NUTRISI UNGGAS: PROGRAM PEMBERIAN PAKAN CATOOTJIE L NALLE, PH.D.
PS TPT-JUR PETERNAKAN POLITEKNIK PETANIAN NEGERI KUPANG
REFERENSI
Indarsih, B. 2008. Phase Feeding: Strategi pemberian pakan pada broiler. Poultry Indonesia. Agustus 2008. Vol III : 76-77
PENDAHULUAN
KEMAJUAN GENETIK DAN KONSEKUENSI NUTRISI PADA UNGGAS (> 30 TAHUN) : PRODUKSI 40% SEDANGKAN KONSUMSI RANSUM 10%.
TAHUN 1998 : 35 d – 2 kg, sedangkan TAHUN 2008: < 30 hari – 2 kg
KONSEKUENSI formula pakan yang tepat dan kondisi lingkungan yang memadai Beberapa negara (Brazil dan Australia) menerapkan PHASE FEEDING PROGRAM
Brazil: pengekspor terbesar unggas di dunia…diikuti oleh USA di posisi kedua.
Tabel 1. Perbaikan performans broiler pada umur 49 hari 1980
1990
2000
2010
3
4
5
6
FCR 2,4
2,2
2
1,8
Eviscerated yield (%)
64
67
70
73
Breast yield (%)
14
17
20
23
BB (kg)
Sumber: Moye (2002 dikutip Indarsih, 2008)
Tabel 2. Ekspor daging broiler (2002-2007 dalam '000 ton) 2002
2004
2005
2006
2007
Brazil
1577
2416
2739
2500
2550
USA
2180
2170
2360
2454
2508
EU -25
871
813
755
620
685
China
438
241
331
350
365
Thailand
427
200
241
280
280
Argentina
23
66
84
90
110
Canada
84
74
101
95
95
5702
6055
6791
6470
6737
Total Dunia
Sumber: USDA's Foreign Agriculture service (dikutip Indarsih, 2008)
FCR PADA AYAM PEDAGING: KR (Kg): PBB(Kg)
Contoh: Nilai FCR 2 artinya untuk mendapatkan pertambahan bobot badan 1
kg membutuhkan pakan sebanyak 2 kg
• FCR PADA AYAM PETELUR: KR(Kg): BT(Kg) • KR = KONSUMSI RANSUM DAN BT = BERAT TELUR • Contoh: Nilai FCR 2 artinya untuk mendapatkan berat telur1 kg membutuhkan pakan sebanyak 2 kg
JENIS PAKAN TERNAK UNGGAS
MASH (TEPUNG) CRUMBLES (PELET YANG DIHANCURKAN) PELLET
KONSEP PHASE FEEDING
PHASE FEEDING: Pemberian pakan yang dibagi menjadi beberapa tahapan selama
periode pemeliharaan dengan kandungan protein, asam amino dan nutrisi lain secara bertahap menurun (step down), dari mulai menetas dengan protein kasar 22% sampai 16% hingga ayam mencapai bobot badan sekitar 2 kg dalam waktu < 6 minggu. Contoh two phase feeding pada broiler yg sdh diterapkan: a) Masa starter (1-3 minggu) b) Finisher (4-6 minggu)
Mengapa semakin banyak fase pemberian pakan selama periode pemeliharaan performa semakin baik?
Teori: 1. Selama periode 1-6 minggu, maka pada umur dan kecepatan tertentu terdapat titik tertentu pula yang menentukan jenis nutrisi yang akan disimpan dan berperan dalam memperbaiki performa. 2. Kebutuhan protein atau asam amino untuk pertumbuhan semakin menurun sesuai dengan konsep linear menurun. Cara konvensional dengan pemberian pakan 2 phase (starter dan finisher) maka terjadi kondisi yang kurang tepat ditinjau dari kebutuhan protein 3. Terlihat pada Figure 1., selama periode pemeliharaan terdapat kondisi “over feeding” dan “under feeding”. Selama periode starter ayam mengalami kekurangan protein, sedangkan pada masa finisher ayam mengalami kelebihan protein
KEUNTUNGAN PHASE FEEDING
Mengurangi ekskresi nitrogen dan fosfor secara signifikan karena akses asam amino dibatasi sehingga mengurangi biaya produksi (Sutton, 2003 dikutip Indarsih, 2008)
Performa ayam broiler menjadi maksimum walaupun masa pemeliharaan diperpanjang sampai 63 hari (Pope dkk dikutip Indarsih, 2008)
Mengurangi biaya pakan
PHASE FEEDING PROBLEM
TIDAK ADA KONSENSIS DARI PARA AHLI NUTRISI MENGENAI BERAPA PHASE YANG HARUS DITERAPKAN
INDUSTRI BROILER: 3-5 PHASE FEEDING
3 PHASE FEEDING: STARTER, GROWER, FINISHER
4 PHASE FEEDING: PRE STARTER, STARTER, GROWER, FINISHER
PABRIK PAKAN HANYA MENYEDIAKAN PAKAN STARTER DAN FINISHER
PROGRAM PEMBERIAN PAKAN: 1. THREE FEED SYSTEM THREE FEED SYSTEM merupakan pola pemberian pakan pada broiler sesuai tahap perkembangan berdasarakan kualitas serta komposisi imbangan masing-masing bahan. Metode ini memberikan acuan secara umum pada pemberian pakan dalam 3 kelompok besar yaitu One Feed System, Two Feed System dan Three Feed System. a. One Feed System Sistem ini, menerapkan pemberian pakan ayam jenis starter dari awal sampai akhir panen. Pakan starter berkadar protein kasar (crude protein/CP) tinggi (21.5– 22.5%) yang sangat dibutuhkan pada masa-masa hyperplasia sel-sel tubuh (umur 0-3 minggu). Protein kasar yang demikian tinggi dalam konsumsi akan menghasilkan hasil sampingan yang berupa Ammonia (NH3) yang tinggi pula. Seiring pertumbuhan ayam, maka kebutuhan protein kasar semakin rendah. Maka pakan starter sudah tidak tepat. Kelebihan tingkat protein kasar akan meningkatkan metabolisme di dalam tubuh mengingat protein lebih sulit diurai menjadi Acetyl Co-A dan ATP dalam Siklus Krebb dibandingkan dengan karbohidrat. Akibatnya potensi ayam mengalami sudden death syndrome (kematian mendadak) meningkat, terutama pada saat cuaca panas.
