Notulen Workshop Para Pihak Dalam Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu dan Berkelanjutan Pelaga, 26 Juli 2013
I. Tujuan workshop
Tujuan workshop adalah untuk membangun pemahaman bersama para pihak terkait dengan pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan berkelanjutan dari hulu sampai hilir. Sedangkan keluaran yang ingin dicapai, antara lain: (i) Terbangunnya pemahaman yang sama oleh para pihak tentang pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat, baik di hulu, tengah dan hilir. (ii) Adanya rencana tindakan aksi bersama pengelolaan DAS Ayung secara terpadu yang disepakati oleh para pihak dan dijadikan sebagai salah satu model dalam melakukan aksi pengelolaan DAS Ayung ke depannya.
II. Peserta workshop
Total peserta workshop yang hadir sebanyak 42 orang, terdiri dari berbagai unsur, antara lain tokoh masyarakat, pemerintah desa, pelaku pariwisata, Dinas terkait, dll, yang sebagian besar merupakan peserta Pra Workshop sebelumnya, guna memberikan masukan tentang berbagai permasalahan dan gagasan untuk pengelolaan DAS Ayung secara terpadu. Selain itu ada beberapa tambahan peserta lain yang juga terkait dalam memanfaatkan sumber daya air dari DAS Ayung
III. Pengantar/pembukaan
Mengawali acara workshop, Ibu Agung Ambara Dewi (Kabid Kehutanan) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung, menyampaikan selamat datang kepada para peserta workshop, sekaligus menjelaskan bahwa workshop ini merupakan lanjutan dari kegiatan pra workshop yang dilakukan sebelumnya di Ruang Pertemuan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung pada 8 Juli 2013. Workshop ini nantinya diharapkan bisa memperoleh hasil yang nyata berupa tindak lanjut rencana aksi yang bisa dikembangkan bersama para pihak dalam mengelola DAS Ayung secara terpadu kedepan. Selanjutnya disampaikan bahwa agenda worskhop sehari ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : o Sambutan o Review hasil Pra Workshop oleh Narasumber (Bapak Dr.Made Sudarma) o Diskusi kelompok : 3 kelompok (hulu, tengah, dan hilir) o Role play tentang pengelolaan DAS. o Penutup
IV. Sambutan Bapak. Ir. I G.A.K. Sudaratmaja, MS (Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Badung)
Dalam paparanya, Bapak Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung, menyampaikan bahwa kegiatan workshop ini adalah bagian integral dari kegiatan Festival Budaya Pertanian 1
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung, yang dipusatkan di Plaga, 25-‐28 Juli 2013, yang intinya memberikan nuansa keberpihakan Pemerintah Badung atau setidaknya spirit semua pihak untuk melihat lebih tajam ke daerah hulu. Oleh karena itu, kegiatan workshop ini dilaksanakan di Desa Pelaga. Ditegaskan kembali bahwa selama ini kondisi masyarakat di bagian Utara (hulu) diminta menjaga kelestarian hutan, sementara di Selatan yang lebuh banyak memanfaatkan air yang mengalir dari hulu, sehingga hal tersebut tentu tidak adil bagi masyarakat di bagian utara (hulu). Konsep daerah hulu merupakan gunung, tengah merupakan wilayah persawahan dan hilir adalah pariwisata, maka tentu sumberdaya air akan mengalir dari hulu ke hilir secara alami (natural). Secara ekosistem, dari proses dari Selatan ke Utara tentu tidak akan bisa berjalan secara natural, sehingga