ANALISIS WACANA SYAIR PUISI “BEGITU ENGKAU BERSUJUD” KARYA EMHA AINUN NADJIB DALAM MENANAMKAN AJARAN ISLAM
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Andi Riski NIM : 1110051000142
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H./2015 M.
ANALISIS WACANA SYAIR PUISI "BEGITU ENGKAU BERSUJUD''
KARYA EMIIA AINUN NADJIB DALAM MENAN,A.MKAT{ AJARAN ISLAM
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komruriksi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Andi Riski 1110051000142
Dibawatr Bimbingan:
Dr. Hj. Roudhonah,
NIP:
Ag
195809101
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PET\IYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAII DAi\[ ILMU KOMTINIKASI T]NIYERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H./2015
M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjurdul ANALISIS WACANA SYAIn PUISI "BEGITU ENGKAU BIIRSUJUD'' I(ARYA EMHA AINUN NADJII} DALAM MENANAMKAN AJARAN
ISLAM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwal-r dan Ihnu Kornunikasi [.Jniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada l6 April 2015. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I.) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Isldm.
Jakarta, i6 April20l5
Sidang Munaqasyah
Kctua
Scl<ertaris
Drs. .Iumroni. M. Si NIP. 1 983
NI P. I 963 0 5t 5t992203 I 006
06
102009 1220
0
1
Anggota,
Pcnguji
NIP.l9710
I
6t997032002
, Pembimbing,
NrP.195809101
NIP.197506062007101001
\
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan
l.
ini
saya menyatakan bahwa
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sastra
I
(S.Kom.I) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah saya
di UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
l6 April2Q
ABSTRAK
Andi Riski Analisis Wacana Syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” (karya Emha Ainun Nadjib) Dalam Menanamkan Ajaran-ajaran Islam Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra yang paling kuat dibanding jenis sastra yang lain, kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian yang bermakna dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataan-pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya, puisi juga merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan lirik dan bait. Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama atau cerita pendek. Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi kata yang ketat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana teks dan wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib? Untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya, maka dilakukan penelitian. Penulis dalam mewacanakan tulisannya disesuaikan dengan struktur teks dan berdasarkan sesuatu yang melatarbelakanginya. Adapun subjek penelitiannya adalah Emha Ainun Nadjib. Objek penelitiannya adalah wacana syair puisi Begitu Engkau Bersujud. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara kemudian dianalisa dengan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Analisis wacana Teun A. Van Dijk yang membaginya kedalam tiga tingkatan, yaitu: teks (bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema). Kognisi sosial (dipelajari proses produksi teks melibatkan kognisi individu). Konteks sosial (mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat). Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interperatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti dan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Teks dan wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam syair puisi Begitu Engkau Bersujud, menampilkan bagaimana keyakinan dalam diri seseorang terhadap Allah SWT bisa diwujudkan melalui ibadah, bersujud dengan tujuan mendapat ridha Allah SWT. Ibadah atau sujud yang dilakukan sehari-hari harus didasari rasa ikhlas, karena ikhlas merupakan kunci keimanan terhadap Allah SWT. Kesimpulannya adalah sujud merupakan wadah bagi setiap individu untuk memanjatkan doa-doa terhadap Allah SWT. Namun dalam hal tersebut ada tata cara ataupun aturan-aturan yang diajarkan agar doa-doa yang dipanjatkan bisa tersampaikan. Oleh karena itu Emha Ainun Nadjib menciptakan puisi begitu engkau bersujud agar para pembaca bisa memahami arti dari bersujud dan juga agar para pembaca bisa mengaplikasikan tata cara bersujud yang benar pada kehidupan sehari-hari.
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya bagi kita semua, Shalawat teriring salam semoga sesantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis nmenyadari kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri penulis, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun, Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan yang ada, akhirnya penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak terwujud dengan sendirinya, melainkan karena adanya dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Baik dari lingkungan keluarga, sahabat, teman, akademik kampus dan lain-lain. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Bapak H Suparto, M.Ed, Ph.d, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak, Drs. Jumroni, M.si, serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak Dr. H. Sunandar, MA. ii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaky, MA, yang selalu bersedia membantu penulisan memberikan informasi serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai kegiatan kuliah. 3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam,
Ibu Fita
Fathurakhmah M.Si. yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini. 4.
Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan tentang skripsi yang penulis buat.
5.
Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
6.
Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku dan fasilitas untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi ini.
7.
Dosen pembimbing akademik Bapak Azwar Chatib yang telah banyak membantu membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini.
8.
Ayah dan Mamah tersayang, Bapak Sholeh dan Ibu Rusmiati. Karena doa yang kalian berikan akhirnya dengan ini penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi.
iii
9.
Bpk Helmi Mustofa dan keluarga dan seluruh jajaran Staf Redaksi CakNun.com, selaku narasumber yang juga telah membantu penulis dalam menyempurnakan tugas akhir ini yaitu berupa skripsi.
10. Widya Larassaty S. Far, Apt, yang telah banyak membantu penulis dari mulai memberikan arahan dan motivasi agar tugas akhir yang berupa skripsi bisa cepat selesai. 11. Sahabat seperjuangan keluarga besar KPI E 2010 Muhammad Imron, Muhammad Iman, Robi Hakiardy, Firda Apriyani, Naziah, Siti Sudusiah, Zahrotunisa, Kemal Pasha, Taufik Nurrahman, Ahmad Fadhilah Rosyadi, Asep Syahroni, Tanto Fadly, Azan Leonardo, Astuti, Malik Saefudin, Ahmad Fadly, Ababil yang telah sama-sama memberikan dukungan moril terhadap penulis. Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam meyusun skripsi ini, dan penulis sangat terbuka sekali tentang saran dan kritikannya yang membangun. Akhir sebuah kata dengan segala kerendahan hati, penulis persembahkan skripsi ini yang berjudul “Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam”. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya penulis mohon maaf, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Jakarta 16 April 2015
penulis iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...............................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
7
D. Metodelogi Penelitian .............................................................
8
E. Tinjauan Pustaka .....................................................................
13
F. Sistematika Penulisan .............................................................
14
KERANGKA TEORITIS
A. Analisis Wacana .......................................................................
15
B. Syair…………………………………………………………..
25
C. Puisi ..........................................................................................
27
D. Ajaran-ajaran Islam .................................................................
39
BIOGRAFI EMHA AINUN NADJIB
Biografi Emha Ainun Nadjib ...................................................
43
A. Latar Belakang Keluarga……………………………………...
43
B. Latar Belakang Pendidikan Emha Ainun Najib………………
49
C. Karya-karya Emha……………………………………….........
54
v
BAB IV
HASIL ANALISIS WACANA PADA PUISI “BEGITU ENGKAU BERSUJUD”
BAB V
A. Teks Puisi “Begitu Engkau Bersujud” .....................................
56
B. Kognisi Sosial ..........................................................................
78
C. Konteks Sosial………………………………………………...
81
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
85
B. Saran-saran ..............................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
..................................................................................................
21
Tabel 2.2
..................................................................................................
21
Tabel 4.1
.................................................................................................
60
Tabel 4.2
..................................................................................................
66
Tabel 4.3
..................................................................................................
67
Tabel 4.4
..................................................................................................
70
Tabel 4.5
..................................................................................................
73
Tabel 4.6
..................................................................................................
78
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di antara berbagai kekayaan seni dan budaya, syair merupakan ekspresi kebudayaan yang sangat menonjol setelah pantun. Syair dilihat dari sudut kebudayaan
adalah
termasuk salah satu seni dari hasil cipta oleh akal budi
manusia. Sastra ini dapat dipakai sebagai sarana komunikasi dan berfungsi sebagai alat untuk menuangkan emosi jiwa, cita-cita ataupun keinginan dan nilai-nilai dalam masyarakat. Sebagai cetusan kejiwaan terutama sebagai media dakwah Islam pada kalangan masyarakat. Menilik pada sejarah kesasastraan syair telah muncul dan berkembang pada saat masuknya Hindu/Budha dalam masyarakat. Namun, hal itu semakin berkembang pesat setelah masuknya Islam di wilayah ini. Maka tidak mengherankan, jika sebagian besar tradisi tulisan seperti halnya syair merupakan peninggalan periode Islam. Dakwah yang dilakukan dengan metode pendekatan budaya ini, menjadi salah satu penyebab orang terdahulu banyak yang memeluk agama Islam. Sehingga tanpa disadari, bahwa kebudayaan yang didalamnya terdapat ajaran Islam membuat sendi adat istiadat itu sendiri mengacu pada aturan Islam. Nilai-nilai luhur budaya tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam, karena Islam adalah sumber dan puncak dari keseluruhan nilai-nilai luhur yang dimaksud. Dalam hal ini, pesan-pesan yang terkandung di dalam syair dakwah juga harus mengikuti aturan-aturan ajaran Islam. Karya seni, khususnya puisi dipandang oleh para filsuf muslim terutama Ibnu Sina dan Al Jurjani, sebagai persembahan yaitu ekspresi perasaan dan pikiran 1
2
seorang penyair yang mencoba mengungkapkan perasaan dengan menggunakan pikiran dan imajinasi.1 Menciptakan karya seni digolongkan sebagai kegiatan intelektual yang berhubungan dengan hikmah, informasi dan komunikasi.2 Puisi ialah jenis karya sastra yang memiliki sifat puitis.3 Pada dasarnya puisi adalah wujud representasi keadaan jiwa dalam bentuk lambang (kebahasaan). Kata-kata yang dimunculkan dalam puisi mengandung pengertian yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Pada hakikatnya puisi merupakan bentuk dari curahan pengalaman batin sang penyair, dimana curahan tersebut mampu menunjukkan keadaan atau situasi yang sedang dialami olehnya dan pada akhirnya dapat memberikan kesan yang mendalam kepada pembaca. Meskipun demikian, banyak puisi yang ditulis tanpa ada pesan moral yang akan disampaikan kepada pembaca. Dewasa ini, salah seorang penyair yang dikenal banyak menyisipkan pesan moral dalam puisinya adalah Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Selain sebagai seorang ulama terkenal Emha juga seorang musisi, budayawan, sastrawan dan seorang penyair yang tidak hanya bermain dengan kata-kata. Namun, banyak di antara coretan penanya yang berbentuk puisi mempunyai makna religius, berisi pesan moral, dan nilai-nilai pendidikan Islam, khususnya sebagai bentuk penghambaan sang penyair kepada Allah SWT. Bukan hanya dari segi religius saja, dari segi berbangsa dan bernegaraan banyak karya-karya Emha yang menjadi kritikan-kritikan untuk bangsa ataupun pemerintahan yang sedang berjalan. Dalam karya-karyanya Emha memiliki gaya
1
Abdul Hadi W.M, Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa, (Yogyakarta: Matahari, 2004), h. 36. 2 Abdul Hadi W.M, Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa, h. 36. 3 Soedjarwo, Bunga-Bunga Puisi dan Taman Sastra Kita, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press., 1993), h. 3.
3
bahasa yang sangat bagus, sehingga sangat menarik banyak perhatian, selain itu juga Emha banyak mengisi acara-acara seperti pengajian, yang banyak diminati oleh masyarakat contohnya seperti kenduri cinta, padangmbhulan dan mocopat syafaat. Dengan banyaknya kegiatan keagamaan tersebut membuat Emha jauh lebih dikenal oleh masyarakat. Bukan hanya itu saja, bahkan kegiatan Emha diluar negeripun cukup banyak. Selain itu, faktor istri yaitu Novia Kolopaking dan anaknya Noe yang mempunyai profesi sebagai publik figur membuat Emha Ainun Najib semakin banyak penggemarnya. Di antara beberapa karyanya yang sangat terkenal yaitu karya yang terangkum dalam kumpulan puisi “seribu masjid satu jumlahnya” karya Emha Ainun Nadjib, ada salah satu karya puisi Emha yang merupakan karya terbaik dari beliau yaitu puisi “Begitu Engkau Bersujud”. Secara istilah puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif, bahasa sastra yang bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas).4 Syair “Begitu Engkau Bersujud” merupakan kumpulan puisi karya Emha Ainun Nadjib yang diterbitkan pada tahun 1990; melalui judul bukunya yaitu kumpulan puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya. Puisi ini banyak mengandung pesan moral dan pesan religi didalamnya. Menurut Helmi Mustopa selaku ketua redaksi Caknun.Com, banyak masyarakat yang memberikan testimoninya ataupun komentar-komentar terhadap puisi ini, sehingga puisi ini banyak digemari oleh masyarakat, selain itu puisi ini memiliki kata-kata yang sangat bagus dan mudah dipahami dibanding dengan puisi-puisi karya Emha yang lainnya.5
4
Herman J. Waluyo, Teori & Apresiasi Puisi, (Jakarta : Erlangga, t.th.), h. 22.
5
Hasil wawancara dengan redaksi caknun, bpk Helmi Mustopa, tanggal 22 Desember 2014.
4
Muhammad Ainun Najib berasal dari daerah Jombang, nama Muhammad disingkat menjadi M.H tetapi pada akhirnya sering disebut Emha.6 Emha adalah anak desa, tepatnya desa santri, dari desa tersebutlah Emha banyak belajar kesederhanaan, kebersahajaan, kewajaran dan kearifan hidup. Karena semua itulah Emha mendapatkan pelajaran bahwa peran sosial bukan sebagai acuan keberhasilan seseorang dalam menjalankan hidupnya, melainkan sebagai kewajiban dan fungsi sosial yang mampu memberikan contoh kepada masyarakat, karena pelajaran itu pulalah Emha bertahan untuk tetap berada dalam keadaan sederhana. Sesungguhnya Emha bisa saja menjadi pribadi yang berada di posisi kelas menengah keatas. Namun, semua itu tak Emha hiraukan Emha tetap berada dikesederhanaan hidup, bahkan setiap hari Emha sering makan di warung di pinggiran jalan, sampai Emha sakit karena kekurangan gizi. Peraih bintang Medali of Islamic Excellence 2005 dari The Moslem News (Inggris)7 yang juga sangat dikenal dengan nama sapaan Cak Nun ini lahir pada Rabu Legi 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Menturo adalah pusat budaya dan tradisi yang cukup penting bagi penggambaran perjalanan Emha, baik dari dimensi sosial, intelektual, kultural dan sepiritual.8 Anak ke-4 dari 15 bersaudara ini Pendidikan formalnya hanya berakhir di semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sebelum itu Emha pernah menjadi santri di Pondok Modern Gontor Ponorogo, akan tetapi Emha dikeluarkan karena demo melawan Departemen Keamanan. Kemudian Emha pindah ke Yogyakarta dan bisa tamat SMA Muhammadiyah I. Setelah itu Emha lima tahun hidup menggelandang di Malioboro Yogyakarta 6
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006), h. 1 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 10 8 Emha Ainun Nadjib (Muhammad Ainun Nadjib), Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta : SIPRESS Januari 1995), cet ke, -3 h. 305 7
5
antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya yaitu Umbu Landu paranggi yang juga seorang sufi di Jogjakarta yang hidupnya misterius dan sangat mempengaruhi perjalanan Emha. Berikut ini beberapa karya-karya puisinya Emha Ainun Nadjib antara lain: “M” Frustasi (1976),· Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978), Sajak-Sajak Cinta (1978), Nyanyian Gelandangan (1982), 99 Untuk Allah SWTku (1983), Suluk Pesisiran (1989),· Lautan Jilbab (1989), Begitu engkau bersujud ( 1990), Cahaya Maha Cahaya (1991), Sesobek Buku Harian Indonesia (1993), Abacadabra (1994), Syair Amaul Husna (1994), dll.9 Dari semua hal tersebut dapat di artikan bahwa menanamkan ajaran-ajaran Islam dapat menggunakan berbagai macam cara, bahkan lewat syair puisi pun dapat dilakukan, asalkan yang dituangkan dalam sajak puisi itu beralaskan akidah Islam, dimana hal tersebut semakin membuat puisi di minati oleh masyarakat luas khususnya umat Islam, bukan hanya itu saja dengan cara inovatif seperti ini, diharapkan agar para pembaca maupun pendengar lebih tertarik lagi dengan puisi religius, apa lagi seperti saat ini sangat dibutuhkan inovasi-inovasi yang menarik, untuk mengajak dan menanamkan ajaran-ajaran Islam di kalangan para remaja khususnya. Salah satu ajaran Islam yaitu bersyukur dan bersujud, dimana hal tersebut merupakan bagian dari syariah Islam yang merupakan ajaran pokok Islam, ajaran pokok Islam dibagi menjadi dua yaitu akidah dan syariah, Akidah dengan syariah itu tidak dapat dipisahkan, bisa dibedakan akan tetapi tidak bisa dipisahkan, akidah sebagai akarnya dan syariah sebagai batang dan dahan-dahannya, maka dari itu sebagai mahkluk ciptaan Allah SWT diwajibkan untuk selalu memiliki rasa syukur
9
Di akses dari www.CakNun.com pada tanggal 24 Oktober 2014
6
terhadap apa yang telah diberikan Allah SWT.10 Orang yang terlahir dalam kondisi sempurna seharusnya lebih mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan. Sudah diberi sepasang mata, apakah sudah digunakan untuk melihat hal-hal yang baik? atau justru sebaliknya digunakan untuk berbuat maksiat. Diberi sepasang telingga. apakah sudah digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik? Sudahkah menjadi orang yang pandai untuk bersyukur? Dari puisi “Begitu Engkau Bersujud”, menggambarkan ungkapan syukur yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan berbagai cara. Semua dapat mengungkapkan rasa syukur sesaat setelah menerima nikmat, setiap selesai shalat, ketika bangun tidur, setelah makan, setelah selesai buang hajat, dan sebagainya. Dapat juga mengungkapkan rasa syukur ketika berada di rumah, di jalan, di sekolah, bahkan ketika berada di lapangan sepak bola pun dapat mengungkapkan rasa syukur. Cara mengungkapkan rasa syukur juga bermacammacam, seperti dengan mengucapkan alhamdulillah, melakukkan sujud syukur, memberi sedekah, atau memperbanyak ibadah. Puisi Begitu Engkau Bersujud menanamkan salah satu ajaran-ajaran Islam yaitu mengenai sujud, dalam puisi ini ajakan ataupun informasi mengenai bersujud kepada Allah SWT sangat jelas adanya, sehingga informasi yang ingin disampaikan dalam puisi ini bisa dapat dipahami. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengkaji atas permasalahan-permasalahan tersebut, dengan bentuk skripsi yang berjudul Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam.