b. Two Feed System Cara pemberian pakan ini menggunakan 2 jenis pakan yaitu starter pada umur 0-3 minggu dan pakan grower atau finisher sejak umur 3 minggu sampai panen. Dalam sistem ini ketersediaan CP dan Energi lebih mendekati tingkat kebutuhan riil pertumbuhan ayam. Dalam aplikasinya, operator kandang di lapangan harus jeli. Mengingat perpindahan dari pakan satu ke pakan yang lain membutuhkan proses adaptasi terutama ukuran partikel pakannya, jangan sampai ayam mengalami kesulitan menelan. Jenis pakan pellet diameter 3 mm, dan panjang 5-7 mm pada umur 3 minggu kadang masih menyulitkan ayam dalam menelan. Terutama pada ayam-ayam yang terlambat tumbuh karena faktor tertentu.
c. Three Feed System Suatu teknik pemberian pakan berdasarkan tingkat kebutuhan aktual ayam sesuai dengan umur perkembangannya. Dalam sistem ini tingkat zona kelebihan dan zona kekurangan kebutuhan menjadi semakin kecil, hal ini berarti semakin mendekati garis tingkat kebutuhan riil CP dan Energi. Faktor yang perlu diperhatikan dalam sistem ini adalah ukuran partikel pakan. Dengan pergantian 3 jenis pakan dalam ukuran yang berbeda—disesuaikan tingkat pertumbuhan ayam— akan memudahkan ayam dalam proses adaptasi dan menelan makanan. Ayam selalu diupayakan memakan butiran yang ukurannya sesuai perkembangan anatomi organ pencernaan. Tujuannya, feed intake maupun nutrient intake dapat tercapai dengan optimal, sehingga tercapai angka konversi pakan yang lebih baik. Akan tetapi hal ini tidaklah mudah, mutlak perlu mempelajari sifat dan bahasa perilaku ayam. Spesifikasi dan aplikasi metode ini tercantum dalam tabel 1.
Uji Lapang THREE FEED SYSTEM Pengujian di suatu farm daerah Sukabumi dengan populasi 20.000 ekor memberikan hasil yang menguatkan hal tersebut. Pengamatan dilakukan pada 2 periode yang berbeda dengan populasi yang relatif sama tapi pola feeding yang berbeda. Periode awal diterapkan Two Feed System, pakan starter diberikan selama 1-21 hari pertama, dan pakan grower yang berbentuk semi pellet diberikan umur 22 hari hingga panen. Periode berikutnya diterapkan pola feeding dengan Three Feed System. Aplikasi umur 1-14 hari menggunakan pakan starter, umur 15-28 hari pakan grower dan umur 29 hari hingga jelang panen menggunakan pakan jenis finisher
PROGRAM PEMBERIAN PAKAN: 2. CHOICE FEEDING SYSTEM A. CHOICE FEEDING SYSTEM PADA AYAM PETELUR Table 1. The effect of diet on the daily food consumption in laying hens from 16-80 weeks of age, g/day Maize, calcium and Maize, calcium and pelleted Mash diet mash concentrate concentrate Maize 66.6±3.04a 65.6±2.68b 68.9±1.30a Protein concentrate 34.4±2.25a 36.2±2.10a 39.9±0.75b Limestone powder 15.5±0.86b 15.0±1.12b 9.57±0.10a ME intake, MJ 1.26±0.04a 1.26±0.04a 1.36±0.03b Protein intake 17.5±0.78a 18.1±0.51a 19.6±0.37b Calcium intake 6.38±0.34b 6.24±0.44b 4.03±0.08a Olver and Malan 2000 a,b Means within rows with different superscripts are significantly different (p<0.05)
CHOICE FEED (MAIZE, CALCIUM DAN PELLETED CONCENTRAT): PRODUKSI TELUR RENDAH, TETAPI BERAT TELUR LEBIH TINGGI, KONSUMSI KALSIUM LEBIH TINGGI
COMPLETE MASH DIET: PRODUKSI TELUR TINGGI, TETAPI BERAT TELUR LEBIH RENDAH, KONSUMSI KALSIUM LEBIH RENDAH
Farrell et al (1981) melakukan eksperimen membandingkan ransum layer komersil dan three free-choice diets, yg tdd shell grit, 1 sumber protein dan 3 sumber energy : jagung (100%); jagung (60%) plus singkong (40%); dan jagung (94%) plus minyak kelapa sawit (6%). Hasil menunjukkan bahwa: 1. Konsumsi pakan dan energy lebih tinggi pada pakan komersial dan lebih rendah pada campuran jagung dan singkong daripada perlakuan2x lainnya. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada konsumsi protein. 3. Produksi telur dan berat telur sama pada ke-4 perlakuan tetapi FCR (feed/berat telur) dan biaya produksi lebih tinggi pada pakan komersial.
