PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI (BCM) DI RA MA’HADUL ULUM DESA MUTIH WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh : A’YUN AFROH NIM : 131310000254
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ [UNISNU]
JEPARA 2015
i
NOTA PEMBIMBING Lamp. : Hal
: Naskah Skripsi a.n. Sdri. A’yun Afroh Kepada, Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISNU Jepara Assalamu`alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudari: Nama
: A’YUN AFROH
NIM
: 131310000254
Jurusan
: Tarbiyah dan Keguruan
Judul
: PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI (BCM) DI RA MA’HADUL ULUM DESA MUTIH WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015.
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu`alaikum Wr. Wb. Pembimbing
H. Mufid, M.Ag
ii
MOTTO
Keberhasilan Membutuhkan Kesabaran, Karena Hadiah Dari Upaya Tidak Langsung Tersedia Di Awal Upaya. Dengan Perjuangan Dan Kesabaran Akan Mendekatkan Pada Keberhasilan.
Berusaha Dan Berdoa
Kesempurnaan Dan Penentu Segalanya Adalah ALLAH
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang telah mengasuhku, memberikan kasih sayang dengan tulus dan selalu mendo'akanku. Keluaragaku yang tidak bosan-bosan memberikan motivasi kepadaku untuk menyelesaikan studiku. Saudara-saudaraku
yang
telah
banyak
memberikan dukungannya Semua pihak yang telah membantu, semoga Allah mencatat semua pengorbanan mereka sebagai amal yang shaleh. Amin
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga setelah berjerih payah dalam waktu yang cukup lama, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan terselesaikannya skripsi yang berjudul “PEMBELAJARAN NILAINILAI ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI (BCM) DI RA MA’HADUL ULUM DESA MUTIH WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN
DEMAK
TAHUN
PELAJARAN
2014/2015”,
penulis
menghaturkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat 1. Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom HM. Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISNU Jepara. 3. Bapak H. Mufid, M.Ag selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISNU Jepara yang telah mengajarkan ilmunya. 5. Ibu Siti Adzimah S.Pd.I selaku Kepala RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, para dewan guru yang telah banyak memberikan bantuannya kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini. 6. Semua keluargaku, kedua orang tuaku, dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan motivasi dalam studiku. 7. Teman-temanku di Kampus UNISNU Jepara yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang setimpal dari sisi Allah SWT.
vi
Penulis menyadari, meskipun telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun skripsi ini, penulis yakin masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sebagai bekal menuju yang lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi khazanah keilmuan pendidikan Islam pada umumnya. Amin ya robal alamin. Jepara, 28 Mei 2015 Penulis,
A’YUN AFROH
vii
ABSTRAK A’YUN AFROH (NIM: 131310000254) PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BEMAIN, CERITA, MENYANYI (BCM) DI RA MA’HADUL ULUM MUTIH WETAN WEDUNG DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNISNU, Jepara 2014. Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk: 1) Mengetahui kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan pedoman dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) di RA Raudlatul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, 2) Untuk Mengetahui penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) di RA Raudlatul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, 3) Untuk Mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilainilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) di RA Raudlatul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di RA Raudlatul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan subjek penelitian yaitu : kepala sekolah dan guru, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dan sebagai prosedur penelitian skripsi ini menggunakan metode kualitatif, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah diadakan penelitian dalam kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan pedoman dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) di RA Raudlatul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015, peneliti mengobservasi peserta didik dapat memberi motivasi dan nilai instrinsik pada anak, pengaruh positif, tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk dilakukan bukan dikerjakan sambil berlalu, cara bermain lebih diutamakan dari tujuannya. anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan, kelenturan, bermain itu perilaku yang lentur. dan cara bertutur kata dengan baik, dalam mengajar yang didalamnya berisikan lagu berkesan dan menyenangkan, syair dan liriknya bisa melibatkan emosi (gembira, semangat, kagum) dll. Penerapan pebelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) di RA Raudlatul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak sudah berjalan sangat efektif di mana peserta didik dapat dengan cepat memahami materi dan dapat mengingatnya lebih jelas, karena dalam proses pembelajarannya peserta didik tidak hanya mendengar dan melihat saja tetapi juga mempraktikkan secara langsung, sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan cepat dan tepat, evaluasi yang digunakan adalah dengan melihat hasil dari apa yang telah di praktikkan peserta didik tersebut, jika peserta didik bisa mempraktikkan secara baik dan benar maka baik pula nilai yang diperoleh begitu juga sebaliknya jika peserta didik tidak dapat mempraktikkan dengan baik maka nilai yang akan viii
diperoleh peserta didik tersebut kurang baik pula atau buruk. Dalam setiap kegiatan pastilah ada faktor penghambat dan pendukung, adapun Faktor pendukungnya adalah pembelajaran yang efektif, lingkungan yang kondusif, fasilitas yang memadai, sumber belajar, kurikulum yang tepat, hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan bai. Sedangkan faktor penghambatnya adalah orang tua kurang begitu peduli dengan waktu yang luas, kuantitas guru kurang, gedung sekolah masih menyatu dengan MI Ma’hadul Ulum. Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada semua pihak tentang pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015. khususnya kepada peserta didik, guru, dan orang tua dalam meningkatkan tingkat penguasaan materi pelajaran.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING...............................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO. .....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN. .....................................................................
v
HALAMAN KATA PENGANTAR. ...............................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. viii HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. BAB I
BAB II
x
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Penegasan Istilah......................................................................
4
C. Rumusan Masalah . ..................................................................
7
D. Tujuan Penelitian. ....................................................................
7
E. Manfaat Penelitian. ..................................................................
8
F. Kajian Pustaka..........................................................................
10
G. Metode Penelitian.....................................................................
12
H. Sistematika Penulisan Skripsi. .................................................
16
: LANDASAN TEORI A. PEMBELAJARAN……………………………………………
19
1. Pengertian Pembelajaran………………………………...
19
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Belajar………...
19
B. NILAI-NILAI MORAL ISLAMI……………………………..
23
x
1. Pengertian Nilai-Nilai Moral Islami…………………….
23
2. Pendekatan Nilai-Nilai Moral Islami……………………
25
C. BERMAIN, CERITA, MENYANYI 1.
Pengertian bermain…………………………………….
28
2.
Jenis bermain…………………………………………..
30
3.
Manfaat bermain……………………………………….
31
4.
Fungsi bermain…………………………………………
34
5.
Macam-macam bermain……………………………….
35
6.
Pengertian cerita…………………………………........
37
7.
Manfaat cerita………………………………………….
37
8.
Pengertian menyanyi…………………………………..
39
9.
Manfaat menyanyi……………………………………..
41
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambar Umum RA Ma’hadul Ulum Desa Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014 / 2015 1.
Sejarah Singkat Berdirinya ………………………………
43
2.
Visi dan Misi……………………………………………...
44
3.
Letak Geografis…………………………………………...
44
4.
Struktur Organisasi……………………………………….
45
5.
Keadaan Guru dan Siswa…………………………………
47
6.
Keadaan Sarana prasarana ……………………………….
49
B. Data – Data Khusus Hasil Penelitian 1. Kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui Bermain, Cerita, Bernyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015………………………………………. xi
52
2. Penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui Bermain, Cerita, Bernyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015…………….. 3. Faktor
pendukung
dan
penghambat
serta
56
solusi
pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui Bermain, Cerita, Menyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal
Ma’hadul
Ulum
Tahun
Pelajaran
2014/2015…………………………………………………
61
BAB IV : ANALISIS DATA PENELITIAN A. Analisis Kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui Bermain, Cerita, Bernyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015………………………………………………………...... 69 B. Analisis penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui BCM Bermain, Cerita, Bernyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015………..….....…...... 73 C. Analisis pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam
pembelajaran
nilai-nilai
moral
Islami
melalui
Bermain,Cerita, Menyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015 ................................................. 75
xii
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan. ............................................................................. 80 B. Saran-saran............................................................................... 81 C. Penutup..................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DEKLARASI Bismillahirahmanirrahim. Dengan maha Allah Yang Maha Kuasa, Penulis menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa segala sesuatu yang tertulis didalam karya ilmiyah skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain. Dan menyatakan juga dengan penuh tanggung jawab bahwa karya ini bukan hasil jiplakan atau plagiasi terhadap karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan ilmiah yang sudah paten berstandar milik orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan diambil inti subtansinya atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Jepara, 25 Februri 2014 Penulis
A’YUN AFROH
1
PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI (BCM) DI RA MA’HADUL ULUM DESA MUTIH WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015
A. Latar Belakang Anak-anak kita, adalah anugrah paling berharga dari Allah SWT.Sebagai titipan atau amanah, kita sebagai orang tua berkewajiban menjaga, mendidik dan megarahkan mereka agar dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimilikinnya.1 Dalam hal belajar bagi anak, Pestalozzi sangat menekankan pengalaman belajar melalui indra
pengamatan dan persepsi yang dapat
memberikan pengalaman pada proses mental kepada anak. Hakikatnya anak adalah pribadi yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan. Salah satu metode
pendidikan
yang dilaksanakan
Lighthart
dalam
menanamkan budi pekerti melalui “Metode buah limau” inti metode ini terletak pada konsep “mengalahkan keburukan tingkah laku anak dengan perbuatan baik”. Pandangan Parkhurst bahan pembelajaran dan cara guru membelajarkan harus mengikuti tempo dan perkembangan anak.2 Berdasarkan tingkatan perkembangan moral sebagaimana diuraikan, Kohlberg merekomendasikan bahwa waktu yang tepat untuk pendidikan moral 1
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini: Strategi Membangun Karakter di Usia Emas, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet.1. hal .1. 2 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Hak Cipta Bahasa Indonesia, 2009), Cet. 5. hal. 99-110.
1
2
ditanamkan, ketika anak-anak masih berada dalam tingkat perkembangan moralnya; yaitu dimulai dari usia 5 tahun hingga umur 17 tahun.Berdasarkan Standar Kompetensi tersebut, maka menumbuhkan karakter anak sejak di PAUD adalah langkah yang tepat.3 Azyumardi Azra (2000), Merebaknya tuntutan dan gagasan tentang pentingnya pendidikan budi pekerti di lingkungan persekolahan, haruslah diakui berkaitan erat dengan semakin berkembangnya pandangan dalam masyarakat luas bahwa pendidikan nasional dalam berbagai jenjang, khususnya jenjang menengah dan tinggi, telah gagal dalam membentuk peserta didik yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Harus diakui, dalam batas tertentu, sejak dari jumlah jam yang sangat minim.Berhadapan dengan masalah-masalah seperti ini, pendidikan agama tidak atau kurang fungsional dalam membentuk akhlak, moral dan bahkan kepribadian peserta didik.4 Setiap anak dilahirkan dalam keadaan berbeda-beda. Perbedaan karakteristik dan kemampuan antara anak yang satu dengan yang lain tersebut harus menjadi perhatian serius bagi tenaga kependidikan PAUD, khususnya guru. Sebab, seluruh aspek pembelajaran akan bertumpu pada kemampuan dasar anak didik. Selama ini penelaahan karakter dan kecenderungan maupun tingkah laku anak dilaksanakan bersamaan dengan tes seleksi masuk lembaga PAUD,khususnya TK/RA.Disamping itu, agar manajemen anak didik berjalan 3
Agus Wibowo, Op. Cit, 32-49. Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Cet. 3. hal. 111-112. 4
3
lancar, maka pengelola lembaga PAUD perlu meracang aktivitas inti keseharian anak lembaga PAUD.5 Secara umum, aktivitas anak didik dilembaga PAUD hanya terdiri dari tiga hal, yakni bermain, bernyanyi, bercerita.Tidak ada aktivitas yang lebih penting dari ketiga kegiatan inti tersebut.Ketika anak sedang bermain, tanpa disadari anak belajar keras untuk dapat memerankan dirinya dalam permainan tersebut.Pemilihan permainan yang selaras dengan perkembangan anak akan mengembangkan aspek kecerdasan tertentu. Aktivitas inti bagi anak-anak di lembaga PAUD selain bermain adalah bernyanyi, termasuk di dalamnya adalah bermain musik. Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan di depan, bahwa setiap guru PAUD dipersyaratkan untuk dapat bernyanyi, di samping memandu permainan dan bercerita. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bernyanyi, termasuk musik dapat membantu prestasi anak dalam banyak hal.Hal ini diperkuat oleh berbagai penelitian di berbagai disiplin ilmu yang menunjukkan bahwa orang yang mengarang cerita atau menulis dengan iringan musik jauh lebih kreatif dan imajinatif dari pada yang bekerja ditengah keheningan atau suasana sepi dan sunyi.Sebagaimana aktivitas bermain dan bernyanyi, bercerita atau berkisah, juga sangat disenangi anak-anak.Dalam setiap aktivitas bercerita atau mendongeng dikelas-kelas PAUD, hampir tidak anak yang tidak memerhatikan. Semua anak akan terpukau oleh dongeng atau kisah yang dibawakan oleh para gurunya. Dengan demikian, metode kisah mampu mencerdaskan emosional dan spiritual anak didik.Ekspresi yang
5
Suyadi, Manajemen Paud, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. 1. hal. 144-146.
