PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 6. Oktober 2015, 169-176
PENGARUH PENERAPAN LKS BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM-ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 3 RANAH PESISIR Nurfah Wilda1, Hufri2, Fatni Mufit3 1
Mahasiswa Pendidikam Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang Staff Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
[email protected]
2
ABSTRACT The low scores of the students of SMPN 3 Ranah Pesisir in Physics were caused by the lack of their activeness and interaction in learning process. One effort to help the students to solve these problems was by applying LKS that is TAI-oriented learning model. Based on the problems above the study whose purpose was to find out the effect of TAI-oriented learning model had been conducted toward the scores of the second year students of SMPN 3 Ranah Pesisir in Physics. The research design used was Quasi Experimental, using Randomized Control Group Only Design. The population of this research was the second year students of SMPN 3 Ranah Pesisir who were registered in the academic year 2014/2015, while the samples were selected by using purposive sampling technique. The data involved the students’ scores in cognitive, affective and psychomotor domains. The data from those three domains were analyzed by using t-test. The score of experiment class in cognitive domain was 88.38, higher than control class, 80.01. The score of experiment class in affective domain was73.94, and the control class was 63.58. Further, the score of experiment class in psychomotor domain was 88.91, higher than control class, 80.89. After applying t-test to the three domains, then, the hypothesis could be accepted. It can be concluded that there is a significant effect of using LKS that is TAI-oriented learning model toward the scores of the second year students of SMPN 3 Ranah Pesisir in Physics, on the degree of 0.05. Keyword: Student Worksheets, Team-Assisted Individualization, Physical competence pembelajaran[2]. Kurikulum 2013 bertujuan agar siswa memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan jauh lebih baik[2]. Mereka akan lebih kreatif, inovatif dan produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Pendidikan Sains termasuk fisika diperlukan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai sumber daya yang berkualitas, man-diri, saling kerjasama, maka seorang guru harus bisa membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, merencanakan kegiatan pembela-jaran dengan baik, dan menyediakan fasilitas be-lajar siswa sehingga mereka dapat belajar dengan baik, saling berinteraksi, kerjasama. Semakin banyak keterlibatan siswa maka semakin besar keinginan siswa untuk memahami pelajaran yang diberikan. Siswa akan tertantang dan saling berpartisipasi aktif dalam menemukan, mendalami sendiri, dan bekerjasama dengan teman sekelompoknya sehingga materi pelajaran akan lebih lama diingat. Jika hal ini dapat
PENDAHULUAN Fisika merupakan suatu ilmu yang mempu-nyai peranan besar dalam menunjang ilmu penge-tahuan dan teknologi. Ilmu fisika pada umumnya, adalah ilmu yang menjelaskan tentang fenomena alam yang ditemui dalam kehidupan, Ilmu fisika memberikan masukan yang sangat besar bagi pem-bangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IP-TEK). Berbagai fenomena alam yang menarik se-perti bintang jatuh, gerhana, gempa bumi dan lain- nya dapat dijelaskan dengan ilmu fisika. Begitu pula dengan teknologi sederhana sampai teknologi modern sebagian besar merupakan aplikasi dari ilmu fisika. Mengingat begitu pentingnya peranan fisika dalam perkembangan IPTEK tersebut, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan pengetahuan fisika siswa[1]. Salah satu usaha adalah perubahan kurikulum dan memperbaiki kualitas guru fisika. Kurikulum 2013 untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang me-reka peroleh atau mereka ketahui setelah mem-pelajari materi
169
