Mengolah Potensi Arsip dalam Paket Wisata Arsip sebagai Media Alternatif Pendidikan Karakter Potret Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM
Volume 5
Nomor 2
Halaman 1-56
Yogyakarta Juli 2012
Arsip Universitas Gadjah Mada Sekip Gedung Unit V lantai I Yogyakarta, telp. (0274) 6492151, 6492152
ISSN : 1978-4880
KHAZANAH BULETIN KEARSIPAN ARSIP UNIVERSITAS GADJAH MADA Volume 5 , Nomor 2, Juli 2012 PENGELOLA BULETIN KHAZANAH Pelindung: Rektor Universitas Gadjah Mada. Penanggung Jawab: Machmoed Effendhie. Pemimpin Redaksi: Yukhron Fathoni. Redaktur Pelaksana: Eny Kusumindarti W., Zudimat, Musliichah. Penyunting/Editor: Ully Isnaeni Effendi. Staf Redaksi: Zaenudin, Fitria Agustina, Heri Santosa, Kurniatun, Anna Riasmiati, Purman, Marsetyo Wahyu R. Sekretariat: Agustinus Mugiono, Isti Maryatun. Desain Grafis: Herman Setyawan, Eko Paris Besteriyana Y.
Diterbitkan oleh: Arsip Universitas Gadjah Mada Alamat Redaksi : Sekip Gedung Unit V lantai 1 Yogyakarta Telp. (0274) 6492151, 6492152 Fax: (0274) 6492152 Website: arsip.ugm.ac.id, e-mail:
[email protected] Gambar Sampul Depan: Gedung Pusat UGM tahun 1956
KHAZANAH diterbitkan tiga kali setahun (Maret, Juli, November) sebagai media sosialisasi dan pembahasan dalam bidang kearsipan. Memuat artikel, berita kegiatan dan resensi buku seputar kearsipan. Redaksi mengundang para penulis untuk mengirimkan naskah berupa kajian lapangan, studi pustaka, hasil seminar, atau opini bebas. Redaksi berhak menyingkat atau memperbaiki tulisan yang akan dimuat sepanjang tidak mengubah isinya.
Vol. 5, No. 2, Juli 2012
ISSN 1978-4880
DAFTAR ISI Prakata Dari Redaksi ........................................................................................
2
Opini Mengolah Potensi Arsip dalam Paket Wisata Arsip sebagai Media Alternatif Pendidikan Karakter Musliichah .........................................................................................
3
Potret Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM Sri Lestari .........................................................................................
15
Telisik Menilik Sejarah Lahirnya RSUP Dr. Sardjito Herman Setyawan ................................................................................
22
Sejarah Singkat Berdirinya UGM Heri Santosa .........................................................................................
28
Resensi Menyingkap Pemikiran Prof. Dr. Sardjito Anna Riasmiati ......................................................................................
40
Informasi Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY PKL Manajemen Kearsipan di Arsip UGM ........................................................................ Penerapan ISO 9001: 2008 di Arsip UGM ............................................ Penelitian Gedung Pantja Dharma ....................................................... Kunjungan Pengelola Kearsipan SKPD Jateng ke UGM ......................... Orientasi Manajemen Kearsipan Pemkot Blitar ke Arsip UGM ........... Kabid Database Mengikuti Diklat Penyelenggaraan Kearsipan ...........
47 48 48 49 50 52
1
PRAKATA Arsip mempunyai nilai guna yang sangat tinggi, merupakan bukti rekam adanya suatu kejadian atau sejarah atas suatu peristiwa. Oleh karena itu, pengelolaan arsip harus dilakukan secara profesional. Lembaga kearsipan seyogyanya mempunyai konsep pengelolaan dan pengembangan kearsipan bervisi jauh ke depan. Arsip dapat diolah dan dipublikasikan sebagai sarana edukasi/ pendidikan. Salah satu contohnya adalah program wisata arsip, dimana pengguna diperkenalkan proses pengelolaan arsip. Wisata arsip perlu selalu dikembangkan karena dapat menjadi media alternatif pendidikan karakter. Kenapa begitu? Untuk lebih jelasnya silahkan baca opini yang berjudul: “Mengolah Potensi Arsip dalam Paket Wisata Arsip sebagai Media Alternatif Pendidikan Karakter”. Keterbatasan
tidak
menjadikan
penghambat
dalam
proses
mendapatkan prestasi. Hal ini terbukti dalam opini: “Potret Kearsipan Fakultas Peternakan UGM”, RSUP Dr. Sardjito yang dulu merupakan rumah sakit UGM, sekarang berubah menjadi rumah sakit umum pusat (milik pemerintah). Bagaimana ini bisa terjadi? Simak dalam telisik: “Menilik Sejarah Lahirnya RSUP Dr. Sardjito”. Selain itu dalam telisik juga ada “Sejarah Singkat Berdirinya UGM”. Universitas Gadjah Mada merupakan universitas negeri tertua dan terbesar di Indonesia. Pendirian RSUP Dr. Sardjito tidak terlepas dari jasa dan pemikiran Prof. Dr. Sardjito. Untuk mengupas lebih jauh pemikiran beliau, simak juga: “Menyingkap Pemikiran Prof. Dr. Sardjito” dalam resensi. Informasi yang kami sajikan kini: Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY PKL Manajemen di Arsip UGM, Penerapan ISO 9001:2008 di Arsip UGM, Penelitian Gedung Pantja Dharma, Kunjungan Pengelola Kearsipan SKPD Provinsi Jawa Tengah ke UGM, Kunjungan Pimpinan Staf Pemerintah Kota Blitar ke Arsip UGM, dan Kepala Bidang Database Arsip UGM Mengikuti Diklat Penyelenggaraan Kearsipan.
2
OPINI Mengolah Potensi Arsip dalam Paket Wisata Arsip sebagai Media Alternatif Pendidikan Karakter Musliichah
A. PENDAHULUAN Latar Belakang Semangat nasionalisme rakyat Yogyakarta sangat besar. Ini terbukti pada saat Yogyakarta yang secara fisik diduduki Belanda pada waktu aksi militer kedua, tidak ada satu pun pegawai yang mau bekerja dengan Belanda membentuk pemerintahan sipil dan negara Belanda sebagaimana terjadi di daerah-daerah lain. Tanggal 19 Desember 1949, satu tahun setelah penyerangan Belanda ke Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 UGM didirikan sebagai perwujudan terima kasih Pemerintah Pusat kepada rakyat Yogyakarta. Melalui UGM di Yogyakarta lahir program Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN ini terinspirasi kegiatan Pengerahan Tenaga Mahasiswa dan aktifnya mahasiswa dalam Tentara Pelajar yang membuka sekolah darurat di daerah pedalaman bagi anak-anak pegawai yang mengungsi ke luar kota karena tidak bersedia menjadi pegawai Belanda yang
dulu
disebut
sebagai
pegawai
non-kooperator
(Koesnadi
Hardjasoemantri, 2006). Informasi di atas penulis baca di arsip yang tersimpan di Arsip UGM. Sekilas nampak hanya sebuah berita, namun sungguh luar biasa. Jiwa ini seolah dikoyak oleh pertanyaan “bagaimana denganmu, apa yang sudah kamu lakukan?”. Betapa nasionalisme saat itu begitu kental, namun kini
3
membeli produk dalam negeri pun harus didorong-dorong apalagi jika harus berkorban untuk negeri. Pilar Pembangunan Bangsa “Pembangunan karakter dan pekerti bangsa merupakan salah satu pilar penting pembangunan bangsa. Karakter bangsa adalah ‘kemudi’ bagi kehidupan berbangsa dan bernegara” (sumber: www.menkokesra.go.id). Krisis yang melanda Bangsa Indonesia pada dasarnya krisis yang bersumber pada etika/ moral. Orientasi pembangunan yang lebih menekankan aspek pertumbuhan dan orientasi pendidikan yang lebih menekankan aspek kecerdasan intelektual saja, tanpa diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual sedikit banyak memberikan andil tentang hal itu. Pengembangan sumber daya manusia yang hanya menekankan kompetensi saja akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Krisis multidimensi, hasil akhir dari orde baru, pada dasarnya adalah krisis etika/ moral. Kemajuan olah pikir manusia dalam berbagai bidang tidak diikuti oleh upaya pengembangan aspek rasa (afektif) dan etika/ moral akan menghasilkan berbagai kerusakan dan akhirya krisis (Alvin Fadilla: 8). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai
upaya
Kementerian
untuk
Pendidikan
meningkatkan Nasional
pendidikan
mengembangkan
pendidikan karakter untuk setiap jalur,
4
mutu
grand
karakter, design
jenjang, dan jenis satuan
pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Pembangunan bangsa merupakan tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Setiap bagian dari bangsa ini seharusnya berpartisipasi dalam berbagai upaya pembangunan negeri ini. Peran aktif tersebut dikemas sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing. Dengan demikian seluruh elemen ini dapat saling mengisi dan melengkapi. Dunia kearsipan pun harus ambil bagian dalam upaya pembangunan bangsa ini. Paradigma manajemen kearsipan pun harus diubah, tidak hanya sekedar mengelola saja tetapi harus berorientasi pada asas kemanfaatan yang sebesarbesarnya untuk pembangunan bangsa. B. PEMBAHASAN Kedudukan Kearsipan dalam Kehidupan Kebangsaan Dalam rangka mempertahankan NKRI dan mencapai cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD RI Tahun 1945, arsip sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta sebagai memori, acuan, dan
bahan
pertanggungjawaban
dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara harus dikelola dan diselamatkan oleh negara. Inilah yang menjadi salah satu dasar pertimbangan perlunya penanganan bidang kearsipan. Tujuan dari penyelenggaraan kearsipan sesuai dengan UU No. 43 Tahun 2009 diantaranya adalah: (1) menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (2) menjamin aset nasional dalam bidang
5
ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, serta keamanan sebagai identitas dan jati diri bangsa; dan (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya. Pengertian arsip statis dalam Terminologi Kearsipan Nasional Tahun 2009 adalah arsip yang menurut penilaian berdasarkan ketentuan teknik dan hukum yang berlaku harus disimpan dan dikelola oleh lembaga kearsipan karena memiliki nilai guna pertanggungjawaban nasional. Arsip statis merupakan arsip bernilai guna sekunder atau permanen yang dikelola oleh lembaga kearsipan sebagai hasil akuisisi secara sistematis dan selektif terhadap khasanah arsip yang tercipta dalam pelaksanaan kegiatan instansi penciptanya. Arsip bernilai guna pertanggungjawaban nasional merupakan arsip yang memuat informasi bukti keberadaan dan prestasi instansi penciptanya dan nama perseorangan, tempat, organisasi serta fenomena yang memiliki makna nasional, di dalamnya terdapat nilai guna evidential (bukti keberadaan) dan nilai guna informational (informasi yang bermakna nasional) yang merupakan bukti otentik mengenai proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga memungkinkan setiap generasi melakukan penilaian obyektif atas jati diri bangsanya dan mengembangkan kesadaran identitas nasional. Konsep Layanan Arsip Dalam manajemen kearsipan terdapat dua kelompok arsip yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Berkaitan dengan aspek layanan arsip maka aspek akses dan layanan untuk manajemen arsip dinamis terletak pada proses distribution dan inactive storage, sedangkan dalam manajemen
6
arsip statis terletak pada kegiatan information services dan sources publication. Oleh karena itu, dikenal konsep layanan arsip internal (arsip aktif dan inaktif) yang terdiri dari administrtive services dan documentation services, dan layanan arsip eksternal (arsip statis) yang meliputi educational and research services dan publicity and public relation programmes. Publicity dapat berupa booklet, leaflet, brosur, poster, penerbitan, dan lainlain. Public relations programmes dapat berupa kegiatan diklat, seminar, workshop, pameran, wisata arsip, dan press release (Machmoed Effendhie: 2010). Konsep ini tentunya tidak bertentangan dengan peraturan perundangan kearsipan. UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan pasal 59 disebutkan bahwa pengelolaan arsip statis meliputi: akuisisi arsip statis, pengolahan arsip statis, preservasi arsip statis, dan akses arsip statis. Artinya arsip dapat diolah dan dipublikasikan untuk kepentingan publik. Mengolah Potensi Arsip Arsip merupakan bagian dari kekayaan bangsa. Oleh karena itu, potensi yang terkandung di dalamnya harus diolah sebaik mungkin. Arsip statis mengandung nilai guna evidential (bukti keberadaan) dan nilai guna informational (informasi yang bermakna nasional) yang merupakan bukti autentik mengenai proses penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga memungkinkan setiap generasi melakukan penilaian objektif atas jati diri bangsanya dan mengembangkan kesadaran identitas nasional. Paradigma kearsipan yang dapat dikembangkan adalah lembaga kearsipan tidak hanya berkutat pada hal-hal teknis pengelolaan kearsipan
7
saja tetapi lebih dari itu memiliki konsep pengelolaan arsip yang mengandung nilai-nilai. Setiap kegiatan kearsipan yang dilakukan harus memuat nilai-nilai yang pada akhirnya bertujuan untuk pembangunan bangsa ini. Berbagai program atau terobosan ke arah tersebut perlu dicanangkan supaya keberadaan lembaga kearsipan benar-benar menjadi bagian dari elemen pembangunan bangsa dan membawa manfaat nyata dalam kehidupan kebangsaan. Salah satu program yang dapat ditempuh adalah membuat propaganda positif yang bersumber dari arsip yang dikemas dalam Paket Wisata Arsip. Wisata Arsip Media Alternatif Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter Membangun bangsa yang besar ini dapat kita mulai dari membangun diri. Membangun diri diawali dengan membangun karakter. Karakter yang kuat harus dilandasi dengan kesadaran jati diri. Upaya menemukan jati diri perlu usaha menemukan kembali dan membangun jati diri. Membangun karakter bukan hanya sekedar bisa tetapi juga harus berani. Berani memahami masa lalu kita, mengakui kesalahan yang pernah terjadi, serta mau belajar dari kesalahan, termasuk kesalahan sejarah. Sejarah masa lalu bukanlah sesuatu yang berlalu begitu saja, tetapi ia tetap berpengaruh dan menjadi pelajaran berharga. Belajar sejarah adalah belajar nilai-nilai. Dengan demikian seseorang mengalami dan menghayati rekonsiliasi dimensi nalar dan rasa yang ada dalam dirinya. Pada dasarnya pembentukan karakter adalah tugas utama pendidikan. Pendidikan hendaknya bukan saja menghasilkan manusia yang bernalar, pandai, memiliki ketrampilan, dan bersikap profesional tetapi
8
juga kaya rasa: empati, penghayatan akan sesuatu yang luhur, cinta kasih kepada sesama dan alam semesta. Pendidikan bangsa tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan, tetapi merupakan tanggung jawab kita semua. Materi Wisata Arsip Arsip statis yang tersimpan di berbagai lembaga kearsipan baik tingkat pusat, daerah, maupun di institusi merupakan rekaman kegiatan bangsa ini yang di dalamnya terdapat nilai-nilai jati diri bangsa dan memuat nilai-nilai kearifan lokal. Nilai-nilai yang terkandung dalam arsip tersebut yang harus diolah dan disajikan supaya lebih bermanfaat. Contoh praktis arsip statis yang dapat diolah dan dikemas dalam paket wisata arsip diantaranya : 1. Dari sisi media arsip, dapat berupa tekstual (surat menyurat, buku, kliping, dll), foto, rekaman suara, rekaman video/ gambar, dan kartografi/ peta, dimana materi/ masalah arsip sesuai dengan lingkup kewenangan (pusat, daerah, institusi, dll) dan khasahah arsip yang dimiliki. 2. Dari sisi materi dapat meliputi: - Profil Tokoh Perjalanan hidup seorang tokoh tentu terdapat nilai-nilai keteladanan. Arsip-arsip tersebut dapat berupa personal file maupun arsip-arsip terpisah seperti hasil karya/ prestasi, pemberitaan, maupun surat menyurat terkait tokoh tersebut. Tingkat pemerintah pusat dapat menampilkan arsip tokoh-tokoh nasional, lembaga kearsipan daerah menampilkan arsip tokoh
9
nasional yang berasal dari dearahnya atau tokoh yang berjasa pada daerahnya. Lembaga kearsipan institusi menampilkan arsip tokoh nasional yang berkaitan dengan institusinya atau tokoh yang berjasa pada institusinya. Contoh Arsip Universitas Gadjah Mada dapat menampilkan Prof. Dr. Sardjito (pejuang nasional yang berhasil menciptakan vaksin dimasa revolusi, dan merupakan Rektor I UGM), Prof. Ir. Johannes (pejuang nasional pembuat granat untuk perjuangan revolusi dan Rektor UGM), dan Prof. Iso Rekohadiprodjo (tokoh UGM yang aktif mewakili Indonesia di Forum Internasional FAO). - Peristiwa Bersejarah Banyak peristiwa bersejarah yang mengandung nilai
moral
(nasionalisme, patriotisme, dan sebagainya). Lembaga kearsipan pusat dapat menampilkan peristiwa perjuangan nasional perang kemerdekaan, lembaga kearsipan daerah dapat menampilkan peristiwa perjuangan daerah, lembaga kearsipan institusi berupa peristiwa bersejarah yang terjadi dalam lingkup lembaganya. Contoh: Arsip UGM dapat mengangkat peristiwa Konferensi Colombo di UGM, Konggres Sejarah II di UGM (hasil konggres merumuskan penulisan sejarah nasional/ Indonesia), Normalisasi Kehidupan Kampus (sebuah peristiwa bersejarah mengenai kehidupan demokrasi mahasiswa), dan sebagainya. - Prestasi Suatu peristiwa/ hal yang merupakan prestasi masa lalu patut untuk diangkat kembali sebagai sumber inspirasi.
10
- Profil/ Perjalanan Organisasi/ Lembaga Kisah perjalanan sebuah lembaga sarat dengan sejarah, belajar sejarah sama halnya belajar nilai-nilai. Tingkat nasional: profil Departemen Sosial, DPR Gotong Royong. Tingkat daerah: kisah perjalanan Vorst Landen Blinden Instituut sebuah lembaga sosial di DIY pada masa Belanda. Tingkat lembaga: Perjalanan Fakultas Umum UGM. - Kisah/ Gambaran Kehidupan Masa Lalu Masa lalu penuh hikmah, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Kisah yang dapat diangkat tingkat nasional antara lain: kehidupan sosial ekonomi zaman penjajahan, tingkat daerah kehidupan masa kepemimpian Sri Sultan HB II, dan tingkat lembaga perjalanan UGM periode 50-an di seputar Kraton Yogyakarta. Konsep Penyajian Wisata Arsip Materi-materi di atas dapat dikemas dalam bentuk: naskah sumber, poster, diorama, film, dan sebagainya. Pemilihan bentuk/ media penyajian materi arsip disesuaikan dengan sasaran audien/ pengguna, jangkauan sasaran, ketersediaan dana, volume materi arsip, jenis materi arsip, dan sebagainya. Khusus untuk film akan lebih menarik bila ada arsip bentuk foto dan sound recording, sedangkan arsip bentuk tekstual bisa divisualisasikan dalam bentuk poster dengan diberi ilustrasi gambar. Materi yang sudah diolah baik berupa film, naskah sumber, poster, maupun diorama selanjutnya dipasarkan dan dipublikasikan. Artinya produk-produk tersebut dikemas dalam Paket Wisata Arsip perlu
11
dipublikasikan dan dipasarkan ke masyarakat/ publik. Pemasaran program tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan : -
Secara berkala mengundang masyarakat secara terorganisir seperti organisasi kemahasiswaan, murid-murid sekolah lanjutan, organisasi profesi, kelompok instansi, organisasi sosial kemasyarakatan dan sebagainya untuk mengunjungi dan menikmati paket wisata arsip yang sudah disiapkan.
-
Atau sebaliknya, secara berkala lembaga kearsipan yang mempunyai paket wisata arsip ini mengunjungi organisasi-organisasi tersebut di atas untuk mempromosikan dan menyajikan paket wisata arsipnya. Khusus cara ini media yang paling praktis adalah dengan penyajian film.
-
Setiap ada kegiatan yang bersifat perayaan, lembaga kearsipan dapat berpartisipasi untuk menampilkan paket wisata arsipnya. Untuk kelancaran promosi dan pelaksanaan paket wisata arsip ini
diperlukan sebuah tim khusus atau tim organizer yang profesional. Tim ini harus menguasai materi yang disajikan dan memiliki keahlian presentasi dan komunikasi yang baik. PENUTUP Kesimpulan Potensi arsip dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai media pendidikan dalam membangun karakter bangsa. Potensi arsip tersebut dapat disajikan dalam berbagai propaganda positif yang dikemas dalam sebuah paket wisata arsip.