4
dikeluarkan melalui isak-tangis, sedih-sendau, senyuman dan lain sebagainya, menunjukkan
perkembangan
kecerdasan
emosional
dan
spiritual
pendengaran.6
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari persepsi dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul diatas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul tersebut. Adapun Istilah-istilah yang perlu dijelaskan, antara lain: 1. Pembelajaran nilai-nilai moral Islami Pengertian pembelajaran di dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungaan belajar.7 Pengertian Nilai menurut Milton Roceach dan James Bank dalam Karyawisastra (1980: 1) adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.8 Pengertian moral berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores) yang juga mengandung arti adat kebiasaan.9 Pendidikan Moral adalah suatu
6
program
pendidikan
(sekolah
dan
luar
sekolah
)
yang
Ibid., hal. 151-162. Dini Rosdiani, Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 1. hal. 73. 8 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai: Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), Cet. 1. hal. 16. 9 Nurul Zuriah ,Op. Cit, hal. 17-18. 7
5
mengorganisasikan dan “Menyederhanakan” sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan.10 Pengertian Islam berasal dari kata aslama, yuslimu yang berarti mengarah, tunduk, dan patuh.Menurut istilah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya berasal dari Allah SWT diwahyukan kepada utusannya (rasul) dan selanjutnya disampaikan kepada manusia.Sebagai sumber nilai, agama Islam merupakan petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia dalam menciptakan dan mengembangkan budaya, serta memberikan
pemecahan
terhadap
segala
persoalan
hidup
dan
kehidupan.11 Dari pengertian-pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran nilai-nilai moral islami adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan dengan kebiasaan patuh. 2. Bermain Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilakan proses belajar pada anak.12 10
Ibid., hal. 22. Mawardi Lubis, Op. Cit, hal. 23. 12 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 1. hal 11
91.
6
3. Cerita Cerita, kisah atau hikayat adalah sejarah atau berita masa lalu yang menceritakan kejadian atau peristiwa tertentu.Tetapi jika ditinjau dari segi istilah, cerita atau kisah dapat diartikan sebagai media untuk menyalurkan kebahagiaan hidup yang diambil dari hikmah sejumlah peristiwa yang saling berkaitan.13 4. Menyanyi Menyanyi termasuk di dalamnya adalah bermain musik.Plato seorang filusuf besar pernah mengatakan, bahwa pelatihan ketrampilan musikal merupakan suatu instrumen yang lebih potensial dari pada yang lainnya, karena irama dan harmoni termasuk kedalam diri seseorang melalui tempat-tempat tersembunyi dalam jiwanya.14 5. RA Ma’hadul Ulum Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum adalah lembaga pendidikan yang beralamat di Desa Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Adapun visinya adalah bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, trampil, sehat jasmani rohani, kreatif, dan Percaya diri. Dengan demikian yang di maksud judul skripsi Pembelajaran nilainilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) adalah sebuah penelitian yang membahas tentang pembelajaran siswa untuk menjadikan nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi secara
13
Suyadi, Op. Cit, hal. 160. Ibid., hal. 160
14
7
mendalam
dengan
anak-anak
Raudlatul
Athfal
Tahun
Pelajaran
2014/2015.
C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dimuka maka ada beberapa permasalahan yang akan dikaji melalui penelitian ini, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1. Bagaimana kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi(BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, ada tiga tujuan penelitian yang ingin dicapai :
8
a. Untuk mengetahui kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi(BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015. c. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi(BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015?
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat baik dalam kehidupan masyarakat maupun untuk khazanah perpustakaan, antara lain: 1. Manfaat teoritis a. Dapat menjelaskan kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Dapat menguraikanpenerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul UlumTahun Pelajaran 2014/2015.
9
c. Dapat mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul UlumTahun Pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti Untuk
meningkatkan
pengetahuan
peneliti,
khususnya
pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi.Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa atau calon pendidik tentang bagaimana pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Tahun 2014/2015. b. Bagi sekolah Bagi
sekolah dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan
dan informasi untuk guru dalam rangka mengingkatkan hasil belajar dan mutu proses pembelajaran sehingga dicapai tujuan yang lebih optimal. c. Bagi masyarakat dan insan pendidikan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah wacana pendidikan Islam khususnya yang berkaitan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul UlumTahun Pelajaran 2014/2015.
10
F. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan mengenai; “Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Islami Melalui Bermain, Cerita, Menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Desa Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/2015”. Sebagai bahan acuan dan perbandingan, penelitian telah menemukan tiga skripsi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, antara lain berjudul: 1.
Skripsi “Metode Cerita dalam Pendidikan Agama Islam (Studi Deskriptif Pelaksanaan Metode Cerita di RAMatholius Saadah Batealit Jepara danRA Tarbiyatul Aulad Batealit Jepara Tahun Pelajaran 2012/2013. Oleh Susilowati Mahasiswa Unisnu Jepara tahun 2012. Skripsi
tersebut membahas tentang Metode Cerita dalam
Pendidikan Agama Islam yaitu dari kisah-kisah para nabi dan juga cerita yang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga siswa dapat pengetahuan dari cerita yang disampaikan oleh guru. Proses belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas siswa dapat berjalan dengan efektif dan optimal. Keadaan guru yang harus siap dalam menyampaikan cerita dan mengkondisikan kelas sehingga siswa dapat kosentrasi dan menyimak cerita yang dissampaikan dan orang tua harus berperan aktif dalam menunjang pendidik anak di RA Matholius Saadah dan RA Tarbiyatul Aulad Batealit Jepara Tahun Ajaran 2012/2013.
11
2.
Skripsi “Aplikasi
Metode Bermain Peran (Role Playing) dalam
Meningkatkan efektifitas pembelajaran fiqih dikelas V MI Manba’ul Falah Gerit Cluwak Pati Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi tersebut membahas tentang adanya Aplikasi
Metode
Bermain Peran (Role Playing) dalam Meningkatkan efektifitas pembelajaran fiqih dikelas V MI Manba’ul Falah Gerit Cluwak Pati Tahun Pelajaran 2012/2013. Jadi dapat dikatakan bahwa membawa memberikan peran dapat merangsang siswa untuk belajar dan terus belajar,karena tanpa belajar peran,pembelajaran fiqih hasilnya kurang maksimal. Disamping
itu, metode role playing dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa dalam belajar, memberikan konsep kepada mereka yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, hal itu terbukti karena metode bermain peran lebih memfokuskan pada upaya memberikan perhatian khusus dalam menyelesaikan permasalahan. 3.
Skripsi “Aplikasi Metode Cerita terhadap efektifitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VI di MI Miftahul Huda Ngasem Batealit Jepara”. Oleh Siti Rohmatun Mahasiswa Unisnu Jepara tahun 2012. Skripsi tersebut membahas tentang salah satu Metode Cerita terhadap efektifitas pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi tahap persiapan yakni guru harus mempertimbangkan
tingkat
perkembangan usia peserta, tujuan yang hendak dicapai, materi yang disampaikan, keterampilan guru itu sendiri,saran yang dipakai.
12
G. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka penulis menggunakan metode-metode penelitian yang pada prinsipnya adalah suatu kerja yang dipergunakan untuk dapat memahami obyek tertentu.Dengan metode yang tepat dan dapat di percaya kebenarannya maka akan tercapai penelitian yang valid dan reliebel. Oleh karena itu akan penulis kemukakan beberapa langkah dan metode yang di gunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Jenis penelitian Penelitian yang peneliti lakukan tergolong jenis penelitian yang bersifat kualitatif deskriptif yaitu data yang diperoleh seperti hasil pengamatan,
wawancara,
pemotretan,
analisis
dokumen,
catatan
lapangan, disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk angka-angka. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.15Riset ini digunakan untuk mengetahui Pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum. Adapun metode yang di gunakan adalah metode kualitatif yang diidentifikasikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan
15
yang
terjadi
secara
alami,
mencatat,
menganalisis,
Trianto, Pengantar Penelitian Bagi Pengembangna Profesi Pendidikan Tenaga Pendidikan,(Jakarta: kencana, 2011), hal. 180.
13
menafsirkan, dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. 2.
Fokus penelitian Penentuan fokus penelitian akan mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipilihnya dari berbagai lapangan yang sangat banyak tersedia.16 Hal ini adalah penting agar peneliti tidak terjerumus ke dalam sekian banyak dan kompleksnya data yang akan diteliti. Adapun fokus penelitian ini pada : a. Kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015. b. Penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015. c. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi (BCM) di RA Ma’hadul Ulum Tahun Pelajaran 2014/2015?
16
hal. 79.
Lexi .J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1998),
14
3.
Metode pengumpulan data a. Wawancara Pada tehnik ini peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan responden atau subjek yang di teliti.Mereka menanyakan
sesuatu
yang
telah
direncanakan
kepada
responden.Hasilnya di catat sebagai informasi penting dalam penelitian.17 Dalam proses pendidikan islam dan wawancara dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam metode ini maupun hal-hal yang terkait dengan penelitian ini. Sebagaimana dikemukan oleh M. Nazir bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil tatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau merespon dengan menggunakan alat yang dinamakan “interview guide” (panduan wawancara).18 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan guru di pada pembelajaran nilai-nilai moral Islami
melalui
bermain,
cerita,
menyanyi
di
Raudlatul
AthfalMa’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
17
Hamid Darmadi, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 264. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 193.
18
15
b. Observasi Observasi merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung.19 Teknik ini banyak digunakan, baik dalam penelitian sejarah (historis), deskriptif ataupun experimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat. c. Dokumentasi Sebagaimana dikemukan oleh Suharsimi bahwa yang dimaksud dengan dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya.20Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang gambar umum Raudlatul AthfalMa’hadul
Ulum,
Letak
dan
keadaan
geografis,
tujuan
didirikannya, struktur organisasi dan struktur kerja, keadaan guru, siswa dan karyawan, keadaan sarana dan prasarana sekolah dan lainya sebagainya. 4. Tehnik analisis data Setelah data terkumpul melalui tehnik pengumpulan data selanjutnya adalah menganalisis data.Dalam memberikan interprestasi data, penulis menggunakan metode dekripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, 19
Lexi J. Moleong, Op Cit., hlm. 72. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, (Jakarta: Rikena Cipta, 1992), hal. 200. 20
16
peristiwa, kejadian, yang terjadi pada saat sekarang.21Dengan menggunakan pola berfikir induktif, yakni berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa yang bersifat empiris.Kemudian temuan tersebut di pelajari dan dianalisis sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bersifat umum.
H. Sistematika Penulisan Guna mempermudah dalam mempelajari dan memahami pokok-pokok bahasan skripsi ini, maka dalam penulisan menyajikan sistematikanya yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Pada bagian ini terdiri dari halaman judul skripsi, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, abstrak, halaman daftar isi. 2. Bagian Isi Bagian isi masing-masing terdiri dari sub-sub bab dengan susunan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab satu ini memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
21
Nana Sudjana dan Ibrahim, penelitian dan penilaian pendidikan, (Bandung: Sinar baru al grasindo, 2001), hal. 64.
17
BAB II : LANDASAN TEORI Bab dua ini merupakan landasan teori untuk pembahasan secara lanjut dalam skripsi ini.Uraiannya memuat Sub bahasan pertama tentang pembelajaran
meliputi:
pengertian
Pembelajaran
dan
model
pembelajaran.Sub bahasan kedua tentang pengertian nilai-nilai moral Islami, pendekatan nilai-nilai moral Islami. Sub bahasan ketiga tentang pengertian bermain, jenis permainan, manfaat bermain, fungsi bermain, macam-macam bermain, pengertian cerita, manfaat cerita, pengertian menyanyi, manfaat menyanyi. BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN Bab ketiga berisi terdiri dari: A. Data umum: Sejarah singkat berdirinya sekolah, visi misi, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, keadaan sarana dan prasarana sekolah. B. Data khusus: kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi, penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi dan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaandalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisa data, penulis akan memaparkan tentang Analisis kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, bernyanyi.
18
Analisis penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi. Serta analisis faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi dan hasil pembelajaran nilai-nilai moral melalui bermain, cerita, menyanyi. BAB V : PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. 3. Bagian Akhir Bagian akhir skripsi ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan biografi penulis.
19
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah pihak yang menjadi fokus suatu desain pembelajaran.22 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan
dan
sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Disamping itu, pembelajaran juga merupakan seni dan teknologi. Pembelajaran merupakan aktivitas yang sistematik dari penerapan desain dan evaluasi proses pembelajaran secara menyeluruh untuk mencapai tujuan instruksional yangspesifik, berdasarkan pada penelitian teori belajar, komunikasi dan penggunaan berbagai sumber manusia dan non manusia memperoleh efektivitas pembelajaran.23
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Teori Belajar Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.Model pebelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukis prosedur yang sistematis 22
Dewi Salman Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009),hal. 37. 23 Heri Rahyubi, Teori-teori belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, (Jakarta: Nusa Media), hal. 6.
20
dalam mengorganisasikan pengalaman cenderung preskriptif (memberi petunjuk dan bersifat menentukan), yang relative sulit dibedakan dengan strategis pembelajaran. Selain memperhatikan hal-hal yang rasional dan teoritis, tujuandan hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran seharusnya memiliki lima unsur dasar, yaitu 1. Syntax, adalah langkah-langkah operasional pembelajaran. 2. Social sistem, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran. 3. Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespons siswa. 4. Support system, yakni segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran. 5. Instructional dan nurturant effects, adalah hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar dan hasil belajar di luar yang disasar.24 Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Peranan orang tua bagi pendidikan anak ialah memberi dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, etika, kasih sayang, rasa aman,
dasar-dasar
untuk
mematuhi
peraturan-peraturan
dan
menanamkan kebiasaan.25 Berdasarkan teori-teori belajar dapat
24
Ibid., hal. 251. Ida Zusnaini, Strategi Mendidik Anak Agar Jujur, (Jagakarsa: PT. Suka Buku, 2012),
25
hal. 23.