terlaksana dengan baik maka besar kemungkinan hasil belajar yang didapat siswa akan meningkatkan dan Kri-teria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetap-kan oleh satuan pendidikan tersebut dapat tercapai. Namun kenyataannya di lapangan khususnya di SMPN 3 Ranah Pesisir pencapaian kompetensi siswa pembelajaran fisika masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 3 Ranah Pesisir bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Dapat dilihat melalui ketuntasan siswa dari nilai rata-rata Ulangan Harian IPA Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Ranah Pesisir tahun ajaran 2014/2015 yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,00 sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Team-Assisted Individualization (TAI)[3]. TAI menggabungkan kooperatif dengan pengajaran individu Pembelajaran kooperatif tipe TAI tersusun atas kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima siswa dengan kemampuan akademis dan latar belakang yang berbeda[3]. Setiap siswa mempelajari materi, mengerjakan soal dan meminta teman sekelompoknya untuk mengoreksi jawabannya. Apabila model pembelajaran tipe kooperatif TAI ini diterapkan di SMPN 3 Ranah Pesisir, maka siswa dapat meningkatkan kemampuan individu dan kemampuan berasosialisasi dengan siswa lain atau saling bekerjasama antar siswa. Pada pembelajaran IPA Fisika juga diperlukan bahan ajar yang dapat membuat keaktifan dan interaksi belajar siswa meningkat. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Salah satu bahan ajar tertulis adalah berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS sebagai bahan ajar bagi guru harus disusun sedemikian rupa, sehingga pembelajaran dapat lebih berkualitas[4]. Untuk menumbuhkan kemampuan pikir siswa yang baik maka LKS yang disusun perlu berorientasi kepada model pembelajaran TAI. LKS berorientasi model pembelajaran TAI ini setiap langkah-langkah pembelajaran TAI[5] dituangkan dalam LKS. Dengan penggunaan LKS diharapkan siswa mampu berinteraksi dengan berbagai sumber belajar, berfikir kritis dan melakukan olah pikirnya dalam memahami konsep fisika dengan baik. Penerapan model pembelajaran tipe TAI yang berorientasi LKS ini nantinya diharapkan dapat mengarahkan cara kerjasama siswa di dalam kelas, menjadikan siswa untuk lebih memperhatikan penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Siswa banyak dituntut bekerja untuk menemukan suatu konsep dengan mengisi LKS yang diberikan guru. Guru memberikan masalah yang biasa terjadi di lingkungan kemudian siswa memecahkan masalahnya, mulai dari pengamatan siswa terhadap contoh yang kompleks atau khusus untuk mendapatkan prinsip yang umum. LKS dibagikan di awal pembelajaran pada setiap pertemuan. Bertitik tolak dari uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian sebagai judul penelitian “Pengaruh Penerapan LKS Berorientasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Ranah Pesisir”.
Tabel 1. Nilai Rata-rata UH Kelas VIII SMPN 3 Ranah PesisirTahun Ajaran 2014/2015 No
Kelas
Nilai
Jumlah siswa
1 VIII1 69,35 30 2 VIII2 67,30 30 3 VIII3 65,70 30 4 VIII4 62, 40 29 5 VIII5 58,70 29 Sumber: Guru Fisika SMP N 3 Ranah Pesisir Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi peneliti di SMP Negeri 3 Ranah Pesisir ini, rendahnya pencapaian hasil belajar IPA Fisika siswa dapat disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya adalah kurangnya kerjasama antar siswa dalam mengerjakan tugas, Sehingga siswa yang pintar makin pintar dan siswa yang lambat dalam berfikir semakin terlambat. sebagian besar siswa tidak tertarik pada pelajaran IPA Fisika. Hal ini terlihat dari adanya siswa yang keluar masuk kelas, dan dalam mengerjakan tugas terkesan kurang serius. Siswa juga mengangap pelajaran IPA Fisika merupakan pelajaran yang sangat sulit dipahami, abstrak, dan rumusnya yang rumit sehingga siswa kurang berminat dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu diterapkan kepada siswa model pembelajaran yang mendukung siswa untuk ingin belajar IPA khususnya fisika, dan menciptakan suasana saling bekerjasama dalam menyelesaikan soal-soal yang di berikan guru. Dari hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran IPA Fisika SMPN 3 Ranah Pesisir, kerjasama antar siswa rendah. Dalam proses pembelajaran siswa mengerjakan tugas sendiri-sendiri tanpa membantu teman yang belum mengerti pada suatu permasalahan, Sehingga siswa yang tidak mengerti dengan suatu materi pembelajaran hanya menunggu hasil dari temannya tanpa adanya usaha untuk mencari jawaban/solusinya.
