NILAI TAMBAH EMPING MELINJO MELALUI TEKNOLOGI PRODUKSI KONVENSIONAL DI DESA MENES KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG ADDED VALUE MELINJO CHIP WITH CONVENTIONAL OF PRODUCTION TECHNOLOGY IN MENES VILLAGE MENES DISTRICT REGENCY OF PANDEGLANG Aliudin dan Dian Anggraeni1) 1)
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ABTRAK
Agricutural adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia, karena sekitar 65,8 persen rumah tangga di Indonesia memiliki sektor pertanian. Strategi pengembangan di Indonesia harus untuk pembangunan yang mengurus terkait sektor pertanian dan industri melalui pengembangan agroindustri. Untuk pengembangan agroindustri diri pedesaan perlu lebih ditingkatkan karena daerah pedesaan sangat penting untuk persediaan makanan, bahan baku industri dan tenaga kerja. Melinjo Chip agroindustri rumah adalah industri yang penting bagi masyarakat pedesaan di Desa Menes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana teknologi dalam proses produksi chip melinjo di menes desa dan (2) nilai tambah berapa banyak diperoleh oleh produsen. Sebuah survei yang diterapkan dalam penelitian ini. Populasi terdiri dari produsen chip yang melinjo di menes. Sampel terdiri dari 32 produsen. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan, 11 menghasilkan lebih mirip dengan 15 kg dan yang lainnya, 21 produsen menghasilkan kurang dari 15 kg. Analisis deskriptif dan nilai tambah juga digunakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rumah agroindustri chip melinjo telah mampu memberikan nilai tambah. Dianjurkan bahwa agroindustri rumah chip melinjo harus dilakukan melalui integrasi vertikal dengan berada di bussines pertanian. ABTRACT Agricutural was sector important in economics of Indonesia, because about 65,8 percent domestic in Indonesia have an agricultural sector. Development strategy in Indonesia must to development which taking care related of agricultural sector and Industrial through development agroindustry. For development agroindustry of rural its self need more increased because rural region very important for supply of food , industrial raw material and labour. Melinjo chip home agroindustry was industry that important for people rural in Menes Village. This research aim to know : (1) how technology in process production of melinjo chip in menes village and (2) how much added value obtained by producers. A survey was applied in this study. The population consisted of melinjo chip producers in menes. A sample consisted of 32 producers. With respect to its raw material used, 11 produced more similar to 15 kg and the others, 21 producers produced less than 15 kg. Descriptive analysis and added value were also used. The result of this study indicated that home agroindustry of melinjo chip had been able to provide added value. It was recommended that this home agroindustry of melinjo chip should be conducted through vertical integration with is on farm bussines. Key words : added value; conventional technology, and emping melinjo
Aliudin dan Dian Anggraeni, Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi ….
rendah dibandingkan dengan sector
PENDAHULUAN,
lainnya (Masyrofie, 1993). Salah satu
Perekonomian nasional tidak sektor
subsector pertanian yang digakakkan
pertanian, industry dan jasa. Menurut
sejak satu dasawarsa yang lalu adalah
Cramer et.al, (2001), hasil kajian
subsektor
pembangunan
diberbagai
tanaman hortikultura yang meiliki
negara menunjukkan bahwa terdapat
potensi besar untuk dikembangkan
mekanisme
antara
adalah melinjo (Gnetum genemon, L.).
pembangunan pertanian industri dan
Tanaman melinjo di beberapa daerah
jasa.
selain sebagai
terlepas
dari
peran
serta
ekonomi
keterkaitan
Keberhasilan
pertanian
terutama
peningkatan ketersediaan
pembangunan
bahan
masyarakat,
pangan
akan
penghasil tanaman
hal
sayuran
dan
sumber bahan baku pembuatan emping
dalam
pendapatan
hortikultura. Salah satu
melinjo juga
merupakan
melinjo.
pokok
Emping
memacu
melinjo
merupakan
perkembangan sektor industri dan jasa
salah satu bahan makanan ringan,
serta
selain bernilai gizi tinggi juga memiliki
mempercepat
transformasi
struktur perekonomian nasional. Hal
cita
ini
masyarakat.