10
Abdullah al-Muslih, Pokok-Pokok Ajaran Islam Yang Wajib Diketahui Setiap Muslim, (Riyadh: Islamic Foundation of America), 1998, h. 26.
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan masalah Puisi-puisi yang di tulis Emha begitu banyak, maka penulis membatasi pada masalah hanya pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib yang terdiri dari 25 bait puisi, setiap baitnya terdiri dari 3 sampai 11 kata. Hal ini dengan alasan bahwa syair tersebut banyak mengandung pesan dakwah dalam isi syairnya dan juga lebih memfokuskan kepada pembaca atau pendengar puisi tersebut sebagai sebuah objek 2. Rumusan masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah: a.
Bagaimanakah kontruksi wacana yang disajikan pada syair puisi “Begitu Engkau Bersujud”?
b.
Bagaimanakah kognisi sosial yang ada dalam puisi “Begitu Engkau Bersujud”?
c.
Bagaimanakah konteks sosial yang ada dalam puisi “Begitu Engkau Bersujud”?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konstruksi wacana yang disajikan oleh Emha Ainun Nadjib. 2. Untuk mengetahui kognisi sosial dari puisi Begitu Engkau Bersujud. 3. Untuk mengetahui konteks sosial dari puisi Begitu Engkau Bersujud. Sedangkan hasil penelitian pada intinya diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:
8
1.
Memberikan
wacana
pemikiran
bagi
dunia
pendidikan,
khususnya
pendidikan Islam bahwa media pembelajaran pun dapat berupa karya sastra, termasuk karya sastra puisi. 2.
Membantu pembaca karya sastra, dalam menemukan dan mengapresiasi keindahan dari kumpulan puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian Dalam penelitian ini bukan hanya ingin mengetahui bagaimana isi teks, tapi juga bagaimana pesan tersebut disampaikan. Maka penelitian ini lebih pada pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya: prilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.11 Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada.12 Dengan mengunakan analisis wacana yang merupakan salah satu alternatif lain akibat keterbatasan pada analisis isi. Jika analisis isi konvensional pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah isi teks komunikasi yang bersifat nyata, sedangkan analisis wacana lebih memfokuskan pada pesan-pesan yang tersembunyi didalam setiap teks. Yang menjadi titik perhatian bukan 11
Meleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 6. 12
6.
Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998), hal.
9
hanya pada pesan tetapi juga pada makna yang terkandung didalamnya.13 Jika analisis isi hanya dapat mempertimbangkan isi semata. Namun, tidak dapat menyelidiki bagaimana seseorang menyampaikannya. Dalam konteks ini, yang penting bukan hanya yang diucapkan atau dianggap penting oleh komunikator, melainkan bagaimana cara komunikator mengungkapkannya.14 Analisis wacana secara teoritis memiliki prinsip yang hampir sama dengan beberapa pendekatan metodologis, seperti analisis struktural. Dapat dilihat dari beberapa ciri analisis struktural yang ada kesamaan tujuan dengan analisis wacana.15 Dasar analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengendalikan interpretasi dan penafsiran peneliti. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya, analisis wacana tidak memerlukan lembar koding yang mengambil beberapa item atau turunan dari konsep tertentu.16 Metode penelitian analisis wacana yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah model teun A van Dijk. Sebenarnya ada beberapa model analisis wacana yang diperkenalkan oleh para ahli, seperti model Theo van Leeuwen yang mengemukakan bahwa teori wacana bertujuan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dianalisa posisinya dalam suatu wacana. Misalnya kelompok tani, buruh, nelayan, dan wanita. Sering kali mereka dideskripsikan secara buruk, tidak berpendidikan, liar, mengganggu ketentaraman dan kenyamanan, serta bertindak anarkis.
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing Cemerlang), 2001, h. 20-21 14 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), h. 151-152 15 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 151-153 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006, h. 70
10
Dan juga Sara Mils yang lebih memusatkan perhatiannya pada wacana tentang perempuan. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, dalam novel, gambar, foto ataupun berita. Tetapi pada penelitian ini lebih memilih model Teun A van Dijk karena model van Dijk paling banyak dipakai. Model ini mengolaborasi elemen-elemen wacana sehingga dapat diaplikasikan secara praktis. Modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial. istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi
sosial, terutama untuk
menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks. Menurutnya, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus diamati. Ia melihat suatu wacana terdiri dari berbagai struktur atau tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan, yakni: Pertama struktur makro merupakan gambaran umum dari suatu teks, atau biasa disebut gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini disebut dengan tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua superstruktur yaitu alur dari bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti. Ketiga struktur mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. 2. Sumber dan Jenis Data Sumber data adalah subyek darimana data bisa diperoleh. Ada dua macam sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
11
a.
Sumber Data Primer Data primer adalah data yang menjadi rujukan pokok dalam menyusun
skripsi. Data yang termasuk dalam kategori primer dalam ini adalah kumpulan puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib. b.
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia. 3.
Metode Pengumpulan Data a.
Teknik pengumpulan data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu sebagai berikut:
1) Observasi / Pengamatan Sebagai metode ilmiah, observasi adalah salah satu cara penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis sebuah permasalahan yang akan diselidiki.17 Metode ini digunakan untuk mengamati isi makna pesan yang terdapat di dalam syair puisi Emha Ainun Nadjib, kemudian dilakukan pengamatan dengan sistematis fenomena yang terdapat dalam teks tersebut sebagai objek penelitian yaitu syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” pada buku kumpulan puisi karya Emha Ainun Najib. 2) Interview (wawancara) Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data
17
Sutrisno, Metodologi Researche, (Yogyakarta: Andi Offset 1989), h. 192
12
yang lengkap dan mendalam. Pada wawancara ini, pewawancara relatif tidak mempunyai tugas menuntut waktu dan tenaga agar informan bersedia memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, bila perlu tidak ada yang disembunyikan. Wawancara seperti ini berlangsung secara informal, seperti orang sedang mengobrol, tidak dibatasi adanya perbandingan antara pewawancara dengan informan. 18 Pada penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan Cak nun, nama yang kita ketahui sebagai panggilan dari Emha Ainun Najib tentang syair puisi begitu engkau bersujud dalam kumpulan puisi. 3) Dokumentasi Yaitu pemberian bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti kutipan-kutipan) transkrip, sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen tertulis, metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan permasalahan. b.
Teknik pengolahan data Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Dalam tahap ini penulis akan memperlihatkan data-data yang terdapat dalam data utama yaitu puisi Begitu Engkau Bersujud, kemudian akan ditafsirkan peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisis wacana.
18
Rahmat Kriyanto, M.Si. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, edisi ke-1, cet ke-3 (Jakarta Kencana 2008), H 100.
13
E. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka yang ada di perpustakaan utama UIN Jakarta, ternyata judul ini belum ada yang membahasnya Namun, ada beberapa skripsi yang masih berkaitan dengan judul tersebut, di antaranya: 1.
Analisis Wacana Kritik Sosial Pada Album Efek Rumah Kaca Karya Group Band Efek Rumah Kaca” karya Fahmi Mubarok (10805100007) mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) pada penelitian ini lebih fokus terhadap sebuah album.
2.
Analisis Wacana Terhadap Album Musik Anti Korupsi Group Band Slank” karya Erdi Yulian (207051000225) Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) penelitian ini juga lebih di fokuskan ke album dari sebuah band.
3.
Analisi wacana berbakti kepada Ibu dalam lagu keramat karya roma irama” karya Sutrisno Sugiono (109051000171) Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) penelitian ini lebih di arahkan kepada lirik sebuah lagu.
4.
Analisis unsur intrinsik dalam kumpulan puisi tirani dan benteng karya Tauik Ismail”. Karya Syaiul Anwar (809018300082) Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) penelitian ini meneliti sekumpulan puisi.
14
F. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran secara menyeluruh dari sisi skripsi ini yang akan memudahkan bagi pembaca untuk memahami, penulis memberikan sistematika beserta penjelasan secara garis besarnya bahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Merupakan bab pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, metode penelitian skripsi yang meliputi jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Merupakan landasan teori dari syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Najib dan dakwah islamiyah, berisikan tentang syair puisi sebagai media dakah mencakup pengertian dakwah dan puisi secara garis besar. Bab III Gambaran Umum Berisikan profil pengarang puisi Emha Ainun Najib dan gambaran umum dari kumpulan puisi tersebut. Bab IV Temuan Hasil Penelitian Merupakan hasil analisis puisi begitu engkau bersujud. Bab V Penutup Berisikan kesimpulan dan saran-saran yang membangun demi perkembangan dakwah islam.
BAB II KERANGKA TEORITIS
A.
Analisis Wacana 1.
Pengertian Analisis Wacana Analisis wacana adalah suatu metode kajian terhadap teks, memiliki fungsi untuk mengetahui struktur pesan dalam komunikasi suatu teks. Analisis wacana menekankan pada, bagaimana pentingnya ideologi berita merupakan bagian paket dari metode yang digunakan untuk memproses berita “ how the ideological significance of news is part of parcel of the methods used to process news”.1 Analisis wacana menitik-beratkan pada penggambaran teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses kognisi dalam komunikasi. Sebuah produksi tulisan yang digunakan dalam sajak syair puisi ketika engkau bersujud, sarat akan makna yang tidak hanya terdapat dalam serangkaian struktur kalimat. Akan tetapi terdapat di seluruh badan teks. Serangkaian makna ini yang menjadi tujuan analisis wacana, karena makna yang terdapat dalam suatu teks tidak menutup kemungkinan menyimpan makna tersembunyi yang kerap menimbulkan bias. Dalam makna tersembunyi inilah kemungkinan pergulatan idiologi. Eryanto, mengungkapkan bahwa teks sendiri adalah sebuah praktek idiologi atau paling tidak cerminan dari idiologi tertentu.2 Teks tidak akan terlepas dari suatu idiologi-idiologi tertentu.
1
Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.
48 2
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta. PT: Lkis Printing Cemerlang, 2001) , hal. 6.
15
16
2. Macam-macam analisis a.
Analisis Isi Pesan (content analisis) Analisis isi pesan adalah suatu tahap dari pemrosesan informasi yang menyangkut isi-isi komunikasi yang di transformasikan melalui aplikasi yang sistematik dan objektif menurut ketentuan katagoris kedalam data yang dapat diinterpretasi dan di bandingkan.3 Teknik ini merupakan strategi verifikasi kulitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Artinya teknik ini adalah yang paling abstrak untuk analisis data-data kualitatif. Secara teknik, analisis isi mencakup upaya-upaya, klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat produksi. Analisis ini sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja atau logika analisis ini sesungguhnya sama dengan kebayakan analisis data kualitatif. Peneliti memulai analisis dengan menggunakan lambanglambang tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula.
b. Analisis Domain Digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut. Analisis domain ini amat tekenal sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. Maksudnya adalah analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran sutuhnya dari objek yang diteliti tanpa
3
Andi Bulaeng. Yogyakarta), 2004 h. 64
Metode
Penelitian
Komunikasi
Kontemporer,
(Yogyakarta:Andi,
17
harus diperinci secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian tersebut.4 Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain, ada enam langkah yang saling berhubungan, antara lain: 1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti dilapangan. 2. Menyiapkan kerja analisis domain. 3. Memilih
kesamaan-kesamaan data dari catatan harian
peneliti
dilapangan. 4. Mencari konsep-konsep induk dan katagori-katagori simbolis dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik. 5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing domain. 6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.5 jadi pada intinya, analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus diperincikan secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian tersebut. Misalnya seorang peneliti menganalisa lembaga sosial sosial, maka domain atau kategori simbolik dari lembaga sosial antara lain: keluarga, perguruan tinggi, rumah sakit. Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya domain,
maka
disarankan
menggunakan
hubungan
semantik
(semantik
relationship) yang bersifat unversal dalam analisis domain.
4
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan Kuantitatif. (Surabaya: AUP), 2001, h. 293. 5 Sanipah Faisal, Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990, h. 97
18
c.
Analisis Taksonomik Secara keseluruhan, teknik taksonomik menggunakan “pendekatan non kontras antara elemen”. Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci yang pada umumnya merupakan rumpun yang memiliki kesamaan.6 Hal yang perlu dikethui pula bahwa banyak sedikit pecahan-pecahan domain menjadi sub domain dan seterusnya, tergantung pada kompleksnya domain itu sendiri atau tergantung pada peneliti mengembangkan kompleksitas domain tertentu.
d. Analisis Komponensial Analisis ini berbeda dengan analisis taksonomi yang menggunakan “pendekatan non kontras antara elemen”. Analisis komponensial adalah teknik yang cukup menarik dan mudah dilakukan karena menggunakan pendekatan “kontras antar elemen”. Analisis komponenensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara lebih terperinci.7 Teknik analisis komponensial secara keseluruhan memiliki kesamaan kerja dengan teknik analisis taksonomik, hal yang membedakan kedua teknik analisis ini hanyalah pada pendekatan yang dipakai oleh masing-masing teknik analisis.
6
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 90 7 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 95
19
e.
Analisis Koperatif Konstan Analisis ini adalah analisis yang paling ekstrim menetapkan strategi analisis deskriptif. Dikatakan ekstrim karena teknik ini betul-betul menerapkan logika induktif dalam analisisnya, hal tersebut jarang kita jumpai dalam penelitianpenelitian sosial. esensinya bahwa analisis komperatif adalah teknik yang digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti menganalisa kejadian tersebut dan dilakukakan secara terus menerus sepanjang penelitian itu dilakukan.8
3.
Wacana Menurut Teun A. Van Dijk Model van Dijk paling banyak dijadikan sebagai perangkat analisis terhadap wacana. Model wacana ini disebut juga model kognisis sosisal karena banyak terpengaruh oleh ilmu psikologi sosial. Teun A. van Dijk menganalisis wacana melalui struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Dalam hal ini van Dijk mengembangkan analisis wacana tidak hanya pada ranah teks, 9 tetapi juga pada tingkat kognisi sossial dan konteks sosial. secara singkat van Dijk membagi struktur kedalam tiga tingkatan yaitu: a.
Struktur marko. Merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati, dipahami dengan melihat tipe dari suatu teks. Tema wacana bukan hanya isi tetapi juga kondisi tertentu dari suatu peristiwa.
b.
Superstruktur . adalah kerangka suatu teks. Bagaimana sstruktur elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh
c.
Struktur mikro. Makna wacana dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat prafase yang dipakai.
8
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 100-101 9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h 221
20
Idiologi kemudian yang akan mementukan suatu wacana. Karena idiologilah yang menentukan mengapa sebuah wacana diproduksi. Penilaian pembacapun akan lahir setelah mengetahui apa idiologi, setelah idiologi dapat dibaca, maka akan diketahui untuk apa suatu wacana dibangun atau diproduksi.10 4. Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk Model analisis wacana van Dijk seringkali disebut dengan “kognisi sosial” karena analisis ini diadopsi dengan pendekatan lapangan psikologi sosial. terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks, sebagaimana dikutip dalam bukunya Eriyanto, penelitian atas wacana tidak didasarkan hanya pada teks semata, karena teks hanyalah hasil dari praktik produksi yang juga harus diamati dan harus dilihat juga bagai mana teks itu diproduksi, sehingga kita memperoleh pengetahuan kenapa teks semacam itu terbentuk,11 berikut ini adalah penjabaran dari kerangka analisis wacana van Dijk: a. Teks Teun A. van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung, van Dijk membagi kedalam tiga tingkatan; Pertama, struktur mikro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita (tulisan). Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Ini adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kita, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase dan gambar. 10
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 13 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 221
11
21
Tabel 2.1 Struktur teks Teun A. van Dijk Struktur makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topic atau tema yang diangkat oleh suatu teks Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur mikro Makna lokal suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
Menurut van Dijk, semua elemen merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain. Makna global suatu teks didukung oleh kerangka teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Untuk elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.2 Struktur wacana Teun A van Dijk Struktur Wacana Hal yang diamati Struktur makro TEMATIK (Apa yang dikatakan?) Superstruktur SKEMATIK (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?) Struktur Mikro SEMANTIK (Makna yang ingin ditekankan dalam teks?) Struktur Mikro SINTEKSIS (Bagaimana pendapat disampaikan?) Struktur Mikro
Struktur Mikro
STALASTIK (Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita/buku? RETORIS (Bagaimana dan dengen cara apa penekanan dilakukan?)