170
afektif melalui pengamatan lembaran observasi, dan aspek psikomotor melalui lembaran observasi. Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan perlu disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu: Pada tahap persiapan ini segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu menetapkan tempat penelitian yaitu di SMPN 3 Ranah Pesisir, menentukan jadwal penelitian, menetapkan sampel penelitian yaitu kelas VIII2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII3 sebagai kelas kontrol, mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS untuk masing-masing kelas eksperimen dan kontrol, membuat kisi-kisi soal uji coba, lembar observasi ranah afektif, dan lembar penskoran ranah psikomotor. Pada tahap pelaksanaan ini yang membedakan adalah perlakuan pembelajaran yang diberikan kepada kedua kelas. Pada kelas VIII2 atau kelas eksperimen dilakukan pembelajaran menggunakan LKS berorientasi model pembelajaran koopertif tipe TAI. Sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan LKS biasa. Setelah proses pembelajaran selesai, kedua kelas sampel diberikan lembaran tes akhir untuk melihat hasil belajar ranah kognitif yang diperoleh siswa setelah pembelajaran. Tes ini disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa. Mengumpulkan data hasil belajar ranah siswa dengan lembaran format penilaian ranah afektif. Mengumpulkan data hasil belajar ranah psikomotor siswa dengan lembaran rubrik penskoran. Setelah itu dilakukan pengolah hasil tes akhir pada kedua kelas sampel dan menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh. Instrumen yang digunakan adalah lem-baran tes tertulis untuk ranah kognitif, lembaran observasi untuk pengamatan ranah afektif dan lembaran rubrik penskoran untuk pengamatan pada ranah psikomotor. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan yaitu: Instrumen untuk menentukan hasil belajar pada ranah kognitif digunakan instrumen berupa lembaran tes objektif yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Agar tes dapat menjadi alat ukur yang baik dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: membuat kisi-kisi soal tes akhir berbentuk objektif sebanyak 50 butir, melakukan uji coba tes akhir di SMPN 1 Ranah Pesisir pada kelas VIII2. Berdasarkan hasil uji coba dilakukan analisis soal untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda soal, validitas, dan reliabilitas. Hasil dari analisis itulah yang akan diperoleh soal-soal tes akhir. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk memperoleh instrumen tes yang benar valid, maka instrumen tes dibuat berdasar-
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian eksperimen semu merupakan penelitian yang tidak mengontrol semua variabel yang berhubungan dengan sampel kecuali beberapa variabel yang diperlukan di dalam penelitian[6]. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design[6]. Penelitian ini membutuhkan dua kelompok sampel yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen menggunakan LKS berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe TAI, sedangkan untuk kelas kontrol hanya meng-gunakan LKS biasa. Populasi merupakan sekumpulan objek yang akan diteliti[7]. Populasi yang akan diguna-kan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pada kelas VIII SMPN 3 Ranah Pesisir yang terdaftar pada tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 8 kelas. Populasi terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Ranah Pesisir No. Kelas Jumlah Siswa 1 VIII 1 30 2 VIII 2 30 3 VIII 3 30 4 VIII 4 29 5 VIII 5 29 Jumlah 148 Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 3 Ranah Pesisir Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi yang diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian[8]. Sampel yang dipilih haruslah representatif yaitu meng-gambarkan keseluruhan karakteristik dari suatu populasi. Sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan, dibutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling[7]. Variabel penelitian terdiri dari tiga bagian yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Sebagai variabel bebas adalah menggunakan LKS model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar IPA Fisika pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor setelah perlakuan diberikan. Sebagai variabel kontrol adalah materi yang digunakan sesuai dengan kurikulum 2013, kemampuan awal siswa antara kedua kelas sama, waktu pembelajaran dengan guru yang sama, jumlah dan jenis soal yang diujikan pada kedua kelas sama. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari hasil perlakuan terhadap sampel penelitian. Data hasil belajar siswa untuk menilai aspek kognitif di akhir pembelajaran di ambil setelah siswa di berikan lembaran tes akhir, ranah
171
terdistribusi normal atau tidak[9], maka digunakan uji Liliefors. Uji homogenitas bertujuan untuk meli-hat apakah kedua kelas sampel sudah mempunyai varians yang homogen atau tidak[9]. Untuk membuktikan mengujinya dilakukan uji F. Uji F ini dilakukan dengan mencari varians masing-masing data yang diperoleh. Hasil uji normalitas dan homogenitas menimbulkan beberapa kemungkinan. Untuk menguji hipotesis maka dilakukan uji kesamaan dua ratarata dengan ketentuan sebagai berikut[9]: ………........................…(4)
kan kurikulum. Adapun soal yang disusun berpedoman pada ketercapaian indikator untuk mata pelajaran IPA kelas VIII semester 1 pada tahun ajaran 2014/2015 dengan materi gerak lurus, pesawat sederhana. Sebuah tes dapat dikatakan apabila mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes yang diperoleh dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menentukan indeks reliabilitas tes maka akan digunakan rumus Kudar Richardson (KR-21)[8]. ..................... (1) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesukaran soal (indeks kesukaran), dapat digunakan rumus[8] sebagai berikut : P=
Dimana
..................................................... (2)
……..............…(5)
Daya pembeda soal digunakan untuk membedakan antara siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. Untuk mencari daya beda dari sebuah instrumen dapat menggunakan persamaan[8] berikut ini: D=
Ranah afektif disajikan dalam bentuk kualitatif berupa huruf yang didapatkan dari hasil konversi angka nilai akhir. Analisis data hasil observasi dilakukan dengan menjumlahkan semua komponen-komponen pada ranah afektif yang sudah diberi skor dalam rentang 0 dan 1, dan skor yang diperoleh siswa dijumlahkan untuk setiap siswa. Jumlah skor yang diperoleh dikonversi menjadi huruf. Lembaran observasi ranah afektif dalam penelitian ini akan diisi dengan cara memberi skor terhadap sikap peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Pada ranah afektif ini juga dilakukan uji hipotesis dengan uji statistik yaitu uji kesamaan dua rata-rata. Untuk analisis selanjutnya sama dengan analisis ranah kognitif. Teknik menganalisis data yang digunakan untuk ranah psikomotor pada penelitian ini adalah dengan menggunakan lembaran rubrik penskoran. Pada ranah ini yang dinilai adalah aktivitas selama melakukan praktikum. Penilaian yang dilakukan pada ranah ini dibuat dalam bentuk lembaran rubrik penskoran. Jumlah skor yang diperoleh siswa dikonversi menjadi huruf. Selanjutnya jumlah skor setiap siswa dianalisa menggunakan uji statistik dengan uji kesamaan dua rata-rata. Untuk analisis selanjutnya sama dengan analisis ranah kognitif.