merupakan
ketangguhan
bukti
sektor
bahwa
industri
rasa
yang
banyak
disukai
Emping
melinjo
merupakan makanan istimewa dalam
akan
semakin kokoh apabila di dukung oleh
pola
sector pertanian yang tangguh dan
Kandungan gizi dan vitamin yang
berkelanjutan. Strategi pembangunan
terdapat dalam makanan yang berasal
pertanian
adalah
dari emping melinjo meliputi ; kalori,
kebijakan pembangunan yang menjaga
karbohidrat, protein, lemak, kalsium,
keterkaitan
sektor
fospor, besi, vitamin B, dan lemak
industri
melalui
di
Indonesia
pertanian
dan
siklopropene
pengembangan
rakyat
(Cyclopropene
intensifying
dapat
angkatan kerja yang ada, bekerja
ketersediaan
emping
disektor pertanian, dan
pengaruhi
tinggal
80 persen
diperdesaan
fatty
dan didukung dengan Perajinan yang
sangat
penting karena masih sekitar 49 persen
diantaranya
Indonesia.
acid). Berdasarkan kualifikasi tersebut
agroindustri (Bungaran Saragih, 2002). Sektor agroindustri
makanan
oleh
waktu
menjamin tanpa
di
sehingga
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi
,
dengan tingkat pendapatan yang lebih 23
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 setiap
saat
Departemen
22 kecamatan dengan jumlah produksi
Pertanian
5.893 ton emping mentah. Produksi
(2003). Pandeglang
emping rata-rata per kecamatan 267,86
Provinsi Banten, merupakan penghasil
ton. Produksi tertinggi di Kecamatan
biji melinjo yang potensial, hal ini
Menes
dibuktikan
mencapai 609,8 ton emping mentah.
Kabupaten
dengan
dijadikannya
komoditas melinjo sebagai komoditas unggulan.
dengan
total
Pengolahan emping melinjo di
Apabila dilihat dari data
Pandeglang
dilakukan
statistik Perindustrian dan Perdagangan
teknologi
(2002),
manajemen keluarga.
perkembangan
produksi
produksi
dengan
konvensional
dan
Tenaga kerja
emping melinjo dari tahun ke tahun
yang digunakan pun tenaga kerja
terus meningkat. Peningkatan produksi
keluarga. Karakteristik industri seperti
emping melinjo yang paling tinggi
yang terjadi pada industri emping
terjadi pada tahun 2001 totalnya
melin jo tersebut berpengaruh pada
mencapai 5.893 ton emping melinjo
nilai
mentah.
Banyaknya
Berdasarkan
tambah
yang
bahan
diperoleh. baku
yang
penelitian
digunakan dalam agroindustri rumah
mengenai
tangga emping melinjo merupakan
agroindustri emping melinjo di Desa
dasar untuk menggolongkan skala
Siraman,
Timur,
agroindustri. Berdasarkan bahan baku
agroindustri
yang digunakan agroindustri emping
rumah tangga emping melinjo mampu
melinjo di Desa Menes dibagi dua
menyerap tenaga kerja 0,39 HKP per
kelompok yaitu : (1) agroindustri
kg.
Agus
rumah tangga dengan penggunaan
Khoironi, Di Desa Sukacai Kecamatan
bahan baku biji melinjo lebih besar
Jiput
sama dengan 15 kg, (2) agroindustri
Masyrofie
(1996),
Blitar,
menunjukkan
Jawa
bahwa
Selanjutan
penelitian
Kabupaten
penggunaan
Pandeglang,
tenaga
kerja
pada
rumah tangga dengan bahan baku biji
agroindustri emping melinjo adalah
melinjo
tenaga kerja wanita, rata-rata per unit
Penggunaan faktor produksi pada dua
menggunakan tenaga kerja 4 orang.
kelompok
Berdasarkan
data
Dinas Kehutanan dan Kabupaten
Pandeglang
Statistik
langsung
Perkebunan
kurang
dari
agroindustri dengan
15
kg.
berkaitan
penciptaan
nilai
tambah pada saat terjadi perubahan
(2002)
bentuk
Produksi emping melinjo tersebar pada
produk
dari
biji
melinjo
menjadi emping. Selain penggunaan 24
Aliudin dan Dian Anggraeni, Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi ….
faktor
yang
Berdasarkan hal tersebut perlu dikaji
berkaitan lansung
lebih mendalam tentang kemampuan
produksi,
digunakan pun dengan
teknologi
perolehan
nilai
agroindustri
tambah.
penciptaan nilai tambah yang ber kaitan dengan
teknologi
yang
emping melinjo dalam
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam
digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
penelitian
teknologi produksi emping melinjo dan
Penelitian
ini
adalah
metode
survey.
