NURYANTO PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR-S1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016-2017
ARSITEKTUR NUSANTARA-AT. 311 PERTEMUAN KE SEBELAS SENIN, 28 NOVEMBER 2016
ARSITEKTUR NUSANTARA-AT. 311 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR S-1 FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERTEMUAN XI ARSITEKTUR TRADISIONAL
MASYARAKAT JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA Dalam bahasa Jawa, kata rumah dapat diterjemahkan menjadi kata dalem atau omah. Kenyataannya kedua kata tersebut mempunyai arti yang lebih luas, antara lain;
1. Omah-omah; gaginya dua dudalem; pemahaman; omah-omahan; 2.
3. 4.
emah-emahan serta ngemah-ngemahan; masih mempunyai arti dengan pengertian fisik rumah. Umah; umah atau imah ; sudah tidak ada hubungannya dengan arti fisik rumah. Kini kata tersebut berhubungan dengan tahap kehidupan seseorang, yaitu menikah, terbiasa atau ahli. Somah,semah, atau susunan ; mempunyai arti: istri atau ibu rumah tangga ; dan menikah. Arti terakhir ini seperti kita ketahui bisa dikaitkan dengan kata Asomah dan sasomah. Dalem; yang artinya rumah dipakai pula untuk arti yang lebih tinggi, yaitu sebutan kepunyaan atau gelar bagi orang yang kedudukan sosialnya tinggi, yaitu sampeyan dalem atau panjenengan dalem serta titihan dalem.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA Ilmu yang mempelajari seni bangunan oleh masyarakat Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Kawruh Griya. Bangunan pokok dalam seni arsitektur bangunan Jawa ada 5 (lima) macam, ialah : A. Panggang-pe, yaitu bangunan hanya dengan atap sebelah sisi. B. Kampung, yaitu bangunan dengan atap 2 belah sisi, terdapat sebuah bubungan di tengah saja. C. Limasan, yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya. D. Joglo atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru dan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya. E. Tajug atau Masjid, yaitu bangunan dengan Soko Guru atap 4 belah sisi, tanpa bubungan, jadi meruncing.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA Menurut pandangan hidup masyarakat Jawa, bentuk-bentuk rumah itu mempunyai sifat dan penggunaan tersendiri. Misalnya bentuk Tajug, itu selalu hanya digunakan untuk Bangunan yang bersifat suci, umpamanya untuk bangunan Masjid, makam, dan tempat raja bertahta, sehingga masyarakat Jawa tidak mungkin rumah tempat tinggalnya dibuat berbentuk Tajug. Arsitektur Masyarakat Jawa pada dasarnya menampilkan karya “swadaya dalam kebersamaan” yang secara arif memanfaatkan setiap potensi dan sumber daya setempat serta menciptakan Keselarasan yang harmonis antara “jagad cilik” (mikrokosmos) Dan “jagad gedhe” (makrokosmos).
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA MAKNA RUMAH TINGGAL BAGI MASYARAKAT JAWA: A. Rumah merupakan lambang status bagi penghuninya; B. Rumah merupakan tempat menyimpan rahasia tentang kehidupan sang penghuni; C. Rumah merupakan sarana pemiliknya untuk menunjukkan siapa sebenarnya dirinya (eksistensi diri); D. Rumah menyangkut dunia batin yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Jawa. ARSITEKTUR JAWA MEMILIKI FALSAFAH: 1. AYU, artinya estetis, indah (rythme, unity, proporsi, sequence); 2. AYOM, artinya teduh, rindang, terhindar dari kekuatan metafisik; 3. AYEM, artinya kesejahteraan, keamanan, keselarasan.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA TIPOLOGI ARSITEKTUR RUMAH MASYARAKAT JAWA: A. Tajug, yaitu mesjid sebagai bangunan ibadah (tingkatan paling tinggi), sebagai bentuk dan simbol hubungan vertikal kepada Tuhan YME; B. Joglo, yaitu rumah yang dikhususkan bagi golongan ningrat, keluarga keraton, seperti Rumah Sri Sultan; C. Limasan, yaitu rumah bagi golongan menengah, para pendamping utama keluarga keraton, seperti Patih, Ponggawa, Mantri, dll.; D. Kampung dan Panggang pe, yaitu rumah untuk golongan rakyat biasa
