BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fondasi paling penting bagi kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang lebih baik. Karena pendidikan sangat penting bagi manusia khususnya negara-negara yang masih berkembang. Pendidikan merupakan satu-satunya jalan untuk mengejar ketertinggalan dengan bangsabangsa lain yang telah maju berkembang. Menoleh dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli pendidikan, diantaranya Langevent, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap orang lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan ( Rasyidin dkk, 2010: 26). Pendidikan berpengaruh membentuk pola pikir seseorang, untuk membentuk moral dan karakter membangun anak bangsa sebagai generasi-generasi visioner yang berkualitas. Rasyidin dkk, (2009:3) memaparkan bahwa anak manusia yang terlahir tidak berdaya, tidak dilengkapi insting yang sempurna, masih penyesuaian untuk belajar memerlukan waktu yang cukup lama, kemampuannya masih terbatas, oleh karenanya anak manusia perlu bantuan, perlu perlindungan dan perawatan. Di sisi lain, manusia sebagai bagian dan masyarakat perlu budaya kelompok, perlu warisan sosial budaya, perlu kehidupan beradab dan perlu pendidikan. Dengan demikian manusia sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna, perlu dan harus dididik dan mendidik. Menurut pendapat Soekidjo Notoatmodjo (2013:2) “Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga
mereka
melakukan
apa 1
yang
diharapkan
oleh
pendidikan
NURUL AFFIQ NAZRIL B. ISMAIL, 2015 PERBANDINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselengarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemendiknas), dahulu bernama Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud) dalam hal ini, pemerintah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun untuk seluruh warga negara, yakni enam tahun pendidikan dasar (sekolah dasar), tiga tahun pendidikan menengah pertama (SMP) dan tiga tahun pendidikan menengah atas (SMA). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecergasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Secara umum tujuan pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, lebih jelasnya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU no.20, Tahun 2003,Pasal 3) Manakala di Malaysia, seluruh pendidikan dikembangkan oleh pihak Kementerian Pendidikan Malaysia. Seperti yang telah ditetapkan oleh Pusat Perkembangan Kurikulum Kementerian Pendidikan Malaysia bahwa: “Pendidikan adalah suatu usaha berterusan ke arah lebih memperkembangkan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelak, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan.
3
Pendidikan bertujuan untuk melahirkan warganegara Malaysia yang berilmu pengetahuan,
berketerampilan,
berakhlak
mulia,
bertanggungjawab
dan
kemampuan untuk mencapai kesejahterann diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga, masyarakat dan negara. Pendidikan di Malaysia harus di ikuti selama sebelas tahun, yakni enam tahun di sekolah rendah dan lima tahun di sekolah menengah. Dari sekian banyak unsur pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses perkembangan potensi peserta didik. Kurikulum diibaratkan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai finish untuk
memperoleh medali atau penghargaan. Namun saat sekarang, jika diterapkan dalam dunia pendidikan bisa diartikan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuhi oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Menurut Alberty (1965:2) kurikulum adalah semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the student). Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan dalam kelas saja, tetapi mencakup kegiatan-kegiatan luar kelas juga. Di negara Indonesia, struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten dalam bentuk mata pelajaran, peranan konten pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten pelajaran dalam semester atau tahun, beban untuk mata pelajaran dan beban belajar perminggu untuk setiap siswa. Kurikulum mengembangkan tiga aspek yaitu aspek filosofis, aspek yuridis dan aspek konseptual. Ketiga aspek tersebut adalah landasan pengembangan kurikulum di Indonesia. Dalam kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti merupakan terjemahan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik yang disesuaikan dengan pendidikan. Gambaran mengenai kompetensi inti dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan dan
4
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skill dan sofl skill. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri-ciri dari suatu mata pelajaran. Di
Malaysia,
kurikulum
dikembangkan
oleh
Pusat
Perkembangan
Kurikulum Kementerian Pendidikan Malaysia. Kurikulum di Malaysia terdiri dari
Huraian
Sukatan
Pelajaran
(kompetensi)
yaitu
dokumen
yang
memperincikan kandungan Sukatan Pelajaran yang bertujuan untuk memenuhi cita-cita murni dan semangat Falsafah Pendidikan Kebangsaan dan menyediakan peserta didik untuk menghadapi arus globalisasi serta ekonomi. Dalam Sukatan Pelajaran (kompetensi) Pendidikan Jasmani mengandungi tiga konsep utama yaitu kecergasan (kecerdasan) yang menitikberatkan pada kemampuan siswa melakukan aktivitas fisik, kemahiran menitikberatkan keterampilan