21
ditentukan beberapa model-model pembelajaran itu digolongkan menjadi empat model utama, ialah: a. Model interaksi sosial (sosial interaction model) Model ini menitikberatkan pada hubungan antara individu dengan masyarakat atau dengan individu lainnya. Titik berat ini hanya menunjukkan, bahwa hubungan sosial sebagai suatu domein yang lebih penting dibandingkan dengan domein-domein lainnya. Dalam model ini tercakup beberapa jenis strategis pembelajaran, yakni: 1) Kerja kelompok; Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal, dan kertampilan menemukan dalam bidang akademik. 2) Pertemuan kelas; Tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok. 3) Bermain peranan; Bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan. b. Model proses informasi (information processing models) Model ini berdasarkan teori belajar kognitif.Pemprosesan informasi menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan
22
masalah, menemukan konsep-konsep, dan pemecahan masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal.26Model proses informasi meliputi beberapa strategi pembelajaran, ialah: induktif;
1) Mengajar
Bertujuan
untuk
mengembangkan
kemampuan berpikir dan membentuk teori. 2) Latihan inquiry; Tujuan untuk proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan. 3) Inquiry
keilmuan;
Bertujuan
untuk
mengajarkn
sistem
penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan memperoleh pengalaman dalam domein-domein lainnya. 4) Model pengembangan; Bertujuan untuk mengembangkan inteligensi umum, terutama berpikir logis, disamping untuk mengembangkan aspek sosial dan moral. c. Model personal (personal models) Model pembelajaran ini bertitik tolak dari pendangan dalam teori belajar Humanistik. Model pembelajaran personal terdiri dari 4 jenis strategi pembelajaran, ialah: 1) Pengajaran
non
derektif;
Bertujuan
untuk
membentuk
kemampuan dan perkembangan pribadi yakni kesadaran diri pemahaman, otonomi, dan konsep diri. 2) Sinektik; Bertujuan untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan pemecahan masalah secara kreatif.
26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). hal. 127
23
d. Model modifikasi tingkah laku (behavior modification models) Model tersebut bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efesien untuk memperurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan.27 Ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diterapkan di TK/RA. Tetapi berdasarkan sifat dan karakter anak usia dini, maka pembelajaran TK/RA bersifat tematik yang dilakukan secara integrative, artinya bahwa pembelajaran di TK/RA tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal. Itulah sebabnya, model pembelajaran yang dikenal adalah yang bersifat paduan (integral).28
B. Nilai-Nilai Moral Islami 1. Pengertian Nilai-Nilai Moral Islami Pengertian Nilai-nilai moral Islami adalah segala nilai yang berhubungan pendorong bagi manusia dalam menciptakan konsep baik dan buruk.Moral Islam bersumber pada bimbingan dan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an dan Hadits rasul-Nya.29 Mewujudkan nilai moral merupakan imbauan dari hati nurani. Salah satu ciri khas nilai moral adalah timbulnya suara dari hati nurani 27
Ibid.,128-130. Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 11. 29 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 13 28
24
yang menuduh diri sendiri sebagai suatu hal yang terbaik sehingga timbul usaha meremehkan yang lain. Nilai-nilai moral ini seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang tua, kepada orang lain, memelihara kebersihan, memelihara hak orang lain, larangan berjudi, mencuri, membunuh, minum minuman keras.Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.30 Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok utama: mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan, mengembangkan hati nurani, belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok dan mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.31 Dalam pandangan Notonagoro, ada tiga nilai yang perlu diperhatikan dan menjadi pegangan hidup manusia Indonesia, yaitu 1. Nilai materiil adalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur kehidupan manusia. 2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
30
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 65. 31 Elizabeth, B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1978), hal. 75.
25
3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam, yaitu 1) nilai kebenaran, 2) nilai kebaikan atau nilai moral, 3) nilai religius 4) nilai keindahan.32 Kebanyakan anak-anak itu, menjadi rusak karena tindakan orang tua mereka, yang menyia-nyiakan mereka dan tak mengajarkan mereka tentang kewajiban dan sunnah agama. Sehingga para orang tua itu menyi-nyiakan anaknya saat masih kecil dan anaknya itu tak mengambil manfaat darinya, sehingga ketika mereka besar mereka pun tak memberikan manfaat.33 ` 2. Pendekatan Penanaman Nilai-Nilai Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam siswa.34Pendekatan itu dapat dilaksanakan secara mandiri maupun saling melingkapi
atau saling dikaitkan antara pendekatan yang satu
dengan yang lain sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan para siswa yang menjadi peserta didiknya. Adapun pendekatan ada lima yaitu 1) pendekatan penanaman nilai
(inculcation approach), 2) pendekatan
perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), 3)
32
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 31. 33 Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 2009), hal. 28. 34 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tentang Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 108.
26
pendekatan analisis nilai (values analysis approach), 4) pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan 5) pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). Buku ini secara khusus memfokuskan pada urusan pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral dengan meggunakan pendekatan perkembangan moral kognitif, yaitu pendekatan yang berada pada nomor dua.35 Membangun kesadaran untuk tetap berada pada sopan, santun, beradab, dan bermoral menjadi tugas semua orang. Kesadaran individu atau kelompok terdiri dari beberapa jenis. 1. Kesadaran naïf diciri khas dengan perilaku orang yang terlalu menyederhanakan atau mensimplikasi dan meromantisasikan realitas. 2. Kesadaran magis merupakan sebuah tatanan perilaku di mana orang mengadaptasi atau menyesuaikan diri secara fatalistik dengan sistem yang ada. 3. Kesadaran kritis adalah sebuah kesadaran dengan menggunakan nalar dan perilaku selektif sebagai basis bertindak. 4. Kesadaran emosional adalah kesadaran yang bersumber dari kata hati terdalam, dengan mempertimbangkan dampak sosial dan psikologis ketika tindakan itu dilakukan atau tidak dilakukan. 5. Kesadaran spiritual adalah sebuah kesadaran yang dibangun atas dasar kemampuan intelegensi dan emosi, serta spiritual itu sendiri sehingga
35
Ibid., hal. 133.
27
ditemukan kesejatian sebagai makhluk tuhan yang cinta akan fitra.36 Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang tua, dalam hal ini para pendidikan agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, tatkala mereka berumur tujuh tahun.37 Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abi Abdur Rahman Abdullah bin Mas’ud ra, bersabda:
ﱠﱯ ْﺖ اﻟﻨِ ﱠ ُ َﺳﺄَﻟ: َﺎل َ ﱠﲪ ِﻦ َﻋْﺒﺪِاﻟﻠّ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﻣ ْﺴﻌ ُْﻮٍد َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨﻪُ ﻗ ْ َﰊ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﺮ ْ َِو َﻋ ْﻦ ا اﻟﺼﱠﻼةُ َﻋﻠَﻰ:َﺎل َ َﺐ ا َِﱃ اﷲِ )ﺗَـﻌَﺎﱃ(؟ ﻗ َﻞ اَﺣ ﱡ ِ ي اﻟْ َﻌﻤ اَ ﱡ: ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ُﰲ ْ ِ اَﳉِْﻬَﺎد: َﺎل َ ﰒُﱠ اَيﱡ؟ ﻗ: ْﺖ ُ ﻗُـﻠ, ﺑِﱡﺮ اﻟ َﻮﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ:َﺎل َ ﰒُﱠ اَيﱡ؟ ﻗ: ْﺖ ُ ﻗُـﻠ,َوﻗْﺘِﻬَﺎ ﺗﻔﻮ ﻋﻠﻴﻪ,َِﺳﺒِﻴ ِْﻞ اﷲ
Artinya:
Dari Abi Abdur Rahman Abdullah bin Mas’ud ra Berkata: saya bertanya kepada Nabi SAW: Amal apa yang dicintai Allah? Nabi menjawab sholat pada waktunya, saya berkata: kemudian apa? Nabi menjawab: berbuat baik kepada oarng tua, saya berkata: kemudian apa? Nabi menjawab : berjuang dijalan Allah.38 Selanjutnya, sebuah surah Al- Luqman ayat 14 berbunyi:
َﲔ أَ ِن ا ْﺷﻜُﺮِْﱄ ِ ْ ﺻْﻴـﻨَﺎا ِﻹﻧْﺴَﺎ َن ﺑِﻮَاﻟِ َﺪﻳْ ِﻪ ﲪََﻠَﺘْﻪُ أُﱡﻣﻪُ َوْﻫﻨًﺎ َﻋﻠَﻲ َوْﻫ ٍﻦ َوﻓِﺼَﺎﻟُﻪُ ِﰲ ﻋَﺎﻣ وََو ﱠ (ﺼْﻴـ ُﺮ) ا ِ َِﱄ اﳌ ْﻚ إ َﱠ َ َوﻟِﻮَاﻟِ َﺪﻳ
36
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan system pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 71. 37 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 166. 38 Islam Muhyidin Abi Zakariya Yahya Bin Saraf An-Nawawi, Riyadhu As-Sholihin, (Semarang: Toha Putra t.th), hal 156.
28
Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyiapihnya dalam dua tahu. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kapada-kulah kembalimu. C. Bermain, Cerita dan Menyanyi 1. Pengertian Bermain Pentingnya permainan bagi anak.Bermain berperan terhadap pembentukan Akhlak dan Ruhaniah anak.39 Bermain diartikan oleh banyak ahli dengan berbagai cara
mengutip pendapat beberapa ahli tentang
bermain: a) Kepribadian terus berkembang dan untuk pertumbuhan yang normal, perlu ada rangsangan (stimulus), dan bermain memberikan stimulus ini untuk pertumbuhan (Appleton). b) Dari berbagai pandangan tersebut Joan dan Utami (1996) menyatakan bahwa bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Bermain merupakan cara yang dapat digunakan dalam belajar TK sekaligus ditetapkan sebagai suatu metode pengajaran.40 c) Menurut Montessori mengartikan kegiatan bermain sabagai latihan jiwa dan badan demi kehidupan anak di masa depan. Berbagai 39
Khalid Ahmad syantut, Melejitkan Potensi Moral dan Spirtual Anak, (Bandung: Syaamil, 2007), hal 172. 40 Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 134.
29
permainan yang dilakukan anak merupakan latihan atas berbagai tugas dan fungsi yang akan dijalani di waktu yang akan datang.41 d) Bermain merupakan suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau untuk mencapai tujuan tertentu. (Soegeng Santoso: 2002). e) Selain itu menurut Wong (1990) dan Foster (1984) pengertian bermain adalah suatu kegiatan alamiah yang dilakukan oleh anak atas keinginan sendiri dalam rangka mengungkapkan konflik dirinya yang tidak disadari guna memperoleh kesenangan dan kepuasan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu proses alamiah yang dengan sendirinya akan dilakukan oleh anak-anak. Anak-anak tidak perlu disuruh atau pun dilarang untuk bermain. Namun, secara naluriah anak-anak akan melakukan aktivitas bermain. Melalui bermain, anak-anak akan mengeksplorasi semua perasaan. Anak-anak juga akan berlatih menyelesaikan konflik yang dialaminya, misalnya konflik dengan teman sebayanya. Dari pendapat beberapa pakar, dapat disimpulkan bahwa “bermain” merupakan sesuatu yang dibutuhkan anak-anak dalam masa perkembangannya,
41
baik
itu
perkembangan
motorik
dan
Rose Mini A. `Prianto ,Perilaku Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 48.
30
kognitifnya.Bermain
juga
dapat
meningkatkan
laju
stimulasi
perkembangan anak sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak.42
2. Jenis Bermain Banyak sekali jenis bermain yang dapat dimainkan oleh anakanak.Baik itu bermain yang dimainkan secara individual maupun secara berkelompok.Bermain tersebut terus berkembang dan tersebar di seluruh wilayah. Secara umum, jenis bermain anak dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut: a. Bermain aktif, yaitu bermain yang biasanya melibatkan lebih dari satu orang anak. Bermain aktif biasanya berupa olah raga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan kinektetik pada anak. Selain itu, bermainan aktif
biasanya memotivasi anak untuk belajar meraih
prestasi, serta belajar bertahan dalam persaingan. Bentuk bermain ini secara tidak langsung juga melatih aspek kognitif pada anak untuk belajar mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan, serta mengasah aspek efektif anak untuk bersikap sportif dan belajar menerima kekalahan. b. Bermain pasif, yaitu bermain yang bersifat mekanis dan biasanya dilakukan tanpa teman yang nyata. Salah satu bermain pasif yaitu bermain elektronik. Jenis bermain ini memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya ialah anak bisa memiliki keterampilan tertentu yang bisa 42
Rani Yulianty I, Permainan yang meningkatkan Kecerdasan Anak, (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), hal. 6-8.
