PAMERAN PERDANA GUGGENHEIM UBS MAP YANG MENDAPAT PUJIAN DARI PARA KRITIKUS MENAMPILKAN KREATIVITAS SENI DI ASIA SELATAN DAN TENGGARA DIBUKA DI SINGAPURA DI CENTRE FOR CONTEMPORARY ART PADA 10 MEI 2014 NO COUNTRY: CONTEMPORARY ART FOR SOUTH AND SOUTHEAST ASIA DIKURASI OLEH JUNE YAP ASAL SINGAPURA PAMERAN: TEMPAT: TANGGAL: PRATINJAU MEDIA:
No Country: Contemporary Art for South and Southeast Asia Block 43 Malan Road, Gillman Barracks, Singapura 109443 10 Mei–20 Juli, 2014 7 Mei 2014, 11:00
(New York dan Singapura, 10 Maret 2014) – Mulai 10 Mei hingga 20 Juli, 2014, Centre for Contemporary Art (CCA) Singapura, pusat penelitian nasional Nanyang Technological University (NTU), akan menyelenggarakan pameran yang mendapat pujian dari para kritikus No Country: Contemporary Art for South and Southeast Asia, sebagai bagian dari Guggenheim UBS MAP Global Art Initiative (Prakarsa Seni Global Guggenheim UBS MAP). Pameran ini pertama kali digelar di New York di Museum Solomon R. Guggenheim tahun lalu (22 Februari–22 Mei, 2013) sebelum penyajian terbarunya di Asia Society Hong Kong Center (30 Oktober 2013–16 Februari 2014). Dengan kurator June Yap, Kurator Guggenheim UBS MAP, Asia Selatan dan Tenggara, pameran ini akan menampilkan 19 lukisan, patung, foto, video, dan karya paduan-media oleh 16 seniman dan upaya kolektif dari 11 negara, termasuk Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Inggris. Melalui karya-karya ini, No Country mengajak pengunjung untuk bertemu muka dengan beberapa seniman paling memikat dan kreatif di Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Tang Da Wu, yang saat ini tinggal dan bekerja di Singapura. Pameran No Country di Singapura, yang membawa kembali karya seni ke daerah asal banyak seniman, adalah waktu yang tepat untuk lebih cermat meneliti representasi dan hubungan budaya regional, dan mengisyaratkan adanya kemungkinan pemahaman baru melalui proses penemuan kembali secara timbal-balik, yang melampaui batas fisik dan politik.
2
Penyajian di Centre for Contemporary Art ini akan menandai debut dua karya dari Guggenheim UBS MAP Purchase Fund yang semula tidak ditampilkan sebagai bagian dari No Country: Loss oleh Sheela Gowda dan Morning Glory oleh Sopheap Pich. Pameran ini juga menampilkan ruang instalasi video pribadi untuk karyakarya Tran Luong, Amar Kanwar, dan Otolith Group. June Yap, Kurator Guggenheim UBS MAP, Asia Selatan dan Tenggara Di musim semi 2012, sebuah komite yang terdiri dari lima pakar terkemuka di bidang kesenian Asia Selatan dan Tenggara mencalonkan beberapa kandidat di mana June Yap asal Singapura terpilih sebagai kurator pertama yang ditunjuk di Guggenheim USB MAP Global Art Initiative. Ms. Yap telah menjadi kurator independen sejak 2008, yang bekerja bersama seniman di seluruh kawasan. Pada 2011, dia mengadakan pameran karya Ho Tzu Nyen untuk Singapore Pavilion dalam acara Venice Biennale 2011. Pada 2010, Nn. Yap menjadi kurator untuk You and I, We’ve Never Been so Far Apart: Works From Asia for the Center for Contemporary Art di Tel Aviv dalam acara International Video Art Biennial. June Yap menjadi kurator No Country: Contemporary Art for South and Southeast Asia dengan dibantu oleh Helen Hsu, mantan Asisten Kurator, Museum Solomon R. Guggenheim, dan bimbingan dari Alexandra Munroe, Kurator Senior Samsung Seni Asia, Museum Solomon R. Guggenheim. Nancy Spector, Wakil Direktur beserta Jennifer dan David Stockman, Kepala Kurator di Yayasan Solomon R. Guggenheim, New York, dan Joan Young, Direktur Urusan Kuratorial, Museum Solomon R. Guggenheim, memberikan pengawasan kuratorial atas keseluruhan prakarsa multitahun ini. Centre for Contemporary Art secara erat bekerja sama dengan June Yap dan tim