Desa
Menes
dilakukan
Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang,
nilai tambah yang diperoleh perajin.
karena Desa Menes merupakan penghasil produksi Emping Melinjo tertinggi di Kecamatan Menes (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Potensi Emping Melinjo di Tiap-tiap Desa Di Kecamatan Menes Pada Tahun 2005 Desa Di Kecamatan Menes Tegalwangi Menes Kananga Alaswangi Karyasari Cileutik Kebon Jeruk Kadu Logak Total
Produksi Emping Melinjo (ton) 112,3 129,6 104,6 98,0 63,3 43,0 36,0 20,7 607,5
Sumber : Potensi Kecamatan Menes, Tahun 2006
Penelitian ini dilaksanakan pada
terdiri dari perajin dengan penggunaan
bulan Juli 2006 sampai dengan Maret
bahan baku biji melinjo kurang dari 15
2007. Teknik penarikan sampel dalam
kg.
penelitian
dengan
penggunaan bahan baku biji melinjo15
stratified
kg per perajin dalam satu kali proses
ini
menggunakan
dilakukan propotional
random sampling untuk setiap sampel
Di
lokasi
penelitian
rata-rata
produksi.
dari dua desa terpilih. Dasar stratifikasi
Ukuran
sampel
didasarkan
adalah penggunaan bahan baku biji
berdasarkan rumus Cochran (1995):
melinjo. Jumlah sampel dibagi ke
anggota
dalam dua kelompok yaitu : kelompok I
berjumlah 48 orang perajin, dengan
terdiri dari perajin dengan penggunaan
penggunaan bahan baku biji melinjo
bahan baku biji melinjo lebih besar dan
lebih besar
sama dengan 15 kg, dan kelompok II
sebanyak 17 orang perajin dan dengan 25
populasi
di
Desa
Menes
dan sama dengan 15 kg
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 penggunaan bahan baku biji melinjo
Analisis
data
menggunakan
kurang dari 15 kg sebanyak 11 orang
analisis nilai tambah dengan Metode
perajin. Berdasarkan rumus Cochran
Hayami.
diperoleh
tambah dapat dilihat pada Tabel 2.2.
ukuran
emping melinjo
sampel
perajin
Formulasi analisis nilai
48 orang. Hasil
perhitungannya dapat dilihat sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut :
1. Gambaran Umum Desa Menes
n=
Desa Menes merupakan salah satu
N 48 = = 32 orang 2 Nd + 1 48(0,1) 2 + 1
Sampel
terpilih
desa dari 17 desa yang ada di
berdasarkan
Kecamatan Menes.
Luas Desa
penggunaan bahan baku biji melinjodi
Menes 322,08 ha dan rata-rata
Desa Menes dengan formula sebagai
berupa dataran rendah. Ketinggian
berikut :
rata-rata dari permukaan laut 52 m,
ni =
Ni xn , dengan ketentuan: N
curah hujan 575 mm per tahun dan suhu udara rata-rata 220C. Kondisi
ni = jumlah sampel untuk perajin
alam tersebut sangat cocok untuk
dengan penggunaan bahan baku biji
tanaman melinjo, sesuai dengan
melinjo ke-i
pendapat dari Hatta Sunanta (2001),
Ni= Jumlah populasi untuk perajin
bahwa melinjo dapat tumbuh baik
dengan penggunaan bahan baku biji
di
melinjo ke-i
dataran tinggi dengan ketinggian
N = Jumlah populasi untuk keseluruhan
1.200
n = Ukuran Sampel
dengan curah hujan berkisar antara
Berdasarkan formulasi rumus tersebut,
500-1500 mm per tahun.
strata
dari
maupun
permukaan
di
laut
Secara geografis, Desa Menes
diperoleh; ukuran Sampel di Desa
berbatasan dengan tujuh desa yaitu
Menes
dengan
Sebelah Utara berbatasan dengan
penggunaan bahan baku biji melinjo
Desa Purwarejo, Desa Cigandeng,
lebih dari
dan Desa Sindangkarya, Sebelah
untuk
11
bahan
m
rendah
baku
adalah
penggunaan
dataran
perajin
dan sama dengan 15 kg orang
perajin.
