OBYEK WISATA SITUS PENINGGALAN SEJARAH SEBAGAI KARYA ARSITEKTUR Kasus telaah : Taman Gua Sunyaragi Cirebon
Ir. Drs. Budi Tjahjono, MT. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon
ABSTRAK Indonesia terkenal dengan pariwisatanya, obyek wisata yang dimiliki diantaranya berupa situs-situs peninggalan sejarah dan purbakala. Di Kota Cirebon, situs peninggalan sejarah dan purbakala Gua Sunyaragi adalah paling menarik untuk ditelaah. Situs ini sebenarnya merupakan kompleks bangunan kuno yang memiliki nilai sejarah karena dalam proses pembangunannya sangat terkait dengan sejarah berdirinya Kota Cirebon dan kesultanan pada waktu itu. Mencermati dan mengamati sisa-sisa yang ada pada saat sekarang keadaan bangunan-bangunan di kawasan gua Sunyaragi secara visual lebih banyak memunculkan kesan – kesan sakral dari pada profan, hal ini karena lebih banyak didukung oleh adanya lorong-lorong tempat berkhalawat (pertapaan), kolam-kolam pemandian (petirtaan), altar-altar mirip tempat pemujaan dan bendabenda arkeologis lainnya yang bersifat spiritual. Sedangkan kesan-kesan profan nampaknya lebih banyak didukung oleh adanya bangunan-bangunan bentuk joglo dan relif-relif kembang kanigaran serta benda-benda arkeologis berupa artefak logam, artefak kayu dan keramik.
Kata kunci : Wisata, kesejarahan, nilai arsitektur, Cirebon.
PENDAHULUAN Kota Cirebon pada awalnya termasuk salah satu daerah kesultanan yang ( pada saat ini kesul-tanan lebih berfungsi sebagai lembaga pelesterian budaya ) Tamansari Gua Sunyaragi adalah salah satu peninggalan sejarah di Kota Cirebon, setelah keraton-keraton, seperti Kasepuhan, Kano-man, Kaprabonan, kacirebonan dan Mesjid Wali Sang Ciptarasa. Letak tamansari ini hanya beberapa ratus meter dari jalan by pass Brigjen A.R.Darsono, luas situs ini lebih kurang 1,5 ha. Berdasarkan bentuk dan komposisi bangunannya Tamansari Gua Sunyaragi merupa-kan sebuah taman air yang amat indah. Tahun 1852 M bangunan tersebut mengalami perbaikan yaitu pada zaman pemerintahan Sultan Syamsudin IV, setelah dilanda kerusakan oleh pihak Belanda pada tahun 1787 M, yakni pada zaman pemerintahan Sultan Matangaji Tajul Arifin, yang bersifat non kooperatif dengan pemerintahan Belanda. Pada tahun 1937-1938 M pernah dipugar oleh pemerintahan Belanda yang pelaksanaannya diserahkan kepada seorang petugas Dinas Kebudayaan di Semarang Krijsman namanya.
Krijsman dalam menangani hanya mengerjakan bagian-bagian bangunan memper-kuat konstruksi aslinya dengan menambah tiang/pilar bata penguat terutama pada bagian atap-atap lengkung dan bahkan kadang-kadang menghilangkan bentuk aslinya, karena mungkin dianggap bangunan itu membahayakan bangunan keseluruhan-nya, seperti dikomplek Gua Pengawal dan sayap kanan kiri tara gedung Jinem dan Mande Beling.
TINJAUAN SEJARAH Walaupun telah mengalami pemu-garan, tidak kurang dari delapan puluh empat persen Tamansari Gua Sunyaragi yang terdiri atas bangunan-bangunan kuno, masih asli dalam keadaan tidak utuh. Sisanya yang hanya empat belas persen telah mengalami sentuhan renovasi, rekonstruksi dan pergantian material atau bahanbahan konstruksi . Dari keadaan seperti itu dapat kita amati dan kita cermati sehingga menghasilkan suatu asumsi yang meyakinkan tentang adanya pentahapan berdirinya Tamansari Gua Sunyaragi, walaupun versi Caruban Nagari ( yang muncul pada tahun tujuh puluhan ) hanya menyebutkan angka tahun 1703 M. Sealain dari pada corak ragam hias pola-pola bahan bangunan dan bahan konstruksi, pentahapan berdirinya gua Sunyaragi juga diperkuat dengan adanya beberapa candrasengkala. Candrasengkala-candrasengkala yang telah diketahui disana semua berupa relief dan patungpatung saja, bukan berupa tulisan kalimat-kalimat atau kata-kata. Hal tersebut memang mempersulit orang awam untuk mengetahui angka tahun secara langsung. Candrasengkala-candrasengkala tersebut letaknya tidak satu tempat tetapi menyebar ketempat-tempat strategis yang satu sama lain terpisah. Berikut ini adalah deskripsi tentang candraseng-kalacandraseng-kala tersebut.