12
Propaganda positif yang dimaksud adalah menggali informasi positif yang terkandung dalam arsip statis seperti prestasi, sejarah kebangsaan, perjuangan, dan sebagainya. Informasi tersebut dirangkum dan dituangkan dalam media yang representatif dengan bahasa yang komunikatif. Media yang dapat digunakan antara lain naskah sumber, buku, poster, film, artikel publikasi di media cetak, melakukan eksibisi/ pameran dan lain sebagainya. Informasi yang disajikan tersebut harus dapat menampilkan nilainilai edukasi, mampu membangun kesadaran diri, dan mendorong atau memotivasi masyarakat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saran Lembaga kearsipan diharapkan mampu mengolah arsip statis untuk pembangunan bangsa. Diperlukan berbagai pendekatan dalam penerapan standar dan peraturan kearsipan yang ada, diantaranya pendekatan orientasi pada pengguna dan asas manfaat. Setiap kegiatan kearsipan yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada memenuhi ketentuan dan standar yang ada tetapi lebih jauh lagi harus mampu memberikan sumbangsih secara nyata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nafas dari kearsipan itu sendiri pada hakikatnya adalah mengolah informasi. Oleh karena itu, selain pengelolaan fisik arsip juga mengolah dan memanfaatkan informasi yang terkandung dalam arsip dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan bangsa.
13
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang RI No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Agus Dwiyanto, dkk., 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan UGM. Avin Fadilla Helmi, 2004. Model Mahasiswa Berdaya Saing. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Koesnadi Hardjasoemantri, 2006. Menuju Tertib Kehidupan Kampus. Yogyakarta: UGM. Machmoed Effendhie, dkk., 2010. Panduan Akses dan Layanan Kearsipan. Yogyakarta: Arsip UGM. Sauki Hadiwardoyo, 2002. Terminologi Kearsipan Nasional. Jakarta: ANRI William N. Dunn, 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gamapress.
14
Potret Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM Sri Lestari
Pendahuluan Daftar Surat-surat Keputusan Pendirian Fakultas-Fakultas di Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang ditandatangani oleh Rektor UGM Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo tanggal
29 Juni 1977
menyebutkan bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. tanggal 3 Nopember 1969
No. 1449/KT/I/SP-69
didirikan Fakultas Peternakan. Akan tetapi, keberadaan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 1449/KT/I/SP69 tanggal 3 Nopember 1969 tentang Pendirian Fakultas Peternakan UGM tersebut sampai saat ini belum diketemukan. Berawal dari itu Fakultas Peternakan UGM melakukan pencarian arsip, dimana pencarian tersebut sudah dilakukan di fakultas, universitas, dan bahkan di Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, namun sampai saat ini belum dapat diketemukan. Guna mengantisipasi agar dokumen penting fakultas tidak tercecer dan terkelola dengan baik sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan mudah
diketemukan,
maka
Fakultas Peternakan
UGM
kemudian
mendirikan unit kearsipan. Oleh karena itu, tanggal 17 Februari 2006 Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada menerbitkan Surat Keputusan No: 468/J01.1.25/HK.01.37/2006 tentang Pendirian Unit Kearsipan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Mengacu pada Surat Keputusan Dekan No: 468/J01.1.25/HK.01.37/ 2006 tersebut, tujuan didirikannya Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM adalah agar arsip fakultas yang meliputi arsip akademik, administrasi, kemahasiswaan, alumni, dan arsip yang mempunyai nilai historis serta arsip
15
penting lainnya bagi perkembangan fakultas dapat dikelola dengan baik dalam satu kesatuan sistem kearsipan yang berlaku. Belum Ideal Pengelolaan arsip di Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM apabila mengacu pada UndangUndang R.I No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan belumlah
ideal.
Dalam
pasal 17 ayat 1 undangundang disebutkan bahwa,
tersebut
unit kearsipan adalah unit yang memiliki fungsi
mengelola dan menyimpan arsip inaktif. Kenyataannya, Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM tidak hanya mengelola dan menyimpan arsip inaktif, tetapi juga arsip statis, idealnya arsip statis diserahkan kepada lembaga kearsipan dalam hal ini Arsip UGM. Tata ruang pengelolaan arsip inaktif apabila mengacu pada Keputusan Kepala ANRI No. 03 Tahun 2000, antara ruang kerja (pengolah) dan ruang penyimpanan arsip (depo) seharusnya terpisah. Dalam Keputusan tersebut, disebutkan bahwa tata ruang gedung penyimpanan arsip inaktif pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu ruang kerja dan ruang penyimpanan. Ruang kerja merupakan ruangan yang digunakan untuk kegiatan menerima arsip yang baru dipindahkan, membaca, mengolah, dan memusnahkan arsip, sedangkan ruang penyimpanan arsip inaktif digunakan khusus untuk menyimpan arsip sesuai dengan tipe dan medianya. Namun pada kenyataannya pengelolaan arsip di Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM, antara ruang kerja dan ruang simpan arsip masih menjadi satu dalam ruangan seluas 30 meter persegi, dengan sarana
16
dan prasarana yang dimiliki yaitu 2 unit komputer, 1 scanner, 2 filing kabinet, 3 almari simpan, 3 rak arsip, 1 unit AC, dan dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran, dengan volume arsip sebanyak 200 boks. Dilihat dari struktur organisasi, Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM berada di bawah Kepala Seksi Administrasi, Keuangan, dan Umum, sedangkan pengelolaan arsip ditangani oleh dua orang arsiparis tingkat terampil. Jenis Arsip yang Disimpan Adapun jenis arsip yang disimpan antara lain berupa : 1) Official archives, yaitu keputusan-keputusan yang bersifat mengatur, perjanjianperjanjian kerja sama, laporan tahunan, arsip kepegawaian, arsip mahasiswa, arsip scholarship, arsip research grant, dokumen-dokumen resmi (ISO) kebijakan dan prosedur; 2) Personal papers (naskah-naskah pidato, makalah, laporan penelitian, laporan pengabdian, dan publikasi ilmiah; 3) Reference collection yang berupa kalender akademik dan bukubuku panduan akademik; 4) Anniversary archives (arsip-arsip dies natalis fakultas, wisuda, alumni; 5) Publication archives (jurnal, buletin, majalah, buku, dan proceedings penerbitan intern fakultas; 6) Academic archives: kemahasiswaan, nilai ujian semester, nilai ujian praktek kerja lapangan, nilai ujian skripsi; dan 7) Archives in special format: arsip foto, kaset, dan CD. Penyusutan Arsip Fakultas Peternakan UGM secara periodik melakukan kegiatan penyusutan arsip dengan cara memindahkan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan fakultas dilakukan berdasar pada jadwal retensi arsip (JRA). Unit pengolah yang secara rutin memindahkan arsipnya adalah unit tata usaha, unit urusan pegawai, dan seksi akademik dan kemahasiswaan.
17
Untuk mengurangi volume arsip yang sudah tidak memiliki nilai guna Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM berpedoman pada JRA dan Pedoman Penyusutan Arsip di Lingkungan UGM (Peraturan Rektor UGM No. 408/P/SL/HT/2009), pada tanggal 11 Juli 2011 melakukan kegiatan pemusnahan arsip, yaitu kegiatan pemusnahan yang dilakukan dengan cara menghancurkan fisik dan informasi arsip yang sudah tidak memiliki nilai guna lagi bagi kepentingan organisasi (ANRI, 1983). Pemusnahan tersebut dilakukan oleh tim pemusnahan arsip yang dibentuk oleh dekan dengan disaksikan oleh pejabat dari Arsip UGM. Arsip yang dimusnahkan yaitu arsip bidang pendidikan dari tahun 1962 sampai dengan 1997. Pemusnahan arsip dilakukan dengan cara dicacah dengan menggunakan mesin perajang kertas. Peran dan Fungsi Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM merupakan unit kearsipan pertama yang dimiliki oleh fakultas di lingkungan UGM. Sejak awal berdiri, unit kearsipan ini menjadi percontohan pengelolaan arsip inaktif fakultas di lingkungan UGM. Hal tersebut dapat dilihat dari seringnya Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM sebagai tujuan studi banding baik dari fakultas di lingkungan UGM, perguruan tinggi lain maupun tamu-tamu dari Dikti. Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM juga sering menjadi tempat observasi bagi mahasiswa Program Diploma III Kearsipan UGM, praktek kerja kearsipan bagi siswa beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK). Selain hal tersebut, Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM juga sering dilibatkan dalam berbagai kegiatan Arsip UGM, antara lain penerimaan kunjungan dari berbagai instansi, seperti Peserta Sosialisasi Kearsipan bagi Perguruan Tinggi Negeri dan Kopertis Seluruh Indonesia, arsiparis dari Universitas Negeri Malang, calon arsiparis Universitas Negeri Yogyakarta yang melakukan magang di Arsip UGM, dan lain-lain.
18
Pada tahun 2007, Arsip UGM mengikuti seleksi Unit Pengelola Kearsipan Tingkat Perguruan Tinggi Negeri Departemen Pendidikan Nasional dengan tim penilai dari Kemendiknas dan ANRI. Dalam kompetisi tersebut UGM mendapat predikat Teladan Pertama dengan menyisihkan 37 perguruan tinggi lainnya dan Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM menjadi salah satu unit yang dinilai sehingga turut andil dalam mencapai prestasi tersebut. Setelah menjadi pemenang pertama pada tahun 2007, UGM tidak diperbolehkan mengikuti seleksi pada kompetisi yang sama. Baru pada tahun 2011, UGM diberi kesempatan untuk mengikuti kompetisi Unit Pengelola Kearsipan Terbaik di Lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional. Pada seleksi tersebut, Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM kembali menjadi salah satu wakil unit kearsipan yang dinilai bersama Fakultas Psikologi, Fakultas Teknologi Pertanian, Bidang Hukum dan Tata Laksana, Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga, Sekretaris Eksekutif, Direktorat
Sumber
Daya
Manusia,
Direktorat
Pengelolaan
dan
Pemeliharaan Aset, Records Center Bersama Kinanti, dan Arsip UGM. Dari seleksi tersebut UGM berhasil mempertahankan predikat Pemenang Pertama Kompetisi Unit Pengelola Kearsipan Terbaik di Lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional, menyisihkan 20 perguruan tinggi seIndonesia (UGM, 2011). Penutup Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengelolaan arsip inaktif di Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM sudah mengacu pada kaidah kearsipan. Sistem pemberkasan yang diterapkan dalam proses penemuan kembali sudah efektif. Penataan dan penyimpanan arsip dilakukan sesuai dengan sumber daya yang ada. Secara keseluruhan Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM belumlah ideal, baik dilihat dari luas gedung, tata ruang, sarana dan
19
prasarana, sumber daya manusia, maupun masih sedikitnya jumlah arsip yang dikelola. Namun demikian, Unit Kearsipan Fakultas Peternakan UGM mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan kearsipan di UGM.