Ukuran
Selatan berbatasan dengan Desa
Sampel di Desa Menes untuk perajin
Alaswangi
dengan penggunaan bahan baku biji
Sebelah Barat berbatasan dengan
melinjo kurang dari 15 kg adalah 21
Desa Purworejo dan Sebelah Timur
orang perajin
berbatasan dengan Desa Kananga. 26
dan
Tegalwangi,
Aliudin dan Dian Anggraeni, Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi ….
Jarak antara Desa Menes dengan
Jarak antara Desa Menes dengan
Kota Kabupaten Pandeglang 28 km.
Ibukota Provinsi Banten 48 km,
sedangkan jarak antara Desa Menes
sayuran 15 ha (9,37), kelapa
11 ha
dengan Ibu Kota Negara 422 km.
(6,87 persen). Tata guna lahan selain
Potensi sumberdaya lahan di Desa
untuk pertanian, juga digunakan untuk
Menes sebagian besar diusahakan untuk
bangunan umum, pemukiman, industry,
tanaman padi
79 ha (49,35 persen).
pertokoan, perkantoran, pekarangan,
Peruntukan untuk tanaman lainnya
rawa dan lain-lain luasnya mencapai
tanaman melinjo 12 ha (7,5 persen),
322,81 ha.
tanaman palawija 27 ha (16,87 persen), Tabel 2.2. Analisis Nilai Tambah Uraian Nilai Variabel untuk pengukuran nilai tambah (kg/satu kali proses produksi) Volume bahan baku Output Input tenaga kerja Harga output Upah rata-rata tenaga kerja Harga bahan baku per kilogram Biaya di luar bahan baku per unit bahan per kilogram Besaran Pengukuran Nilai Tambah Faktor konversi Nilai produk per unit bahan baku Koefisien tenaga kerja Analisis Nilai tambah a. Nilai tambah b. Nilai tambah dalam persentase c. Imbalan tenaga kerja d. Imbalan tenaga kerja dalam persentase e. Keuntungan perajin f. Keuntungan perajin dalam persentase
Satuan
output
kg/ satu kali proses produksi Kg/ satu kali proses produksi HKP/ satu kali proses produksi Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg
A B C D E F G
(Rp/kg bahan baku) (HKP/kg bahan baku)
B/A=m m.D = k C/A= n
Rupiah per liter bahan baku Persen Rupiah per liter bahan baku Persen Rupiah per liter bahan baku Persen
k-F-G = l l/k n.E=p p/l l-p=r r/k
Sumber : Yuziro Hayami, dkk, 1987
Jumlah Penduduk di Desa Menes 5.663
(54,99 persen) dan jumlah penduduk
orang terdiri dari penduduk laki-laki
yang tidak produktif 2.549 orang (45,01
2.807 orang dan penduduk perempuan
persen).
2.856
berpendidikan formal perguruan tinggi
orang.
Jumlah
penduduk
Sebagian besar penduduk
produktif yang berusia 15 tahun sampai
780
dengan 55 tahun berjumlah 3.114 orang
berpendidikan SLTA 743 orang (28,10 27
orang
(29,50
persen),
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 persen),
berpendidikan
orang
(15,20
SLTP
persen),
415
dari perajin perempuan 13 orang (40,63
dan
persen). Tanggungan keluarga rata-rata tiga
berpendidikan SD 706 orang (26,70).
sebagian
bermatapencaharian
sebagai
Perajin
perempuan
memiliki fungsi ganda selain bekerja
Sebagian besar penduduk Desa Menes
orang.
besar
sebagai perajin emping pun mereka
buruh
merangkap sebagai ibu rumah tangga.
