami progres dalam pengembangan produk dan jaringan kantor cabang demi meningkatkan kualitas layanan dan dalam memenuhi kebutuhan nasabah sesuai perkembangan zaman. a. Perkembangan Jaringan Layanan Pada tahun 2008 dalam layanan pada tahun ini jumlah bank umum syariah (BUS) sebanyak 3, Unit usaha syariah (UUS) sebanyak 28, Bank Perkreditan rakyat syariah (BPRS) sebanyak 128, jumlah kantor bank umum syariah dan unit usaha syariah sebanyak 841, jumlah layanan syariah 1440.68 Sebelumnya pada tahun 2007 jumlah bank umum syariah masih sama yaitu sebanyak 3 bank, sedangkan jumlah unit usaha syariah sejumlah 25 buah jadi pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebanyak 3 unit usaha syariah. Jumlah kantor BUS dan UUS di 2007 sejumlah 577, jadi pada tahun 2008 mengalami peningkatan dalam penambahan jumlah kantor BUS dan UUS sebanyak 264 buah. Jumlah layanan syariah
68
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h.22
87
mengalami penurunan 1053 yang artinya pengalami penurunan dari tahun 2007 sebesar 387. Pada tahun 2009 bank umum syariah berjumlah 5, unit usaha syariah sejumlah 24, jumlah kantor bank umum syariah dan unit usaha syariah 1059, jumlah layanan syariah 1685. 69 Dalam tahun 2009 UUS BRI dan Bukopin mengalami spin off sehingga jumlah BUS bertambah 2, sedangkan dengan UUS mengalami penurunan sebab ada penutupan 3 UUS masing- masing karena likuidasi UUS IFI, adanya merger antara UUS Lippo dan UUS Niaga menjadi UUS CIMB Niaga. Dan pada akhir 2009 terdapat penambahan 1 UUS baru yaitu UUS OCBS NISP. Sedangkan dari sisi peningkatan jumlah jaringan kantor bank syariah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Penambahan pada tahun 2009 sebanyak 218kantor cabang, layanan syariah (ofice channeling) sebanyak 245. Pada tahun 2010 jumlah BUS 10, jumlah UUS 23, jumlah kantor BUS dan UUS 1388,dan
jumlah layanan syariah sebanyak 1140.70
Selama tahun 2010, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) bertambah 5 dengan diterbitkannya izin usaha 5 BUS yaitu PT Bank Victoria Syariah, PT Bank BCA Syariah, PT Bank Jabar Banten Syariah, PT Bank BNI
69
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 31
70
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 31
88
Syariah, dan PT Bank Maybank Syariah Indonesia. Dari 5 izin BUS baru tersebut 3 diantaranya adalah izin konversi (perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank syariah) dan 2 lainnya adalah izin BUS hasil spin-off (pemisahan). Izin konversi diberikan kepada PT Bank Victoria Syariah (semula adalah PT Bank Swaguna), PT Bank BCA Syariah (semula adalah PT Bank UIB) dan PT Bank Maybank Syariah Indonesia (semula adalah PT Bank Maybank Indocorp), sedangkan izin usaha BUS hasil spin-off diberikan kepada PT Bank Jabar Banten Syariah dan PT Bank BNI Syariah. Dalam hal jaringan kantor BUS dan UUS hingga September 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 330 kantor. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah jaringan kantor terus mengalami peningkatan sebagai upaya BUS/UUS untuk mempertahankan /meningkatkan pangsa pasarnya. Sedangkan untuk Layanan Syariah (office channelling) dari UUS, karena adanya spin-off 2 UUS maka jumlahnya menurun dari 1.792 pada akhir tahun 2009 menjadi 1.140 pada September 2010.71 Disetiap tahunnya target dari bank Indonesia yaitu dari segi kelembagaan dalam rangka meningkatkan market share dan pelayanan yang luas maka jumlah kantor bank syariah harus bertambah, untuk tahun
71
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 35
89
2008- 2010 dalam hal kelembagaan terlihat mengalami pertumbuhan berarti taget bank Indonesia tercapai. b. Pengembangan Produk Di tahun 2008 dalam hal pengembangan produk perbankan syariah yang dikeluarkan masih relatif sama dengan tahun 2007, di tahun 2008 hanya menambah variasi produk yang ada sebelumnya, seperti: kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi emas iB, tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad mudharabah atau musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on balance sheet (akad mudharabah muqayadah).72 Pada tahun 2009 produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI adalah produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB (jual beli mata uang asing Al- Sharf). Sedangkan
produk produk yang telah ada sebelumnya yang disertai
penambahan fitur misalnya tabungan wadiah / mudharabah iB dengan fasilitas bebas biaya administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar dengan fasilitas safe deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk nasabah perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan
72
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13
90
dengan ATM dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada produk transfer antar negara.73 Dan ditahun 2010 produk baru yang diberikan persetujuan oleh Bank Indonesia adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan pengembangan produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu pembiayaan mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah mutlaqah keseluruhan dana berasal dari bank (shahibul maal), maka dalam pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana nasabah yang ditanamkan dalam suatu usaha/proyek. Sedangkan Produk pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’ seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE (heavy equipment). Dari segi penambahan produk baru dalam rangka pengembangan produk, di tiap tahunnya dari tahun 2008-2010 bank Indonesia memberikan perizinan untuk produk baru baik modifikasi fitur dari produk yang telah ada maupun meluncurkan produk baru, walaupun tidak
73
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27
91
banyak produk baru setiap tahunnya yang dihasilkan namun target untuk menghasilkan produk baru sudah tercapai.