asas
dalam
permainan
dan
kesukanan
(olahraga)
yang
menitikberatkan pengetahuan jalan mengimplementasikan nilai-nilai dalam pendidikan jasmani. Secara umum kurikulum adalah alat untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya ke arah tujuan pendidikan kurikulum itu segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru, sarana dan prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematik dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum mengandungi domain-domain atau aspek-aspek yang perlu dikembangkan. Menurut Bloom dan Krathwohl dan Bloom dan Maria (dalam Rusman, 2012: 171) “Klasifikasi tujuan terdiri dari tiga domain atau tiga
5
skemata, yakni : 1) Domain Kognitif; 2) Domain Afektif; 3) Domain Psikomotorik”. Aspek kognitif menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi. Aspek afektif menekankan pada sikap, perasaan, emosi dan karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat. Sedangkan aspek psikomotor, menekankan pada keterampilan gerak. Keterampilan fisik dapat berupa gerakan-gerakan atau kemampuan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar. Pendidikan yang bisa mengembangkan ketiga aspek sekaligus yakni aspek kognitif, afektif dan psikomor adalah pendidikan jasmani. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah sebagai alat membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting untuk perkembangan anak dan pendidikan anak secara menyeluruh. Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi sistematis antara anak didik dan lingkungan yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukkan manusia seutuhnya. Dengan demikian pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang menunjang perkembangan siswa melalui kegiatan fisik. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dalam proses pendidikan, karena banyaknya manfaat yang diterima oleh siswa ketika mempelajari pendidikan jasmani di sekolah. Menurut James A. Baley dan David A. Field (dalam Abduljabar, 2011: 7): „Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organic, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani‟. Selain itu Piaget (2012: 7) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya-cipta dan yang dapat menemukan atau discover. Hal ini berarti bahwa guru harus mendidik anak menjadi individu yang mampu melakukan halhal yang baru dan tidak hanya sekedar mengulang apa yang telah dilakukan
6
generasi sebelumnya, tanpa meninggalkan nilai-nilai
yang berlaku di
lingkungannya. Dewasa ini, banyak negara di dunia yang menempatkan pendidikan jasmani sebagai bagian yang integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Misalnya di Jepang, China, Inggris, Jerman, Rusia, Amerika, Singapore dan beberapa negara lainnya yang telah melaksanakan pendidikan jasmani meskipun dengan cara dan prosedur yang berbeda. Di Indonesia, pendidikan jasmani sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan nasional. Hal ini dapat diamati dari wajibnya pendidikan jasmani diselenggarakan di setiap jenjang dan tingkat pendidikan. Dari mulai Taman Kanak-kanak (TK), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan ada beberapa Perguruan Tinggi (PT) yang mewajibkan seluruh mahasiswanya mengikuti perkuliahan pendidikan jasmani dan olahraga dengan jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) tertentu. Begitu pun di Malaysia. Pendidikan Jasmani wajib diikuti seluruh siswa mulai dari tingkat pra-sekolah sampai ke peringkat perguruan tinggi. Hal ini terlihat dari siswa yang diminta memilih salah satu cabang olahraga yang telah disediakan yang disebut dengan kokurikulum. Proses belajar mengajar merupakan bagian yang terpenting dalam proses pendidikan yang di dalamnya terdapat guru sebagai pengajar dan siswa yang sedang belajar. Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 19), proses belajar mengajar adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.” Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasi belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Proses belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara opimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Di Indonesia proses belajar mengajar harus sesuaian dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru sebelum dimulanya pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
dijabarkan
dari
silabus
untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara lengkap dan sistematik agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, kreatifitas dan kemandirian siswa. Dalam prosesnya pembelajaran harus mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan
nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),
serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Sedangkan proses pembelajaran pendidikan jasmani di Malaysia, guru harus melaksanakan pembelajaran berdasarkan Sukatan Pelajaran atau yang disebut RPP yang telah ditetapkan oleh kementerian atau pemerintah. Selain Sukatan Pelajaran, guru juga perlu merujuk kepada dokumen Huraian Sukatan Pelajaran. Sukatan Pelajaran Pendidikan Jasmani disusun mengikuti tiga tunjang atau aspek utama yaitu kecergasan, kemahiran dan kesukanan.