1.290 orang (35,20 persen) dan sebagai
Sedangkan
petani 1.128 orang (30,79 persen).
pekerjaan lain selain sebagai perajin
Pekerjaan lain yang digeluti sebagai
emping adalah sebagai petani.
pegawai swasta 550 orang
(15,01
perajin laki-laki memiliki
Tingkat
pendidikan
formal
persen), pegawai negeri 384 orang
perajin sebagian berpendidikan SD 13
(10,48 persen), dan pertukangan 312
orang (40, 63 persen), SMTP 13 orang
orang (8,25 persen). Jumlah Penduduk
(40,63 persen), SMTA 5 orang (15,62
di Desa Menes 5.663 orang terdiri dari
persen) dan berpendidikan perguruan
penduduk laki-laki 2.807 orang dan
tinggi 1 orang (3,12 persen). Dari total
penduduk perempuan 2.856 orang.
sampel 23 orang (71,86 persen) sudah
Jumlah
mendapat pendidikan khusus mengenai
penduduk
produktif
yang
berusia 15 tahun sampai dengan 55
teknologi
tahun berjumlah 3.114 orang
melinjo.
persen) dan
(54,99
2. Teknologi
Sebagian besar penduduk
emping
orang
(29,50
Konvensional
Pengolahan Emping Melinjo
berpendidikan formal perguruan tinggi 780
pemasaran
jumlah penduduk yang
tidak produktif 2.549 orang (45,01 persen).
dan
Teknologi yang digunakan oleh
persen),
perajin di Desa Menes relatif sama dan
berpendidikan SLTA 743 orang (28,10
diwariskan
persen),
415
Peralatan yang diperlukan : ( 1) tungku
dan
pemanas dari tanah atau batu, (2) Kayu
orang
berpendidikan (15,20
SLTP
persen),
berpendidikan SD 706 orang (26,70).
landasan
secara
lebar
dan
rata,
(3)
penyosok emping terbuat dari besi atau
1. Profil Perajin Emping Melinjo emping
temurun.
(berasal dari kayu duku),
berpemukaan
Perajin
turun
melinjo
dari seng tipis, (4) Alat pemukul dari
sebagian besar terdiri dari perempuan
besi yang permukaannya licin dan
19 orang (59,38 persen), sedangkan
dilapisi plastic, (5) Wajan yang terbuat
perajin laki-laki jumlahnya lebih kecil
dari tanah, (6) Kodek terbuat dari seng 28
Aliudin dan Dian Anggraeni, Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi ….
berlubang, (7) Geligen penjemuran
atas
terbuat
yang
kerasnya terkelupas. Biji melinjo
dibingkai dengan kayu yang digunakan
yang sudah bersih segera dipukul
untuk
untuk
dengan satu kali pukulan keras dan
menjemur emping melinjo, (8) Bak
untuk meratakan dipukul perlahan-
tempat tangkil dan tempayan tempat
lahan. Pada saat memukul usahakan
emping. (9) Pasir halus, (10) Batok
besi pemukul posisinya lurus ke
kelapa yang digunakan untuk menunda
atas untuk membentuk emping yang
emping yang masih panas sebelum
permukaannya
dibuang kulit kerasnya.
emping satu, dibutuhkan satu biji
dari
anyaman
nilon
mengangin-anginkan
landasan
kayu
agar
rata.
kulit
Membuat
pengolahan
melinjo, sedangkan untuk membuat
emping melinjo di bagi ke dalam lima
emping yang lebih besar ukurannya,
rangkaian yaitu :
tinggal melekatkan satu persatu
a. Menyangrai dengan pasir : biji
sesuai
Rangkaian teknologi
dengan
ukuran
yang
dinginkan.
melinjo di sangria di dalam wajan
c. Melepaskan emping dari landasan
yang sudah panas. Pasir berfungsi untuk menjaga kestabilan panas.
kayu:
Kestabilan panas ini sangat penting
dari kayu landasan diusahakan agar
agar melinjo masak lebih rata.
tidak sobek atau cacat , usahakan
Waktu
untuk
agar alat pelepas emping harus
menyangrai biji melinjo kurang
benar-benar pipih. Setelah emping
lebih
kali
dilepaskan kemudian diatur dan
biji
dirapihkan di geligen penjemuran.
yang
satu
diperlukan
menit.
Satu
menyangrai dua gengam melinjo
(50-60
biji
melinjo).
waktu melepaskan emping
d. Penjemuran : Penjemuran dilakukan
Upayakan penyangraian biji melinjo
dengan
agar
yang
matahari. Emping yang dijemur
sempurna
akan
dibolak-balik sesuai dengan tingkat
mudah
dibentuk
sempurna,
matang memudahkan
melinjo
kekeringan
emping dan daya rekatnya kuat. b. Pengupasan pembentukkan
kulit
keras
emping:
memanfaatkan
yang
sinar
diinginkan.