Elemen Topik Skema
Latar, Detil, Maksud, peranggapan Bentuk kalimat, kohrensi, kata ganti Leksikon
Grafis, Metafora, Ekspresi
22
1. Struktur Makro a) Tematik Teun A. van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu wacana, topik memainkan peranan penting sebagai informasi sebuah wacana, dan dapat mengetahui masalah atau tindakan yang diambil komunikator dalam mengatasi suatu masalah, keputusan, atau pendapat dapat diamati pada struktur makro dari suatu wacana.12 Gagasan utama dari van Dijk, wacana pada umumnya dibentuk dalam tata aturan umum dan teks tidak hanya mencerminkan suatu pandangan tertentu, tetapi merupakan suatu pandangan umum yang koheren. Jadi van Dijk memandang suatu masalah didasari oleh mental atau pikiran tertentu, mental dan kognisi tulisan tersebutlah yang akan dimunculkan kedalam sebuah tulisan dan kita namakan sebuah topik. b) Suprastruktur Jika topik dapat menunujukan makna umum dari suatu wacana, maka struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Skematik merupakan strategi dari komunikator untuk mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung.13 Dalam hal ini, peletakan informasi disesuaikan dengan otoritas penulis. Dalam suprastruktur, hal yang perlu diamati adalah skematik, karena setiap wacana memiliki alur atau jalan cerita yang sistematis, sebuah tulisan ilmiah harus teratur dan mempunyai kaidah-kaidah tertentu biasanya dimulai dari
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 75 13 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 76
23
abstrak, latarbelakang masalah, tujuan, hipotesis, isi dan yang terakhir adalah kesimpulan. Menurut van Dijk suprastruktur merupakan suatu kesatuan yang mendukung gagasan utama dalam berita, meskipun suprastruktur tidak ditemukan secara utuh didalam sebuah tulisan, namun dalam hal ini membantu penulis untuk memberikan pemaknaan peristiwa apa yang harus di tonjolkan dan apa yang harus ditutup-tutupi.14 Selanjutnya van Dijk menganggap bahwa skematik adalah strategi wartawan (penulis) untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan dan mana yang bisa dijadikan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. 2.
Struktur Mikro Semantik merupakan studi tentang makna yang dimiliki objek bagi orang
yang berfikir dan menanggapi, dan bukan pencarian definisi kata yang intrinsik dan universal, seperti studi linguistik konvensional, makna kata dihubungkan dengan arti yang terdapat dalam kamus. Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan makna lokal, yakni makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisis yang membangun makna dalam suatu bangunan teks. Tetapi semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dalam struktur wacana, lebih dari itu menggiring kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa.
14
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 227
24
b.
Kognisi Sosial Model analisis wacana van Dijk tidak hanya dibatasi pada penelitian teks semata, tetapi juga pada tingkat kognisis sosial pengarang, yaitu kesadaran mental seorang pengarang dalam memahami sesuatu masalah dan menuangkannya ke dalam suatu teks. Dalam hal ini, bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara penulis memandang suatu reliatas sosial, sehingga dituangkan ke dalam sebuah tulisan tertentu. Dimensi kognisi sosial memiliki hubungan erat dengan proses pembuatan teks, di mana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat tindakan yang dibentuk dalam struktur teks. Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan, dan transformasi. Di sini keputusan dan strategi tersebut menurut van Dijk terjadi dan berlangsung dalam mental dan kognisi sosial seseorang.15
c.
Konteks Sosial Dimensi konteks sosial melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat atas suatu wacana, dalam artian melihat bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang digambarkan. Dalam kerangka van Dijk, penelitian mengenai bagaimana wacana diproduksi dalam masyarakat sangat diperlukan, karena dapat dijadikan acuan dalam mengkaji teks yang dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang atas suatu peristiwa.
15
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h 262
25
B. Syair Syair adalah salah satu jenis puisi lama, syair berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam, kata syair berasal dari bahasa Arab syu‟ur yang berarti perasaan, kata syu‟ur berkembang menjadi kata syi‟ru yang berarti puisi dalam pengertian umum.16 Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya antara lain:
1. Syair Perahu 2. Syair Burung Pingai 3. Syair Dagang 4. Syair Sidang Fakir Adapun jenis-jenis syair sebagai berikut: 1. Syair Panji Syair panji menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orangorang yang berada atau berasal dari dalam istana. Contoh Syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.
16
http://nawwafcom./2013/05/pengertian-syair-dan-jenis-jenis-syair.html di akses pada tanggal 16 April 2015.
26
2. Syair Romantis Syair romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh Syair romantik yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya. Pertemuan pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya. 3. Syair Kiasan Syair kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buahbuahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh Syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan "seperti pungguk merindukan bulan". 4. Syair Sejarah Syair sejarah adalah Syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar Syair sejarah berisi tentang peperangan. Contoh Syair sejarah adalah Syair Perang Mengkasar (dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda. 5. Syair Agama Syair agama merupakan Syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu: (a) Syair sufi, (b) Syair tentang ajaran Islam, (c) Syair riwayat cerita nabi, dan (d) Syair nasihat.
27
C. Puisi 1. Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra yang paling dalam. Kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataanpernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.17 Keterbatasan puisi tersebut berdasarkan keterikatan atas (1) Banyak baris dalam tiap bait, (2) Banyak kata dalam tiap baris, (3)Banyak suku kata dalam tiap baris, (4) Rima, dan (5) Irama.18 Apabila dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian tersebut sudah tidak cocok lagi dengan wujud puisi zaman sekarang. Keterikatan puisi sudah tidak tervisualisasikan pada bentuk puisi-puisi modern pada saat ini. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani "poeima" membuat atau " pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan "membuat" dan "pembuatan", karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan sesuatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.19 Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Shelley yang mengatakan bahwa puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalkan saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan 17
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya), 1984 h. 74 Abdul Razak Zaidan, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta : Balai Pustaka, 2004), h. 26 & 36 19 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press), 1987, h. 13 18
28
keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.20 Menurut sejarahnya poeisis, yaitu penciptaan puisi dan seni (tetapi perhatikan bahwa kata poeisis secara etimologi tidak lain artinya daripada hanya “pembuatan” saja, tidak khas untuk seni) dapat pula diberikan sebagai perwujudan gagasan manusia selaku pencipta, yang berkembang secara berangsur-angsur. Baik dalam dunia klasik dengan karya seni sebagai bentuk tekhnik yang tertinggi, tetapi masih dalam rangka peneladanan alam.21 Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama atau cerita pendek. Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi dengan konvensi yang ketat, sehingga puisi tidak memberi ruang gerak yang longgar pada penyair dalam berkreasi secara bebas. Wajar kalau puisi dikatakan sebagai the most condensed and concentrated from of literature yang maksudnya adalah puisi merupakan bentuk sastra yang paling padat dan terkonsentrasi. Kepadatan komposisi tersebut ditandai dengan pemakaian sedikit kata, namun mengungkap lebih banyak hal. Sebab itu, puisi dapat didefinifikan sebagai berikut: Puisi dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang mengatakan lebih banyak dan lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh bahasa harian. Definisi di atas menyatakan secara implisit bahwa puisi sebagai bentuk sastra menggunakan bahasa sebagai media pengungkapnya. Hanya saja bahasa puisi memiliki ciri tersendiri yakni kemampuannya mengungkap lebih intensif dan lebih banyak ketimbang kemampuan yang dimiliki oleh bahasa biasa yang cenderung bersifat informatif praktis. Oleh sebab itu, pesan yang disampaikan bersifat jelas dan tidak mengandung dimensi ambigu. 20 21
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, 1984 h.76-77 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, h. 10
29
Hari ini Jakarta berawan; harga kebutuhan pokok menjelang puasa naik; kereta Argo Lawu jurusan Solo-Jakarta anjlok di Cirebon, adalah sederet contoh bahasa harian.22 Terlepas dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sifat yang terpenting dari puisi adalah puitis. Sesuatu disebut puitis bila hal itu membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas. Secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Dalam hal ini puitik bukanlah referensi, acuan di luar ungkapan bahasa itu yang penting, tetapi kata-kata, pemakaian bahasa itu sendiri yang menjadi pusat perhatian itu walaupun fungsi-fungsi lain bukan tak ada dalam puisi.23 Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya dengan bentuk visual, tipografi, susunan bait, dengan bunyi persajakan, asonansi, aliterasi,24 kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi, dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa dan sebagainya.25 Di antara kemungkinan cara yang disediakan oleh sistem bahasa, dalam bahasa puitik dipilih kemungkinan yang dari segi tertentu menonjolkan ekuivalensi, ekuivalensi itu dapat terwujud dalam gejala yang sangat beranekaragam: ekuivalensi bunyi, dalam bentuk rima, aliterasi, asonansi,; tetapi pula dalam skema mantra seperti dalam kidung dan kakawin, yang mempunyai kesejajaran, antara larik dengan larik, antara pupuh dengan pupuh dan di dalam larik ada macam-macam kesejajaran; seluruhnya disebut sistem mantra ini juga
22
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, 1984 h. 8 Aminuddin, Pengantar Sastra dan Budaya, h. 197 24 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 106 25 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h. 121 23
30
merupakan sesuatu yang jarang dipahami oleh masyarakat luas.26 Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pemakaian bahasa yang tepat sangat dibutuhkan dalam puisi, sehingga dapat menggetarkan jiwa, dengan keindahan bahasa yang ada dalam puisi. Karena puisi itu ialah keindahan yang terdapat dalam karya seni, keindahan itu dirasakan sebagai rasa senang, gembira, bahagia, terharu, kagum dan takjub. Dalam keindahan terkandung kebenaran. Kebenaran di sini ialah kebenaran tentang arti kehidupan, kebenaran yang belum dispesialisasikan dalam bidangbidang ilmu tertentu. Kebenaran dalam puisi irepresentasikan melalui rangkaian kejadian yang dialami oleh pelaku-pelakunya. Kebenaran yang sekaligus diserap oleh cipta, rasa dan karsa ini dekat pengertiannya dengan kebijaksanaan, kearifan, atau kelapangan dada (broad mindedness).27 Puisi dianggap lebih berhasil bila mampu memberikan manfaat dan hiburan. Bermanfaat dapat diartikan mampu memberikan nilai-nilai yang mengarah pada tujuan manusia hidup di dunia. Demikian pula dengan penelitian jenis sastra seperti puisi misalnya, pokoknya diambil dari teori yang dikembangkan dalam poetika tulisan Aristoteles. Sifat bermanfaat dan nikmat (utile dan dulce) sebagai tujuan dari fungsi karya sastra, tetap merupakan tolak ukur sastra.28 Nilai-nilai itu memunculkan hikmah-hikmah yang dalam dari suatu peristiwa maupun kisahkisah yang muncul dalam pernyataan-pernyataan puisi. Nilai puisi tersebut juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka membentuk pandangan hidupnya, karena puisi sangat erat hubungannya dengan falsafah dan agama.29
26
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan Arnoldus, Cet.II 1974), h. 88 27 S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, h. 89 28 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi , h.125 29 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h. 130
31
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa puisi sebagai salah satu karya seni memberikan gambaran kepada para pendengar, pembaca dan penikmat akan maksud dan nilai yang ada pada bait yang diungkapkan oleh penyair. Lalu dari beberapa definisi mengenai puisi oleh beberapa tokoh dapat ditarik benang merah bahwa garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya merupakan unsur-unsur yang berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-campur yang dituangkan pengarang (penyair) dalam prosesnya. 2. Hakikat Puisi Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. I.A. Richard menyebut makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi, ada empat unsur hakikat puisi, yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair. a. Tema Merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang di kemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Allah SWT, maka puisinya bertema ke Allah SWT an. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotres ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta, atau tema kedukaan
32
hati karena cinta. Latar pengetahuan mempengaruhi penafsir-penafsir puisi untuk memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). b. Perasaan (feeling) Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan ikut dihayati pembaca. Tema yang sama akan dituturkan perasaan penyair secara berbeda, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Menghadapi tema keadilan sosial atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan. c. Nada dan Suasana Nada adalah apabila ada seseorang berbicara, pendengar menagkap apa yang dibicarakan dan suara bicara kadang-kadang meninggi-merendah (nadanya), mengeras-melembut (takanannya) atau mempercepat-memperlambat (temponya). Selain itu jiga pendengar menangkap bagaimana sikap pembicara terhadap apa yang dibicarakannya.30 Penyair mempunyai sikap tertentu dalam menuliskan puisi, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Jika nada merupakan sikap penyair kepada pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis 30
69
Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991 ) h.
33
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Sikap pencipta yang dapat ditangkap dari sajak, cerita atau drama disebut nada.31 Jika berbicara tentang sikap penyair, maka berbicara tentang nada, jika berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi, maka berbicara tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair, dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.32 d. Amanat (pesan) Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat dibalik katakata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan.33 Ahmadun Yosi Herfanda berpendapat bahwa karya sastra yang bagus memang tidak hanya memancarkan pesona estetik (keindahan) tetapi juga mampu memberikan pencerahan batin dan intelektual kepada para pembacanya. Dalam bahasa pers karya sastra mampu membangun semacam opini publik. Jika bangunan publik itu menguat dan meluas, maka dari situlah proses perubahan social-budaya dapat digerakkan.34 Berdasarkan tujuan penciptaannya karya sastra dapat dikelompokkan ke dalam empat orientasi. Pertama, karya sastra sebagai tiruan alam atau
31
Zainuddin Fanani, Telaah Sastra, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Press, 2000) H.
32
Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, 1991, h. 69 Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, (Solo: Universitas Sebelas Maret Press, 1994)
77 33
H. 56-60 34
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, 1974, h. 25
34
penggambaran alam. Kedua, karya sastra sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu pada pembacanya. Ketiga, karya sastra sebagai pancaran perasaan, pikiran, ataupun pengalaman sastrawannya dan Keempat, karya sastra sebagai sesuatu yang otonom, mandiri, lepas dari sekelilingnya, pembaca maupun pengarangnya. Sebenarnya apapun orientasi penciptaan karya sastra, karena merupakan suatu sistem tanda yang menyimpan makna, maka ia akan memiliki kemampuan yang tersembunyi (subversif) untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran pembacanya. Banyak orang misalnya, meyakini bahwa karya-karya besar seperti Max Havelar (Multatuli), Uncle tom Cabin (Beecher Stower), dan sajaksajak Rabindranat Tagore telah menginspirasi perubahan sosial di lingkungan masyarakat pembacanya masing-masing. Max havelar menginspirasi gerakan politik etis di Hindia Belanda, sajaksajak Tagore mendorong gerakan pembebasan bangsa India dari penjajahan Inggris, dan Uncle Tom Cabin menginspirasi gerakan anti perbudakan di Amerika Serikat. Dapat disebut juga sajak-sajak cinta tanah air Mohammad Yamin dan Ki Hajar Dewantara yang ikut memupuk rasa kebangsaan anak-anak muda generasi 1920-an dan 1930-an, serta sangatlah mungkin menjadi sumber inspirasi lahirnya Sumpah pemuda.35 Dari pandangan bahwa sastra sebagai sumber inspirasi untuk perubahan sosial-budaya, maka dapat dipahami bahwa sastra sebenarnya mempunyai orientasi pada kebermanfaatan, yaitu sebagai media pencerahan dan pencerdasan masyarakat. 3. Struktur Puisi
35
Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Bina Cipta), 1969, h. 13
35
Struktur karya sastra khususnya puisi mencakup struktur intrinsic dan struktur ekstrinsik . a. Struktur Intrinsik Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsurunsur yang secara langsung membangun karya sastra itu. 36 Hal-hal yang berhubungan dengan struktur ini seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal
yang berhubungan dengan
pengungkapan tema dan amanat.juga termasuk ke dalam hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah puisi meliputi: diksi, rima, ritme, bait, baris, dan tipografi. b. Struktur Ekstrinsik Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Hal tersebut merupakan milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat meliputi: (1) tradisi dan nilai-nilai, (2) struktur kehidupan social, (3) keyakinan dan pandangan hidup, (4) suasana politik, (5) lingkungan hidup, (6) agama dan sebagainya Nyoman Thusthi Eddy menyatakan faktor-faktor ekstrinsik juga meliputi: (1) sejarah, (2) sosiologi, (3) psikologi, (4) politik, ekonomi, dan ideology.37 Sejalan dengan dua pendapat di atas Wellek dan Warren menyatakan di dalam unsur ekstrinsik ini juga terdapat faktor seperti: 1) biografi pengarang,
36
Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik, dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. III, h. 40 37 Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, h. 70
36
2) psikologi (proses kreatif), 3) sosiologis (kemasyarakatan) sosial budaya masyarakat, dan 4) filosofis (aliran filsafat pengarang).38 Kemudian yang termasuk ke dalam faktor sosiologis seperti, aspek-aspek profesi/institusi, problem hubungan sosial, adat-istiadat dan antar hubungan masyarakat. Untuk faktor hubungan historis, yaitu hubungan sastra dengan faktor sosial, yakni menganggap sastra sebagai dokumen sosial. 4. Mencari Makna dalam Puisi Kata-kata, frasa, dan kalimat dalam puisi biasanya mengandung makna tambahan
atau
makna
konotatif.