31
berproses menjadi keahlian tertentu, sehingga bermanfaat untuk kehidupannya nanti. c. Bermain fantasia atau bermain imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. 43
3. Manfaat Bermain Bermain memberikan banyak manfaat yang dapat menunjang perkembangan
anak.Berikut
manfaat-manfaat
bermain
bagi
perkembangan anak, diantaranya yaitu: 1. Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak. Dengan bermain, anak merasa senang. Kreativitas anak pun meningkat, misalnya dengan menggunakan permainan menghias kue atau menghias topi. Kreativitas anak akan terlatih dan muncul dengan sendirinya.44 2. Bermain meningkatakan pengetahuan anak. Dengan bermain, aspek motorik kasar dan motorik halus anak turut berkembang, seperti berlari, melompat atau duduk, menulis, menyusun gambar atau balok, menggunting dan lain-lain.45 3. Bermain dapat mengoptimalkan kinerja otak kanan. Melalui mainan fungsi kerja otak kanan dapat dioptimalkan karena bermain dengan
43
Ibid., hal. 9 Agung Triharso, Permainan Kreatif Dan Edukatif Untuk Anak Usia Dini 30 Permainan Matematika Dan Sains, (Yogyakarta: CV. Andi, 2013), hal. 12. 45 Ibid., hal. 13. 44
32
teman
sebaya
seringkali
menimbulkan
kegembiraan
bahkan
pertentangan. 4. Bermain dapat menjadi sarana anak untuk belajar menempatkan dirinnya sebagai makhluk sosial. Dalam permainan, anak berhadapan dengan berbagai karakter yang berbeda, sifat dan cara berbicara yang berbeda pula sehingga anak dapat mengenal heterogenitas dan mulai memahaminya sebagai unsur penting dalam permainan. 5. Bermain bersama teman bisa membuat anak belajar memberi dan berbagi, serta belajar memahami nilai memberi dan menerima sejak dini. Melalui permainan, nilai-nilai memberi seperti sedekah dalam bentuk yang sederhana dapat diterapkan. Salah satunya yaitu saling berbagi makanan dan minuman. 6. Bermain dapat melatih perkembangan moral dan etika pada sikap anak. Saat bermain dalam kelompok, anak seringkali dituntut untuk mematuhi peraturan dalam permainan, tidak boleh bermain curang. Anak-anak akan belajar mematuhinya dan hal ini merupakan dasar terbentuknya sikap moral yang baik, etika, dan tata karma. Bermain sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan otak anak.Bermain dapat membantu anak untuk mengenali dirinya dan lingkungan disekitarnya. Namun, tetap saja orang tua harus mengawasi proses bermain anak dan memberikan pengarahan yang sekitanya perlu. Hal itu akan membuat anak-anak lebih memahami permainan
33
dan bertanggung jawab terhadap permainan yang dimainkannya.46Ada 5 karakteristik dalam bermain yaitu menyenangkan, spontan, proses, motivasi internal, imajinatif.47 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktifitas bermain seperti dibawah ini: 1. Ekstra energi Untuk bermain diperlukan ekstra energi.Anak yang sakit, kecil keinganannya untuk bermain. 2. Waktu Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. 3. Alat permainan Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. 4. Ruangan untuk bermain Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk bermain.Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang tidurnya. 5. Pengetahuan cara bermain Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. 6. Teman bermain
46
Rani Yulianty I, Op. Cit, hal. 9-12. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Bandung: PT Refika Aditama), hal. 217. 47
34
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temanya. Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.48
4. Fungsi Bermain Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hampir semua bidang perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional. 1. Kemampuan motorik Berbagai
penelitian
menunjukkan
bahwa
bermain
memungkinkan anak bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. 2. Bermain mengembangkan kemampuan kognitif Menurut Piaget (1962), anak belajar memahami pengetahuan dengan berinteraksi melalui objek yang ada disekitanya. Bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan objek. 48
107
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1995), hal.
35
3. Kemampuan afektif Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan. 4. Kemampuan bahasa Pada saat bermain anak menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi dengan temannya maupun sekadar menyatakan pikirannya. 5. Kemampuan sosial Pada saat bermain anak berinteraksi dengan anak yang lain.49
5. Macam Permainan Bentuk bermain anak sangat bervariasi.Antardaerah antaretnis,dan antarbangsa berbeda-beda.Ki Hadjar Dewantara (1948) menulis bahwa H.Overbeck telah menghimpun ragam bermain dan nyanyian anak-anak yang ada di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 690 macam. Padahal, setiap waktu bermain baru muncul sehingga jenis bermain itu ada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut: 1. Bermain fisik 49
Slamet suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat, 2005), hal.123
36
Bermain
seperti
kejar-kejaran,
gobag
todor
misalnya
menggunakan banyak kegiatan fisik. Anak usia 5-7 tahun sering bermain kejar-kejaran, menangkap temannya, dan jatuh bergulingan. 2. Lagu anak-anak Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari, atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang. 3. Bermain teka-teki dan berfikir logis matematis Banyak
permainan
yang
tujuannya
mengembangkan
kemampuan berpikir logis dan matematis. Salah satu diantaranya adalahkelompok , suatu permainan yang menggunakan karet gelang. Dengan permainan ini, anak-anak belajar tentang ganjil dan genap, lebih banyak dan sedikit.Begitu pula dengan permainan benthic dan dakon.50 4. Bermain dengan benda-benda Permainan dengan objek seperti air, pasir dan balok dapat membantu anak mengembangkan berbagai aspek perkembangan. 5. Bermain peran Jenis bermain ini antara lain meliputi sandiwara, drama, bermain peran, dan jenis bermain lain ketika anak memerankan orang lain. Bermain ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi, dan memahami peran-peran dalam masyarakat.51
50
Ibid., hal. 124. 51
Ibid., 126.
37
6. Pengertian Cerita Anak-anak sangat suka mendengarkan cerita.Bagi anak-anak, cerita merupakan suatu dunia baru yang ingin dijelajahinya.Sebuah cerita dapat membuat anak gembira, bersedih,tertawa, dan ekspresi-ekspresi lainnya. Secara naluriah, kemampuan anak akan berkembang dengan baik jika anak secara rutin mendengarkan cerita. Bercerita merupakan salah satu media komunikasi yang dapat mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak. Namun, orang tua harus mampu memilih cerita yang bermanfaat dan memberikan pengaruh positif terhadap anak-anak, misalnya cerita yang mengandung nilai moral, cerita yang tidak mengandung unsur kekerasan, dan lain-lain.Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan Psikologis anak dan kepribadian anak pun dapat berkembang dengan baik.
7. Manfaat Cerita Adapun beberapa manfaat bercerita bagi perkembangan kecerdasan anak yaitu sebagai berikut: 1. Bercerita kepada anak dapat mengembangkan kemampuan bicara dan memperkaya kosa kata anak. Dengan bercerita, anak-anak pun akan mendengarkan kata-kata baru dan belajar untuk memahami. 2. Bercerita merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, seperti marah, sedih, kecewa, lucu, tertawa, bahagia, dan lain-lain. Hal ini akan memperkaya pengalaman
38
emosinya
sehingga
berpengaruh
terhadap
pembentukan
dan
perkembangan kecerdasan emosionalnya. 3. Bercerita memberikan kegembiraan dan kesenangan kepada anak, terutama jika cerita mengandung unsur-unsur humor yang sangat kuat. Namun, orang tua tetap harus memilih hal-hal lucu yang disajikan cerita. 4. Bercerita juga dapat menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas. 5. Bercerita merupakan salah satu cara mendidik dengan tanpa kekerasan. Anak-anak
dapat
dibimbing
melalui
cerita-cerita
yang
menyenangkan.52 Manfaat membacakan cerita untuk anak sejak mereka lahir, bahkan sejenak di kandungan. Cara ini memiliki banyak manfaat, antara lain: 1. Menanamkan kecintaan anak untuk membaca buku. Dengan gemar membaca buku tentu akan menambah pengetahuan anak dan dapat menjadikannya manusia yang berkualitas di masa depan. 2. Membuat anak menjadi lebih tenang dan nyaman. Karena suara orang tua sudah biasa didengar sejak dalam kandungan, maka ketika mendengar suara Anda setelah anak lahir membuatnya merasa tidak sendirian, sehingga anam merasa lebih nyaman.
52
Rani Yulianty I, Op. Cit. hal. 6-23.
39
3. Membantu anak mengenal kata dan kalimat. Ketika orang tua membacakan cerita, anak akan mendengar kata yang Anda ucapkan. 4. Menyampaikan pesan moral untuk anak. Buku-buku yang dikhususkan untuk anak, biasanya berisi pesan moral yang hendak disampaikan sehingga dapat menjadi media untuk memberitahu anak apa hal baik dan buruk yang boleh atau tidak boleh dilakukan. 5. Meningkatkan
hubungan
emosional
orang
tua
dan
anak.
Membacakan cerita dapat membuat anak merasa diperhatikan. Anda juga dapat membacakan cerita dengan memeluk atau bersentuhan secara fisik sehingga anak merasa disayangi.53
8. Pengertian Menyanyi Menyanyi termasuk di dalamnya adalah bermain musik.Musik adalah aspek penting dalam kehidupan manusia dan respon-respon manusia terhadapnya bahkan mungkin terjalin dengan sangat rumit dalam otak manusia (Jensen, 2008).Wallen, masker, dan Brown (1999) dalam Jensen (2008) menambahkan bahwa musik barangkali adalah bentuk universal dari komunikasi yang telah mempengaruhi kelangsungan hidup spesies dan memainkan sebuah peranan di dalam ikatan, daya tarik, dan hormon pasangan.
53
hal. 38.
Team Dafa Publishing, Mengajari Bayi Membaca, (Yogyakarta: dafa publishing, 2010),
40
Pendapat lain, Rina Wulandari (2007) menyatakan bahwa musik merupakan sesuatu yang setidaknya memiliki 3 bagian penting, yaitu beat, ritme, dan harmoni. Kombinasi ketiganya akan menghasilkan musik yang enak. Selanjutnya, Rina Wulandari mengungkapkan perkembangan seni musik anak usia dini dengan tahapan berikut: 1. Taraf mendengarkan musik dan bertepuk tangan. 2. Bertepuk tangan mengikuti irama, mendengarkan musik sambil mengikuti irama. 3. Memukul-mukul benda dengan tangan, bertepuk tangan dengan variasi, dan mendengarkan musik sambil mengikuti irama. 4. Bertepuk tangan membentuk irama, menyanyikan bagian lagu sesuai irama, dan menggerakkan tangan jika mendengarkan musik.54 Berikut ini merupakan beberapa kegiatan
bermain dengan
menggunakan APE untuk pengembangan kemampuan seni musik AUD: 1. Bermain dengan botol (Dwi Sunar Prasetyono, 2007) APE yang digunakan dalam kegiatan bermain ini adalah botol-botol kaca sebanyak 8 buah yang diisi cairan berbeda warna dan dengan ketinggian berbeda pula pada masing-masing botol. Botol-botol tersebut diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan bunyi yang sesuai dengan tangga nada. 2. Daftar musik (Lwin dkk, 2005) 54
Hamzah B. Uno, Mengelola Kerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 12.
41
Tujuan dari kegiatan bermain ini, selain mengembangkan kemampuan seni musik anak, juga meningkatkan daya ingat melalui kecerdasan musikal.APE yang digunakan dalam kegiatan bermain ini adalah kertas dan pensil. 3. Balok irama (Kuffner, 2003) APE yang digunakan dalam kegiatan bermain ini adalah balok sepanjang 60 cm yang dibagi menjadi 2 atau 4 potong. 4. Bermain gitar dari karton susu (Kuffner, 2003) APE yang digunakan dalam kegiatan bermain ini adalah gitar yang dibuat dari karton susu.55
9. Manfaat menyanyi Musik dapat meningkatkan kecerdasan otak pada anak-anak sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang tua dalam melakukan kegiatan bermain yang menarik. Adapun beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan musik dan nyanyian yaitu sebagi berikut: a. Bermain ubah syair Saat
ini
banyak
lagu-lagu
populer
yang
disukai
masyarakat.Sayangnya, syair-syair dari lagu tersebut seringkali tidak sesuai untuk anak-anak.Orang tua bersama anak bisa melakukan kegiatan mengubah syair lagu populer dengan menulis syair sendiri yang lebih tepat. Hal ini bermanfaat bagi anak untuk meningkatkan 55
Nelva Rolina, Alat Permainn Edukatif untuk AUD, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hal. 58-61
42
kecerdasan linguistiknya, karena anak-anak akan belajar mencari katakata yang tepat untuk syair lagunya. b. Menyanyi sambil menghafal Anak-anak seringkali kesulitan menghafal dan memahami suatu materi pembelajaran.Anak bisa menghafal nama-nam planet dengan menggunakan nada lagu.56
56
Soetjiningsih, Op. Cit, hal.105.
43
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Pendidikan anak di era globalisasi ini mempunyai tantangan yang besar, yang sangat jauh berbeda dengan kondisi anak-anak pada masa lalu.Orang tua mempunyai tuntutan yang lebih besar dalam memberikan bekal pendidikan pada anak sebagai bekal untuk kehidupan dewasa mereka kelak. Raudlatul Atfal sebagai jenjang pendidik langkah awal untuk memberikan bekal pada anak agar ia menjadi generasi harapan, cerdas, berkualitas dan bernilai-nilai moral. Dalam upaya peningkatan pelayanan pendidik bagi anak-anak usia pra sekolah di Desa Mutih Wetan Wedung Demak.57 Berdasarkan
pemikiran
diatas,
maka
pengurus
beserta
masyarakat Desa Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak 1 Juli tahun 1983 sepakat membentuk sekolah tingkat kanak-kanak, yang diberi nama RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan dengan tujuan menjadikan anak beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, membantu anak bersosialisasi dengan benar pada teknologi sesuai perkembangan zaman, membantu anak untuk lebih mandiri dan mempersiapkan anak untuk masuk Madrasah Ibtidaiyah. 57
Siti Adzimah, kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 18 Februari 2015 jam 10.00-11.00.