Tipologi rumah-rumah tersebut memiliki bentuk atap yang berbeda untuk menunjukkan status sosial dan ekonomi pemilik rumah.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA DEFINISI BENTUK ATAP RUMAH MASYARAKAT JAWA: A. Tajug, yaitu atap dengan empat buah sisi ditambah soko guru tanpa bubungan; B. Joglo, yaitu atap yang memiliki empat buah sisi ditambah soko guru pada bagian tengahnya (tiang utama), dan bubungan; C. Limasan, yaitu atap yang memiliki empat buah sisi dengan sebuah bubungan di tengahnya; D. Kampung, atap yang terdiri dari dua sisi dan sebuah bubungan di tengahnya; E. Panggang pe, yaitu atap yang hanya terdiri dari satu bidang pada salah satu sisinya.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA DEFINISI RUANG PADA RUMAH TRADISIONAL JAWA: a. Pendopo merupakan bangunan terdepan dari rumah joglo yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau tempat mengadakan upacara-upacara adat. Secara filosofis, hal ini menggambarkan adanya prinsip keterbukaan yang dianut oleh tuan rumah. Pada umumnya pendopo selalu terbuka atau tidak diberi dinding penutup; b. Umah Jero atau Sentong; Bagian ini digunakan sebagai tempat tidur, tetapi sebelum orang tua menikahkan anaknya, maka pintu sentong akan selalu tertutup atau terkunci. Sentong baru dibuka atau dipakai untuk tidur setelah anaknya dinikahkan. Sentong ini terbagi menjadi tiga yaitu: (1). Sentong Tengen (Kanan ) sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah dinikahkan; (2). Sentong kiwo ( Kiri) sebagai tempat tidur bagi anak perempuan yang telah dinikahkan; (3). Sentong Tengah dianggap sakral dan digunakan untuk pemujaan. Masyarakat Jawa yang mayoritas menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian, percaya bahwa Sentong Tengah adalah tempat bersemayamnya roh nenek moyang yakni Dewi Sri sebagai Dewi.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA DEFINISI RUANG PADA RUMAH TRADISIONAL JAWA: c. Gandok merupakan bangunan yang terletak di samping (pavilium). Biasanya menempel dengan bangunan bagian belakang. Arah membujur gandok melintang pada rumah belakang. Gandok berfungsi sebagai tempat penyimpanan perabot dapur, ruang makan dan terkadang berfungsi sebagai dapur; d. Pringgitan merupakan bangunan yang biasanya terletak di antara pendopo dan dalem. Bangunan ini dipakai untuk pementasan wayang/ ringgit; e. Kuncung adalah bangunan yang terletak di samping atau depan pendopo yang berfungsi sebagai tempat bersantai misalnya minum teh atau membaca koran; f. Pawon merupakan bagaian dari suatu rumah joglo yang dipergunakan sebagai tempat untuk memasak.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA
KONSEP DASAR ARSITEKTUR JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA 1
Atap Joglo (Lawakan)
2
3
Atap Joglo (Pangrawit)
4
Atap Joglo (Mangkurat)
BENTUK ATAP RUMAH MASYARAKAT JAWA:
Atap Joglo Atap Pangrawit Joglo Kepuhan
Atap Joglo Kepuhan Lawakan
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA BENTUK ATAP RUMAH MASYARAKAT JAWA:
Atap Joglo (Jompongan)
Atap Joglo (Hageng)
Atap Joglo (Semartinandu)
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA BENTUK ATAP RUMAH MASYARAKAT JAWA:
Limasan Lambangsari
Limasan Trajumas Lawakan
Limasan Trajumas
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA BENTUK RUMAH MASYARAKAT JAWA DIPENGARUHI OLEH: A. Pendekatan Geometrik; dikuasai oleh kekuatan sendiri B. Pendekatan Geofisik; tergantung pada kekuatan alam lingkungan Kedua pendekatan mempunyai perannya masing-masing, situasi dan kondisi yang menjadikan salah satunya lebih kuat sehingga menimbulkan bentuk yang berbeda bila salah satu peranannya lebih kuat. Rumah Jawa merupakan kesatuan dari nilai seni dan nilai bangunan sehingga merupakan nilai tambah dari hasil karya budaya manusia yang dapat dijabarkan secara keilmuan.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA BENTUK-BENTUK RUMAH TINGGAL MASYARAKAT JAWA:
A. Rumah Bentuk Joglo B. Rumah Bentuk Limasan C. Rumah bentuk Kampung D. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug atau Tarub E. Rumah bentuk panggang Pe
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA RUMAH JOGLO Masyarakat jawa pada masa lampau menganggap bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh orang kebanyakan, tetapi rumah joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja, dan pangeran, serta orang yang terpandang atau dihormati oleh sesamanya saja. Banyak kepercayaan yang menyebabkan masyarakat tidak mudah untuk membuat rumah bentuk joglo. Kepercayaan yang beredar di Masyarakat Jawa, bahwa Pengubahan bentuk joglo pada bentuk yang lain merupakan Pantangan, sebab akan menyebabkan pengaruh yang tidak baik atas kehidupan selanjutnya, misalnya menjadi Melarat, mendatangkan musibah, dan sebagainya.