Pada zaman Orde Baru dimana tengah dilaksanakannya pemba-ngunan Nasional, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Perlin-dungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan, memugar taman ini secara keseluruhan sejak tahun 1976 sampai tahun 1984, Setelah selesai pemugaran pengunjung Tamansari Gua Sunyaragi semakin meningkat
1) Di depan Gua Peteng - Bentuk - Bunyi - Pengertian Dalam Bhs Indonesia - Alih Wilangan - Tahun Saka - Tahun Masehi
2) Di tepi Barat Taman Bujenggi - Bentuk - Bunyi Candrasengkala - Pengertian Dalam Bahasan Indinesia - Alih Wilangan - Tahun Saka - Tahun Masehi
3) Di depan gua Arga Jumut - Bentuk - Bumyi Candrasengkala - Pengertian Dalam Bahasa Indonesia - Alih Wilangan - Tahun Saka - Tahun Masehi
: Patung Gajah Derum Diatas Air : Gajah Derum Tirta Linuwih : Gajah Derum ( Semacam Rebahan) Berlebi : Gajah=8, Derum=5, Tirta=4 Dan Linuwi : 1458ς
: 1458 + 78 = 1535
: Patung Garuda Dililit Ular : Bujangga Ratu Obahing Bumi : Ular Raja Penggerak Bumi (Dua Kata Terakhir Digambarkan Dengan Garuda) : Bujangan = 8, Ratu = 1, Obah = 6dan Bumi = 1 : 1628 Σ : 1618 + 78 = 1696 M
: Monumen Relief Senjata Api : Braja Asta Rarasing Bumi : Senjata Tangan Indahnya Bumi : Braja = 5, Asta = 2, Raras = 6 Dan Bumi : 1625 Σ : 1625 + 8 = 1703 M
dari deskripsi tersebut diketahui, bahwa angka tahun di gua Sunyaragi terdiri atas : 1. Tahun 1536 M (1458 Σ) 2. Tahun 1696 M (1618 Σ) 3. Tahun 1703 M (1625 Σ) Angka-angka tahun yang lain mungkin saja masih ada. Akan tetapi yang berhasil diketahui baru 3 macam. Sedangkan bunyi candra sengkala yang tiga paket tersebut sudah ada dan merupakan penuturan secara turun temurun sejak dahulu kala.
B. Pendiri Gua Sunyaragi Versi Caruban Nagari, sebuah versi yang berdasarkan buku “Purwaka Caruban Nagari”, tulisan tangan Pangeran Karangan tahun 1720, mengatakan bahwa gua sunyaragi didirikan oleh Pangeran Karangan (bergelar Arya Caruban), adik Sultan Sepuh II pada tahun 1703 M. Konon pembangunan gua sunyaragi dilanjutkan oleh putra-putra pangeran tersebut, yaitu Pangeran Carbon Martawijaya dan Pangeran Carbon Adiwijaya dan diteruskan lagi oleh Pangeran Abu Hayat, adik ipar mereka. Versi Caruban Nagari ini merupakan versi yang didukung oleh berita tertulis dari buku kuno yang ditulis tangan Pangeran Kararangan sendiri dengan judul “Purwaka Caruban Nagari” Tahun 1720 M. Oleh karena versi ini memiliki pembuktian tertulis, maka versi inilah yang dijadikan pegangan, terutama untuk kepentingan penelitian karya ilmiah. Dari versi ini lalu muncul berbagai persepsi yang bernada minor terhadap berita tersebut. Mereka berpendapat bahwa kemungkinan Pangeran Kararangan ingin menonjolkan diri sangatlah besar, sebab saat itu pengaruh budaya barat telah tumbuh diantara kaum bangsawan Cirebon. Sehingga wajarlah bilamana dia tidak menyebutkan periodeperiode sebelumnya didalam tulisannya, “Purwaka Caruban Nagari”. Sementara itu versi lama yang telah lama muncul sebelum ditemukannya Purwaka Caruban Nagari, yakni versi Carub Kanda (bukan CK carang seket tetapi berita lisan yang dituturkan turun temurun oleh para bangsawan