44
2. Visi dan Misi RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak VISI Bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas,
trampil, sehat jasmani rohani,
kreatif, dan Percaya diri. MISI 1. Mencetak generasi yang berperilaku, berfikir berkehidupan Islami. 2. Mengenalkan anak pada ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Mengarahkan anak pada ketrampilan sesuai minat dan bakat.58 TUJUAN Menjadikan anak beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, membantu anak bersosialisasi dengan benar pada teknologi sesuai perkembangan zaman, membantu anak untuk lebih mandiri dan mempersiapkan anak untuk masuk Madrasah Ibtidaiyah.
3. Letak Geografis Letak geografis RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan cukup strategis, karena berada ditengah-tengah desa sehingga siswa yang berasal dari dukuh-dukuh sekitar banyak yang sekolah di RA Ma’hadul Ulum tersebut.Dan tempatnya mudah terjangkau karena tempatnya dekat dengan jalan raya.Dari segi tempatnya jadi satu dengan Madrasah Ibtidaiyah Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, sehingga 58
Demak.
Program Visi dan Misi di Radlatul Atfal Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung
45
komunikasi antar siswa RA Ma’hadul Ulum dan MI Ma’hadul Ulum Mutih Wetan cukup akrab.Begitu pula hubungan antara guru RA dan MI Ma’hadul Ulum Mutih Wetan.Dengan demikian jika terdapat permasalahan di RA Ma’hadul Ulum segera mudah dicarikan penyelesaiannya. Disekitar RA Ma’hadul Ulum ada beberapa sekolah.Ada sekolah Dasar Negeri dan ada pula Madrasah Ibtidaiyah.Hal ini menunjukkan bahwa siswa RA Ma’hadul Ulum lebih mudah untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
4. Sruktur Organisasi RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan adalah suatu lembaga pendidikan dan pengajaran untuk anak-anak yang menjadikan pendidikan agama Islam sebagai identitas lembaganya.Setiap lembaga pendidikan sudah tentu memiliki struktur organisasi, karena struktur organisasi dalam suatu perkumpulan atau lembaga sangat penting keberadaannya. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, orang akan mudah mengetahui sejumlah personil yang menduduki jabatan tertentu dalam suatu lembaga dan memperlancar tugasnya agar tercapai dengan efisien dan efektif.
46
Secara struktural, organisasi TK ABA Sapen yang berjalan sekarang ini adalah sebagai berikut : Tabel 1 Struktur Organisasi RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/201559
Pelindung Kepala Desa
Ketua Yayasan K.H. Alawi
Kepala Sekolah Siti Adzimah S.Pd. I
59
Sekretaris
Bendahara
Guru
Khirzatul Mufidah
Umi khasna
Sri Hartanti
Data Dokumen, Papan Dokumentasi Struktur Organisasi RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, dikutip tanggal 18 Februari 2015.
47
5. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan guru Penyelanggaraan sebuah lembaga pendidikan, keadaan dan pengadaan guru perlu sekali diperhatikan, karena hal ini sangat mempengaruhi mekanisme kerjanya.Untuk mengetahui keadaan guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak pada tahun 2014/2015 dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 2 Keadaan Guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/201560 No
Nama
L/P
Pendidikan
Jabatan
Tugas
1.
Siti Adzimah S.Pd. I
P
SI
Kepala
RA
Sekolah Kecil 2.
Khirzatul Mufidah
P
MA
Guru
RA Kecil
3.
Umi Khasna
P
MA
Guru
RA Besar
4.
Sri Hartanti S.Pd. I
P
SI
Guru
RA Besar
60
Data Dokumen, Papan Dokumentasi Keadaan Guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, dikutip tanggal 18 Februari 2015.
48
b. Keadaan siswa Yang dimaksud keadaan siswa disini adalah kondisi siswa RA Ma’hadul Ulum
Mutih Wetan Wedung Demak secara
keseluruhan baik mengenai jumlah siswa dan data keseluruhan siswa. Siswa
merupakan
faktor
penting
di
dalam
dunia
pendidikan.Karena tanpa adanya siswa, kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung. Jumlah siswa yang belajar di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 3 Keadaan Siswa RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/201561
Tahun Pelajaran 2014/2015 No
61
Kelas
Jumlah Siswa Ruangan
L
P
Jumlah
1
RA Kecil
1
8
10
18
2
RA Besar
-
11
18
29
Jumlah
1
19
28
47
Data Dokumen, Sekilas Profil RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, dikutip tanggal 18 Februari 2015.
49
6. Keadaan Sarana Prasana Adapun sarana dan prasarana yang telah tersedia antara lain: a. Sarana prasarana Dalam
menyelenggaraan
pendidikan,
suatu
lembaga
pendidikan memerlukan fasilitas yang memadai untuk menjalankan fungsinya sebagai pencapaian tujuan pengajaran, maka lembaga yang baik harus memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan sehingga siswa dapat belajar dengan baik. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak adalah sebagai berikut: Tabel 4 Sarana Prasarana RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/201562
Keadaan No
Nama Barang
Jumlah
Baik
1.
Ruang kelas
1
V
2.
Kamar mandi dan
1
V
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
WC
62
2015.
Sri Hartanti, Guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 18 Februari
50
3.
Meja guru
4
V
4.
Kursi guru
4
V
5.
Meja anak
22
V
6.
Kursi anak
22
V
7.
Almari
5
V
8.
Papan tulis
1
V
9
Rak sepatu
2
V
10. Jam dinding
1
V
11. Tikar
6
V
b. APE Luar Kelas Tabel 5 APE Luar Kelas RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/201563
Keadaan No
63
Nama Barang
Jumlah
Baik
1.
Ayunan
1
V
2.
Jungkitan
1
V
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
Umi Khasna, Guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 18 Februari 2015 jam 10.00-11.00.
51
3.
Tangga Majmuk
1
V
4.
Papan Titian
1
V
5.
Terowongan Ban
1
V
6.
Bak Pasir
1
V
c. APE dalam Kelas Tabel 6 APE dalam Kelas RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahunn Pelajaran 2014/201564
Keadaan No
64
Ibid.
Nama Barang
Jumlah
Baik
1.
Balok
2 set
V
2.
Meronceng
1 set
V
3.
Mengecap
2 set
V
4.
Menjiplak
2 set
V
5.
Mengayam
2 set
V
6.
Mencocok
2 set
V
7.
Lego
3 set
V
8.
Puzzle
4 set
V
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
52
9.
Menara Geometrik
1 set
V
10
Alat Kesehatan
2 set
V
11. Alat Komunikasi
2 set
V
12. Bola Warna
110
V
13. Papan Huruf
2 Biji
14. Alat-alat Masakan
4 set
V
15. Kartu Angka
3 set
V
16. Kartu Huruf
3 set
V
17. Loto
1 set
V
18. Hola Hop
7 set
V
19. Kantong Biji
6 set
V
V
B. DATA KHUSUS 1. Kriteria Memilih Pembelajaran yang Baik dan Dapat Dijadikan
Panduan Dalam Nilai-Nilai Moral Islami Melalui Bermain, Cerita, Bernyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran2014/2015. Wawancara dengan guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak. Terkait dengan kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (Ibu Umi Khasna). Kriteria pembelajaran yang baik dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi ialah Sebuah kriteria pembelajaran yang mudah guna memperoleh motivasi dan imajinasi pada nilai anak karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri
53
dan bukan karena adanya tuntutan dari masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh dan tanggung jawab individu dan sebagainya.65 Ada beberapa kriteria pembelajaran yang baik dapat dijadian panduan dalam nilai-nilai moral islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum diantaranya: 1. Kriteria pembelajaran yang baik dapat dijadian panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui bermain sebagai berikut: a. Memberi motivasi dan nilai instrinsik pada anak, tingkah laku saat bermain dimotivasi dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan dari masyarakat atau fungsi-fungsi tubuh. b. Pengaruh positif, tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk dilakukan. c. Bukan dikerjakan sambil berlalu, tingkah laku itu bukan dilakukan sambil berlalu, karena tidak mungkin pola atau urutan yang sebenarnya, melalui lebih bersifat pura-pura. d. Cara atau tujuan, cara bermain lebih diutamakan dari tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.
65
Umi Khasna, Guru RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 25 Februari 2015 jam 09.00-10.00
54
e. Kelenturan, bermain itu perilaku yang lentur.kelenturan ditunjukan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam situasi.66
2. Kriteria pembelajaran yang baik dapat dijadian panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui cerita Kriteria pemilihan pembelajaran yang baik dapat dijadian panduan dalam nilai-nilai moral islamimelalui cerita sebagai berikut: a. Cara bertutur kata dengan menyampaikan cerita atau dengan memberikan penerangan kepada anak secara lisan. Tujuannya untuk melatih daya tangkap anak, melatih daya fikir, melatih daya konsentrasi, membantu perkembangan
fantasia tau
imajinasi anak, menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas. b. Yang digunakan dalam cerita itu harus peristiwa baik berasal dari kejadian nyata. Maksudnya dalam mengajak manusia kedalam keimanan dan ketaatan kepada Allah dan hikmah yang dapat diambil atas sebuah kejadian yang pernah terjadi di masa lalu adalah sungguh merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk kita berikhtibar atas peristiwa itu.67
66
09.00.
Observasi, di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, tanggal 19 Februari 2015 jam 08.00-
67
Ibid.
55
c. Sebagai metode dalam pendidikan, kita juga harus mengetahui cerita
yang
berkualitas
sehingga
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan jiwa dan watak anak-anak karena itu seorang guru harus memperhatikan beberapa hal dibawah ini : a) Cerita itu memikat (absorsing) dan menghibur b) Cerita itu mengembangkan imajinasi anak c) Cerita itu yang memberikan pengalaman emosional yang mendalam d) Cerita itu menimbulkan rasa humor yang menyeluruh e) Cerita itu memperluas cakrawala pandangan anak f) Cerita itu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan ekspresi diri.
3. Kriteria pembelajaran yang baik dapat dijadian panduan dalam nilai-nilai moral Islami melalui menyanyi Kriteria pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral islami melalui menyanyi diantaranya: a. Dalam mengajar yang didalamnya berisikan lagu berkesan dan menyenangkan. b. Syair dan liriknya bisa melibatkan emosi (gembira, semangat, kagum)dll. c. Isi lagu harus sesuai dengan taraf dengan perkembangan anak. d. Bahasa yang digunakan sederhana dan dapat dimengerti anak.
56
e. Luas wilayah nada sepadan dengan kesanggupan alat suara dan pengucapan anak. f. Tema lagu diupayakan mengacu pada IGRA. g. Guru bersama peserta didik menyanyikan berulang-ulang.
2. Penerapan
Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Islami Melalui
Bermain, Cerita, Menyanyi Salah satu penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami ialah bahwa peserta didik merupakan inti terwujudnya individu yang beriman dan bertaqwa.Atas dasar itu, tercapainya kesempurnaan insani merupakan
tujuan
tertinggi
dalam
pendidikan
Islam.Untuk
menciptakan individu yang berakhlaq mulia bagi nusa dan bangsa. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis dengan kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum, maka diperoleh data tentang penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi (BCM) di Raudlatul Athfal Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah Wawancara dengan kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum “penerapannya pertama: memberikan materi sesuai dengan tema yang telah tersedia. Kedua: setelah diberikan tema tersebut, maka peserta didik mempraktekkan”.68 Wawancara kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum: “langkahlangkah yang ditempuh kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum adalah sebagai berikut: a. Tujuan proses pembelajaran terlebih dahulu disampaikan dengan sejelas-jelasnya. Dalam pembelajaran tersebut kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum mengemukakan kepada peserta didik agar dapat 68
Siti Adzimah, Op. Cit.
57
mempraktekkan nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi dan meninggalkan akhlak tercela. b. Pendidik menyelidiki bahwa penerapan nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi adalah salah satu konsep yang paling tepat untuk disampaikan kepada peserta didik. Observasi penulis: adapun dalam penerapan pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan yang diinginkan, maka ada beberapa langkah dalam
menerapkan
atau
menyampaikan
sebuah
pembelajaran.
Dibawah ini dijelaskan langkah-langkah penerapan pembelajaran nilainilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi. Langkah penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami dalam penyajian permainan tentang estafet air pada RA Ma’hadul Ulum adalah sebagai berikut:69 1) Pendahuluan -
Guru memberi tanda bel agar peserta didik memasuki kelas.
-
Guru dan peserta didik berbaris didepan kelas, salah satu dari murid menyiapkan barisan kepada teman-teman.
-
Membaca Asmaul Husna
-
Membaca surat-surat pendek surat Al-Ikhlas, Al- Falaq, AnNas, dan doa-doa sebelum tidur dan sesudah makan.
-
Peserta didik bersama-sama mengucapkan salam kepada guru.
-
Guru menghubungkan bahan pelajaran tentang estafet air yang disajikan dengan corak permainan yang dilakukan.
69
2015.
Observasi, di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, tanggal 23 februari
58
-
Ibu Khirzatul Mufidah menjelaskan cara-cara bermain yaitu peserta didik diminta berkumpul membentuk lingkaran. Salah Satu peserta didik diminta maju kedepan bersama guru. Guru tersebut Sambil
tangannya dibukak diestafetkan kepeserta
dididik. 2) Pelaksanaan -
Untuk tahap permula guru harus membimbing permainan murid tentang estafet air.
