Wawasan Budaya Nusantara KEYAKINAN / KEPERCAYAAN MANUSIA MEMBENTUK KEBUDAYAAN
Dosen : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn
Oleh : Ainul Khilmiah (13148101) Alfi Aulia Abdu (13148113)
Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta Surakarta 2014
KEYAKINAN / KEPERCAYAAN MANUSIA MEMBENTUK KEBUDAYAAN
1. Berilah contoh produk budaya/kesenian (benda) yang dihasilkan dari Mana! 2. Berilah contoh Perbuatan Magis dan produk budaya/kesenian (benda) yang di hasilkannya! 3. Berilah contoh adat/hadat produk budaya/kesenian (benda) yang dihasilkan!
MANA Contoh produk budaya / keseinian yang dihasilkan 1. Patung Wisnu Patung Wisnu salah satunya terdapat di candi Prambanan. Di salah satu kelima candi Prambanan yang terbesar tersebut di dalamnya ada patung wisnu yang masih dianggap memiliki kekuatan untuk melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Wisnu dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Perwujudan patung dewa Wisnu memiliki simbol dan atribut tertentu sesuai dengan karakternya. Hal tersebut ditujukan
untuk mempermudah
pengahayatan. Wisnu sering dilukiskan memgang 4 benda yang ada di tangannya, yakni terompet kulit kerang atau shanjhya, cakram, gada, bunga lotus /padma. Pemberian sesajen kepada dewa Wisnu diharapkan agar mendapatkan perlindungan untuk seluruh alam.
Gambar 1.1 Perwujudan Dewa Wisnu
2. Keris Keris bisa dinilai dari dua sisi, pertama dari bentuk hiasan dan ornament-ornamennya, kedua dari qodam (isi dari keris). Qodam sendiri diartikan dengan penunggu didalam keris tersebut. Para empu keris harus melakukan ritual-ritual tertentu untuk mengisi qodam keris. Semakin lama ritual yang dilaksanakan maka akan semakin kuat jin yang mengisi keris tersebut.
Daya magic yang menyelimuti keris mempunyai misi tersendiri dalam kehidupan pemilik pusaka itu. Daya magic itu terdapat pada besinya secara alami. Daya magic itu dapat berasal dari pamor menurut motifnya dan yang terpenting adalah daya magic yang diciptakan dari empu pembuat keris.
Gambar 1.2 Contoh Keris
MAGIS Magis berupa perbuatan yang dilakukan oleh manusia primitif untuk roh-roh yang dipercaya ada di sekitar kehidupan. Contoh dari perbuatan magi situ sendiri dapat dilihat dalam : 1. upacara untuk mengendalikan hujan Upacara ini seringkali dilakukan ketika peserta upacara atau pemimpin upacara sedang mengadakan sebuah acara juga bisa dilakukan ketika masuk waktu panen. Ketika peserta atau pemimpin upacara memiliki sebuah acara untuk mengendalikan hujan, ini dimaksudkan agar tidak turun hujan supaya tidak mengganggu kelangsungan acara, sehingga acara berjalan lancar. Namun, berbeda lagi ketika upacara ini dilakukan ketika memasuki amsa panen, upacara mengendalikna hujan ditujukan agar hujan turun sehingga dapat menyuburkan sawah. Upacara mengendalikan hujan ini merupakan simbol bahwa dalam magis, manusia ingin menguasai proses-proses yang belangsung dalam alam raya.
2. Dukun yang Menguasai Orang Lain Dukun atau orang yang menguasai orang lain untuk sebuah kepentingan dirinya atau atas permintaan orang lain. Perbuatan dukun dapat pula membahayakn orang yang dikendalikan, berikut beberapa cara dukun mengendalikan seseorang :
Tenung
: Dukun duduk mengucapkan mantradi tengah-tengah sajen-sajen yang
memebentuk setengah lingkaran untuk memohon kehancuran korbannya.
Jengges
: Dukun mengucapkan mantra-mantra dan memusatkan perhatian pada
maksud jahatnya dengan membujuk roh-roh halus agar memasukkan benda-benda (rambut, paku, pecahan kaca) pada perut si korban agar korban jatuh sakit parah.