TARGET/ KONSEP
IMPLEMENTASI
Tabel 4.9 Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Tahun 2008: Jumlah BUS 3, UUS 28, BPRS 128, jumlah kantor BUS & UUS 841, jumlah layanan syariah 1440 Produk perbankan syariah yang dikeluarkan masih relatif sama dengan tahun 2007, di tahun 2008 hanya menambah variasi produk yang ada sebelumnya, seperti: kartu pembiayaan syariah iB, produk investasi emas iB, tabungan iB untuk anak, pembiayaan iB dalam US dollar (akad mudharabah atau musyarakah), pembiayaan iB yang dilakukan secara sindikasi on balance sheet (akad mudharabah muqayadah) 74 Tahun 2009: BUS 5,UUS 24, jumlah kantor BUS dan UUS 1059, jumlah layanan syariah 168575 Produk baru yang diberikan persetujuan oleh BI adalah produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB (jual beli mata uang asing Al- Sharf). Sedangkan produk produk yang telah ada sebelumnya yang disertai penambahan fitur misalnya tabungan wadiah / mudharabah iB dengan fasilitas bebeas biaya administrasi , tabungan mudharabah iB Dollar dengan fasilitas safe deposit box bagi nasabah, giro mudharabah iB untuk nasabah perseorangan yang diberikan tambahan fasilitas penarikan dengan ATM dan penambahab fitur layanan transfer cash to cash pada produk transfer antar negara.76
74
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 13
75
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 31
76
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 27
92
ANALISIS
Tahun 2010: BUS 10,UUS 23, jumlah kantor BUS dan UUS 1388, jumlah layanan syariah 114077 Produk baru yang diberikan persetujuan oleh Bank Indonesia adalah Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. Akad Mudharabah Musytarakah merupakan pengembangan produk yang sebelumnya telah ada di bank tersebut yaitu pembiayaan mudharabah mutlaqah. Apabila dalam produk mudharabah mutlaqah keseluruhan dana berasal dari bank (shahibul maal), maka dalam pembiayaan mudharabah musytarakah terdapat bagian dana nasabah yang ditanamkan dalam suatu usaha/proyek. Sedangkan Produk pembiayaan Term Finance adalah produk pembiayaan dengan akad IMBT dengan aset atas nama nasabah sejak awal masa pembiayaan. Pembiayaan ini terutama untuk pembiayaan untuk aset yang bersifat “registered asset’ seperti building, aircraft, dan kendaraan bermotor non HE (heavy equipment).78 Disetiap tahunnya target dari bank Indonesia yaitu dari segi kelembagaan dalam rangka meningkatkan market share dan pelayanan yang luas maka jumlah kantor bank syariah harus bertambah, untuk tahun 2008- 2010 dalam hal kelembagaan terlihat mengalami pertumbuhan berarti taget bank Indonesia tercapai. Dari segi penambahan produk baru dalam rangka pengembangan produk, di tiap tahunnya dari tahun 2008-2010 bank Indonesia memberikan perizinan untuk produk baru baik modifikasi fitur dari produk yang telah ada maupun meluncurkan produk baru, walaupun tidak banyak produk baru setiap tahunnya yang dihasilkan namun target untuk menghasilkan produk baru sudah tercapai.
77
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 31
78
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010, h. 28
93
Kualitas layanan perbankan syariah yang ternyata tidak kalah dibandingkan perbankan konvensional akan terus diupayakan. Peningatan kualitas layanan perbankan syariah diarahkan ke memperkecil gap ekspektasi dan layanan sebagai lembaga yang universal dan handal.
5.
Program peningkatan kualitas layanan Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Melaksanakan berbagai pelatihan SDM office channeling dan stakeholder, bekerjasama dengan lembaga- lembaga pendidikan semisal Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN). Di tahun 2008, bank Indonesia memiliki konsep bagi programprogram yang menunjang peningkatan kualitas layanan. Programprogram tersebut antara lain: Edukasi di intensifkan melalui seminar, diskusi, workshop, pelatihan, excekutive overview bagi jajaran eksekutif Bank Umum Konvensional, Training of Trainer (TOT), kuliah umum
94
talkshow dan roadshow ke stakeholders. Semisal expo dan pasar rakyat BI di daerah- daerah Medan, Yogyakarta, Surabaya.79 Dalam mendukung program- program tersebut berbagai acara telah dilaksanakan seperti : 1). Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 (dalam acara ini mencakup mini workshop, ada 10 acara workshop diantaranya: a) Ekonomi Islam Sebuah Hukum Alam b) Mengkaji Kegiatan Moneter Berbasis Syariah c) Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Nasional d) Mengenal Sistem Informasi Bisnis Nasional e) Bagaimana Bank Indonesia Mengawasi Bank Syariah f) Mengenal Arsitektur Perbankan Syariah g) Apakah Bank Syariah Benar- Benar Syariah h) Pengenalan Uang Palsu Dan Uang Cacat i) Riba Dari Masa Ke Masa j) Ingin Mendirikan Bank Syariah 2). Pada tahun 2008 juga diimplementasikan SIMWAS (sistem informasi manajemen pengawasan) untuk bank umum syariah dan BPRS berupa modul tingkat kesehatan. Pada tahun 2008 program edukasi pada tahun ini sudah termasuk di acara Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 yang dinilai cukup baik, 79
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2008, november 2007, h. 4
95
dalam artian target tercapai. Untuk itu di tahun 2009 akan diadakan FES untuk yang kedua kalinya. Tahun 2009 bebagai program juga telah dilaksanakan yaitu: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah (PDPS), dikombinasi dengan materi service excellence, iB workshop bagi CEO perbankan syariah, Training of Trainers (TOT), dan bantuan narasumber kegiatan edukasi dan sosialisasi di sediakan pihak ketiga. Program PDPS Plus Service Excellence diperuntukkan bagi pegawai frontliner yang bertujuan untuk membekali para pegawai tentang pengetauhan perbankan syariah. Untuk para pimpinan diadakan iB Workshop “Leadership and Change Management “. Untuk meningkatkan ketersediaan trainers BI menyelenggarakan TOT dengan peserta para dosen dan mahasiswa. TOT dilakukan di empat kota: Jambi, Jayapura, Mataram, dan Makassar. Untuk menambah sinergi kegiatan edukasi masyarakat BI membentuk forum masketing dan communication (iB Markom). Dan membentuk kerjasama dengan lembaga- lembaga terkait: Dewan Syariah Nasional (DSN) -MUI, International Center for Development in Islamic Finance (ICDIF) -LPPI, Komite
Asuransi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAIKAS),
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Asosiasi Bank Syariah Indonesia- (Asbisindo) dan universitas serta lembaga pelatihan di Indonesia.
