Kontribusi Pondok Pesantren (Madrasah) Unggulan Terhadap Pencapaian Visi Agam Madani Nuraisyah* Abstract: One thing can not be denied that the Madrassah and schools have contributed heavily in order to progress and development of a community. In particular in Agam district, schools are pretty much it has done as well as possible and has given rise to national figures. In this study, there are several things can be concluded; from the contributions, flagship schools have done something significant to achieving the vision Agam Madani. At least religious Agam was described by the learning that is consistent with the vision of creating Madani Agam district run by the people of religion. Conversely, when understood in particular the achievement of Vision Mission Agam Madani, the flagship schools have not provided results in line with expectations, because the interpreter has not been able to give birth, jurists', experts lughah, muhadits, and shufi from the various boarding schools. In this context, fair government was disappointed and thought that leading schools fail to realize the ideals of the first to be featured schools could realize Vision Mission Agam Madani. Keywords: Madrassah (school), Vision Agam Madani, boarding school
*
Dosen STAIN Sjech. M. Djamil Djambek Bukittinggi
Nuraisyah, Kontribusi Pondok Pesantren (Madrasah) ...
PENDAHULUAN
Secara spesifik, di Minangkabau di temui banyak pesantren (baca: madrasah) sebagai basis perkembangan dan kemajuan umat Islam. Lembaga ini tidak saja melahirkan tokoh-tokoh besar seperti Buya Hamka, M.Natsir, dan tokoh nasional lainnya. Di samping itu pesantren juga memberikan nilai positif bagi perkembangan dan kemajuan bangsa. Keberadaan sebuah lembaga pendidikan madrasah atau pesantren memberikan nilai positif bagi perkembangan masyarakat setempat. Alumnus pesantren tidak saja memainkan peran di lembaga formal seperti pemerintah. Akan tetapi ju ga memberikan andil yang sangat besar untuk kemajuan negara secara umum. Sebagai salah satu kabupaten yang ada di Indonesia, Kabupaten Agam memiliki semangat religius yang tertuang dalam Visi dan Misinya, merupakan wilayah yang memiliki cukup banyak lembaga pendidikan agama seperti pe santren atau madrasah.1 Paling tidak ada 27 pesantren di Kabupaten Agam, baik untuk tingkat Tsanawiyah maupun di tingkat Aliyah. Dari sisi sejarah, pesantren tersebut sebenarnya telah mulai dari awal abad XX, seperti MTI Canduang, Sumatera Thawalib Parabek, Madrasah Diniya Pasia, dan MTI Pasia serta pesantren yang lainnya. Pesantren tetap berjalan sebagaimana adanya walau pemerintahan mengalami “pasang surut” dan perhatian yang berbeda terhadap pesantren. Pesantren (madrasah) telah ada sebelum negara ini berdiri dan merdeka, yang tentu kemerdekaan itu juga direbut bersamaan dengan andil pondok pesantren tersebut. Konsep Madani telah bergulir di Kabupaten Agam sejak tahun 2001 lalu, diawali dengan penetapan visi Kabupaten Agam, “Mandiri, berprestasi yang madani” tahun 2001. Berbagai pemikiran dan konsep telah dihimpun dari para pakar, ahli dan praktisi tentang Agam Mandiri, berprestasi yang Madani dan upaya untuk mewujudkan visi tersebut serta membentuk pemahaman ke arah yang sesuai dengan akar sejarah serta potensi Kabupaten Agam. Khususnya di bidang Madani sudah banyak program dan kebijakan pe merintah Kabupaten Agam yang mengarah kepada pencapaian visi tersebut seperti Perda no. 5 tahun 2006 tentang Pandai Baca Tulis Al-Qur’an, Perda nomor 6/2006 tentang Berbusana Muslim, MDA integrasi dengan SD, MDW integrasi dengan SMP, Perda tentang Zakat, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinanan (TKPK) Berbasis Masjid, dan percontohan Nagari Madani dan penunjukkan Pondok Pesantren unggulan (takhashush) bidang keagamaan.2 72
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Menurut penulis, semua Peraturan Daerah tersebut merupakan instrumen untuk mewujudkan visi Agam Madani di atas serta perwujudan dari semangat religiusitas masyarakat Agam itu sendiri. Masyarakat yang ideal yang sejalan dengan konsep Visi Pemerintah Agam adalah suatu masyarakat yang mandiri, berprestasi untuk kesejahtera an seluruh anggota masyarakat yang tidak tergantung pada kekuasan-keku asaan yang lain dan memiliki suatu prestasi yang jelas serta mau dan mampu mengamalkan ajaran Islam. Sehubungan dengan itu dirumuskan beberapa masalah untuk menjawab permasalahan tersebut yaitu Model dan materi Pembelajaran Takhashush di Pondok Pesantren unggulan serta Kontribusi Pondok Pesantren (madrasah) Unggulan terhadap pencapaian Visi Agam. Tipologi Pondok Pesantren
Pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang per nah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua saat ini dan dianggap produk budaya Indonesia yang indigenous. Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13.3 Pendidikan di pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Quran dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasabahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri). Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilainilai dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lem baga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial). Pesantren, hari ini, tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan dianggap orang cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikinian masyarakat (society-based curriculum). Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa sematamata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup, yang terus merespons persoalan masyarakat di sekitarnya.4 Cara pengajaran dalam pondok pesantren pun unik. Sang Kiai, yang bias anya adalah pendiri sekaligus pemilik pesantren, membacakan manus 73
Nuraisyah, Kontribusi Pondok Pesantren (Madrasah) ...
krip keagamaan klasik berbahasa Arab (baca: kitab kuning), sementara pa ra santri mendengarkan sambil memberi catatan pada kitab yang sedang dibaca. Metoda ini disebut dengan bandongan atau layanan kolektif collective learning process). Selain dari itu, para santri juga ditugaskan membaca kitab, sementara kiai atau ustazh yang sudah mumpuni menyimak sambil mengo reksi dan mengevaluasi bacaan dan performance seorang santri. Metoda ini dikenal dengan istilah sorongan atau layanan individual (individual learning process). Seiring dengan pesatnya perkembangan masyarakat maka pendidik an pesantren baik tempat bentuk hingga substansi telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salafi atau pesantren tradisional dan pesantren khalaf atau pe santren moderent. Selain dari dua macam pondok di atas, Ya’cub me nambahkan pesantren dari sisi yang lain: (1) Pesantren Kilat yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. (2) Pesantren terintegrasi yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vokasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja dengan pro gram yang terintegrasi. Sedangkan santri mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja. Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya. Kyai atau Guru
Peran penting kyai (baca: tenaga pendidik) dalam pendirian, per tumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren amat berarti dan unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.
74
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya seorang kyai. Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sakral, maka sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama (baca: Islam). Khusus di Kabupaten Agam, pemakaian Kyai belum familiar walau sebuah pesanren itu menjalankan pola pengejaran seperti sebuah pesantren. Di Thawalib Parabek misalkan, guru biasanya dipanggil dengan ustazh. Dalam konteks ini Pembina pesantren lebih identik dengan panggilan guru, ustazh dan bukan kyai. Namun apapun panggilannya, akan tetapi substansi tenaga pendidik itu terdapat dan ditemukan di pesantren atau madrasah di Sumatera Barat. Masjid
Di dunia pesantren mesjid dijadikan ajang atau sentral kegiatan pen didikan Islam baik dalam pengertian moderent maupun tradisional. Dalam konteks lebih jauh mesjidlah yang menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar mengajar adalah mesjid. Dapat juga dikatakan mesjid identik dengan pesantren. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya yang pertama-tama akan mendirikan mesjid di dekat rumahnya. 5 dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa masjid dianggap sebagai “tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek shalat lima waktu, khutbah, dan shalat Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.” Santri atau Siswa
Secara generik santri di pesantren dapat dikelompokkan pada dua ke lompok besar, yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah para santri yang datang dari tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama) pesantren. Sedangkan santri kalong adalah para santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga mereka tidak memerlukan tinggal dan menetap di pondok, mereka bolak balik dari rumahnya masing-masing. Pada masa lalu, kesempatan un tuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu ke istimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki kebe 75
Nuraisyah, Kontribusi Pondok Pesantren (Madrasah) ...
