Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
ISSN : 0854-901X
OKSALOSIS PADA GAJAH SUMATRA (Oxalosis in Sumatran Elephant) I. K. E. Supartika, G. A. J. Uliantara, I.K. Diarmita Balai Besar Veteriner Denpasar ABSTRAK Oksalosis telah didiagnosa pada seekor gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) jantan berumur 23 tahun, dipelihara di objek wisata gajah Desa Carangsari, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dari anamnesa penyakit disebutkan bahwa pakan gajah sebagian besar berupa rumput ditambah sedikit konsentrat. Pada saat nekropsi ditemukan adanya perdarahan dan peradangan pada mukosa lambung dan usus halus. Kedua ginjal nampak pucat dan membesar. Pada pemeriksaan histopatologi, tubulus pada bagian kortek serta medula ginjal nampak melebar berisi kristal kalsium oksalat. Akumulasi kristal kalsium oksalat juga ditemukan pada lamina mukosa lambung, usus halus dan esofagus. Dari hasil pemeriksaan histopatologi disimpulkan bahwa kematian gajah Sumatra disebabkan oleh gagal ginjal kronis akibat adanya akumulasi kristal kaslium oksalat berlebihan. Kata kunci: gajah Sumatra, ginjal, histopatologi, oksalosis.
ABSTRACT Oxalosis was diagnosed in one male Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) aged 23 years old. It was kept in elephant tourism object in Carangsari village, Abiansemal subdistric, Badung regency, Bali Province. From the anamnesis examination revealed that feed of elephant mostly king grass and a little bit concentrate. At necropsy, mucosa layer of gastrium and small intestine showed congestion and inflamed. Both of kidneys were pale and enlarged. Histologically, renal tubules both in cortex and medulla were distended with calcium oxalate crystal. Oxalate crystals were also found in mucosa layer of gastrium, small intestine and esophagus. Based on histopathological examination, the death of Sumatran elephant caused by chronic kidney failure due to excessive accumulation of calcium oxalate crystal. Key words: histopathology, kidney, oxalosis, Sumatran elephant
PENDAHULUAN Oksalosis merupakan akumulasi kristal kalsium oksalat pada berbagai organ seperti: ginjal, tulang, pembuluh darah, myokardium jantung, diikuti dengan peningkatan konsentrasi oksalat di dalam cairan tubuh termasuk urin (De Lorenzi et al,., 2005; Fishbein et al., 2008; Hiene et al., 2009). Akumulasi kristal kalsium oksalat biasanya terjadi di ginjal, menimbulkan gangguan
fungsi ginjal dan dalam kondisi parah dapat menimbulkan batu ginjal/urolithiasis yang dikenal dengan istilah renal oksalosis (Suzuki et al., 2012). Renal oksalosis telah dilaporkan terjadi pada berbagai hewan peliharaan maupun hewan liar, seperti: sapi (Eccless, 2010), rusa (Shahrom and Zamri-Saad, 2011), kucing (Suzuki et al., 2012), penyu hijau (Stacy et al., 2008), penguin (Wijesundera et al., 2013).
Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
Penyebab renal oksalosis umumnya akibat keracunan ethylene glycol, mengkonsumsi tumbuhan yang kaya kandungan oksalat, atau mengkonsumsi pakan berjamur yang memproduksi oksalat (Stacy et al., 2008). Kejadian oksalosis dapat berjalan secara akut maupun kronis dengan gejala klinis berupa gangguan ginjal atau adanya endapan kristal oksalat pada berbagai jaringan. Keracunan oksalat pada konsentrasi rendah biasanya bersifat subklinis dan kristas oksalat tertimbun pada ginjal menimbulkan reaksi peradangan kronis. Pada tulisan ini digambarkan tentang kejadian kasus dan gambaran patologi oksalosis pada gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) beserta saran pencegahannya yang sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan gajah-gajah yang dipelihara di kebun binatang maupun untuk kepentingan objek wisata.. MATERI DAN METODE Sejarah Kasus Data tentang anamnesa, gejala klinis, gambaran patologi anatomi, diperoleh dari catatan spesimen yang tercatat pada bagian Epidemiologi, Balai Besar Veteriner Denpasar. Untuk memperoleh data lebih valid dilakukan konfirmasi ke dokter hewan konsultan yang menangani gajah tersebut. Pemeriksaan Histopatologi Semua organ gajah seperti: esofagus, usus halus, hati, paru-
ISSN : 0854-901X
paru, jantung, ginjal, gastrium dipotong dengan ukuran 0,5 X 1 X 2 cm dimasukkan ke dalam basket untuk selanjutnya diproses dalam tissue processor selama 24 jam. Di dalam tissue processor jaringan mengalami dehidrasi bertingkat dalam alkohol 70%, 80%, 90% alkohol absolut dilanjutkan dengan clearing menggunakan toluena. Jaringan diblok menggunakan paraffin dan dipotong menggunakan mikrotum dengan ketebalan 4 mikron. Jaringan selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan rutin Hematoxylin and Eosin (H&E) selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop sinar. HASIL Sejarah Kasus. Pemilik gajah adalah PT. Kasihanan (Bali Elephant Camp), berlokasi di Desa Carangsari, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Jenis gajah adalah gajah Sumatra (Elephant maximus sumatranus), jantan, umur kurang lebih 23 tahun, berat badan diperkirakan 1.950 kg. Jumlah gajah yang dipelihara sebanyak 15 ekor, terdiri dari 6 jantan dan 9 betina, umur berkisar antara 23-30 tahun. Pakan yang diberikan berupa rumput gajah (Gambar 1) dan konsentrat yang diproduksi sendiri (Gambar 2). Campuran konsentrat terdiri dari: beras (3 kg), gula merah (10 kg), jagung (12 kg), dedak (25 kg) dan garam (3 kg). Setiap hari, satu ekor gajah mendapat jatah rumput gajah sebanyak 20-23 ikat dan 1 kg konsentrat. Satu ikat rumput gajah beratnya diperkirakan 8 kg.
Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
Gajah yang mati sebelumnya menderita abses pada daerah siku sejak tiga bulan terakhir, setelah bernanah dilakukan operasi pengangkatan abses menggunakan sedatif dan anastesi lokal, selanjutnya diberikan injeksi antibiotika dan anti radang selama sepuluh hari berturut-turut. Vaksin anti tetanus juga telah diberikan. Selanjutnya setiap hari dilakukan monitoring luka paska operasi dengan pemberian antiseptik dan salep antibiotika. Gajah digembalakan disekitar lokasi taman untuk mencari makan dan diberikan air minum. selanjutnya pada sore hari ditambat dikandang. Sekitar pukul 5 sore WITA gajah yang sedang dalam proses kesembuhan luka berteriak keras sebanyak tiga kali dan roboh. Petugas kandang berusaha diberikan pertolongan dengan memberikan air, namun tidak berhasil dan akhirnya gajah tersebut mati. Nekropsi dilakukan di tempat kejadian untuk mengetahui penyebab penyakit.
ISSN : 0854-901X
Secara umum kondisi tubuh gajah masih kelihatan normal. Rambut, kulit, otot-otot, dan persendian anggota gerak semuanya normal. Pada siku kiri terdapat luka bekas operasi. Kandungan deposit lemak kurang mengindikasikan terjadi penurunan berat badan. Limfoglandula superfisialis kelihatan normal. Daerah belalai (nasal), larynx, dan trachea, paruparu normal. Jantung normal. Rongga mulut, gigi geligi lengkap dan kelihatan normal. Daerah pangkal lidah ditemukan adanya bekas ulcer. Tenggorokan dan esophagus normal. Bagian lambung dekat usus halus mukosanya kelihatan perdarahan dan meradang. Mukosa usus kelihatan meradang, tidak ditemukan adanya parasit cacing. Limpa kelihatan normal. Hati permukaannya kelihatan mulus dan normal. Pankreas normal. Ginjal keduanya kelihatan pucat dan sangat membesar. Testikel keduanya normal.
Gambar 1 1). Jenis rumput gajah yang diberikan pada gajah yang dipelihara oleh PT. Kasihanan (Bali Elephant Camp), Desa Carangsari, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. 2). Bentuk campuran konsentrat pakan gajah.
Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
Pada pemeriksaan histopatologi, akumulasi Kristal kalsium oksalat ditemukan pada tubulus ginjal pada bagian kortek maupun medulla, tubulus ginjal melebar, sel-sel epitelnya mengalami
ISSN : 0854-901X
degenerasi, Kristal kalsium oksalat nampak basofilik, bentuknya seperti prisma atau (Gambar 5), pada lamina mukosa esophagus dan usus halus (Gambar 6).