............................................ (3)
Penilaian penelitian pada ranah afektif adalah sikap dan perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ranah afektif ini menggunakan lembaran format observasi yang akan memuat aspek-aspek yang akan diamati dari sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek tersebut adalah antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi antar peserta didik, kerjasama kelompok, aktifitas peserta didik dalam kelompok dan partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan hasil pembahasan Pada ranah psikomotor, sistem penilaian bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa yang berkaitan dengan gerak dalam melakukan pekerjaan. Penilaian dapat dilakukan pada saat kegiatan praktikum di laboratorium. Bentuk penilaiannya menggunakan lembaran rubrik penskoran dimana aspek yang dinilai adalah tahap identifikasi, tahap konstruksi, tahap penyampaian hasil. Instrumennya berupa lembaran observasi yang bertujuan untuk melihat aktivitas siswa selama praktikum berlangsung di kelas. Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis kerja yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t sebagai uji hipotesis, adapun syaratnya melakukan uji normalitas, uji homogenitas. Sebelum pengujian hipotesis, perlu dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk menentukan uji kesamaan dua rata-rata yang akan digunakan. Uji normalitas bertujuan untuk melihat sampel yang didapat berasal dari populasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji hipotesis ini adalah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas kedua kelas sampel terlebih dahulu, kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Dari uji normalitas dan homogenitas kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan varians yang 172homogen, maka untuk mengambil kesimpulan digunakan uji t. Data penilaian kompetensi pada ranah kognitif diperoleh dari lembaran tes akhir dengan menggunakan tes tertulis berbentuk soal objektif sebanyak 45 butir soal diberikan kepada kedua kelas sampel pada akhir kegiatan proses pembela-
172
jaran yang direncanakan untuk penelitian. Dari hasil perhitungan secara 173statistik, diperoleh nilai rata-rata ( x ), simpangan baku (S), dan varians (S2) pada kelas eksperimen dan 173kontrol seperti pada Tabel 3.
hipotesis tersebut digunakan uji t. Hasil perhitungan untuk uji hipotesis disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Hipotesis Kedua Kelas Sam-pel Pada Ranah Kognitif Kelas N S2 S Th Tt 88,38 Eksperimen 30 49,51 7,03 5,07 2,00 Kontrol 30 80,01 61,982 7,87
Tabel 3. Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku dan Varians, Kedua Kelas Sampel Kelas
N
X
S
S2
Eksperimen Kontrol
30 30
88,38 80,01
7,03 7,87
49,51 61,98
Tabel 6 menunjukkan bahwa thitung = 5,07 sedangkan ttabel = 2,00 dengan kriteria pengujian terima Ho bila th
Tabel 3 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada penilaian ranah kognitif kelas eksperimen (88,38) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (80,01). Nilai pada simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai simpangan baku kelas kontrol, artinya nilai pada kelas eksperimen lebih merata disbandingkan dengan nilai pada kelas kontrol. Uji normalitas pada ranah kognitif menggunakan uji Liliefors. Hasil uji normalitas tes akhir kedua kelas sampel disajikan pada Tabel4. Tabel 4 . Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Kognitif Kelas
N
Eksperimen 30 Kontrol 30
Α 0,05
L0
Lt
Tabel 7. Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku dan Varians, Kedua Kelas Sampel
Ket
0,10 0,1618 Normal 0,13 0,1618 Normal
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada taraf nyata 0,05, hasil perhitungan uji normalitas Lo
N
Eksperimen
30
Kontrol
30
Α
Fhitung Ftabel Keterangan
0,05 1,25
1,69
X
s
73,94 63,58
15,97 19,06
S2 255,08 363,34
Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai ratarata kompetensi pada ranah afektif kelas eksperimen (73,94) lebih tinggi dibanding kelas kontrol (63,58). Nilai varians dan simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil jika dibandingkan dengan kelas kontrol, artinya nilai pada kelas eksperimen lebih merata dibandingkan dengan nilai pada kelas kontrol. Penilaian ranah afektif dilakukan pada setiap kali pertemuan. Pada penelitian ini dilakukan observasi terhadap enam kali pertemuan proses pembelajaran berturut-turut. Dalam menarik kesimpulan dari ranah afektif maka dilakukan uji hipotesis secara statistik. Dalam uji normalitas, penulis menggunakan uji Liliefors. Hasil tes akhir pada kedua kelas sampel disajikan pada Tabel 8.