Cirebon), menceritakan bahwa gua Sunyaragi didirikan dalam tiga periode. Periode Pertama, berupa gua Pangawal, gua Pawon, Gua Lawa, kompleks gua Peteng, gua Kelanggengan dan gua Padang Ati. Bangunan-bangunan tersebut didiri-kan oleh Pangeran Emas Muhammad Arifin II (bergelar Panembahan Gusti Ratu Pangkuwati I), cicit dari Syekh Syarif Hidayatullah pada pertengahan abad XVI konon pada periode pertama ini diperoleh bantuan, baik berupa moril maupun materil dari Raden Sepat ( utusan dari Demak ) dan Pangeran Losari (seorang cucu dari Sunan Gunung Jati atau Uwa Pangeran Emas) serta dari orang-orang Cina,terutama para keturunan-keturunan pengiring dan pengawalpengawal Putri Cina- istri Sunan Gunung Jati yang berasal dari dataran Cina yang bernama Ong Tien Nio atau Ratu Rara Sumanding. Periode kedua, tahun 1625 M, atsu tahun 1703 M. Oleh Pangeran Kararangan ( adik Sultan Sepuh II, bergelar Pangeran Arya Carbon) berupa gua Arga Jumut, Bale Kambang dan Mande Beling. Sedangkan periode katiga diprakarsai oleh Sultan Sepuh V, Pangeran Amir Sidik (bergelar Pangeran Matangaji) pada abad 18,sepuluh tahun sebelum Belanda memporak poranda gua Sunyaragi. Tempattempat yang dibangunnya berupa gua Panda Kemasan, gua Simanyang dan Bangsal Jinem. Semuanya berada di bagian depan arel kompleks gua Sunyaragi. Versi Carub Kanda (bukan Carub Kanda Carang seket) ini memiliki banyak kelemahan, karena tidak ada faktor-faktor pendukung yang tertulis. Informasi yang penulis sampaikan ini hanya berdasarkan ceritera turun temurun dari para kemit dan ngabehi-ngabehi terdahulu hingga sekarang, dengan nara sumber Pangeran Ida Jayakelana (Elang Idut), seorang ngabehi presil Sunyaragi, Wewengkon Kraton Kesepuhan. C. Sekilas Tentang Latar Belakang Berdirinya Gua Sunyaragi Tersebut Nur Giri Sapta Rengga,sebuah pesanggrahan yang telah dikenal sejak belum berdirinya kota Cirebon. Tempat tersebut letaknya di sebelah barat bukit Amparan Jati. Gunung sembung tepatnya. Banyak kegiatan yang dilaksanakan di pesanggrahan ini. Selain tempat untuk memperdalam ilmu agama islam, Nur Giri Sapta Rengga ini juga digunakan untuk tempat penggemblengan fisik dan mental. Semenjak Ong Tien Nio dikebumikan di gunung sembung, yang kemudian disusul oleh keluarga Syekh Syarif Hidayatullah dan para keturu-nannya; gunung sembung akhirnya penuh dengan makammakam keluarga Sunan Gunung Jati dan Pangeran Cakrabuwana. Melihat keadaan seperti itu, Pangeran Emas Muhammad Arifin II mulai bangkit inisiatifnya, ingin mendirikan sebuah Pesanggrahan yang baru untuk menggantikan Nur Giri Sapta Rengga. Keinginan
tersebut segera dirundingkan dengan uwanya, Pangeran Losari dan disampaikannya kepada Raden Sepat dari Demak yang kemudian disepakati untuk mendirikan sebuah pesenggrahan di tepi Timur Segaran (danau ) Jati pada tahun 1458 Saka dengan fungsi utamanya untuk berkhalawat/bertahanuts atau untuk menepi. Setelah bangunan-bangunan berdiri, maka tempat tersebut diberi nama Sunya Ragi. Dengan pengertian, Sunya berarti sunyi dan Ragi berarti raga. Sedangkan sebutan taman kelangenan diposisikan di depan nama pesenggrahan tersebut yang memiliki makna tidak berbeda dengan taman sari. Sehingga sebutan lengkap areal pesanggrahan tersebut menjadi “Taman Kelangenan Sunya-ragi”. Oleh karena sebutan tersebut kelangenan memiliki makana yang sama dengan istilah taman sari maka pesanggrahan tersebut dikenal pula dengan sebutan “Taman Sari Sunyaragi”. Selanjutnya pesang-grahan tersebut lebih dikenal dengan gua Sunyaragi. Ini dapat kita maklumi, karena sebagian besar bangunanbangunan di sana memiliki lorong-lorong sempit dan gelap yang berliku-liku menyerupai gua. Berikut ini adalah sebutan-sebutan lengkap atas situs pesanggrahan tersebut, baik untuk suasana formal maupun nonformal, baik ragam lisan maupun tulisan : 1. 2. 3. 4. 5.