Usahakan pada saat penjemuran dan
udara di sekitar harus benar-benar
Emping
bersih
(terhindar dari debu dan
yang sudah disangrai diangkat dan
percikan air. Upaya ini dilakukan
ditempatkan ke dalam batok kelapa.
agar
Selanjutnya satu per satu digilas di
berwarna jernih. 29
emping
yang
dihasilkan
AGRIKA, Volume 6,, Nomor 1, Mei 2012 e. Sortasi ortasi
dan
pengemasan:emping
hamper seragam, berwarna jernir,
yang sudah kering dikumpulkan di
dan kadar air yang optimal. Emping
bak atau nyiru.
yang
Pada saat proses
terpilih
segera
dikemas
atau
plastik.
pemindahan emping dari geligen
dengan
penjemuran harus dilakukan dengan
Rangkaian teknologi pengolahan
hati-hatii jangan sampai hancur atau
emping di Desa
pecah.
dilihat pada Gambar 3.1.
Pisahkan
berkualitas baik
emping
yang
kardus
Menes dapat
yang dicirikan
dengan bentuk dan ketebalan yang Menyangrai dengan Pasir
Pengupasan Kulit keras dan pembentukan emping
Melepas emping dari kayu landasan
Penjemuran
Sortasi dan Pengemasan
Gambar 3.1. Bagan Teknologi knologi Pengolahan Emping dengan Teknologi Konvensional yang Dilakukan Perajin di Desa Menes
emping melinjo Rp.3.062,75 atau 53
1. Hasil Analisis Nilai Tambah Nilai tambah yang dimaksud
persen,
Mengenai
perolehan
nilai
dalam usaha agroindustri rumah tangga
tambah dapat dilihat dalam alam Tabel 3.1.
emping melinjo adalah penerimaan
Apabila dibandingkan
yang diperoleh dikurangi dengan biaya
hasil
bahan baku yang digunakan dan biaya
Masyrofie (1996), tentang agroindustri
input
emping melinjo di Desa Siraman,
lainnya.
Hasil
analisis
penelitian
Timur.
dilakukan
menunjukkan nilai tambah dari setiap
Blitar,
kilogram bahan baku biji melinjo Rp.
industri rumah tangga emping melinjo
5824,68 atau 52 persen per satu kali
di Desa Menes , Pandeglang, Banten,
proses produksi. Imbalan tenaga kerja
sama-sama sama menujukkan sebagian besar
dari kegiatan agroindustri rum rumah tangga
nilai tambah terdistribusi kepada tenaga 30
Jawa
yang
dengan
Agroindustri
Aliudin dan Dian Anggraeni, Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi ….
kerja. Perbedaannya adalah agroindustri
di Desa
Siraman hanya 48 %.
rumah tangga emping malinjo di Desa
Persentase nilai tambah 52 persen,
Menes persentase nilai tambah yang
menunjukkan 52 persen dari nilai jual
terdistribusi ke tenaga kerja masih jauh
emping melinjo merupakan pendapatan
lebih kecil yaitu 52 persen sedangkan
perajin.
Tabel 3.1. Hasil Analisis Nilai Tambah Usaha Agroindustri Rumah Tangga Emping Melinjo, Menes 2006. Uraian Nilai Variabel untuk pengukuran nilai tambah (kg/satu kali proses produksi) Volume bahan baku (kg/satu kali proses produksi) Output (kg/satu kali proses produksi) Input tenaga kerja (HKP/satu kali proses produksi) Harga output (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/kg) Harga bahan baku per kilogram (Rp) Biaya di luar bahan baku per unit bahan per kilogram (Rp) Besaran pengukuran nilai tambah Faktor konversi Koefisien tenaga kerja (HKP/kg bahan baku) Nilai produk per unit bahan baku (Rp/kg bahan baku) Analisis nilai tambah a. Nilai tambah - Rupiah per kilogram bahan baku - Persentase b. Imbalan tenaga kerja - Rupiah per kilogram bahan baku - Persentase c. Keuntungan perajin - Persentase
Nilai
462,25 221,65 729,71 23.170,76 1.938,00 4.588,49 708,85 0,48 1,58 11.121,96
5.824,68 (52) 3.062,75 (30,4) 2.761,93 (21,6)
mengolah bahan baku yang dihasilkan
Produktivitas tenaga kerja dapat dilihat dari koefisien tenaga kerja.