B. CHOICE FEEDING SYSTEM PADA AYAM BROILER Gous and Swatson (2000) melaporkan bahwa: Ketika ayam broiler diberikan 2 atau 3 pakan mengandung 1 sumber protein, pada suatu basis pemberian pakan free-choice, dimana dalam beberapa proposrsi akan memenuhi kebutuhannya akan nutrisi, menyeleksi secara efektif suatu kombinasi dimana memaksimumkan performans biologi mereka (ayam broiler)
IMPLIKASI CHOICE FEEDING DALAM PRAKTEK 1. Jangan memberikan ayam betina terlalu banyak pillihan pakan, maksimum 3 pilihan (biji2xan, supplement dan limestone oyster shell).Jk lebih dari 1 jenis biji2xan, ayam akan cenderung mencampurnya menjadi satu. 2. Berikan ayam2x betina pilihan pakan yang berbeda secara nutrisi, misalnya biji2xan yang kaya akan pati dan energy, supplemen yang kaya akan protein danb vitamin, , dan limestone yang kaya aka kalsium. Dgn cara ini ayam akan belajar untuk makan di tempat pakan yang mana dan berapa banyak akan dimakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Beberpa pilihan menyebabkan kesulitan bagi ayam betina untuk memilih, contohnya gandum dan peas keduanya kaya akan pati, dan proteinya sedang. Keduanya ditempatkan pada tempat pakan yang berbeda tetapi membuat ayam sulit untuk membedakan. 3. Perkenalkan biji2xan utuh satu bulan sebelum bertelur (kira2x umur 15 mg untuk layer komersial dan 24 mg untuk ayam kampong betina). Periode penyesuaian ini akan mengijinkan ayam untuk belajar bgmn untuk memilih pakan sebelum diekpose ke kebutuhan nutrisi untuk bertelur. Juga akan menolong puller untuk meningkatkan konsumsi kalsiumnya dan membangun penyimpanan kalsium dalam tulang sebelum mula bertelur. Akhirnya, waktu yang dibutuhkan empedal untuk membangun kumpulan massa otot empedal adalah 3 minggu agar secara efisien menggiling biji2xan saat proses peneluran dimulai.
4.Vitamins atau micro-minerals (seperti. copper, zinc etc.) jangan ditempatkan pada tempat pakan yang berbeda, tetapi lebih baik dicampur dengan supplemen karena unggas tidak akan makan karena mereka tidak menyukai rasanya, namun beberapa ungags mengkonsumsinya secara berlebihan dan akibatnya menderita keracunan. 5. Unggas sebaiknyanya diberika ruangan tempat pakan yang cukup. Untuk flok yang lebih besar, beberapa tempat pakan untuk setiap jenis bahan baku perlu ditambah. Untuk flok yg berjumlah 100 ekor, disarankan 2 tempat pakan gantung untuk biji2xan, supplemen dan limestone. 6. Supplemen yang dirancang dicampur dengan biji2xan atau biji2xan dan limestone, menyediakan suatu ransum ayam petelur yang komplit. Suatu supplemen diformulasi mengandung 25% sampai 40% protein kasar. Supplemen utk grower mungkin digunakan saat menjelang bertelur sampai dengan dimulainya produksi telur tetapi supplemen ayam petelur digunakan sekali ketika ayam mulai bertelur. 7. Tidaklah penting untuk menggiling biji2xan pada program pemberian pakan choice feeding. Ssdh 3 minggu biji2xan utuh, ukuran massa otot empedal akn meningkat dan akan menggiling biji2xan seefisien hammer mill. Ayam2x betina secara sukses dapat mengkonsumsi 70% pakannya dalam bentuk biji2xan utuh ketika diberikan secara choice feed. Penting dicatat bahwa jika biji2xan, supplements dan limestone disediakan pada tempat yang berbeda.