96
Dalam lingkup internasional BI sebagai full members pada lembaga Islamic Financial Service Board (IFSB), International Islamic Financial Market (IIFM) dan Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Market (AAOIFI). Working group IFSB yang melibatkan BI yaitu Capital Adequacy, Sharia Governance, Bussiness Conduct, dan Financial Database. BI juga menfasilitasi penyelenggaraan IFSB Workshop on Corporate governance & Supervisory Review Process yang diikuti oleh para pelaku perbankan syariah 80 ِ Bentuk Acara Diskusi Yang Dilaksanakan Pada FES 2009 Adalah (1) University Gathering, (2) Ib Family’s Financial Planning, (3) Sarasehan “ Building Islamic Economic Verteces: Towards A Firmer Economic Independence. Pada tahun 2009 bentuk pelatihan- pelatihan dalam rangka meningkatkan SDM perbankan syariah telah terlaksana dengan baik, target bank bank indonesia tercapai dalam hal penyelenggaraan namun disisi lain masih ada kendala dalam hal sosialisasi karen aantara target dan biaya yang dikeluarkan untuk acara tersebut dinilai “kurang efektif“ 81 baik dari segi segmen nasabah dan besarnya dana yang dikeluarkan dalam acara tersebut sehingga untuk tahun 2010 tidak diadakan FES selanjutnya.
80 81
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 13-14 Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
97
Program yang dijalankan di tahun 2010 antara lain Technical Assistance untuk meningkatkan kompetensi SDM perbankan syariah. Kegiatan Training of Trainers (TOT) pendidik, terutama dosen perguruan tinggi. kegiatan TOT telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta, Palu, Surabaya, Banda Aceh, Ternate, Tasikmalaya dan Depok. Dalam bentuk Seminar, Workshop, gathering yang dilaksaanakan seperti: Workshop Mahasiswa, Blogshop (pelatihan penulisan di media online), Workshop Wirausaha, gathering dengan komunitas wanita, komunitas pendengar radio, co-branding dengan kegiatan komunitas dan lain-lain. Selain kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia secara aktif juga melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar
dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan dan narasumber. Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga cukup besar, sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan lebih dari 120 kegiatan sosialisasi yang menyangkut edukasi. Di tahun 2010 ini, bentuk – bentuk edukasi tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, namun ada yang berbeda dalam hal cara penyelenggaraannya, tahun- tahun sebelumnya acara workshop, diskusi, dll di masukkan ke dalam acara FES, namun untuk tahun ini diselenggarakan bersamaan dengan events yang sedang di gelar dalam program sosialisasi. Untuk program TOT sendiri BI mengadakannya
98
dibeberapa tempat, target untuk tahun ini mengadakan sebanyak 6 kali, pada implementasinya telah terlaksana 11 kali82, berarti program edukasi secara keseluruhan telah mencapai bahkan melampaui target.