-
Guru mengawasi pelaksanaan permainan, baik ketertibannya maupun perkembangan anak selama bermain estafet air.
3) Penutup -
Guru dan peserta didik bersama-sama mengucapkan hamdalah.
-
Membereskan permainan tentang estafet air. Langkah penerapan pembelajaran nilai-nilai moral islami dalam
penyajian cerita tentang manusia yang pandai pada RA Ma’hadul Ulum adalah sebagai berikut: 1. Peserta didik membentuk setengah lingkaran besar. 2. Guru duduk ditengah lingkaran tapi tidak membelakangi peserta didik. 3. Pembukaan, guru membacakan teks yaitu manusia yang pandai yang telah disediakan dilanjutkan do’a pembuka belajar secara bersama-sama (jika dilakukan di awal pembelajaran).
59
4. Guru memberi pengantar tentang Surah Maryam 56-58 dengan menyampaikan beberapa pertanyaan untuk mengarahkan pada materi cerita yaitu manusia yang pandai. 5. Ibu Siti Adzimah harus menguasai cerita yang akan disampaikan kepada peserta didik tentang manusia manusia yang pandai. 6. Ibu Siti Adzimah, cerita kepada peserta didik. Tema: manusia yang pandai Bumi yang luas ini mulai terisi oleh keturunan Nabi Adam. Diantara mereka ada yang menyembah Allah, ada pula yang melupakan ajaran Nabi Adam. Nabi Idris merupakan manusia pertama yang pandai menulis, membaca Ilmu
Kalam. Nabi Idris juga paham ilmu
perbintangan dan pertama membuat dan menjahit pakaian. Sebelumnya manusia memakai pakaian dari kulit binatang tanpa dijahit terlebih dahulu. Nabi idris tidak pernah lalai dalam beribadah kepada Allah. Nabi Idris juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Nabi Idris merupakan orang yang sangat pemberani sehingga mereka dijuluki “Asadul Usud”. Allah telah memberikan derajat tinggi kepada Nabi Idris, Nabi Idris diberi kesempatan untuk berkenalan dengan para malaikat. Nabi Idris pun memiliki keinginan untuk melihat alam ghaib dan naik ke langit. Allah mengabulkan keinginannya tersut sehingga Nabi Idris dapat naik ke langit yang keempat.
60
Demikianlah, riwayat Nabi Idris yang terus berusaha menegakkan kebenaran agama Allah. Dimana materi yang disajikan dengan begitu rapi, menarik, dan menjaga agar komunikatif. 7. Guru kembali mengulas hikmah kisah manusia yang pandai tersebut dengan memberikan penekanan-penekanan. Hikmah cerita manusia yang pandai adalah jadilah orang yang pintar dan pemberani. Apabila kita selalu rajin belajar niscaya kita akan menjadi orang pintar. 70 Langkah penerapan pembelajaran nilai-nilai moral islami dalam penyajian menyanyi tepuk Malaikat, tepuk Anak Shaleh, jalan masuk surga, amal yang disukai Allah pada RA Ma’hadul Ulum adalah sebagai berikut: 1.
Pilihan lagu yang cocok yang sesuai dengan pokok bahasan yaitu tentang tepuk Malaikat, tepuk Anak Shaleh, jalan masuk surga, amal yang disukai Allah.
2.
Guru menyajikan lagu tiga kali sesuai pokok bahasan yaitu
3.
Guru bersama peserta didik menyanyikan tepuk Malaikat, tepuk Anak Shaleh, jalan masuk surga, amal yang disukai Allah berulang-ulang. Dari wawancara dan observasi tersebut, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran nilai-nilai
70
Ibid.
61
moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak dalam rangka menciptakan generasi yang berperilaku, berfikir berkehidupan Islami. Dari data diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi supaya peserta didik bisa mempraktekan kedalam kehidupan sehari-hari.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Serta Solusi Pelaksanaan
Dalam Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Islami Melalui Bermain, Cerita, Menyanyi. Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak menerapkan beberapa komponen sistem yang saling terkait, mempengaruhi serta bekerjasama untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, suatu sistem apabila salah satu atau beberapa komponennya tidak dapat menjalankan tugasnya atau belum berfungsi dengan baik akan menjadi penghambat sistem dalam rangka dalam usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Faktor pendukung disini adalah segala hal atau sesuatu yang mendukung dalam melaksanakan metode dalam rangka peningkatan hasil belajar mengajar. a. Faktor pendukung Faktor-faktor
pendukung tersebut dapat dibagi menjadi
faktor pendukung eksternal dan internal.
62
1) Faktor pendukung secara eksternal, meliputi: a) Pembelajaran yang efektif Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan guru dan peserta didik atas dasar timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan. Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. Pembelajaran yang efektif juga akan ditandai dengan sifatnya yang menekan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pemebelajaran menanamkan pembelajaran
sikap
efektif
demokratis
efektif
suasanapembelajaran
juga
juga yang
akan bagi dapat
melatih peserta
dan didik
menciptakan
menyenangkan
sehingga
memberikan kretifitas peserta didik untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Menurut Ibu Siti Adzimah S.P d.I. kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyiyang efektif merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatnkan dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, guru memberi motivasi atau dorongan dalam belajar dengan cara mengaplikasikan ke dalam pembelajaran termasuk kategori efektif apabila dilihat dari jadwal pembelajaran diRA Ma’hadul Ulum dilaksanakan pada hari dan jam dengan jumlah jam setiap minggunya, dengan jam pelajaran yang cukup ini maka
63
pembelajaran nilai-nilai moral Islami di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan dinilai sudah sangat efektif dan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri dalam proses pembelajaran nilai-nilai moral Islami, ditambah lagi dengan kegiatan keagamaan diluar jam pelajaran.71 b) Lingkungan yang kondusif Lingkungan belajar tidak terbatas pada lingkungan fisik saja.Suasana kelas merupakan pencerminan kelas yang diterapkan guru.permisif membiarkan anak melakukan apapun yang diinginkan tanpa ada kontrol yang kuat, serta tidak ada dukungan untuk mengembangkan ketrampilan belajar. Akibatnya anak secara akademis kurang menguasai dan mempunyai kontrol diri yang lemah. Ibu Siti Adzimah S.Pd.I di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan untuk pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi menggunakan lingkungan sangat kondusif untuk proses pembelajaran, ditambah dengan penataan ruang kelas dan tempat duduk sesuai kelompok klasikal yang proposional agar peserta didik dapat aktif dikelas.Kelas yang lebih baik adalah otoritatif, anak memperoleh kebebasan tetapi masih ada kontrol yang sifatnya tidak membatasi. Guru membuat aturan ataupun prosedur berdasarkan masukan dari anak, serta memberi penjelasan logis kenapa aturan tersebut dibuat. Suasana kelas dibuat nyaman, dimana anak terbebas dari perasaan tertekan, cemas, dan takut, sekaligus penuh dengan tantangan kenyamanan dibangun oleh adanya penerimaan dan perasaan difahami oleh orang lain. Dalam hal ini, guru member teladan bagaimana menerima orang lain apa adanya serta menunjukkan empati dan simpati kepada orang lain.72 71
Siti Adzimah, kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 19 Februari 2015 jam 10.00-11.00. 72 Siti Adzimah, kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 25 Februari 2015 jam 10.00-11.00.
64
c) Fasilitas yang memadai Fasilitas
belajar
digunakan
untuk
menunjang
kegiatan
adalah
menunjang belajar
sarana
prasarana
yang
belajar
untuk
mencapai
tujuan
kegiatan untuk
pendidikan. Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai maka kelancaran dalam belajar akan dapat terwujud. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya fasilitas belajar yang kurang lengkap dan memadai merupakan salah stau faktor dari mutu kinerja sekolah yang efektif. Sekolah akan menjadi sekolah yang mempunyai mutu baik jika dalam penyelenggara kegiatan belajarnya tidak hanya didukung oleh potensi peserta didik, kemampuan guru dalam mengajar ataupun oleh lingkungan sekolah,
akan
tetapi
juga
harus
didukung
adanya
kelengkapan fasilitas belajar peserta didik yang memadai sehingga penggunaanya akan menunjang kemudahan peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Ibu Siti Adzimah S.Pd.I di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan mempunyai fasilitas pembelajaran yang cukup seperti CD sebagai media pembelajaran dan dikenalkan alat peraga shalat, gambar akhlak baik dan buruk anak dengan kreativitas guru memperkenalkan kepada anak-anak.Dalam pelajaran nilai-nilai moral Islami melalaui bermain, cerita, menyanyi ruang yang ditempati untuk belajar mengajar sudah mencukupi, keberadaan siswa didalam kelaspun memenuhi sarat sesuai dengan keadaan ruangan.73 73
Siti Adzimah, Op. Cit.
65
d) Sumber belajar Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Ibu Siti Adzimah S.Pd.I di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan mempunyai sumber belajar atau buku pegangan telah disediakan dari Departemen Pendidikan Nasional direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dan Departemen agama RI direktorat Jenderal Kelembagaan Islam dan disediakan diperpustakaan MI Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, dengan adanya buku-buku diperpustakaan dan dari Kemenag hal ini untuk kelancaran proses belajar mengajar.74 2) Faktor pendukung secara internal, meliputi: a) Kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan materi pembelajaran serta
cara
yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan RAMa’hadul Ulum Mutih Mutih saat ini adalah kurikulum KTSP 2006 dengan acuan atau sumber-sumber Departemen Pendidikan Nasional direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dan Departemen agama RI direktorat Jenderal Kelembagaan Islam.
74
Siti Adzimah, kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan, wawancara, tanggal 27 Februari 2015 jam 10.00-11.00.
66
Ibu Siti Adzimah. Untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum KTSP maka dalam pelaksanaan belajar mengajar diRA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi dengan maksud mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema diri sendiri, agar peserta didik lebih komunikatif dan tanggung jawab.75 b) Pengajar. Pengajaran
adalah
suatu
cara
bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dengan kata lain pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi menurut IbuSiti Adzimah,S.Pd.I selaku kepala sekolah mengatakan guru yang berkompeten, memiliki wawasan luas dan selalu mencari inovasi baru untuk pembelajaran.Guru di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan adalah termasuk guru yang selalu membuka diri terhadap peserta didik sehingga hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik dan ikatan emosional antara keduanya sangat erat.76 c) Hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik. Pada mulanya ada anggapan bahwa guru telah berhasilmenjalankan pembelajaran dengan baik apabila suasana kelas tenang hanya suara guru yang terdengar guru
75
Ibid. Ibid.
76
67
menerangkan pelajaran seraya melipat kedua tanganya diatas meja. Proses perkembangan pendidik telah mengubah semua anggapan tersebut. Pembelajaran itu dikatakan baik apabila terjadi hubungan timbal balik atau interaksi bersifat dinamis.Hubungan
komunikasi
timbal
balik
harus
berlangsung secara independen, tanpa ada tekanan pada masing-masing
pihak.
Guru
merasa
nyaman
untuk
membelajarkan peserta didik. Sementara siswa sendiri merasa bebas belajar.Bebas belajar disini maksudnya mempunyai keleluasaan dalam mengeksplorasi materi pelajaran sehingga menjadi milik peserta didik. Menurut Ibu Siti Adzimah, S.Pd.I hal ini disebabkan oleh guru yang selalu membuka diri sehingga peserta didik di RA Ma’hadul Ulum Wedung Demak merasa udah ikatan emosional yang kuat, Hubungan komunikasi seperti itu akan terjalin apabila hubungan sosial antara guru dan peserta didik berjalan harmonis sesungguhnya dapat menghemat energi guru dalam menegakkan disiplin belajar.77 b. Faktor penghambat a. Orang tua kurang begitu peduli dengan waktu yang luas. Orang tua merupakan pendidikan pertama dan paling utama dalam keluarga untuk itu maka sangat pentinglah pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya dan sangat
77
Ibid.
berpengaruh
pada
pengembangan
diri
pribadi
68
anaknya.Karena sikap anak yang sudah tertanam dalam dirinya jadi saat kecil sulit untuk dihilangkan. Ibu Siti Adzimah S.Pd.I di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Orang tua kurang peduli kepada anak pada hal itu kesempatan yang sangat penting untuk mengajarkan pada anakanak tentang ajaran islam melalui bermain, cerita dan menyanyi.78 b. Kuantitas guru kurang, karena dewan guru merangkap sebagai pengurus (kepala Sekolah, bendahara, sekretaris). Guru sebagai seorang pendidik, tentunya ia juga mempunyai banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu bisa menjadi penyebab terhambatnya kreatifitas pada diri guru tersebut. Ibu Siti Adzimah S.Pd.I selaku kepala sekolah mengatakan terbatasnya guru, guru yang merangkap jadi pengurus itu, menjadi permasalahan terganggu terhadap tugastugas dan tanggung jawab utama.79
78
Ibid. Ibid.