8
Sukatan Pelajaran Pendidikan Jasmani tersebut mengandungi kurikulum untuk tingkat sekolah menengah atau SMA yang rinci dan objektif. Objektif bagi setiap tahun diberikan untuk membantu guru merancang pengajaran dan pembelajaran mata pelajaran ini dengan lebih tepat dan berkesan. Dalam sukatan pelajaran pendidikan jasmani tersebut mengandungi tiga jalur bidang / unit pembelajaran yang merangkumi tajuk dan subtajuk yang terdapat dalam pada setiap tahap pembelajaran. Guru bisa menambah tajuk atau pembelajaran di mana perlu mengikuti kesesuaian murid, peralatan dan lingkutan. Guru memainkan peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan, dalam proses pembelajaran guru menguasai dan mengawal segala aktivitas pelajaran seperti guru memberi penjelasan dan murid mendengarkan. Menurut Mawer (2008:100), “Mengajar merupakan suatu aktivitas berfikir yang professional dan apa-apa yang sebenarnya dilakukan di dalam bilik darjah adalah tergantung kepada proses pemikiran guru sebelum kelas bermula.” Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, guru memainkan peranan yang sangat penting. Hal ini seperti diungkapkan oleh Undang-undang Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 sebagai berikut: “pendidikan professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” Secara umum, Negara Indonesia dan Malaysia berada dalam satu rumpun. Tetapi kedua negara tersebut memiliki budaya dan keyakinan yang berbeda dan akan berdampak pada sistem pelaksanaan pendidikan jasmani di kedua Negara ini. Karena itu untuk lebih menyakinkan corak dan warna mata pelajaran pendidikan jasmani di kedua Negara ini, perlunya penelitian yang lebih dalam untuk mengetahui perbedaan pendidikan jasmani antara Indonesia dan Malaysia.
9
Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa terdapat gejala-gejala yang mengarahkan pada orentasi tujuan masing-masing, terutama pada tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kementerian pendidikan. Sehubungan dengan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atau mengkaji yang akan dituangkan berdasarkan judul yang telah ditetapkan yaitu: Perbandingan Implementasi Kurikulum Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Antara Indonesia dan Malaysia.