sendiri
Kerajinan emping melinjo koefisien
tambah yang diperoleh perajin emping
tenaga kerjanya 1,58. Angka tersebut
melinjo cukup besar.
menujukkan satu kilogram bahan baku
tambah
biji
memberikan alasan yang kuat, yang
melinjo
diselesaikan
sampai
tidak
berkelompok.
yang
Nilai
Besarnya nilai
diperoleh
perajin
menjadi produk emping membutukan
menyebabkan
tenaga kerja 1,58 HKP.
melinjo bertahan secara turun temurun.
Kecilnya
persentase
kerajinana
emping
nilai
Dilihat dari upah wirausaha
tambah yang diperoleh Perajin industri
(kecakapan manajemen), perajin gula
rumah tangga emping melinjo karena
aren
pada umumnya Perajin emping melinjo
memperoleh 31
cetak
dari upah
Desa wirausaha
Menes 21,6
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 persen. Upah wirausaha yang diperoleh nilainya
lebih
kecil
2. Agar
dibandingkan
nilai
tambah
agroindustri
empimg melinjo meningkat, strategi
dengan nilai imbalan tenaga kerja, hal
yang
tersebut
pengurangan
tenaga
kerja,
kerajinan emping melinjo relatif lebih
menambah
bahan
baku,
padat tenaga kerja, dan orientasi perajin
mengefisienkan penggunaan bahan
bukan hanya kepada total produksi
bakar atau penggunaan tenaga kerja
yang
tetap
tersebut
dapat
menunjukkan
dicapai,
berorientasi
tetapi
pada
juga
kecepata
dapat
digunakan
dipertahankan
melalui
tetapi
penggunaan volume bahan baku
memproduksi emping persatuan waktu
ditambah.
kerja. Hal ini sering terjadi pada industri kecil skala rumah tangga
DAFTAR PUSTAKA
karena pada industri ini, tenaga kerja
Bungaran Saragih, 2002. Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Menghadapi Abad ke-2. http://202.159.18.43/jsi/jurnal htm tgl (10 oktober 2002).
berasal
dari
keluarga
yang
pengontrolaannya relatif kurang.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Tekonologi
produksi
Cochran W.G., 1995. Teknik Penarikan Sampel. Edisi Ketiga. UIPress. Jakarta.
emping
melinjo di Desa Menes melalui
Cramer, Gail L. Jensen, Clarence W. Douglas Southgate, Jr, 2001. Agricultural Economics and Agribussiness. John Willey and Sons, Inc. New York Winchester, Weinheim, Brisbane Singapore Toronto.
tahapan: penyangraian, pengupasan kulit keras, pembentukan emping, melepas emping dari kayu landasan, penjemuran, dan sortasi. 2. Nilai Tambah yang diperoleh dalam usaha agroindustri emping melinjo per
kilogram
melinjo
per
bahan satu
baku kali
Departemen Pertanian 1990, Usahatani Melinjo, Departemen Pertanian, Jawa barat.
biji
proses
produksi Rp.5.824,68.
Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, 2002. Data Statistik. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang.
Hayami
Y., Toshihiko Kawagoe, Yoshinori Mamoka and Masdjidin Siregar, 1997.
Saran 1. Diperlukan yang
introduksi dapat
teknologi
mengefektifkan
produksi emping melinjo. 32
Aliudin dan Dian Anggraeni, Nilai Tambah Emping Melinjo Melalui Teknologi ….
Agricultural Marketing and Processing in Upland Java a Perspective A Sunda Village. CGPRT Centre, Regional Coordination Centre for Research and Development of Coarse Grains, Pulses, Root, and Tuber Crops in the Humid Tropict of Asia and The Pacipic, Bogor. Indonesia.
Masyrofie, 1993. Agroindustri Emping Melinjo Di Desa Siraman Blitar Jawa Timur (Tinjauan Aspek Ekonomi). Jurnal Agribisnis Vol.6 No 1. April 1994, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya malang. Potensi Kecamatan Menes, 2006. Data Potensi Desa. Menes
33