79
69
BAB IV PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BCM (BERMAIN, CERITA, MENYANYI) DI RA MA’HADUL ULUM DESA MUTIH WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
A. Analisis Kriteria Memilih Pembelajaran yang Baik dan Dapat Dijadikan Panduan Dalam Nilai-Nilai Moral Islami Melalui Bermain, Cerita, Bernyanyi Pembelajaran
bermain,cerita
dan
menyanyi
memberikan
pengajaran tentang tata nilai-nilai moral Islami. Dari data yang penulis peroleh dari observasi dan interview, maka penulis menganalisis kriteria data Anak yang berada di RA adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak
perlu
dorong
sehingga
akan
berkembang
secara
optimal.Kriteriamemilih pembelajaran yang baik dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami, guru benar-benar memberikan motivasi kepada peserta didik saat anak melakukan kegiatan dalam bermain, cerita dan menyanyi yang dilakukan itu sangat menyenangkan dan menggembirakan untuk dilakukan bertujuan untuk menghasilkan yang diinginkan dari jenisjenis permainan di RA Ma’hadul Ulum itu yang dilakukan dalam kegiatan
70
sehari-hari supaya menghasilkan nilai-nilai moral Islami. Adanya motivasi dan pengarahan dari kegiatan yang dilakukan oleh RA Ma’hadul Ulum para orang tua merasa terbuka pikirannya dalam hal mendidik anak. Munculnya gambaran tentang pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak dengan teori-teori yang baru merupakan semangat tersendiri bagi para guru dan orang tua.Kesan yang timbul dari mereka adalah merasakan adanya perubahan dan motivasi yang baru mengenai teori dan pengembangan dari metode mendidik anak. Untuk itu pemahaman kesadaran akan pentingnya pendidikan Islam bagi anak sejak dini, tentang ajaran nilai-nilai Islam sehingga akan lahir anak-anak yang cerdas terampil dan berakhlak mulia. Sepertidalam permainan dibagi beberapa jenis-jenis diantaranya: -
-
Dilihat dari segi pelaksanaanya. a.
Bermain di in door ( di dalam ruangan/kelas)
b.
Bermain di out door (di luar ruangan/kelas)
Dilihat dari segi sifatnya a) Permainan kecerdasan, misalnya - Puzzle nama-nama malaikat - Puzzle hijaiyah - Puzzle gambar orang sholat - Puzzle rukun Islam - Puzzle rukun Iman b) Permainan rekreatif, misalnya
71
-
Tepuk wudlu
-
Tepuk Islam
-
Tepuk anak sholeh
-
Tepuk malaikat.
Kriteria pemilihan pembelajaran yang baik dapat dijadian panduan dalam nilai-nilai moral Islamimelalui cerita yang dikembangkan di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan wedung Demak antara lain cerita tentang keteladananNabi SAW, kasih sayang Nabi dan kecintaan Nabi pada lingkungan sekitar. Dan tentu lebih dari itu semua, kita harus mempertanyakan cerita tersebut bersifat edukatif Islami atau tidak.Dalam hubungan ini penting untuk mengoreksi atau memilih cerita yang mempunyai kwalitas dalam mendukung dunia pendidikan.Cerita dengan cara bertutur kata dengan menyampaikan cerita atau dengan memberikan penerangan kepada anak secara lisan, dalam memberikan pengalaman belajar melalui menuturan cerita, guru menetapkan rancangan kriteria yang harus dilalui dalam bercerita yang digunakan dalam cerita itu harus peristiwa baik berasal dari kejadian nyata. Dalam menyampaikan kriteria pembelajaran yang bertema tentang kisah-kisah para Nabi, guru menggunakan metode cerita supaya anak didik sedikit banyak dapat meniru keteladanan perilaku yang baik dari Nabi dan Rasul yang diceritakan oleh guru. Sebagai metode dalam pendidikan, kita juga harus mengetahui cerita yang berkualitas sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan jiwa
72
dan watak anak-anak.Sebelum seseorang bercerita, maka harus memahami terlebih dahulu jenis cerita apa yang hendak disampaikan, karena cerita banyak sekali macamnya. Masing-masing cerita mempunyai karakteristik yang berbeda, oleh karena itu agar dapat bercerita dengan tepat, terlebih dahulu harus menentukan jenis ceritanya.Adapun jenis cerita yang digunakan di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan sebagai berikut: -
Jenis cerita campuran/kombinasi.
-
Jenis cerita sejarah (tarikh).
-
Jenis cerita fiksi (khayalan)
-
Jenis cerita Legenda (fiksi sejarah). Kriteria pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan
dalam nilai-nilai moral Islami melalui menyanyi, kegiatan menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan dimaksudkan agar anak didik lebih mudah mengingat
materi
yang disampaikan guru, menimbulkan
kegembiraan serta mengurangi kejenuhan pada anak didik. Semua kegiatan yang dilaksanakan di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan ini biasanya diselingi dengan menyanyi, karena kegiatan menyanyi ini selalu mendatangkan suasana ceria dan menjadikan anak didik bersemangat dalam mengikuti kegiatan sehingga anak didik di RA Ma’hadul Ulum lebih menyukai kegiatan bernyanyi dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya. Hal ini sesuai di RA Ma’hadul Ulum bahwa sebagian besar anakanak
cenderung
untuk
menyukai
nyanyian
yang
berkesan
dan
menyenangkan, syair dan liriknya bisa melibatkan emosi anak didik
73
(gembira, semangat, kagum)dll, Isi lagu harus sesuai dengan taraf dengan perkembangan anak, bahasa yang digunakan sederhana dan dapat dimengerti anak, luas wilayah nada sepadan dengan kesanggupan alat suara dan pengucapan anak.
B. Analisis Penerapan Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Islami Melalui Bermain, Cerita, Menyanyi Dari usaha-usaha yang dilakukan di RA Ma’hadul Ulum tentunya akan
membuahkan
hasil-hasil
yang
diharapkan
dari
penerapan
pembelajaran bermain, cerita dan menyanyi memberikan pengajaran tentang tata nilai-nilai moral Islami mengatur hubungan dengan lingkungan dan mengatur diri sendiri. Minimal akan bermanfaat bagi anak didik, para guru yang mengikuti
kegiatan belajar mengajar di RA
Ma’hadul Ulum tersebut, dan menjadikan apa yang telah dilaksanakan di RA Ma’hadul Ulum sebagai sebuah motivator untuk lebih giat dalam mendidik anak dan mendapat inspirasi untuk lebih kreatif dalam mendidik anak bagi para pendidik. Adapun hasil-hasil yang terwujud dari usaha RA Ma’hadul Ulum adalah sebagai berikut: a. Adanya motivasi dan pengarahan dari kegiatan yang dilakukan oleh RA Ma’hadul Ulum, para orang tua merasa terbuka pikirannya dalam hal mendidik anak. b. Melalui bermain, cerita, menyanyi yang telah dilaksanakan, didengarkan, maupun dinyanyikan oleh anak-anak, perubahan yang terjadi adalah
74
tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma agama atau norma-norma masyarakat yang diketahuinya dari bermain, cerita, menyanyi. Anak-anak dapat menangkap pesan-pesan moral dari bermain, cerita, menyanyi dari pada lewat nasehat, karena pesan tersebut masuk kedalam hati dan pikiran anak-anak tanpa adanya paksaan, dan proses penanaman ajaran Islam tersebut mereka sukai. Bermain, cerita, menyanyi selalu terngiang dalam benak anak-anak mulai dari hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, jadi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari. c. Agar lebih memperkuat hasil dari penelitian yang penulis lakukan di RA Ma’hadul Ulum tentang hasil dari penerapan metode bermain, cerita, menyanyi yang dilaksanakan, penulis menggunakan angket (quesoner) untuk para wali murid yang berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keberhasilan sekolah dalam mendidik anak dan peran orang tua sebagai pendidik utama dalam mendidik anak Dengan demikian pembelajaran bermain, cerita dan menyanyi merupakan pembelajaran yang teoritis dan aplikatif. Pembelajaran teoritis menanamkan ilmu pengetahuan, sedangkan pembelajaran aplikatif membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan dan
menciptakan
generasi yang berperilaku, berfikir berkehidupan Islami. Peranan orang tua bagi pendidikan anak ialah memberi dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun dan
menanamkan
kebiasaan.Selain
itu
peranan
keluarga
adalah
75
mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Menurut tradisi, anak dilahirkan dengan hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Dengan demikian, dapat diyakini bahwa peningkatan pertimbangan moral pada diri seseorang yang dirancang secara sengaja melalui pendidikan sekolah maupun dirumah, dapat membantu penbentukan kepribadian seseorang karena dengan terbentuknya pertimbangan moralnya, seseorang akan berperilaku sesuai dengan cara berpikir moral yang ada padanya. Guru
bersama
peserta
didik
menyanyikan
berulang-ulang
Pembelajaran area tujuan menciptakan suasana pembelajaran yang membangun suatu landasan bagi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang penting untuk menghadapi tantangan baik dimasa kini maupun yang akan datang serta didasarkan pada keyakinan bahwa anak-anak tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar dan mendorong anak untuk bereksplorasi, eksperimen, memelopori dan menciptakan. Pembelajaran area mengunakan sepuluh area, yaitu: Area Agama, Balok, Bahasa, Drama, Berhitung/Matematika, IPA, Musik, Seni/Motorik, Pasir dan Air, Membaca, dan Menulis.
C. Analisis Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Serta Solusi Pelaksanaan Dalam Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Islami
76
Melalui Bermain, Cerita, Menyanyi dan Hasil Pembelajaran NilaiNilai Moral Melalui Bermain, Cerita, Menyanyi Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan beberapa guru dan kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum, penulis mendapatkan beberapa hal yang menjadi faktor pendukung metode yang digunakan bermain, cerita, menyanyi diakui guru RA Ma’hadul Ulum.Penggunaan metode juga harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. 1). Faktor pendukung eksternal meliputi: 1. Pembelajaran yang efektif Menurut para guru RA Ma’hadul Ulum, metode bermain, cerita, menyanyi diakui guru memang sangat efektif untuk menarik perhatian anak.80 Terutama ketika guru memutar film ataupun CD, makaanak akan tenang dan menyimak dengan seksama materi yang diberikan. 2. Lingkungan yang kondusif Anak RA ini untuk proses pembelajaran, karena anak-anak lebih mudah menerima pembelajaran dengan lingkungan kondusif tersebut. Ketika lingkungan dalam penataan ruang kelas dan tempat duduk tidak sesuai dengan kelompok klasikal peserta didik tidak dapat aktif di dalam kelas.81 3. Fasilitas yang memadai 80
Hasil wawancara dengan Siti Adzimah. Kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, tanggal 19 Februari 2015. 81 Hasil wawancara dengan Siti Adzimah. Kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, tanggal 25 Februari 2015.
77
Dalam penelitian ini di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan mempunyai fasilitas pembelajaran yang cukup secara tidak langsung
peserta
didik
dalam
pembelajaran
itu
untuk
meningkatkan pembelajaran.82 4. Sumber belajar Sumber belajar atau buku pegangan telah disediakan dari Departemen Pendidikan Nasional direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dan Departemen agama RI direktorat Jenderal Kelembagaan Islam itu sangat berpengaruh didalam pendidikan RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan.83 2). Faktor pendukung secara internal, meliputi: a. Kurikulum Kurikulum adalah pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan RAMa’hadul Ulum MutihMutih saat ini adalah kurikulum KTSP 2006, agar peserta didik lebih komunikatif dan tanggung jawab.84 b. Pengajar Pengajaran selaku kepala sekolah mengatakan guru yang berkompeten, memiliki wawasan luas dan selalu mencari inovasi baru untuk pembelajaran.85
82
Hasil wawancaradengan Siti Adzimah. Kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, tanggal 25 Februari 2015. 83 Hasil wawancaradengan Siti Adzimah. Kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, tanggal 27 Februari 2015. 84 Ibid. 85 Ibid.
78
c. Hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik. Hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik mempunyai keleluasaan dalam mengeksplorasi materi pelajaran sehingga menjadi milik peserta didik.86 Penghambat yang menjadi permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pola pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi. 1. Orang tua kurang begitu peduli dengan waktu yang luas, pada hal itu kesempatan yang sangat penting untuk mengajarkan pada anak-anak tentang ajaran Islam melalui bermain, cerita dan menyanyi. Dari pihak orang tua seharusnya terbiasa ketika anak didalam rumah juga diajarin untuk pembelajaran ajaran Islam yang sudah pernah diajarkan guru di sekolahan. Dan menanyai peserta didik ketika disekolahan diberi materi tentang apa, orang tua mengulas kembali dalam pembelajaran guru supaya anak tidak melupakan tema yang ada disekolahan. Dan ketika anak tidak mengerti dalam pembelajaran itu orang tua menanyakan kepada guru. 2. Kuantitas guru kurang, karena dewan guru merangkap sebagai pengurus (kepala sekolah, bendahara, sekretaris). Seharusnya ada bagian sendiri-sendiri supaya guru fokus mengajar. 86
Ibid.
79
Solusi pelaksanaan pola pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum metode yang dimaksud adalah segala upaya yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.Tentunya bersifat terencana, memiliki arah, disengaja dan dapat dilakukan berulang-ulang. Dalam hal pembentukan nilai-nilai moral Islami pada peserta didik, metode atau cara yang dimaksud adalah upaya yang harus disampaikan kepada peserta didik agar memiliki akhlak yang baik. Pelaksanaan metode bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum pada dasarnya sama dengan pelaksanaan metode bermain, cerita, menyanyi di RA pada umumnya dan sudah sesuai dengan teori-teori pengajaran di RA yang ada.
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian skripsi yang berjudul pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Desa Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/2015 kesimpulan sebagai berikut : 1.