Taman Kelangenan Sunyaragi Taman Sari Sunyaragi Taman Kelangenan Gua Sunyaragi Taman Sari Gua Sunyaragi Gua Sunyaragi
Sebutan yang terakhir itulah yang kini paling populer, baik untuk bentuk formal maupun nonformal, baik secara lisan maupun tertulis. Latar belakang berdirinya gua Sunyaragi ini hanya dapat diperoleh beritanya dari versi Carub Kanda. Sedangkan dari versi Caruban Nagari atau disebut juga versi Purwaka, gua Sunyaragi tidak terinformasi secara detil atau mendalam TINJAUAN NILAI-NILAI ARSITEKTUR A. Kesan Sakral dan Profan Mencermati dan mengamati sisa-sisa yang ada pada saat sekarang, keadaan bangunan-bangunan di kompleks gua Sunyaragi secara visual lebih benyak memunculkan kesan-kesan sakral dari pada profan yang walaupun pada kenyataannya, secara kuantitas tidak termasuk minor. Hal itu mungkin dikarenakan tidak sempatnya tim pemugar merekonstruksi atap rumbia ataupun sirap yang
berbentuk lintasan yang menaungi sebagian besar kompleks gua Peteng (lihat foto kompleks gua Peteng lama dan baru). Kesan sakral yang muncul pada bangunanbangunan di kompleks gua sunyaragi nampaknya nlebih banyak didukung oleh adanya : Lorong-lorong bekas tempat berkhalawat ( pertapaan) Kolam – kolam pemandian ( petirtaan) Altar-altar mirip tempat pemujaan dan Benda-benda arkeologis yan bersifat spiritual Sedangkan kesan-kesan profan nampaknya lebih banyak didukung oleh adanya bangunan-bangunan bentuk joglo dan relief-relief kem-bang keniagaran serta benda-benda arkeologis berupa artefak logam, artefak kayu dan keramik. B. Bentuk Filsafatnya
Wadasan,
Mega
Mendung
Dan
Sampai sekarang nampaknya masih belum ada penulisan yang khusus membahas ragam-ragam hias bercora-kan Mega Mendung ataupun Wadasan. Dilihat dari bentuk dasarnya, baik mega mendung maupun wadasan sebenarnya sama-sama berasal dari ragam hias corak wilungsung timbul (banyak meng-hiasi kereta Jempana di Kanoman dan kereta Singa Barong di Kasepuhan). Secara visual Wadasan dan Mega Mendung ini nampaknya sangat mendominasi di sebagian besar kompleks gua Sunyaragi. Pasangan-pasangan batu karang ditata sedemikian rupa sehingga membentuk corak wadasan dan mega mendung. Kemudian bagianbagian tertentu dilengkapi dengan motif tanaman merambat, baik berupa patran maupun simbaran. Beberapa pakar budaya Cirebon berpendapat bahwa Corak wadasan dan mega mendung meru-pakan seni ragam hias asli gaya Cerbonan yang kebetulan mempunyai kemiripan dengan motif awan dari Cina. Beberapa pakar lainnya mengatakan bahwa itu sebenarnya merupakan pengaruh gaya Mantingan. Yang terakhir rupanya didukung oleh adanya sebutan Wadas-Mantingan. Akan tetapi bagaimana dengan adanya motif awan sebuah nisan makam di Troloyo Jawa Timur yang berangka tahun 1457 M (Tim Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat I, 1977 : 84). Hal itu tentunya menimbulkan dugaan, bahwa pola awan mungkin telah digunakan pada masa itu. Apabila perkiraan tersebut benar, maka boleh jadi pola dasar dari motif mega mendung dan wadasan telah berkembang terlebih dulu didaerah-daerah lain sebelum sampai di Cirebon. Kemudian di daerah ini pola awan dikembangkan hingga mencapai bentuk yang lebih jelas yang pada akhirnya munculah seni dekorasi motif wilungsung timbul yang telah mengejawantah menjadi Mega mendung dan Wadasan khas Cirebon. Terlepas dari mana asalnya wadasan dan mega mendung Cirebon, di gua Sunyaragi wadasan dan mega mendung tersebut diyakini merupakan simbol
kehidupan. Mega melambangkan langit atau udara sedangkan wadas yang berarti batuan melambangkan bumi. Sedangkan motif-motif tanaman merambat, patung hewan dan manusia melam-bangkan isi dunia yang memiliki bumi dan langit beserta isinya.