DAFTAR PUSTAKA Undang-undang RI No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Surat Edaran Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor SE/02/1983 tentang Pedoman Umum Untuk Menentukan Nilai Guna Arsip, Jakarta. Keputusan Kepala ANRI Nomor 03 Tahun 2000 tentang Standar Gedung dan Ruang Penyimpanan Arsip, Jakarta. Keputusan Kepala ANRI Nomor 11 Tahun 2000 tentang Standar Boks Arsip, Jakarta. Peraturan Rektor UGM Nomor 408/P/SL/HT/2009 tentang Jadwal Retensi Arsip dan Pedoman Penyusutan Arsip di Lingkungan UGM, Yogyakarta. UGM, 2011. Panduan Tata Kelola Arsip Inaktif di Lingkungan UGM. Yogyakarta. UGM, 2011. Khasanah Buletin Kearsipan Vol. 4, No. 3 November 2011 hal. 46-49, Yogyakarta.
20
BIODATA PENULIS
Musliichah, A.Md., S.IP. lahir di Rembang, 20 Maret 1979 merupakan alumni D III Kearsipan UGM tahun 2001. Menyelesaikan studi Ilmu Administrasi Negara di Fakultas ISIPOL Universitas Widya Mataram Yogyakarta tahun 2011. Sejak tahun 2005 – 2011 menjadi pengelola arsip dan saat ini menjabat sebagai Arsiparis Pelaksana Lanjutan di Arsip UGM.
Sri Lestari, S.IP. Lahir di Klaten, 6 Maret 1968, alumni Ilmu Administrasi Negara. Saat ini menjabat sebagai Arsiparis Pelaksana Lanjutan di Fakultas Peternakan UGM.
21
Telisik Menilik Sejarah Lahirnya RSUP Dr. Sardjito Herman Setyawan
RSUP, Cita-cita Sang Rektor Prof. Dr. Sardjito, pendidik dan tokoh kesehatan, sekaligus
Rektor Universitas
Gadjah Mada, memiliki cita-cita luhur, yaitu didirikannya rumah sakit pemerintah yang terpusat di Yogyakarta. Gagasan itu muncul sejak tahun 1954. Saat itu, rumah sakit pemerintah masih terpencar-pencar, yaitu di Pugeran, Mangkubumen, Jenggotan, dan ada lagi yang di Loji Kecil. Hal ini membuat terpencarnya praktik mahasiswa kedokteran. Cita-cita tersebut mendapat dukungan DPRD DIY. Pada tahun 1960, DPRD mengusulkan kepada pemerintah untuk mendirikan rumah sakit. Meskipun usulnya diterima, namun realisasinya masih tersendat, karena kondisi keuangan negara yang tidak stabil. Barulah pada akhir tahun 1969, gagasan itu dapat terwujud. Rumah sakit yang direncanakan mulai dibangun pada tahun 1970. Namun, sungguh disayangkan pada tahun tersebut Prof. Dr. Sadjito meninggal dunia. Oleh sebab itu, untuk mengenang jasa-jasa beliau, rumah sakit itu diberi nama RSUP Dr. Sardjito. Dari Pingit ke Sekip Pada awalnya, RSUP Dr. Sardjito akan dibangun di Pingit, 700 meter sebelah barat Tugu Yogyakarta. Segala persiapan telah dimulai, bahkan tanah dan beberapa bagian dari alat-alat pembangunan sudah siap dikerjakan. Namun, pemerintah saat itu tiba-tiba mempunyai pemikiran
22
lain. Setelah ditinjau kembali, ternyata tempat yang akan digunakan untuk membangun rumah sakit ini kurang memadai. Pendapat ini didukung oleh pimpinan universitas. Setelah diadakan pembicaraan antara Menkes dan Mendikbud pada akhir tahun 1969, akhirnya disepakati lokasi pembangunan dipindahkan ke kompleks Universitas Gadjah Mada, yaitu di Sekip, sebelah timur Kali Code. Awal Pembangunan RSUP Dr. Sardjito dibangun sejak tahun 1970, di atas tanah seluas 8,2 Ha, berdasar SK Menteri Kesehatan RI No.126-VI-Kab-B.VIII-74 tanggal 13 Juni 1974. Luas bangunan waktu itu adalah 60.378,60 meter persegi. Menurut Pimpinan Proyek Prof. Dr. Ismangoen, pembangunan dilakukan dalam empat periode: -
Periode pertama (1970-1974), anggaran keuangan berasal dari DIP Departemen Kesehatan. Dalam periode ini, pembangunan meliputi gedung sinar X, poliklinik, farmasi, laboratorium kimia, unit emergency, dan sebagian ruang bedah sentral.
-
Periode kedua (1974-1975), biaya berasal dari sumbangan PN Pertamina. Biaya ini digunakan untuk melanjutkan pembangunan periode pertama.
-
Periode ketiga
(1976-1977), pembiayaan kembali ditangani oleh
Departemen Kesehatan RI. Adapun pelaksanaan pembangunan periode ini merupakan lanjutan pada pembangunan periode sebelumnya. -
Periode keempat (1977-1981), pembiayaan berasal dari bantuan presiden. Bantuan yang diterima meliputi perawatan rawat inap, gedung unit kesehatan anak, serta tiga buah lift.
23
Gedung RS. Dr. Sardjito, 1974 Koleksi Arsip UGM (AF1/IP.IG/1974-20A)
Gedung RSUP Dr. Sardjito dibangun empat lantai. Lantai dasar digunakan untuk ruang ICU dan ICCU serta poliklinik kebidanan, kandungan, dan jiwa. Lantai dua digunakan untuk poliklinik penyakit dalam, bedah, dan kandungan. Lantai tiga digunakan poliklinik bedah dan penyakit dalam, sedangkan lantai empat untuk poliklinik mata, syaraf, kulit kelamin, dan THT. Untuk menghubungkan antar lantai, Presiden Soeharto waktu itu menyumbangkan tiga buah lift. Selain itu, telah dibangun beberapa bangunan yang difungsikan untuk keperluan lainnya. Peresmian RSUP Dr. Sardjito RSUP Dr. Sardjito diresmikan oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 8 Februari 1982. Peresmian tersebut dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI, Menteri P dan K, Wakil Gubernur DIY, Pangkowilhan II, Pangdam VII Diponegoro, Ny. Sardjito, serta pejabat sipil militer lainnya. Pada kesempatan tersebut, Presiden Soeharto menandatangani prasasti dan sekaligus membuka selubung patung Prof. Dr. Sardjito yang diletakkan di depan pintu utama rumah sakit.
24
Sampai dengan diresmikannya, pembangunan RSUP Dr. Sardjito menelan biaya sekitar 12 miliar rupiah plus DM 5.628.507,15. Dana tersebut berasal dari DIP Departemen Kesehatan Rp. 5,936 miliar, PN Pertamina Rp. 3,4 miliar, dana bantuan presiden Rp. 1,620 miliar, Crash Program Rp. 2,653 miliar, dan bantuan luar negeri sebesar
DM
5.628.507,15.
Presiden RI Soeharto bersama Wagub DIY Sri Pakualam VIII, Menteri P & K Dr. Daoed Joesoef, dan Menkes Dr. Soewardjono saat peresmian
Rumah sakit dilengkapi dengan( 650 tempat tidur, terdiri dari 500 tempat tidur dewasa, 100 tempat tidur anak, dan 50 tempat tidur bayi. Disamping itu, terdapat 14 poliklinik, yaitu: umum, darurat, gawat, penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan anak, bedah, penyakit syaraf, THT, mata, kulit dan kelamin, gigi dan mulut, radiografi, dan alergi (poli terpadu THT, penyakit dalam, dan kulit-kelamin). Untuk melayani rawat inap, rumah sakit didukung 176 dokter, 92 dokter ahli, 10 dokter gigi, 8 apoteker, 519 paramedis, 52 paramedis non perawatan, dan 428 tenaga non medis. Dengan kelengkapan seperti tersebut di atas, RSUP Dr. Sardjito termasuk rumah sakit tipe B (tipe B: minimal 400 tempat tidur). Saat itu baru ada 12 rumah sakit tipe B di Indonesia, sedangkan rumah sakit tipe A barulah RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Dalam tugas pelayanan
25
kepada masyarakat, rumah sakit ini menjadi rujukan untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah bagian selatan. Peningkatan Kualitas Pendidikan Kedokteran UGM Selain sebagai pusat layanan kesehatan, berdirinya RSUP Dr. Sadjito juga digunakan sebagai tempat praktik calon dokter di Universitas Gadjah Mada. Dengan adanya RSUP Dr. Sardjito, pelaksanaan praktik dapat dilakukan di satu tempat. Selain itu, hubungan antara Fakultas Kedokteran UGM dengan rumah sakit menjadi lebih baik. Rumah sakit ini didukung dengan peralatan yang cukup modern, sehingga memungkinkan untuk dapat menelurkan tenaga ahli bidang kedokteran. Rumah Sakit Pendidikan Sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai rumah sakit pendidikan (RSP), RSUP Dr. Sardjito akan berperan serta secara aktif dengan selalu memperhatikan keterkaitan dengan Fakultas Kedokteran UGM dalam mengembangkan program pendidikan pada umumnya dan program pendidikan kedokteran, keperawatan, dan kesehatan pada khususnya. RSUP Dr. Sardjito akan mendukung setiap pengembangan pendidikan kedokteran, keperawatan, dan kesehatan di RSUP Dr. Sardjito. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 31 Surat Keputusan Bersama Direktur RSUP Dr. Sardjito dan Dekan Fakultas Kedokteran UGM Nomor: HK.00.04.0986 dan Nomor: UGM/KU/469/C/03/03 tanggal 8 Februari 1999 tentang Kerjasama RSUP Dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran UGM. Untuk lebih memantapkan dan meneguhkan RSUP Dr. Sardjito sebagai RSP, telah ditandatangani MoU antara UGM dan Depkes RI. MoU tersebut ditandatangani oleh Rektor UGM Prof. Dr. Sofian Effendi dan Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes Farid W Husain pada tanggal 26 Desember 2006.
26
Dijelaskan oleh Dekan Fakultas Kedokteran saat itu, Dr. Hendyanto Soebono, Sp.KK (K), MoU tersebut meneguhkan RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit pendidikan. Dengan kesepahaman ini, maka kemajuan RSUP Dr. Sadjito berada di pundak UGM. Dalam hal ini, UGM berfungsi sebagai user (pengguna utama). Aset rumah sakit tetaplah milik pemerintah, namun pengelolaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab UGM.
Referensi: 1. 2.
3. 4.