perlu ada satu spirit yang sama untuk membangun daerah hulu secara berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan ada keseimbangan dalam pengembangan ekonomi antara wilayah Utara dengan Selatan. Oleh karena itu, sejalan dengan upaya mendorong pengembangan ekonomi di utara, kegiatan festival budaya pertanian ini dikembangkan di wilayah hulu (gunung) untuk mendukung pengembangan usaha pertanian dan peningkatan ksejehateraan masyarakat. Dalam akhir sambutannya, Bapak Kadis berharap dalam workshop ini, adanya satu prinsip yang mengerucut yaitu kebutuhan untuk membangun dan mengembangkan aksi nyata di lapangan pasca workshop. Lebih-‐lebih telah ditetapkan akan ada diskusi dari 3 wilayah (hulu, tengah dan hilir), diharapkan dapat dihasilkan sebuah pilot program dari masing-‐masing zone tergantung dari kasus permasalahan dan aspirasi yang berkembang. Demikian pula gagasan pembentukan kelembagaan untuk mengelola DAS Ayung secara terpadu lebih lanjut. Diharapkan agar lembaga-‐lembaga yang sudah ada selama ini seperti BP DAS, Forum DAS, dll dapat dilihat dan dicermati kembali, mungkin bisa direvitalisasi guna dikembangkan lebih lanjut dalam pengelolaan DAS secara lebih optimal ke depan. Paling tidak dengan keterbasan sumberdaya yang ada, bisa dihasilkan/dimulai satu pilot project untuk satu wilayah di hulu lebih dahulu.
V.
Review hasil pra workshop dan gagasan pengelolaan DAS Ayung ke depan, oleh Bapak Dr. Ir. Made Sudarma, MS.
Usai pembukaan workshop secara resmi oleh Kadis Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Badung, sesi berikutnya dilakukan pemaparan hasil pra workshop sebelumnya dan beberapa gagasan pengelolaan DAS Ayung ke depan oleh Bapak Dr. Made Sudarma. Topic yang dipaparkan, yaitu “Membangun sinergintas menuju pengelolaan DAS Ayung
berkelanjutan di Propinsi Bali”.
Dalam paparanya, narasumber menyampaikan beberapa hal penting dari hasil pra workshop pada 8 Juli 2013, antara lain : Air merupakan komoditi penting yang perlu diselamatkan dan dilestarikan Beberapa permasalahan yang terjadi di DAS Ayung Akibat yang terjadi atas berbagai permasalahan di DAS Ayung Menuju pengelolaan DAS Ayung terpadu dan langkah-‐langkah yang perlu dilakukan.
AIR merupakan Komoditi penting yang perlu diselamatkan.
Dari hasil pra workshop 8 Juli 2013, tergambar secara jelas bahwa intinya kita semua punya perhatian dan komitmen yang sama untuk menyelamatkan air, karena Air itu sendiri bukan merupakan barang yang bisa disubstitusi atau tidak bisa diganti. Sementara komodit lainnya, 2
seperti beras, listrik masih bisa ada penggantinya. Sedangkan air tidak bisa mengambil dari daerah lain. Selama ini air belum bisa diganti. Upaya yang harus dikembangkan adalah menyelamatkan air agar tetap ada secara berkelanjutan. Untuk menyelamatkan air, caranya adalah dengan menyelamatkan hutan. Dimana hutan yang ada? Tentunya di bagian hulu (gunung). Selama ini orang-‐orang di bagian hilir hanya memanfaatkan air, seperti pengusaha raffting, PDAM, hotel, restaurant, dll. Namun, sayang mereka tidak berfikir dari mana dan bagaimana air itu ada? Kita semua tahu tanaman-‐tanaman yang tumbuh di hutan itulah yang memegang air. Hutan memiliki peran penting terkait dengan keberadaan air sungai. Dalam workshop ini kita akan mengajak