ranian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren. Secara khusus pesantren di Kabupaten Agam, terutama lima pesantren yang penulis sedang teliti pada umumnya termasuk pesantren kalong, se perti siswa di MTI bayua, MTI Canduang, dan Diniyah limo Jurai. Hal ini ada beberapa factor seperti kapasitas asrama yang tidak memadai, dan pada umumnya siswa yang belajar di madrasah tersebut juga tidak terlalu jauh tinggal dari pesantren. Berbeda dengan siswa di Diniyah Pasia dan Thawalib Parabek, secara umum siswanya termasuk siswa mukim dan tinggal di asrama. Namun dalam posisi apapun juga, siswa tetap berada dalam bimbingan dari gurunya di pondok tersebut. Pondok
Definisi singkat istilah ‘pondok’ adalah tempat sederhana yang meru pakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Komplek sebuah pe santren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang-ka dang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibu tuhkan. Kitab-Kitab Islam Klasik
Kitab-kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti fikih, hadits, tafsir, mau pun akhlak. Menurut Dhofier.“pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam kla sik merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam ling kungan pesantren” Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting da lam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitabkitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitabkitab yang diajarkan.
76
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Agam Madani
RPJM Kabupaten Agam, bahwa kabupaten Agam memiliki Visi dan Misi yang menjadi ciri serta pembeda dari daerah yang lain. Visi Kabupaten Agam adalah mewujudkan ” Agam Mandiri dan Berprestasi yang Madani”. Agam Mandiri mengandung arti kemadirian yang mengakar dari nilai agama, sosial budaya, dan potensi daerah di segala bidang dengan tetap menjunjung tinggi kebersamaan dan kemitraan dengan semangat persatuan dan kesatuan “barek sapikua ringan sajinjiang yang didukung oleh Tali Tigo Sa pilin”6 Berprestasi mengandung arti adanya suatu dorongan bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Agam dalam melaksanakan tugas, fungsi, tang gung jawab, profesi, dan usahanya sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dan terbaik. Untuk itu dituntut adanya kreatifitas, inovatif, dan pro duktif dalam memanfaatkan setiap peluang yang ada dalam menghadapi tan tangan sehingga mampu berkompetisi di tingkat lokal, regional. Maupun internasional. Sementara Madani terambil dari nilai-nilai yang telah dikembangkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam menjalankan pemerintahan dan menata masyarakat di Kota Medinah. Di antara nilai-nilai yang dikembangkan ter sebut mengandung nilai-nilai dasar kehidupan bermasyarakat yang dida sarkan kepada prinsip kesetaraan, musyawarah dan mufakat, nilai ukhuwah, memupuk rasa cinta tanah air dan pengakuan terhadap hak azazi setiap manusia. Di samping itu, madani juga mengandung nilai yang mengakui adanya hak-hak yang melekat pada setiap orang, penegakan supremasi hokum, nilai social yang tinggi dan tidak mementingkandiri sendiri, kelom pok atau golongan. KONTRIBUSI PONPES UNGGULAN DALAM PENCAPAIAN VISI AGAM MADANI Korelasi Materi Ajar dengan Visi Agam Madani
Secara umum pembelajaran di pesantren unggulan dengan model pembelajaran takhashush yang dibiayai Pemerintah Kabupaten Agam hanya elanjutkan pembelajaran yang ada di Proses belajar mengajar (PBM) dan “sepertinya” menambah jam belajar pada materi yang di-takhashush-kan
77
Nuraisyah, Kontribusi Pondok Pesantren (Madrasah) ...