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA JENIS-JENIS RUMAH JOGLO: A. Joglo Lambangsari (atap menerus) B. Joglo Semar Tinandu (diilhami dari Semar ditandu) C. Joglo Kepuhan Lawakan (atap kepuh) D. Joglo Kepuhan Limolasan (atap kepuh/tutup) E. Joglo Kepuhan Apitan (atap kepuh dua) F. Joglo Pengrawit (atap joglo ukuran kecil/mungil) G. Joglo Sinom Apitan H. Joglo Ceblokan I. Joglo Jompongan J. Joglo Wantah Apitan K. Joglo Hageng L. Joglo Mangkurat
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA RUMAH JOGLO LAMBANGSARI Joglo Lambangsari merupakan joglo dengan sistem konstruksi atap menerus. Bentuk ini paling banyak dipakai pada bangunan tradisional jawa. Ciri- ciri Joglo Lambangsari: A. Bentuk denah persegi panjang B. Memakai pondasi bebatur: tanah yang diratakan dan lebih tinggi C. Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung D. Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. E. Menggunakan tumpang dengan 5 tingkat. F. Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap. G. Terdapat godhegan, biasanya berbentuk ragam hias ular-ularan. H. Menggunakan atap sistem empyak. I. Terdapat balok molo pada bagian paling atas. J. Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring.
JOGLO
LAMBANGSARI
POTONGAN
DENAH LAMBANGSARI
DETAIL KOMPONEN
ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL
MASYARAKAT JAWA RUMAH JOGLO SEMAR TINANDU Joglo Semar Tinandu, yaitu jenis rumah Joglo yang memiliki simbol seperti semar diusung atau semar dipikul. Bentuk ini diilhami dari bentuk tandu. Joglo ini biasanya digunakan untuk regol atau gerbang kerajaan, dengan ciri- ciri: A. Denah berbentuk persegi panjang; B. Pondasi bebatur, yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi; C. Memakai 2 saka guru sebagai tiang utama yang menyangga atap; D. Terdapat 2 pengeret sebagai penyangga balok tandu; E. Memiliki tumpang 3 tingkat yang ditopang balok tandu; F. Atapnya memiliki 4 jenis empyak, seperti Lambangsari; G. Pada atap terdapat molo H. Menggunakan rigereh, usuk yang pada bagian atas bersandar pada dudur sedangkan bagian bawah bertumpu pada balok pengeret; I. Biasanya digunakan untuk regol (pintu masuk).
JOGLO
SEMAR TINANDU
POTONGAN
DENAH LAMBANGSARI
DETAIL KOMPONEN
CONTOH-CONTOH BANGUNAN BER-ARSITEKTUR JAWA TAMAN KRIDA BUDAYA-JAWA TIMUR
CONTOH-CONTOH BANGUNAN BER-ARSITEKTUR JAWA
KOMPLEKS MAKAM BUNG KARNO-BLITAR
CONTOH-CONTOH BANGUNAN BER-ARSITEKTUR JAWA CANDI PENATARAN, TAMAN KRIDA BUDAYA JAWA TIMUR
CANDI PENATARAN, TAMAN KRIDA BUDAYA JAWA TIMUR
TERIMA KASIH