semua pihak untuk konsen untuk menyelamatkan air secara terpadu dan berkelanjutan. Banyak pihak yang terlibat dalam penyelamatan, tetapi sayang tidak pernah terpadu. Semua pihak harus bisa menyatukan langkah dan visi guna membangun sigernitas menuju pengelolaan DAS Ayung secara terpadu dan berkelanjutan. Berkelanjutan dimaksudkan agar air selalu ada terus menerus sampai pada generasi kita ke depan. Krisis air sering dibicarakan, tetapi apa tindakannya? Jasa yang dihasilkan oleh DAS AYUNG adalah Air. Sungai Ayung adalah sungai terpanjang di Bali (sekitar 68, 5 km), dengan hulu DAS di Kab. Bangli, Badung, Buleleng dan Tabanan, mengalir melewati wilayah Kabupaten Gianyar dan Badung, terakhir bermuara di Kota Denpasar (pantai Padanggalak). Pelaga-‐ Petang Hulu, Abiansemal Tengah, Kota denpasar Hilir. Beberapa hal penting yang perlu dicatat oleh semua pihak berkaitan dengan masalah Air di DAS Ayung, antara lain Air sungai Ayung dimanfaatkan secara langsung untuk kebutuhan irigasi (sektor pertanian), air baku PDAM (sektor air bersih), wisata air arung jeram (sektor pariwisata), dan upacara ritual (melasti, nganyut, dll) Peranan ekosistem hutan dan DAS Ayung di daerah hulu dan tengah memegang peranan sangat penting dalam menjaga keberlanjutan ketersediaan air dalam suatu aliran sungai Pengelolaan DAS Ayung saat ini menghadapi masalah yang kompleks dan saling terkait karena melibatkan lintas wilayah dan lintas sektor. Permasalahan tersebut terjadi disebabkan oleh berbagai faktor, yang pada DASarnya belum adanya kesamaan persepsi, kesamaan pemahaman, kesamaan sikap dan keterpaduan langkah dalam pengelolaan DAS Ayung.
Beberapa permasalahan yang terjadi di DAS Ayung :
• Berkurangnya penutupan vegetasi permanen di bagian tengah dan hulu DAS akibat perubahan tata guna lahan. • Terjadinya kerusakan hutan di daerah hulu DAS Ayung. • Budidaya tanaman yang tidak sesuai dengan kelas dan kemiringan lahan • Tingginya tingkat erosi dan sedimentasi di bagian hulu DAS. • Terjadinya pelanggaran sempadan sungai/jurang. • Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap kelestarian DAS. • Rendahnya kemampuan masyarakat untuk melakukan usaha konservasi di hulu dan tengah DAS. • Belum adanya internalitas pembiayaan untuk pengelolaan bersama. • Belum adanya KETERPADUAN pengelolaan DAS Ayung antar wilayah dan antar sektor
3
Akibat yang terjadi atas permasalahan tersebut :
Menurunnya debit dan potensi air sungai Ayung Menurunnya kualitas air Sungai Ayung Hasil pemantauan dari BLH Provinsi Bali (2010) menunjukkan bahwa dari 25 parameter yang dianalisis, ada sembilan parameter yang melampaui baku mutu air Kelas I sesuai Peraturan Gubenur Bali No. 8 Tahun 2007. Parameter-‐parameter yang selalu muncul pada semua titik pantau dengan nilai di atas baku mutu adalah oksigen terlarut (DO), fenol, logam besi (Fe), fosfat dan sulfida. Hasil analisis storet dari hilir ke hulu -‐31, -‐22, -‐19, -‐21, -‐18 dan -‐5 menunjukkan terjadinya tingkat pencemaran ringan sampai berat. Parameter DO dan fenol yang tidak sesuai baku mutu menunjukkan indikasi yang kuat bahwa air Sungai Ayung dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan limbah domestik oleh rumah tangga maupun jasa perhotelan dan restoran yang banyak beroperasi pada wilayah DAS Ayung.