Bahasa
figuratif
yang
digunakan
menyebabkan makna dalam baris-baris puisi itu tersembunyi dan harus di tafsirkan. Proses mencari makna dalam puisi merupakan proses pergulatan penyair dan pendengar terus menerus. Bahasa puisi adalah bahasa figurative yang bersusun-susun. Sebuah kata memiliki kemungkinan makna ganda. Kata yang nampaknya tidak bermakna diberi makna oleh penyair. Makna kata mungkin diberi makna baru. Nilai rasa diberi nilai rasa baru. tidak semua kata, frasa, dan kalimat bermakna tambahan. Kalau keadaannya demikian, puisi akan menjadi sangat gelap. Sebaliknya, puisi tidak mungkin tanpa makna tambahan (transparan), sehingga kehilangan kodrat bahasa puisi. Kata-kata dalam puisi tidak tunduk pada aturan logis sebuah kalimat, namun tunduk pada rima larik puisi. Hal ini disebabkan oleh kesatuan kata-kata itu bukanlah kalimat akan tetapi larik-larik puisi itu. Kata-kata tidak terikat oleh struktur kalimat dan lebih terikat pada larik-larik puisi. Pertalian antara larik dengan larik, atau antar kata dalam sebuah larik, akan lebih mudah terlihat apabila seseorang memunculkan penanda-penanda 38
Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, 1994, h. 62
37
pertaliannya. Penanda-penanda tersebut bisa berupa tanda kurung ( ) dalam setiap kata dalam larik dengan memunculkan kata penghubung seperti, adalah, di, dan, dalam, dan sebagainya. Dari cara di atas tentu akan memudahkan seseorang dalam memahami pertalian makna dalam sebuah puisi serta menyimpulkan makna dari puisi tersebut. 5. Macam-Macam Puisi Ditinjau dari zamannya, puisi di Indonesia dikelompokkan menjadi: a. Masa kelahiran atau masa penjadian (± 1900 – 1945), yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode, yaitu : 1) Periode awal hingga 1933 2)
Periode 1933 – 1942
3) Periode 1942 – 1945. b. Masa perkembangan (1945 hingga sekarang) yang lebih lanjut dapat pula dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut : 1) Periode 1945 – 11953 2) Periode 1953 – 1961 3) Periode 1961 – sekarang. Sedangkan menurut Rahmat Djoko Pradopo, berdasarkan ciri-ciri tiap periode, pembabakan waktu puisi Indonesia modern dapat disusun sebagai berikut. 1)
Periode Pra-Pujangga Baru : 1920 – 1933 - Periode Pujangga Baru : 1933 – 1942
2)
Periode Angkatan 45 : 1942 – 1955
3)
Periode 50 – 60an : 1955 – 1970, dan
4)
Periode 70 – 80an : 1970 – 1990. Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam puisi ada bermacam-macam:
38
1) Puisi epik, yaitu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. 2)
Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin cerita.
3)
Puisi lirik, yakni puisi yang berarti luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap maupun suasana batin yang melingkupinya.
4)
Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog, sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
5)
Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.
6)
Puisi satirik, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.
7)
Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
8)
Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang,
9)
Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan.
10) Himne, adalah puisi yang berisi pujian kepada Allah SWT, maupun ungkapan rasa, cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
39
D. Ajaran-ajaran Islam 1. Pokok-pokok Ajaran Islam Ajaran Islam terdiri dari 2 (dua) bagian pokok: a) Akidah Akidah/iman/faith terdiri dari 6 (enam) rukun iman, akidah Islamiah itu berdasarkan atas landasan yang kuat (dalil qoth‟i: Quran dan Hadist Mutawatir). Di luar rukun iman yang enam tersebut, orang Islam tidak wajib mempercayai, akidah islamiah itu merupakan pokok dasar Islam dan pemersatu seluruh umat Islam di dunia. Seseorang yang mempunyai kepercayaan yang bertentangan dengan akidah islamiah yang berupa rukun iman tersebut adalah bukan orang islam/keluar dari agama Islam.39 Kata “„aqidah” diambil dari kata dasar “al-„aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat),
asy-syaddu
biquwwah
(pengikatan
dengan
kuat),
at-tamaasuk
(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti alyaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). “Al-„Aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: ” „Aqadahu” “Ya‟qiduhu” (mengikatnya), ” „Aqdan” (ikatan sumpah), bahkan bisa juga ” „Uqdatun Nikah” (ikatan menikah). Dengan demikian Aqidah berarti ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti, aqidah dengan adanya Allah SWT dan diutusnya pada Rasullah SAW, bentuk jamak 39
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993) h. 6.
40
dari aqidah adalah aqa-id. Dan pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi) Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut. b) Syariah Syariah, mengatur 2 (dua) aspek kehidupan manusia yang pokok, ialah: 1) Mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, disebut “Ibadah”. 2) Mengatur human relation dan human activity di dalam masyarakat, disebut “Muamalah”. Akidah Islamiah di dalam Quran dirumuskan dengan kata-kata “Iman”. sedangkan Syariah dirumuskan dengan kata-kata “Amal Saleh”. Pada dasarnya, pemaknaan kata syarii‟ah harus dikembalikan kepada waadli‟al-lughah (pembuat bahasa) kata tersebut, yakni orang Arab. Sebab, kata al-syarii‟ah adalah lafadz bahasa Arab yang digunakan oleh orang Arab untuk menunjukkan makna tertentu. Pemaknaan atas lafadz tersebut tidak menerima ijtihad atau istinbath. Namun, cukup merujuk kepada makna yang disasar oleh orang Arab, sebagaimana kaedah bahasa menyatakan, “La mahalla li „aql” (tidak ada tempat bagi akal).
41
“Lafadz al-Syarii‟ah bermakna masyra‟at al-maa‟ (maurid al-syaaribah: sumber air). Kata al-syarii‟ah juga bermakna: agama yang disyariatkan Allah SWT
kepada
hamba-hambaNya.
Jika
dinyatakan
Allah
SWT
telah
mensyariatkan kepada mereka, maksudnya adalah sanna (menetapkan aturan untuk mereka). Lafadz ini termasuk dalam wazan “qatha‟a”…Kata al-syir‟ah bisa bermakna al-syarii‟ah. Pengarang Kitab al-„Ain mengatakan: “al-Syarii‟ah wa al-syir‟ah: perkara agama yang Allah swt telah menetapkannya, dan memerintahkan untuk selalu berpegang teguh dengannya, seperti sholat, puasa, haji.40 Dan Allah swt telah mensyariatkan perkara tersebut, maksudnya adalah Allah swt telah menetapkan perkara tersebut secara syar‟iy (menurut hukum)”. 2. Hubungan Antara Akidah dan Syariah Akidah dengan syariah itu tidak dapat dipisahkan (bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan), akidah sebagai akarnya dan syariah sebagai batang dan dahan-dahannya, seseorang yang beriman tanpan menjalankan syariah adalah fasik, sedangkan bersyariah akan tetapi berakidah yang bertentangan dengan akidah islamiah adalah munafik, dan seseorang yang tidak berakidah dan bersyariah islamiah adalah kafir.41 Ibadah berasal dari bahasa Arab, dari akar kata “abd” yang artinya “hamba”, dan ini berarti penyeraahan dan ketaatan seseorang hamba kepada Tuhannya, ibadah menurut Islam mempunya pengertian yang luas, tidak hanya terbatas kepada shalat, puasa, akat dan haji saja, tetepi semua kegiatan manusia
40
Di akses pada 21 oktober 2014 dari https://zbrownie.zahlaa /2013/01/08/aqidah-dan-syariahdalam-islam/ pada pukul 22:30 WIB. 41 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, h. 7.
42
yang tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT dan dilakukan dengan niat yang baik (untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT) adalah ibadah.42 Hukum Islam yang mengatur human relation dan human activity
di
masyarakat disebut muamalah, konsepsi Islam tentang muamalah cukup lengakap, sebab di dalam Quran dan Hadis yang merupakan sumber hukum Islam yang pokok terdapat aturan hukum mengenai keluarga, perdata, pidana, arisan, pemerintahan sosial, ekonomi, pendidikan, hukum internasional dan sebagainya. Al-Quran sudah tentu tidak mengatur segala sesuatu secara mendetail, sebab al-Quran itu untuk seluruh umat manusia sepanjang masa, sedangkan masyarakat adalah dinamis. Tetapi di dalam al-Quran terdapat cukup banyak pentunjuk berupa prinsip-prinsip umum yang dapat dijadikan landasan untuk mengahalau problema-problema yang mungkin dihadapi oleh umat manusia.
42
Abul A‟la Maududi, Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967), h. 1.
BAB III BIOGRAFI EMHA AINUN NADJIB
A. Latar Belakang Keluarga Muhammad Ainun Najib nama Muhammad disingkat menjadi M.H, tetapi pada akhirnya sering disebut Emha.1 Emha adalah anak desa, tepatnya desa santri, dari desa tersebutlah Emha banyak belajar kesederhanaan, kebersahajaan, kewajaran dan kearifan hidup. Karena semua itulah Emha mendapatkan pelajaran bahwa peran sosial bukan sebagai karir, melainkan sebagai kewajiban dan fungsi sosial yang mampu memberikan contoh kepada masyarakat, karena pelajaran itu pulalah Emha bertahan untuk tetap berada dalam keadaan sederhana, karena sesungguhnya Emha mampu untuk menjadi pribadi yang berada di posisi kelas menengah ke atas. Namun, semua itu tak Emha hiraukan Emha tetap berada pada kesederhanaan hidup, bahkan setiap hari Emha sering makan di warung di pinggiran jalan, sampai Emha sakit karena kekurangan gizi.2 Emha juga sangat dikenal dengan nama sapaan Cak Nun, Emha lahir pada Rabu legi 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Menturo adalah pusat budaya dan tradisi yang cukup penting bagi penggambaran perjalanan Emha, baik dari dimensi sosial, intelektual, kultural dan spiritual.3
1
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006), h. 1. http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emha-ainun-nadjib/ di akses pada tanggal 24Oktober
2
2014. 3
Emha Ainun Nadjib (Muhammad Ainun Nadjib), Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta : SIPRESS Januari 1995), cet ke-3 h. 305.
43
44
Emha adalah anak keempat dari lima belas bersaudara.4 Ayahnya bernama Muhammad Abdul Latif, seorang kiai terpandang di desa Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Sedang ibunya bernama Chalimah.5 Dari karakter kedua orangtuanya inilah yang mempengaruhi terciptanya pembentukan watak intelektual maupun perilaku kehidupan kesehariannya, terutama dalam bidang kesantrian Emha kecil. Keperibadiaan Emha yang sangat kritis terhadap ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitarnya sudah terlihat sejak Emha masih anak-anak, Guru SD-nya pun pernah merasakan kekritisan seorang Emha ketika Emha masih duduk di sekolah SD. ‟‟suatu ketika, Emha terlambat datang kesekolah. Kemudian Emha dihukum gurunya: berdiri di depan kelas selama pelajaran berlangsung, Emha sangat konsekuen dan sangat menjunjung tinggi peraturan yang ada, baginya aturan itu harus dijunjung tinggi oleh siapa pun, maka ketika suatu saat gurunya terlambat mengajar Emha pun tetap dengan pendiriannya yaitu konsekuen maka Emha menghukum gurunya, dengan berkeliling lapangan memikul sepedanya, sang gurupun merasa dilecehkan, sang guru marah dan kesal, pada akhirnya Emha dikeluarkan dari SD tersebut yang dianggap telah menerapkan aturan yang tidak adil”.6 Potongan kisah tersebut hanya sebagian kecil dari kritis dan kenakalan sikap dari Emha yang mendorongnya untuk berlaku selalu adil dimanapun dan kepada siapapun dan selalu menghindari ketidak adilan, termasuk terhadap ayah dan
4
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 1. Emha Ainun Nadjib, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 303. 6 Emha Ainun Nadjib, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 303.
5
45
ibunya. Bisa dikatakan patokan pemahaman tentang Islam yang ada pada diri Emha itu berasal dari kedua orangtuanya. Dari kisah tersebut dapat ditelusuri mengenai pembentukan kepribadian Emha, ketika Emha tumbuh dan berkembang dalam asuhan kasih sayang kedua orangtuanya, tentang sosok kedua orang tuanya Emha mengungkapkan: ‟‟Ayah saya adalah seorang petani dan kiai yang memiliki sebuah surau, tetapi Ayah adalah pemimpin masyarakat tempat bertanya dan mengadu para penduduk desa dalam permasalahan yang mereka alami, begitu pula ibu saya. Setiap permasalahan yang tidak dapat mereka pecahkan mereka ajukan ke orangtua saya untuk dipecahkan, bahkan ketika saya masih dalam buaian dan kemudian menjadi anak kecil, saya seringkali dibawa ibu untuk mengunjungi para tetangga untuk menanyakan apa yang mereka masak, apakah mereka menyekolahkan anakanak mereka untuk bersekolah dan banyak masalah lain. Pengalaman ini menumbuhkan kesadaran dan sikap sosial saya, dan nilai-nilai keluarga kami didasarkan agama, karena ajaran Islam merupakan kunci untuk menolong sesama manusia dari kemiskinan dan membuat mereka berfungsi sebagai manusia seutuhnya‟‟.7 Berbagai macam peristiwa dan pengalaman yang Emha dapatkan dalam keluarga ikut memproses sikap sosial Emha. Apalagi jika Emha melihat bagaimana ibunya berusaha menangani permasalahan yang dialami ibu-ibu lain di desanya, terutama masalah perekonomian. Melihat pengorbanan ibunya itu Emha menuliskan: ‟‟ Ibu saya menjual barang-barang seperti TV, mebel, sepeda motor dan lainlain secara kredit karena Ibu kasihan kepada mereka. Padahal sebenarnya Ibu juga 7
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 7.
46
dalam keadaan kekurangan, Ibu hanya mempunyai sepasang pakaian, kain batik dan kerudung. Jangan heran kalau Ibu terbelit hutang, akan tetapi kenaifanya dalam pengelolaan merupakan suatu yang luhur bagi kami anak-anaknya‟‟.8 Keadilan menjadi titik kunci baginya. Artinya, keadilan menjadi titik pusat dalam setiap aktualisasi peran sosial Emha. Atas nama keadilan pula, Emha merasa wajib berperan dalam kehidupan sosial.‟‟ Saya tidak bisa asik sendiri dikamar, tekun beribadah merayu Allah SWT agar masuk syurga sendirian, sementara ketidak adilan bagai hujan lebat menikam bumi.9 Kalau mau, sebenarnya Emha mempunyai kemampuan untuk memasuki wilayah kekuasaan. Tetapi Emha tetap bertahan sebagai orang pinggiran. Emha tetap bertahan di kemah Jogja yang jauh dari hiruk pikuk perebutan kekuasaan lokal, nasional maupun global. Emha Ainun Najib mempunyai istri yang bernama Novia Kolopaking, Novia Sanganingrum Saptarea Kolopaking, yang dikenal dengan nama Novia Kolopaking (lahir di Bandung Jawa Barat 9 November 1972; umur 42 tahun) adalah seorang seniman Indonesia keturunan Sunda-Minang. Novia banyak berkiprah di bidang sastra, terutama puisi, sebagai pemain drama dan film, serta penyanyi.10 Sejak masih kanak-kanak nama Novia telah dikenal melalui sejumlah majalah anak-anak dan penampilan di panggung, baik sebagai penyanyi atau pemain sandiwara. Namun, namanya benar-benar naik ke pentas seni nasional di saat Novia bermain sebagai "Emak" dalam film serial televisi Keluarga Cemara dan berperan sebagai "Siti Nurbaya" dalam film televisi Siti Nurbaya. Walaupun
8
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h.7. Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 304. 10 http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober 9
2014.