B. Identifikasi Masalah Penelitian Secara umum, kurikulum adalah alat untuk mengembangkan peserta didik yang harus ditempuh dari awal sampai akhir yang mengarahkan siswa untuk belajar. Kurikulum adalah panduan untuk seorang guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan sepintas di lapangan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran pendidikan jasmani, terdapat beberapa perbedaan pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah Indonesia dan di sekolah Malaysia. Guru merupakan figure (sosok) sentral dalam mengantarkan manusia (murid) kepada tujuan yang mulia. Khoe Yao Tung (2002, 10) menyebutkan guru merupakan ujung tombak sekaligus faktor kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam ayat 2 pasal 1 disebut bahwa „dosen‟ adalah „pendidik professional
dan
ilmuwan
dengan
tugas
utama
mentransformasikan,
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Guru-guru pendidikan jasmani diharapkan dapat mengembangkan 3 aspek yang penting dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang bersesuaian dengan
10
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kementerian (bahasa Malaysia) yakni tiga aspek psikomotor, kognitif dan afektif. Selama pengamatan ke sekolah, khususnya guru-guru di Bandung, peneliti melihat
guru-guru
lebih
menekankan
pada
aspek
psikomotor
siswa
berbandingkan aspek kognitif dan afektif siswa. Selama pengamatan proses pembelajaran, peneliti melihat guru kurang menekankan perkembangan aspekaspek kognitif dan afektif siswa.. Hal ini menyebabkan anak akan lebih berkembang pada aspek psikomotor yaitu skill atau gerak dibandingkan dengan aspek kognitif dan afektif. Kurangnya penekananan pada sikap kognitif siswa, akan menghambat perkembangan pemikiran dan pengetahuan siswa tentang apa yang dipelajari pada saat aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani. Siswa juga akan kurang berdisiplin jika guru kurang menekankan aspek afektif pada saat pembelajaran. Hal ini mengakibatkan, pada saat proses pembelajaran siswa cenderung melakukan kegiatan sendiri dari pada melakukan kegiatan yang di berikan atau disampaikan oleh guru. Sedangkan di Malaysia, guru menitik beratkan pada psikomotor dan kognitif siswa. Namun aspek afektif yang diterapkan pada siswa kurang dititik beratkan oleh guru. Hal ini akan membuat siswa kurang berdisiplin pada saat aktivitas pembelajaran dan aspek afektif siswa juga kurang berkembang dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah dan kementerian. Proses pembelajaran kurang berjalan dengan apa yang diharapkan jika aspek afektif kepada siswa kurang dikembangkan. Sehingga siswa bebas berkeliaran dan melakukan aktivitas sendiri. Interaksi antara guru dan siswa kedua negara bisa dikatakan humanis. Namun masih ada sebagian guru yang menggunakan cara komando dengan cara membariskan siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan bertujuan supaya tertib. Maka dari itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti implementasi pembelajaran pendidikan jasmani antara Indonesia dan Malaysia.
11
C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia dan Malaysia? 2. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan jasmani di persekolahan Indonesia dan Malaysia?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sesuai dengan latar belakang masalah. Maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum pendidikan jasmani dan proses pembelajaran pendidikan jasmani di persekolahan Indonesia dan Malaysia.
E. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi panduan untuk guru-guru pendidikan jasmani khusus guru-guru pendidikan jasmani di Indonesia dan guru-guru di Malaysia untuk memajukan atau meningkatkan mutu pendidikan jasmani kesehatan di Negara tersebut. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk pemerintah atau kementerian pendidikan jasmani di Indonesia dan di Malaysia mengenai kurikulum dan pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani di negara tersebut.
12
F. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal yang perlu dikembangkan dari substansi yang ingin diketahui dalam penelitian tindakan kelas ini agar tidak terjadi salah penafsiran dan permasalahan menjadi melebar kemana-mana sehingga perlu adanya batasan masalah. Adapun masalah-masalah penelitian yang ingin diketahui adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya menitik beratkan pada kurikulum dan proses pembelajran pendidikan jasmani di sekolah. 2. Variable bebas adalah pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia dan Malaysia. 3. Variable terikat adalah proses pembelajaran pendidikan jasmani di SMK Negeri 1 Bandung dan Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Baru Salak Tinggi. 4. Sampel dalam penelitian ini adalah guru dan siswa SMK Negeri 1 Bandung Kelas 2, Indonesia dan guru dan siswa Sekolah Menengah Kebangsaan Bandar Baru Salak Tinggi Tingkatan 4, Malaysia. 5. Penelitian proses pembelajaran pendidikan jasmani lebih difokuskan seperti: Kurikulum pendidikan jasmani, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan langkah-langkah pembelajaran 6. Instrument penelitian menggunakan berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.