Menuju pengelolaan DAS AYUNG TERPADU Tujuan Umum pengelolaan DAS terpadu adalah : 1. Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian, dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS 2. Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran Pengelolaan DAS yang ingin dicapai : 1. Tercapainya kondisi hidrologis DAS yang optimal 2. Meningkatnya produktivitas lahan yang diikuti oleh perbaikan kesejahteraan masyarakat 3. Tertata dan berkembangnya kelembagaan formal dan informasi masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS dan konservasi tanah 4. Meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS secara berkelanjutan 5. Terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan berkeadilan
Untuk mencapai pengelolaan DAS Ayung Berkelanjutan, upaya dan langkah yang perlu dilakukan : 1. Adanya kesamaan pemahaman antar para pemangku kepentingan (stakeholder) tentang pentingnya peranan DAS sebagai tata kelola air 2. Adanya kebijakan pemerintah (pusat, propinsi, kabupaten/kota) dan dukungan legislatif dalam pengelolaan DAS berkelanjutan tugas kita meloby. Badung untuk mengeluarkan sejumlah uang tidak sulit 3. Adanya keterpaduan perencanaan dan tindak lanjut antar wilayah dan antar sektor dalam pengelolaan DAS menjadi produk dari worskhop hari ini, siapa, apa, dll 4. Adanya sumber pendanaan untuk pengelolaan DAS berkelanjutan 5. Adanya peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah DAS penghargaan/insentif 6. Pengembangan teknologi dalam pengelolaan DAS Dalam prakteknya, masing-‐masing lembaga atau instansi masih bergerak sendiri-‐sendiri sesuai program masing-‐masing tanpa pernah melakukan KISS (koordinasi, intergarsi, sinkronisasi dan sinergi) antar wilayah dan antar sektor. “ Mereka sama-‐sama bekerja, tetapi tidak (bisa) bekerja bersama-‐sama. 4
Untuk bisa bekerja bersama-‐sama, maka perlu : -‐ Dibangun kesamaan persepsi untuk keterpaduan perencanaan dan langkah dengan membentuk wadah yang berperan mengakomodasi kepentingan semua pihak (stakeholder). -‐ Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah administrasi. -‐ Pengelolaan DAS terpadu dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan para pemangku kepentingan berbagai sektor dan wilayah administrasi. -‐ Koordinasi dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang dapat berupa forum, badan, dewan atau nama lain yang bersifat independen. Lembaga pemerintah dan/atau lembaga bukan pemerintah dapat memprakarsai pembentukan lembaga koordinasi pengelolaan DAS Stressing untuk di wilayah Badung : 1. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan 2. Berkoordinasi 3. Perlu wadah
Sumber pendanaan : 1. 2. 3. 4.
Dana pemerintah (APBN,APBD) Dana dunia usaha (CSR, cost sharing Dana masyarakat Dana lainnya (negara atau lembaga donor)
Model cost sharing sebagai salah satu sumber Pendanaan :
Konsep Dasar : bahwa mereka yang “menyediakan” jasa lingkungan dengan melakukan konservasi, restorasi ekosistem alam harus diberi kompensasi oleh si “penerima” manfaat atau “pemakai” dari jasa tersebut. Kompensasi ini diharapkan akan mendorong dan dapat membiayai upaya konservasi dan sekaligus memperbaiki penghidupan/mata pencaharian masyarakat di sekitar DAS. Konsep ini menekankan pada keseimbangan dan keadilan sosial dan kesetaraan antara penyedia dan penerima manfaat jasa lingkungan (air). Dari aspek hukum, penerapan cost sharing ini dibenarkan oleh peraturan perundangan yang berlaku Pertanyaan yang perlu kita pikirkan bersama jawabanya adalah: Siap dan maukah kita melangkah bersama dalam kesatuan tindak dan aksi yang terpadu dalam perlindungan dan pelestarian DAS untuk keberlanjutan ketersediaan air bagi generasi yang akan datang...? Acapkali kita menyalahkan generasi lalu tanpa pernah kita sadari ... Bahwa kita juga ternyata tidak berbuat lebih baik dari apa yang telah mereka lakukan
III. Sesi tanya jawab
Untuk menambahkan beberapa gagasan dan permasalahan yang disampaikan oleh narasumber, tahap berikutnya dilakukan sesi tanya jawab yang difasilitasi oleh Bapak Ida Bagus Manu (JANMA). Berikut beberapa pertanyaan dari peserta dan tanggapan narasumber.