kuratorial Guggenheim dalam menggelar pameran di Singapura. Ikhtisar Pameran Pameran–yang tajuknya diambil dari baris pembuka puisi “Sailing to Byzantium” gubahan W.B. Yeats (1928), yang kemudian diangkat oleh Cormac McCarthy untuk novelnya No Country for Old Men (2005)– menghadirkan Asia Selatan dan Tenggara dalam segi transformasi dan jejak, yang memetakan pola pengaruh historis dan kontemporer di dalam dan di luar kawasan itu sendiri. Dengan narasi yang membentang dari kerajaan dan kekaisaran kuno hingga masa kini (sekarang kawasan ini meliputi lebih dari 15 negara), No Country bertujuan merenungi pertukaran dan hubungan di dalam dan di antara negara-bangsa Asia Selatan dan Tenggara, mengenai status keseluruhan negara-bangsa dewasa ini, serta mengenai tekanan dan pengaruh globalisasi dan kolonialisme.
3
Menurut Ms. Yap, “Terdapat beraneka ragam praktik seni di Asia Selatan dan Tenggara, dan tentunya jumlah seniman dan karya seninya jauh lebih banyak dibanding yang dapat ditampung dalam satu proyek. Tujuan pameran ini adalah menyajikan ragam perkembangan estetika dan subjek yang diminati oleh para seniman kontemporer, sekaligus mencermati pembuktian sebuah bangsa dan narasi nasional sebagai dasar untuk memehami karya estetika dan subjek tersebut. Disertai dengan program untuk mempertemukan berbagai pengunjung lokal, No Country lebih dari sekadar pameran; tapi juga sebuah landasan untuk diskusi dan pertukaran ide.” Karya seni dikelompokkan berdasarkan empat tema: perenungan dan perjumpaan, persimpangan dan dualitas, perbedaan dan pemisahan, serta dambaan akan persatuan dan persamaan. No Country menyajikan karya seni yang menantang dan menggali kerancuan dan wilayah sejarah secara fisik dan harfiah, subjektivitas individu, serta negosiasi politik, ekonomi, dan estetika. Di Asia Selatan dan Tenggara, pengalaman transmisi dan adaptasi budaya, penjajahan dan perpecahan, telah mengakar sebagai ingatan dan identitas budaya. Dengan demikian, representasi budaya terikat kuat dengan nasionalisme, dan telah disuarakan melalui perbedaan nasional. Profesor Bertil Andersson, Presiden Nanyang Technological University, mengatakan: “Sebagai salah satu universitas yang maju pesat di Asia, NTU bangga bisa terlibat dalam pameran menarik ini yang menampilkan beberapa karya seni kontemporer terbaik dari Singapura dan kawasan yang dinamis ini. Kerja sama pertama kali antara CCA dan pihak Guggenheim yang bersejarah ini akan menjadi awal hal-hal hebat di masa mendatang, karena kerja sama ini memperkuat pertukaran budaya dan seni lintas batas dan menginspirasi para telenta muda kreatif kita di Singapura dan negara lain yang bertujuan untuk mencapai keunggulan artistik. Dengan melibatkan masyarakat melalui aktivitas nyata dan online, kerja sama ini juga akan memperdalam hubugan antara seniman dan komunitas yang lebih besar, serta mengembangkan dialog global mengenai seni kontemporer yang kaya di kawasan tersebut.” Ute Meta Bauer, Direktur Pendiri Centre for Contemporary Art, menyatakan: "Kami sangat senang mendapati CCA bekerja sama dengan Guggenheim di pameran yang secara kritis mencermati seni kontemporer di Asia Selatan dan Tenggara. June Yap, kurator pameran, adalah salah satu kurator yang saya temui selama kunjungan pertama saya ke Singapura sepuluh tahun lalu dan pendekatan kuratorialnya yang tegas sangat saya hargai. Pertimbangan ide dan tema No Country terkait ruang pascakolonial sejalan dengan apa yang digali oleh CCA dalam Paradise Lost, pameran pertama di ruang galeri baru kita. CCA berkomitmen pada penelitian dan wacana, dan No Country akan menghadirkan perspektif yang kompleks mengenai produksi seni kontemporer yang membahas keragaman Asia Selatan dan Tenggara."