TARGET/ KONSEP
IMPLEMENTASI
82 83
Tabel 4.10 Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Melaksanakan berbagai pelatihan SDM office channeling dan stakeholder, bekerjasama dengan lembaga- lembaga pendidikan semisal LPPI dan DSN. Tahun 2008: Edukasi di intensifkan melalui seminar, diskusi, workshop, pelatihan, excekutive overview bagi jajaran eksekutif Bank Umum Konvensional, TOT, kuliah umum talkshow dan roadshow ke stakeholders. Semisal expo dan pasar rakyat BI di daerah- daerah Medan, Yogyakarta, Surabaya. 83 Festival Ekonomi Syariah (FES) 2008 (dalam acara ini mencakup mini workshop, ada 10 acara workshop diantaranya: (1) Ekonomi Islam Ebuah Hukum Alam, (2) Mengkaji Kegiatan Moneter Berbasis Syariah, (3) Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah Nasional, (4) Mengenal Sistem Informasi Bisnis Nasional, (5) Bagaimana Bank Indonesia Mengawasi Bank Syariah, (6) Mengenal Arsitektur Perbankan Syariah, (7) Apakah Bank Syariah Benar- Benar Syariah, (8) Pengenalan Uang Palsu Dan Uang Cacat, (9) Riba Dari Masa Ke Masa, (10) Ingin Mendirikan Bank Syariah Diimplementasikan SIMWAS (sistem informasi manajemen pengawasan) untuk bank umum syariah dan BPRS berupa modul tingkat kesehatan. Tahun 2009: Pelatihan Dasar Perbankan Syariah (PDPS),
ibid DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2008, november 2007, h. 4
99
84
dikombinasi dengan materi service excellence, iB workshop bagi CEO perbankan syariah, Training of Trainers (TOT), dan bantuan narasumber kegiatan edukasi dan sosialisasi di sediakan pihak ketiga. Program PDPS Plus Service Excellence diperuntukkan bagi pegawai frontliner yang bertujuan untuk membekali para pegawai tentang pengetauhan perbankan syariah. Untuk para pimpinan diadakan iB Workshop “Leadership and Change Management “. Untuk meningkatkan ketersediaan trainers BI menyelenggarakan TOT dengan peserta para dosen dan mahasiswa. TOT dilakukan di empat kota: Jambi, Jayapura, Mataram, dan Makassar. Untuk menambah sinergi kegiatan edukasi masyarakat BI membentuk forum masketing dan communication (iB Markom). Dan membentuk kerjasama dengan lembaga- lembaga terkait: DSN (Dewan Syariah Nasional) -MUI, ICDIF (International Center for Development in Islamic Finance) -LPPI, IAIKAS (komite Asuransi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia), MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah), Asbisindo (Asosiasi Bank Syariah Indonesia) dan universitas serta lembaga pelatihan di Indonesia. Dalam lingkup internasional BI sebagai full members pada lembaga Islamic Financiak Service Board (IFSB), International Islamic Financial Market (IIFM) dan Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Market (AAOIFI). Working group IFSB yang melibatkan BI yaitu Capital Adequacy, Sharia Governance, Bussiness Conduct, dan Financial Database. BI juga menfasilitasi penyelenggaraan IFSB Workshop on Corporate governance & Supervisory Review Process yang diikuti oleh para pelaku perbankan syariah 84 ِ Bentuk Acara Diskusi Yang Dilaksanakan Pada FES 2009 Adalah (1) University Gathering, (2) Ib Family’s Financial Planning, (3) Sarasehan “ Building Islamic Economic Verteces: Towards A Firmer Economic Independence.
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009, h. 13-14
100
ANALISIS
85
Tahun 2010: Technical Assistance untuk meningkatkan kompetensi SDM perbankan syariah. Kegiatan Training of Trainers (TOT) pendidik, terutama dosen perguruan tinggi. kegiatan TOT telah dilaksanakan di 7 kota, yaitu Yogyakarta, Palu, Surabaya, Banda Aceh, Ternate, Tasikmalaya dan Depok Seminar, Workshop, gathering seperti: Workshop Mahasiswa, Blogshop (pelatihan penulisan di media online), Workshop Wirausaha, gathering dengan komunitas wanita, komunitas pendengar radio, cobranding dengan kegiatan komunitas dan lain-lain. Selain kegiatan yang diprakarsai langsung, Bank Indonesia secara aktif juga melakukan sosialisasi dan edukasi melalui dukungan penyelenggaraan berbagai kegiatan seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh stakeholder dalam bentuk bantuan penyelenggaraan dan narasumber. Permintaan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut juga cukup besar, sehingga memasuki triwulan terakhir telah dilaksanakan lebih dari 120 kegiatan sosialisasi. Tahun 2008 Program edukasi pada tahun ini sudah termasuk di acara FES 2008 yang dinilai cukup baik, dalam artian target tercapai. Untuk itu di tahun 2009 akan diadakan FES untuk yang kedua kalinya. Tahun 2009 Bentuk pelatihanpelatihan dalam rangka meningkatkan SDM perbankan syariah telah terlaksana dengan baik, target bank bank indonesia tercapai dalam hal penyelenggaraan namun disisi lain masih ada kendala dalam hal sosialisasi karen aantara target dan biaya yang dikeluarkan untuk acara tersebut dinilai “kurang efektif“85 sehingga untuk tahun 2010 tidak diadakan FES selanjutnya. Tahun 2010 Untuk tahun ini, bentuk – bentuk edukasi tidak jauh berbedadengan tahun sebelumnya, namun ada yang berbeda dalam hal cara penyelenggaraannya, tahuntahun sebelumnya acara workshop, diskusi, dll di
Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
101
masukkan ke dalam acara FES, namun untuk tahun ini diselenggarakan bersamaan dengan events yang sedang di gelar dalam program sosialisasi. Untuk program TOT sendiri BI mengadakannya dibeberapa tempat, target untuk tahun ini mengadakan sebanyak 6 kali, pada implementasinya telah terlaksana 11 kali86, berarti program edukasi secara keseluruhan telah mencapai bahkan melampaui target. 6.