Kriteria memilih pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam nilai-nilai moral Islami Melalui Bermain, cerita, menyanyi: adalahdengan cara memberi motivasi dan nilai instrinsik pada anak, pengaruh positif, bukan dikerjakan sambil berlalu, cara bertutur kata atau tujuan, Kelenturanmenjadi meningkat, karena dalam pelaksanaannya peserta didik dapat dengan cepat memahami materi dan dapat mengingatnya lebih jelas, karena dalam proses pembelajarannya peserta didik tidak hanya mendengar dan melihat saja tetapi juga mempraktikkan secara langsung, sehingga peserta didik dapat memahami materi dengan cepat dan tepat.
2.
Penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di RA Ma’hadul Ulum pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan yang diinginkan, proses pembelajaran terlebih dahulu disampaikan dengan sejelas-jelasnya. Dalam pembelajaran
tersebut
kepala
sekolah
RA
Ma’hadul
Ulum
81
mengemukakan kepada peserta didik agar dapat mempraktekkan nilai-nilai moral islami melalui bermain, cerita, menyanyi dan meninggalkan akhlak tercela dan pendidik menyelidiki bahwa penerapan nilai-nilai moral islami melalui bermain, cerita, menyanyi adalah salah satu konsep yang paling tepat untuk disampaikan kepada peserta didik. 3.
Faktor pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyitersebut dapat dibagi menjadi faktor pendukung eksternal dan internal. a. Faktor pendukung secara eksternal, meliputi: Pembelajaran yang efektif,lingkungan yang kondusif, fasilitas yang memadai, sumber belajar. b. Faktor pendukung secara internal, meliputi: Kurikulum, pengajar, hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik. c. Faktor penghambat, meliputi: Orang tua kurang begitu peduli dengan waktu yang luas, kuantitas guru kurang.
B. Saran Mengingat pentingnya pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi di Raudlatul Atfal Berdasarkan kesimpulan
diatas
untuk
meningkatkan
keaktifan
anak,
peneliti
82
menyarankan agar guru dalam proses pembelajaran menggunakan nilainilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi , utama langkahnya : 1. Melibatkan serta meningkatkan keaktifan anak dalam proses pembelajaran. 2. Walaupun metode bermain, cerita, menyanyi sangat efektif terutama dalam nilai-nilai moral Islami bagi anak, namun anak-anak harus dijauhkan dari bermain, cerita dan menyanyi yang mengandung tema nilai-nilai keburukan. Seperti bermain, cerita dan menyanyi yang merusak mental anak. 3. Hendaknya para pendidik (guru, orang tua, ulama’ dan lain-lain)dapat menguasai teknik bermain, cerita dan menyanyi sehingga dapat mendukung upaya dalam nilai-nilai moral Islami kepada orang lain, terlebih kepada anak-anak.
C. Kata Penutup Puji syukur alhamdulillah, dengan rahmat dan hidayah Allah, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, sistematika maupun analisisnya. Hal tersebut
semata-mata
bukan kesengajaan penulis, namun karena
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.Karenanya penulis memohon kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
83
Akhirnya penulis memanjatkan do’a kepada Allah semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi ilmu pengetahuan. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abi Zakariya Yahya Bin Saraf An-Nawawi, Islam Muhyidin. t.th. Riyadhu AsSholihin, Semarang: Toha Putra. Ahmad, syantut Khalid. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spirtual Anak. Bandung: Syaamil. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rikena Cipta. Danim, Sudarwan. 2006. Agenda Pembaharuan system pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: PT Refika Aditama. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hurlock, Elizabeth, B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai:Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mini A. Prianto, Rose. 2003. Perilaku Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexi J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Mun’im, Ibrahim Abdul. 2009. Mendidik Anak Perempuan. Jakarta: Gema Insani Press. Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tentang Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini.Jakarta: Kencana.
Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prawiradilaga, Dewi Salman. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Rahyubi, Heri. Teori-teori belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jakarta: Nusa Media. Rolina, Nelva. 2012. Alat Permainn Edukatif untuk AUD. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Rosdiani, Dini. 2013. Perencanaan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.Bandung: Alfabeta. Sjarkawi. 2008. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: PT Bumi Aksara. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Hak Cipta Bahasa Indonesia. Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana. Suyadi. 2011. Manajemen Paud. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suyanto, Slamet. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat. Team Dafa Publishing, 2010. Mengajari Bayi Membaca. Yogyakarta: dafa publishing. Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI.Jakarta: Kencana. Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Bagi Pengembangna Profesi Pendidikan Tenaga Pendidikan. Jakarta: kencana. Triharso, Agung. 2013. Permainan Kreatif Dan Edukatif Untuk Anak Usia Dini 30 Permainan Matematika Dan Sains. Yogyakarta: CV. Andi.
Uno, Hamzah B. 2009. Mengelola Kerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini:Strategi Membangun Karakter di Usia Emas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana. C Yulianty I, Rani. 2012. Permainan yang meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta: Laskar Aksara. Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Zusnaini, Ida. 2012. Strategi Mendidik Anak Agar Jujur. Jagakarsa: PT. Suka Buku.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: A’YUN AFROH
Fakultas
: Tarbiyah dan Keguruan
Nim
: 131310000254
Tempat Tgl Lahir
: Demak, 15 Agustus 1993
Alamat
: Mutih Wetan, Rt 01 Rw 01 Wedung Demak
Riwayat Pendidikan : SDN Mutih Wetan Wedung Demak. MTS Ianatuth Thullab Mutih Kulon Wedung Demak. MA Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati
MATERI WAWANCARA No Pertanyaan 1.
Bagaimana
Jawaban tanggapan
Ibu Sebuah kriteria pembelajaran yang mudah guna
terhadap kriteria pembelajaran memperoleh motivasi dan imajinasi pada nilai yang
baik
panduan
dapat dalam
dijadikan anak karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri nilai-nilai dan bukan karena adanya tuntutan dari masyarakat
moral Islami melalui bermain, atau fungsi-fungsi tubuh dan tanggung jawab cerita, menyanyi. 2.
Bagaimana
menurut
individu dan sebagainya Ibu penerapannya pertama: memberikan materi sesuai
tentang penerapan nilai-nilai dengan tema yang telah tersedia. Kedua: setelah diberikan tema tersebut, maka peserta didik
moral Islami.
mempraktekkan. 3.
Apa
saja
langkah-langkah a. Tujuan proses pembelajaran terlebih dahulu
penerapan pembelajaran nilai-
disampaikan dengan sejelas-jelasnya. Dalam
nilai moral Islami.
pembelajaran tersebut kepala sekolah RA Ma’hadul Ulum mengemukakan kepada peserta didik agar dapat mempraktekkan nilai-nilai moral islami melalui bermain, cerita, menyanyi dan meninggalkan akhlak tercela. b. Pendidik menyelidiki bahwa penerapan nilai-
nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi adalah salah satu konsep yang paling tepat untuk disampaikan kepada peserta didik. 4.
Faktor apa saja yang menjadi pendukung
dan
dalampembelajaran
penghambat
Faktor yang menjadi pendukung 1). Pembelajaran yang efektif
nilai-nilai
moral islami melalui bermain,
Efektif
merupakan
potensi
kelas
yang
harus
cerita, menyanyi.
dimanfaatkan dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, guru memberi motivasi atau dorongan dalam belajar dengan cara mengaplikasikan ke dalam pembelajaran termasuk kategori efektif apabila dilihat dari jadwal pembelajaran di RA Ma’hadul Ulum dilaksanakan pada hari dan jam dengan jumlah jam setiap minggunya, dengan jam pelajaran yang cukup ini maka pembelajaran nilai-nilai moral Islami di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan dinilai sudah sangat efektif dan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri dalam proses pembelajaran nilai-nilai moral Islami, ditambah lagi dengan kegiatan keagamaan diluar jam pelajaran. 2). Lingkungan yang kondusif Lingkungan
sangat
kondusif
untuk
proses
pembelajaran, ditambah dengan penataan ruang kelas dan tempat duduk sesuai kelompok klasikal yang proposional agar peserta didik dapat aktif dikelas. Kelas
yang
lebih
baik
adalah
otoritatif,
anak
memperoleh kebebasan tetapi masih ada kontrol yang sifatnya tidak membatasi. Guru membuat aturan ataupun prosedur berdasarkan masukan dari anak, serta memberi penjelasan logis kenapa aturan tersebut dibuat. Suasana kelas dibuat nyaman, dimana anak terbebas dari perasaan tertekan, cemas, dan takut, sekaligus
penuh
dengan
tantangan
kenyamanan
dibangun oleh adanya penerimaan dan perasaan difahami oleh orang lain. Dalam hal ini, guru member teladan bagaimana menerima orang lain apa adanya serta menunjukkan empati dan simpati kepada orang lain. 3). Fasilitas yang memadai Fasilitas pembelajaran yang cukup seperti CD sebagai media pembelajaran dan dikenalkan alat peraga shalat, gambar akhlak baik dan buruk anak dengan kreativitas guru memperkenalkan kepada anak-anak. Dalam pelajaran nilai-nilai moral Islami melalaui bermain,
cerita, menyanyi ruang yang ditempati untuk belajar mengajar sudah mencukupi, keberadaan siswa didalam kelaspun memenuhi sarat sesuai dengan keadaan ruangan. 4). Sumber belajar sumber belajar atau buku pegangan telah disediakan dari Departemen Pendidikan Nasional direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dan Departemen agama RI direktorat Jenderal Kelembagaan Islam dan disediakan diperpustakaan MI Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak, dengan adanya buku-buku diperpustakaan dan dari Kemenag hal ini untuk kelancaran proses belajar mengajar. Faktor pendukung secara internal, meliputi: 1. Kurikulum. Untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum KTSP maka dalam pelaksanaan belajar mengajar diRA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan dalam
pembelajaran nilai-
nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi dengan maksud mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada tema diri sendiri,
agar peserta didik lebih komunikatif dan tanggung jawab. 2. Pengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran nilainilai
moral
menyanyi
Islami
melalui
bermain,
cerita,
guru yang berkompeten, memiliki
wawasan luas dan selalu mencari inovasi baru untuk pembelajaran. Guru di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan adalah termasuk guru yang selalu membuka diri terhadap peserta didik sehingga hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik dan ikatan emosional antara keduanya sangat erat. 3. Hubungan antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik. hal ini disebabkan oleh guru yang selalu membuka diri sehingga peserta didik di RA Ma’hadul Ulum Wedung Demak merasa udah ikatan emosional yang kuat, Hubungan komunikasi seperti itu akan terjalin apabila hubungan sosial antara guru dan peserta didik berjalan harmonis sesungguhnya dapat menghemat energi guru dalam menegakkan disiplin belajar.
Faktor penghambat a. Orang tua kurang begitu peduli dengan waktu yang luas.Orang tua kurang peduli kepada anak pada hal itu
kesempatan
yang
sangat
penting
untuk
mengajarkan pada anak-anak tentang ajaran islam melalui bermain, cerita dan menyanyi. b.Kuantitas
guru
kurang,
karena
dewan
guru
merangkap sebagai pengurus (kepala Sekolah, bendahara, sekretaris). guru yang merangkap jadi pengurus itu, menjadi permasalahan terganggu terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab utama
Table LEMBAR OBSERVASI Kegiatan Pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui Bermain, Cerita, Menyanyi
Keterangan No
OBSERVASI
1.
Kriteria pembelajaran nilai-nilai moral Islami melalui bermain, cerita, menyanyi
2.
Ya
Pertemuan sebelumnya penerapan pembelajaran nilai-nilai moral Islami ini guru menerangkan mengenai tema yang
telah ditentukan. 3.
Peserta didik dalam pembelajaran nilai-nilai moral Islami melaui bermain, cerita, menyanyi sangat cocok buat peserta didik RA Ma’hadul Ulum.
Tidak
RAUDLATUL ATHFAL
“MA’HADUL ULUM”
ALAMAT MUTIH WETAN KEC.WEDUNG KAB.DEMAK 59554 SURAT KETERANGAN PENELITIAN Nomor : /RA.MA’/II/2015 Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah “Ma’hadul Ulum” Desa Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, menyatakan sesungguhnya bahwa mahasiswa yang tercantum di bawah ini : Nama
: A’yun Afroh
NIM
: 211025
Fakultas/Prodi
:Tarbiyah dan keguruan UNISNU JEPARA
Alamat
: Rt 01 Rw 01 Mutih Wetan
Telah benar-benar melaksanakan penelitian di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, yang bersangkutan sejak tanggal 16 Februari 2015 s/d 25 Februari 2015 untuk menyusun Skripsi dengan judul Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Islami Melalui Bermain, Cerita, Menyanyi di RA Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Wedung Demak. Demikian surat keterangan kami buat agar dapat digunakan sebagai mestinya. Mutih Wetan, 25 Februari 2015 Kepala RA.”Ma’hadul Ulum”
SITI ADZIMAH S,Pd.I
DOKUMENTASI PEMBELAJARAN NILAI-NILAI MORAL ISLAMI MELALUI BERMAIN, CERITA, MENYANYI DI RA MA’HADUL ULUM DESA MUTIH WETAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014-2015
Peserta Didik RA Ma’hadul Ulum Sedang Belajar melalui Bermain Aktif
Kegiatan Belajar Mengajar di RA Ma’hadul Ulum
Suasana Pembelajaran di Ra Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Melalui Cerita
Suasana Pembelajaran di Ra Ma’hadul Ulum Mutih Wetan Melalui Menyanyi