4
Seniman-seniman yang karyanya akan tampil di penyajian Singapura adalah: • Bani Abidi (lahir 1971, Karachi, Pakistan) • Reza Afisina (lahir 1977, Bandung, Indonesia) • Poklong Anading (lahir 1975, Manila, Filipina) • Sheela Gowda (lahir 1957, Bhadravati, Karnataka, India) • Shilpa Gupta (lahir 1976, Mumbai, India) • Amar Kanwar (lahir 1964, New Delhi, India) • Vincent Leong (lahir 1979, Kuala Lumpur, Malaysia) • Tran Luong (lahir 1960, Hanoi, Vietnam) • Tayeba Begum Lipi (lahir 1969, Gaibandha, Bangladesh) • Tuan Andrew Nguyen (lahir 1976, Saigon, Vietnam) • Otolith Group (berdiri 2002, London, Inggris) • Sopheap Pich (lahir 1971, Battambang, Kamboja) • Navin Rawanchaikul (lahir 1971, Chiang Mai, Thailand) • Norberto Roldan (lahir 1953, Roxas City, Filipina) • Arin Dwihartanto Sunaryo (lahir 1978, Bandung, Indonesia) • Tang Da Wu (lahir 1943, Singapura) Tentang Guggenheim UBS MAP Global Art Initiative Diluncurkan pada April 2012, Guggenheim UBS MAP Global Art Initiative merupakan kolaborasi multitahun yang memetakan praktik seni kontemporer dalam tiga kawasan geografis–Asia Selatan dan Tenggara, Amerika Latin, serta Timur Tengah dan Afrika Utara-dan mencakup residensi kuratorial, pameran keliling internasional, program edukasi berorientasi pengunjung, dan akuisisi koleksi permanen Guggenheim. Semua karya baru saja didapatkan untuk koleksi Guggenheim di bawah naungan Guggenheim UBS MAP Purchase Fund. Diluncurkan pada April 2012, program ini dibangun berdasarkan dan mencerminkan sejarah internasionalisme Yayasan Solomon R. Guggenheim yang terkenal dan secara signifikan menambah kepemilikan karya seni Guggenheim dari komunitas yang dinamis ini. Richard Armstrong, Direktur Museum dan Yayasan Solomon R. Guggenheim, menyatakan: “Guggenheim UBS MAP Global Art Initiative dan penyajian ketiga dan akhir No Country: Contemporary Art for South and Southeast Asia ini didasarkan pada sejarah empat puluh tahun kami dalam bekerja sama dengan Asia dan sangat cocok dengan program Guggenheim yang sudah ada di kawasan Asia untuk merangsang dan memberikan kontribusi pada bidang seni modern dan kontemporer Asia dalam konteks global. Kami sangat bangga bekerja sama dengan Centre for Contemporary Art untuk mempersembahkan pameran ini di
5
Singapura, kampung halaman kurator pameran, June Yap, dan tonggak di Asia Tenggara secara geografis dan simbolis, dengan komunitas seni yang berkembang dan semakin hidup.” Edmund Koh, Country Head Siangpura dan CEO UBS Wealth Management, Asia Tenggara dan APAC Hub, menyatakan: "UBS bangga bisa mendukung penyajian ketiga dan akhir No Country di Singapura, yang menyaksikan banyak karya seni kembali ke Asia Tenggara, sebuah kawasan praktik budaya yang sangat beragam dan dinamis. UBS memiliki tradisi yang kuat dalam mendukung seni di Singapura dan membawanya ke masyarakat luas Singapura sehingga dapat dinikmati semua kalangan. Komitmen UBS terhadap seni kontemporer di kawasan Asia yang yang dinamis dan berkembang pesat menunjukkan dedikasi kami untuk menghadirkan seni kontemporer kepada klien kami dan khalayak global yang lebih luas, terutama di saat Singapura semakin unggul sebagai pusat seni di kawasannya." Memperluas Dialog, Temu Muka dan Temu Daring (Online) Pameran ini disertai