47
banyak yang tidak menyadari, Novia juga pernah mengisi suara tokoh "Dewi Anjani" dalam sandiwara radio Saur Sepuh.11 Dalam bidang tarik suara ia dikenal melalui sejumlah hit populer seperti Kembali, Untukmu Segalanya, Dengan Menyebut Nama Allah, serta lagu "daur ulang" Bunga Mawar. Setelah vakum bermain sientron selama delapan tahun, ibu tiri vokalis Letto, Noe ini kembali main sinetron bertemakan religi, Rinduku Cintamu (2008). Emha Ainun Nadjib menikah dengan Novia pada tanggal 22 Maret 1997 dan dikaruniai 4 orang anak. Walaupun tidak banyak muncul dalam pentas nasional, Novia kerap mendampingi perjalanan kelompok Kiai Kanjeng mengunjungi berbagai tempat di Indonesia dan juga dunia. Salah satu anak Emha dari istri pertamanya Neneng Suryaningsih yaitu bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh lebih dikenal sebagai Noe (lahir di Yogyakarta, 10 Juni 1979; umur 35 tahun) adalah vokalis band Letto. Noe merupakan anak pertama budayawan, Emha Ainun Nadjib dan anak tiri bintang sinetron dan penyanyi, Novia Kolopaking. Noe lahir sebagai anak pertama dari budayawan, Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun dari istri pertamanya, Neneng Suryaningsih. Sayangnya saat dirinya menginjak umur 6 tahun, orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Noe menghabiskan masa SD di SD 1 Yosomulyo, Lampung kemudian melanjutkan ke SMP Xaverius Metro, Lampung.12
11
http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober
2014. 12
http://plettonicskendha.blogspot.com/2010/10/biografi-noe.html di akses pada tanggal 25 oktober 2014.
48
Saat Noe masih SMP, Noe mempunyai kumpulan lagu-lagu Queen. Setelah mendengarkan berulang kali, akhirnya dia mempunyai pikiran bagaimana membuat musik yang bisa menggerakkan rasa dan menggerakkan perasaan orang lain. Mulailah Noe bersentuhan dengan keyboard, alat musik yang pertama Noe sentuh. Setelah lulus SMP, Noe kembali ke Yogyakarta dan meneruskan sekolah di SMU 7 Yogyakarta. Noe bergabung dengan ayahnya dan bergaul bersama komunitas ayahnya. SMU 7 Yogyakarta-lah yang mempertemukan Noe dengan Ari, Dedy dan Patub. Pada waktu itu mereka belum membentuk band. Pada tahun 1998 Noe memutuskan untuk melanjutkan kuliah di University of Alberta, Kanada. Noe mengambil dua jurusan sekaligus, yaitu matematika dan fisika. Lima tahun kemudian, Noe pulang ke Yogya dengan membawa gelar Bachelor of Mathematic dan Bachelor of Physics. Setelah kembali ke tanah air dan bertemu kembali dengan kawan-kawan karibnya, Noe sering bermain musik di studio Kiai Kanjeng, grup musik pimpinan Novi Budianto yang selalu menjadi partner dan sahabat Cak Nun, ayahnya. Dari studio Kiai Kanjeng, Noe bisa mengerti bagaimana mixing, mastering memproduksi dan menulis musik. Noe mulai menulis lirik lagu, yang akhirnya banyak tertuang dalam album perdana Letto, Truth, Cry, and Lie. Pada tahun 2004, Musica tertarik pada lagu yang ditawarkan Noe dan kawankawannya. Barulah mereka membentuk band yang diberi nama Letto. Pada tahun 2006, Letto mengeluarkan debut album berjudul Truth, Cry, and Lie. Keseriusan bermusik membuahkan double platinum bagi Letto. Kesuksesan itu memacu Letto untuk membuat album kedua, "Don't Make Me Sad" (2007).
49
Sejak 10 Juni 2008 mendirikan Production House Pick Lock Productions bersama Dewi Umaya Rachman. Film perdananya Minggu Pagi di Victoria Park dirilis 10 Juni 2010. Kini sedang mempersiapkan film keduanya; RAYYA, Cahaya Di Atas Cahaya yang ditulis oleh bapaknya sendiri Emha Ainun Nadjib dan Viva Westi. B. Latar Belakang Pendidikan Emha Ainun Najib Riwayat pendidikan Emha bisa dikatakan kurang mulus. Sepintas, Emha menempuh
jenjang
pendidikan
formal
akademiknya
dengan
langkah
sempoyongan, bahkan bisa dikatakan agak kacau. Emha mengeyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Jogjakarta (1968).13 Sempat masuk pondok modern (p.m) Darussalam Gontor Ponorogo. Jawa Timur, tapi kemudian dikeluarkan karena melakukan demo atas ketidakadilan qismul amn pada awal 1968 atau pertengahan tahun ketiga studinya. Tapi Emha tidak merasa dendam atas kejadian tersebut, Emha bahkan menulis: “Saya
mensyukuri
hikmah
dari
pengadilan
subyektif
itu,
bahkan
penghormatan saya terhadap Gontorpun tidak pernah menurun, sejak itu saya sangat rakus dengan metode bersikap, sangat keras bahkan kejam terhadap diri sendiri dan menyeleksi cita-cita menjadi hanya sebiji, bekerja keras sampai titik akhir hidup saya”.14 Selama di P.M Darussalam Gontor, Emha di didik bagaimana caranya hidup sederhana. Baju hanya satu, tidak punya kasur apa lagi selimut. Dalam soal kepemimpinan dan pergaulan, memang sejak di Gontor telah terlihat pada dirinya
13
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-dijombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014. 14 Emha (Muhammad) Ainun Nadjib, Melihat Dunia Secangkir The (Ponorogo: Warta Minguan Darussalam Pos 2002), h. 36.
50
bakat-bakat tersebut. Mas Kardi (salah seorang staf redaksi harian surya yang menjadi teman dekat sewaktu di P.M Darussalam Gontor, berkomentar: “mas Emha memang sejak dulu memiliki kepribadian menarik dan ngangenin baik itu di kamar, di kelas, dan di kelompok olahraga khususnya, sepak bola)15 Drop-out dari pondok pesantren modern Darussalam Gontor Jawa Timur, Emha melanjutkan studinya di SMA 1 Muhammadiyah Jogjakarta, setelah menjadi alumni SMA 1 Muhammadiyah tersebut, Emha mencoba menambah ilmu pengetahuan dan memilih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, tetapi Emha tidak suka berlama-lama di sana.16 Salah satu hal yang menarik disini Emha tumbuh di keluarga Nahdatul Ulama (NU), akan tetapi Emha selalu saja mengenyam pendidikan di sekolahsekolah Muhammadiyah. Dari sini dapat diketahui mengenai pembentukan pemikiran Emha yang menerima kedua perbedaan tersebut sebagai suatu kekuatan umat Islam di Indonesia. Setelah menempuh pendidikan formal, Emha lebih memilih belajar nonformal di Malioboro, Malioboro adalah jalan induk Jogjakarta yang sekarang merupakan pusat industri turisme di sana.17 Emha langsung jatuh cinta pada kota gudeg ini, bahkan Jogja menjadi ibukota hati dan ibukota budayanya yang kedua sesudah Jombang. Emha pun membiasakan dirinya dalam realitas yang sesungguhnya di Jogja, Emha pantang menyerah menghadapi kesusahankesusahan hidup yang Emha alami pada periode ini.18
15
Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 306. Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 307. 17 Ian Leonard Betts,. Jalan Sunyi Emha, h. 1. 18 Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 30616
307.
51
Semua pengalaman itulah yang kemudian membantu memacu Emha untuk menegakan tekad berguru pada alam: gurunya siapa saja, kampusnya dimana saja, kurikulum atau mata kuliahnya apa saja, singkatnya, situasi dan kondisi darurat yang Emha alami dalam kehidupannya telah mengantarkan Emha kedalam kehidupan seperti sekarang ini. Selama kurang lebih lima tahun (1970-1975) Emha belajar sastra. Emha hidup luntang-lantung menggelandang hidup di Malioboro Yogyakarta, semenjak akhir tahun 60-an Emha bergabung dengan kelompok penulis muda Persada Studi Klub (PSK), di bawah asuhan guru yang sangat Emha kagumi yaitu Umbu Landu Paranggi, beliau seorang sufi yang hidupnya sangat misterius yang popular dengan sebutan Presiden Penyair Malioboro Yogyakarta dan sangat mempengaruhi perjalanan Emha.19 Emha sendiri memberi gelar gurunya tersebut dengan istilah Raja Penyair Malioboro, Emha makin menyadari potensi kepenyairan dan kepenulisannya dari sini pula pengembaraan sosial, intelektual, kultural dan spiritual Emha berlanjut. Pada tahun 1970-an Emha, Persada Studi Klub (psk) dan teman-temannya mengisi kehidupan sastra. Pada awalnya di sekitar lingkungannya sendiri, diskusi antara sesama penyair, cerpenis, penulis atau wartawan yang hampir setiap minggu diadakan di kantor surat kabar Pelopor Yogya. Sesekali kegiatan melebar dan menjelajah kampung dan kampus. Beberapa nama berkibar bersama Emha seperti Linus, Yuditira Adi Nugraha, Imam Budi Santosa, Suwarno Pragolapati, Bambang Indra Basuki (alm), Bambang Darto dan Saiff Bakham.20
19
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 1 http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-dijombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014. 20
52
Kegelisahan senantiasa menawarkan alternatif nilai, menjadikan Emha seseorang manusia yang selalu tidak kerasan untuk menetap dalam setiap kemapanan institusi. Emha singgah dari suatu institusi untuk kemudian ditinggalkannya. Emha pernah menjadi pengasuh ruang sastra di harian masa kini, Yogyakarta. Kemudian menjadi wartawan / redaktur di harian masa kini, Yogyakarta
(1973-1976),
sebelum
menjadi
pemimpin
theater
Dinasti
(Yogyakarta), Emha pernah menjadi sekertaris dewan kesenian Yogyakarta. Pernah dinobatkan sebagai fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pemimpin grup musik kiai kanjeng hingga saat ini. Penulis puisi dan kolomnis di beberapa media. 21 Bagai udara, ayah dari vokalis grup band letto (NEO) ini terus beredar. Singgah diberbagai ruang dan peristiwa, mengikuti berbagai festival dan lokakarya puisi dan juga teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat (1984), festival penyair internasional (International Poetry Festival) di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte II di Berlin Barat, Jerman.22 Untuk menumbuhkan potensi rakyat, bersama grup musik kiai kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali tampil perbulan berkeliling keberbagai wilayah nusantara, dengan acara yang biasanya dilakukan diluar gedung.23 Bulan
Maret
2011,
Emha
memperoleh
Penghargaan
Satyalancana
Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang 21
Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 307. Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 9. 23 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 3. 22
53
telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Aktivitas dakwah Emha adalah aktifitas bergumulan dengan masyarakat bawah, melalui forum-forum silaturahmi seperti: 1)
Padhang Mbulan Pengajian Padhang Mbulan (disebut demikian karena dilaksanakan sebulan
sekali setiap bulan purnama) dilaksanakan pertama kali pada tahun 1992 di desa Menturo, kecamatan Sumobito, kabupaten Jombang.24 Kegiatan umat Muslim ini pada awalnya diikuti hanya oleh penduduk sekitar desa Menturo. Namun, tiap tahun jamaah yang hadir kian bertambah banyak. Konon saat ini umat Muslim yang menghadiri pengajian Padang Mbulan berasal dari seluruh Indonesia. Mengapa jamaah bertambah banyak? Salah satu alasannya adalah karena pengajian ini tidak dibuat khusus untuk golongan umat Islam tertentu. Penggagas kegiatan ini, Emha Ainun Najib, atau yang sering disapa Cak Nun, mendedikasikan kegiatan pengajian sebagai bentuk kompilasi hati umat Islam dan penyegar iman tanpa sekat-sekat golongan seperti NU, Muhamadiyah, Wachidiyah dan lain-lain. Secara bertahap jamaah bertambah dan para pengisi acara bukan hanya dari dalam negeri. Sesekali juga mengundang tokoh luar negeri. Kebetulan Cak Nun beristri Novia Kolopaking yang berasal dari kalangan publik figur sehingga tak jarang pengajian ini melibatkan sejumlah artis ibukota. Inilah salah satu daya tarik kegiatan yang dijadikan salah satu ikon kota Jombang ini.
24
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-dijombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.
54
Kegiatan pengajian Padang Mbulan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengajian pada umumnya, yaitu berisi sholawat, hadrah dan tausiyah dari ulama. Namun, ada yang istimewa disini yaitu kelompok gamelan Kyai Kanjeng yang mengiringi musik selama acara berlangsung.25 Sebagai budayawan, sepertinya Cak Nun tidak sepaham dengan kebanyakan kyai yang kalau ceramah diiringi orkes santriawan santriwati yang modern dengan petikan gitar, bass, tabuhan drum dan lain-lain. Pengajian Padang Mbulan bukan sekedar ajang rekreasi jiwa, tapi juga jadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Setiap perhelatan berlangsung, aneka bentuk cinderamata mata khas Jombang dijual oleh para pengrajin lokal. Mulai dari hiasan dari kuningan, besi, kayu, hingga aneka wisata kuliner lokal seperti nasi pecel, nasi lodeh, nasi rawon, nasi soto jombang dan lain-lain. 2)
Mocopat syafaat
3)
Kenduri cinta
4)
Gambang syafaat
C. Karya-karya Emha Apapun yang pernah Emha capai di massa silam adalah sesuatu yang harus kita capai di masa yang akan datang, meskipun tentu saja membutuhkan reformulasi - reformulasi karya - karyanya menggambarkan Indonesia lewat mata orang jawa timur, adapun karya-karyanya seperti: 1) Buku dan berbagai tulisan
25
1.
99 untuk Allah SWT
2.
Melihat Dunia dari Secangkir Teh
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-dijombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.
55
3.
Cahaya Maha Cahaya
4.
Hikmah puasa, Mudik Dunia Akhirat
5.
Kafir Liberal
6.
Kiai Kocar-kocir
7.
Mati Ketawa Cara Repotnasi, Menyorong Rembulan
8.
Sedang Allah SWT pun Cemburu, Refleksi Sepanjang Jalan
9.
Kumpulan cerpen BH
2) Album Kaset Maupun VCD/DVD 1.
Konser Keduri Cinta vol 1 dan 2
2.
Menyorong Rembulan
3.
Perahu Nuh
4.
Allah Merasa Heran
5.
Wirid Padang Bulan
BAB IV HASIL ANALISIS WACANA PADA PUISI BEGITU ENGKAU BERSUJUD
A. Teks Puisi Begitu Engkau Bersujud Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu, tetapi suatu pandangan yang mempunyai makna. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koheren global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau diurutkan merujuk pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik umum tersebut. Topik menggambarkan tema dari suatu berita, topik ini akan di dukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga di dukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh. Berikut teks puisi Begitu Engkau Bersujud: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu 56
57
meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat” “Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud” “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan” “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang” Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan” “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” “Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat” “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci” “Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah” “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid”
58
1.
Struktur Makro/Tematik Struktur makro yaitu gambaran umum dari suatu teks, atau biasa disebut
gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini disebut dengan tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.1 Dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud”, menggambarkan “sebuah keyakinan terhadap Allah SWT”. Puisi bukan wadah atau seni yang hanya bisa digunakan atau hanya bermanfaat untuk menuangkan isi hati saja, tetapi pada saat ini kegunaan puisi dapat lebih ditingkatkan, terutama seperti sekarang ini yang membutuhkan inovasi. Saat ini, puisi dapat dijadikan inovasi untuk dapat lebih menarik perhatian khalayak, terutama dalam bidang dakwah karena belum banyak dakwah yang dilakukan dengan menggunakan puisi sebagai medianya. Dalam hal ini tema tersebut diperkuat dengan berbagai teks syair yang mengarah ke tema tersebut misalkan: “Begitu Engkau Bersujud” Dalam hal ini, umat muslim diperintahkan untuk selalu beribadah bersujud kepada Allah SWT dan menanamkan keyakinan pada diri pribadi, bahwa Allah SWT selalu ada kapanpun dan dimanapun, bahkan terdapat hadist yang mengatakan Allah SWT itu lebih dekat dengan diri hambaNya dibanding urat nadi hambaNya itu sendiri, hal tersebut seharusnya dijadikan sebagai pedoman hidup agar selalu berada dijalan yang benar. Saat bersujud niscaya Allah SWT berada dekat pada hambaNya, oleh sebab itu sering-seringlah bersujud, bersembah, berpasrah diri hanya kepada Allah SWT, dan jangan pernah kau bersujud kepada selain Allah SWT karena itu akan menyebabkan murkanya Allah SWT, karena
1
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing Cemerlang), 2001, h. 229
59
Allah SWT sangat membenci hamba-hambaNya yang menyembah selain Allah SWT. Begitu bersujud panjatkan doa-doa dan ceritakan semua yang ada hanya kepada-Nya, maka Allah SWT akan senantiasa memberikan rahmat serta hidayahNya kepada orang-orang yang mau bersujud, berdoa, dan beribadah dengan hati yang ikhlas. Melalui sebuah puisi, yang berjudul Begitu Engkau Bersujud ciptaan Emha Ainun Nadjib ini, manusia diajak agar selalu bersujud hanya kepada Allah SWT dalam menjalankan kehidupan, agar semua yang dilakukan di dunia ini dapat diridhai oleh Allah SWT, sehingga manusia dapat selalu mengingat Allah SWT dan selalu berada dijalan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam puisi ini Emha pun mengajak masyarakat agar selalu berbuat baik terhadap sesama, yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Keyakinan diri bahwa Allah SWT itu ada dan hanya satu dapat di wujudkan dengan hal-hal seperti: selalu beribadah dengan ikhlas, berpasrah diri, berdoa setiap waktu kepada-Nya, beramal saleh, bertakwa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Semua itu merupakan bukti bahwa seseorang yakin Allah SWT itu ada.