Gambar 3 Oksalosis pada gajah Sumatra; pada pemeriksaan patologi anatomi, ginjal nampak pucat dan membesar, 4) Usus halus kelihatan kongesti. 5) tubulus ginjal melebar, penuh terisi kristal kalsium oksalat. 6). Kristal kalsium oksalat juga ditemukan pada lamina mukosa usus halus.
Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
ISSN : 0854-901X
PEMBAHASAN Gajah Sumatera termasuk satwa herbivora, membutuhkan ketersediaan pakan hijauan yang cukup untuk pertumbuhannya serta membutuhkan habitat yang cukup luas dengan vegetasi pohon bervariasi sebagai sumber pakan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Secara umum gajah yang dipelihara di kebun binatang atau tempat wisata lainnya biasanya tidak mendapat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Vanitha et al., 2008). Kondisi yang sama juga dihadapi oleh gajah-gajah yang dipelihara pada wisata gajah yang ada di Desa Carangsari, Kecamatan Abiansemal, Badung. Pada tahun pertama tidak ditemukan kesulitan dalam mencari berbagai jenis pakan yang diperlukan oleh gajah seperti: rumput gajah, pelepah daun kelapa, serta pakan hijauan lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi kesulitan untuk mencari sumber pakan yang bervariasi untuk gajah. Selanjutnya pengelola memutuskan untuk memberikan rumput gajah sebagai menu utama pakan gajah ditambah dengan makanan penguat lainnya. Satu ekor gajah setiap hari mendapat jatah 23-25 ikat rumput gajah setara dengan 200 kg ditambah 1 kg makanan penguat (Gambar 1 dan 2). Di Indonesia, kejadian oksalosis pada gajah Sumatra (Elephant maximus sumatranus) baru pertama kali dilaporkan. Komponen diet disebutkan sebagai salah satu faktor resiko munculnya oksalat urolithiasis (Maxie and Shelley, 2007). Berbagai jenis rumput mengandung zat beracun bagi ternak dan hewan liar. Rumput di daerah tropis seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum) mengandung oxalate yang mampu menimbulkan defisiensi kalsium dan keracunan pada hewan (Rahman et al., 2009). Kadar oksalat dalam rumput sebesar 0,5% dapat mengakibatkan hypoparatiroidism pada kuda dan tingkat konsentrasi 2% atau lebih dapat menimbulkan keracunan akut pada ternak ruminansia. Oksalat bereaksi dengan kalsium membentuk insoluble kalsium oksalat yang dapat menghambat penyerapan kalsium, menggangu keseimbangan kalsium fosfat di dalam sirkulasi darah mengakibatkan hipokalsemia. Pada ruminasia, oksalat eksogen bersumber dari tanaman yang kaya akan oksalat, diserap di dalam rumen, melewati proses metabolism, selanjutnya bergabung dengan serum kalsium membentuk insoluble kalsium oksalat akhirnya diekskresikan melalui ginjal. Pada kasus ini, kristal oksalat ditemukan pada organ ginjal, usus halus dan esophagus. Ginjal nampak pucat dan membesar, tubulusnya melebar, penuh berisi kristal kalsium oksalat. Usus halus kelihatan kongesti, kristal kalsium oksalat ditemukan pada lamina mukosa usus halus (Gambar 3, 4,5 dan 6). Kristal oksalat dikeluarkan dari tubuh melalui organ ginjal dan menjadi organ target utama akumulasi kristal oksalat (Baas et al., 2013). Kerusakan pada organ ginjal merupakan akibat kombinasi dari nefrolitiasis, nefrokalsinosis skunder dan fibrosis interstisialis. Adanya akumulasi kristal oksalat pada ginjal berdampak pada laju filtrasi glomerulus menurun mengakibatkan kristal oksalat tidak bisa diekskresikan keluar dari ginjal dengan baik. Pada tahapan gagal ginjal kronis, kalsium oksalat didistribusikan ke seluruh tubuh dan terdeposit pada tulang, kulit, jantung dan juga usus.(Johnson et al., 2000; Baas et al., 2013;
Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
ISSN : 0854-901X
Berdasarkan perubahan histopatologi, akumulasi kristal yang ditemukan pada organ ginjal, esophagus dan usus halus diidentifikasi sebagai kristal kalsium oksalat. Lesi yang ditemukan pada kasus kematian gajah ini didiagnosa sebagai oksalosis. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: Kematian gajah Sumatra milik PT , Desa Carangsari, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten badung, Bali disebakan oleh gagal ginjal kronis akibat akumulasi Kristal kalsium oksalat yang berlebihan diduga kuat akbat pemberian pakan rumput gajah berlebihan dan berlangsung cukup lama. Saran-Saran: Untuk menghindari kejadian oksalosis pada gajah, beberapa strategi dapat dilakukan antara lain: a. Pastikan bahwa perbandingan kalsium dan fosfor dalam pakan mesti seimbang berkisar antara 1,5:1 atau 2:1. b. Tingkatkan konsumsi air dengan memberikan garam pada pakan secukupnya. Air yang diberikan pastikan dalam keadaan bersih dan sehat. c. Berikan vitamin A secukupnya.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Drh. I Made Budiana, dokter hewan konsultan yang menangani kesehatan gajah Bali Elephant Champ di Desa Carangsari, Abiansemal, Badung yang telah memberikan data anamnesa, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi kematian gajah di Bali Elephant Champ.