Program sosialisasi dan komunikasi Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan
produk
serta
jasa
perbankan
syariah
yang
dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Program- program sosialiasi ini dilaksanakan dalam bentuk beraneka ragam namun dalam tujuannya tetap memberi informasi tentang perbankan syariah kepada masyarakat. Dimana sosialisasi sangat penting bagi pengembangan suatu usaha. a. Konsep yang disajikan dalam Program Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah ini dalam program sosialisasi dan komunikasi ini melalui dua bentuk yaitu ATL (above the line) & BTL (Below the line). Program- program adalah sebagai berikut: 1). Communication channel ;
86
ibid
102
a) Visualisasi (30 % ATL ): iklan tv, iklan radio, outdoor media, iklan cetak. b) Aktivasi (70% BTL)
: media kreatif, event publik, eksebisi /
pameran, brand ambassador, website & internet –based, dialog & workshop, seminar & konferensi. 2). Prioritas sasaran audiens; a) Visualisasi (30% ATL) stakehoders
yang
: nasabah perbankan, partisipan industri,
terkait
secara
tidak,
langsung
dengan
pengembangan. b) Aktivasi (70% BTL) stakehoders
yang
pengembangan,
: nasabah perbankan, partisipan industri, terkait
stakehoders
secara
tidak
langsung
dengan
yang
terkait
langsung
dengan
pengembangan. 3). Tujuan; a) Visualisasi (30% ATL) : peningkaatan awareness, kampanye edukasi / sosialisasi industri, menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB. b) Aktivasi (70% BTL) : peningkatan jumlah account / transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak menggunakan bank syariah,
103
mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah. 4). Pesan yang akan diangkat; a) Visualisasi (30% ATL):
menjelaskan
keunggulan
perbankan
syariah, mengajak menggunakan bank syariah. b) Aktivasi (70% BTL): menjelaskan keunggulan perbankan syariah, penjelasan
mengenai
konsep
produk
syariah,
mengajak
menggunakan bank syariah, melakukan sosialisasi terhadap visi dan
program-program
penyelesaian
hambatan
untuk dan
pengembangan,
kendala
dalam
membantu
pengembangan
perbankan syariah. 5). Inisiatif program; a) Visualisai (30% ATL): bank indonesia (DPbS). b) Aktivasi (70%
ATL): bank indonesia (DPbS), kegiatan event
eksebisi seperti pameran akan dilakukan menggalang partisipasi pelaku perbankan, bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing.
b. Penerapan dari Program Penerapan program di tahun 2008 dilaksanakan dalam bentuk:
104
1) Dicanangkannya Logo iB wajib dipasang pada tampilan visual di setiap kantor konvensional yang memberikan layanan syariah. Dan kantor loket, ATM, kartu, media komuniksi cetak/ elektronik dan lain- lain. 2) Dan selain itu di tahun 2008 juga mengadakan Festifal Ekonomi Syariah
dengan tema “ Menuju Indonesia Sejahtera Bersama
Ekonomi Syariah” yang dilaksanakan tanggal 16- 20 januari 2008, acara tersebut dilaksanakan di 6 kota: palembang, yogyakarta, makasar, surabaya, padang dan balik papan. Pada acara tersebut diisi berupa :
opening, penandatanganan MOU, perlombaan,
seminar, bedah buku dan penyerahan penghargaan. Tahun 2009 pelaksanaan dengan program ATL melalui iklan layanan masyarakat melalui media informasi, media tersebut antara lain: 1) Melalui siaran radio : Trijaya, Delta FM, Gen FM, dan Smart FM 2) Melalui media cetak : Republika, Media Indonesia, Kontan dan Info Bank 3) Melalui media Televisi: TV One dalam M-Life Festival 4) Melalui media publikasi dalam ruang: Inflight vision Garuda Indonesia dan Airport TV Bandara Soekarno Hatta 5) Melalui media publikasi luar ruang: spanduk, balon udara di jalan protokol jakarta
105
Sedangkan pelaksanaan dari program BTL diselenggarakan dalam bentuk kepesertaan dalam berbagai event: Festival Ekonomi Syariah 2009, dan iB Blogger Competition di Kampasiana.com Di tahun 2010 penerapan dari konsep sosialisasi dan komunikasi ATL dan BTL berupa : Melalui Below the line antara lain: 1) Penyelenggaraan “iB Expo” dan/atau partisipasi “iB Paviliun” di beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta maupun di beberapa kota besar di Indonesia. 2) Terselenggara beberapa kegiatan iB Paviliun antara lain: a) iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta b) Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo di jakarta c) IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010 d) iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta e) Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta f) Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta g) Bursa Properti iB di Surabaya
106
Sosialisasi
mengenai
produk-produk
perbankan
syariah
(product knowledge) kepada masyarakat luas melalui media massa (Above The Line) dalam bentuk: Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll), media elektronik (radio, TV, inflight vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta Api, Megatron dll) dan media online/internet. Di tahun 2008, Pemanfaatan media cetak dan elektornik untuk menggerakkan masyarakat untuk menggunakan bank syariah dirasa masih “sangat kurang”87. Untuk program sosialisasi dengan FES tahun ini dinilai cukup memuaskan dengan sambutan masyarakat yang sangat antusias dengan program FES maka dinilai target tercapai. Maka untuk kelanjutannya akan diselenggarakan FES 2009. Tahun 2009 memperbaiki dari kekurangan tahun sebelumnya maka ditahun ini sosialisasi menggunakan media informasi sudah mulai sering, berarti target tercapai. Untuk FES dinilai kurang efektif dilihat dari biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan jika dibandingkan dengan hasil yang didapat maka untuk tahun berikutnya tidak diselenggarakan FES dalam bentuk yang sama, namun diselenggarakan dalam bentuk
87
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 4
107
sosialisasi lain yang leih efektif. Dalam hal terselenggaranya program sosialisasi di 2009 dinilai target tercapai. Tahun 2010 untuk tahun ini program – program yang dijalankan dari semua target telah tercapai, dengan menggandeng events besar maka tidak hanya memajukan di sektor konsumtif namun bank syariah juga memajukan di sektor produktif, disetiap events nya mencakup semua aspek yang dinilai lebih efektif dari tahun- tahun sebelumnya. terlihat dengan pencapaian aset perbankansyariah yang sangat memuaskan yaitu sebesar 100 triliun88. Tabel 4.11 TARGET/ KONSEP