Santet
: Jenis sihir dimana dukun harus secara langsung mendekati si korban sendiri
dan merabanya sambil membaca mantra berkali-kali dalam hati dan si korban kemudian akan terkena diare dan tidak bisa diobati.
Gendam
: Mencakup kemampuan membuat orang datang ke suatu tempat yang di
tentukan, bertentangan dengan kemauanya sendiri.
Guna
: Digunakan untuk menarik seorang laki-laki (atau perempuan) yang
pendiam ke tempat tidurnya.
Sirep
: Menyebabkan orang lelap tidur, sementara barang-barangya yang berharga
dicuri. Ini merupakan magi bagi seorang pencuri.
Magis tidak hanya ada dalam bentuk perbuatan namun juga dapat berupa benda. Contoh dari benda tersebut yaitu patung yang memperlihatkan seorang ibu dengan anakanya (Gambar 1) yang berasal dari sebuah kuil di Syango (Nigeria), patung ini juga memperlihatkan unsur mitis yang memang patung ini di buat untuk menghormati Dewi Kesuburan. Patung yang jelas memperlihatkan unsur erotis ialah patung tersohor dari jaman purbakala di eropa bernama Dewi Venus dari Willendrof (Gambar 2 atas). Bukan hanya berupa patung, sifat magis juga dapat dijumpai dalam sebuah bangunan kuil di Afrika, tempat ibadah salah satu sekte Bantu, susuna temboknya dimahkotai oleh patung dewa-dewa terutama dimaksudkan untuk menakjubkan mereka yang datang dari luar.
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar (1)Patung dari Afrika yang dipakai dalam upacara ibadat : ibu dan anaknya (2)Atas : Venus dari Willendrof (pra sejarah) Bawah : Tempat ibadat dari salah satu suku Banto di Afrika.
ADAT Adat yang menjadi contoh di sini ialah peraturan mengenai pernikahan orang abangan mulai dari rangkaian upacara hingga tatat cara didalamnya, berikut adalah tata cara pernikahan abangan : 1. Lamaran Pernikahan orang abangan dimulai dengan prosesi lamaran, dimana keluarga pihak pria mengunjungi keluarga pihak wanita dan melakukan pembicaraan panjang yang intinya bahwa ia ingin menjadi besan tuan rumah dengan mengawinkan anak laki-lakinya dengan anak perempuan tuan rumah 2. Nontoni Sebuah pertemuan yang direncanakan di rumah gadis, dimana calon mempelai laki-laki dan perempuan berserta para calon mertua hadir dalam rumah tersebut. Dalam pertemuan itu, gadis yang akan dinikai keluar kemudian menghidangkan minuman kepada jejaka dan apabila jejaka itu senang maka pembicaraan tentang pernikahan antar keduanya bisa berlanjut. 3. Selametan Sebelum pernikahan dilaksanakan, pada malam harinya di adakan selemetan. Selametan itu disebut midodareni. Sesudah selametan, calon pengantin wanita menggunakan baju yang sangat sederhana. Calon pengantin tersebut di dudukan ditengah rumah selama empat jam sampai tengah
malam, dipercaya bahwa pada saat itu akan ada bidadari yang turun dan merasuki tubuh sang wanita, sang bidadari akan keluar jika pernikahan telah usai. Selain itu juga, ibu calon pengantin wanita melaksanakan upacara membeli kembang mayang (tumbuh-tumbuhan gabungan yang besar. Batang-bantangnya terbuat dari batang pisang. Kumpulan bunganya dan berbagai daundaunan yang dilekuk-lekuk dan dililit ranting kelapa muda). Maksud dari kembang mayang tersebut melambangkan keperawanan kedua calon pasangan pengantin. Kembang mayang itu akan dilemparkan keatap saat upacara kepanggihan. 4. Kepanggihan (pertemuan) Upacara pernikahan dilaksanakan dirumah sang mempelai wanita, dimana sang calon suami datang dengan membawa paningset yang biasanya berupa perhiasan dan pakaian. Selain itu, mempelai pria juga membawa sasrahan yang biasanya berupa seeokor kerbau/sapi dan perabot rumah tangga.