5
(i) Pak Gusti – Masyarakat Desa Semanik o Desa Semanik yang bersentuhan langsung dengan hutan puncak mangu. Kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan sangat tinggi sekali. Tetapi ha ini tidak dibarengi dengan peran pemerintah secara serius. o Adanya dinas kehutanan itu karena ada hutan, maka sepatutnya tanggungjawab penuh dari dinas kehutanan, masyarakat selaku penjaga dan pemelihara. Belum ada penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dalam menjaga hutan o Debit air di semanik dulu sungai sungai masih besar, saat ini sungai ini sudah ilang (tidak ada air lagi hampir 80%. Masalahnya simple perkembangan jaman, kebutuhan meningkat hidup tidak bisa bergantung dengan pertanian contoh tanaman kopi kopi perlu tanaman peneduh sehingga masih ada hutan, sekarang model pertanian berubah dengan sayur-‐sayuran sehingga otomatis pohon-‐pohon peneduh itu ditembang. o Bagaimana di daerah hulu mendapatkan manfaat dari para pihak yang di hilir yang telah memanfaatkan air ? o Adanya yayasan atau lembaga yang bisa memberikan dana untuk masyarakat di hulu (ii) Ibu A.A Rai – BLH Badung Ingin menyampaikan kinerja berkaitan dengan pemanfaatan. Di BLH sudah menginvetarisasi sumber-‐sumber mata air , pemantauan kualitas, debit. Tahapan upaya penanggulangan juga sudah dilakukan : pemantauan, pemulihan dengan penghijauan, dll. Saat ini BLH dalam upaya penghijauan ini terkendala dengan lahan. Masyarakat lebih mendahulukan faktor ekonomi dibandingkan lingkungan. Misalnya menanam tanaman kopi. Luasan sepandan sungai menjadi potensi upaya kegiatan penghijauan. Namun luasan sepandan sungai belum didapatkan, jadi perlu data-‐data luas sumber air. (iii) Pak Wayan Subawa Setuju yang dipaparkan pak Made Sudarma, apa yang disampaikan tadi juga merupakan keinginan masyarakat di Plaga Adanya hubungan timbal balik manfaat dari hulu dan hilir Kehutanan sudah melakukan KPTR perlu dikaji ulang dalam pemanfaatan lahan Ada mekanisme sewa pohon dari orang yang memanfaatkan hasil pohon ? Petani memiliki 2 alasan utama, yaitu ekonomi dan menjaga lingkungan. Masalah utama yang dialami masyarakat di Plaga adalah lahan pertanian semakin sempit, sehingga petani lebih memaksimalkan produk yang paling cepat menghasilkan nilai ekonomis/menjadi uang, dari pada tanam pohon yang menghasilkan cukup lama, lebih baik mereka tanam bunga gumitir
Tanggapan Narasumber:
1. Semua pihak tampaknya sudah memiliki kesepahaman untuk membangun sinergitas mellaui sebuah wadah kelembagaan. 2. BLH Badung sudah melakukan upaya untuk melakukan pendataan tentang jumlah mata air, kondisi dan kualitasnya. Namun masih terkesan berjalan sendiri-‐sendiri karena Dinas Kehutanan juga melakukan yang sama. Oleh karenanya perlu duduk bersama untuk membangun sinergitas 6