gaya Indonesia klasik, gaya Cina atau Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah dan bahkan gaya Eropa atau Westemesia. BANGUNAN-BANGUNAN DI GUA SUNYARAGI BESERTA FUNGSINYA
C. Gaya Klasik, Cina, Timur-Tengah dan Eropa Adanya dua pasang candi bentar, beberapa gerbang bergaya makara, beberapa bangunan bentuk joglo dan penggunaan ragam hias Jaladwara serta beberapa petirtaan cukuplah membawa kita kesuatu suasana gaya Hindu klasik ditambah lagi dengan adanya beberapa buah patung, seperti patung gajah, garuda dan ular. Selain suasana gaya klasik, gua Sunyaragi dilengkapi juga dengan gaya Tiongkok kunu seperti ukiran-ukiran kembang kanigran, bentuk-bentuk bunga persik, matahari dan teratai serta penem-pelan keramik-keramik Cina pada dinding yang tidak begitu tinggi; bahkan corak mega-mendung dan wadasan pun cukup memberikan dukungan pola-pola arsitektur Cina atau Tiongkok kuno ini. Hal ini dapat kita maklumi, karena konon ketika dibangunnya gua Sunyaragi, banyak sekali bantuan yang diperoleh dari orang-orang Cina, terutama para keturunan pengikut-pengikut Putri Cina istri dari Syekh Syarif Hidayatullah dari Cina. Sebagai peninggalan islam sangat wajar bilamana status gua sunyaragi dilengkapi dengan pola-pola arsitektur gaya Timur Tengah. Relung-relung pada dinding-dinding beberapa bangunan, tanda-tanda kiblat pada tiap-tiap mushola dan adanya beberapa tempat wudhu boleh dikata turut mendukung adanya pola-pola arsitektur gaya Timur Tengah. Adanya bangunan bangsal jinem, yang jika dilihat dari arah selatan, barat dan utara tampak seperti Ka’bah; sepertinya telah memberi nuansa tersendiri pada suasana gaya Timur Tengah. Sebagai bangunan yang didirikan pada jaman kolonial, maka bagian belakang gua Sunyaragi atau tepatnya bangunan gua Arga Jumut, telah memunculkan nuansa dengan polapola gaya Eropa. Bentuk jendela-jendela, pintupintu dan langit-langit bentuk rolag serta tingginya bangunan itu sendiri telah mampu membawa kita kepada suasana gaya arsitektur Eropa atau Westemesia. Dilihat dari gaya atau corak dan motifmotif ragam hias yang muncul serta pola-pola bangunan yang beraneka ragam dapat kita tarik kesimpulan, bahwa gaya arsitektur gua Sunyaragi merupakan hasil perpaduan antara
7
9
8
2
3 4
1 1
1 6
1
5 2
Sebagaimana telah disinggung pada bab pendahuluan,bahwa taman kelangenan gua sunyaragi sebenarnya merupakan kompleks bangunan-bangunan kuno. Apabila dibagi-bagi,maka akan terdapat dua belas bagian bangunan-bangunan inti dan satu bagian bangunan tambahan.bangunan-bangunan yang dimaksud telah mempunyai nama-nama yang satu sama lain berbeda. Nama-nama tersebut umumnya disesuaikan dengan fungsi masing-masing atau suasana sekitar. Menurut tradisi, nama-nama setiap bangunan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Gua Pengawal : gua ini terletak disebelah selatan pada areal bagian depan. Diyakini merupakan bangunan yang paling awal didirikan dan berfungsi sebagai tempat istirahatnya para pengawal /pengiring keluarga kraton yang berkunjung ke gua sunyaragi.