DAFTAR PUSTAKA Baas, G.H., Gutierrez, C.V and Fabris, L.B (2013). Large Joint Destructive Arthropathy and Tumoral Calcinosis Associated to Primary Oxalosis: Case Report and Literature Review. Reumatol Clin. 9(3). 181183. De Lorenzi, D., Bernardini, M and Pumarola, M (2005). Primary Hyperoxaluria (L-glyceric aciduria) in a Cat. J. Feline. Med. Surg. 7: 357-361. Eccless, J (2010). Obstructive Urolithiasis (Baldder Stone) in Cattle. Agnote. December. No.K57. www.nt.gov.au/d Fishbein, G.A., Micheletti, R.G., Currier, J.S., Singer, E and Fishbein, M.C (2008). Atherosclerotic Oxalosis in Coronary Arteries. Cardiovasc. Pathol. 17: 117-123
Buletin Veterner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014
ISSN : 0854-901X
Hiene, R., Rumsby, G., Ziener, M., Dahl, S.A., Tims, C., Teige, J and Ottesen, N (2009). Chronic Kidney Disease with Three Cases of Oxalate-like Nephrosis in Ragdall Cat. J. Feline. Surg. 11: 474-480. Johnson, J.S., Short, A.K., Hutchison, A., Parrott, N.R., and Robert, I.S (2000). Small Intestinal Infarction: A Fatal Complication of Systemic Oxalosis. J Clin Pathol, 53. 720-721. Maxie, M.D and Shelley, J.N (2007). Urinary System. In. Pathology of Domestic Animals. 5 th Ed. Vol.2. Maxie, M.D Ed. Sounders, Philadelphia. 470-472. Rahman, M.M., Ishii, Y., Niimi, M. and Kawamura, ) (2009). Effect of Clipping Interval and Nitrogen Fertilisation on Oxalate Content in Pot-Grown Napier Grass (Pennisetum purpureum). Tropical Grassland. 43;73-78. Shahrom, M and Zamri-Saad, M (2011). Urolithiasis in Boer Bucks. Pertanika J. Trop. Agri. Sci. 34: 363366. Stacy, B.A., Santoro, M., Morales, J.A., Huzella, L, M., Kalasinsky, V.F., Foley, A., Mettee, N and Jacobson, E.R (2008). Renal Oxalosis in Free-Range Green Turtles Chelonia mydas. Disease of Aquatic Organisms. 80: 45-49. Suzuki, T., Uetsuka, K., Doi, K., and Nunoya, T (2012). A Case of Renal Oxalosis in a 3-Month-Old Cat Raised Under Control Conditions. J. Vet. Med. Sci. 74: 381-384. Vanitha, V., Thiyagesan, K., and Baskaran, N (2008). Food and Feeding of Captive Asian Elephans (Elephas maximus) in the Three Management Facilities of Tamil Nadu, South India. J. Sci. Trans. Environ. Techno. 2: 87-97 Wijesujendera, K.K., Izawa, T., Tanaka, M., Nakao, T., Maezono, Y., Ito.,S., Kuwamura, M and yamate, J (2013). Pulmonary Dystrophic Oxalosis and Its Possible Relation to Fibrosis in an Aged Gento Penguin (Pygoscelis papua). J. Vet. Med. Sci. 75: 365-368.