3. Berbagai kesulitan terkait dengan penggunaan lahan ini artinya tidak ada komunikasi yang nyambung dengan masyarakat. Masyarakat selalu bertanya, saya mendapat apa untuk kebutuhan hidupnya setiap hari. Karena itu, perlu duduk bersama apa yang diinginkan petani dan pemerintah 4. Mari kita menghargai masyarakat penyedia air berikan reward/insentif kepada mereka (tidak harus dalam bentuk uang, namun bisa dalam bentuk tanaman atau fasilitas program lainnya). Rangkuman dari review : Perlu Ada keseimbangan Ada yang menjaga ada yang memanfaatkan Menuju keharmonisan hulu dan hilir
7
SESI DISKUSI KELOMPOK Untuk memperdalam analisis permasalahan yang terjadi di masing-‐masing wilayah (hulu, tengah dan hilir), sesi berikutnya dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok yaitu Kelompok Hulu dan Kelompok Tengah. Sementara karena peserta dari bagian hilir hanya 1 orang, maka digabung ke dalam Kelompok Tengah. Hasil dari diskusi masing-‐masing Kelompok dipresentasikan secara pleno untuk mendapatkan masukan dari peserta lain. Berikut hasil diskusi dari masing-‐masing kelompok. HASIL DISKUSI KELOMPOK : HULU No Masalah Siapa Penyebabnya Yang terkena Apa yang bisa Lokasi Pilot Dampak dilakukan project 1 Lahan Pemilik lahan di Petani/masyarakat Menyusun dan -‐ Banjar semakin hulu : penegakan Tinggan sempit Masyarakat/petani, hukum (awig-‐ -‐ Pengadaan penduduk semakin awig dan bibit lokal : meningkat perarem kayu Lenggung 2 Alih fungsi Petani pemilik dan Masyarakat/petani Penegakan (ekonomi dan lahan investor Pengguna air, peraturan penahan air) semakin dan bambu meningkat 3 Perilaku Petani/masyarakat Pengguna air Membudidayakan -‐ Pembuatan teras dilahan-‐ mayarakat pengguna Lingkungan hutan penanaman lahan miring untuk /pemanfaat air masyarakat kembali pelestarian Hutan dan -‐ Sosialisasi pentingnya hutan memberikan upaya semakin insentif kepada perlindungan menurun petani yang hutan dan menanam pohon manfaatnya 4 Kurangnya Ego antar lembaga/ Membangun dan -‐ Menyusun Koordinasi Dinas/instansi memperkuat awig-‐ dan terkait kelembagaan awig/perarem sosialisasi sehingga ada tentang antar koordinasi antar pelestarian lembaga / lembaga terkait hutan dinas dalam 8
HASIL DISKUSI KELOMPOK : TENGAH N Masalah Siapa Penyebabnya o 1 Pencemaran Limbah hotel, industri, peternakan, rumah tangga, petani (pestisida) dan pupuk kimia. 2 Debit air Tertutupnya menurun permukaan tanah dengan beton, Pengerasan struktur 3 Penyimpitan Bangunan vila dan sempadan rumah-‐rumah sungai pinggir sempadan sungai 4 Alih fungsi -‐ Desakan lahan ekonomi -‐ Gaya hidup -‐ Investasi -‐ Kebutuhan akan tempat tinggal -‐ Investor pengembang profesi -‐ Lemahnya pengakan hukum -‐ Tidak ada air irigasi 5 Konflik Penurunan debit pengguna air air
Yang terkena Dampak Masyarakat, tanaman, dsb.