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Pada Ranah kognitif Kelas
N 30 30
Homogen
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap data tes akhir pada kedua kelas sampel ternyata dapat diperoleh Fhitung = 1,25 dan Ftabel dengan taraf nyata α = 0,05 pada dkpembilang 29 dan dkpenyebut 29 adalah 1,69. Hasil menunjukkan Fh
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Afektif Kelas
N
Α
Eksperimen 30
L0
Lt
Ket
0,1522 0,1618
Normal
0,0719 0,1618
Normal
0,05 Kontrol
173
30
Tabel 8 menunjukkan bahwa pada kedua kelas sampel memdapatkan nilai Lo< Lt pada taraf nyata 0,05, berarti data yang diperoleh dari hasil belajar ranah afektif pada kedua kelas sampel terdistribusi normal. Uji homogenitas digunakan uji F. Hasil perhitungan uji homogenitas terdapat padaTabel 9.
Tabel 11. Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku dan Varians, Kedua Kelas Sampel
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Afektif
Tabel 5 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada ranah psikomotor kelas eksperimen (88,91) lebih tinggi dari kelas kontrol (80,89). Nilai varians dan simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai simpangan baku kelas kontrol, artinya hasil belajar pada ranah psikomotor kelas eksperimen lebih merata dibandingkan kelas kontrol. Penilaian ranah psikomotor diperoleh melalui lembaran rubrik penskoran yang diambil selama proses demonstrasi berlangsung, yaitu selama enam kali pertemuan. Dalam uji normalitas ini, penulis menggunakan uji Liliefors. Hasil uji nor-malitas kemampuan unjuk kerja kedua kelas sampel disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Psikomotor
Kelas
N
Eksperimen
30
Kontrol
30
Α
Fh
Ft
0,05 1,42
1,85
Keterangan Homogen
Tabel 9 memperlihatkan bahwa hasil uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap data yang didapat dari hasil belajar ranah afektif kedua kelas sampel ternyata dapat diperoleh Fhitung = 1,42 dan Ftabel=1,85 pada taraf nyata α = 0,05 pada dkpembilang 29 dan dkpenyebut 29. Hasil menunjukkan Fh < Ft, berarti data kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen. Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh bahwa data pada kedua kelas sampel y a n g d i d a p a t berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan pada kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen, maka untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji t. Hasil perhitungan untuk uji hipotesis disajikan pada Tabel 10.
Kelas
N
X
S
S2
Eksperimen Kontrol
30 30
88,91 80,89
7,43 9,41
55,21 88,64
Kelas
N
α
Eksperimen 30
L0
Lt
Ket
0,145
0,1618
Normal
0,1061 0,1618
Normal
0,05 Kontrol
30
Tabel 12 menunjukkan bahwa pada kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo
Tabel 10. Hasil Uji Hipotesis Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Afektif Kelas N S2 S Th Tt Eksperimen 30 73,94 255,08 15,97 2,35 2,00 Kontrol 30 76,15 77,5 19,06 Tabel 10 menunjukkan bahwa thitung = 2,35 sedangkan ttabel = 2,00 pada kriteria pengujian terima Ho bila th
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Psikomotor Kelas
N
Eksperimen 30 Kontrol
Α
Fh
Ft
0,05 1,60
1,85
Keterangan Homogen
30
Tabel 13 memperlihatkan bahwa hasil uji homogenitas varians yang sudah dilakukan terhadap data hasil belajar ranah psikomotor kedua kelas sampel ternyata diperoleh nilai Fhitung = 1,60 dan nilai Ftabel = 1,85 dengan taraf nyata α = 0,05 pada dkpembilang 29 dan dkpenyebut 29. Hasil menunjukkan bahwa Fh
174
yang terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji t. Untuk uji hipotesis disajikan pada Tabel 14.