AS5/PA.BK/6 (Berita Kagama, Edisi Januari-Februari 1982) AS2/OA.SK.06/50 (SKB Direktur RSUP Dr. Sardjito dan Dekan Fakultas Kedokteran UGM Nomor: HK.00.04.0986 dan Nomor: UGM/KU/469/C/03/03 tanggal 8 Februari 1999 tentang Kerjasama RSUP Dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran UGM) AS/PA.KU/48 (Kabar UGM No 64/Tahun IV/ 6 Februari 2007) AF1/IP.IG/1974-20A (foto Gedung RSUP Dr. Sardjito tahun 1974)
27
Sejarah Singkat Berdirinya Universitas Gadjah Mada Heri Santosa Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada Sejarah Balai Perguruan Tinggi berdasarkan Laporan Dies yang kesatu tahun 1974 tertulis “Siapakah mula-mula yang mempunyai pikiran untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada?” Pada tanggal 24 Januari 1946 di Gedung S.M.T. Kotabaru, Yogyakarta diadakan pertemuan antara beberapa cerdik pandai untuk mendiskusikan kemungkinan mendirikan balai perguruan tinggi (universitas swasta) di Yogyakarta, sebagai promotor Sdr. Mr. Boediarto (ketua), Sdr. Ir. Marsito, Sdr. Prof. Dr. Prijono dan Sdr. Mr. Soenardjo. Pengurus terdiri dari Dr. Soeleiman, Dr. Boentaran, Dr. Soeharto, B.P.H. Bintoro, Prof. H. Farid Ma’ruf, Mr. Mangunjudo, K.P.H. Nototaruno, dan Prof. Ir. Rooseno. Setelah persiapan selesai, pada tanggal 3 Maret 1946 di Gedung K.N.I.
Malioboro
Yogyakarta
diadakan
pertemuan
resmi
untuk
mengumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dengan bagian fakultas hukum dan fakultas kesusasteraan. Dengan demikian, pada tahun 1946 di Yogyakarta ada dua perguruan tinggi, yaitu Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan Sekolah Tinggi Teknik (berdiri tanggal 17 Februari 1946). Sekolah Tinggi Teknik ini merupakan usaha penghidupan kembali Sekolah Tinggi Teknik Bandung, yang terpaksa ditutup karena suasana perang antara Indonesia dan tentara sekutu. Sekolah Tinggi Teknik Bandung dipimpin oleh Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat. Oleh karena itu, mahasiswa Fakultas Teknik
28
Bandung dapat melanjutkan pendidikannya dan menempuh ujian insinyur di Sekolah Tinggi Teknik Yogyakarta. Tidak dapat dilupakan bahwa yang memberi dukungan besar untuk berlangsungnya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX. Setelah penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, kedua perguruan tinggi di atas terpaksa ditutup. Para dosen dan mahasiswanya memilih berjuang menentang Belanda daripada melanjutkan proses belajar mengajar, namun peralatan kuliah tetap dipelihara dengan baik oleh para mahasiswa. Pindah ke Klaten Sejarah pendirian fakultas kedokteran bermula dari kota Klaten. Tahun 1946 Klaten terkenal sebagai kota pendidikan, di sini berdiri perguruan tinggi, antara lain Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946). Mengapa Klaten dipilih sebagai tempat pendirian beberapa perguruan tinggi? Karena Klaten terletak di pedalaman. Kota-kota besar seperti
Jakarta,
Bandung,
dan
Surabaya
tidak
mungkin
lagi
menyelenggarakan pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan ketiga kota tersebut seringkali dibom oleh tentara sekutu. Para pejuang Indonesia di tiga kota tersebut tidak tinggal diam. Mereka juga membalas menyerang sekutu sehingga ketiga kota tersebut menjadi ajang pertempuran. Alasan lainnya adalah adanya laboratorium pendukung dan lnstitut Pasteur, serta laboratorium disediakan oleh Rumah Sakit Tegalyoso. Sedangkan Institut Pasteur di Bandung, setelah diambil alih oleh bangsa Indonesia dari tangan
29
Jepang, 1 September 1945, dipindahkan ke Klaten. Salah seorang yang turut memindahkan institut ini adalah Prof. Dr. M. Sardjito. Kehidupan perguruan tinggi di Klaten makin marak dengan berdirinya Fak. Kedokteran Gigi pada awal tahun 1948. Hal ini berlangsung sampai 19 Desember 1948, saat Belanda menyerbu ke dalam daerah Republik Indonesia. Tujuh bulan sebelum penyerbuan Belanda ke Republik Indonesia, tepatnya awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan sesungguhnya sudah mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta. Akademi ini berdiri atas usul Kementerian Dalam Negeri, untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, dan Departemen Penerangan. Setelah berdirinya Akademi Ilmu Politik yang dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Beberapa pegawai Departemen Dalam Negeri yang belajar di sini, antara lain: Djumadi lsworo, Soempono Djojowadono, Irnan Soetikno, Bambang Soegeng Wardi, dan Dradjat. Akan tetapi, akademi ini tidak bertahan lama. Setelah pemberontakan PKI Madiun meletus (September 1948) akademi ini ditinggalkan oleh para mahasiswanya. Mereka ikut menumpas pemberontakan dan membangun kembali kerusakan-kerusakan yang terjadi, kemudian akademi ini terpaksa ditutup. Jika di Klaten dan Yogyakarta ada perguruan tinggi terpaksa ditutup, di Solo ada perguruan tinggi yang sudah dibuka namun terpaksa batal diresmikan, yaitu Balai Pendidikan Ahli Hukum (berdiri 1 November 1948) sebagai hasil kerjasama Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman.
30
Bersamaan dengan itu, panitia pendirian perguruan tinggi swasta di Solo, yang dipimpin oleh Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H., dan Hardjono, S.H., juga merencanakan pendirian Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Panitia ini menyarankan agar Balai Pendidikan Ahli Hukum digabung saja dengan Sekolah Tinggi Hukum Negeri untuk melakukan efisiensi, dan usul tersebut diterima oleh pemerintah. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1948 yang menyebutkan bahwa Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan ke dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Menurut Prof. Dr. M. Sardjito, Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo ini akan diresmikan tanggal 28 Desember 1948. Akan tetapi, sembilan hari sebelum peresmian, Belanda sudah menyerbu ke wilayah Republik Indonesia. Apa boleh buat, perjuangan menentang Belanda menjadi prioritas. Akibatnya, sekolah tinggi ini layu sebelum menguntum dan terpaksa bubar sebelum diresmikan. Kembali ke Yogyakarta Tidak banyak yang ingat kapan persisnya timbul ide untuk menggabungkan beberapa perguruan tinggi perjuangan (sebutan ini, diberikan oleh Prof. Ir. Herman Johannes) tersebut di atas menjadi sebuah perguruan tinggi. Akan tetapi, menurut Prof. Dr. M. Sardjito, tanggal 20 Mei 1949, ada rapat Panitia Perguruan Tinggi, di Pendopo Kepatihan Yogyakarta. Rapat ini dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah beberapa anggota
31
rapat menyanggupi pendirian perguruan kembali di wilayah republik, yaitu Yogyakarta. Mereka yang bersedia adalah Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito. Kesulitan utama yang ditemui para guru besar dalam mendirikan kembali perguruan tinggi di Yogya adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Beruntung Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersedia meminjamkan kraton dan beberapa gedung di sekitar kraton untuk ruang kuliah. Masalah utama pun terpecahkan, setelah itu persiapan lain pun dimatangkan. Usaha keras para guru besar tersebut akhirnya membuahkan hasil. Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh Bung Karno. Pada pembukaan ini, menurut Prof. Dr. M. Sardjito, diadakan sebuah renungan bagi para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto. Keesokan harinya, 2 November 1949, giliran Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik dan beberapa fakultas yang berada di bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang diresmikan. Kota Yogyakarta pun kembali marak dengan mahasiswa. Sebulan kemudian, tepatnya 3 Desember 1949, dibuka pula Fakultas Hukum di Yogyakarta. Fakultas ini merupakan pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo. Orang yang berjasa dalam pemindahan ini adalah Prof. Drs. Notonagoro, S.H. Universiteit Negeri Gadjah Mada Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tanggal 16 Desember 1949 tentang Peraturan Sementara Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universiteit, merupakan jalan pembuka untuk menyelenggarakan
32
sebuah universitas nasional yang bernama Universitas Gadjah Mada. Pada tanggal 19 Desember 1949 Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mulai menyelenggarakan perguruan tinggi negeri yang dikenal sebagai Universiteit Negeri Gadjah Mada yang berkedudukan di Yogyakarta. Universiteit Negeri Gadjah Mada ini merupakan penggabungan dari beberapa Perguruan Tinggi yang telah ada lebih dulu yaitu: 1.
Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Farmasi, Kedokteran Hewan, dan Fakultas pertanian yang didirikan di Klaten pada tahun 1946
2.
Sekolah Tinggi Teknik di Yogyakarta yang didirikan pada tanggal 12 Februari 1946
3.
Sekolah Tinggi Hukum dan Sekolah Tinggi Sastra yang didirikan oleh Yayasan Balai Perguruan Tinggi Yogyakarta Pada tanggal 3 Maret 1946 Pada saat berdirinya, menurut Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
1949, Universiteit Negeri Gadjah Mada memiliki enam fakultas, yaitu: (1) Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti); (2) Fakultas Kedokteran di dalamnya termasuk Bagian Farmasi, Bagian Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Kimia, dan Ilmu Hayat; (3) Fakultas Pertanian di dalamnya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan; (4) Fakultas Kedokteran Hewan; (5) Fakultas Hukum di dalamnya ada Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi; dan (6) Fakultas Sastra dan Filsafat di dalamnya ada Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
33
Pada saat peresmian Universiteit Negeri Gadjah Mada, Prof. Dr. M. Sardjito ditetapkan sebagai Presiden Universiteit Negeri Gadjah Mada. Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat Universiteit Negeri Gadjah Mada dan Dewan Kurator Universiteit Negeri Gadjah Mada. Pengurus Dewan Kurator UNGM terdiri dari Ketua Kehormatan adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, wakil ketua dan anggota. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa ketika UGM lahir, ia memang telah siap untuk meneruskan perjuangan, yaitu meningkatkan martabat manusia Indonesia. Universitit Negeri Gadjah Mada
Berdasarkan
Peraturan
Pemerintah No. 37 tahun 1950 Peraturan
Sementara
tentang
Universitit Negeri Gadjah Mada pasal 1 menyebutkan: “Universitit Negeri Gadjah Mada adalah Balai Nasional Ilmu Pengetahuan dan Kebudajaan bagi pendidikan dan pengadjaran tinggi.