hewan,
Petani, jasa Raffting, AMDK, Hotel, masyarakat
Masayarakat di aliran sungai
-‐ -‐ -‐ -‐
Masyarakat/pert anian arti luas Ketahanan pangan Kelsetarian subak Kehilangan budaya pertanian
Penurunan debit Air
Apa yang bisa dilakukan 1. Meningkatka n kesadaran masayrakat dengan melakukan sosialisasi 2. Membentuk kelompok peduli lingkungan tingkat banjar, desa dan pemerintah 3. Penegakan hukum 4. Program pemberdaya an ekonomi masyarakat yang ramah lingkungan 5. AMDAL
Lokasi Permasalahan Darmasaba, Bongkasa, Pertiwi, Mambal, Sibang
Bongkasa, Pertiwi, Selat,
Buangga, Canangsari, Dauh Yeh Cani, Mambal Buangga, Mambal, Sibang, Peguyangan Sibang, Abiansemal, Mambal
Pertanyaan : 1. Siapa yang akan melakukan itu ? 2. Sembilan rencana aksi ini yang mana yang paling memungkinkan bisa dikerjakan dalam waktu dekat ? 3. Dimana akan melakukan itu ? HULU 9
Role Play Pengelolaan DAS
Melengkapi hasil diskusi kelompok terkait pentingnya pengelolaan DAS dimulai dari hulu, dilakukan kegiatan role play, yang difasilitasi oleh Pak Arman (PT. Aqua). Tujuannya adalah memberikan pemahaman pentingnya kerjasama antara hulu, tengah dan hilir. Untuk pelaksanaan permainan ini, proses yang dibangun oleh fasilitator adalah sbb : 1. Tim dibagi 3 kelompok : hulu, tengah, hilir 2. Disiapkan alat aliran air (dari botol aqua) 3. Ketiga tim saling menyambungkan alat aliran airnya 4. Tim hilir mengalirkan air yang tercemar 5. Lalu sampai di hilir ditampung dalam satu gelas hasilnya tercemar 6. Permainan dilanjutkan dengan tim tengah melakukan konservasi dengan menggelontorkan air bersih 7. Dan tim hulu tetap menggelontorkan air tercemar 8. Kelompok III menampung lagi dan hasilnya mulai lebih bening dari hasil I 9. Permainan dilanjutkan dengan tim hilir dan tengah mengirimkan anggotanya untuk ke hulu 10. Melakukan koordinasi untuk konservasi caranya menggelontorkan air bersih sebanyak-‐ banyaknya 11. Kelompok III tetap menampung dan hasilnya lebih bening lagi dari hasil II Hasil Analisa : 1. Proses I lebih keruh karena tidak ada konservasi 2. Proses II lebih bening dari I karena sudah mulai ada upaya konservasi dari tengah dan hilir 3. Proses III lebih bening lagi dari II karena konservasi dimulai dari hulu oleh semua pihak yang berada di hilir, tengah dan hulu. Ada koordinasi dan komunikasi dan ada kesepakatan, aksi dikerjakan bersama-‐sama Pertanyaannya : Apa yang bisa diberikan oleh orang di Tengah dan Hilir kepada orang di Hulu : Insentif ekonomi Memberikan program pelestarian hutan pemberian bibit pohon Orang di hilir membeli produk dari orang-‐orang di hulu dengan harga yang layak Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka diperlukan sebuah wadah yang bisa menjembatani hal tersebut. Agar wadah ini nantinya bisa dikembangkan, maka diperlukan adanya tim ad-‐hoc yang bisa merumuskan lebih lanjut renca pliot project yang sudah disusun sebagai salah satu model untuk mengelola DAS secara terpadu dan mengakomodir kepentingan masyarakat di hulu, tengah dan hilir. Adapun tim ad hoc yang dipilih olah peserta, yaitu : 1. Dr. Made Sudarma Akademisi 8. Pak Wayan Supardi Subak Buangga 2. Pak Bagus Pengusaha 9. Gde Suarja LSM 3. Pak Wayan Subawa Masyarakat 10. Tim Regulator : Ibu Agung (BLH), Ibu 4. Pak Budi Aqua Ambara Dewi (Kehutanan), Bapak Made 5. Ida Ayu Eka Pratiwi Aqua Budiasa ( BKSDA Bali), Ida Bagus Wirawan ( 6. Catur LSM Kehutanan). 7. Pak Made Suarjana Kades Bongkasa 10
Kesimpulan
Dari hasil diskusi kelompok, masukan dari narasumber dan juga pendalaman dari permainan tentang pentingnya kerjasama dalam pengelolaan DAS Ayung diatas, selanjutnya fasilitator menyimpulkan ada 3 poin penting yang dihasilkan dari workshop ini, yaitu : 1. Perlu ada Keharmonisan dan Keseimbangan antara masyarakat hulu, tengah dan hilir 2. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air maka intervensi program harus di mulai dari hulu 3. Perlu adanya tim Ad-‐hoc yang membantu untuk menjembatani pengembangan pliot project tahap awal ini, sekaligus nantinya memfasilitasi adanya wadah kelembagaan pengelolaan DAS Ayung secara terpadu ke depan.