88
Communication channel ; Visualisasi (30 % ATL ) : iklan tv, iklan radio, outdoor media, iklan cetak. Aktivasi (70% BTL) : media kreatif, event publik, eksebisi / pameran, brand ambassador, website & internet –based, dialog & workshop, seminar & konferensi. Prioritas sasaran audiens; Visualisasi (30% ATL) : nasabah perbankan, partisipan industri, stakehoders yang terkait secara tidak, langsung dengan pengembangan. Aktivasi (70% BTL) : nasabah perbankan, partisipan industri, stakehoders yang terkait secara tidak langsung dengan pengembangan, stakehoders yang terkait langsung dengan pengembangan. Tujuan; Visualisasi (30% ATL) : peningkaatan awareness, kampanye edukasi / sosialisasi industri, menanamkan pemahaman mengenai konsep PDB. Aktivasi (70% BTL) : peningkatan jumlah account /
Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011
108
IMPLEMENTASI
transaksi atau bisa juga untuk sekedar mengajak menggunakan bank syariah, mengajak untuk ikut serta merealisasikan visi dan program pengembangan industri perbankan syariah. Pesan yang akan diangkat; Visualisasi (30% ATL): menjelaskan keunggulan perbankan syariah, mengajak menggunakan bank syariah. Aktivasi (70% BTL): menjelaskan keunggulan perbankan syariah, penjelasan mengenai konsep produk syariah, mengajak menggunakan bank syariah, melakukan sosialisasi terhadap visi dan program-program untuk pengembangan, membantu penyelesaian hambatan dan kendala dalam pengembangan perbankan syariah. Inisiatif program; Visualisai (30% ATL): bank indonesia (DPbS). Aktivasi (70% ATL): bank indonesia (DPbS), kegiatan event eksebisi seperti pameran akan dilakukan menggalang partisipasi pelaku perbankan, bank indonesia (DPbS) dengan mengajak pelaku perbankan syariah untuk ikut serta dalam sesi sharing. Tahun 2008: Logo iB wajib dipasang pada tampilan visual di setiap kantor konvensional yang memberikan layanan syariah. Dan kantor loket, ATM, kartu, media komuniksi cetak/ elektronik dan lain- lain. Festifal Ekonomi Syariah “ Menuju Indonesia Sejahtera Bersama Ekonomi Syariah” tanggal 16- 20 januari 2008; dilaksanakan di 6 kota: palembang, yogyakarta, makasar, surabaya, padang dan balik papan. Acara berupa : opening, penandatanganan MOU, perlombaan, seminar, bedah buku dan penyerahan penghargaan. Tahun 2009: Untuk edukasi masyarakat: ATL(above the line) & BTL (Below the line). ATL melalui iklan layanan masyarakat melalui media informasi: radio( Trijaya, Delta FM, Gen FM, dan Smart FM), media cetak ( Republika, Media Indonesia, Kontan dan Info Bank), media Televisi ( TV One dalam M-Life Festival),
109
ANALISIS
89
media publikasi dalam ruang (Inflight vision Garuda Indonesia dan Airport TV Bandara Soekarno Hatta), dan media publikasi luar ruang (spanduk, balon udara di jalan protokol jakarta). BTL diselenggarakan dalam bentuk kepesertaan dalam berbagai event: Festival Ekonomi Syariah 2009, dan iB Blogger Competition di Kampasiana.com Tahun 2010: Penyelenggaraan “iB Expo” dan/atau partisipasi “iB Paviliun” di beberapa event-event nasional dan terkemuka, baik di Jakarta maupun di beberapa kota besar di Indonesia. Terselenggara beberapa kegiatan iB Paviliun antara lain: iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta, Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo di jakarta, IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010, iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta, Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta, Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta, Bursa Properti iB di Surabaya Sosialisasi mengenai produk-produk perbankan syariah (product knowledge) kepada masyarakat luas melalui media massa (Above The Line) dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat (ILM) di media cetak (koran, majalah, tabloid, dll), media elektronik (radio, TV, inflight vison, TV Bandara, TV Bandara, TV Kereta Api, Megatron dll) dan media online/internet. Tahun 2008 Pemanfaatan media cetak dan elektornik untuk menggerakkan masyarakat untuk menggunakan bank syariah dirasa masih “sangat kurang”89. Untuk program sosialisasi dengan FES tahun ini dinilai cukup memuaskan dengan sambutan masyarakat yang sangat antusias dengan program FES maka dinilai target tercapai. Maka untuk kelanjutannya akan diselenggarakan FES 2009 Tahun 2009 Memperbaiki dari kekurangan tahun sebelumnya
DPbS BI, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008, h. 4
110
majka ditahun ini sosialisasi menggunakan media informasi sudah mulai sering, berarti target tercapai. Untuk FES dinilai kurang efektif dilihat dari biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan jika dibandingkan dengan hasil yang didapat maka untuk tahun berikutnya tidak diselenggarakan FES dalam bentuk yang sama, namun diselenggarakan dalam bentuk sosialisasi lain yang leih efektif. Dalam hal terselenggaranya program sosialisasi di 2009 dinilai target tercapai. Tahun 2010 Untuk tahun 2010 program – program yang dijalankan dari semua target telah tercapai, dengan menggandeng events besar maka tidak hanya memajukan di sektor konsumtif namun bank syariah juga memajukan di sektor produktif, disetiap events nya mencakup semua aspek yang dinilai lebih efektif dari tahun- tahun sebelumnya. terlihat dengan pencapaian aset perbankansyariah yang sangat memuaskan yaitu sebesar 100 triliun90. Program sosialisasi dan komunikasi terhadap stakeholders yang terkait secara langsung maupun tidak langsung untuk pengembangan pasar untuk mensosialisasikan paradigma baru pengembangan industri perbankan syariah Indonesia yang modern, terbuka, dan melayani seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Berbagai program sosialisasi dan komunikasi dalam rangka edukasi publik seluruhnya diarahkan agar sejalan dengan Positioning Bank Syariah yang telah direkomendasikan oleh Grand Strategy, yaitu sebagai “Lebih dari Sekedar Bank (Beyond Banking)”.91
90 91
185-189
Hasil wawancara dengan peneliti bank di DPbS BI, tanggal 1 Maret 2011 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, ( Jakarta :UIN press, 2009), h.