Universitit
Negeri Gadjah Mada berkedudukan di Jogjakarta.“ Dalam pasal 5 juga disebutkan “Universitit Negeri Gadjah Mada Pada waktu sekarang terdiri atas:” a. b. c. d.
34
Fakultit Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi, …….. Fakultit Hukum, Sosial dan Politik terdiri atas Bagian Hukum dan Bagian Sosial dan Politik. …… Fakultit Technik terdiri atas Bagian Civil dan Bagian Kimia. ……. Fakultit Sastera, Pedagogik, dan Filsafat terdiri atas Bagian sastera dan Filsafat dan Bagian Pedagogik. …..
e. f.
Fakultit Pertanian, jang mempunjai tingkat pengadjaran Baccalaureat Ilmu Pertanian. Fakultit Kedokteran Hewan, jang mempunjai tingkat pengadjaran Baccalaureat Ilmu Kedokteran Hewan. Pada tanggal 23 Januari 1950 ditambah lagi dengan Fakultas Sastra,
Pedagogik, dan Filsafat. Kemudian pada tanggal 19 Juli 1952 di Surabaya dibuka Cabang dari Fakultas Hukum, Sosial dan Politik. Cabang Surabaya ini pada bulan November 1954 dilepaskan dan dimasukkan sebagai Fakultas pada Universitas Airlangga. Pada tahun 1952 Fakultas Hukum, Sosial dan Politik ditambah dengan jurusan Ekonomi, sehingga menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik (HESP). Bulan September 1952 Fakultas Pertanian ditambah dengan Bagian Kehutanan, sehingga Fakultas ini menjadi Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Gadjah Mada Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama dari universiteit, universitit akhirnya pada tahun 1955 berubah menjadi universitas dan sejak saat itu kata “negeri” pada Universitit Negeri Gadjah Mada dihilangkan sehingga menjadi Universitas Gadjah Mada. Hal tersebut sesuai dengan Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1955: “…Dengan Undang-undang ini ditetapkan pula, bahwa Universiteit Van Indonesie dan universitit Negeri Gadjah Mada diubah namanya dalam Bahasa Indonesia menjadi Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada, yang terjadi atas beberapa Fakultas. Selanjutnya bagi segala peraturan dan ketentuan istilah dan nama resmi untuk mengganti kata universiteit ialah “universitas” dan “fakultas”.”
35
Perubahan – perubahan yang agak besar
terjadi
sejak
bulan
September 1955 yaitu: 1.
Fakultas
Kedokteran,
Kedokteran Gigi dan Farmasi menjadi Fakultas Kedokteran dan
Kedokteran
Gigi
dan
Fakultas Farmasi. 2.
Bagian Bakaloreat Biologi dari Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Farmasi menjadi Fakultas Biologi.
3.
Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Poilitik berkembang menjadi 3 Fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Sosial dan Politik.
4.
Tingkat Pengajaran Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu Alam dari Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu Pasti dan Alam
5.
Pada tahun 1955 Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat berkembang menjadi 3 Fakultas yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Filsafat, dan Fakultas Pendidikan. Fakultas Pendidikan mempunyai 2 bagian yaitu: Bagian Pendidikan dan Bagian Pendidikan Jasmani. Untuk memberikan pendidikan umum yang kuat bagi semua fakultas, didirikan juga Fakultas Umum, dan digabung dengan Fakultas Filsafat menjadi Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1961 Fakultas Filsafat dibubarkan dan tahun 1962 Fakultas Umum juga dibubarkan. Tahun 1973 didirikan Biro Penyelenggaraan Kuliah-kuliah Khusus yang melaksanakan tugas
36
yang semula menjadi tugas Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. 6.
Fakultas Kedokteran Hewan namanya diubah menjadi Fakultas Kedokteran
Hewan
dan
Peternakan.
Tahun
1960
Fakultas
Kedokteran dan Kedokteran Gigi berkembang menjadi Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Kemudian pada tahun 1962 Bagian Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu Pendidikan ditingkatkan menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Fakultas ini diserahkan kepada Departemen Olah Raga pada tahun 1963 dan menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga (STO). Tahun 1963 Bagian Kehutanan dari Fakultas Pertanian digabung ditingkatkan menjadi Fakultas Kehutanan dan Jurusan Teknologi Pertanian. Tahun itu juga Jurusan Geografi pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan ditingkatkan menjadi Fakultas Geografi. Tahun 1961 salah satu Jurusan FIP bersama dengan B I dan B II ditingkatkan menjadi IKIP. Tahun 1964 berdirilah IKIP sebagai integrasi FKIP, FIP, dan IPG. Jurusan Psikologi dari FIP lalu menjadi Bagian Psikologi, yang kemudian pada tanggal 8 Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi. Tanggal 18 Agustus 1967 Fakultas
Filsafat
didirikan,
dan
pada
tahun
1969
Biro
Penyelenggaraan Kuliah-kuliah Khusus dimasukkan kedalam Fakultas Filsafat sebagai Biro Penyelenggaraan Kuliah-kuliah Agama. Tahun 1969 Fakultas yang ke-18 lahir, yaitu Fakultas Peternakan yang merupakan
peningkatan
Bagian
Peternakan
dari
Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan. Sampai tahun 1985 Universitas Gadjah Mada memiliki 18 Fakultas dan tanggal pendirian sebagai berikut:
37
1.
Fakultas Hukum, 19 Desember 1949
2.
Fakultas Kedokteran, 19 Desember 1949
3.
Fakultas Kedokteran Hewan, 19 Desember 1949
4.
Fakultas Pertanian, 19 Desember 1949
5.
Fakultas Teknik, 19 Desember 1949
6.
Fakultas Sastra dan Kebudayaan, 23 Januari 1951
7.
Fakultas Biologi, 19 September 1955
8.
Fakultas Ekonomi, 19 September 1955
9.
Fakultas Farmasi, 19 September 1955
10. Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, 19 September 1955 11. Fakultas Sosial dan Politik, 19 September 1955 12. Fakultas Kedokteran Gigi, 29 Desember 1960 13. Fakultas Kehutanan, 17 Agustus 1963 14. Fakultas Geografi, 1 September 1963 15. Fakultas Teknologi Pertanian, 19 September 1963 16. Fakultas Psikologi, 8 Januari 1965 17. Fakultas Filsafat, 18 Agustus 1967 18. Fakultas Peternakan, 10 November 1969 Pimpinan UGM sejak 1949 sampai sekarang: 1. Prof. Dr. Sardjito (1949 – 1962) 2. Prof. Ir. H. Johannes (1962 – 1966) 3. Drg. Nasir Alwi (1966 – 1967) 4. Drs. Soepojo Padmodipoetro, M.A. (1967 – 1968) 5. Drs. Soeroso H. Prawirohardjo, M.A. (1968 – 1973) 6. Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A. (1973 – 1981) 7. Prof. Dr. Teuku Jacob MD (1981 – 1985) 8. Prof. Dr. Koesnadi Hardjosoemantri, S.H., M.I. (1986 – 1990) 9. Prof. Dr. Mochamad Adnan, M. Sc. (1990 – 1994) 10. Prof. Dr. Soekanto Reksohadiprojo, M. Com. (1994 – 1998)
38
11. Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A. (1998 – 2002) 12. Prof. Dr. Sofian Effendi, M. PIA. (2002 – 2007) 13. Prof. Ir. Sudjarwadi, M. Eng., Ph.D. (2007 – 2012) 14. Prof. Dr. Pratikno, M. Soc. Sc. (2012 – 2017) Dari rentetan riwayat perjuangan mendirikan UGM di atas, dapat disimpulkan bahwa pendirian UGM merupakan salah satu usaha untuk meneruskan perjuangan. Hal ini perlu menjadi pegangan bagi seluruh sivitas akademika UGM . Referensi: 1. Undang-undang No. 10 tahun 1955 tentang Pengubahan Nama Universiteit, Universitet, Universitit, Faculteit, Facultet, dan Facultit menjadi universitas dan Fakultas 2. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1949 tentang Peraturan tentang Penggabungan Perguruan Tinggi menjadi Universiteit 3. Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1950 tentang Peraturan Sementara Tentang Universitit Negeri Gadjah Mada 4. Separatum “Riwajat Perdjuangan Mendirikan Universitas Gadjah Mada dan Sekedar Tentang Perguruan Tinggi lain di Indonesia " oleh Prof. Dr. M. Sardjito, dan Addendum "Perdjuangan Universitas Gadjah Mada dan Perguruan Tinggi Lain Dalam Revolusi Fisik"oleh Prof. Ir. Herman Johannes 5. Buku Kenangan Seperempat Abad Univervitas Gadjah Mada 11 yang diredakturi oleh Drs. H. Nangtjik dan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949 6. Berita Kagama Okt, Nov, Des 1980 Th. III No. 6, 7, 8 tentang Sejarah Singkat Universitas Gadjah Mada 7. Berita Kagama No. 1, 2 Th. VIII 1985 tentang Sejarah Singkat Universitas Gadjah Mada
39
Resensi Judul
: Menyingkap Pemikiran Prof. Dr. Sardjito
Penulis
: Arwan Tuti Artha
Edisi
: -
Cetakan : Pertama, Desember 2006 Penerbit : Universitas Gadjah Mada Tahun
: 2006
ISBN
: 979-15575-0-0
Halaman : 124 , disertai dengan album kenangan Buku Menyingkap Pemikiran Prof. Dr. Sardjito yang ditulis oleh Arwan Tuti Artha, terdiri dari 7 bagian mengenai sosok dan pemikiran Prof. Dr. Sardjito. Bagian pertama: “Kesederhanaan Lelaki Bernama Sardjito”. Prof Sardjito mempunyai semboyan dalam Bahasa Belanda yaitu “Door het geven wordt men rijk” yang artinya “dengan memberi seseorang menjadi kaya”. Sardjito lulus menjadi dokter dari School tot Opleiding voor Indische Artsen (STOVIA) Jakarta dengan nilai terbaik tahun 1915. Penelitian pertama Sardjito tentang penyakit influenza (1918-1919). Tahun 1923 Sardjito menyelesaikan disertasi berjudul Immunisatie Tegen Bacillaire Dysenterie door Middel van de Bacteriophaag Anti–Dysenterie Shiga-Kruse, di Universitas Leiden. Tahun 1931 Sardjito memperdalam pengetahuan mengenai laboratorium di Jerman. Sardjito bersama GHR Koenigswald (ahli paleoanthropologi) menerbitkan publikasi ilmiah tentang rhinoscleroma dan bilharziasis dalam masyarakat megalitik. Tahun 1950, Sardjito menerbitkan karya ilmiah mengenai perkembangan ilmu kedokteran di Indonesia (naskah tersimpan di Arsip UGM). Tahun 1955 tentang reaksi
40