2.
Gua Pande Kemasan : gua ini terletak di sebelah utara pada areal bagian depan. Konon gua pande kemasan ini didirikan oleh sultan sepuh kasepuhan V, pangeran Amir Sidik (bergelar Pa-ngeran Ma-tangaji) pada abad kedela-pan belas, satu dasa warsa sebe-lum Belanda memporak porandakan gua Sunya-ragi. Gua ini sekarang tinggal puing-puingnya saja, tanpa bentuk yang jelas
3. 4.
Bangsal Jinem : Bangunan ini tidak berbentuk gua tetapi berbentuk tribune. Konon dahulu digunakan untuk duduknya sultan dan keluarga serta pengawalpengawalnyaketika mereka menyaksikan atraksi para prajuritnya dalam kecakapan peperangan dan bela diri. Jinem adalah akronim puji dan gunem; puji berarti sanjung dan gunem bararti berbicara atau berpidato. Demikianlah sultan selalu menyempatkan diri untuk memberi pengarahan dan doabagi para prajuritnya yang akan melakukan latihan ataupun atraksi dalam kecakapan peperangan dan bela diri di alun-alun taman kelangenan Sunyaragi. Pengarahan dan doa tersebut selalu saja disertai puji-pujian terhadap Allah Swt.
5.
Gua Pawon : Gua ini adalah bekas tempat untuk memper-siapkan konsumsi bagi sultan dan keluarganya, ketika mereka mengunjungi , atau berekreasi ke gua Sunyaragi.
6.
Mande Beling : merupakan bangunan joglo beratap sirap dengan bentuk kerucut. Lantainya terbuat dari marmer yang mengkilap seperti beling. Dahulu bangunan ini hanya digunakan untuk pemidangan (ber-santai).
7.
Gua Lawa : Bangunan ini adalah bekas sarang kelelawar. Sebelum Gua Sunyaragi dipugar banyak sekali kelelawar yang bersarang di Guan ini.
8.
Gua Padang Ati : padang berarti terang dan ati adalah hati. Demikianlah,gua ini dikhususkan bagi keluarga krato yang mempunyai cita-cita tetapi belum tercapai atau mempunyai permasalahan tetapi belum terpecahkan. Mereka biasanya menyepi di gua ini untuk memperoleh ilham atau inspirasi sebagai penerang hati. Gua ini memiliki dua kamar pershalatan yang salah satunya dialiri air untuk berwudhu.
9.
Gua Kelanggenan : Gua ini terletak di bawah gua padang ati, dilalui oleh saluran airyang mengalir dari gua Langse. Di dalamnya terdapat bentukan menyerupai altar dan dahulu digunakan sebagai tempat duduk dikala sedang berkholawat. Untuk masuk kedalam gua ini, sampai sekarang kita harus melalui saluran air yang menembus ruangruang bagian dalam. Konon gua ini digunakan untuk menyepi bagi mereka yang menghendaki kelanggenggan dalam hidupnya.
menggunakan penyekatnya.
10. Kompleks Gua Peteng Bangunan ini merupakan kompleks yang terdiri atas: a. Gua Peteng : Peteng berarti gelap. Gua ini merupakan gua yang paling gelap di gua Sunyaragi. Di dalamnya terdapat kamar yang sangat kecil dengan dua lubang dangkal yang diyakini sebagai bakas jalan rahasia yang tembus ke gunung jati.
b.
c.
Gua Langse : sesuai dengan data yang ada di saana konon gua ini gua yang bertiraikan air terjun. Langse berarti tirai. Air yang mengalir dari segaran atau danau jati, untuk irigasi sawahsawah penduduk dan kraton, memang harus melalui bagian atas gua ini. Sedangkan kedudu-kan lokasinya sama rendahnya dengan lokasi gua kelangenan. Bangsal Pengulingan atau disebut juga ruang Panemba-han. Dahulu lokasi yang berbentuk kamar ini merupakan ruang-ruang khusus untuk putra-putra kraton. Di dalamnya terdapat tempat petirtaan dengan
pintu
gebyog
sebagai
d.