111
Jumlah nasabah syariah ini mencapai 6 juta orang dan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai lebih dari 20 ribu orang. Bahkan saat ini terdapat 2 bank syariah yang masuk dalam kelompok 25 bank terbesar di tanah air.92 Namun pangsa pasar perbankan syariah masih sulit dikembangkan jika masalah prinsip dalam menjalankan operasional saja masih belum terselesaikan misalnya,
alasan
perbankan syariah belum dapat menjalankan sepenuhnya syariah karena bagi hasil dan bagi rugi masih belum bisa dijalankan dengan alasan
sulit menemukan entrepreneur (mudharib) yang mau
menjalankan dengan konsep tersebut. 93 Menurut Zaim Saidi, Perbankan syariah bukanlah sistem yang bebas riba meskipun terlihat melepas diri dari bunga (interest). Riba bukan sekedar bunga melainkan sistem perbankan itu sendiri. 94 Namun dalam kondisi perekonomian saat ini banyak ekonomi islam yang memikirkan dan selalu berinovasi agar seminimal mungin terhindar dari bungan sehingga kesyariahan dalam bermuamalat tetap terjaga.
92
http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/keuangan/58808/Bank-syariah-tumbuh-47-pada-2010 diakses 24 Febuari 2011 93
Zaim Saidi, Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Delokomotif, 2010),
94
Ibid, h.14-15
h.14-15
112
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konsep dari Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah meliputi enam aspek, yaitu: 1. Proyeksi aset perbankan syariah di tahun 2008, 2009, dan 2010. Dimana setiap tahunnya memiliki target yang berbeda- beda baik agresif, moderat maupun konservatif. Tahun target sebesar Rp.62 trilun, tahun 2009 target asset sebesar Rp.87 triliun dan tahun 2010 pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun. Pada implementasinya Tahun 2008 aset perbankan syariah mencapai 51 triliun rupiah, pada tahun 2009 aset perbankan syariah mencapai 68 triliun rupiah dan pada tahun 2010 aset perbankan syariah mencapai 100 triliun rupiah. 2. Program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi meliputi keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.
113
Dalam tahap pencapaiannya Di sisi permintaan, antusiasme masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri perbankan syariah, yang kini populer dikenal sebagai iB (ai-Bi), telah berhasil menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali 3. Program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah. Dalam implementasinya segmen nasabah sesuai dengan grand strategy pengembangan pasar perbankan syariah (lima segmen nasabah : segmen pokoknya syariah, segmen ikut arus, segmen sesuai manfaat dan kebutuhan, segmen terpaksa dan segmen pokoknya konvensional). 4. Program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan
114
(saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami. Dalam segi kelembagaan dari tahun 2008 – 2010 jumala kelembagaan perbankan syariah terus bertambah. Untuk pengembangan produk, tahun 2008 hanya menambah variasi dari produk yang sudah ada sebelumnya, dan untuk tahun 2009 ada dua produk baru yaitu produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB, serta di tahun 2009 juga menambah fitur dari produk yang telah ada. Pada tahun 2010 ada produk baru yaitu Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. 5. Program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah. Melaksanakan berbagai pelatihan SDM office channeling dan stakeholder, bekerjasama dengan lembaga- lembaga pendidikan semisal LPPI dan DSN. Dalam segi kelembagaan dari tahun 2008 – 2010 jumala kelembagaan perbankan syariah terus bertambah. Untuk pengembangan produk, tahun 2008 hanya menambah variasi dari produk yang sudah ada sebelumnya, dan untuk tahun 2009 ada dua produk baru yaitu produk
115
pembiayaan musyarakah mutanaqisah iB dan produk Foreign Exchange (FX) Wa’ad iB, serta di tahun 2009 juga menambah fitur dari produk yang telah ada. Pada tahun 2010 ada produk baru yaitu Produk Pembiayaan Mudharabah Musytarakah dan Produk Term Finance. 6. Program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien untuk edukasi masyarakat: ATL(above the line) & BTL (Below the line) dapat melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Implementasinya Di setiap tahunnya tidak jauh berbeda media sosoialisasi dan komunikasi yang digunakan above the line dan above the line, yang berbeda hanya di tahun 2008 dan 2009 diadakannya Festival Ekonomi Syariah, namun di tahun 2010 BI menyelenggarakannya dengan cara lain yaitu dengan iB Expo dengan menggandeng event- event besar seperti : iB Paviliun di Mega Bazar Computer di Yogyakarta, Rumah iB di Real Estate Indonesia (REI) Expo 1-9 Mei 2010 di Jakarta, IB Showcase di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2010, iB Paviliun di Islamic and Halal Business Festival (IHBF) di Jakarta, Real Estat Ekspo 2010 di Jakarta (Oktober
116