dengan berbagai program edukasi di Centre for Contemporary Art dan secara online. Program online akan menembus batas geografis untuk menjangkau ratusan ribu orang di seluruh dunia di sepanjang masa proyek dan seterusnya. Lingkungan online prakarsa ini menyajikan naskah tertulis, audio, dan video dari para kurator, sejarawan seni, seniman dan pakar-pakar di kawasan tersebut. Halaman khusus untuk setiap seniman memberikan informasi lebih lanjut mengenai kerja mereka, dan mengenai pemerolehan karya mereka yang dilakukan melalui Guggenheim UBS MAP Purchase Fund. Sebagai bagian dari misi untuk mendorong dialog lintas budaya tentang praktik seni dan budaya kontemporer, Guggenheim telah bekerja sama secara erat dengan CCA dan Galeri Seni Nasional Singapura untuk mengembangkan strategi tur pameran interaktif untuk pengunjung dewasa dan generasi muda. Panduan Sumber Daya Guru akan diberikan dalam format cetak dan online, dan lokakarya guru yang diselenggerakan oleh Singapore Teacher’s Academy for the Arts (STAR), akan berfokus pada cara guru untuk memperkenalkan seni kontemporer kepada muridnya. Tentang Centre for Contemporary Art di Gillman Barracks Centre for Contemporary Art adalah pusat penelitian nasional Nanyang Technological University, yang dikembangkan dengan dukungan dari Dewan Pengembangan Ekonomi, Singapura. Terletak di Gillman Barracks berdampingan dengan sekelompok galeri internasional, CCA beroperasi sebagai pusat kegiatan lokal dengan perspektif internasional di bawah kepemimpinan Direktur Pendirinya, Professor Ute Meta Bauer. CCA mewadahi penelitian akademis dan ilmiah tentang seni kontemporer sebagai penciptaan pengetahuan yang berdiri sendiri, yang mengambil pendekatan holistik terhadap seni dan budaya dengan mengaitkan berbagai platform-nya: pameran, program publik, residensi, dan penelitian.
6
Tentang Nanyang Technological University (NTU) Universitas publik penelitian intensif, Nanyang Technological University (NTU) memiliki 33.500 mahasiswa sarjana dan pascasarjana di perguruan tinggi Teknik, Bisnis, Sains, dan Humaniora, Seni, dan Ilmu Sosial. Universitas ini memiliki fakultas kedokteran baru, Lee Kong Chian School of Medicine, yang didirikan bersama Imperial College, London. NTU juga rumah bagi institut otonomi kelas dunia–National Institute of Education, S Rajaratnam School of International Studies, Earth Observatory of Singapore, dan Singapore Centre on Environmental Life Sciences Engineering–serta berbagai pusat penelitian seperti Nanyang Environment and Water Research Institute (NEWRI), Energy Research Institute @ NTU (ERI@N), dan Institute on Asian Consumer Insight (ACI). Sebagai universitas yang berkembang pesat dengan wawasan internasional, NTU menempatkan jejak globalnya di Lima Puncak Keunggulan: Bumi yang Lestari, Perawatan Kesehatan Masa Depan, Media Baru, Jalur Sutra Baru, dan Inovasi Asia. Selain kampus utama Yunan Garden, NTU juga memiliki kampus satelit pusat pengetahuan dan teknologi Singapura, one-north, dan kampus ketiga di Novena, distrik medis Singapura. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi ntu.edu.sg. Tentang Yayasan Solomon R. Guggenheim Didirikan pada tahun 1973, Yayasan Solomon R. Guggenheim didedikasikan untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni, terutama periode modern dan kontemporer, melalui pameran, program pendidikan, inisiatif penelitian, dan publikasi. Jaringan Guggenheim yang dimulai pada tahun 1970-an saat Museum Solomon R. Guggenheim, New York, bergabung dengan Peggy Guggenheim Collection, Venesia, telah melebarkan sayap untuk mencakup Guggenheim Museum Bilbao (dibuka tahun 1997), dan Guggenheim Abu Dhabi (masih dalam pembangunan). Memandang ke depan, Yayasan Guggenheim terus membina kerja sama internasional yang membawa kesenian, arsitektur, dan desain kontemporer keluar batas-batas museum. Informasi lebih lanjut tentang Yayasan dapat dilihat di guggenheim.org. Tentang UBS UBS melewatkan 150 tahun warisannya untuk melayani klien pribadi, lembaga, dan korporat di seluruh dunia, serta klien retail di Swiss. Strategi bisnisnya dipusatkan pada bisnis manajemen kekayaan global dan bank universalnya di Swiss. Bersama Bank Investasi yang berfokus pada klien dan bisnis Manajemen Aset Global, USB akan memperluas waralaba manajemen kekayaannya dan mendorong pertumbuhan lebih lanjut di seluruh Grup. UBS hadir di semua pusat keuangan utama di seluruh dunia. UBS memiliki kantor di lebih dari 50 negara, dengan sekitar 35% karyawannya bekerja di Amerika, 36% di Swiss, 17% di seluruh Eropa, Timur Tengah dan Afrika serta 12% di Asia Pasifik. UBS mempekerjakan sekitar 60.000 orang di seluruh dunia. Sahamnya tercatat di SIX Swiss Exchange dan New York Stock Exchange.
7
Centre for Contemporary Art di Gillman Barracks Block 43 Malan Road, Gillman Barracks, Singapura 109443 Informasi Pengunjung:
Tiket masuk: Gratis Jam Buka Galeri: Selasa-Minggu, 12:00–19:00; Jumat, 12:00–21:00; Senin Tutup
Situs Web Prakarsa: Blog Halaman Seniman
guggenheim.org/MAP blogs.guggenheim.org/map guggenheim.org/guggenheim-foundation/collaborations/map#artists
Pusat Kontemporer Situs Web Seni:
gillmanbarracks.com/visit.php
Media Sosial Guggenheim
Centre for Contemporary Art
twitter.com/guggenheim facebook.com/guggenheimmuseum youtube.com/guggenheimflickr.com/guggenheim_museum
facebook.com/CentreForContemporaryArt
Untuk informasi terkini tentang Guggenheim UBS MAP Global Art Initiative, ikuti #GuggUBSMAP di Twitter. Untuk perangkat pers lengkap, kunjungiguggenheim.org/presskits. Terjemahan siaran media dalam Bahasa Indonesia, Cina (tradisional dan sederhana), Jepang, Korea, dan Thai tersedia di guggenheim.org/pressreleases. Untuk gambar publisitas, kunjungi guggenheim.org/pressimages ID Pengguna: photoservice Kata Sandi: presspass
8
Kontak Media: Untuk pertanyaan mengenai No Country di CCA, Singapura: Shirlene Noordin/Grace Foo Lucie Sherwood/Charlotte Yip Phish Communications Sutton PR Asia +65 6344 2953 (001) 212 423 3840
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
Untuk pertanyaan tentang keseluruhan prakarsa MAP, dan Museum Guggenheim, New York: Betsy Ennis/Keri Murawski Amy Wentz Museum Guggenheim Polskin Arts & Communications Counselors (001) 212 423 3840 (001) 212 715 1551
[email protected] [email protected] Untuk pertanyaan tentang NTU, Singapura: Feisal Abdul Rahman NTU Corporate Communications Office +65 6790 6687
[email protected]
Untuk pertanyaan tentang UBS, Singapura: Rachel Lin UBS Singapura (65) 6495 8633
[email protected]