tersebut. Idealnya pesantren menyusun materi ajar tertentu dan sejalan dengan kebutuhan pemerintah sebagai “pemegang saham”. Pemerintah tentu akan memberikan dana untuk pesantren jika, sejalan dengan misinya dan mampu menyahuti “suara hatinya”. Sebenarnya program ini ditujukan untuk dua hal: (a). Menjawab kecemasan pemerintah (yang pada waktu itu dipimpin Aristo Munandar) terhadap kelangkaan ulama dan orang yang ahli di bidang keislaman di Kabupaten Agam, dimana selama ini Agam selalu identik dengan “gudang” ulama. (b). Menjawab keresahan pemerintah dalam hal perlombaan keagamaan yang diadakan di tingkat Propinsi dan nasional seperti MTQ dan MQK. Namun ternyata pemerintah melihat, pesantren unggulan di Agam belum mampu (secara maksimal) mengemban amanah dan beban berat tersebut dan dipandang “gagal” menjalankan misinya. Pemerintah paling tidak berpendapat bahwa pembelajaran pesantren unggulan belum mampu menggenjot prestasi MTQ Kabupaten Agam di Tingkat provinsi. Agaknya dalam hal ini yang perlu dipertegas adalah agar pemerintah memberikan blue print yang jelas tentang standar kesuksesan dan kegagalan program ini serta materi ajar yang perlu untuk mencapai visi Agam Madani. Apabila pemerintah mau melakukan itu dengan baik dan dikelola secara baik oleh pesantren maka pesantren (madrasah) dapat dijadikan salah satu media pen capaian visi agamais tersebut. Hubungan antara pembelajaran yang dilakukan di ponpes unggulan dengan penerapan visi Agam Madani adalah: 1. Secara umum, bila merujuk pada visi dan Misi Agam Madani yang ber kaitan dengan penanaman nilai-nilai keislaman dan kelembagaan, maka materi ajarnya memiliki hubungan secara erat. 2. Sebaliknya, apabila dipahami secara khusus dalam pencapaian Visi Agam Madani tersebut, maka pesantren unggulan belum memberikan hasil yang sesuai dengan harapan idealnya pemerintah. Pesantren belum mampu melahirkan mufassir, fuqaha’, ahli lughah, muhadits, dan shufi dari berbagai pondok pesantren tersebut. Dalam konteks ini wajar pe merintah kecewa dan beranggapan pesantren unggulan dan dianggap gagal mewujudkan cita-cita awal dari program ini.
78
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Dari uraian tersebut penulis berpendapat bahwa sebenarnya pesan tren unggulan mampu mewujudkan visi Agam Madani secara umum. Hal ini didasari dengan telah terujinya lembaga pendidikan pesantren di Kabupa ten Agam melahirkan orang yang memiliki komitmen keagamaannya yang tinggi seperti tokoh-tokoh nasional, Buya Hamka umpamanya. Akan tetapi tentu diharapkan lembaga pendidikan ini dibina dengan sebaik mungkin untuk menciptakan keinginan tersebut. Kontribusi Takhashush Pesantren Unggulan terhadap Pencapaian Visi Agam Madani
Madani adalah adanya prinsip-prinsip yang terambil dari nilai-nilai yang telah dikembangkan oleh nabi Muhammad Saw dalam menjalankan pemerintahan dan menata masyarakat Kota Medinah. Di antara nilai-nilai yang dikembangkan tersebut mengandung nilai-nilai dasar kehidupan bermasyarakat yang didasarkan kepada prinsip kesetaraan, musyawarah dan mufakat, nilai ukhwah, memupuk rasa cinta tanah air dan pengakuan terhadap hak azazi setiap manusia. Sehubungan dengan pembelajaran yang dilaksanakan di pesantren unggulan, penulis berpendapat bahwa dari sisi pembelajaran di pesantren unggulan (takhashush), agaknya sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Agam dan telah memberikan banyak masukan demi kemajuan keagamaan di Agam. Kehadiran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang secara khusus mendalami pendidikan agama Islam tentu membantu percepatan terwujudnya Visi Madani itu sendiri. Secara umum, pesantren unggulan telah memberikan konstribusi yang amat berarti demi pencapaian dan kemajuan Visi Agam Madani. Menurut penulis ada beberapa indikatornya; 1. Pesantren telah melakukan pembelajaran yang menuntut siswanya un tuk memperdalam pemahaman keagamaannya sehingga terwujud gene rasi muda yang paham tentang keagamaan. Dari berbagai pesantren yang menjalankan program ini semuanya telah melakukan pembelajaran dengan sebaik mungkin dan secara umum pesantren tersebut melakukan pembinaan secara mendalam.