2010), Franchise dan License Expo Indonesia (FLEI) 2010 di Jakarta (November 2010), Bursa Properti iB di Surabaya (Desember 2010). Dari keenam aspek sebagai langkah konkrit dari Grand Strategy Bank Indonesia dalam Pengembangan Pasar Perbankan Syariah maka antara konsep yang dibuat oleh Bank Indonesia telah sesuai denganimplementasinya, dalam hal terselenggara memang langkah dari program tersebut terselenggara, namun dalam hal tercapainya target maka tidak seluruh program mencapai target dengan maksimal. Dari pelajaran tahun 2008 ke 2009 maka di tahun 2010 telah disempurnakan kekurangan- kekurangan yang ada sebelumnya, terbukti dengan pertumbuhan aset yang sangat menggembirakan pada tahun 2010 ini yaitu sebesar 100 triliun rupiah. Tercapainya aset tersebut berkat kerja keras dari seluruh pihak yang peduli dan terkait langsung dalam pengembangan perbankan syariah Indonesia. B. Saran 1. Sosialisasi konsep yang di buat oleh Bank Indonesia terhadap masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim perlu ditingkatkan, untuk mendukung program yang dibuat agar hasil yang diinginkan maksimal. 2. Masyarakat
muslim terutama
ekonomi
yang
menengah kebawah
merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia, maka bagaimana strategi bank Indonesia dalam menjangkau masyarakat menengah bawah agar dapat terjangkau menggunakan bank syariah melalui program- programnya.
117
3. Konsep Pengembangan Perbankan Syariah yang dibuat oleh Bank Indonesia harus mampu bersaing dengan dominasi perbankan konvensional baik dengan konsep hadiah dan promosi yang besar- besaran.
118
DAFTAR PUSTAKA Amin, Riawan A. Perbankan Syariah Sebagai Solusi Perekonomian Nasional, (disampaikan pada Pidato Pengukuhan Doktor Honoris Causa Bidang Perbankan Syariah). 2009 Amin, A. Riawan. Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, Jakarta :UIN press, 2009 Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syariah, Jakarta: Kencana, 2009 Buku Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbanakn Syariah Bank Indonesia, 2008. Dewi, Gemala. Aspek- aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Edisi revisi Cetakan ke 5. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005 Diulio, Eugene A. Uang dan Bank, Jakarta: Erlangga, 1993 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Peluang Pengembangan Kurikulum Dan Konsentrasi Dan Ekonomi Di Perbankan Syariah Fekon UT Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia , Outlook perbankan syariah indonesia 2011, november 2010 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia 2010, november 2009 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Outlook perbankan syariah indonesia 2009, november 2008 Husein, Yunus. Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003 Hasan, Zubairi Undang- Undang Perbankan Syariah Titik Temu Kukum Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009 ”Industri Keuangan Syariah Masih Tertinggal”, Kompas, 23 Agustus 2010
119
Ismail, Maqdir. Bank Indonesia dalam Perdebatan Politik dan Hukum, Yogyakarta: Navila Idea, 2009 Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ed. III. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Kasmir. Pemasaran Bank, Jakarta: Prenada Media, 2004 Moloeng, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, ed: Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Poerwadarminta, W.J.S. Pustaka, 1984
Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta: PN Balai
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997 Saidi, Zaim Tidak Syar’inya Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Delokomotif, 2010 Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009 Sevilla, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006 Sugono, Dendy. dkk., Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009 Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2002 Widyaningsih. Dkk. Bank dan asuransi Islam di Indonesia, Ed. revisi cet III. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
Choir, Data Pertumbuhan Industri Indonesia 2011, diakses 12 February 2011 http://zonaekis.com/search/data-pertumbuhan-industri-indonesia-2011
120
Choir, Sukuk Sumbangkan 20% Total Asset Perbankan Syariah Malaysia. Diakses 2 April 2011. http://zonaekis.com/sukuk-sumbangkan-20-total-asset-perbankansyariah-malaysia DigitalCollections./jiunkpe/s1/hotl/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-33403142-9829belhotel_borneo-chapter2.pdf. of 30 Quality diakses 24 Desember 2010 http://ib.eramuslim.com/2008/12/01/sejarah-perkembangan-industri syariah-di-indonesia/ diakses 24 Febuari 2011
perbankan-
http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/keuangan/58808/Bank-syariah-tumbuh-47-pada2010 diakses 24 Febuari 2011 http://www.detikfinance.com/read/2010/12/13/145628/1523388/5/aset-perbankansyariah tembus-rp-130-triliun-tahun-depan / di akses pada 21 Desember 2010. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/12/23/1323022/Menjadi.Terkemuka.di. ASEAN, diakses 21 Desember 2010 http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ diakses pada 21 Desember 2010. Menilik Perbankan Syariah di 2011. Diakses 2 April 2011. http://republika.co.id:8080/koran/126/125990/Menilik_Perbankan_Syariah_di _2011. diakses 2 April 2011