aglutinasi baru penyakit hepatitis. Tahun 1956, Sardjito dan R. Soebakti meneliti cara pemeriksaan serum pada sakit treponematoses. Sardjito juga memiliki pemikiran dalam bidang pendidikan, karena Sardjito pernah menjadi Presiden Universiteit pertama UGM. Sardjito menginginkan agar pendidikan bisa dinikmati oleh rakyat, tidak boleh ada diskriminasi. Sardjito wafat pada 5 Mei 1970, karena penyakit flu berat. Penghargaan yang pernah diterima oleh Sardjito: Sardjito mendapat penghargaan istimewa (1951), “Bintang Gerilya” atas jasa-jasanya dalam perjuangan gerilya (1958), mendapat dua penghargaan “Bintang Maha Putera dari Pemerintah RI, dan Bintang Kehormatan Keilmuan dari Pemerintah Uni Sovyet (1960), memperoleh dua penghargaan yaitu bintang “Satyalencana” Peringatan Perjuangan Kemerdekaan dan “Satyalencana Karya Satya” (1961), menjadi anggota MPRS (1967), dan menjadi anggota DPA (1968). Bagian kedua: “Menikahi Soekaemi, Menemukan Obat Sakit Batu Ginjal“. Sardjito menemukan obat sakit batu ginjal, karena istrinya Soekaemi menderita sakit ginjal yang tergolong sangat kronis. Sardjito berusaha menemukan obat penawarnya dan mencari daun-daun yang berkhasiat sebagai obat (daun kumis kucing dan meniran). Pada 6 Februari 1957, Sardjito meneliti daun Strobilantus, yang bermanfaat/ mempunyai kandungan untuk menghancurkan batu ginjal atau batu kencing. Dengan bantuan dari Prof. Ir. Gembong Tjitrosoepomo, ternyata daun tersebut bukan daun Strobilantus melainkan Sonchus Arvensis L. Daun itulah yang kemudian dikembangkan menjadi Calcusol yang berkhasiat sangat hebat dalam menghancurkan endapan-endapan batu ginjal. Selain daun tempuyung, ada buah pare, yang secara klinis mampu menurunkan kadar gula darah yang tinggi, juga untuk penyakit Diabetes Mellitus. Daun
41
tempuyung juga berkhasiat untuk mengurangi rasa pegal di pinggang dan sakit anyang-anyangen (dysuria). Hasil penelitian Sardjito juga bisa dikembangkan untuk mengurangi kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein dan trigleserida, serta untuk meningkatkan High Density Lipoprotein dan hasil pengembangan ini dikenal dengan calterol. Pengembangan lain yaitu obat untuk melancarkan haid dan mengurangi rasa sakit, obat itu dikenal dengan calhaid. Bagian ketiga: “Menjadi Presiden Universiteit pada Usia Senjakala”. Pada masa kemerdekaan sulit untuk menemukan sosok yang tepat untuk mendirikan dan mengembangkan perguruan tinggi. Sardjito membangun pendidikan di awal perjalanan Republik Indonesia dengan bantuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (selaku Dewan Kurator UNGM) yang meminjamkan gedung Kasultanan Yogyakarta yaitu Gedung Siti Hinggil dan Pagelaran untuk tempat kuliah. Pengabdian Sardjito sewaktu menjabat sebagai rektor tahun 1949-1961. Sardjito juga memikirkan sebuah tempat untuk mendidik para calon dokter yaitu sekolah dibawah Kementrian Kesehatan. Sesuai rencana sekolah tersebut dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta dengan cara menyelundupkan buku-buku dengan kereta api (1946). Sardjito memiliki gagasan mendirikan untuk mendidik calon-calon dokter, ahli kesehatan yang menemukan relevansinya selanjutnya Sardjito menghubungi Kepala RS Tegalyoso Klaten. Atas inisiatif Sardjito tersebut Kementrian Kesehatan mendirikan Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Klinis di Solo tanggal 4 Maret 1946 dan Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Pra-klinis tanggal 5 Maret 1946 di Klaten. Sardjito juga mengundang dosen-dosen dari luar negeri untuk memberi kuliah. Pemikiran Sardjito mengenai perguruan tinggi adalah bahwa suatu lembaga pendidikan harus
42
bersifat nasional. Peran Sardjito di forum internasional antara lain: menjadi Ketua Delegasi Indonesia ke Kongres Unesco di Paris dan Kongres Palang Merah Internasionasl di Lisabon, Portugal (1951), menjadi Ketua Delegasi Indonesia ke Pacific Congress di Manila Filipina (1953), sebagai wakil RI di Kongres Ilmu pengetahuan di Pakistan (1954), sebagai wakil Indonesia ke South East Asia Conference di Yangoon, Birma (1955), dan sebagai wakil Indonesia di Konferensi Internasional tentang Penyakit Kulit dan Kelamin di Washington DC, AS (1956). Bagian keempat: “Pemikiran ke Depan Bidang Pendidikan dan Implementasi Penelitian”. Prof. Dr. M. Sardjito, tahun 1915 sudah mempraktikan ilmunya di Rumah sakit Jakarta. Tahun 1946, Sardjito mendirikan Sekolah Perkumpulan Kaum Teknik Bagian Biologi, SMI, Fakultas Kedokteran Preklinik dan Institut Pasteur, sekaligus menjadi kepala institut. Selain itu, Sardjito turut aktif memberikan bantuan pembentukan Universitas Hasanuddin (Ujung Pandang), Universitas Airlangga (Surabaya), Universitas Brawijaya (Malang), dan Universitas Andalas (Sumatera Barat). Prinsip Sardjito “di mana bumi dipijak disitulah pengembangan dan kemajuan dipikirkan” baik ketika menjadi Presiden UGM maupun sebagai Rektor UII. Pemikiran Sardjito mengenai pendidikan selama sekitar 30 tahun menjadi sumber untuk merumuskan sistem pendidikan pemerintah Orde Baru RI. Melalui bahasa Sardjito dalam memimpin UGM diperoleh sifat-sifat positif universitas yakni mewujudkan suatu lembaga masyarakat dan kerohanian tri tunggal, lembaga ilmu pengetahuan, lembaga kebudayaan, dan lembaga pendidikan dan pengajaran. Selain itu menalurikan dan meyampaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan kepada anak keturunan melalui stadium generale/ kuliah
43
umum (dibuka 5 Mei 1959). Pemikiran pembaharuan progresif Sardjito adalah memberikan gelar doktor honoris causa (HC) kepada para tokoh yang memiliki jasa sangat besar dan luar biasa bagi bangsa dan negara, termasuk jasanya bagi dunia ilmu pengetahuan. Hal ini belum pernah dilakukan oleh universitas lain di Indonesia. UGM memberikan gelar doktor HC kepada: Ir. Soekarno (bidang ilmu hukum, 1951), dan Ki Hadjar Dewantara (bidang ilmu kebudayaan, 1956). Semasa Belanda penggunaan bahasa masih campur aduk, misalnya terdapat buku-buku dengan bahasa Belanda, ceramah menggunakan bahasa Belanda, percakapan sehari-hari belum menggunakan bahasa Indonesia meskipun telah dicetuskan Sumpah Pemuda tahun 1928. Hal itu menjadi pemikiran Sardjito untuk menggunakan bahasa persatuan sebagai pengantar perkuliahan yang baik. Oleh karena itu, Sardjito mengemukakan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan mengenai bahasa pengantar perkuliahan sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan bukan Bahasa Belanda. Bagian kelima: “Menjelmakan Pancasila dalam Lingkungan Hidup UGM”. Prof. Dr. M. Sardjito yang meletakkan Pancasila sebagai kerangka dasar UGM. Hal ini tertuang dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1950 tentang Statuta UGM yang menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan tugasnya, UGM berpedoman pada cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila, seluruh kebudayaan Indonesia dan kenyataan. Dalam rumusan mengemukakan Pancasila sebagai dasar filsafat negara dari negara Indonesia menjadi bagi cita-cita bangsa tercantum dalam Pembukaan UUD. Pancasila dijadikan sebagai kerangka dasar maka tidak akan menyimpang dari pemikiran mengenai dasar negara
44
kita. Untuk memahami dan mengimplementasikan Pancasila, UGM membuka Fakultas Umum dan Filsafat (19 September 1957) dibawah pimpinan Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan menggunakan konsep stadium generale untuk mengusung pemahaman Pancasila. Bagian keenam: “Pelbagai Pemikiran Melalui Pidato Dies dan Laporan Tahunan UGM, 1949-1961”. Prof. Dr. M. Sardjito berusaha mengatasi
kesulitan
pengadaan
gedung
dan
universitas
yang
digambarkannya melalui pidato dies natalis di hadapan Wakil Presiden, Dr. Mohammad Hatta, pada 19 Desember 1950. Usaha Sardjito berhasil menarik perhatian Presiden. Setelah upacara dies natalis, Dewan Kurator dan Pengurus Senat UGM dipanggil untuk membicarakan masalah pembelian tanah dan pendirian gedung-gedung universitas. Dengan berjalannya waktu kesulitan yang dihadapi UGM-pun berbeda. Laporan Sardjito tahun pengajaran 1953/1954 menyebutkan bahwa kesulitan UGM adalah untuk penambahan mata kuliah, tenaga pengajar, ruang kuliah, dan laboratorium. Pidato Sardjito tanggal 19 Desember 1958 menyebutkan bahwa UGM cukup bergembira karena Sekjen Kementrian PP dan K sangat membantu kebutuhan gedung-gedung untuk universitas. Dari berbagai pidato-pidato yang disampaikan Sardjito dapat diketahui bahwa Sardjito menyadari akan beratnya beban yang diembannya untuk membangun jiwa dan raga universitas. Bagian ketujuh: “Pemikiran Sardjito Menurut Beberapa Guru Besar Kedokteran”. Sosok Prof. Dr. M. Sardjito menurut para guru besar Fakultas Kedokteran UGM, diantaranya adalah Prof. dr. Parmono Achmad, MPH., Prof. dr. Sugeng Juwono Mardihusodo, DAP&E., M.Sc. dan Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., Ph.D. menggambarkan sosok Sardjito sebagai: sosok
45
pengamat yang baik, tokoh yang selalu mengajarkan hal-hal yang sangat mendasar, tokoh yang sudah memenuhi tri dharma perguruan tinggi, pemikir yang jauh kedepan tidak hanya menjangkau dunia kedokteran tetapi pendidikan secara menyeluruh, tokoh yang mampu menanamkan idealisme kepada murid-muridnya, pengabdi untuk kemanusiaan bukan pencari keuntungan untuk diri sendiri. Dalam buku ini ada kekurangan dan kelebihan, kelebihan dalam buku ini adalah, penggambaran sosok dan pemikiran Sardjito secara terperinci sehingga setiap pembaca dapat mengetahui biografi Sardjito secara global dan mengetahui apa yang sudah disumbangkan oleh Sardjito untuk kemajuan UGM dan pengabdianya kepada masyarakat. Buku ini semakin menarik dengan dilampiri tentang album kenangan yang menampilkan foto-foto Sardjito. Namun sayang buku ini terdapat kekurangan yaitu penyajian informasi buku ini kurang sistematis, terjadi pengulangan pemaparan di beberapa bagian. Namun secara keseluruhan buku ini bisa membantu pembaca untuk mengetahui figur, kepemimpinan, dan jasa-jasa Prof. Dr. M. Sardjito. (Anna Riasmiati)
46
Informasi Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY PKL Manajemen Kearsipan di Arsip UGM Sebanyak 18 (delapan belas) orang mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Kearsipan di Arsip UGM. PKL dilaksanakan tanggal 10 April s.d. 8 Juni 2012 setiap Selasa dan Jum’at sesuai dengan jam kerja Arsip UGM dengan pembagian waktu PKL masing-masing kelompok enam kali pertemuan. Materi PKL yang dilaksanakan adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pencatatan arsip; Pendistribusian arsip; Penyimpanan arsip; Pelayanan arsip; Pemeliharaan arsip; Penilaian dan penyusutan arsip; dan Komputerisasi/ digitalisasi arsip.