79
Nuraisyah, Kontribusi Pondok Pesantren (Madrasah) ...
2. Pesantren (madrasah) tersebut tidak hanya mampu mengajarkan materi pembelajaran kepada siswanya. Akan tetapi lebih dari itu mereka juga mencontohkan apa yang mereka ajarkan itu. Sehingga secara tidak lang sung mereka sudah mengajarkan sesuatu yang menjadi akhlakul karimah sebagai bentuk hasil dan buah dari sebuah pengamalan keagamaan de ngan baik. 3. Pesantren Agam mampu mengukir prestasi dalam perlombaan antar pesantren dan madrasah, yang dikenal dengan Musabaqah Qiraatul Ku tub (MQK). Beberapa tahun terakhir Pesantren Kabupaten Agam mampu mendo minasi perlombaan membaca kitab antar pesantren se-Sumatera Barat yag disebut dengan MQK; dua periode tarakhir Kabupaten Agam selalu juara umum. Inilah salah satu bentuk kesuksesan pesantern unggulan walau ti dak semua pesantren mampu mewujudkan cita dan harapan pemerintah tersebut. Menurut penulis program ini perlu dilanjutkan dan ditata sebaik mungkin. Pemerintah membuat target yang jelas dalam pembelajaran ini, paling tidak dalam pencapaian visi Agam Madani secara khusus. Sebaliknya pesantren mesti mampu memperlihatkan nilai lebih sebagai pesantren yang menerima dana pemerintah dan bertanggungjawab secara penuh. Bila mampu melakukan itu dengan sempurna, maka pembelajaran takhashush itu akan berkontribusi secara khusus. KESIMPULAN.
1. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa madrasah dan pesantren telah memberikan andil yang besar dalam rangka kemajuan dan per kembangan sebuah komunitas. Secara khusus di Kabupaten Agam, pe santren yang cukup banyak itu telah berbuat dengan sebaik mungkin dan telah melahirkan tokoh-tokoh nasional. Dalam penelitian ini ada beberapa hal dapat disimpulkan: Dari sisi kontribusi, pesantren ung gulan telah melakukan sesuatu yang berarti untuk pencapaian visi Agam Madani. Paling tidak Agam religious itu digambarkan dengan adanya pembelajaran yang sejalan dengan visi Agam Madani yang menciptakan kabupaten yang dilelola oleh orang-orang yang Bergama. 2. Sebaliknya, bila dipahami secara khusus dalam pencapaian Visi Misi Agam Madani, maka pesantren unggulan belum memberikan hasil yang sesuai dengan harapan, karena belum mampu melahirkan mufassir, 80
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
fuqaha’, ahli lughah, muhadits, dan shufi dari berbagai pondok pesantren tersebut. Dalam konteks ini wajar pemerintah kecewa dan beranggapan bahwa pesantren unggulan gagal mewujudkan cita-cita awalnya menjadi pesantren unggulan yang bisa mewujudkan Visi Misi Agam Madani. [ ] Endnotes Dari wawancara penulis dengan Kasi Pekapontren Kemenag Kabupaten Agam tanggal 17 Juli 2011. Ia menyebutkan bahwa seluruh madrasah tersebut berada di bawah asuhan yayasan and berstatus swasta. 2 http://agamkab.go.id/?agam=kreatifitas&se =detil&id= 5, diambil tgl 7 Februari 2011 3 Sulton Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hal.1 (selanjutnya disebut Sulton: Manajemen) 4 HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. Intelektualisme Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal.1 5 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai, (Ja karta: LP3ES, 1982), hal 49 (Selanjutnya disebut Dhofier: Tradisi 6 Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 1 tahun 2001 tentang Visi dan Misi Kabupaten Agam, hal. 9. 1
Daftar Pustaka
Dhofier, Zamakhsyari. 1982 Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai, Jakarta: LP3ES http://agamkab.go.id/?agam=kreatifitas&se =detil&id= 5, diambil tgl 7 Pebruari 2011 Masyhud, Sulton. 2003 Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, Mastuki, HS, & El-sha, M. Ishom. 2006 Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Di va Pustaka, Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 1 tahun 2001 tentang Visi dan Misi Kabupaten Agam, hal. 9.
81