60
Tabel 4.1 Hal Yang Diamati Tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu teks pada syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Nadjib.
Temuan Data Tema yang diambil dari judul puisi tersebut adalah “sebuah keyakinan terhadap Allah SWT”. Dalam hal ini, sebagai umat muslim diperintahkan untuk selalu beribadah bersujud kepada Allah SWT dan menanamkan keyakinan pada diri, bahwa Allah SWT selalu ada kapanpun dan dimanapun. “Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash (112): 1-4) Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia. Pengakuan atas Kesatuan, atau Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan namaNya ialah Allah, kepercayaan itulah yang dinamai Tauhid. Berarti menyusun fikiran yang suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak mungkin Tuhan itu lebih dari satu. Sebab Pusat Kepercayaan di dalam pertimbangan akal yang sehat dan berfikir teratur hanya sampai kepada Satu. Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak pula ada teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau Allah lebih dari satu. Karena kalau Allah berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya. Kekuasaan yang terbagi, artinya sama-sama kurang berkuasa.
61
2.
Superstruktur/Skematik Tingkat kedua yaitu superstruktur, alur dari bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti.2 Dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud”, skema teks dibuat dengan alur cerita kisah yang ada dalam Islam, dalam puisi ini Emha Ainun Nadjib memberi pelengkap hadist-hadist dan Al-quran yang ada dalam Islam. Adapun alur dari puisi “Begitu Engkau Bersujud” yaitu, pertama harus memahami arti syair dari puisi tersebut, kedua masuk kedalam syair melewati konflik syair puisi, dan ketiga masuk ke penutup atau resolusi. Syair-syair yang ada dalam puisi ini ditarik ke jalur pengertian kronologis dan konsistensi dalam membentuk kesatuan arti syair-syair tersebut dengan gagasan inti. Analisis teks dan temuan data dalam tingkat superstruktur dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” sebagai berikut: a.
Awal syair puisi begitu engkau bersujud Awal syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib, mempunyai makna yang menarik yaitu Emha Ainun Nadjib menuliskan: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu?
2
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 232
62
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat” Dalam hal ini Emha Ainun Nadjib ingin memberitahukan kepada pembaca ataupun masyarakat, bahwa ketika bersujud ataupun beribadah kepada Allah SWT selain di masjid, tetap bisa menjadi tempat yang suci. Pada umumnya umat muslim dianjurkan beribadah di masjid. Namun, agama Islam tidak pernah mempersulit pemeluknya, karena dimanapun tempatnya tetap dapat beribadah, berdoa dan bersujud kepada Allah SWT asalkan tempat tersebut bukan tempat yang terdapat najis. Ketika seseorang dengan ikhlas bersujud dan beribadah kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mempermudah segala urusan-urusannya dan keikhlasan sesesorang dalam beribadah kepada-Nya sangat diharuskan, sebab jika seseorang tidak mempunyai rasa ikhlas dalam bersujud dan beribadah, maka Allah SWT pun enggan menurunkan rahmat dan hidayah-Nya terhadap hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” (HR. Muslim).3 Dari hadist tersebut bisa dipahami bahwa sujud merupakan suatu yang istimewa yang bisa dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semakin seseorang perbanyak sujud maka semakin besar pula kemungkinan doa akan di kabulkan oleh Allah SWT. b.
Konflik/isi syair puisi begitu engkau bersujud Di bagian kedua terdapat konflik ketika seseorang melakukan hal baik
dimanapun dan kapanpun atas dasar beribadah kepada Allah SWT. Puisi yang 3
https://moslemsunnah.com/2012/01/06/perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-palingdekat-dengan-allah/ Di akses pada tanggal 2 november 2014.
63
berjudul Begitu Engkau Bersujud, seolah-olah Emha menggambarkan bahwa, ibadah pada dasarnya dapat dilakukan dimanapun asalkan tempat tersebut terhindar dari najis dan di dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa Allah tidak pernah mempersulit hamba-Nya, jika hamba-Nya mau beribadah dan berusaha. Dalam bait syair puisi tersebut dikatakan setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud, berikut sepenggal puisi Begitu Engkau Bersujud yang menjadi konflik dari puisi: “Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud” “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan” “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang” Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan” “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” “Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat” “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci” Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah”
64
jadi betapa Maha Besarnya Allah SWT, dengan segala keagungan-Nya memberikan kemudahan hamba-Nya untuk selalu bertakwa kepada-Nya. Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 49:
yang artinya "Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang ada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan juga para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri." Dalam ayat tersebut, jelas bahwa segala apapun yang ada di dunia ini, segala apapun ciptaan Allah SWT, mereka semua hanya bersujud kepada Allah SWT bahkan Malaikatpun tunduk patuh dan bersujud hanya kepada Allah. c.
Akhir/Penutup (resolusi) Emha Ainun Nadjib menulis puisi “Begitu Engkau Bersujud” seakan
menggambarkan keadaan sekitar dan kondisi masyarakat. Emha Ainun Nadjib bersajak dan berusaha mengingatkan pembacanya, bahwa keyakinan kepada Allah SWT terutama umat muslim itu hukumnya mutlak. Emha menyuarakan seruan moral melalui puisi, agar para pembaca terutama kaum muda, bisa menjalankan syariat agama sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan Allah SWT. Emha Ainun Nadjib membantu para da‟i melalui sajak-sajak atau bait-bait puisi kepada para pencinta sastra, akan tetapi di saat seperti sekarang ini, tidak hanya pecinta sastra yang sukar akan membaca puisi, masyarakat umum sekarang
65
mulai terbiasa dengan puisi-puisi. Maka dari itu Emha menyelipkan sebuah dakwah di dalam puisinya, dengan tujuan para pembaca yang terdiri dari berbagai kalangan tersebut, bisa memahami setidaknya bisa mengetahui hakikat-hakikat Islam, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang musti dilakukan dan mana yang musti dijauhi, semua itu dilakukannya hanya karena Allah SWT semata, Emha tidak pernah ingin dirinya dikenal masyarakat luas, tapi Emha ingin dikenal melalui karya-karyanya yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. “Kalau engkau bawa badan mu bersujud, engkaulah masjid.” Sepenggal syair tersebut membuktikan atau memberitahukan bahwa jika seseorang melakukan hal baik kepada Allah maka bisa di katakan orang tersebut telah melakukan ibadah dan itu mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka perbanyaklah kebaikan-kebaikan diri, agar di yaumil-akhir nanti mendapatkan syafaat dari Allah SWT. Berikut sepenggal akhir syair puisi Begitu Engkau Bersujud: “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid”
66
Tabel 4.2 Hal Yang Diamati
Temuan Data
Elemen ini menunjukan
Dan apakah mereka tidak
bagaimana bagian-bagian dari
memperhatikan, segala sesuatu yang Telah
pendahuluan sampai akhir, dalam
diciptakan Allah, yang bayangannya berbolak-
teks disusun dan di urutkan
balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud
menjadi satu kesatuan arti
kepada Allah, sedang mereka berendah diri?
(QS. An-Nahl, 16: 48) Ayat ini menyamakan bayangan sesuatu yang jatuh ke tanah dan tertunduk dengan kondisi sujud. Allah berfirman, tidak hanya seluruh makhluk-Nya yang bersujud kepadaNya, tapi juga bayangan mereka tunduk dan sujud di hadapan-Nya. Jelas, seluruh ciptaan Allah mengikuti undang-undang dan aturan ilahi dan tidak mungkin terjadi kesalahan padanya. Dengan kata lain, mereka taat mutlak kepada Sang Pencipta dan tidak mungkin menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan. Itulah mengapa bayangan segala sesuatu mengikuti zat aslinya yang mengikuti sunnah ilahi.
67
3.
Struktur Mikro Struktur yang terakhir dalam kajian teks Teun Van Dijk adalah struktur mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.4 Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Elemen-elemen dari strukur mikro adalah semantik, sintaksis, stalitik dan retoris. a.
Semantik, merupakan studi linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa. Secara singkat adalah studi tentang makna, dalam semantik makna yang dicari adalah sesuatu yang ditetapkan dalam teks dan terlihat dari hubungan antar kalimat, presepsi yang membangun makna tertentu dalam suatu bentuk teks.
Tabel 4.3 Hal Yang Diamati Semantik makna yang ingin
Temuan Data Dalam hal ini syair puisi Begitu Engkau
ditekankan dalam syair puisi
Berujud menekankan sebuah pola pikir dari
Begitu Engkau Bersujud karya
penulis untuk memberikan informasi,
Emha Ainun Nadjib.
bimbingan, arahan ataupun ajakan kepada masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada Allah SWT. Ada beberapa pengulangan kata bersujud dalam puisi tersebut, hal itu menunjukan adanya penekanan terhadap kata bersujud yang berarti sebuah makna yang jelas ingin disampaikan kepada khalayak.
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006, h. 80.
68
“Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha (20): 14)
Elemen-elemen dari semantik adalah latar, detail dan maksud. Berikut ini kajian semantik dari syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” : 1) Latar, merupakan bagian teks yang mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan, biasanya mencerminkan idiologis sang penulis. Latar yang menunjukan idiologis penulisnya dalam secarik syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” : Judul puisi---------- “Begitu Engkau Bersujud” “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? „Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat”
69
2) Detail, detail adalah suatu unsur elemen semantik yang mengemukakan strategi penulis dalam mengekspresikan sikapnya dengan cara implicit atau tersamar. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh penulis atau pengarang tidak selalu diungkapkan secara terbuka, akan tetapi seseorang bisa membaca bagian mana yang diuraikan penulis dengan detail yang sedikit dan yang diuraikan panjang lebar, detail yang diuraikan tersebut negatif dan positif. Setiap bait syair puisi “Begitu Engkau Bersujud‟ sangat menyentuh sekali karena betapa Allah SWT maha pemurah, memberikan kemudahan bagi hambaNya yang mau bersujud hanya kepadanya, setiap kata ada pengartiannya dan setiap makna ada kenyataanya. 3) Maksud, dalam detail penulis menuliskan sikap secara implicit, tetapi pada eleman maksud ini, sikap penulis diekspresikan secara eksplisit. Informasi yang ingin disampaikan diuraikan secara jelas, dengan kata-kata yang tegas dan langsung menunjuk pada fakta. Contoh elemen maksud pada syair puisi Begitu Engkau Bersujud antara lain: “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” Dari secarik syair di atas sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam teks syair tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu pembaca akan mudah dan cepat mengerti akan maksud dari teks syair tersebut. b. Sintaksis, merupakan elemen struktur mikro yang kedua, berupa pembicaraan mengenai bahasa dalam suatu kalimat. Sintaksis adalah bagian ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Sintaksis menerangkan bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun sebagai sebuah
70
satuan arti. Elemen-elemen sintaksis adalah koherensi bentuk kalimat dan kata ganti. Tabel 4.4 Hal Yang Diamati Bagaimana pendapat
Temuan Data Dalam puisi ini, cara penyampaian, pemilihan
disampaikan dalam suatu berita
kata demi kata dan penggabungan kalimat dapat
ataupun wacana, sintaksis dibagi
mempengaruhi minat masyarakat untuk
menjadi tiga bagian yaitu:
membaca ataupun mengaplikasikan apa yang
koherensi, bentuk kalimat dan
diperintahkan atau diinformasikan puisi
kata ganti.
tersebut. Penggabungan kata yang mudah dimengerti dan pemilihan bahasa yang tinggi membuat puisi tersebut semakin menarik.
1) Koherensi, merupakan pertalian antar kalimat, biasanya diamati dengan kata memakai dan kata penghubung (konjungsi) : dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun dan lain sebagainya. Hal ini terdapat pada sajak syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” : “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” Koherensi pada teks diatas ditunjukan pada kata “ yang“. Kata yang, menghubungkan kalimat begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid. Koherensi pada teks setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid. Sehingga kalimat tersebut menjadi koheren.
71
Kemudian koheren pada bait syair selanjutnya terhadap syair puisi Begitu Engkau Bersujud. “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah” Koherensi pada teks syair diatas ditunjukan pada kata “yang” dan “dan” dalam kalimat tersebut kata yang disitu menunjukan kata penegasan kalimat “mendengar yang didengar. Kemudian koherensi pada kalimat dan disitu ditunjukan karena adanya kata penghubung antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain dengan menggunakan kata dan. 2) Bentuk kalimat, adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berikir logis, yaitu prinsip kualitas, di mana Emha menanyakan apakah A menjelaskan B atau kah B menjelaskan A. jika diterjemahkan kedalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam ilmu bahasa bentuk kalimat ini terbagi menjadi dua yaitu bentuk kalimat pasif dan bentuk kalimat aktif. Dalam kalimat aktif seseorang merupakan subyek dari sebuah pernyataan. Sedangkan dalam kalimat pasif seseorang merupakan sebuah obyek dari sebuah pernyataan. Berikut mengenai bentuk kalimat dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud”: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
kalimat di atas di tulis dalam bentuk kalimat aktif, dalam hal ini sangat jelas bahwa kata engkau menunjukan seseorang yang melakukan pekerjaan, dalam
72
kalimat engkau disitu menerangkan bahwa seseorang sedang melakukan pekerjaan bersujud. Syair puisi selanjutnya: “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat” dari kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat pasif dalam hal ini kata menara berada dalam posisi objek dari pernyataan, dan dalam kalimat diatas terlihat jelas bahwa tak terbilang jumlahnya itu kalimat pelengkap dari objek yaitu menara. 3)
Kata ganti, menerangkan kekuatan karakter tokoh dalam suatu teks. Dalam syair puisi Emha Ainun Nadjib yang berjudul “Begitu Engkau Bersujud” pada cuplikan teks tersebut: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” pada cuplikan syair di atas penulis memposisikan “engkau” sebagai tokoh orang yang bersujud dan bersembah kepada Allah SWT, begitupun di bait berikutnya, penulis mengulang kata “engkau” sehingga hal tersebut mempertegas bahwa kata “engkau” lah yang jadi kata ganti disisni.
c.
Stalistik Stalistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan maksud melalui pilihan kalimat syair yang digunakan. Dalam menyajikan syair, pengarang menggunakan bahasa yang sederhana.
73
Tabel 4.5 Hal Yang Diamati
Temuan Data
Stalistik
Hal ini sangat penting diperhatikan, karena
Cara komunikator dalam
tutur bicara, gaya bahasa sang pengarang sangat
menyampaikan maksudnya
mempengaruhi keberlangsungan dakwah itu
dengan menggunakan gaya
sendiri, dalam puisi ini pengarang
bahasa yang diinginkan oleh
memperhatikan betul secara detail pemakaian
komunikator
kata-kata yang mudah dimengerti dan diingat. Sehingga hal tersebut, dapat memberikan sugesti yang positif bagi pembacanya dan memberikan manfaat bagi pembacanya, atau pun sekedar menambah pengetahuan, itu semua tergantung dari pembaca menyikapinya.
Pilihan sajak syair yang dipakai pengarang dalam puisi “Begitu ngkau Bersujud”
menunjukan kesederhanaan dan ajakan ataupun pemberitahuan.
Seperti pada syair berikut: “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat” itulah sebuah sajak syair puisi “Begitu Engkau Bersujud “ dari kalimatkalimat diatas menunjukan bahwa Emha Ainun Nadjib, ingin memberitahukan kepada khalayak umum, bahwa betapa maha pemurahnya Allah SWT kepada hamba-hambanya yang mau bersujud dan bersembah hanya kepada-Nya, maka akan selalu ada balasan dari Allah SWT, berupa pahala yang kelak akan
74
membantu seseorang di akhirat nanti, sebesar kacang kebaikan yang dilakukan maka sebesar kacang pula balasan yang di dapat, maka dari itu penulis memberitahukan kepada khalayak apabila setiap sujud yang dilakukan secara ikhlas maka setiap itu pula pahala yang di dapat, betapa besar dan banyaknya pahala, apabila seseorang sering melakukan sujud secara ikhlas. d.
Retoris Elemen yang terakhir diamati dalam teks adalah retoris, yang mempunyai fungsi persuasive atau mempengaruhi. Dalam hal ini, Van Djik membagi retoris dalam tiga elemen, yaitu: 1)
Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa, apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seorang, yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain atau berbeda, dibandingkan
tulisan lainnya. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau table untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-angka yang diantaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran dan ketelitian. Pada teks syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” tidak ditemukan adanya grafis semua tulisan teks berukuran sama tidak ada yang berbeda dari tulisan lain di dalam teks tersebut.