Adapun kedelapan belas mahasiswa tersebut terbagi dalam tiga kelompok sebagai berikut: Kelompok I Laila Wulandari P. Ayu Septina P. Rendi Pradana HA. Yaris Shidiq Zamroni Yuliani Dwi Aisyah Yuniarti
Kelompok II Rodi Ahmad Ginanjar Fauziah Andini Muh. Mujib Khoiri Hamzah Zilqarnain Manshur Riadli Renny Tri Rahayu
Kelompok III Januaria Muktiningsih Rahmadita Wijayanti Arif Budianto Desy Noor Indah Panggih Erma CL. Andita Fitriana
(Kurnia)
47
Penerapan ISO 9001: 2008 di Arsip UGM Tahun 2011 Arsip Universitas Gadjah Mada melaksanakan ISO 9001: 2008 untuk Pengelolaan dan Layanan Arsip Kartografi, Kearsitekturan, dan Gambar Teknik. Tahun 2012 ini Arsip Universitas menambah empat layanan arsip yaitu: 1. Layanan Arsip Tekstual 2. Layanan Arsip Foto 3. Layanan Arsip Rekaman Suara (Sound Recording) 4. Layanan Arsip Audio Visual ISO 9001: 2008 pada empat layanan arsip tersebut dimulai pada bulan April 2012. Tanggal 26 April 2012 telah dilaksanakan Awareness and Internal Audit Training ISO 9001: 2008 di Ruang Sidang Multimedia UGM dan dilanjutkan Simulasi Audit dan Ujian Audit Internal pada tanggal 27 April 2012 di Ruang Sidang Direktorat Perencanaan dan Pengembangan UGM. Training tersebut diikuti oleh 37 orang yang merupakan tim ISO dari unit-unit kerja di lingkungan Kantor Pusat UGM. Pada tanggal 3 Mei 2012 Arsip UGM telah diaudit internal oleh Auditor Internal UGM. Audit internal tersebut merupakan audit awal sebelum dilakukan audit eksternal oleh Tim Audit dari luar (Auditor Eksternal) UGM yang direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012. (fitz)
Penelitian Gedung Pantja Dharma Universitas Gadjah Mada Arsip Universitas Gadjah Mada melakukan penelitian Gedung Pantja Dharma. Arsip UGM membentuk tim yang terdiri dari lima orang yaitu: Eny Kusumindarti W (ketua), yang beranggotakan: Faizatush Sholikhah, Herman Setyawan, Kurniatun, dan Eko Paris BY.
48
Penelitian
dimulai
dengan
penelusuran informasi dari arsip yang terdapat di Arsip UGM, baik berupa
arsip
tekstual,
foto,
kartografi, maupun rekaman suara. Sampai saat ini, penelusuran juga dilakukan di Keraton Yogyakarta, Kantor Arsip dan Perpustakaan Provinsi DIY, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sleman, Kantor Arsip Daerah Kabupaten Sleman, dan Pura Pakualaman Yogyakarta. Tahap selanjutnya akan dilakukan penelusuran informasi dengan melakukan wawancara bersama tokoh-tokoh yang mengetahui informasi tentang pembangunan Gedung Pantja Dharma. (Herman)
Kunjungan Pengelola Kearsipan SKPD Provinsi Jawa Tengah ke Universitas Gadjah Mada Dalam rangka pelaksanaan tertib administrasi kearsipan di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jawa Tengah, para pengelola kearsipan SKPD Provinsi Jawa Tengah melakukan kunjungan ke Universitas Gadjah Mada pada tanggal 12 April 2012. Kunjungan tersebut merupakan salah satu bagian dari kegiatan Pembinaan Teknik Pengelola Kearsipan bagi SKPD Provinsi Jawa Tengah yang diadakan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Kunjungan
tersebut
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan dalam pengelolaan kearsipan bagi para peserta.
49
Peserta
kunjungan
berjumlah
100
orang
dengan
pimpinan
rombongan Anny Indrati, S.H., Kepala Bidang Pembinaan dan Pengawasan Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah dan kunjungan diterima Kepala Arsip Universitas Gadjah Mada dengan didampingi oleh Sekretaris, Kepala Bidang Layanan, dan Kepala Bidang Database di Arsip UGM. Selanjutnya peserta dibagi menjadi 2 kelompok yang kemudian masing-masing kelompok diarahkan untuk mengunjungi Records Center Fakultas Peternakan dan Fakultas Psikologi UGM. (Ully)
Orientasi Manajemen Kearsipan Pemerintah Kota Blitar Ke Arsip UGM Gubernur Jawa Timur telah mengeluarkan Peraturan Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan
Arsip
Vital
di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jatim, dimana dalam peraturan Gubernur Jatim tersebut menyatakan bahwa pengelola dan penyimpan arsip vital asli Pemkot Jatim adalah Unit Kearsipan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Badan Keuangan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemkot Jatim. Dalam rangka menindaklanjuti peraturan tersebut maka pada tanggal
50
30 Mei 2012 berbagai dinas dan bagian terkait melakukan orientasi manajemen kearsipan ke Arsip UGM. Peserta orientasi manajemen kearsipan adalah Kepala SKPD, pejabat struktural dan arsiparis/ tenaga kearsipan pada SKPD yang memiliki arsip inaktif dengan jangka simpan 10 tahun ke atas, arsip statis, dan arsip vital. 32 peserta orientasi terdiri dari Sekretaris Daerah Kota Blitar, Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik, Kepala Dispenduk dan Capil, Kepala Bagian Hukum Setda, Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Kepala Bagian Perlengkapan, Kepala KPABD, Kasi KPABD, Kasubag Umum dan Program Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah, Kasubag Kelembagaan dan Tata Laksana Bagian Organisasi dan Tata Laksana Setda Kota Blitar, Kasi Pelestarian Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisional Dinas Kominparda, Arsiparis dan Tenaga Kearsipan SKPD sebanyak 18 orang. Maksud dan tujuan dari orientasi adalah untuk memperoleh gambaran awal mengenai penyusunan dan pelaksanaan program arsip vital di UGM sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam penetapan kebijakan
dan
pelaksanaan
program arsip vital di Pemkot Blitar serta untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan manajemen arsip statis di Arsip UGM secara komprehensif sebagai bahan untuk membuat kebijakan, program, dan kegiatan yang terkait dengan optimalisasi pelaksanaan manajemen arsip statis di Pemkot Blitar.
Orientasi dilakukan dengan
diskusi/ tanya jawab, dan melihat langsung ke depo arsip tekstual, kartografi, dan arsip audiovisual Arsip UGM. (Musliichah)
51
Kepala Bidang Database Arsip UGM Mengikuti Diklat Penyelenggaraan Kearsipan Pada tanggal 21 – 24 Mei 2012, Kepala Bidang (Kabid) Database Arsip UGM, Dra. Eny Kusumindarti Wahyuningrum mengikuti Diklat Penyelenggaraan Kearsipan yang
diselenggarakan oleh Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI) di Hotel Grand Kemang Jakarta. Pembukaan diklat dilakukan oleh Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Prof. Eko Prasojo, sekaligus mengawali serangkaian kegiatan lainnya dalam rangka memperingati Hari Kearsipan Nasional. Pada saat yang sama ANRI juga mengadakan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Arsip Nasional China, Lembaga Administrasi Negara, PT. Telkom, Antara, serta Kementrian PAN-RB. Diklat Penyelenggaraan Kearsipan diikuti 44 peserta dari seluruh Indonesia yang terdiri dari para kepala, sekretaris, dan kepala bidang kantor arsip kabupaten/ kota dan propinsi. Disamping itu ada peserta yang berasal dari berbagai kementrian dan instansi, antara lain dari Kementrian Kehutanan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (diwakili oleh Universitas Udayana, UNDIP, dan UGM), Sekretariat Negara, dan Mahkamah Konstitusi. (Zaen)
52
PETUNJUK BAGI PENULIS Redaksi menerima kiriman naskah dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak lain. 2. Naskah bisa berupa hasil penelitian (lapangan, laboratorium, kepustakaan), kajian teori, resensi buku, maupun opini bebas, seputar masalah kearsipan. 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris, diketik dengan spasi 1,5 pada kertas kuarto, maksimal 7 halaman. 4. Naskah dikirim sebanyak dua eksemplar disertai soft copy dalam CD. 5. Daftar Pustaka yang dicantumkan harus dipakai dan masuk dalam teks artikel. Buku yang tidak dirujuk dalam artikel tidak perlu dicantumkan dalam Daftar Pustaka. 6. Naskah dilampiri biodata atau identitas penulis seperti nama lembaga tempat bekerja, alamat surat, faksimili, atau nomor telepon yang mudah dihubungi. 7. Naskah disertai surat permohonan penerbitan tulisan dan pernyataan bahwa naskah tersebut tidak sedang dalam proses penerbitan pada media cetak lain. 8. Naskah yang tidak lolos seleksi tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. 9. Penulis yang naskahnya dimuat akan mendapatkan 3 (tiga) eksemplar bulletin sebagai nomor bukti pemuatan.