Ruang Kaputren : adalah bekas ruangan khusus untuk para putri kraton. Dilengkapi dengan ruang peristirahatan, kamar permandian dan ruang hias.
e.
Ruang Patung Putri Cina : dahulu di dalam ruangan ini terdapat patung putri Cina atau Ratu Rara Sumanding yang terbuat dari kayu cendana.
f.
Cungkub Puncit : bangunan ini berbentuk joglo dengan atap sirap berbentuk kerucut. Ditengah-tengahnya terdapat bak air bertutup papan jatiuntuk pendingin ruang patung Putri Cina. Selain untuk pendingin juga digunakan untuk duduknya para penjaga, karena bagian atasnya bertutupkan papan jati.
-
11. Bale Kambang : sejak dahulu sampai sekarang banunan ini lebih banyak digunakan sebagai tempat bersantai atau pemidangan. Bangunannya berbentuk joglo, beratap sirap dan berbentuk kerucut.
12. Gua Arga Jumut : Konon gua Jumut ini didirikan oleh Karangan, adik Sultan Sepuh II yang beupa rgelar Arya Carbon pada tahun 1625 (Candra Sengkala: Braja Asta Rarasing Bumi ) atau tahun1903 M. Maka arga jumut berasal dari kata Argha yang berarti jamuan dan jumut berarti mengambil.
Fungsinya memang untuk mengambil jamuan, terutama setelah bersampan atau berperahu mengelilingi segaran atau danau Jati. Ruangan – ruangan yang terdapat di dalamnya antara lain: -
Ruang Jamuan Ruang Pertemuan Ruang Pemidangan Dapur
Ruang tahanuts Menara jaga dan Dua buah bak pendingin di atas ruang jamuan
Kedua belas bangunan tersebut merupakan bangunan-bangunan inti dari kompleks Taman Kelangenan Gua Sunyaragi. Selain yang telah diuraikan diatas, masih ada satu bangunan lagi yang jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan tadi ia termasuk bangunan paling baru. Bangunan tersebut adalah gedung Pesanggrahan dan didirikan pada tahun 1884 M. Oleh Ratu Mas Adimah, ibunda Sultan Sepuh X. Khusus untuk gedung Pesanggrahan ini, penulis sempat mewawancarai seseorang dari kota Sumber pada tahun 1978. orang tersebut bernama Pak Kadma. Usianya pada saat itu,menurut pengakuannya sudah seratus tahun lebih dan sempat membantu pembangunan gedung Pesanggrahan tersebut. Dia membenarkan angka tahun tersebut, yang memang merupakan catatan lisan bagi pemelihara terdahulu. Bersamaan dengan dibangunnya gedung Pesanggrahan diba-ngun pula sandaran air pada kolam Pesanggrahan yang terletak di depan gedung tersebut Sedangkan fungsi gedung Pesanggrahan sendiri dahulu diguna-kan sebagai tempat peristirahatan bagi keluarga kraton yang ingin meluangkan waktunya untuk tinggal beberapa hari di Taman Sari Sunyaragi KESIMPULAN Dari uraian yang telah terpaparkan di atas, kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah bahwa Gaya arsitektur gua Sunyaragi sasngat menarik dan unik sehingga menjadi cirri tersendiri. Sedangkan kesimpulan lain adalah: Kesejahteraan gua Sunyaragi sangat lemah untuk dipertanggungjawabkan, karena tidak memiliki banyak data/informasi tertulis khusus tentangnya. Masih banyak yang perlu digali dan dikaji, baik tentang artefaknya, tentang pola-pola bangunannya dan tentang bahannya sehingga kebenaran sejarah akan terungkap dengan sebenar-benarnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2.
3.
4.
Arya Carbon, Pangeran “Purwaka Caruban Nagari”, M.S. 1720. Muarif Ambari, Hasan. “The Establishment of Islamic Rull in Yogyakarta: 1974. Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, Tim Penulis Naskah. “Sejarah Seni Budaya Jawa Barat I”, Jakarta : Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Depdikbud, 1977. Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat, Tim Penulis Naskah. “Sejarah Seni Budaya Jawa Barat.