75
2)
Metafora Metafora adalah kiasan atau ungkapan yang dapat dijadikan sebagai landasan berfikir alasan pembenar atau pendapat kepada publik. Metafora yang terdapat pada syair puisi begitu engkau bersujud yaitu: 1. “Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” Pada hakikatnya dimanapun tempat yang orang-orang pergunakan untuk bersujud akan menjadi “masjid” (tempat sujud). Ilustrasi “terbangunlah ruang yang kau tempati menjadi sebuah masjid” ini hanya penggambaran kepada suatu yang tidak tampak yang masih bersifat abstrak seperti “tempat sujud” menjadi terasa nyata yaitu kata “masjid”. Dari ilustrasi ini maka diperoleh keterangan bahwa, setiap kali seseorang bersujud maka setiap itulah membangun kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Bisa juga mengandung arti pahala dari satu kali sujud itu sebanding dengan nilai pahala ketika seseorang bersedekah membangun masjid. Masjid itulah yang nantinya akan menjadi aset pahala. 2. “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun selama hidupmu?” Dari Gambaran yang Emha sampaikan jika seseorang mau menyempatkan sekali saja, untuk bersujud maka itu sama saja dengan membangun satu buah masjid. Bayangkan jika berkali-kali melakukan sujud, berapa banyak rumah Allah yang dibangun.
76
3. “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat.” Tak terhitung jumlahnya, sampai-sampai mendekati kepada kursi Allah. Memasuki alam makrifat berupa menjadi kekasih Allah. Seperti yang digambarkan pada bait pertama baris terakhir sajak ini “memasuki alam makrifat”. Dalam konsep maqam Islam, istilah makrifat berada satu tingkat dalam ilmu tarikat berposisi tingkatannya diatas syariat. Dengan kata lain, dia mengetahui apa yang orang lain tidak mengetahuinya atau tidak menyadarinya. Dalam tingkatan ini, orang akan mencondongkan segala jiwa, hatinya, fikirnya, kepada dzatullah. 4. “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan” Metafora “sajadah kemuliaan” mengiaskan jalan menuju Allah SWT. Ini akan menjadi petunjuk jika seseorang mau bersedekah, membagi harta kepada sesama dengan mengharap ridho Allah SWT. ”Harta” disini meliputi kekayaan yang berbentuk harta dan ilmu. Karena sesungguhnya “terdapat harta orang fakir dalam kekayaan yang kita miliki” dan dalam hal ilmu, Emha mengajak pembaca membagi ilmu kepada orang lain. Ini sejalan dengan hadist Nabi “Barang siapa yang menyembunyikan ilmu, maka pada hari kiamat, akan dibelenggu tagannya dengan api neraka”. 5. “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang” “Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
77
cinta kasih ke-Allah SWT-an, lahir menjadi kumandang suara adzan.” Emha menggambarkan dari simbol “setiap butir beras” yang diberikan kepada orang yang membutuhkan “piring ke-ilahi-an” imbalan atau pahala sebesar orang yang bersembahyang. Begitu juga dengan symbol “air” kebaikan-kebaikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain akan mengajak orang lain kepada kebaikan seperti hal nya “lahir menjadi kumandang adzan”. 6. “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” “Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat” “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci” “Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah” Dari untaian bait diatas, Emha menuturkan jika seseorang mau menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah. Maka itu sama artinya kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang diperintahkan/yang disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/ yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan taqwa maka seseorang akan mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait sajak diatas. 7. “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid”
78
Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide bait-bait sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait ini digambarkan bahwa “menjadilah Engkau masjid”. 3)
Ekspresi Elemen ekspresi merupakan bagian untuk meriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks, contohnya ekspresi senang, sedih, marah, kesal, kecewa, tertawa, tersenyum dan gembira.
Tabel 4.6 Hal Yang Diamati
Temuan Data
Retoris
Dalam hal ini, pengarang sengaja memberikan
Bagamana cara pengarang
beberapa kiasan pada syair puisi tersebut,
menyampaikan pesan melalui
seperti metafora yang dapat dijadikan sebagai
penekanan pada kalimat yang di
landasan berfikir pada masyarakat pembaca.
perkuat oleh kiasan, ungkapan sehari-hari.
B. Kognisi Sosial Analisis konteks sosial adalah kognisi sosial merupakan kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi pemaknaan itu diberikan kepada pemakai bahasa sehingga disini diperlukan sebuah analisa guna mengetahui bagaimana representasi penulis dalam memproduksi sebuah teks. Kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam akan digunakan untuk memandang peristiwa Pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” yang di ciptakan Emha Ainun Nadjib dijadikan sebagai wadah, untuk menyampaikan sebuah pesan dan juga nasihat
79
kepada masyarakat luas, untuk selalu bersujud kepada Allah SWT agar semua yang dilakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar jalur dari arah yang sudah ditentukan Allah SWT, Sujud itu umum dilakukan. Dalam Islam, sujud dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sujud adalah lambang “kerendahan qalbu”. Sujud adalah indikasi “tawadhu”. Tawadhu inilah yang sangat disukai oleh Allah. Allah berfirman dalam ayatnya: “Fasjud waqtarib”, maka hendaklah kamu bersujud dan mendekatkan diri (kepada-Nya) Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan Allah SWT dari orang-orang yang beriman. Bahkan secara khusus Allah SWT menyuruh Maryam al-batul untuk sujud kepada-Nya (QS. Ali Imron(3): 43).
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku' shalatlah dengan berjama'ah.
Sujud itu memuji dan mengagungkan Allah SWT, dengan sangat „„mesra” Allah meminta hal itu dari kekasihnya, habibullah Muhammad SAW.
”maka bertasbihlah dengan memuji Allah SWTmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud” (QS. Al-Hijr (15): 98). Sebenarnya sujud adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Karena kesempurnaan seorang hamba terletak pada sujudnya. Kenikmatan itu sudah
80
dirasakan oleh nabi muhammad SAW. Makanya beliau menganjurkan kepada umatnya, “Hendaklah engkau memperbanyak sujud. Karena tidaklah engkau sujud satu kali untuk Allah, melainkan diangkat derajatmu satu tingkat, dan dihapuskan satu kesalahanmu.” (HR. Muslim). Nabi Muhammad SAW, menganjurkan bahwa kemuliaan dapat diraih lewat ketundukan jiwa, ketawadhu‟an qalbu, yakni “sujud”. Sujud merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beriburibu nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah mensyukuri dan berterimakasih kepada Allah SWT.5 Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh abu hurairah rhadiyallahu anhu bahwa rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” Berdasarkan hasil temuan peneliti syair puisi yang diciptakan Emha Ainun Nadjib bertemakan keyakinan kepada Allah SWT, syair tersebut diartikan sebagai pembangun sebuah wacana untuk menginformasikan pengetahuan tentang sujud kepada Allah SWT disemua lapisan masyarakat, dan tentunya hal tersebut tidak terlepas dari pola pikir Emha Ainun Nadjib, yang selalu mengikuti firman-firman Allah SWT dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, untuk mengajak semua manusia agar selalu bersujud kepada Allah SWT setulus hati. Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT begitu banyak, terkadang dalam kehidupan nyata nikmat tersebut sangat mudah diabaikan dan dilupakan begitu
5
Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
81
saja, sehingga terkesan bahwa manusia sekarang tidak mau berterimakasih kepada sang pencipta, maka dari itu dengan adanya puisi ini, Emha Ainun Nadjib mencoba mengingatkan masyarakat, untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa yang sudah Allah SWT berikan terhadap hambaNya, baik itu kebahagiaan ataupun cobaan sekalipun.6 Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia ataupun masyarakat dalam hal bersujud melalui puisi, tapi dengan upaya yang diridhai Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini membawa banyak manfaat bagi para pembacanya. C. Konteks Sosial Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau latar belakang terbentuknya teks tersebut. Jadi ini berkaitan pula dengan keadaan situasional yang terjadi pada tulisan atau sebuah teks dibuat. Salah satu karya Emha Ainun Nadjib yaitu “Begitu Engkau Bersujud” yang mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat dirasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolah-olah ingin merangkul masyarakat dengan tujuan bersujud/beribadah kepada Allah SWT. Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat untuk berbuat baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.
6
Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
82
Sebuah puisi pasti mempunyai amanat yang terkandung didalamnya. Gambaran amanat dari puisi ini adalah, pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid. Penyair mengungkapkan jika seseorang bersujud maka orang tersebut akan suci seperti masjid. Kedua, Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat, penyair mengajak pembaca untuk terus menerus bersujud/beribadah kepada Allah SWT sampai ajal menjemput. Banyak masyarakat yang sering melakukan hal yang dilarang oleh agama Islam, misalkan masih banyak masyarakat yang datang jauh-jauh ke gunung atau goa untuk meminta pertolongan kepada jin atau dukun, datang ke laut untuk memuja, memuja yang mereka anggap dapat mengabulkan segala permintaan didunia, sehingga semua itu dapat menyebabkan kegelapan jiwa dan menipisnya kadar keimanan seseorang, bahkan banyak manusia atau masyarakat yang tidak segan untuk mendatangi kuburan-kuburan, berharap agar petuah dari kuburan tersebut bisa mengabulkan keinginan-keinginannya, semua itu akan celaka akan sia-sia belaka, karena tidak ada yang mampu menyaingi kesempurnaan Allah SWT. Dari semua peristiwa itu jelas bahwa manusia ataupun masyarakat jaman sekarang, masih banyak yang enggan bahkan tidak mau bersyukur kepada Allah SWT, sehingga Allah murka dan kemurkaan Allah tersebut berimbas kepada orang-orang yang berada disekitar, masyaallah betapa piciknya orang-orang yang menduakan Allah SWT, mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan orangorang yang baik yang terkena murka Allah karena perbuatan tercelanya itu, sungguh sangat disayangkan pada saat seperti sekarang ini masih banyak orangorang yang seperti itu.
83
Sebagai umat muslim harus saling mengingatkan dalam hal-hal kebaikan, entah bagaimanapun caranya sebisa mungkin mengajak masyarakat luas, untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan bersujud kepada-Nya dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya, begitupun juga Emha Ainun Nadjib menciptakan puisi ini dengan tujuan mengajak, memberitahukan dan mengingatkan kepada masyarakat luas untuk selalu beryukur kepada Allah SWT dan hanya bersujud kepada Allah SWT. Dengan demikian kemudahan-kemudahan hidup di dunia ataupun akhirat nanti akan di dapatkan. Pada saat ini, permasalahaan yang timbul dalam kehidupan masyarakat terkadang disikapi sebagai beban hidup yang sangat sulit untuk dipikul, bahkan tidak jarang yang frustasi, yang merasa jenuh akan kehidupan dan cobaan yang mereka hadapi sehari-hari yang begitu tidak memihak kepada mereka, yang pada akhirnya menimbulkan perilaku yang menyimpang. Dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” ini, ditemukan beberapa gejalagejala kehidupan sosial, gejala-gejala kehidupan sosial yang terjadi pada saat ini. Seperti misalkan, sikap atau pengalaman seseorang dalam menghadapi cobaan, kerinduan seorang hamba dan kecintaannya kepada Allah SWT begitu pun dengan keyakinan seorang hamba terhadap Allah SWT, juga bagaimana menjadi pribadi yang selalu bersyukur kepada Allah SWT. Pesan yang ingin disampaikan adalah upaya peningkatan iman dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Sehingga tidak merasa jauh dari Allah SWT dan dengan hal tersebut membuat perasaan selalu di awasi Allah SWT muncul dan pada akhirnya selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Kemudian juga bagaimana menghadapi dan menyikapi hikmah dari setiap kejadian
84
yang terjadi dimasyarakat, karena pada dasarnya setiap kejadian apapun pasti ada hikmahnya. Seseorang manusia harus memiliki rasa keyakinan yang kuat, yakni yakin terhadap keberadaan Allah SWT dan tidak berikir negatif. Harus selalu berusaha tawakal dalam menghadapi problema hidup sehari-hari sebab disetiap kesulitan pasti ada kemudahan.7 Dalam setiap menghadapi permasalahan harus ada dukungan dari sekitar, dengan saling bahu-membahu setiap permasalahan akan terasa lebih mudah dan selalu mengingatkan satu sama lain bahwa Allah SWT selalu bersama seseorang yang menyembah-Nya. Jadi intinya, dalam menghadapi problematika keyakinan diri dan dalam mencapai keimanan yang baik, harus didasari niat yang tulus dan ikhlas, serta bertawakal kepada Allah SWT. Selain itu juga harus ada faktor interen dari dalam diri (kemauan) dan dari faktor eksternal dari lingkungan sekitar. Tema dari puisi “Begitu Engkau Bersujud” dapat disimpukan berisi ajakan penyair kepada masyarakat/pembaca untuk selalu di jalan-Nya yaitu dengan beribadah, beramal shaleh dan bertaqwa kepada Allah SWT merupakan keyakinan bahwa Allah itu ada, Allah Maha Besar, Allah Maha Pengasih, Allah Maha Penyayang dan Allah Maha Adil serta bisa diambil kesimpulan pula bahwa amanat yang terkandung dalam puisi “Begitu Engkau Bersujud” adalah selalu beribadah kepada Allah SWT kapan pun dan dimana pun berada akan membawa kebahagian dunia dan akhirat.
7
Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Setelah penulis melakukan penelitian serta menganalisis berdasarkan data yang penulis dapat dan juga berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang telah penulis uraikan tentang “ Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam”. Maka dapat di ambil kesimpulan yang mengarah pada suatu pencapaian dari hasil penelitian mengenai struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Serta bagaimana wacana dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial: 1. Pada teks syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib ingin menyampaikan wacana informasi nasihat yang penting yaitu ingin mengajak masyarakat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dengan cara bersujud, serta berpasrah diri hanya kepada Allah SWT memanjatkan doa-doa memohon pertolongan-Nya. Dan puisi ini juga memberitahukan kepada masyarakat bahwa Allah SWT tidak akan mempersulit hamba-hambanya yang ingin bersujud memohon ampunan kepada-Nya,
sekaligus
menerangkan
bahwa
Allah
SWT
sangat
menyayangi hamba-hambanya, yang yakin bahwa Allah SWT maha segala-galanya. Bait pertama mengungkapkan bahwa begitu kita bersujud, yang dimaksud bersujud di sini adalah shalat, maka kita telah mendirikan sebuah masjid. Jadi jika kita berkali-kali melakukan shalat berarti sudah 85
86
berapa banyak kita mendirikan masjid? Tentu sangat banyak dan tak terbilang jumlahnya. Sehingga kita mencapai alam makrifat. Jika kita telah mencapai alam makrifat berarti kita telah menjadi kekasih Allah SWT. Bait ke dua Tidak hanya dalam masjid saja kita melakukan shalat, akan tetapi di manapun kita melakukan shalat berarti tempat yang kita gunakan untuk shalat seketika menjadi sebuah masjid. Pada bait ke dua ini pengarang mengajak kita untuk menyalurkan harta kita kepada orang yang membutuhkan. Karena sesungguhnya sebagian dari harta kita merupkan harta hak mereka. Jika kita mau menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah maka, itu sama artinya kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang diperintahkan/ yang disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/ yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan taqwa maka kita akan mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait ke tiga. Bait terakhir sebenarnya hanya kesimpulan bait-bait sebelumnya yaitu bagaimana seharusnya sikap kita terhadap Allah SWT. Imajinasi kita ketika membaca dan menikmati sajak “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib mampu membawa kita menuju ke sebuah bayangan ketika kita melakukan ibadah yaitu sembahyang (shalat). Dengan sembahyang tersebut kita melakukannya salah satu rukunnya yaitu bersujud. Simbol kata “sujud” menurut KBBI berarti berlutut serta meletakkan dahi ke lantai (missal ketika shalat. secara harfiah kata “sujud” berarti kita merendahkan kepala kita sampai menyentuh tanah. Selanjutnya
87
symbol “kepala” pada tubuh kita merupakan bagian yang terhormat dan sangat terjaga. Maka dengan bersujud berarti kita benar-benar meletakkan keakuan dan harga diri kita di depan sang pencipta. Dengan begitu kita meninggikan derajad Allah SWT. Yang memang Maha tinggi. Pada puisi Ainun Najib ini sujud dihubungkan dengan masjid,seperti pada kutipan berikut ini. Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa sesungguhnya tidak hanya masjid yang sesungguhnya (tempat ibadah orang islam) disebut sebagai masjid namun setiap tempat yang digunakan untuk bersujud oleh orang islam dinamakan sebagai “masjid”. terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid, menggambarkan suatu yang abstrak pada awalnya namun menjadi jelas ketika tempat sujud di perjelas dengan kata masjid. Setiap kali kita bersujud maka kita membangunn kebaikan untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Masjid nantinya akan menjadi sumber untuk kita mendapatkan pahala sekaligus tempat untuk berteduh dan untuk berlindung. Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun selama hidupmu? Maksudnya jika kita menyempatkan sekali saja bersujud kepada Allah SWT. Maka sama saja kita telah membangun sebuah rumah Allah. Maka dapat dibayangkan jika kita melakukan berkali-kali betapa banyak
88
masjid yang telah kita bangun. Masjid yang dapat meneduhkan rumah kita sekaligus pahala kita yang berlipat ganda. Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat Memasuki alam makrifat adalah symbol bahwa memasuki alam yang berarti menjadi kekasih Allah SWT. Dia mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain dan menyadari apa yang orang lain tak menyadari. Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan Symbol “harta” meliputi kekayaan dan ilmu. Karena sesungguhnya terdapat harta orang fakir dalam kekayaann yang kita miliki, dengan demikian dalam puisi tersebut pengarang mengajak kita untuk membagi harta yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan Symbol “setiap butir beras” yang diberikan kepada orang membutuhkan, maka akan menjadi pahala sebesar satu rekaat orang yang melakukan sembahyang shalat. Symbol “air” menandakan bahwa suatu kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat yang dialirkan kepada orang lain maka orang pun akan terbawa kepada kebaikan tersebut. seperti halnya lahir menjadi kumandang adzan.