Penutup
Usai presentasi hasil diskusi dari masing-‐masing kelompok dan permainan untuk memperkuat pemahaman para pihak tentang pentingnya kerjasama dalam pengelolaan DAS dari hulu, tengah dan hilir, kegiatan workshop ini ditutup secara resmi oleh Kepala Bidang Kehutanan -‐ Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Badung. Pada acara penutupan ini, perwakilan dari PT Aqua (Bapak Budi Hartono), menyampaikan terima kasih kepada semua pihak karena Aqua bisa ikut berpatisipasi dalam pelestarian DAS, dan Aqua punya komitmen bersama untuk pelestarian sumberdaya alam agar bisa berfungsi secara berkelanjutan untuk generasi kedepan. Akhirnya atas nama Dinas, Ibu Ambara Dewi (Kabid Kehutanan), mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi kepada semua peserta dengan adanya pra dan workshop ini. Diharapkan rencana pilot program yang sudah digagas tersebut dapat diwujudnyatakan dalam aksi nyata guna meningkatkan masyarakat di wilayah Badung Utara.
-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐end sr-‐-‐-‐-‐-‐-‐-‐
11
KOORDINASI TIM AD-‐HOC
Setelah istirahat makan siang (sebelum peserta bubar), fasilitator meminta anggota tim ad hoc untuk berkumpul sebentar guna mengkosilidasikan tim dan mengatur rencana pertemuan lebih lanjut guna merancang rencana kegiatan lebih mendalam. Beberapa masukan dari pertemuan ini antara lain : Pak Sudarma : 1. Membahas rencana kerja dalam tahun ini, supaya tidak kehilangan momentum 2. Mengundang dinas untuk melihat road map nya termasuk PU 3. JANMA menjadwalkan kapan tim ad hoc bisa bertemu lagi 4. Paling tidak sudah ada gagasan untuk memulai dari HULU 5. Koordinasi dengan Forum DAS Badung Pak Wayan Subawa: -‐ Aqua sudah membuat pembibitan -‐ Dilemanya adalah membangkitkan masyarakat untuk mau menanam ? -‐ Alasannya : kenapa saya menanam dan karena bukan kami yang menikmati -‐ Yang dibutuhkan masyarakat adalah air yang bisa dinikmati alat menaikan -‐ Sudah ada informasi bahwa air akan diambil oleh PDAM akan menjual Pak Kades Bongkasa -‐ Rasanya kalo tanaman bernilai ekonomis minatnya masih tinggi -‐ Masalahnya kalo dibagi ke petani subak abian -‐ Insentif yang diharapkan dari pengguna air kepada masyarakat -‐ MOU menjual jasa lingkungan contoh ada kontrak menjual view dan nilai konservasi Pak Bagus -‐ Bagaimana anggaran untuk pertemuan2 ini ? Pak Suarja : -‐ Dari JANMA, tentu dengan dukungan dari Aqua akan berupaya untuk mendukung kelanjutan rencana yang sudah disusun ini termasuk untuk melakukan pertemuan reguler dengan tim ad-‐hoc. -‐ Janma akan mengirimkan notulensi hasil pertemuan ini kepada semua pihak untuk diketahui dan bisa di follow up bersama.
(end)
12