Penilaian ranah afektif merupakan pendukung dari proses pembelajaran yang digunakan. Dalam model pembelajaran TAI dalam bentuk LKS berorientasi model pembelajaran TAI memiliki rasa ingin tahu siswa terhadap materi diskusi/kelompok, antusias dalam mengikuti pembelajaran, ada interaksi peserta didik dengan guru, interaksi antar peserta didik, kerja sama dalam kelompok, aktivitas peserta didik dalam kelompok dan partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan hasil pembahasan dari kerja kelompok, sehingga membuat siswa jadi fokus dan termotivasi dalam proses pembelajaran, siswa percaya diri dalam menyampaikan pertanyaan, tanggapan, maupun menjawab masalah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran Hal ini sejalan dengan pernyataan Sudjana (2005: 39) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sfaktor yang datang dalam diri siswa (kurangnya pemahaman terhadap materi pembelajaran) dan faktor yang datang dari luar diri siswa seperti lingkungan belajar siswa[8]. Hasil penilaian ranah psikomotor merupakan pendukung dari proses pembelajaran yang digunakan Model pembelajaran TAI dalam bentuk LKS berorientasi model pembelajaran TAI Pembelajaran TAI sangat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik individu saling berinteraksi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya, saling bekerjasama, memudahkan dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah pembelajaran dalam kelompok, sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen menjadi lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2009:189-194) yang menyatakan bahwa: a. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan rutin. b. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat. c. Para siswa akan bekerja dalam tim dan mengemban tanggung jawab menerangkan dan memeriksa satu sama lain. d. Siswa dapat saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah dan memberikan dorongan untuk maju. e. Melatih siswa aktif dan kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan. f. Membantu siswa yang lemah[10]. Pembelajaran TAI sangat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik individu saling berinteraksi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya, saling bekerjasama, memudahkan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dalam kelompok. Berdasarkan uraian di atas dapat diungkapkan bahwa penggunaan LKS berorientasi model pembelajaran TAI memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa. Hal ini
Tabel 14. Hasil Uji Hipotesis Kedua Kelas Sampel Pada Ranah Psikomotor Kelas N Eksperimen 30 Kontrol 30
88,91 80,89
S2 Th 55,21 3,69 88,64
Tt 2,00
Tabel 14 memperlihatkan bahwa uji kesamaan dua rata-rata kelas sampel diperoleh thitung = 3,69 sedangkan ttabel = 2,00 pada kriteria pengujian terima Ho jika th
175
berarti penggunaan LKS berorientasi model pembelajaran TAI dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar IPA Fisika siswa.
juga kepada Bapak Syafrinal,S.Pd selaku kepala sekolah SMPN 3 Ranah Pesisir yang telah memberikan izin dan membantu penulis selama melakukan penelitian di SMPN 3 Ranah Pesisir.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Pencapaian hasil rata-rata nilai kognitif 88,38 pada kelas eksperimen dan 80,01 pada kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif 73,94 pada eksperimen dan 63,68 pada kelas kontrol. Rata-rata nilai psikomotor 88,91 pada kelas eksperimen dan 80,89 pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengolahan dan ana-lisa data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan pengaruh LKS berorientasi model pembelajaran kooperatif tipe TAI memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa kelas VIII SMPN 3 Ranah Pesisir pada ranah penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor pada taraf signifikan 0,05. Pengaruh ini ditandai dengan adanya perbedaan yang berarti peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan LKS berorientasi model pembelajaran TAI.
[1] Kemdikbud. 2013. Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013. Jakarta :Kemdikbud [2] Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya [3] Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. [4] Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah [5] Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: FMIPA UNN [6] Suryabrata. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada [7] Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta [8] Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. rev. ed Jakarta: Bumi Aksara [9] Sudjana, Nana.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya [10] Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice (Terjemahan Lita). Bandung: Nusa Media. Buku asi diterbitkan tahun 2005.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada Yth Bapak Drs. Hufri, M.Si sebagai dosen pembimbing I sekaligus sebagai penasehat akademik yang telah membimbing dengan tulus dan sabar dalam memberikan masukan-masukan, dan Ibu Fatni Mufit,S.Pd, M,Si yang telah membimbing, mendorong dan membantu penulis dalam pembuatan karya ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga kepada Yth. Bapak Drs. Mahrizal, M.Si, Bapak Dr. Hamdi, M. Si dan Bapak Drs. H. Asrizal, M.Si sebagai dosen penguji. Terima kasih
176