89
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatullah Dari untaian bait diatas, Ainun Najib menuturkan jika kita mau menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah maka, itu sama artinya kita telah melebur dengan Allah.
Menjalankan semua yang
diperintahkan/ yang disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/ yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan taqwa maka kita akan mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait sajak diatas. Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide baitbait sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait ini digambarkan bahwa “menjadilah Engkau masjid”. Dalam puisinya yang lain, seperti sajak “Seribu Masjid Satu Jumlahnya” Emha pun mengatakan bahwa, jasad dan ruh manusia adalah masjid. Mari cermati penggalan sajak “Seribu Masjid Satu Jumlahnya” berikut ini:
90
Masjid itu dua macamnya Satu ruh, lainnya badan Satu di atas tanah berdiri Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu … Sajak di atas semakin mengimplisitkan bahwa manusia yang di dalamnya terdapat unsur ruh dan jasad, pada hakikatnya adalah sebuah masjid. Maka disini kita menjadi masjid “menjadilah engkau masjid” berarti jiwa dan raga kita dengan bersama-sama telah bersujud dan tunduk kepada Allah SWT. 2.
Dari segi kognisi syair puisi Begitu Engkau Bersujud ini, Emha Ainun Nadjib menjadikan puisi sebagai wadah untuk menyampaikan sebuah pesan dan juga nasihat kepada masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada Allah SWT agar semua yang kita lakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar jalur dari arah yang sudah ditentukan Allah, Sujud itu umum dilakukan, ia tidak “khusus” ada dalam shalat. Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah. Karena jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah. Itulah yang diinginkan Allah dari orang-orang yang beriman. Adanya puisi ini Emha Ainun Nadjib mencoba mengingatkan kita masyarakat untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa yang sudah
91
Allah berikan terhadap kita baik itu kebahagiaan ataupun cobaan sekalipun. Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia ataupun masyarakat dalam hal bersujud. Tapi dengan upaya yang diridhai Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini membawa banyak manfaat bagi para pembacanya. 3.
Di lihat dari segi konteks sosial syair puisi Begitu Engkau Bersujud ini, mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolaholah ingin merangkul masyarakat dengan tujuan bersujud/beribadah kepada Allah SWT. Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat untuk berbuat baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebuah puisi pasti mempunyai amanat yang terkandung didalamnya. Gambaran amanat dari puisi ini adalah, pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid. Penyair mengungkapkan jika kita bersujud maka kita akan suci seperti masjid. Dari kesucian ini kita bisa bahagia. Kedua, Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat, penyair mengajak kita untuk terus menerus bersujud/beribadah kepada Allah sampai ajal menemui.
92
B. SARAN 1.
Kepada H. Emha Ainun Nadjib diharapkan agar terus menciptakan karyakarya indah, yang di dalamnya terdapat pesan-pesan religius ataupun pesan moral, yang bisa membuat mata hati para pembaca atau pendengar bisa merasakan makna dari sebuah karya tersebut, sehingga dapat dituangkan kedalam kehidupan sehari-hari, agar kehidupan tersebut bisa menjadi jauh lebih baik lagi sesuai dengan perintah Allah SWT.
2.
Kepada para pendengar ataupun pembaca, semoga puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib ini, bisa meresap kerelung-relung hati yang terdalam dan bisa menjadikan diri pribadi kita menjadi satu sosok yang jauh lebih baik dari sebelumnya dan apa yang menjadi arti dari puisi tersebut bisa kita aplikasikan dengan benar di kehidupan sehari-hari.
93
DAFTAR PUSTAKA A. Teeuw, Sastra dan Ilmu, , (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya 1984). Ainun Nadjib, Emha. Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta : SIPRESS Januari 1995). Aminuddin. Pengantar Sastra dan Budaya, (Bandung : Bina Cipta 1969). Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta:Andi, Yogyakarta), 2004. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006). Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan Kuantitatif. (Surabaya: AUP), 2001. Data diakses pada 24 oktober 2014 dari www.Padhangmbulan.com Djoko Pradopo, Rachmat. Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik, dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing Cemerlang), 2001. Faisal, Sanipah. Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990. Fanani, Zainuddin. Telaah Sastra, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Press, 2000). Hadi W.M, Abdul. Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan Seni Rupa, (Yogyakarta: Matahari, 2004). Hasil wawancara pribadi dengan Redaksi Caknun.com J. Waluyo, Herman. Pengkajian Cerita Fiksi, (Solo: Universitas Sebelas Maret Press, 1994). Leonard Betts, Ian. Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006). Maududi, Abul A‟la. Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967).
94
Rosidi, Ajip. Ikhisar Sejarah Sastra Indonesia. (Bandung: Bina Cipta), 1969. S. Effendi. Bimbingan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan Arnoldus, Cet.II 1974). Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006. Soedjarwo. Bunga-Bunga Puisi dan Taman Sastra Kita, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press., 1993). Thusthi Eddy, Nyoman. Kamus Istilah Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991 ). Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (bandung: Remaja Rosda Karya, 2004). Waluyo, Herman J. Teori & Apresiasi Puisi, (Jakarta : Erlangga, t.th.). Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993) Hasil wawancara dengan redaksi caknun, bpk helmi mustopa, tanggal 22 desember 2014. Di akses dari www.CakNun.com pada tanggal 24 oktober 2014 Di akses pada 21 oktober 2014 dari https://zbrownie.zahlaa /2013/01/08/aqidah-dansyariah-dalam-islam/ pada pukul 22:30 WIB. Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993) h. 6. Abul A‟la Maududi, Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967), h. 1. http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emha-ainun-nadjib/ di akses pada tanggal 24 oktober 2014. http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober 2014. http://plettonicskendha.blogspot.com/2010/10/biografi-noe.html di akses pada tanggal 25 oktober 2014. http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulandi-jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014. https://moslemsunnah.com/2012/01/06/perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaanpaling-dekat-dengan-allah/ Di akses pada tanggal 2 november 2014. Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
TRANSKIP WAWANCARA
Wawancara 1 Judul Skripsi
: Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Najib Dalam Menanamkan Ajran Islam
Nama Narasumber
: Emha Ainun Nadjib
Tanggal Wawancara : 22 Desember 2014 Jenis wawancara
: via email
Keterangan
: T: Tanya J: Jawab
A. Segi Teks T: , apa si yang melatarbelakangi pengambilan tema begitu engkau bersujud ini? J: yang melatarbelakangi terciptanya puisi ini sesungguhnya karena saya melihat banyak masyarakat di luaran sana yang tak paham hakikat sujud dan masjid itu menurut pribadi saya ya, ketika kita bersujud energi negatif yang ada dalam diri kita, ditarik oleh energi bumi. Ini hakikat lain dari bersujud, . pelajaran seperti ini, memang agak susah dicari dari para kiai atau ustaz yang hanya mengajari soal syariat dan tak masuk ke ranah hakikat, maka dari itu terlintas dipikiran saya untuk membuat sebuah karya dengan kata kunci sujud.
T: seinget cak nun, puisi ini dibuat dimana ya cak? J: saya membuat puisi ini di Bantul Jogjakarta bersama kyai kanjeng
T: apa cak, masih sering membacakan puisi ini kalau lagi mengisi acara? J: terkadang kalau saya memberikan nasihat kepada penonton dengan tema yang mirip-mirip saya suka membaca puisi ini, hanya sekedar untuk mengingatkan kepada penonton bahwasannya puisi juga bisa dijadikan alat untuk berdakwah.
T: kalau membicarakan soal aspek, aspek apa saja si cak yang dipertimbangankan waktu pembuatan puisi ini? J: owalah ya jelas banyak, bahkan sangat banyak yang harus dipertimbangkan untuk pembuatan puisi ini, dari mulai pemilihan kata sampai koherensi kalimat yang harus tepat agar tidak ada mis antara kata yang satu dengan kata selanjutnya, keadaan sekitar juga menjadi aspek yang mempengaruhi sangat mempengaruhi, keadaan jiwa juga sangat besar pengaruhnya begitu pula fenomena-fenomena yang muncul di masyarakat. B. Segi Kognisi Sosial T: kalau pandangan cak sendiri tentang puisi begitu engkau bersujud ini itu bagaimana ya cak? J: kalau menurut pandangan saya puisi begitu engkau bersujud ini adalah sebuah perwujudan dari apa yang seharusnya dilakukan oleh umat muslim agar meraka tetap berada sesuai alur yang sudah ditentukan. Informasi-informasi bahkan ajakan yang terselip didalam puisi ini merupakan hal yang seharusnya dilakukan umat muslim sejak ia dini. Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan Allah SWT dari orang-orang yang beriman Sujud juga merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beribu-ribu
nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah mensyukuri dan berterimakasih kepada Allah SWT.
T: saat cak menulis puisi ini apa saja si cak yang menjadi hambatan-hambatan? J: didalam menciptakan sebuah puisi, untuk sampai kehati masyarakat. Pertama dia harus enak di dengar, kedua maknanya harus bisa benar-benar menyentuh dan memotivasi, untuk bisa menyentuh dan memotivasi para pendengar ataupun pembaca maka antara teks atau lirik dan gaya bahasa itu harus kawin, harus benar-benar menyatu. Sehingga lirik atau syair itu memiliki daya sentuh yang kuat untuk masyarakat, yang jadi permasalahan bukan hanya yang tua saja atau yang muda saja yang bisa membaca puisi ini, tetapi seluruh lapisan bisa dan boleh membaca puisi ini sehingga pemilihan gaya bahasa harus benar-benar di sama ratakan di pilah dan di pilih agar sesuai dengan apa yang ingin disampaikan puisi ini.
T:
karena
adanya
hambatan-hambatan
tersebut
berapa
lama
cak
sendiri
menyelesaikan puisi ini? J: saya tidak ingat dengan pasti, proses penciptaan puisi itu relative ada yang sejam, ada yang sehari, ada yang seminggu bahkan ada yang setahun, semua itu tergantung mood, tergantung situasi dan kondisi, jadi saya lupa berapa tepatnya puisi ini selesai, seingat saya pada saat pembuatan isi atau pertengahan puisi itu sempat terhenti karena saya musti menyelesaikan karya saya yang sebelumnya.
T: apa si harapan cak sendiri terhadap puisi ini baik terhadap diri cak sendiri maupun masyarakat? J:
harapan saya ya semoga saya bisa terus menjalankan apa yang sudah saya
tuangkan dalam karya ini, tidak hanya menbuat to saja sudah tetapi tetap melanjutkan syariat-syariat yang tertuang pada puisi ini, kalau untuk masyarakat harapan saya masyarakat tidak hanya menilai sebuah karya tetapi juga mengambil sebuah hikmah
dibalik karya tersebut agar ada manfaat yang bisa dipetik dan di bagikan ke orang lain.
C. Segi Konteks Sosial T: menurut cak bagaimana tanggapan masyarakat terhadap puisi ini? J: tanggapan masyarakat cukup meyakinkan saya bahwa perlu ada lagi puisi-puisi semacam ini, sekitar 15 tahun belakangan ini cukup banyak masyarakat ataupun pelajar yang mencoba bertanya kepada saya mengenai puisi ini, itu artinya puisi ini cukup menarik bagi masyarakat, walaupun saya akui puisi ini tidak sesempurna puisi karya-karya seniman lainnya.
T: ada kah pengalaman menarik mengenai puisi ini cak yang orang lain belum tahu? J: sebenarnya tidak terbesit sedikitpun niat untuk membuat puisi ini, pada awalnya saya sedang bertakarub, dalam keadaan yang cukup lelah karena habis ada kegiatan sampai jam 3 pagi di Bantul, sesaat setelah saya tahajjud saya teringat anak muda yang bercerita bahwa ia seorang pemabuk dan penjudi tetapi suatu saat ia melihat ibunya yang meninggal dalam keadaan sujud, sejak saat itu ia merubah dirinya kearah yang lebih baik, dengan adanya cerita tersebut terlintas tentang penghambaan seorang hamba terhadap tuhannya, lalu dengan begitu saja mengalir sedikit demi sedikit kata yang akhirnya saya jadikan puisi.
Jakarta, 22 Desember 2014
Pewawancara
(Andi Riski)
Narasumber
(H. Emha Ainun Nadjib)
Redaksi CakNun.com
(Bpk Helmi Mustofa)
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
%We
Jl Ir
H. JuandaNo 95 Ciputat l54l2Indonesia
Website:
Telepon/Fax
w
Nomor Lampiran Hal
E-mail
Jakarta
: Un.01/FS/PP.00.9/ : 1(satu) Berkas Sk : Ujian Skripsi
Kepada Yth. 1. Drs. Jumroni, M.Si 2. Fita Fathurokhmah, M.Si 3. Umi Musyarrofah, MA 4. Ade Masturi, MA 5. Dr. Hj. Roudhonah, MA
'.
(021)7432728 / 74'103580
:
April 2015
:
Ketua/Penguji Sekretaris Penguji Pengujl Pembimbing
di
Jakarta Assal am u' ala i ku m Wr. Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi,
Nama Tempat Tanggal lahir NIM
Jurusan Judul Skripsi
Andi Riski Tangerang, 24 Oklober 1992 1110051000142 Komunikasi dan Penyiaran lslam (KPl) Analisis Wacana Syair Puisi "Begitu Engkau Bersujud" Karya Emha Ainun Najib dalam Menanamkan Ajaran lslam.
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada
Hari/Tanggal Waktu Tempat
:
: Kamis, 16 April2015 : Pk. 09.00 s.d. 10.00 WIB : Ruang Munaqasah (Lantai 78)
Untuk menunjang kelancaran.ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya. Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih Wassalam, an. Dekan,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Ph.D 199803 Tembusan 1. Dekan
2. Kasubbag. Umum Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Mr
I
004
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax : (02
l)
7
432728 / 747035 80
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2Indonesia website: wuu
Nomor Lampiran Hal
Un.01/F5/PP.00.9
ldkrriniakarta.ac.id, E-nrail :dakrvahii4llk.uinirkrrta.ac.id
$ nor+
Jakarta.
November 2014
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth, Emha Ainun Najib di Tempat As
s
alamu' al aikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa : Nama
Andi Riski
Nomor Pokok
1i10051000142 Tangerang, 24 Oktober 1991 IX (Sembilan) Komunikasi dan Penyiaran Islam Jl. H. Poleng RT 002/01 Jurang Mangu Barat Pd. Aren tangsel 08919970842
Tempat/Tanggal Lahir Semester Jurusan"/Konsentrasi Alamat Telp.
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitiarVmencari data dalam rangka penulisan skripsi.
Sehubungan dengan
itu, dimohon kiranya
Bapak/Ibu/Sdr.
dapat
menerima./mengizinkan mahasiswa kan-ri tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih. Was
s
a
lamu' al a ikum Wr. Wb.
lrief Subhan, MA.a 196601
Tembusan : 1. Wakil Dekan Bidang Akadernik 2. Ketua Jurusan/Prodi. Komunikasi dan Penviaran Islam
t0 199303 1r004
KEMENTE,RIAN ACAMA UNIVITRSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF I{IDAYATIJLLAH JAKAIITA I
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI at 15412
Telp.
: (62-021) 7432128 / 74703-580 Website-:w\vw...... Ernail. . .,..
lndonesia
SLJRAT I(E,TERANGAN Nornor : LIn. 01/F
5.
1/l(M
0lJl/lDDll
't
Dekar.r Fakr-rltas Dakwah dan lln'rr-r Komunikasi
5
UIN Syarif HidayatLrllah Jakarta
dengan ini nreneratrgkatr bahr.l'a.
Nama
:
Andi Riski
NIM
:
11
.lurusan / Konsentrasi
: I(omunil
adalal-r mahasiswa/i yang r.rjiar-r
10051000142
telah mernenuhi scnrua persy'aratan adrninistrasi untuk mengikr.rti
sltripsi dan yang bersangkutan dapat
n'ienga.jLtl
SPP.
SLtrat
Keterangan Bebas SPP ini han1,a berlakr-r pada Semester Genap TahLtn Akadernik 201412015.
Demikian surat keteraltgan
ini harni buat agar dapat dipergunakan
sebagaimana
mestinva.
.Takarta. 7
April
2015
a.n. Dekan
Ka
Tata Usaha.
Dra. Mah NIP. l 9600
Tembusan
:
Dekan Fakr-rltas Ih-rru Dakwah dan llntu Komr-rnikasi
ah Tasyrifatun r e8701 2 00r