Selain adat yang terdapat dalam upacara pernikahan orang abangan, dalam pelaksanaan selametan kelahiran juga terdapat berbagai tata cara yang harus dilaksanakan. Berikut penjelasanya : Sekitar kelahiran terkumpul empat selametan utama dan berbagai selametan kecil. Selametan utama di selenggarakan hanya apabila anak yang dikandung adalah anak yang pertama bagi si ibu / si ayah / keduanya) ketika kelahiran bayi (babaran) lima hari sesudah kelahiran (pasaran) dan tujuh bulan setelah kelahiran.
Tingkeban diselenggarakan dirumah si calon ibu dengan unsur-unsur utama sebagai berikut : 1. Sepiring nasi para tamu dengan sajian nasi putih diatas dan nasi kuning dibawah. Nasi putih melambangkan kesucian dn nasi kuning melambangkan cinta 2. Nasi dicampur dengan parutan kelapa dan irisan ayam 3. Tujuh tumpeng kecil nasi, melambangkan tujuh bulan kehamilan 4. Delapan/Sembilan bola putih yang dibentuk dengan genggaman tangan untuk melambangkan delapan/Sembilan wali penyebar agama islam dna khususnya untuk memuliakan Sunan Kalijaga sebagai penemu wayang, slametan dan abangan. 5. Sebuah tumpeng nasi besar yang dimaksudkan agar anak dalam kandungan tersebut menjadi kuat 6. Beberapa hasil tanaan yang tumbuh dibawah tanah (contohnya singkong) dan beberapa buah yang tergantung diatas 7. Tiga jenis bubur yaitu bubur putih, merah dan campuran keduanya. Bubur putih diletakkan di bagian luar, bubur merah diletakkan diatas piring. Bubur putih melambangkan “air” sang ibu,
bubur merah melambangkan “air” ayah, dan campuran keduanya dianggap mujarab untuk mencegah masuknya makhluk halus jenis apapun 8. Rujak legi, apabila rujak itu terasa “pedas” atau “sedap” oleh si Ibu maka si ibu akan melahirkan anak perempuan, apabila terasa biasa saja oleh si ibu mak akan melahirkan anak laki-laki.
Contoh produk budaya/kesenian (benda) 1. Rumah Adat Jawa Tengah Rumah tradisional ini sering di sebut padepokan, terdiri atas tiga ruang utama, ruang-ruang tersebut memiliki fungsi yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
Pendopo, tempat menerima tamu, upacara adat, dan pementasan kesenian.
Pringgita, ruang penyelenggaraan acara wayang kulit.
Dalem, tempat singgasana raja. Bagi rumah-rumah penduduk, dalem di fungsikan sebagai tempat tinggal.
Gambar 3.1 Rumah Padepokan Jawa Tengah
2. Pakaian Adat Jawa Tengah Pria : mengenakan jas sikepan, bawahannya menggunakan kain batik dengan motif parang rusuk. Kepala memakai penutup bernama kuluk dan sebilah keris terselip di pinggang. Wanita : memakai sanggul yang diisi daun pandan wangi yang disebut bokor mangkureb. Saat menikah, bagian sanggul ini diberi untaian bunga melati. Bajunya berupa kebaya anggun disertai kain batik bercorak sama dengan pria. Perhiasan yang digunakan antara lain cincin, gelang, subag dan kalung. Baik wanita maupun pria, keduanya menggunakan selop sebagai als kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Doyodiporo, Ki Hudoyo. 2001. Daya Magic-Tuah-Misteri. Semarang : Dahara Prize.
Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Aswab Mahasin. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka
Peursen Van. 1976. Strategi Kebudayaan.Yogyakarta : Kanisius
Romdhon, A. Singgih Basuki dkk.Agama-Agama Di Dunia.IAIN Sunan Kalijaga Press. Yogyakarta. Tim Penulis. 2009. Mengenal Pakaian Adat, Tarian Adat, dan Senjata Tradisional. PT.Niaga Swadaya.